Anda di halaman 1dari 84

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI

REMAJA DALAM KEGIATAN POSYANDU REMAJA


DI DESA PASIRNANJUNG KECAMATAN
CIMANGGUNG KABUPATEN
SUMEDANG TAHUN 2023

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
JUARIYAH HARDIANTI
NPM : 2250347138

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2023
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI
REMAJA DALAM KEGIATAN POSYANDU REMAJA
DI DESA PASIRNANJUNG KECAMATAN
CIMANGGUNG KABUPATEN
SUMEDANG TAHUN 2023

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Mencapai Gelar
Sarjana Kebidanan

Oleh :
JUARIAH HARDIANTI
NPM : 2250347138

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya

maka penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Remaja Dalam Kegiatan Posyandu

Remaja di Desa Pasirnanjung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang

Tahun 2023” tepat pada waktunya.

Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis merasa masih banyak

kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan

kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak

sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan skripsi ini. Oleh karena

itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Prof. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M., Ph.D selaku Rektor Universitas

Jenderal Achmad Yani Cimahi.

2. Gunawan Irianto, dr., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi

Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.

3. Bd. Sri Yuniarti, SST., M.KM selaku Ketua Program Studi Kebidanan (S1).

4. Ati Nurwita, Bdn.,M.Keb selaku dosen pembimbing 1 yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta

berbagai masukan kepada penulis.

iii
5. Yeni Rosyeni, M.Keb selaku dosen pembimbing 2 yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta

berbagai masukan kepada penulis.

6. Seluruh dosen Program Studi Kebidanan (S1) atas ilmu, waktu dan bimbingan

yang telah diberikan dalam proses perkuliahan.

7. Seluruh staf TU, Administrasi, dan Akademik Fakultas Ilmu dan Teknologi

Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi yang turut membantu

dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.

8. Orang tua dan juga suami saya tercinta yaitu Sansan Primadani yang telah

memberikan doa dan semua kasih sayang kepda penulis.

9. Kepada anak ku tersayang Inara Nuzahira yang telah memberikan motivasi,

dukungan serta doa kepada penulis selama proses Pendidikan Kebidanan ini.

10. Seluruh teman seperjuangan selama menempuh pendidikan, yaitu seluruh

mahasiswi kebidanan (S1) lintas jalur angkatan 2022.

11. Seluruh pihak yang terlibat dan telah membantu serta mendukung penulis

demi kelancaran skripsi ini, tanpa mengurangi rasa hormat tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini jauh dari kata

sempurna karena keterbatasan waktu penelitian, kemampuan serta pengetahuan

penulis. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf

apabila terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dalam laporan tugas

akhir ini, serta penulis berharap adanya saran yang dapat menambah pengetahuan

iv
untuk penulis kedepannya. Penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Cimahi, Juni 2023

v
DAFTAR ISI

Halaman

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
DAFTAR LAMPIRAN

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization atau WHO menyebutkan definisi

kesehatan yaitu keadaan yang sempurna secara fisik, mental maupun sosial

sehingga keadaan tubuh terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

pasal 1 ayat 1, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental dan

spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomi. Sehingga seseorang dapat dikatakan

sehat ketika dapat memiliki kualitas hidup yang baik dan dapat menjalankan

aktivitas produktifnya dengan keadaan tubuh yang terbebas dari penyakit atau

kelemahan/cacat. (Kemenkes RI, 2018).

Dalam ketetapan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

HK.02.02/Menkes/52/2015, disebutkan bahwa salah satu acuan bagi arah

kebijakan Kementrian Kesehatan adalah penerapan pendekatan pelayanan

kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan (continum of care)

terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia termasuk usia remaja.

Kesehatan remaja merupakan salah satu bidang kesehatan yang unik dan

memiliki banyak aspek penting dan menarik. (Kemenkes RI, 2018).hun

2002-2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007-2012.

1
2

Berdasarakan hasil survey Kesehatan Berbasis Sekolah tahun 2015

menunjukan hasil perilaku merokok pada pelajar usia 12-18 tahun sebanyak

41,8% laki-laki dan 4,1% perempuan. Gambaran faktor risiko kesehatan

lainnya adalah perilaku seksual di mana didapatkan 8,26% pelajar laki-laki

dan 4,17% pelajar perempuan usia 12-18 tahun pernah melakukan hubungan

seksual. (Kemenkes RI, 2018). Diperkuat dari hasil Survey Demografi

Kesehatan Indonesia Remaja tahun 2021 remaja mengaku telah melakukan

beberapa aktivitas seperti berpegangan tangan, berpelukan, hingga

berhubungan seksual. Kompleksnya permasalahan kesehatan pada remaja

memerlukan penanganan yang komprehensif dan terintegrasi.

Kementrian Kesehatan telah mengembangkan Pelayanan Kesehatan

Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas, dengan paket pelayanan komprehensif

untuk kesehatan remaja meliputi KIE, konseling, pembinaan konselor sebaya,

layanan klinis. medis dan rujukan termasuk pemberdayaan masyarakat.

Pelayanan komprehensif untuk kesehatan remaja yang terbaru yaitu adanya

program Posyandu Remaja.

Posyandu remaja merupakan salah satu kegiatan kesehatan berbasis

masyarakat yang dilakukan untuk memantau kesehatan remaja dengan

melibatkan remaja itu sendiri dan juga merupakan tempat untuk

memberikan serta mendapatkan informasi kesehatan (Saraswati, 2018).

Kegiatan posyandu remaja ditujukan agar remaja mempunyai kemampuan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), memiliki ketrampilan hidup sehat,

dan ketrampilan sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh dan
3

berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia

yang berkualitas. (Kemenkes RI, 2018).

Posyandu Remaja menjadi sebuah wadah masyarakat yang

memfasilitasi remaja dalam memahami permasalahan kesehatan remaja,

memperluas jangkuan Puskesmas PKPR dalam memberikan pelayanan

promotif dan preventif kepada sasaran remaja. (Kemenkes RI, 2018).

Pelaksanaan Program Posyandu Remaja di Kabupaten Sumedang berlangsung

sejak tahun 2018. Jumlah Posyandu remaja yang terbentuk dari 35 Puskesmas

yaitu 100% Puskesmas membentuk Posyandu Remaja, 54,3% diantaranya

memiliki jumlah posyandu yang sesuai dengan jumlah Desa binaan, dan

45,7% belum sesuai dengan jumlah Desa binaan.

Partisipasi yaitu turut berperan serta atau keikutsertaan dalam

suatu kegiatan, serta keterlibatan mental dan emosi menggunakan

segala kemampuan yang dimilikinya. Partisipasi remaja merupakan

peran serta remaja kepada seluruh anggota dalam memecahkan

permasalahan kesehatan mereka sendiri. Faktor yang mempengaruhi

partisipasi remaja terhadap posyandu remaja yaitu pengetahuan remaja

serta sebagai motivasi bagi seorang remaja. Pengetahuan dipahami

sebagai segala sesuatu yang dipahami, prosesnya dilakukan dengan mencari

tahu dan memulai pengalaman (Saleh, 2018). Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Kika (2020) bahwa pengetahuan berhubungan dengan partisipasi

remaja dalam mengikuti posyandu remaja.


4

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunia (2021) yang

menyatakan selain pengetahuan salah satu faktor yang mempengaruhinya

adalah sikap. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

terbentuknya sikap seseorang. jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik

maka akan memiliki perilaku yang baik pula ( Natoadmodjo, 2012)

Faktor lainnya yang menjadi penyebab kurangnya partisipasi remaja

untuk datang di posyandu remaja yaitu faktor jenis kelamin dan usia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fadiyah (2020) Jenis kelamin

mempengaruhi seseorang dalam berpartisipasi hal ini disebabkan karena

adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat yang

membedakan kedudukan dan derajat laki-laki dan perempuan, sehingga

menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban. Usia juga

mempengaruhi seseorang dalam berpartisipasi, hal ini terkait dengan

perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas dalam masyarakat,

sehingga memunculkan golongan tua dan golongan muda yang berbeda-beda

dalam hal tertentu.

Faktor yang menjadi penentu partisipasi remaja dalam kegiatan

posyandu remaja juga ditentukan dengan status ekonomi keluarga dan

dukungan keluarga Menurut Yunia (2021) bahwa dukungan keluarga

berhubungan dengan perilaku remaja, dimana remaja yang tidak mendapatkan

dukungan keluarga berpeluang berperilaku baik di bandingkan dengan remaja

yang mendapatkan dukungan keluarga akan tetapi dukungan keluarga

ditentukan oleh status ekonomi keluarga yang ditentukan oleh pendapatan.


5

Keluarga dengan pendapatan yang baik biasanya memiliki kondisi yang

memadai dalam medukung suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh satu dari

anggota keluarga tersebut.

Puskesmas Cimanggung merupakan 1 diantara 19 (54,3%)

Puskesmas di Kabupaten sumedang yang memiliki jumlah posyandu remaja

sesuai dengan jumlah Desa binaaannya, yaitu terdapat di 7 desa antara lain

Desa Cikahuripan, Desa Sindanggalih, Desa Sindangpakuon, Desa

Cimanggung, Desa Tegalmanggung, Desa Sindulang dan Desa Pasirananjung.

Dari 7 Posyandu Remaja yang terbentuk di wilayah Puskesmas Cimanggung

pada Tahun 2018 s/d 2021 terjadi penurunan angka kehadiran remaja di setiap

Desa Binaan. Dari 7 Desa Terdapat 1 Desa yang mengalami penurunan angka

Posyandu Remaja Secara drastis, yaitu Desa Pasirnanjung.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada

tanggal 21 April 2023 dengan melihat rekapan absen kegiatan posyandu

remaja, dimana pada tahun Tahun 2018 terdapat 100% kunjungan Remaja, di

tahun 2019 terjadi penurunan sampai angka kehadiran mencapai 86%, pada

tahun 2020 terjadi penurunan yang sangat drastis, kehadiran hanya 30%, pada

tahun 2021 Posyandu sudah tidak berjalan, bahkan tidak ada remaja yang

datang pada kegiatan posyandu remaja walaupun petugasnya sudah ada.

Rendahnya tingkat kehadiran remaja di posyandu remaja dapat

mengakibatkan terhambatnya proses pelaksanaan pemberdayaan remaja yang

merupakan tujuan utama dari posyandu remaja.


6

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti berminat untuk melakukan

penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Remaja

Dalam Kegiatan Posyandu Remaja Di Desa Pasirnanjung Kecamatan

Cimanggung Kabupaten Sumedang Tahun 2023 guna melihat apa saja hal

yang mempengaruhi remaja dan sebagai evaluasi agar kedepannya

pelaksanaan posyandu remaja terlaksana lebih baik lagi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut “Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi remaja

dalam kegiatan Posyandu Remaja Di Desa Pasirnanjung Kecamatan

Cimanggung Tahun 2023?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis Faktor-faktor yang mepengaruhi partisipasi remaja

dalam kegiatan Posyandu Remaja di Desa Pasirnanjung Kecamatan

Cimanggung Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui Gambaran pengetahuan, Karakteristik usia, jenis

kelamin, status ekonomi keluarga, pendidikan, sikap, dan dukungan

keluarga di Posyandu Remaja Desa Pasirnanjung Kecamatan

Cimanggung Tahun 2023.


7

b. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, Karakteristik usia, jenis

kelamin, status ekonomi keluarga, pendidikan, sikap, dan dukungan

keluarga di Posyandu Remaja Desa Pasirnanjung Kecamatan

Cimanggung Tahun 2023

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan sumber informasi

khususnya untuk pelaksanaan posyandu remaja.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Posyandu Remaja

Menjadi bahan masukan atau rekomendasi bagi Posyandu Remaja

dalam meningkatkan pencapaian program-program yang sudah ada

maupun yang sedang terencana.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kepustakaan dan referensi bagi Mahasiswa dalam

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

remaja dalam kegiatan Posyandu Remaja di Desa Pasirnanjung

Kecamatan Cimanggung Tahun 2023.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi

peneliti dalam penyusunan tugas akhir kuliah sebagau syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Kebidanan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Karakteristik

Istilah karakter dalam Kamus Bahasa Indonesia mempunyai sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang

lain, tabiat atau watak. Karakteristik seseorang meupakan sifat yang

membedakan seseorang dengan yang lain berupa pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, jumlah anak, dan jumlah keluarga yang mempengaruhi perilaku

seseorang. Karakteristik atau ciri-ciri individu digolongkan ke dalam tiga

kelompok yaitu :

a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.

b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, status pekerjaan, kesukaan

atau ras dan sebagainya.

c. Manfaat-manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan

dapat menolong proses penyembuhan penyakit. (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2011), perilaku

manusia dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu faktor predisposisi

(predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat

(reinforcing factor). Faktor predisposisi terdari dari pengetahuan, tingkah

laku, nilai, keyakinan, dan sosiodemografi. Sosiodemografi terdiri dari umur,

jenis kelamin, status ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Faktor pemungkin

terdiri dari keterampilan dan sarana. Faktor penguat terwujud dalam sikap dan

8
9

perilaku petugas kesehatan, dukungan keluarga, termasuk juga undang-

undang, peraturan-peraturan baik dari pemerintah daerah maupun dari pusat.

Dalam penelitian ini peneliti akan terfokus pada faktor predisposisi

(predisposing factor) dan sosio demografi yang terdiri sebagai berikut.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap satu objek tertentu.

Penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia, yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan

(Notoatmodjo, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respon

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat

terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum terwujud

(overt behavior). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada

perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari

pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh

pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari

pendidikan.
10

Notoatmodjo (2012), mengemukakan yang dicakup dalam

domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan pengetahuan,

pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut :

a. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah

dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasikan dan mengatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi dipelajari pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-

hukum, rumus, metode prinsip-prinsip dan sebagainya.

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau sebuah objek

dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan


11

analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja

mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

e. Sintesis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam

bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun informasi baru dari formasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau

objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

Hasil analisis dari penelitian (Ni Made Muliati, 2020) menunjukk

an bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan minat

remaja berkunjung ke posyandu di Kelurahan Baiya Kecamatan Tawaeli

yang dibuktikan dengan uji statistik.

Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, d

iketahui bahwa sebagian responden dalam penelitian ini telah mendapatka

n informasi tentang ponyandu remaja yang diadakan di Kelurahan Baiya

Kecamatan Tawaeli. Dari sebagian respoden tersebut mengakui bahwa m

ereka sangat mendukung adanya posyandu remaja tersebut. Karena yang

diketahui selama ini diadakannya posyandu hanya untuk bayi, balita, ibu

hamil, dan juga lansia, namun untuk remaja belum ada. Sehingga dengan

adanya posyandu remaja tersebut memberikan kesempatan untuk remaja a


12

gar dapat berkonsultasi langsung dengan petugas kesehatan terkait dengan

masalah-masalah kesehatan yang mereka alami tanpa harus Berkunjung la

gi ke Puskesmas.

Sebagian responden juga mengakui bahwa dengan adanya posyan

du remaja tersebut, mereka merasa bahwa akses cakupan layanan kesehat

an bagi remaja sangat mudah didapatkan karena jarak yang bisa ditempuh

tanpa memakan waktu yang lama. Selain itu, remaja juga merasa dengan

Berkunjung ke Posyandu mereka memperoleh pengetahuan dan keteramp

ilan dalam meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal.

Namun dari sebagian responden yang diteliti, beberapa remaja ju

ga tidak mengetahui tentang apa manfaat posyandu remaja tersebut. Pada

saat posyandu diselenggarakan biasanya mereka berhalangan hadir sehing

ga informasi-informasi kesehatan yang disampaikan pada saat posyandu ti

dak mereka dapatkan. Hal ini tentu sangat mempengaruhi minat remaja B

erkunjung ke posyandu karena pengetahuan remaja masih sangat kurang t

entang tujuan dan manfaat posyandu terhadap kesehatan remaja itu sendir

i.Selain itu, fenomena di lapangan juga menunjukkan fakta bahwa posyan

du remaja biasanya hanya ramai pada awal pendirian saja, karena tidak se

mua remaja mau mengikuti program yang diselenggarakan oleh Pemerint

ah.

Pada penelitian (Rima, 2021) menunjukan responden yang

memiliki pengetahuan baik di posyandu remaja sebanyak 20 (25%) lebih

sedikit dibandingkan dengan remaja yang memilik pengetahuan cukup


13

yaitu 52,5%, dan remaja dengan pengetahuan kurang berjumlah 18

(22,5%). Hal ini membuat partisipasi posyandu remaja dapat dipengaruhi

oleh seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik.

Dalam penelitian (Lina Matanah, 2017) menunjukkan bahwa

responden yang memiliki pengetahuan baik cenderung lebih aktif di

posyandu. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terhadap suatu objek terjadi melalui panca indera manusia yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada

waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

2. Sosiodemografi

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus pada faktor sosiodemografi

adalah sebagai berikut.

a) Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dilahirkan

sampai berulang tahun (Elisabeth BH, dikutip dari Nursalam, 2003),

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir. Usia remaja yang menjadi sasaran

posyandu remaja diantara 10-18 tahun, semakin meningkat usianya


14

semakin meningkat pula kemampuan berfikir remaja terhadap

informasi tentang posyandu remaja. Sehingga mereka menentukan

sikap untuk dapat mengikuti kegiatan Posyandu. Sikap tersebut dapat

berupa sikap yang bersifat positif yaitu hadir dalam kegiatan dan

sebaliknya.

Semakin cukup tinggi umur akan semakin meningkat

kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir serta bekerja.

Seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dibandingkan

dengan orang yang belum cukup angka kedewasaanya, karena

semakin tua akan meningkatkan koping terhadap masalah yang

dihadapi (Notoadmodjo, 2014)

Masa remaja dalam bahasa Inggris yaitu adolescene berasal

dari kata adolecere yang berarti tumbuh, sedangkan pengertian remaja

menurut WHO adalah individu yang berusia 10-19 tahun. Menurut

badan Kependudukan dan keluarga Nasional (BKKBN) remaja

merupakan individu yang berusia 10-24 tahun. Secara demografis

kelompok remaja dibagi menjadi kelompok usia 10-14 tahun dan

kelompok 15-19 tahun, sedangkan menurut Peraturan Menteri

kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014, remaja adalah

kelompok usia 10-18 tahun (Puspa, dkk. 2022).

Menurut Murti, dkk (2022) Masa remaja adalah fase

perubahan dalam diri manusia yang paling pesat. Pada tahap


15

perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan

perkembangan yaitu :

a. Masa Remaja Awal (11-13 tahun), pada umumnya masih SMP

dengan ciri sebagai berikut :

1) Emosi belum stabil

2) Memiliki berbagai problematika

3) Waktu yang rawan

4) Muncul rasa terpikat pada lawan jenis

5) Timbulnya sikap skeptis

6) Tertarik untuk menumbuhkan pendapat yang aktual

b. Masa Remaja Tengah (14-16 tahun), pada umumnya masih SMA

dengan ciri sebagai berikut :

1) Memerlukan kawan

2) Mulai muncul rasa bangga terhadap diri sendiri

3) Sedang dalam keadaan gelisah dan ketidaktahuan, karena

bentrokan yang berlangsung dalam diri

4) Memiliki kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu

kegiatan baru

5) Memiliki semangat untuk berpetualang ke kawasan yang

lebih jauh

c. Masa Remaja Akhir (17-20 tahun) dengan ciri sebagai berikut :

1) Pada fisik dan kejiwaan sudah tidak labil

2) Kemampuan berfikir praktis semakin meningkat


16

3) Memiliki kemampuan memecahkan masalah

4) Memiliki kestabilan emosi

Posyandu remaja diperuntukan bagi remaja laki-laki dan

perempuan usia 10 hingga 18 tahun dengan tidak memandang status

pendidikan dan perkawinan untuk mengatasi permasalahan kesehatan,

mencakup prenventif, kuratif, dan rehabilitatif (Kemenkes RI, 2018).

Penelitian lain menyebutkan juga bahwa remaja yang sudah berusia

12 tahun lebih banyak mengakses layanan kesehatan remaja karena

faktor penyakit kronis dan distres psikologis (Robards, et al., 2019).

Penelitian lain dari Rahmah, Amelia, dan Hamzah (2020) juga

menyatakan bahwa remaja dengan rentang usia 16-18 tahun

mengakses layanan kesehatan remaja untuk mencapai derajat

kesehatan yang lebih baik.

b) Jenis Kelamin

Jenis kelamin berkaitan dengan peran kehidupan dan perilaku

yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.

Dalam hal menjaga kesehatan, biasanya kaum perempuan lebih

memperhatikan kesehatanya dibandingkan dengan laki-laki.

Perbedaan pola perilaku sakit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin,

perempuan lebih sering mengobatkan dirinya dibandingkan dengan

laki-laki (Notoatmodjo, 2010).


17

Menurut Hungu (2016:43) jenis kelamin adalah perbedaan

antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seorang itu

dilahirkan. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan

perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan

fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan yang ada di muka

bumi. Seperti pada fakta lapangan yang sering kita temui saat ini,

banyak sekali tenaga kerja bagian lapangan pada umumnya

didominasi oleh laki-laki, sedangkan pada bagian kantor suatu

perusahaan pada umumnya didominasi oleh wanita. Hal tersebut

bukanlah merupakan suatu kebetulan, melainkan adanya berbagai

macam pertimbangan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan

berkaitan dengan spesifikasi dari masing-masing gender atau jenis

kelamin.

Faktor jenis kelamin ikut menentukan tingkat partsipasi dan

produktivitas seseorang dalam bekerja. Tenaga kerja pada dasarnya

tidak dapat dibedakan berdasarkan pada jenis kelamin. Tetapi pada

umumnya laki-laki akan lebih produktif untuk pekerjaan yang

mengandalkan kekuatan fisik. Namun dalam keadaan tertentu kadang

produktivitas perempuan bisa lebih tinggi daripada laki-laki,

dikarenakan perempuan lebih teliti, sabar, dan tekun. (Sandy, 2020)

Penelitian Kadek Windha Arpyani dr. I Made Sutarga tentang

faktor yang mempengaruhi rendahnya kehadiran lansia mengikuti

posyandu lansia menunjukan bahwa faktor jenis kelamin laki-laki


18

mempunyai peluang 6,44 kali lebih besar untuk tidak menghadiri

posyandu lansia. Berdasarkan nilai CI 95% (1,66-24,92) menunjukan

bahwa apabila penelitian ini dilakukan secara berulang akan

mendapatkan nilai OR jenis kelamin dengan interval 1,66-24,92

terhadap kehadiran lansia mengikuti posyandu lansia. Didukung juga

secara statistik oleh nilai p= 0,007 (p<0,05) yang berarti jenis kelamin

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kehadiran lansia

mengikuti posyandu lansia.

Pada penelitian (Tri dan Hertiari, 2020) yang

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat, terdapat hasil analisis yang menunjukkan bahwa jenis

kelamin mempengaruhi partisipasi.

c) Status Ekonomi Keluarga

Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di

masyarakat berdasarkan pendapatan perbulan. Status ekonomi dapat d

ilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan barang pokok (Karton

o, 2006). Status ekonomi keluarga adalah kemampuan perekonomian

suatu keluarga dalam memenuhi setiap kebutuhan hidup seluruh angg

ota keluarga (Sumardi dan Dieter, 2005).

Menurut Sugiharto, dkk (2015) menyatakan status sosial eko

nomi orang tua, meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan oran

g tua, penghasilan orang tua. Keluarga yang memiliki status sosial ek

onomi kurang mampu, akan cenderung untuk memikirkan bagaimana


19

pemenuhan kebutuhan pokok. Orang dengan tingkat ekonomi rendah

akan lebih berkonsentrasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar yang

menunjang kehidupannya dan keluarganya. Sebaliknya orang dengan

tingkat ekonomi tinggi akan mempunyai kesempatan lebih besar dala

m menempuh pendidikan dimana orang dengan tingkat ekonomi ting

gi akan lebih mudah menerima informasi sehingga makin banyak pul

a pengetahuan yang dimiliki sehingga akan memperhatikan kesehatan

diri dan keluarga (Notoatmodjo, 2012)

Menurut Sukanto, (2010) mengemukakan bahwa bentuk-bent

uk status sosial ekonomi terdiri dari tiga bentuk, yaitu :

1) Ascribed Status, adalah kedudukan seseorang dalam masyrakat tan

pa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. K

edudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya keturunan da

rah biru adalah dia yang berdarah biru. 2) Achieved Status, adalah ked

udukan yang dicapai seseorang dengan usahausaha yang disengaja. K

edudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemamp

uan dalam mengajar serta mencapai berbagai tujuan. 3) Assigned Stat

us, adalah kedudukan yang diberi oleh suatu kelompok atau golongan

kepada seseorang yang berjasa

d) Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jalur pendidikan yang terstru

ktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan me


20

nengah dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan dikategorikan men

jadi 3 yaitu dasar apabila subjek menempuh pendidikan maksimal lul

us SMP, menengah apabila subjek menempuh pendidikan maksimal l

ulus SMA dan tinggi apabila subjek menempuh pendidikan minimal l

ulus Akademi.

Menurut Wawan dan Dewi (2011) pengetahuan merupakan h

asil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan te

rhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh fakt

or seperti pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan dan budaya. Ting

kat pengetahuan yang baik ini senada dengan tingkat pendidikan resp

onden yang sebagian besar juga sudah cukup tinggi. Mayoritas respon

den dalam penelitian ini berpendidikan lulus SMA (49,3%).

Sesuai dengan teori Wawan dan Dewi (2011) bahwa pendidi

kan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. 1

0 Pendidikan juga dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku

dan bersikap. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang se

makin mudah menerima informasi, sehingga diharapkan seseorang de

ngan pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih baik.

Responden dengan pengetahuan kurang hanya 21,7% yaitu se

banyak 15 orang. Pengetahuan tentang posyandu yang kurang dapat d

ikarenakan karena responden kurang memahami tentang makna posya

ndu dan belum mendapatkan informasi yang berkaitan dengan posyan


21

du. Hal ini bisa diketahui dari jumlah nilai benar jawaban kuesioner y

ang diperoleh masih kurang dari 80%

Dalam penelitian (Lina Matanah, 2017) menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu berpendidikan menengah ke atas mempunyai tingk

at partisipasi aktif di posyandu yaitu datang minimal 4 kali berturut-tu

rut dalam 6 bulan terakhir dengan persentase 74,1%. Hal ini membukt

ikan terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan seseo

rang semakin baik tingkat partisipasinya di posyandu. Hasil analisis d

engan uji Fisher’s tidak membuktikan adanya kecenderungan tersebut,

sehingga dalam penelitiannya tidak ada hubungan tingkat pendidikan

dengan tingkat partisipasi di posyandu Anggrek VII Kelurahan Sidore

jo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Hindhu Mathi

(2013) yang mengatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara p

endidikan responden dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbang

an balita ke posyandu wilayah kerja Puskesmas Darussalam Kecamat

an Medan Petisah. Tidak adanya hubungan antara pendidikan dan tin

gkat partisipasi ibu dalam penelitian ini dapat disebabkan karena adan

ya faktor lain seperti kurangnya motivasi ibu untuk memantau perke

mbangan anaknya, kurangnya dukungan tokoh masyarakat, pekerjaan

ibu, dan lain-lain.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa responden dengan tin

gkat pendidikan rendah tetapi berpartisipasi aktif di posyandu 13 me


22

miliki persentase yang hampir sama dengan responden yang memiliki

tingkat pendidikan menengah ke atas yaitu sebesar 73,3 %. Hal ini da

pat dipengaruhi oleh faktor mudahnya akses informasi.

Hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa 100% r

esponden mempunyai media informasi berupa televisi, sehingga ada

kemungkinan ibu yang berpendidikan rendah atau tinggi bisa mendap

at informasi kesehatan dari media tersebut. Mudahnya akses pengetah

uan atau informasi mengenai kesehatan dari berbagai media akan men

dorong para ibu memberikan pengasuhan yang baik dan tepat untuk a

naknya (Rarastiti, 2013). Ibu dengan latar pendidikan yang rendah na

mun rajin mendengar atau melihat informasi mengenai kesehatan jug

a dapat memberikan pola pengasuhan kepada balitanya dengan tepat

(Notoatmodjo, 2003).

Selain faktor presiposisi diatas, dalam penelitian ini peneliti juga akan

terfokus pada faktor penguat (reinforcing factor) yaitu Sikap dan Dukungan

Keluarga sebagai berikut.

3. Sikap

Sikap pada umumnya sering diartikan sebagai suatu tindakan

yang dilakukan individu untuk memberikan tanggapan pada suatu hal.

Pengertian sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul

dari sseorang individu terhadap objek yang kemudian memunculkan


23

perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu

Saifudin Azwar (2010: 3)

Sikap adalah suatu reaksi atau respon berupa penilaian yang

muncul dari seorang individu terhadap suatu objek. Sikap juga dapat

dikatakan sebagai suatu perwujudan adanya kesadaran terhadap

lingkunganya. Proses yang mengawali terbentuknya sikap adalah adanya

objek disekitar individu memberikan stimulus yang kemudian mengenai

alat indra individu, informasi yang yang ditangkap mengenai objek

kemudian diproses di dalam otak dan memunculkan suatu reaksi.

Penilaian yang muncul, positif atau negatif dipengaruhi oleh informasi

sebelumnya, atau pengalaman pribadi individu.

Adapun komponen sikap yang perlu diketahui sebelum

melakukan penelitian adalah sebagai berikut.

1) Kognitif : berupa pengetahuan, kepercayaan/pikiran yang didasarkan

pada informasi yang berhubungan dengan objek. Contoh : orang tahu

bahwa uang itu bernilai, karena mereka melihat harganya dalam

kehidupan sehari-hari. Sikap kita tentang uang itu mengandung

pengertian bahwa kita tahu tentang nilai uang.

2) Afektif : menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi

yang berhubungan dengan objek. Objek disini dirasakan sebagai

menyenangkan atau tidak menyenangkan. Contoh : jika orang

mengatakan bahwa mereka senang uang, ini melukiskan perasaan

mereka terhadap uang.


24

3) Behavior/konatif : melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak

terhadap objek. Contoh : karena uang adalah sesuatu yang bernilai,

orang menyukainya dan mereka berusaha (bertindak) untuk

mendapatkan gaji yang besar.

Menurut Notoatmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau

respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek. Sikap sebelum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap terdiri dari

beberapa tingkatan yaitu :

1) Menerima (Receiving)

Diartikan bahwa seseorang atau subyek menerima stimulus

yang diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa

hamil dapat diketahui dan diukur dari kehadiran ibu untuk

mendengarkan penyuluhan di lingkungannya.

2) Menanggapi (Responding)

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya,

seorang ibu yang mengikuti penyuluhan tersebut ditanya atau diminta

menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau

menanggapinya.

3) Menghargai (Valuing)
25

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan

nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti

membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

4) Bertanggung jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung

jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah

mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani

mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya

risiko lain.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun

tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara stimulus atau objek yang

bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan

dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata

“setuju” atau “tidak setuju” terhadap pertanyaan-pertanyaan objek

tertentu, dengan menggunakan skala likert.

4. Dukungan Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang

berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya (Friedman, 2010 dalam Pamela 2018).


26

Friedman (1998) dalam Pamela (2018) menyatakan dukungan keluarga

adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya.

Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam

lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang

besifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan. Dukungan Keluarga adalah sikap, tidakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggotanya, dan bersifat mendukung serta siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. (Yunia, Ruwayda)

Penelitian Yunia Lisma dan Ruwayda tentang Faktor-faktor yang

mempengaruhi Perilaku remaja ke Posyandu wilayah kerja Puskesmas

Muara Bulian menunjukan bahwa dukungan keluarga dan berperilaku

baik yaitu sebanyak 19 orang responden (70,4%), sedangkan pada remaja

yang mendapatkan dukungan keluarga dan memiliki perilaku kurang baik

sebanyak 8 orang responden (29,6%). Nilai p = 0.000 (p<0.05), maka

mampu membuktikan bahwa adanya dukungan keluarga dengan perilaku

remaja dengan nilai Odds Ratio (OR) adalah sebesar 16,625 berarti

remaja yang tidak mendapatkan dukungan keluarga berpeluang perilaku

naik sebanyak 16 kali lebih besar untuk ke Posyandu dibandingkan

dengan remaja yang mendapatkan dukungan keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dalam penelitian

(Ni Made Muliati, 2020) antara peneliti dengan responden, diketahui

bahwa sebagian responden dalam penelitian ini telah mengakui bahwa

mendapat dukungan dari keluarga untuk mengikuti seluruh kegiatan di


27

posyandu remaja yang diadakan di Kelurahan Baiya Kecamatan Tawaeli.

Adapun dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah selalu

mengingatkan jadwal di laksanakannya posyandu sehari sebelum bahkan

pada saat hari dilaksanakannya posyandu.Selain itu responden juga

mengakui bahwa selalu mendapat motivasi dari keluarga untuk mengikuti

kegiatan posyandu karena keluarga merasa bahwa posyandu memberikan

efek positif terhadap perilaku remaja dalam menjaga kesehatannya.

Berdasarkan keterangan keluarga yang sempat diwawancarai

menyatakan bahwa pembentukan Posyandu Remaja sangat mereka

harapkan dapat menjadi wadah untuk memfasilitasi remaja dalam

memahami permasalahan kesehatan remaja, menemukan alternatif

pemecahan masalah serta dapat membentuk kelompok dukungan remaja,

dan memperluas jangkauan Puskesmas mengingat bahwa masih ada

remaja daerah yang memiliki keterbatasan akses.

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi minat terhadap posyandu yaitu faktor penguat (reinforcing

factor) yang mencakup dukungan keluarga. (Rahmalia dkk, 2014)

menyatakan bahwa dukungan keluarga juga sangat mempengaruhi minat

terhadap posyandu. Keluarga juga merupakan tempat dimana individu

memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya.

Dukungan keluarga yang bersifat positif dapat meningkatkan

tingkat kehadiran remaja untuk mengikuti kegiatan Posyandu Remaja

secara rutin. Dukungan keluarga dapat berupa mengingatkan untuk


28

datang ke posyandu dan memfasilitasi untuk datang ke posyandu.

Penelitian Aplonia Amaral, Joko Wiyono, Erlisa Candawati (2017)

menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang kurang dalam memberi

motivasi untuk mengikuti posyandu menyebabkan lansia tidak aktif

mengikuti posyandu lansia. Keluarga merupakan sumber dukungan sosial

yang memliki ikatan emosional yang paling besar dan terdekat dengan

lansia. Peranan keluarga dalam hal ini meliputi antar jemput lansia ke

posyandu dan meningkatkan jadwal kegiatan posyandu. Kemudian

penelitian Nana Aldriana, Romayani Daulay menunjukkan yang hampir

sama, yaitu analisis bivariat hubungan antara faktor dukungan keluarga

dengan rendahnya kunjungan lansia, maka dapat disimpulkan ada

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan rendahnya

kunjungan lansia ke posyandu lansia.

B. Posyandu Remaja

1. Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan, guna memperdayakan masyarakat dan

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh

pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka


29

kematian ibu dan anak. UKBM adalah wahana pemberdayaan

masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola

oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas

Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. (Kemenkes RI,

2018).

Posyandu merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang

dikelola oleh masyarakat dengan dukungan teknis petugas puskesmas.

Sejalan dengan hal tersebut maka kesehatan harus selalu diusahakan oleh

setiap pribadi, keluarga dan masyarakat sehingga pada saatnya mereka

dapat hidup layak dari sisi kesehatan (Baiq Candra Herawati, dkk Peran

posyandu dalam memingkatkan kualitas kesehatan masyarakat di dusun

suwangi selatan desa suwangi kecamatan sakra kabuapten lombok timur,

2019)

2. Posyandu Remaja

Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat termasuk remaja dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dan memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan

kesehatan bagi remaja untuk meningkatkan derajat kesehatan dan

keterampilan hidup sehat remaja. Pelayanan kesehatan remaja di

Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang peduli remaja, mencakup

upaya promotif dan preventif, meliputi: Keterampilan Hidup Sehat


30

(PKHS), kesehatan reproduksi remaja, kesehatan jiwa dan pencegahan

penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak

Menular (PTM dan pencegahan kekerasan pada remaja. (Kemenkes RI,

2018).

3. Tujuan Kegiatan Posyandu Remaja

a. Tujuan Umum

Mendekatkan akses dan meningkatkan cakupan layanan kesehatan

bagi remaja.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi posyandu remaja

2) Meningkatkan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)

3) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja tentang

kesehatan reproduksi bagi remaja

4) Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan

pencegahan penyalahgunaan Napza

5) Mempercepat upaya perbaikan gizi remaja

6) Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik

7) Melakukan deteksi dini dan pencegahan Penyakit Tidak Menular

(PTM)

8) Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan

4. Sasaran Posyandu Remaja

a. Sasaran Kegiatan Posyandu Remaja :


31

Remaja usia 10-18 tahun, laki-laki dan perempuan dengan tidak

memandang status pendidikan dan perkawinan termasuk remaja

dengan disabilitas.

b. Sasaran Petunjuk Pelaksanaan :

1) Petugas kesehatan

2) Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama,

organisasi kemasyarakatan lainnya

3) Pengelola program remaja

4) Keluarga dan masyarakat

5) Kader Kesehatan Remaja

5. Fungsi Posyandu Remaja

a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan

keterampilan dalm rangka meningkatkan derajat kesehatan dan

keterampilan hidup sehat remaja

b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan yang

mencakup upaya promotif dan preventif, meliputi : Pendidikan

Keterampilan Hidup Sehat (PKHS), kesehatan reproduksi remaja,

pencegahan penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan

Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pencegahan kekerasan pada

remaja

c. Sebagai survailens dan pemantauan kesehatan remaja di wilayah

sekitar

6. Manfaat Posyandu Remaja


32

Manfaat diadakannya Posyandu Remaja sebagai berikut:

a. Bagi Remaja

1) Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang meliputi:

kesehatan reproduksi remaja, masalah kesehatan jiwa dan

pencegahan penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas fisik,

pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM), pencegahan

kekerasan pada remaja

2) Mempersiapkan remaja untuk memiliki ketrampilan Hidup shat

melalui PKHS

3) Aktualisasi diri dalam kegiatan peningkatan derajat kesehatan

remaja

b. Bagi Petugas Kesehatan

1) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat

terutama remaja

2) Membantu remaja dalam memecahkan masala kesehatan spesifik

sesuai dengan keluhan yang dialaminya

c. Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama,

organisasi kemasyarakatan lainnya

1) untuk meningkatkan koordinasi dalam pemberian pelayanan

secara terpadu sesuai dengan tugas, pokok, fungsi (tupoksi)

masing-masing sektor.

d. Keluarga dan masyarakat


33

1) Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak

yang mampu berperilaku hidup bersih dan sehat

2) Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak

yang memiliki keterampilan hidup sehat

3) Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak

yang memiliki keterampilan sosial yang baik sehingga dapat

belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal

menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

7. Lokasi Posyandu Remaja

Posyandu remaja berada di setiap desa/kelurahan. Bila diperlukan

dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun

atau sebutan lainnya yang sesuai. Tempat pelaksanaan kegiatan Posyandu

Remaja disesuaikan dengan kondisi di daerah. Setiap Posyandu Remaja

beranggotakan maksimal 50 remaja. Jika dalam satu wilayah terdaftar

lebih dari 50 remaja, maka wilayah tersebut dapat mendirikan Posyandu

Remaja lainnya. Kegiatan Posyandu Remaja Jenis kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan di Posyandu Remaja.

8. Jenis Kegiatan Posyandu Remaja

Jenis kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu Remaja

(Kemenkes RI, 2018) adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Umum

Dalam pelaksanaan Posyandu Remaja, kegiatan utama yang harus ada

adalah:
34

1) Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PHS)

a) KIE yang diberikan :

(1) Memberikan informasi dan pengetahuan tentang

kecerdasan majemuk

(2) Melakukan sosialisasi dan penanaman 10 kompetensi

PKHS yaitu:

(a) Kesadaran diri

(b) Empati

(c) Pengambilan keputusan

(d) Pemecahan masalah

(e) Berpikir kritis

(f) Berpikir kreatif

(g) Komunikasi efektif

(h) Hubungan interpersonal

(i) Pengendalian emosi

(j) Mengatasi stress

b) Pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu :

(1) Identifikasi dan pengembangan kecerdasan majemuk

bagi remaja yang pertama kali datang.

(2) Pelayanan kesehatan berupa konseling

2) Kesehatan Reproduksi Remaja

a) KIE yang diberikan :


35

(1) Kesehatan Reproduksi, yang mencakup tentang

pemberian informasi tentang organ reproduksi remaja,

pubertas, proses kehamilan, menstruasi, KB, penyakit

menular seksual, infeksi menular seksual, gender dan

pendewasaan usia perkawinan

(2) HIV dan AIDS, mencakup pemberian informasi seputar

penularan, pencegahan dan gejala HIV dan AIDS

b) Pelayanan kesehatan yang diberikan :

(1) Konseling tentang kesehatan reproduksi (masalah atau

gangguan haid, pubertas, dil)

(2) Konseling HIV&AIDS

(3) Layanan tes HIV jika diperlukan

(4) Merujuk ke fasilitas kesehatan jika diperlukan

3) Masalah Kesehatan jiwa dan Pencegahan Penyalahgunaan

NAPZA

a) KIE yang diberikan :

Pemberian informasi masalah kesehatan jiwa dan NAPZA

pada remaja

b) Pelayanan Kesehatan yang diberikan :

(1) Skrining masala psikososial remaja dengan

menggunakan instrumen Pediatric Symtom Checklist

(PSC)
36

(2) Konseling masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan

NAPZA

(3) Merujuk ke fasilitas kesehatan apabila didapatkan

permasalahan kesehatan jwa dan penyalahgunaan

NAPZA

4) Gizi

a) KIE yang diberikan :

(1) Gizi seimbang bagi remaja

(2) Pencegahan masalah gizi pada remaja:

(a) KEK

(b) Obesitas

(c) Anemia

b) Pelayanan kesehatan yang diberikan :

(1) Pengukuran Antropometri (BB, TB, LP dan LILA)

(2) Penilaian status gizi berdasarkan IMT/Umur

(3) Penilaian anemia pada remaja tentama remaja putri

menggunakan pernenksaan tanda klinis dan apabila

memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan kadar Hb

secara laboratorium sederhana

(4) Pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri

(5) Penyuluhan dan konseling gizi

(6) Merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan jika diperlukan

5) Aktivitas fisik pada remaja


37

a) KIE yang diberikan :

(1) Pentingnya melakukan aktivitas fisik setiap hari

(2) Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan setiap hari

b) Kegiatan di Posyandu Remaja

Kegiatan aktivitas fisik yang dapat dilakukan di Posyandu

Remaja antara lain peregangan atau senam sehat bugar secara

bersama. sama, kegiatan ini bertujuan untuk memicu remaja

melakukan aktifitas fisik setiap harinya.

6) Penyakit Tidak Menular (PTM)

a) KIE yang diberikan :

(1) Jenis Penyakit Tidak Menular misalnya Kanker,

Diabetes, Stroke, dll

(2) Dampak dan bahaya Penyakit Tidak Menular

(3) Upaya pencegahan faktor risiko Penyakit Tidak Menular

melalui perilaku CERDIK (Cek kesehatan secara

berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet

sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup dan Kelola

stress).

b) Pelayanan kesehatan yang diberikan :

(1) Deteksi dini faktor risiko Penyakit Tidak Menular:

(a) Anamnesis riwayat penyakit keluarga dan penyakit

sendiri

(b) Pengukuran tekanan darah


38

(c) Pemeriksaan gula darah dan kolesterol bila

ditemukan individu yang datang tergolong obesitas

dan atau mempunyai riwayat keluarga penyandang

Diabetes

(d) Pemeriksaan gangguan penglitatan dan pendengaran

minimal 1 (satu) kali dalam 1 tahun.

(2) Konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular

(3) Merujuk ke fasilitas kesehatan bila ditemukan satu atau

lebih faktor risiko Penyakit Tidak Menular seperti

obesitas, tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi.

7) Pencegahan Kekerasan pada Remaja

a) KIE yang diberikan :

Pemberian informasi tentang faktor risiko kekerasan, dampak

dan pencegahan tindak kekerasan.

b) Pelayanan kesehatan yang diberikan

(1) Melakukan rujukan Ke fasiltas Keschatan pada remaja

yang diduga mengalami tindak kekerasan.

(2) Melakukan pendampingan korban kekerasan sebelum

dan sesudah rehabilitasi bersama pihak terkait (petugas

Puskesmas, jaringan layanan pusat perlindungan anak

misal polisi, rumah aman, LKSA/Panti, P2TP2A, dll).

8) Penyuluhan lain terkait is kesehatan lain, misalnya:

a) Kecelakaan Lalu Lintas


39

b) Penyakit menular yang sedang teriadi di masyarakat, dll

b. Kegiatan Pengembangan atau Tambahan

Kegiatan pengembangan dilakukan apabila masyarakat di

wilayah tersebut merasa ada masalah kesehatan di luar 8 kegiatan

utama yang juga perlu diselesaikan. Penetapan kegiatan harus

mendapat dukungan dari seluruh masyarakat yang tercermin dari

hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati melalui forum

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Penambahan kegiatan

pengembangan dilakukan apabila 8 kegiatan utama tersedia sumber

daya serta sumber dana yang mendukung.

9. Kendala Posyandu Remaja

Dalam penelitian (Nurida dan Nida, 2021) menyebutkan bahwa

kendala pelasaksanaan program posyandu remaja khusus nya pada masa

pandemi terbagi menjadi hasil input, procces, dan output. Berikut kendala

pelaksanaan posyandu remaja adalah sebagai berikut.

A. Input

1) Man

Posyandu remaja membutuhkan ahli kesehatan

masyarakat. Penguasaan ilmu kesehatan masyarakat sangat

dibutuhkan pada kegiatan posyandu remaja yakni berguna untuk

melaksanakan pemberdayaan masyarakat, mampu merancang dan

mengembangkan kebijakan program kesehatan masayrakat, serta


40

dapat mempromosikan kesehatan masyarakat dalam upaya

preventif dan promotif. Pada aspek kuantitas dan ketersediaan

jumlah pengelolah posyandu remaja sebenarnya sudah cukup

dengan kebutuhan. Tidak masalah bila yang aktif hanya 5 orang,

karena jumlah remaja yang datang ke posyandu remaja setiap

bulannya semakin menurun. Namun bila jumlah remaja yang

terus meningkat kader posyandu yang hanya berjumlah 5 orang

akan overload karena jumlah remaja yang aktif dengan remaja

yang datang ke posyandu remaja tidak imbang. Sehingga tidak

memberikan pelayanan terbaik pada pelaksanaan kegiatan

posyandu remaja.

Pelatihan untuk menjadi kader posyandu remaja sangat

penting dalam kegiatan posyandu remaja, pasalnya kader

posyandu remaja tidak hanya bisa mengoprasikan alat kesehatan

namun dengan adanya pelatihan kader posrem dapat

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kader mengenai

kesehatan remaja. Maka dengan begitu kader posyandu remaja

dapat memberikan penyuluhan kepada sasaran dengan metode

yang menarik, sehingga penyuluhan tidak hanya dilakukan oleh

petugas puskesmas (Salamah, 2018).

2) Market

WHO menyatakan batasan usia pada remaja yaitu 10-19

tahun, sedangan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun


41

2014 rentang usia pada remaja 10-18 tahun dan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana remaja yaitu memiliki

batasan usia 10-24 tahun dan belum menikah. Sasaran posyandu

remaja di kelurahan Bandarharjo tidak hanya usia remaja

posyandu namun terbuka bila ada masyarakat kelurahan

Bandarharjo yang datang ke posyandu. Rentan usia remaja yang

terdaftar di posyandu remaja adalah 17-30 tahun dan belum

menikah.

Latar belakang kurangnya kesadaran remaja disebabkan

oleh pengetahuan dan sikap. Bila pengetahuan remaja mengenai

pentingnya kesehatan tinggi biasanya remaja cenderung akan

datang dengan sukarela ke posyandu remaja, namun sebaliknya

bila pengetahuan remaja mengenai kesehatan rendah remaja

cenderung tidak akan datang ke posyandu remaja. Lalu

pengetahuan remaja tersebut akan membentuk sikap remaja,

sikap inilah yang akan menentukan mereka datang atau tidak ke

posyandu remaja(LSM, 2012). Selanjutnya penyebab remaja

tidak datang ke posyandu remaja adalah faktor lingkungan yaitu

teman. Teman merupakan salah satu faktor yang terpenting untuk

membentuk perilaku remaja (Hidayat, 2011).

3) Money

Sumber dana yang ada di posyandu remaja berasal dari

Bantuan Oprasional Kesehatan (BOK). Bantuan Oprasional


42

Kesehatan yakni usaha pemerintah pusat dalam membantu

pemerintah daerah dalam peningkatan derajat kesehatan

masyarakat, terutama membantu puskesmas (Kurniawan, 2011).

BOK ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN)

Kementrian Kesehatan RI untuk membantu pemerintah

kabupaten maupun kota (Gobel, 2015).

Cara mencairkan dana BOK ini setiap programer

mengajukan kepada bendahara BOK lalu bendahara mengajukan

kepada Dinas Kesehatan lalu Dinas Kesehatan mengajukan

kepada Pemerintah Kota. Namun dana BOK ini hanya digunakan

pada saat pembukaan kegiatan posyandu remaja yang

dialokasikan untuk pembelian konsumsi. Dana yang ada di

posyandu remaja tidak efektif dan efisien karena pembina

posyandu remaja menggunakan dana pribadi yang digunakan

untuk membeli snack bila dana BOK telah habis. Tidak adanya

dana insentif untuk ketua dan kader posyandu remaja, disebabkan

pada saat kegiatan posyandu remaja berlangsung tidak

melibatkan FKK. Salah satu bentuk pembiyaan kesehatan dari

FKK yaitu dana untuk pelaksaana UKMB yakni posyandu

remaja.

4) Material

Materi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) yang

diberikan pada saat kegiatan posyandu remaja di Kelurahan


43

Bandarharjo sudah sesuai dengan kebutuhan remaja di Semarang

Utara khususnya di Kelurahan Bandarharjo yakni tingginya

permasalahan kesehatan reproduksi khususnya Kehamilan Tidak

Diinginkan (KTD), kasus penumonia dan kecacingan (Salaswati,

et. Al, 2019., Nuryanto 2019). Media promosi kesehatan adalah

sarana prasaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi

dari komunikator kepada komunikan dalam upaya meningkatkan

derajat kesehatan. Banyak sekali media yang cocok digunakan

pada posyandu remaja ialah poster, flipchart, film, leaflet dan

lembar balik (Purnama Candra, 2017). Selain itu ketersediaan

media juga kurang, dikarenakan tidak adanya penggandaan

materi dalam bentuk softcopy dan hardfile.

5) Method

Metode penyampaian materi KIE tidak hanya ceramah,

metode penyampaian materi bisa dilakukan lebih menarik diskusi

kelompok, seminar, brain stroming, snow balling, role play, buzz

group dan simulasi (Kemenkes,2015). Di masa pandemi ini

menuntut kegiatan posyandu remaja dilakukan secara

online/daring. Namun demikian, pada kenyataannya di lapangan

banyak kendala yang dihadapi selain koneksi internet dari para

peserta juga tentunya penyampaian materi tidak bisa dilakukan

secara interaktif seperti saat offline. Maka dengan begitu, perlu

adanya pelatihan kepada kader posyandu agar dapat melakukan


44

inovasi metode yang menarik ketika dilakukan secara

daring/online (Kemenkes, 2018).

B. Procces

Standar Oprasional Prosedur merupakan tata cara yang sudah

diatur secara tersturktur dalam sebuah program (Daryatmmaka,2019).

Dalam pelaksaan program posyandu remaja di Kelurahan

Bandarharjo terdapat 2 SOP yakni SOP Pembentukan Posyandu

Remaja dan SOP Pemantauan dan Pembinaan Posyandu Remaja.

SOP ini dikeluarkan oleh UPTD Puskesmas Bandarharjo. Program

Posyandu Remaja di Kelurahan Bandarharjo sudah sesuai dengan

SOP Pembentukan Posyandu Remaja. Dalam pelaksanaan posyandu

remaja di Kelurahan Bandarharjo didasari oleh SOP Pemantauan dan

Pembinaan Posyandu Remaja. Pemantauan dan pembinaan

dilaksanakan setiap bulan pada saat kegiatan posyandu remaja

berlangsung.

C. Output

Partisipasi remaja dalam kegiatan program posyandu remaja

di Kelurahan Bandarharjo selama 7 bulan dinyatakan rendah, dengan

presentase 30,8%. Setiap bulannya partisipasi remaja yang datang ke

posyandu remaja mengalami penurunan. Faktor presdiposing

merupakan salah satu faktor yang penting dalam menunjung perilaku

remaja, dimana bila pengetahuan remaja mengenai kesehatan rendah

maka remaja cenderung tidak akan datang ke posyandu remaja


45

(Notoatmojo, 2011). Teman sebaya juga faktor pembentuk perilaku

remaja. Remaja cenderung akan datang ke posyandu remaja karena

ajakan teman, bila teman mereka tidak berangkat remaja cenderung

tidak akan datang ke posyandu remaja (Permatasari, Yuli, 2018).

Partisipasi remaja dalam mengikuti posyandu remaja dinyatakan

rendah. Aspek Man, pembina posyandu remaja yang tidak sesuai dengan

keahliannya dan kader tidak selalu hadir dalam kegiatan posyandu remaja

disebabkan sebagian besar kader memiliki kesibukan. Aspek Market,

kurangnya penyebar luasan informasi mengenai pelaksanaan posyandu

remaja. Aspek Money, tidak adanya dana insentif untuk ketua dan kader

posyandu remaja. Aspek Method, ketika dilakukan secara offline dengan

ceramah, sedikit remaja berpartisipasi dalam posyandu remaja.

Penyampaian materi secara online kurang begitu menarik dan kurang ada

feedback dari remaja karena dirasa kurang interaktif.


46

C. Konsep Dasar Teori Partisipasi

1. Pengertian Partisipasi

Secara etimologi, menurut Echols dan Shadily partisipasi berasal

dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang artinya pengikutsertaan, ata

u dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna dari “partisipasi”

berarti turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Menurut Theorson dala

m kamus sosiologi menyebutkan bahwa, partisipasi merupakan keikutsert

aan seseorang di dalam kelompok untuk mengambil bagian dari kegiatan

masyarakat, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.

Dari beberapa pengertian partisipasi di atas, menurut Cohen dan Uphoff y

ang dikutip oleh Siti Irene dalam buku Desentralisasi dan Partisipasi Mas

yarakat dalam Pendidikan yakni terdapat empat jenis partipasi antarlain y

aitu; pertama, pasrtipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partispasi

dalam pelaksanaan. Ketiga, partipasi dalam pengambilan pemanfaatan. K

eempat, partisipasi dalam evaluasi.

Pertama, partipasi dalam pengambilan keputusan. Partipasi ini be

rkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama.

Bentuk dari partisipasi dalam pengambilan keputusan ini diantaranya; me

nyumbangkan gagasan atau ide, kehadiran kader dan peserta remaja dala

m mengikuti rapat serta pelaksanaan kegiatan posyandu remaja, diskusi d

an tanggapan atau penolakkan terhadap program yang ditawarkan. Kedua,

partipasi dalam pelaksanaan. Partispasi ini menggerakkan sumber dana, k


47

egiatan administrasi, koordinasi dan pemaparan program. Ketiga, Partipas

i dalam pengambilan manfaat. Partipasi ini tidak lepas dari hasil pelaksan

aan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuant

itas. Keempat, partipasi dalam evaluasi. Partisipasi ini berkaitan dengan p

elaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya, bertujuan untu

k mengetahui ketercapaian program yang telah dilaksanakan.

Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan sesorang atau sekelo

mpok orang dalam suatu kegiatan baik itu dalam kegiatan perencanaan, p

elaksanaan, pemanfaatan, maaupun evaluasi, dimana sesorang atau sekelo

mpok orang tersebut memberikan konstribusi langsung baik berupa mater

i maupun non materi (Febriansyah, 2015). Pada dasarnya tujuan partisipas

i adalah untuk memanfaatkan suatu masyarakat atau kelompok dalam suat

u wilayah agar dapat bekerjasama dalam proses pmbangunan, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hingga pengevaluasian dan meni

kmati atau merasakan hasil dari pembangunan tersebut.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keha

diran partisipasi remaja dalam mengikuti posyandu remaja. Menurut Gree

n yang dikutip oleh Notoatmodjo dalam buku Promosi Kesehatan dan Per

ilaku Kesehatan yang diantaranya ialah sebagai berikut;

a. Enabling Factors (Faktor Pemungkin) Enabling Factors merupakan fa

ktor memungkinkan motivasi dapat terlaksana, dengan adanya keterse

diaan sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan.


48

b. Reinforcing Factors (Faktor Penguat) Reinforcing Factors adalah fakt

or yang menguatkan dengan sikap dan perilaku, seperti dukungan dari

para tokoh masyarakat, tokoh agama, dukungan orangtua dan teman s

ebaya.

D. Hasil Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya

No Judul Peneliti Variabel Metode Hasil


1. Faktor-Faktor Y Kika Dwi Varibel bebas: Penelitian ku Hasil menunjukkan
ang Berhubunga Kurniawati Pengetahuan dan antitatif deng bahwa adanya hubunga
n Dengan Partisi sikap an pendekata n antara pengetahuan,
pasi Remaja Dal n crosss-sect persepsi keseriusan, pe
am Mengikuti P Variabel terikat: ional. rsepsi hambatan dan ef
osyandu Remaja Partisipasi Dengan meto ikasi diri dengan kecen
Di Kelurahan Pa remaja de Propotion derungan partisipasi re
nggung Kidul K al Random S maja dalam mengikuti
ota Semarang ampling posyandu remaja di Ko
ta Semarang.
49

2. Faktor–Faktor Rima Desi Variabel bebas: Observasiona Hasil penelitian menun


Yang Tri pengetahuan, l analitik jukkan
Berhubungan jarak, sarana, dengan ahwa adanya hubungan
Dengan dukungan, teman menggunaka antara pengetahuan,
Partisipasi sebaya, n pendekatan jarak, sarana,
Remaja Di dukungan Cross dukungan teman
Posyandu keluarga. Sectional sebaya, dukungan
Remaja keluarga dengan
Desa partisipasi
Sonokulonkeca Variabel terikat; remaja. Sehingga
matan Todanan partisipasi terdapat hubungan
Kabupaten remaja di variabel dengan
Blora posyandu remaja. partisipasi Remaja di
Posyandu Remaja
Desa Sonokulon
Kabupaten Blora

3. Faktor-Faktor Helena Variabel bebas: Jenis Hasil penelitian


yang Pangaribuan Faktor faktor penelitian ini menunjukkan bahwa
Berhubungan adalah tidak ada hubungan
dengan Minat Variabel terikat; analitik dukungan tokoh
Remaja Minat Remaja dengan masyarakat dengan
Berkunjung ke pendekatan minat remaja
Posyandu di Cross berkunjung ke
Kelurahan Baiya Sectional posyandu yang
Kecamatan Study dibuktikan dengan uji
Tawaeli statistik dengan nilai p-
Value 0,177 > 0,05 dan
hasil penelitian
menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan
dukungan kader
dengan minat remaja
berkunjung ke
posyandu yang
dibuktikan dengan uji
statistik dengan nilai p-
Value 0,469> 0,05.
4 Faktor-Faktor Yunia Variabel bebas: Penelitian ini Ada hubungan yang
yang Lisma Faktor faktor merupakan bermakna antara
Mempengaruhi prilaku penelitian pengetahuan dengan
Perilaku Remaja Variabel terikat; deskriftif perilaku remaja. Ada
ke Posyandu di Minat Remaja analitik hubungan yang
Wilayah Kerja dengan bermakna antara sikap
Puskesmas metode cross dengan perilaku
Muara Bulian sectional. remaja. Ada hubungan
yang bermakna antara
jarak dengan perilaku
remaja, ada hubungan
yang bermakna antara
sumber informasi
50

dengan perilaku
remaja, ada hubungan
antara peran petugas
dengan perilaku
remaja, dan ada
hubungan yang
bermakna antara
dukungan keluarga
dengan perilaku remaja
ke posyandu di
Wilayah Kerja
Puskesmas Muara
Bulian.
5 Faktor Ruwayda Variable bebas: Desain Hasil penelitian dik
Reinforcing & M. Dody Faktor penelitian etahui (faktor reinfo
yang Izhar Reinforcing analitik dengan rcing) 71
Berhubungan Variable terikat: rancangan (77,2% ) peran pet
dengan Perilaku Perilaku Remaja cross sectional ugas kesehatan bai
Remaja Ke Ke Posyandu k, 56 (60,9%) pera
Remaja n kader baik, 63 (6
Posyandu
8,5%) dukungan kel
Remaja
uarga baik dan seb
Kelurahan anyak 75
Penyengat (81.5%) responden b
Rendah Di erperilaku baik. Hasi
Wilayah l uji chi square menu
Puskesmas njukkan ada hubung
Aurduri Kota an peran petugas kes
Jambi ehatan, kader Posya
ndu
remaja dan dukunga
n keluarga terhadap
perilaku remaja ke p
osyandu p value = 0.
000 (p<0.05).
51

E. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Partisipasi Remaja

Faktor Predisposisi :
 Pengetahuan
 Sosiodemografi :
 Usia
 Jenis Kelamin
 Status Ekonomi Keluarga
 Pendidikan

Partispasi Remaja
Faktor Pemungkin : dalam Kegiatan
 Sarana Prasarana Fasilitas Posyandu remaja
Kesehatan
 Pelananan Kesehatan

Faktor Pendorong :

 Sikap
  Dukungan
DukunganKeluarga
Masyarakat

 Dukungan Petugas Kesehatan


 Dukungan Pemerintah

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Kementerian Kesehatan menjalankan Pelayanan Kesehatan

Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas yang menyediakan paket layanan

kesehatan remaja yang komprehensif meliputi KIE, Konseling,

Pengembangan Konselor Sebaya, Layanan Klinis. Perawatan medis dan

rujukan, termasuk pemberdayaan masyarakat. Selain Puskesmas, layanan

kesehatan remaja yang komprehensif tersedia melalui UKS di sekolah,

klinik kesehatan dan yang terbaru adalah program Posyandu Remaja.

Posyandu Remaja diharapkan menjadi wadah masyarakat untuk

membantu remaja memahami masalah kesehatan remaja dan memperluas

jangkauan Puskesmas PKPR untuk memberikan pelayanan promotif dan

preventif kepada remaja sasaran. (Kemenkes RI, 2018).

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor

pokok yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku

(nonbehaviourcaues). Sementara faktor perilaku (behavior causes)

dipengaruhi oleh tiga faktor yakni : Faktor Predisposisi (Predisposing

Factors) yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan

sikap. Faktor pemungkin (Enabling Factors) yang terwujud dalam

lingkungan fisik yakni sarana dan prasarana fasilitas kesehatan dan

fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)

52
PAGE \* MERGEFORMAT 2

yang terwujud dalam dukungan yang diberikan oleh keluarga maupun

tokoh masyarakat. (Notoatmodjo, 2014). Rendahnya tingkat kehadiran

remaja di posyandu remaja dapat disebabkan oleh faktor Predisposisi

(Pengetahuan, Sikap, Umur, Jenis Kelamin), faktor Pemungkin (sarana

prasarana fasilitas kesehatan, pelayanan kesehatan), Faktor Pendorong

(dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, dukungan Petugas

kesehatan, Dukungan Pemerintah)

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

merupakan penelitian yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan dengan

menggunakan rancangan yang terstruktur, sesuai dengan sistimatika

penelitian ilmiah.(Wijayanti, Rizal dan Bahtiar, 2014). Dengan

menggunakan desain penelitian metode cross sectional, yaitu penelitian

yang dinamis untuk mempelajari hubungan antara faktor resiko dan efek

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data satu kali

(Notoatmodjo, 2014)

3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian

yang telah dirumuskan didalam perencanaan penelitian dengan rumusan

hipotesis:
PAGE \* MERGEFORMAT 2

Ho : Tidak ada pengaruh pengetahuan, usia, jenis kelamin, pendidikan,

status ekonomi, sikap, dan dukungan keluarga terhadap partisipasi remaja

dalam kegiatan posyandu remaja.

Ha : Terdapat pengaruh pengetahuan, usia, jenis kelamin, pendidikan,

status ekonomi, sikap, dan dukungan keluarga terhadap partisipasi remaja

dalam kegiatan posyandu remaja.

4. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian yaitu suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. (Prof. Dr.

Sugiyono, 2020). Menurut Hatch dan Farhady (1981) dalam Sugiyono

(2015), variabel adalah seseorang atau obyek yang mempunyai variasi

antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek yang lain. Variabel

mengandung pengertian ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki seseorang

atau sesuatu yang dapat menjadi pembeda atau penciri antara yang satu

dengan yang lainnya.

Penelitian ini berdiri atas variabel bebas (independen) dan variabel terikat

(dependen).

1. Variabel bebas (independen)

Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi

variabel lain, apabila variabel independen berubah maka dapat

menyebabkan variabel lain berubah (Masturoh, 2018). Dalam


PAGE \* MERGEFORMAT 2

penelitian ini yang menajdi variabel bebasnya adalah pengetahuan,

usia, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi keluarga, sikap, dan

dukungan keluarga

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independen, artinya variabel dependen berubah karena disebabkan

oleh perubahan pada variabel independen (Masturoh, 2018). Dalam

Penelitian ini variabel terikatnya adalah partisipasi remaja dalam

kegiatan posyandu remaja.

5. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

dimungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cemat terhadap suatu objek atau fenomena (Notoatmodjo, 2010).

Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan

ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara

dimana variabel dapat diukur dan ditentukan perkategorinya.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Drfinisi Alat Hasil Ukur Skala


Konseptual Operasional Ukur
1 2 3 4 5 6
Variabel Independen
Pengetahuan Pengetahuan Hasil yang Kuesioner 1 : Kurang ≤ 54% Ordinal
adalah hasil diketahui 2 : Cukup 55-73%
PAGE \* MERGEFORMAT 2

penginderaan remaja 3 :baik 74-100%


manusia atau tentang (Arikunto,2013)
hasil tahu posyandu
seseorang remaja
terhadap
objek melalui
inddera yang
dimiliki
(Notoatmodjo
,2014)
Usia Usia adalah Lama waktu Kuesioner 1. Remaja Awal : Ordinal
lama waktu hidup dari 11-13 tahun
seseorang remaja yang 2. Remaja tengah :
yang dinyatakan 14-16 tahun
terhitung dalam tahun 3. Masa Remaja
mulai saat penuh, diukur Akhir 17-20
kelahiran. menggunakan tahun (Murti,
Dimana usia kuesioner. 2022)
diukur dari
tahun lahir
hinggaa
sekarang
(WHO, 2017)
Jenis Jenis kelamin Perbedaan kuesioner Laki laki Nomina
Kelamin adalah biologis perempuan l
perbedaan remaja antara
antara laki- laki dan
perempuan perempuan
dengan laki-
laki secara
biologis sejak
seorang itu
dilahirkan.

Sikap Sikap adalah Sikap remaja Kuesioner Nilai sikap Rasio


respon terhadap respondenyang
tertutup keikutsertaan dikategorikanberda
PAGE \* MERGEFORMAT 2

seseorang posyandu sarkan Azwar,


terhadap remaja (2010):
stimulus atau 1. Positif: skor
objek tertentu Tresponden > skor
yang sudah Tmean
melibatkan 2. Negatif: skor
faktor Tresponden < skor
pendapat dan Tmean
emosi yang
bersangkutan
(senang, tidak
senang),
setuju tidak
setuju, baik
atau tidak
baik, dan lain
sebagainya
(Notoatmodjo
, 2010)
Dukungan Dukungan Dukungan Kuesioner 1. Tidak Ordinal
Keluarga keluarga keluarga yang mendukung jika
merupakan diberikan nilai kurang dari
bagian remaja agar mean atau
integral dari dapat median
dukungan berpartisipasi 2. Mendukung jika
sosial yang dalam nilai kurang dari
bergabung posyandu mean atau
berinteraksi median
secara teratur (Herlina, 2013)
satu dengan
yang lain
(Andarmoyo,
2012)
Variabel Dependen
Partisipasi partisipasi Keikutsertaan Kuesioner 1. ya Ordinal
adalah remaja dalam 2. tidak
keterlibatan kegiatan
PAGE \* MERGEFORMAT 2

yang bersifat posyandu


spontan yang remaja yang
disertai dilihat dari
kesadaran daftar hadir
dan tanggung atau absensi
jawab
terhadap
kepentingan
kelompok
untuk
kepentingan
bersama.
(Supriani,
2021)

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek yang akan diteliti dan

memenuhi karakteristik yang sudah dintentukan (Riyanto, 2011).

Populasi penelitian ini adalah 50 remaja di Posyandu Remaja Desa

Pasirnanjung Kecamatan Cimanggung.

2. Sampel

Sampel adalah wakil atau sebagian dari populasi yang memiliki

sifat dan karakteristik yang sama yang menggambarkan dan dapat

mewakili seluruh populasi yang diteliti. Pada penelitian ini Teknik

pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling. Total

sampling merupakan Teknik pengambilan sampel dimana seluruh


PAGE \* MERGEFORMAT 2

anggota populasi dijadikan sampel. Sampel yang digunakan pada

penelitian ini berjumlah 50 remaja dari total populasi posyandu remaja di

wilayah Posyandu Remaja Desa Pasirnanjung Kecamatan Cimanggung .

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,

maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria

inklusi, maupun kriteria ekslusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-

ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam peneliatian ini sampel diambil berdasarkan kategori

inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum dari subjek

penelitian yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang

dapat diambil sebagai sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan

tujuan penelitian. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Remaja laki-laki dan remaja perempuan

2) Usia remaja 10-18 tahun yang berada di wilayah Posyandu

Remaja Desa Pasirnanjung Kecamatan Cimanggung

3) Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel


PAGE \* MERGEFORMAT 2

penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi kriteria eksklusinya

adalah :

1) Bukan termasuk jenis kelamin laki-laki maupun perempuan

2) Anak-anak dan orang tua yang usianya kurang dari 10 tahun dan

lebih dari 18 tahun

3) Remaja yang bertempat tinggal di luar wilayah Desa

Pasirnanjung

4) Tidak bersedia menjadi responden atau subjek dalam penelitian

ini

C. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang digunakan

dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan data primer atau

data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan

menggunakan alat ukur kuesioner. kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Langkah atau cara pengumpulan data yang dilakukan peneliti

dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Langkah awal adalah peneliti melakukan perizinan kepada institusi

terkait sebagai izin melakukan penelitian.


PAGE \* MERGEFORMAT 2

b. Pada proses pengumpulan data peneliti mengikutsertakan 2 orang

enumerator yang bertugas sebagai observer penelitian.

c. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada enumerator

sehingga adanya persamaan presepsi penelitian

d. Peneliti memberikan lembar kuesioner kepada enumerator untuk

membantu menyebarkan kuesioner kepada responden sesuai dengan

sampel yang ditentukan.

e. Peneliti menjelaskan maksud, tujuan, dan cara pengisian kuesioner

sehingga responden faham denga nisi kuesioner.

f. Melakukan absensi pada responden.

i. Peneliti melakukan informed consent sebelum melakukan penelitian

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam dan sosial yang diamati, instrumen yang digunakan untuk

penelitian studi ini memperoleh data yang dibutuhkan, yaitu survei

kuesioner. Daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh

responden (Sugiyono, 2015). Kuesioner termasuk aspek penting dalam

penelitian yang terdiri dari serangkaian pertanyaan untuk mengumpulkan

informasi dari responden diantaranya:

a. Instrumen 1 merupakan pertanyaan tentang data identitas remaja

diantaranya: nama posyandu, No responden, Hari/Tanggal

wawancara, karakteristik responden (nama inisial, usia, jenis kelamin,

sekolah, kelas)
PAGE \* MERGEFORMAT 2

b. Instrumen 2 merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur

variabel pengetahuan, yang digunakan untk mengukur pengetahuan

dalam penelitian ini menggunakan skala guttman. Instrumen di

kembangkan oleh Lestari (2019) terdapat 10 pertanyaan yang terdiri

dari 9 pertanyaan positif, dan 1 pertanyaan negatif. Kuesioner ini

merupakan kuesioner tertutup dimana kuesioner ini dibuat

berdasarkan pada pengetahuan atau konsep dalam posyandu remaja,

sehingga responden hanya memilih atau menjawab jawaban benar

atau salah pada salah satu pertanyaan.

c. Instrumen 3 merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur

variabel sikap remaja. Instrumen dikembangkan oleh Yulia (2020).

Instrumen ini terdiri dari 10 pertanyaan, 4 pertanyaan positif, dan 6

pertanyaan negatif dengan menggunaka skala pengukuran Likert.

Skor yang diberikan sebagai berikut :

Apabila pernyataan sikap positif maka skor terendah 1 (untuk

jawaban STS) dan tertinggi adalah 5 (untuk jawaban SS). Namun

untuk pernyataan negatif skor yang diberikan adalah sebaliknya, yaitu

skor terendah 1 (untuk jawaban SS) dan skor tertinggi 5 (untuk

jawaban STS) (Swarjana, 2022).

d. Instrumen 4 merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur

variabel dukungan keluarga. Kuesioner tentang dukungan keluarga

ini menggunakan skala Guttman. Menurut Sugiyono (2016) skala

guttman memiliki pengukuran variabel dengan tipe jawaban yang


PAGE \* MERGEFORMAT 2

lebih tegas, yaitu “Ya dan tidak”, “Benar dan Salah”, “Pernah-tidak

pernah”.

Penelitian ini menggunakan teknik jawaban Ya dan Tidak, dengan

penelaian jawaban Ya diberikan skor 1 dan Tidak diberi skor 0.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuosioner. Instrument peneltian yang dapat diterima sesuai standar adalah

instrument yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Validitas

adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item

pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variable yang diukur

tersebut.

1. Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu

benar-benar dapat mengukur objek yang diukur. Validitas dilakukan

untuk mengetahui seberapa baik tes pengukuran dalam mengukur

objek yang seharusnya diukur. Instrumen yang dinilai valid apabila

alat yang digunakan dapat dengan baik mengukur objek ukur

(Notoatmodjo, 2018).
PAGE \* MERGEFORMAT 2

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel

yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, untuk mengetahui

validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik,

yakni teknik korelasi Pearson Product Moment, yaitu :

r =n ¿ ¿

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal.

Y = skor total tiap butir soal.

N = jumlah responden.

Jika nilai r hitung r tabel berarti hasil nya valid, begitu juga

sebaliknya, jika r hitung < r tabel berarti tidak valid. Pada tingkat

kemaknaan 5% dengan n=20 maka didapatkan angka r tabel 0,444.

Selanjutnya, masing-masing pertanyaan/variabel dibandingkan antara

nilai r hasil dengan nilai r tabel dengan ketentuan: bila nilai r hasil

lebih besar dari r tabel pertanyaan tersebut valid.

2. Uji Reliabilitas

Dalam (Notoatmodjo, 2018) dijelaskan, reliabilitas

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten atau

tetap bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih tergadap gejala

yang sama, dengan alat ukur yang sama. Untuk melihat apakah suatu
PAGE \* MERGEFORMAT 2

alat ukur reliabel atau tidak diantaranya dapat menggunakan

pendekatan konsistensi internal yaitu Alpha Cronbach (Sugiyono,

2014).

Adapun rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

rii=
k
(1−
∑ Si )
2

k −1 St 2

Keterangan:

rii = Reliabilitas instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Si2 = Jumlah varian butir soal/item

St2 = Varianr soal

Menurut kriteria dari Guilford (Sugiono, 2014), koefisien

reliabilitas Alpha Cronbach terbagi menjadi berikut ini, yaitu:

Tabel 3.2 Koefisien reliabilitas

Kriteria Koefisien Reliabilitas α


Sangat Reliabel >0,900
Reliabel 0,700 – 0,900
Cukup Reliabel 0, 400 – 0,700
Kurang Reliabel 0,200 – 0,400
Tidak Reliabel <0,200

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini

melalui tiga tahap yaitu:


PAGE \* MERGEFORMAT 2

1. Tahap Pra Penelitian

1) Mencari fenomena dan masalah penelitian yang terjadi, dalam tahap

ini peneliti mengambil masalah mengenai kurangnya partisipasi

remaja dalam kegiatan posyandu remaja. Permasalahan penelitian

yang diangkat berdasarkan studi literatur pada beberapa jurnal

mengenai faktor yang menjadi penyebab kurangnya minat remaja

dalam kegiatan posyandu remaja.

2) Menentukan lokasi penelitian sebagai tempat pengambilan masalah

dan penelitian. Tempat yang dipilih merupakan posyandu di desa

Pasirnanjung Kecamatan Cimanggung karena memenuhi kriteria

penelitian berdasarkan masalah yang ingin diteliti.

3) Melakukan studi pendahuluan untuk melengkapi latar belakang

permasalahan dan mempertajam fenomena yang terjadi. Perizinan

pengambilan data awal dari program studi kebidanan S1 Univeristas

Jenderal Achmad Yani

4) Melakukan studi kepustakaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

masalah penelitian.

5) Menyusun proposal penelitian. Setelah seluruh data yang dibutuhkan

diperoleh, maka peneliti menyusun proposal penelitian yang berisi

latar belakang penelitian, tinjauan pustaka, dan metodelogi penelitian

yang digunakan.

6) Seminar proposal
PAGE \* MERGEFORMAT 2

7) Melakukan penelitian di desa Pasirnanjung pada remaja yang

memenuhi kriteria inklusi.

8) Pengumpulan dan pengolahan data hasil penelitian

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data mentah yang akan diolah sebagai berikut: (Islamy and Farida, 2019).

a. Editing

Pada kegiatan ini dilakukan pengecekan kuesioner apakah sudah

terisi sesuai dengan pertanyaan dan dijawab dengan jelas sesuai

dengan pertanyaan yang diajukan.

b. Coding

Mengubah data menjadi kode angka tertentu pada kuesioner untuk

mempermudah pengolahan data.

Peneliti memberikan kode tertentu terhadap jawaban yang diberikan

responden. Dengan kode skor pengetahuan sebagai berikut:

No Keterangan Coding

1 a) Pengetahuan baik jika: 76-100% jawaban 1


benar
2 b) Pengetahuan cukup jika 56-75% jawaban 2

3 c) Pengetahuan kurang jika < 56 % jawaban 3


benar
PAGE \* MERGEFORMAT 2

c. Entry Data

Memasukkan data yang sudah didapat ke dalam program komputer

dengan menggunakan SPSS.

d. Analyzing

Menganalisis data agar sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

Hasil penelitian dianalis dengan menggunakan SPSS.

e. Cleaning

Melakukan pengecekan kembali data yang sudah dientri, apakah ada

kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data

Data yang diolah baik secara manual maupun menggunakan bantuan

computer tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. Menganalisis data-

data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginterpresentasikan data

yang diolah.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendapatkan gambar

dengan melihat distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel

yang berguna untuk mendapatkan gambaran dari variabel dependen

yaitu usia, jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga

dan variabel independen yaitu partisipasi remaja. Dengan rumus :

x
p × 100
n

Keterangan:

p = Presentase
PAGE \* MERGEFORMAT 2

x = Jumlah kejadian pada responden

n = Jumlah seluruh responden

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2018). Analisa bivariat

yaitu analisa yang digunakan untuk menghubungkan antara dua

variabel, variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis bivariat

dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan usia, jenis

kelamin, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dengan partisipasi

remaja di posyandu remaja Desa Pasirnanjung Kecamatan

Cimanggung.

Analisis untuk membuktikan kebenaran hipotesis dengan

menggunakan uji statistic chi-square, karena penelitian

inimenggunakan data kategorik, jenis penelitian analitik, desan cross

sectional, skala pengukuran ordinal dan nominal. Dan perhitungan

Confidence Interval (CI) digunakan taraf signifikansi 95% dengan

nilai kesalahan 5%. Dasar pengambilan hipotesis penelitian

berdasarkan pada tingkat signifikan dengan derajat kepercayaan (a =

0,05), hubungan dikatakan bermaksa apabila nilai p < 0,05

(Sujarweni, 2014).
PAGE \* MERGEFORMAT 2

Syarat yang terdapat pada uji chi square apabila tidak

memenuhi syarat digunakan uji alternatif yaitu uji fisher exact

(Dahlan, 2017).

Analisis data dilakukan menggunakan proses SPSS.

Keputusan hasil uji statistik dengan membandingkan nilai p (p-value)

dan nilai a (0,05), ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut:

1) Jika p-value ≤ 0,05 berarti Ho ditolak, shingga antara kedua

variabel ada hubungan yang bermakna.

2) Jika p-value> 0,05 berarti Ho diterima, shingga antara kedua

variabel tidak ada hubungan yang bermakna.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti

terhadap subjek serta sesuatu yang dihasilkan peneliti bagi masyarakat,

sebagai berikut:

1. Beneficence, peneliti meyakinkan responden bahwa penelitian ini bebas

dari bahaya, tidak bersifat memaksa melainkan sukarela, manfaat yang

dirasakan, dan tidak menimbulkan resiko.

2. Mal-efficence, peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak menimbulkan

bahaya pada responden dan responden terlindung dari setiap resiko.

3. Repost for human dignity, responden berhak untuk menentukan dirinya

sendiri dan mendapatkan informasi lengkap diantaranya mengenai tujuan,

cara penelitian, cara pelaksanaan, manfaat penelitian, dan hal-hal lain

yang berkaitan dengan penelitian.


PAGE \* MERGEFORMAT 2

4. Justice, setiap responden berhak mendapatkan perlakuan adil dan dijaga

privasinya.

5. Informed consent, lembar persetujuan yang diberikan kepada responden.

Responden harus memenuhi kriteria yang ditentukan. Lembar

informedconsent harus dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat

penelitian. Bila responden menolak maka peneliti tidak boleh memaksa

dan menghormati hak-haknya.

6. Anonymity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar

pernyataan untuk menjaga kerahasiaan responden.

7. Confidentiality, keberhasilan informasi responden dijamin oleh peneliti

dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai penelitian.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi Penelitian yang menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan

(Notoatmodjo, 2018). Rencana penelitian ini akan dilaksanakan di Desa

Pasirnanjung Kecamatan Cimanggung.

2. Waktu Penelitian

Rencana penelitian ini akan dilaksanakan dimulai dari bulan Juni 2023
DAFTAR PUSTAKA

Kusadarita, Rima Desi Tri. 2021. Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan

Partisipasi Remaja Di Posyandu Remaja Desa Sonokulonkecamatan

Todanan Kabupaten Blora. Thesis; Program Studi Sarjana Terapan

Kebidanan dan Pendidikan Poltekkes Kemenkes Semarang.

Larasaty, Nurina Dyah. Hasna, Nida Luthfia. 2021. Kendala Pelaksanaan Program

Posyandu Remaja Di Masa Pandemi. Inkesjar; Inovasi Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat Untuk Penguatan Merdeka Belajar.

Universitas Muhammadiyah Semarang

Lestari, Endang. 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat

Kehadiran Remaja Di Posyandu Remaja Desa Bedikulon Kabupaten

Ponorogo. Thesis; Peminatan Promosi Kesehatan Program Studi S1

Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Matanah, Lina. 2017. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu

Tentang Posyandu Dengan Tingkat Partisipasi Di Posyandu Anggrek Vii

Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Program

Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Muliati, Ni Made. 2020. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Minat Remaja

Berkunjung ke Posyandu di Kelurahan Baiya Kecamatan Tawaeli. Jurnal

Kolaboratif Sains; Volume 03, Nomor 03, Juni. Artikel 3’ ISSN 2623-

2022

PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2

Notoatmodjo, 2007. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Rineka Cipta,

Jakarta

Oktaviani, Nur . 2021. Partisipasi Remaja Dalam Program Pelayanan Kesehatan

Peduli Remaja Di Posyandu Remaja Pekenden Rw.10 Kelurahan

Jagasatru Kota Cirebon. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri

Syekh Nurjati Cirebon

Sandy, Arie. (2020). Analisis Perbandingan Produktivitas Kerja Sales

Berdasarkan Gender Pada PT. Lautan Berlian Utama Motor Cabang

Waylunik Bandar Lampung. Skripsi Thesis, Iib Darmajaya.

Wawan, Dewi, M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan Perilaku

Manusia. Nuha Medika, Yogyakarta


LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner
Variabel Indikator No. Jumlah Favorable Unfavorable

Item Item

Pengetahuan Pengertian Posyandu Remaja 1 1 1

Manfaat Posyandu Remaja 2, 6, 8 3 2, 8 6

Jenis Kegiatan 3, 4, 10 3 3, 4, 10

Tujuan Posyandu Remaja 5 1 5

Sasaran Posyandu Remaja 7, 9 2 7, 9

Sikap Manfaat Posyandu Remaja 1, 2, 5 3 1 2, 5

Kegiatan Posyandu Remaja 3, 4, 6, 7 6, 7, 9 3, 4, 8, 10

7, 8, 9,

10

Dukungan Dukungan informasional 5, 2 2 5, 2

Keluarga

Dukungan Fisik 4 1 4

Dukungan Penilaian 1 1 1

Dukungan emosional 3 1 3

Anda mungkin juga menyukai