Anda di halaman 1dari 154

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR MANAJEMEN, KOMUNIKASI, KEMITRAAN DAN


INOVASI DALAM PELAKSANAAN POSBINDU PTM DI
KELURAHAN GUNUNG BATU KOTA BOGOR
TAHUN 2017

TESIS

SITI KHODIJAH PARINDURI


1506705525

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
DEPOK
JULI 2017
UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR MANAJEMEN, KOMUNIKASI, KEMITRAAN DAN


INOVASI DALAM PELAKSANAAN POSBINDU PTM DI
KELURAHAN GUNUNG BATU KOTA BOGOR
TAHUN 2017

TESIS

Diajukan sebagai salahsatu syarat memperoleh gelar


Magister Kesehatan Masyarakat

SITI KHODIJAH PARINDURI


1506705525

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
DEPOK
JULI 2017
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
Kesehatan Masyarakat peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan Tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Dr. Pujiyanto, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang selama ini
telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan semangat untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini;
(2) Dr. Ede Surya Darmawan, SKM, MDM selaku Dosen Penguji seminar
proposal dan sidang tesis.
(3) Dr.drg. Wahyu Sulistiadi, MARS selaku penguji sidang tesis.
(4) Punto Dewo, SKM, M.Kes selaku penguji sidang tesis.
(5) Putri Permatasari, SKM, MKM selaku penguji sidang tesis.
(6) Vetty Yulianty Permanasari, SSi, MPH selaku dosen penguji seminar hasil.
(7) pihak Dinas Kesehatan Kota Bogor yang telah membantu mengarahkan
dalam menentukan lokasi penelitian, khususnya drg. Firy sebagai Kasie
PTM;
(8) Kepada Kepala Puskesmas Pasir Mulya yang telah memberikan izin untuk
penelitian, Pak Iwan dan Bu Tati serta pihak Puskesmas Pasir Mulya yang
telah banyak membantu dalam pengumpulan data.
(9) Ibu Kader Posbindu PTM Kelurahan Gunung Batu
(10) Masyarakat Kota Bogor.
(11) Kepada seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
v
(12) Kepada seluruh staff Akademik, Departemen AKK, rumah tangga, dan
perlengkapan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
(13) Orang tua saya sang pedagang sayur yang setiap subuh sudah pulang dari
pasar demi mendidik kami menjadi anak yang mencintai ilmu hingga tahap
ini ( M. Zuhdi Parinduri dan Khairani Nasution), saudara ( Ka Sri, Ka
Wilda, Fitri Khoiriyah Parinduri) yang selalu memberikan dukungan,
ponakan tersayang (Zahra dan Hudza) dan keluarga (Bang Kandar, Etek,
Ratna, dan Uda) yang selalu memberikan bantuan dukungan material dan
moral sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini; dan
(14) Teman senasib sepenanggungan krucil (Fitria, Zizah, Vani, Fit Djou, Putri)
yang sama-sama berjuang sebagai fresh graduate menjalankan amanah
menuntut ilmu dari beasiswa kedua orang tua.
(15) Para MPK 2015 dan Pejuang Tesis yang telah saling membantu dan
menyemangati dalam suka duka perjalanan Tesis.
(16) Sahabat Medan dan Smansa Bogor yang telah banyak membantu dan
mendoakan saya dalam menyelesaikan Tesis ini.
(17) Semua pihak yang telah turut berpartisipasi dalam mendukung kelancaran
proses penelitian.
Akhir kata, saya berharap Allah swt. membalas segala kebaikan pihak yang telah
mendukung penelitian Tesis saya. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu dan mendukung perbaikan bagi program
kesehatan Indonesia dan setiap langkahnya dipenuhi keberkahan.

Depok, Juli 2017


Penulis

vi
vii
ABSTRAK

Nama : Siti Khodijah Parinduri


Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul :“Faktor Manajemen, Komunikasi, Kemitraan, dan Inovasi dalam
Pelaksanaan Posbindu PTM di Kelurahan Gunung Batu Kota
Bogor Tahun 2017.”

Pada tahun 2015 kematian akibat PTM sebanyak 68% dan diproyeksikan di tahun
2030 meningkat menjadi 74%. Indonesia tahun 2013 berdasarkan data Riskesdas
menunjukkan bahwa 69,6% dari diabetes melitus dan 63,2% dari hipertensi masih
belum terdiagnosis. Upaya proaktif pemerintah ialah melalui pelaksanaan
Posbindu PTM dimana menunjukkan jumlah kunjungan yang sangat berbeda di
wilayah binaan Puskesmas Pasir Mulya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
lebih dalam gambaran manajemen, komunikasi, kemitraan dan inovasi dalam
pelaksanaan Posbindu PTM dan faktor yang menentukan hasil evaluasi
pelaksanaan Posbindu PTM. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan
metode wawancara mendalam, focus group discussion (FGD), telaah dokumen
dan observasi di dua Posbindu PTM dengan kunjungan tertinggi dan terendah
pada masyarakat dengan karakteristik yang hampir sama. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa manajemen SDM menjadi faktor yang memberikan banyak
kontribusi dalam pelaksanaan Posbindu PTM, kemudian komunikasi dan inovasi
perlu didukung oleh kemitraan. Pelaksanaan Posbindu PTM didukung oleh
optimalisasi faktor-faktor manajemen, komunikasi, kemitraan dan inovasi yang
saling berkaitan dalam meningkatkan keberhasilan pelaksanaan.

Kata kunci:
Manajemen; Penyakit Tidak Menular; Posbindu PTM

viii
ABSTRACT

Name : Siti Khodijah Parinduri


Study Program : Public Health
Title :“Management, Communication, Partnership, and
Innovation Factors in Posbindu PTM Implementation
Process in Gunung Batu Bogor City Year 2017”

By 2015 the deaths due to PTM are 68% and projected in 2030 to increase to
74%. Indonesia in 2013 based on Riskesdas data shows that 69.6% of diabetes
mellitus and 63.2% of hypertension are still undiagnosed. The government's
proactive efforts are through the implementation of Posbindu PTM which shows a
very different number of visits in the target area of the Pasir Mulya Public Health
Center. The purpose of this study is to know more in the description of
management, communication, partnership and innovation in the implementation
of Posbindu PTM and the factors that determine the results of the evaluation of
the implementation of Posbindu PTM. This study is a qualitative study with in-
depth interviews, focus group discussions (FGD), document review and
observation at two Posbindu PTM with the highest and lowest visits to people
with similar characteristics. The results of this study indicate that human resource
management is a contributing factor in the implementation of Posbindu PTM,
communication and innovation need to be supported by partnership. The
implementation of Posbindu PTM is supported by the optimization of
management, communication, partnership and innovation factors that are
interrelated in improving the successful implementation.

Keywords: Management; Non Communicable Diseases; Posbindu PTM


JU

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................vii
ABSTRAK........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 8

1.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 8

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 9

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 9

1.5.1 Metode ..................................................................................................... 9

1.5.2 Aplikatif ................................................................................................... 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10


2.1 Evaluasi Program Kesehatan ......................................................................... 10

2.1.1 Definisi Evaluasi Program ...................................................................... 10

2.1.2 Tujuan Evaluasi Program........................................................................ 11

2.1.3 Dimensi Evaluasi.................................................................................... 12

2.2 Posbindu PTM .............................................................................................. 15

2.2.1 Posbindu PTM ........................................................................................ 15

x
2.2.2 Tujuan .................................................................................................... 16

2.2.3 Sasaran Kegiatan .................................................................................... 16

2.2.4 Wadah Kegiatan ..................................................................................... 16

2.2.5 Pelaku Kegiatan ...................................................................................... 16

2.2.6 Klasifikasi Posbindu PTM ...................................................................... 16

2.2.7 Kemitraan Posbindu PTM....................................................................... 17

2.3 Pelaksanaan Kegiatan Posbindu .................................................................... 18

2.4 Pendekatan Sistem dalam Manajemen ........................................................... 18

2.5 Teori Sistem .................................................................................................. 19

2.6 Logic Model.................................................................................................. 21

2.7 Kunci Efektivitas Program Kesehatan ........................................................... 23

2.8 Kerangka Teori ............................................................................................. 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP ............................................................................ 29


3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................... 29

3.2 Definisi Istilah ............................................................................................... 30

3.2.1 Manajemen SDM ................................................................................... 30

3.2.2 Manajemen Dana .................................................................................... 30

3.2.3 Manajemen Sarana ................................................................................. 30

3.2.4 Inovasi.................................................................................................... 31

3.2.5 Komunikasi ............................................................................................ 31

3.2.6 Kemitraan ............................................................................................... 31

3.2.7 Evaluasi Pelaksanaan Posbindu PTM...................................................... 31

3.2.8 Cakupan Posbindu PTM ......................................................................... 32

3.2.9 Pemantauan Faktor Risiko Posbindu PTM .............................................. 32

3.2.10 Tindak Lanjut ....................................................................................... 32

xi
BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................................... 33
4.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 33

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 33

4.3 Sumber Informasi .......................................................................................... 33

4.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 34

4.4.1 Data dan Sumber Data ............................................................................ 34

Tabel 2.1 Matriks Data yang Diperlukan dan Sumber Data ............................. 35

4.4.2 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 35

4.5 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 37

4.6 Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................................ 38

4.7 Etika Penelitian ............................................................................................. 39

BAB 5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 40


5.1 Gambaran Puskesmas Pasir Mulya Kota Bogor ............................................. 40

5.2 Gambaran Demografi .................................................................................... 41

5.3 Sarana Prasarana ........................................................................................... 42

5.4 Organisasi Puskesmas ................................................................................... 43

5.5 Gambaran Kelurahan Gunung Batu ............................................................... 43

BAB 6 HASIL PENELITIAN ............................................................................... 45


6.1 Karakteristik Informan .................................................................................. 45

6.2 Manajemen SDM Posbindu PTM .................................................................. 46

6.3 Manajemen Dana Posbindu PTM .................................................................. 52

6.4 Manajemen Sarana Posbindu PTM ................................................................ 55

6.5 Inovasi Posbindu PTM .................................................................................. 59

6.6 Komunikasi ................................................................................................... 61

6.7 Kemitraan ..................................................................................................... 66

6.8 Evaluasi Posbindu PTM ................................................................................ 68

xii
BAB 7 PEMBAHASAN ........................................................................................ 74
7.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 74

7.2 Faktor Manajemen dalam Pelaksanaan Posbindu PTM .................................. 74

7.3 Faktor Inovasi dalam Pelaksanaan Posbindu PTM ......................................... 77

7.4 Faktor Komunikasi dalam Pelaksanaan Posbindu PTM ................................. 79

7.5 Faktor Kemitraan dalam Pelaksanaan Posbindu PTM .................................... 80

7.6 Evaluasi Pelaksanaan Posbindu PTM ............................................................ 82

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 85


8.1 Kesimpulan ................................................................................................... 85

8.2 Saran ............................................................................................................. 86

8.2.1 Kepada Kementerian Kesehatan ............................................................. 86

8.2.2 Kepada Dinas Kesehatan ........................................................................ 86

8.2.3 Kepada Puskesmas ................................................................................. 87

8.2.4 Kepada Perguruan Tinggi ....................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Rata-Rata Kunjungan dan Cakupan Posbindu PTM Kelurahan
Gunung Batu bulan Maret 2016- Januari 2017 ................................... 8

Tabel 5.1 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Mulya tahun
2015 ................................................................................................ 42

Tabel 5.2 Tabel Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas tahun 2015 .. 43

Tabel 6.1 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam ................................ 45

Tabel 6.2 Karakteristik Informan FGD ............................................................ 45

Tabel 6.3 Tabel Perbedaan dalam Manajemen SDM di RT 1 dan RT 7 tahun


2017 ................................................................................................ 52

Tabel 6.4 Tabel Hasil Perbedaan Manajemen Dana Posbindu PTM RW 1 dan
RW 7 tahun 2017 ............................................................................. 55

Tabel 6.5 Daftar Inventaris RW 1 Gunung Batu tahun 2017 ............................ 57

Tabel 6.6 Tabel Hasil Perbedaan Inovasi Posbindu PTM RW 1 dan RW 7 tahun
2017. ............................................................................................... 61

Tabel 6.7 Tabel Hasil Komunikasi Posbindu PTM RW 1 dan RW 7 tahun 2017.
........................................................................................................ 66

Tabel 6.8 Tabel Rata-Rata Per Bulan Kunjungan RW 1 dan RW 7 Posbindu


PTM Tahun 2016- 2017 ................................................................... 68

Tabel 6.9 Laporan Hasil Pemantauan Faktor Risiko dan Tindak lanjut Posbindu
PTM RW 1 dan RW 7 tahun 2016-2017 .......................................... 71

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kunjungan Posbindu PTM Kelurahan Gunung Batu
Agustus 2016-Januari 2017 ............................................................. 7
Gambar 2.1 Pengaruh efektivitas individu dan kelompok terhadap efektivitas
organisasi ...................................................................................... 14
Gambar 2.2 Teori Sistem Organisasi ................................................................. 19
Gambar 2.3 Logic Model .................................................................................. 21
Gambar 2.4 Cara Membaca Logic Model dari Kiri ke Kanan (Forward) ........... 22
Gambar 2.5 Cara Membaca Logic Model dari Kanan ke Kiri (Reverse) ............ 22
Gambar 2.6 Roda Efektivitas Program Kesehatan ............................................. 23
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian. ......................................................... 28
Gambar 5.1 Peta Kelurahan Gunung Batu ......................................................... 44
Gambar 6.1 Tempat Pelaksanaan Posbindu PTM RW 1 .................................... 56
Gambar 6.2 Tempat Pelaksanaan Posbindu PTM RW 7 .................................... 56

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia sedang menghadapi berbagai tantangan dalam pembangunan
kesehatan. Globalisasi yang berperan dalam kemajuan teknologi di masyarakat
pun mendukung terjadinya perubahan tren di dunia kesehatan yang menjadi
tantangan pembangunan kesehatan. World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa dari 56 juta kematian di dunia pada tahun 2012, sebanyak 38
juta (68%) merupakan kematian akibat penyakit tidak menular dimana kematian
terbanyak disebabkan oleh penyakit jantung, kanker, diabetes, dan penyakit paru
obstruktif kronik. Pada tahun 2015, data WHO menunjukkan bahwa kematian
akibat PTM sebesar 3.9188.877 dari 7.248.570 kematian dunia (68,4%) dan
diproyeksikan akan terjadi peningkatan pada tahun 2030 menjadi 5.1791.928
(73,9%), artinya peningkatan kematian akibat PTM akan mengalami peningkatan
setiap tahunnya di dunia. Hal ini menjadi ancaman bagi pembangunan kesehatan.
Dunia kini sedang menaruh perhatian besar tehadap penyakit tidak menular yang
menyerang seluruh negara dengan karakteristiknya masing-masing melalui
berbagai kesepakatan dan strategi. Penyakit tidak menular telah menjadi masalah
utama disamping masalah penyakit menular yang masih belum berakhir.
(Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Indonesia memiliki masalah pertumbuhan penyakit tidak menular sebagai
salah satu tantangan pembangunan kesehatan. Transisi ekonomi, sosio-kultural,
dan epidemiologi di negara berkembang memberikan dampak terhadap
peningkatan prevalensi penyakit tidak menular pada kelompok usia yang semakin
muda.(Soewondo & Pramono, 2011) Indonesia yang telah mengalami transisi
epidemiologi dimana penyebab kematian akibat penyakit menular mengalami
penurunan dalam kurun waktu tahun 1995-2007 dari 44,2 % menjadi 28,1%,
namun sebaliknya kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7%
menjadi 59,5%. Global status report on NCDs (2014) menyebutkan bahwa total
kematian akibat penyakit tidak menular di Indonesia ialah sebanyak 578.200 pada
pria dan 527.600 pada wanita yang artinya terdapat 1.105.800 kematian akibat
PTM di Indonesia di tahun 2012. Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) (2013)

1 Universitas Indonesia
2

menunjukkan prevalensi PTM antara lain penyakit stroke 12,1 per 1000, penyakit
Jantung Koroner 1,5%, Gagal jantung 0,3%, Diabetes melitus 6,9%, Gagal Ginjal
0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2
%. Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa 69,6% dari diabetes melitus
dan 63,2% dari hipertensi masih belum terdiagnosis. Banyak masyarakat yang
tidak menyadari bahwa dirinya sedang menderita PTM sebab perjalanannya
seringkali tidak menunjukkan gejala dan tanda klinis secara khusus.
Prevalensi pre-diabetes dalam penelitian Fountaine (2016) menunjukkan
bahwa satu dari sepuluh orang di Indonesia masuk dalam kategori toleransi gula
darah terganggu, dimana jika tidak ada intervensi dan pencegahan sekunder maka
akan menjadikannya penderita diabetes. Di sisi lain, masyarakat yang memiliki
kesadaran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin masih jauh dari
harapan. Tingginya prevalensi diabetes tidak terdiagnosis menunjukkan
kurangnya kesadaran individu dengan risiko tinggi untuk memeriksa diri ke
layanan kesehatan. Hal ini berimplikasi terhadap keterlambatan dalam
penanganan dan menimbulkan komplikasi PTM, bahkan berakibat kematian lebih
dini.(Fountaine, 2016; Rahajeng et al., 2014)
Renstra Kesehatan 2015-2019 mencantumkan bahwa pembangunan
kesehatan adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan
pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 salah satunya adalah
meningkatnya pengendalian penyakit. Dalam rencana strategis kementerian
kesehatan menetapkan bahwa sasaran program Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan adalah menurunnya penyakit menular, penyakit tidak
menular, dan peningkatan kualitas lingkungan. (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Indonesia dalam RPJMN 2015-2019 menetapkan sasaran kegiatan yang
dilakukan terkait pengendalian penyakit tidak menular adalah menurunnya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya pencegahan
dan penanggulangan penyakit tidak menular dengan indikator pencapaian sasaran
tersebut adalah Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM
terpadu sebesar 50%; Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan

Universitas Indonesia
3

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah sebesar 50%; Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM sebesar 50%.; Persentase perempuan usia
30-50 tahun yang dideteksi dini kanker serviks dan payudara sebesar 50% dan
Persentase kabupaten/kota yang melakukan pemeriksaan kesehatan pengemudi di
terminal utama sebesar 50%. Sebagai acuan dalam menyusun langkah
pengendalian terhadap masalah pembangunan kesehatan Indonesia (Kementerian
Kesehatan RI, 2013)
Pada dasarnya dalam mengatasi masalah PTM ini tidaklah sulit karena
dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko PTM itu sendiri yang berkaitan
dengan pola hidup seperti merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik,
dan konsumsi minuman beralkohol yang relatif murah. Oleh karena itu, upaya
yang terbaik dengan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam berperilaku
sehat. Pengetahuan tentang PTM perlu diberikan agar dapat meningkatkan
pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap PTM melalui
penyebarluasaan informasi secara efektif. (Rahajeng et al., 2015)
Penelitian Fountaine menunjukkan bahwa program dan pendidikan self
management untuk mengubah gaya hidup memberikan dampak signifikan dalam
pengobatan. Perusahaan farmasi, pengusaha bidang kesehatan, dan perusahaan
teknologi dan data berkolaborasi untuk membantu membuat program dan alat
untuk pasien. Termasuk dalam bentuk online/offline komunitas dimana pasien dan
praktisi kesehatan saling berkomunikasi dan bertukar pengalaman menyediakan
pedoman dan informasi tentang makanan yang boleh dimakan dan tidak.
(Fountaine, 2016)
Islam (2013) dalam penelitian berjudul A randomized-controlled, pilot
intervention on diabetes prevention and healthy lifestyles in the New York City
Korean community menemukan bahwa tenaga kesehatan dalam komunitas
masyarakat mampu diterima oleh masyarakat dan membantu dalam promosi
perubahan perilaku dalam pola makan dan aktivitas fisik yang merupakan
komponen penting dalam pencegahan diabetes dimana program senam sebagai
salah satu intervensi terbukti memberikan dampak terhadap kadar glukosa DM
tipe 2. (Erlina, 2008)

Universitas Indonesia
4

Upaya proaktif dilakukan sehingga masyarakat yang tidak mengetahui


bahwa dirinya sedang menderita salah satu PTM dapat terdiagnosa lebih dini.
Dalam rangka pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain dilakukan
melalui pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak
Menular (Posbindu-PTM) yang merupakan upaya monitoring dan deteksi dini
faktor risiko penyakit tidak menular di masyarakat. Sejak tahun 2011 Posbindu-
PTM telah dikembangkan, hingga pada tahun 2013 telah berkembang menjadi
7.225 Posbindu di seluruh Indonesia. (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Dalam pemantauan faktor risiko PTM melalui kegiatan Posbindu PTM,
petugas pelaksana posbindu PTM dapat mengetahui peserta yang sehat tanpa
faktor risiko, memiliki faktor risiko dan yang telah menyandang PTM.
Pengendalian faktor risiko PTM adalah upaya untuk mengurangi, dan
mengembalikan faktor risiko PTM pada kondisi normal atau tidak ada faktor
risiko lagi. Pengendalian faktor risiko dilakukan dengan memberikan informasi
untuk membantu para peserta Posbindu PTM menemukan masalah yang berkaitan
dengan faktor risiko PTM melalui penyuluhan dan konseling. (Rahajeng et al.,
2015)Dengan diketahui atau dideteksinya faktor risiko PTM diharapkan
masyarakat dapat menjadi mawas diri untuk mengendalikan faktor risikonya dan
segera mencari pertolongan pada petugas kesehatan di puskesmas, klinik swasta
maupun praktek dokter swasta. Kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko
PTM serta tindak lanjut dini ini dapat dilakukan masyarakat melalui kegiatan
posbindu.
Masyarakat perlu menyadari dampak dan akibat buruk dari kejadian PTM.
Peningkatan kepedulian masyarakat dilakukan melalui pemberdayaan dan
peningkatan peran sertanya. Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan,
target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai sumberdaya dengan dibekali
pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan
risiko PTM dan tindak lanjutnya. (Rahajeng et al., 2015)
Kegiatan posbindu terintegrasi dengan kegiatan lain yang sudah ada di
masyarakat atau pada tatanan tempat seperti sekolah, tempat kerja, tempat tinggal
dan tempat umum lainnya. Pengelolaan Posbindu PTM yang dilakukan secara

Universitas Indonesia
5

optimal, akan berdampak terhadap tingkat perkembangan dan kinerja suatu


Posbindu PTM di suatu wilayah. (Rahajeng et al., 2015)
Penelitian terkait pemanfaatan Posbindu PTM pada usia 15-44 tahun
menunjukkan kunjungan yang masih rendah. Adapun faktor-faktor yang menjadi
penyebabnya adalah faktor organisasi layanan kesehatan yang mencakup variabel
kebijakan merupakan masalah hulu yang sangat multi tafsir sehingga kurang
aplikatif di lapangan. Variabel sumber daya yang kurang juga berakibat tidak
maksimalnya kegiatan Posbindu PTM. Faktor konsumen yang mempengaruhi
pemanfaatan yaitu perbedaan persepsi terhadap Illness (sakit) dan disease
(penyakit) serta kurangnya sosialisasi merupakan determinan utama rendahnya
pemanfaatan Posbindu PTM ini. Faktor penyedia pun memberikan pengaruh
terhadap pemanfaatan Posbindu PTM yaitu kader memiliki pengetahuan yang
minim terhadap posbindu PTM dan ketrampilan mereka yang masih kurang.
Kondisi petugas Posbindu PTM dan kader yang sering rangkap tugas juga turut
berkontribusi rendahnya pemanfaatan Posbindu PTM ini.(Fauzia, 2013) Ada
hubungan positif faktor kepemimpinan (komunikasi) dengan efektivitas posyandu,
semakin baik komunikasi maka semakin efektif posyandu.(Maryati, 2015)
Jones dalam Maryati (2015) mengemukakan bahwa control
(pengendalian), innovation (penemuan) dan efficiency merupakan 3 penekanan
dalam top management yang akan menentukan efektivitas organisasi. Control atau
pengendalian merupakan kemampuan suatu organisasi untuk mengendalikan
lingkungan eksternal sekaligus untuk menarik sumber daya dan pelanggannya.
Program kesehatan masyarakat dapat berjalan dengan sukses jika organisasi
melakukan 6 kunci, yaitu inovasi untuk meningkatkan tindakan yang berbasis data
(evidence base), petunjuk teknis yang memberikan fokus yang jelas terhadap
intervensi, manajemen yang baik khususnya melalui monitoring, evaluasi dan
peningkatan program, kemitraan dengan sektor publik maupun swasta, dan
komunikasi yang tepat dan berkala kepada komunitas kesehatan, pemangku
kebijakan dan masyarakat, serta komitmen politik yang dapat menambah sumber
daya dan mendukung efektifitas tindakan.
Kota Bogor termasuk dalam kota di Indonesia yang mengalami
peningkatan jumlah kasus PTM. Kota Bogor memperoleh peringkat Indeks

Universitas Indonesia
6

Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) ke 72 pada tahun 2007, namun


pada tahun 2013 memperoleh peringkat 188, artinya Bogor telah mengalami
penurunan peringkat IPKM. Selain itu kota Bogor juga mengalami penurunan
peringkat pengembangan IPKM. Artinya, Kota Bogor merupakan salah satu kota
yang mengalami penurunan IPKM dari 25 kabupaten kota di Provinsi Jawa Barat.
Pada tahun 2013 indikator IPKM mengalami pembaharuan dimana menambahkan
PTM sebagai salah satu indikatornya, diperoleh bahwa skor IPKM Kota Bogor
0,5464, peringkat 203 dalam nasional dam peringkat 15 dalam Provinsi Jawa
Barat. Skor terhadap indikator IPKM yang terendah di kota Bogor ialah indikator
perilaku(0,3059), penyakit tidak menular (0,4496) dan kesehatan reproduksi
(0,4976). Sedangkan indikator yang masih berada dibawah indikator provinsi
(Jawa Barat: 0,6029) dan nasional (Indonesia:0,6267) ialah indikator penyakit
tidak menular. (IPKM, 2014)
Hasil survey Riskesdas 2013 dan Survey Diet Total 2014 menunjukkan
bahwa prevalensi stroke permil pada penduduk ≥ 15 tahun menurut
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat 2013/2014 menunjukkan bahwa prevalensi
Kota Bogor berada di atas prevalensi Provinsi Jawa Barat (12) yaitu 12,9. Artinya,
setiap 13 dari 1000 penduduk di Kota Bogor mengalami stroke. Sama halnya
dengan prevalensi Penyakit Jantung Koroner (Jawa Barat 1,6) yaitu 2,1 yang
artinya setiap 2 dari 1000 penduduk ≥ 15 tahun menurut kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Barat 2013/2014 menderita penyakit jantung koroner. Begitu pula
dengan diabetes dimana prevalensi persen pada penduduk ≥ 15 tahun di Kota
Bogor sama dengan angka prevalensi Jawa Barat yaitu 2, yang artinya setiap 2
dari 100 penduduk menderita diabetes di Kota Bogor.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor dan
penanggung jawab PTM diperoleh bahwa hipertensi dan diabetes merupakan dua
penyakit tidak menular terbesar di Kota Bogor. Menanggapi hal tersebut Dinas
Kesehatan Kota Bogor menyukseskan penyelenggaraan Posbindu PTM sebagai
salah satu upaya pengendalian PTM di Kota Bogor melalui 24 Puskesmas yang
ada di Kota Bogor. Dari 24 Puskesmas tersebut, Puskesmas Pasir Mulya
merupakan Puskesmas yang dinilai paling baik dalam melaksanakan Posbindu
PTM, ditunjukkan dengan keaktifan penyelenggaraan Posbindu PTM, keaktifan

Universitas Indonesia
7

kader, peralatan yang dianggap sudah lengkap, dan pelatihan kader yang telah
banyak dilakukan. Puskesmas Pasir Mulya telah memiliki 31 Posbindu PTM yang
telah diintegrasikan dari posyandu lansia sejak 2015 sehingga yang awalnya
adalah kegiatan pemeriksaan kesehatan untuk lansia menjadi sasaran kelompok
umur 15 tahun ke atas.
Puskesmas Pasir Mulya melakukan pembinaan terhadap 3 kelurahan yang
ada, yaitu Pasir Mulya, Loji dan Gunung Batu. Kelurahan tersebut terdapat
perbedaan karakteristik masyarakat dan pada kelurahan Gunung Batu memiliki
karakteristik masyarakat yang hampir sama namun memiliki perbedaan jumlah
kunjungan.

1.1 Grafik Jumlah Kunjungan Posbindu PTM Kelurahan Gunung Batu Agustus
2016-Januari 2017
Berdasarkan grafik 1.1 di atas menunjukkan bahwa Posbindu PTM yang
berada diatas rata-rata adalah jumlah kunjungan RW 1 dan yang berada dibawah
rata-rata adalah RW 7. Data kunjungan rata-rata Maret 2016-Januari 2017 pun
menunjukkan bahwa rata-rata kunjungan tertinggi ialah di RW 1 dan terendah di
RW 7. Begitu pula hasil dari wawancara terhadap Pembina Posbindu PTM
menyatakan bahwa RW 1 merupakan Posbindu dengan kunjungan terbanyak dan
memiliki prestasi yang dibuktikan dengan prestasi lomba sebagai perwakilan
kelurahan Gunung Batu dan RW 7 sebagai Posbindu PTM dengan kunjungan
terendah.

Universitas Indonesia
8

1.1 Tabel Rata-Rata Kunjungan dan Cakupan Posbindu PTM Kelurahan Gunung
Batu bulan Maret 2016- Januari 2017
Wilayah Rata2
kunjungan
RW 1 54
RW 2 30
RW 3 43
RW 4 44
RW 6 31
RW 7 26
RW 8 27
RW 10 33
RW 11 51
RW 12 39
RW 14 43

Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kunjungan per bulan dalam
setahun dengan kunjungan tertinggi ialah RW 1 dan kunjungan terendah RW 7.

1.2 Rumusan Masalah


Puskesmas Pasir Mulya merupakan salah satu puskesmas yang memiliki
31 Posbindu lansia yang telah terintegrasi dengan Posbindu PTM, namun dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan jumlah kunjungan yang jauh antara satu
Posbindu PTM dan Posbindu PTM lainnya. Dari ketiga wilayah binaan
puskesmas Pasir Mulya, wilayah Gunung Batu merupakan wilayah dengan
sasaran terbanyak dan merupakan wilayah dimana karakteristik masyarakat dan
geografis mirip. Kunjungan terbanyak dan terendah menjadi indikator bagi
pembina Posbindu bahwa ada Posbindu yang telah dianggap berjalan dengan baik
dan masih belum.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Apakah ada hubungan antara manajemen, komunikasi, kemitraan dan
inovasi terhadap hasil evaluasi pelaksanaan Posbindu PTM di Kelurahan Gunung
Batu Kota Bogor Tahun 2017.

Universitas Indonesia
9

1.4 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui lebih dalam gambaran faktor inovasi, komunikasi, manajemen,
kemitraan dalam pelaksanaan Posbindu PTM pada Kelurahaan Gunung
Batu di wilayah binaan Puskesmas Pasir Mulya.
2. Mengetahui faktor yang menentukan hasil evaluasi pelaksanaan Posbindu
PTM pada Kelurahaan Gunung Batu di wilayah binaan Puskesmas Pasir
Mulya Tahun 2017.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Metode
Menambah wawasan baru dalam hal optimalisasi dan evaluasi pelaksanaan
program kesehatan khususnya terkait penanggulangan masalah penyakit tidak
menular.

1.5.2 Aplikatif
1. Memberikan kontribusi saran terhadap seluruh pihak yang dalam
mencapai pelaksanaan Posbindu PTM yang efektif.
2. Mendukung pelaksanaan evaluasi Posbindu PTM yang tepat.
3. Memberikan masukan kepada stake holder dalam menyusun rencana dan
kebijakan yang sesuai berdasarkan hasil penelitian.
4. Menambah ide dan gagasan baru dalam mencapai keberhasilan
pelaksanaan Posbindu PTM.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara faktor manajemen,
komunikasi, kemitraan dan inovasi terhadap hasil evaluasi pelaksanaan Posbindu
PTM di Kelurahan Gunung Batu Kota Bogor Tahun 2017.Data yang dipakai
menggunakan data sekunder dan primer yang langsung diambil pada informan
terpilih. Penelitian diselenggarakan selama satu bulan pada bulan Mei 2017.
Analisis data dilakukan pada bulan Juni 2017.

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi Program Kesehatan

2.1.1 Definisi Evaluasi Program


Evaluasi adalah upaya untuk mendokumentasikan dan juga melakukan
penilaian tentang apa yang terjadi. Anderson dalam (Arikunto, 2004)
mengemukakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses menentukan hasil yang
telah dicapai melalui beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung
tercapainya suatu tujuan.
Istilah program didefinisikan sebagai sebuah bentuk rencana yang akan
dilakukan. Penyusunan program adalah upaya menyusun rangkaian kegiatan yang
akan dilaksanakan. Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan.
Program kesehatan diadakan sebagai realisasi dari rencana program kesehatan di
bidang kesehatan yang akan memberikan dampak pada peningkatan derajat
kesehatan suatu masyarakat. Blum membedakan ruang lingkup penilaian program
atas enam macam, yaitu: Pelaksanaan program, pemenuhan kriteria yang telah
ditetapkan, efektivitas program dan efisiensi program. Penilaian Pelaksanaan
program memiliki pertanyaan pokok yang akan dijawab pada penilaian tentang
pelaksanaan program ialah apakah program tersebut terlaksana atau tidak,
bagaimana pelaksanaannya serta faktor-faktor penopang dan penghambat apakah
yang ditemukan pada pelaksanaan program.(A Azwar, 1996)
Apabila program dikaitkan langsung dengan evaluasi, maka program
didefinisikan sebagai unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi kebijakan yang berlangsung dalam proses berkesinambungan dan
terjadi dalam lingkup organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Suharsimi
Arikunto dan Abdul Jabar dalam (Darmawan & Sjaaf, 2016) bahwa evaluasi
program merupakan proses penetapan nilai, tujuan, dan efektivitas atau kecocokan
sesuai dengan kriteria serta tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun
proses penetapan keputusan itu berdasarkan pada perbandingan antara data hasil
observasi dan standar baku tertentu yang dilakukan secara sistematis dan hati-hati.

10 Universitas Indonesia
11

2.1.2 Tujuan Evaluasi Program


Ralp Tyler menyatakan bahwa evaluasi program merupakan proses untuk
mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi. Menurut Direktorat
Pemantauan dan Evaluasi BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembanganan
Nasional)(1999), tujuan evaluasi program adalah mengetahui dengan pasti apakah
pencapaian hasil, kemajuan, dan juga kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan
program dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan program di
masa yang akan datang.
Evaluasi program dilakukan dengan 3 (tiga) tujuan utama, yakni:
a. Untuk memperoleh informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan suatu
program. Sehubungan dengan hal ini, perlu dilakukan kegiatan berupa
pemeriksaan kembali kesesuaian program terkait dengan perubahan-
perubahan kecil yang terjadi secara terus menerus, pengukuran kemajuan
target yang direncanakan, pengkajian penyebab atau faktor-faktor baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan suatu
program.
b. Untuk memperbaiki kebijakan perencanaan program di masa yang akan
datang; dan
c. Untuk memperbaiki alokasi sumber daya manajemen. Secara khusus,
tujuan evaluasi program kesehatan ialah untuk memperbaiki program-
program kesehatan dan pelayanannya guna mengantarkan dan juga
mengarahkan alokasi tenaga dan dana untuk program dan pelayanan yang
sedag berjalan dan yang akan berjalan di masa mendatang.
Evaluasi kebijakan pada hakikatnya bermaksud untuk mengetahui
bagaimana proses pembuatan kebijakan, bagaimana proses implementasi, apa saja
konsekuensi kebijakan yang dirumuskan, dan bagaimana efektivitas dampak
kebijakan. Abidin dalam (Darmawan & Sjaaf, 2016) mengemukakan bahwa
informasi yang dihasilkan dari evaluasi program merupakan nilai (values) yang
antara lain berkenaan dengan:
a. Efisiensi (efficiency), yakni perbandingan antara hasil dengan sumber daya
yang digunakan.

Universitas Indonesia
12

b. Keuntungan (profitabilitas), yaitu selisih antara hasil dengan sumber daya


yang digunakan.
c. Efektivitas (Effectiveness), yakni penilaian pada pencapaian hasil tanpa
memperhitungkan sumberdaya
d. Keadilan (Equity), yakni keseimbangan (proporsional) dalam pembagian
hasil masnfaat dan/ atau sumber daya yang digunakan (pengorbanan)
e. Detriments, yakni indikator negatif dalam bidang sosial, seperti kriminal
dan sebagainya.
f. Manfaat tambahan (marginal rate of return), yaitu tambahan hasil banding
biaya atau pengorbanan (change-in benefits/change-in cost)

2.1.3 Dimensi Evaluasi


Setelah objek evaluasi diketahui secara pasti, selanjutnya harus ditentukan
aspek-aspek dari objek yang akan dievaluasi. Stake, Stuffebeam dan Alkin dalam
Suharsimi (2007) mengemukakan bahwa evaluasi berfokus di 4 (empat) aspek
utama yaitu konteks, masukan (input), proses implementasi, dan juga produk.
Menurut direktorat Pemantauan dan Evaluasi BAPPENAS (1999), dimensi utama
evaluasi diarahkan pada hasil, manfaat, dan dampak program. Pada prinsipnya,
perangkat evaluasi dapat diukur melalui 4 (empat) dimensi yang terdiri atas
indikator masukan(input), proses(process), keluaran(output) dan dampak
(outcome).
Evaluasi sebagai cara untuk membuktikan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan suatu program digunakan untuk menunjukkan tahapan siklus
dalampengelolaan program. Oleh karena itu, evaluasi yang menyeluruh
hendaknya mencakup evaluasi perencanaan, evaluasi pelaksanaan, dan evaluasi
pasca pelaksanaan. Pada tahap perencanaan, evaluasi dilakukan untuk memilih
dan menentukan prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan mencapai
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pada tahap pelaksanaan, evaluasi
dilakukan untuk menentukan kemajuan pelaksanaan program dibandingkan
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi ini didasarkan pada
laporan-laporan monitoring dan penelaahan dokumen-dokumen
program,wawancara, serta kunjungan lapangan. Adapun pada tahap pasca
pelaksanaan, evaluasi diarahkan untuk melihat dan menilai apakah pencapaian

Universitas Indonesia
13

suatu program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan.


Adapun relevansi, efektivitas, manfaat dan juga keberlanjutan suatu program.
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil yang telah dicapai
dengan rencana yang telah ditentukan. Dalam konteks kesehatan, evaluasi
pembangunan perlu senantiasa dilaksanakan secara rutin yang mana dimaksudkan
untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh akan upaya pelayanan kesehatan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembanganan kesehatan. Adapun
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan hanya dapat terjadi apabila program-
program kesehatan efektif, efisien, memiliki relevansi dengan permasalahan
kesehatan di tengah masyrakat, dan berkesinambungan.(Darmawan & Sjaaf,
2016)
Evaluasi untuk mengukur efektivits program. Efektivitas terkait dengan
hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.
Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar
kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi,
manajemen, program, atau kegiatan. Jika efisiensi berfokus pada input dan
efisiensi pada output atau proses transformasi/konversi, maka efektivitas berfokus
pada outcome (hasil akhir). Suatu organisasi, manajemen, program, atau kegiatan
dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang
diharapkan atau dikatakan spending wisely (pengeluaran dengan bijaksana).

Efektivitas =

Karena output yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik seperti


puskesmas lebih banyak bersifat output tidak berwujud (intangible) berupa hasil
cakupan program jasa pelayanan kesehatan yang tidak mudah dikuantifikasi,
maka pengukuran efektivitas tersebut sering mengalami kesulitan. Kesulitan
dalam pengukuran efektivitas juga karena pencapaian hasil akhir (outcome) sering
tidak bisa diketahui dalam waktu pendek,tetapi jangka panjang setelah program
berakhir, sehingga ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif dalam
bentuk pernyataan saja (judgment) seperti tingkat kepuasan pelanggan dan
masyarakat.

Universitas Indonesia
14

Efektivitas juga berarti memunyai kemampuan untuk memilih tujuan,


metode/cara dan peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, manajemen efektif dapat memilih program dan
kegiatan yang dilakukan dengan metode/cara yang tepat untuk mencapai tujuan
organisasi. Efektivitas dapat dilihat dari tiga perspektif yakni efektivitas
individual (input), efektivitas kelompok/tim (proses), dan efektivitas organisasi.
efektivitas individual ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
motivasi, sikap, peran dan stres. Efektivitas kelompok/tim ditentukan oleh
kepemimpinan dalam tim, kekompakan (cohesiveness) tim, keeratan tim, struktur
tim, peran tim, serta norma dalam tim. Sedangkan efektivitas organisasi
ditentukan oleh lingkungan baik internal maupun eksternal, kepemimpinan,
struktur, proses, pilihan strategis, kultur/budaya organisasi, dan teknologi.

Kinerja Individual Kinerja tim/kelompok Kinerja Organisasi

Faktor Kinerja: Faktor Kinerja: Faktor Kinerja:


Pengetahuan Kepemimpinan Lingkungan
Keterampilan Keeratan tim Kepemimpinan
Motivasi Kekompakan Struktur Organisasi
Peran (Kesolidan tim) Pilihan strategis
Struktur tim Proses organisasi
Peran tim Kultur organisasi
Norma tim Teknologi

Gambar 2.1 Pengaruh efektivitas individu dan kelompok terhadap efektivitas


organisasi
Sumber: Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik.(Sulaeman, 2011)

Peningkatan efektivitas yang dimaksudkan disini erat hubungannya


dengan dapat diatasinya masalah kesehatan secara tepat dan benar. Karena

Universitas Indonesia
15

memanglah sesuai dengan diselenggarakannya pelayanan kesehatan dengan


masalah yang ditemukan.

2.2 Posbindu PTM


2.2.1 Posbindu PTM
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan
deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM utama yang dilaksanakan secara
mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk
kewaspadaan dini terhadap PTM mengingat hampir semua faktor risiko PTM
pada awalnya tidak memberikan gejala.
Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat
atau UKM yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM dibawah
pembinaan puskesmas.
Kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM meliputi
wawancara untuk perilaku merokok, kurang konsumsi sayur dan buah, kurang
aktivitas fisik, konsumsi alkohol, kemudian pengukuran secara berkala tinggin
badan dan berat badan, menghitung nilai indeks masa tubuh (IMT), mengukur
lingkar perut, tekanan darah, arus puncak ekspirasi (APE) dan pemeriksaan gula
darah sewaktu, kolesterol total, trigliserida, pemeriksaan klinis payudara/Clinical
Breast Examination (CBE), lesi pra kanker leher rahim atau IVA positif melalui
pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA), kadar alkohol dalam darah, serta
tes amfetamin urin.
Jika pada saat wawancara, pengukuran, pemeriksaan ditemukan faktor
risiko PTM, maka dilakukan tindak lanjut dini berupa pembinaan secara terpadu
melalui penyuluhan individu, kelompok atau konseling secara perorangan sesuai
dengan kebutuhan.Selanjutnya bagi yang memerlukan penanganan lebih lanjut
dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konumsi
minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas,
stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindaklanjuti secara dini
faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

Universitas Indonesia
16

Kelompok PTM utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit


jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

2.2.2 Tujuan
Meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat terhadap faktor risiko PTM
melalui pemberdayaan dan peran serta dalam deteksi dini, pemantauan faktor
risiko PTM dan tindak lanjut dini.

2.2.3 Sasaran Kegiatan


Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan
penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.

2.2.4 Wadah Kegiatan


Penyelenggaraan Posbindu PTM dapat dilakukan di lingkungan tempat
tinggal dalam wadah desa/ kelurahan ataupun fasilitas publik lainnya seperti
sekolah dan prguruan tinggi, tempat kerja, tempat ibadah, pasar, terminal dan lain
sebagainya.

2.2.5 Pelaku Kegiatan


Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada
atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/ tempat
kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus,
dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-
masing kelompok atau organisasinya. Kriteria kader Posbindu antara lain,
berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan
dengan posbindu PTM.

2.2.6 Klasifikasi Posbindu PTM


Berdasarkan jenis kegiatan dteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini
yang dapat dilakukan oleh posbindu PTM, maka dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok Posbindu PTM, yaitu:
a. Posbindu PTM Dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang
dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan insntrumen atau

Universitas Indonesia
17

formulir untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam


keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, pengukuran berat badan,
tinggi badan, lingkar perut, IMT, pemeriksaan tekanan darah, serta
konseling.
b. Posbindu PTM Utama meliputi kehiatan Posbindu PTM dasar ditambah
dengan pemeriksaan gula darah, kolesterol total, trigliserida, pengukuran
APE, konseling dan pemeriksaaan IVA serta CBE, pemeriksaan kadar
alkohol dalam darah dan tes amfetamin urin bagi pengemudi, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (Dokter,Bidan, perawat
kesehatan,/tenaga ahli,teknologi laboratorium medik/ lainnya)

2.2.7 Kemitraan Posbindu PTM


Kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan (memberi
manfaat) untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip,
dan peran masing-masing. Sebagai dasar hukum melaksanakan kemitraan dan
partisipasi masyarakat di bidang kesehatan tercantum dalam Undang-undang RI
no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, di mana untuk mendorong keikutsertaan
berbagai potensi masyarakat dalam pembangunan kesehatan landasan hukumnya
dapat dilihat dalam Bab XVI Peran Serta Masyarakat Pasal 174: (1) Masyarakat
berperanserta, baik secara perorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk
dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya; (2) Peran serta
sebagaiman dimaksud pada ayat (1) mencakup keikutsertaan secara aktif dan
kreatif.(Sulaeman, 2011)
Pengembangan kemitraan kesehatan dapat dilakukan melalui pemanfaatan
forum komunikasi yang telah ada, memanfaatkan kegiatan mitra yang sudah
berjalan, pemanfaatan tatanan budaya setempat, membentuk forum komunikasi
kemitraan baru. (Sulaeman, 2011) Dalam penyelenggaraan Posbindu PTM pada
tatanan desa/kelurahan siaga untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah
daerah. Selain itu kemitraan dengan pos kesehatan desa/kelurahan, industri, dan
klinik swasta perlu dilakukan untuk mendukung implementasi dan pengembangan

Universitas Indonesia
18

kegiatan. Kemitraan dengan pihak swasta sebaiknya menggunakan pola


kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan melalui fasilitas puskesmas.
Dukungan dapat berupa sarana/prasarana lingkungan yang kondusif untuk
menjalankan pola hidup sehat misalnya fasilitas olahraga atau sarana pejalan kaki
yang aman dan sehat. (Rahajeng et al., 2014) Melalui klinik desa siaga atau Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) dapat dikembagkan sistem rujukan dan dapat
diperoleh bantuan teknis medis untuk pelayanan kesehatan. Sebaliknya bagi
forum desa siaga penyelenggaraan Posbindu PTM merupakan akselerasi
pencapaian Desa/ Kelurahan Siaga Aktif. Kemitraan dengan industri misalnya
industri farmasi bermanfaat dalam pendanaan dan fasilitas alat, seperti
glukometer, tensimeter untuk pelaksanaan Posbindu PTM. Kemitraan dengan
klinik swasta bermanfaat untuk memperoleh bantuan tenaga dalam pelayanan
medis atau alat kesehatan lainnya. Bagi klinik swasta, kontribusinya dalam
penyelenggaraan Posbindu PTM dapat meningkatkan citra dan fungsi
sosialnya.(Rahajeng et al., 2015)

2.3 Pelaksanaan Kegiatan Posbindu


Pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM yang rutin dilaksanakan sebulan
sekali di suatu tempat yang sudah disepakati dapat ditambahkan dengan
melakukan kegiatan Posbindu PTM secara bergerak dengan mendatangi tiap-tiap
rumah dalam lingkup desa untuk meningkatkan cakupan peserta Posbindu PTM di
wilayah tersebut.
Posbindu PTM dilaksanakan dengan lima tahapan layanan, namun dalam
situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan
bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini, pemantauan terhadap
faktor risiko penyakit tidak menular dan tindak lanjut sederhana seperti konseling
serta rujukan ke puskesmas.

2.4 Pendekatan Sistem dalam Manajemen


Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dengan melibatkan bimbingan atau pengarahan dari sekelompok orang (Rue&
Terry, 1999). Pendekatan sistem memandang organisasi sebagai suatu kesatuan
yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, dalam

Universitas Indonesia
19

pendekatan ini manajer diajak untuk memandang organisasi sebagai suatu


kesatuan yang merupakan bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas.
Dalam sistem ini dijelaskan bahwa kegiatan setiap bagian dari organisasi akan
mempengaruhi kegiatan lainnya.(BMKG, 2012)
Saat sistem kesehatan dipandang sebagai suatu upaya untuk menghasilkan
pelayanan kesehatan, maka masukan diartikan sebagai perangkat administrasi
yakni tenaga, dana, sarana, dan metode. Proses adalah sebagai fungsi admnistrasi,
yang terpenting adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian.
Keluaran adalah pelayanan kesehatan yakni yang akan dimanfaatkan oleh
masyarakat. Ketika sistem kesehatan dipandang sebagai suatu upaya untuk
menyelesaikan masalah kesehatan,maka yang dimaksud dengan input/masukan
ialah setiap masalah kesehatan yang ingin diselesaikan. Proses adalah perangkat
administrasi yakni tenaga, dana, sarana, dan metode atau dikenal pula sebagai
sumber, tata cara dan kesanggupan. Keluaran adalah selesainya masalah yang
dihadapi.(Azrul Azwar, 1996)

2.5 Teori Sistem


Dalam teori sistem dapat diuraikan perilaku organisasi secara
intern(bagaimana orang melaksanakan tugasnya baik secara individu maupun
kolektif) dan ekstern (bagaimana hubungan organisasi dengan lembaga lain).
(Gibson,et al., 1993) Dalam hubungannya dengan teori sistem organisasi
dipandang sebagai satu unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan,
unsur-unsur pokok tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Masukan/ Proses Output


Input

LINGKUNGAN
Gambar 2.2 Teori Sistem Organisasi
Sumber: (Lestari, 2013)

Universitas Indonesia
20

a. Input adalah sumber daya atau masukan yang digunakan oleh suatu sistem
yang terdiri atas sumber daya manusia (man) untuk program pelayanan
terpadu (yandu) adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan
pelayanan, staf puskesmas, kelurahan, kader, pemuka masyarakat dan
sebagainya; money adalah dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat
dan sebagainya; material adalah vaksin, jarum suntik, KMS, alat timbang,
obat-obatan, dan sebagainya; method adalah cara penyimpanan vaksin,
cara pengisian KMS, cara mencatat dan melaporkan data, cara
memberikan penyuluhan dan sebagainya; minute adalah waktu yang
disediakan oleh staf puskesmas untuk melaksanakan kegiatan dan waktu
yang disediakan oleh ibu untuk kegiatan yandu dan sebagainya; market
adalah masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti lokasi
kegiatan, transportasi, kepercayaan masyarakat di bidang kesehatan dan
sebagainya.
b. Proses adalah serangkaian kegiatan mulai dari tahap menentukan sasaran
sampai tercapainya tujuan. Melului proses akan diubah input menjadi
output. Proses dari sistem pelayanan terpadu adalah semua kegiatan
pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan, tempat dan kelompok
penduduk sasaran yang dilakukan oleh staf Puskesmas dan kader,
dilaksanakannya yandu di lapangan sampai dengan evaluasi.
c. Output merupakan hasil langsung (keluaran) suatu sistem. Yang menjadi
output dalam sistem pelayanan terpadu adalah produk program yandu,
yaitu cakupan program untuk masing-masing kelompok penduduk sasaran.
d. Outcome merupakan dampak atau hasil tidak langsung dari proses suatu
sistem. Dampak program diukur dengan peningkatan status kesehatan
masyarakat dengan 4 indikator yaitu: tingkat dan jenis morbiditas
(kejadian sakit), mortalitas (tingkat kematian spesifik berdasarkan sebab
penyakit tertentu). Indikator yang paling peka untuk menentukan status
kesehatan masyarakat di suatu wilayah ialah IMR dan MMR, Fertilitas
(tingkat kelahiran, tingkat kesuburan), Handicap (kecacatan).
e. Lingkungan terdiri atas lingkungan dalam atau lingkungan khusus atau
lingkungan tugas dan lingkungan luar atau lingkungan umum.

Universitas Indonesia
21

2.6 Logic Model


Logic Model telah digunakan lebih dari 20 tahun oleh manajer program
dan evaluator untuk menggambarkan Efektivitas program mereka, model ini
menggambarkan hubungan logis antara sumber daya, kegiatan, output, sasaran
dan hasil jangka pendek, menengah maupun panjang. Pada dasarnya logic model
adalah suatu sistematikan untuk menyajikan hubungan antara sumber-sumber
yang harus dioperasikan dalam program, aktivitas yang harus dilakukan,
perubahan atau hasil yang diharapkan terjadi (Wirawan, 2011). Logic Model
sederhana yang dipublikasikan oleh W.Kellog Foundation dapat dilihat seperti
gambar di bawah ini (Roger, 2008)

Resources/ Activities/ Outputs Outcomes Impact


Input Proses

Rencana Hasil
Gambar 2.3 Simple Logic Model
Sumber: Rogers, 2008

Membaca Logic Model dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu membaca dari
kiri ke kanan (forward) dan membaca dari kanan ke kiri (reverse). Cara membaca
dari kiri ke kanan ialah dengan asumsi bahwa logic model menjelaskan perjalanan
program dari perencanaan hingga hasil. Logic model menunjukkan rantai dari
pernyataan “ jika....maka..” yang menghubungkan bagian program. Sebagaimana
yang digambarkan sebagai berikut:

Universitas Indonesia
22

Gambar 2.4 Cara Membaca Logic Model dari Kiri ke Kanan (Forward)
Sumber: (Foundation, 2004)
Logic model dapat dibaca dari kanan ke kiri (reverse) dengan memulai
dari pandangan akhir program. Logic model dibaca mulai dari outcomes yang
ditentukan kemudian maju ke aktivitas dan input. Memulai dari outcomes
membantu memastikan aktivitas yang dilakukan berkaitan dengan outcomes yang
ditentukan jika hubungan yang ditemukan baik.

Output

Gambar 2.5 Cara Membaca Logic Model dari Kanan ke Kiri (Reverse)
Sumber:(Silverman, Mai, Boulet, & O’Leary, n.d.)

Untuk menggunakan pendekatan ini, outcome jangka panjang harus sudah


ditentukan dan pertanyaan “Bagaimana(hal ini dapat dicapai)?” harus ditanyakan.
Dengan kata lain, stakeholder harus secara sistematik mengerjakan logic model
dari kanan ke kiri dengan pertanyaan bagaimana.

Universitas Indonesia
23

Tujuan penyusunan logic model menurut Wirawan dalam evaluasi Teori,


Model, Standar, Aplikasi dan Profesi (2011) antara lain:
1. Mengidentifikasi outcome jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
2. Menghubungkan pengaruh satu sama lain dari input, proses output dan
outcome
3. Melukiskan keluaran-keluaran yang harus terjadi sebelum pengaruh jangka
panjang terjadi.

2.7 Kunci Efektivitas Program Kesehatan

Terdapat 6 komponen yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program


kesehatan yang efektif. Konsep ini dapat diilustrasikan sebagai sebuah roda,
dengan inovasi sebagai poros yang memberikan tekanan untuk berjalan dan
mendukung elemen lainnya, seperti technical package, manajemen, kemitraan,
dan komunikasi. Inovasi bergerak bersama political commitment untuk
memberikan tekanan untuk kemajuan. (Frieden, 2014)Berikut merupakan 6 kunci
efektivitas program kesehatan menurut Thomas R Frieden:

Gambar 2.6 Roda Efektivitas Program Kesehatan


Sumber: (Frieden, 2014)

Universitas Indonesia
24

1. Inovasi
Inovasi tidak selalu dibatasi oleh ilmu science atau dalam hal obat.
Inovasi dalam sistem informasi, pengumpulan data, teknik komuniksi, dan
pengemasan isu dapat meningkatkan komitmen politik pun penting untuk
kemajuan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah merekomendasikan
agar memusatkan penanggulangan PTM melalui tiga komponen utama,
yaitu surveilans faktor risiko, promosi kesehatan, dan pencegahan melalui
inovasi dan reformasi manajemen pelayanan kesehatan.(Cahyati & ., 2015)
Inovasi dalam pelaksanaan dapat memfasilitasi perbaikan dan peningkatan
program sesuai dengan pengalaman nyata. Inovasi dalam evaluasi program
dapat lebih lanjut membangun evidence based sebagai intervensi dengan
identifikasi lebih baik mengenai hal yang belum sesuai dengan apa yang
direncanakan dan hal yang sudah efektif dan siap untuk dikembangkan.
Cara baru dalam berkomunikasi termasuk memanfaatkan inovasi dalam
media sosial dan lainnya serta membuat kasus menarik untuk aksi tertentu
dapat menguatkan kemitraan dan menarik mitra untuk berpartisipasi.
Banyak inovasi yang dibangun di atas dasar ilmu pengetahuan atau praktik
dan banyak dari peningkatan ini akan menambah ilmu dan praktik
kesehatan masyarakat.(Frieden, 2014)
2. Petunjuk Teknis
The most effective public health programs are based on an evidence-based
technical package: a selected group of related inter- ventions that,
together, will achieve and sustain substantial and sometimes synergistic
im- provements in a specific risk factor or disease outcome. A technical
package of proven interventions sharpens and focuses what other- wise
might be vague commitments to “action” by committing to implementation
of specific interventions known to be effective. (Frieden, 2014)
Petunjuk teknis yang jelas berdasarkan evidence dapat
meningkatkan ketercapaian intervensi yang akan dilakukan terhadap faktor
risiko yang lebih spesifik atau dampak penyakit. Dengan adanya petunjuk
teknis yang jelas menghasilkan intervensi yang tajam dan fokus sehingga

Universitas Indonesia
25

meningkatkan komitmen bersama untuk melakukan intervensi yang


ditetapkan akan menjadi efektif. Membuat program dengan sederhana
sehingga menghindari pendekatan yang tidak terarah dan tidak fokus
dimana intervensi yang dilakukan banyak namun sedikit memberikan
dampak. Petunjuk teknis memastikan fokus pada yang paling efektif,
feasibel, dan berkelanjutan dan kadang terjadi sinergi antara elemen.

3. Manajemen
Pemantauan ketat dan evaluasi dengan mekanisme untuk
menghindari bias dalam pengumpulan data dalam informasi pelaksanaan
program atau keyakinan mengenai efektivitas program sangat penting
untuk kemajuan dan keberlanjutan program. Analisis berkelanjutan untuk
meningkatkan setiap aspek dari pelaksanaan program dan manajemen
sangat penting untuk inovasi dan kemajuan program.
Manajemen SDM merupakan salah satu tantangan dalam program
kesehatan. Hal ini karena seringkali kesulitan merekrut, melatih dan
mempertahankan SDM yang memenuhi syarat untuk melaksanakan
program kesehatan yang efektif. Anggaran yang minim menjadi salah satu
masalah. Manajemen SDM dapat dicapai diantaranya dengan pelatihan
yang berkelanjutan, dan penghargaan.
4. Kemitraan
Mitra dapat melengkapi kemampuan untuk memenuhi SDM
manusia maupun keuangan dan dapat mendukung melakukan kegiatan
mendesak. Mengajak kelompok untuk bergabung dan mengambil tindakan
untuk mencapai agenda bersama yang dapat membangun kerjasama jangka
panjang yang efektif.
Contoh dari kerjasama multisektor yang efektif ialah pada program
imunisasi nasional yang melibatkan instansi pemerintah, organisasi
masyarakat, perusahaan, yayasan, donatur, pasien dan relawan. Kemitraan
sangat penting dalam mempertahankan agar program tetap berjalan
terlebih saat masa anggaran sulit. Mitra dapat melengkapi kebutuhan akan
sumberdaya manusia dan keuangan.

Universitas Indonesia
26

5. Komunikasi
Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan perubahan perilaku,
namun yang penting lagi adalah munculnya komitmen politik dan
efektivitas program dengan melibatkan berbagai aktor masyarakat. Alat
komunikasi dan teknologi baru memfasilitasi percakapan interaktif,
memberikan kesempatan praktisi kesehatan untuk dapat melakukan dialog
dengan perwakilan masyarakat yang terkena dampak dan pemangku
kepentingan lainnya.
6. Komitmen Politik
Pelaksanaan komitmen politik yang efektif mengarahkan sumber
daya dan pendukung untuk mengoordinasikan, implementasi dan menjaga
keberlangsungan intervensi kesehatan, termasuk perubahan kebijakan yang
dibutuhkan.

Universitas Indonesia
2.8 Kerangka Teori

Rencana Hasil

Input Activities Output Outcome Impact

1. Man: Petugas PTM, Manajemen Efektivitas Program


Pembina Posbindu
PTM, Kader -Cakupan Posbindu
2. Money: pendanaan Inovasi PTM Meningkatkan Pencegahan PTM
dari pemerintah dan kewaspadaan dini dan menurunkan
-Pemantauan Faktor
swadaya masyarakat. Surveilance masyarakat angka kematian
Risiko
3. Material: alat tulis terhadap faktor akibat PTM.
kantor, form -Tindak Lanjut risiko PTM melalui
Penelitian dan pemberdayaan dan
pelaporan, sarana dan Faktor Risiko
prasarana Pengembanga peran serta dalam
4. Method: sistem 5 n deteksi dini,
Efektivitas dengan pemantauan dan
meja.
5. Machine: fasilitas Capacity melibatkan berbagai tindak lanjut dini
(lahan, gedung, alat Building aktor (peran).
medis, alat non medis,
furniture, listrik dan Informasi dan pesan
air) Komunikasi kesehatan(pencegahan)
yang efektif

Kepemimpinan
Shared vision

Kemitraan

(Centers for
Disease Control
and Prevention,
2011)
27 Universitas Indonesia

Gambar 2.7 Kombinasi Prevention Program Elaborate Logic Model dan Freiden
Teori Logic merupakan teori yang menunjukkan hubungan dalam sistem
yang kemudian membagi menjadi 2 bagian yaitu rencana dan hasil. Teori ini
menjadi landasan teori bagi penulis dalam menyusun penelitian terkait hubungan
rencana dan hasil dalam menggali faktor yang memberikan peran terhadap hasil
evaluasi pelaksanaan Posbindu PTM.
Teori Frieden mengemukakan bahwa faktor-faktor inovasi, manajemen,
kemitraan, komunikasi, petunjuk teknis dan komitmen politik mendorong
tercapainya program kesehatan yang efektif. Hal tersebut diilustrasikan seperti
roda yang berputar, bahwa inovasi menjadi penggerak faktor lainnya yang
didukung oleh komitmen politik dalam mencapai program kesehatan yang efektif.

28 Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA PIKIR

3.1 Kerangka Pikir


Kerangka pikir disusun berdasarkan kerangka teori baik tentang program
maupun logic model untuk menggali secara mendalam pelaksanaan program
Posbindu PTM.

Manajemen
-Manajemen SDM
-Manajemen Dana
-Manajemen Sarana
Pelaksanaan Posbindu PTM
Inovasi - Cakupan
- Pemantauan FR
- Tindak Lanjut
Komunikasi

Kemitraan

Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian.

Manajemen sumber daya manusia (SDM), manajemen dana dan


manajemen sarana menjadi fokus penelitian dalam faktor manajemen; inovasi;
komunikasi dan kemitraan merupakan faktor independen dari penelitian ini.
Pelaksanaan Posbindu PTM merupakan faktor dependen yang dilihat melalui
cakupan, pemantauan faktor risiko (FR) dan tindak lanjut pelaksanaan Posbindu
PTM.

29 Universitas Indonesia
30

3.2 Definisi Istilah

3.2.1 Manajemen SDM


Manajemen SDM adalah pengelolaan kader yang berperan dalam
pelaksanaan Posbindu PTM meliputi perencanaan, jumlah/kecukupan, peran,
pembekalan/pelatihan yang sudah diterima, motivasi, hambatan dan upaya
mengatasinya.
Sumber informasi : Pembina Posbindu PTM, Ketua Posbindu PTM
Pedoman pengumpulan informasi: pedoman wawancara, pedoman FGD
Cara memperoleh informasi : wawancara mendalam, focus group discussion

3.2.2 Manajemen Dana


Manajemen dana adalah pengelolaan biaya yang digunakan untuk
pelaksanaan Posbindu PTM dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
meliputi sumber dana, jumlah dana, kecukupan, penggunaan dana, pencatatan dan
pelaporan, pertanggungjawaban, hambatan dan upaya mengatasinya.
Sumber Informasi : Pembina Posbindu PTM, Ketua Posbindu PTM
Pedoman pengumpulan informasi: pedoman wawancara, pedoman FGD
Cara memperoleh informasi :wawancara mendalam, focus group discussion

3.2.3 Manajemen Sarana


Manajemen sarana adalah pengelolaan perlengkapan untuk menunjang
pelaksanaan Posbindu PTM yang meliputi: sumber, jenis, kecukupan,
berfungsi/tidak, hambatan dan upaya mengatasinya.
Sumber data : Pembina Posbindu PTM, Ketua Kader Posbindu PTM
Pedoman pengumpulan informasi: pedoman wawancara, pedoman FGD
Cara memperoleh informasi :wawancara mendalam, focus group discussion

Universitas Indonesia
31

3.2.4 Inovasi
Inovasi adalah penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau
yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat) dalam suatu masukan
yang merupakan bagian dalam sistem yang diperlukan untuk berfungsinya suatu
sistem yang meliputi SDM, dana, sarana, metode, alat, dan informasi.
Sumber data : Pembina Posbindu PTM, Ketua Kader Posbindu PTM
Pedoman pengumpulan informasi: pedoman wawancara
Cara memperoleh informasi : wawancara mendalam

3.2.5 Komunikasi
Komunikasi adalah bentuk interaksi puskesmas, kader, tokoh masyarakat
dan pihak lainnya yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya dalam
pelaksanaan efektivitas Posbindu PTM sengaja atau tidak sengaja.
Sumber data : Pembina Posbindu PTM, Ketua Posbindu PTM, Tokoh
Masyarakat
Pedoman pengumpulan informasi: pedoman wawancara, pedoman FGD
Cara memperoleh informasi : wawancara mendalam, focus group discussion

3.2.6 Kemitraan
Kemitraan adalah kerjasama yang dilakukan berbagai elemen terhadap
pelaksanaan Posbindu PTM.
Sumber data : Pembina Posbindu PTM, kader Posbindu PTM
Pedoman pengumpulan informasi: pedoman wawancara, pedoman FGD
Cara memperoleh informasi : wawancara mendalam, focus group discussion,
telaah dokumen

3.2.7 Evaluasi Pelaksanaan Posbindu PTM


Gambaran penilaian pada efektivitas, kesesuaian, kecukupan dan
keberdayaan pelaksanaan Posbindu PTM di Kelurahan Gunung Batu yang dilihat
melalui persentase aspek cakupan, pemantauan dan tindak lanjut.
Sumber data : Pembina Posbindu PTM, ketua kader, penanggung jawab
Posbindu PTM Puskesmas Pasir Mulya.
Pedoman pengumpulan informasi: pedoman wawancara, daftar tilik observasi

Universitas Indonesia
32

Cara memperoleh informasi : wawancara mendalam, observasi, telaah


dokumen.

3.2.8 Cakupan Posbindu PTM


Ukuran keberhasilan Posbindu PTM dilihat dari persentase aspek luaran
meliputi jumlah sasaran yang hadir dibandingkan dengan jumlah sasaran yang
ditentukan setiap kali pelaksanaan posbindu PTM sesuai panduan Posbindu PTM
dari Kemenkes.
Sumber data : Pembina Posbindu PTM, ketua kader, penanggung jawab
Posbindu PTM Puskesmas Pasir Mulya.
Pedoman pengumpulan informasi: pedoman wawancara, daftar tilik observasi
Cara memperoleh informasi : wawancara mendalam, observasi, telaah
dokumen.

3.2.9 Pemantauan Faktor Risiko Posbindu PTM


Ukuran keberhasilan Posbindu PTM dilihat dari aspek luaran meliputi
faktor risiko yang tercatat setiap kali pelaksanaan posbindu PTM .
Sumber data : Pembina Posbindu PTM, ketua kader, penanggung jawab
Posbindu PTM Puskesmas Pasir Mulya.
Pedoman pengumpulan informasi: pedoman wawancara, daftar tilik observasi
Cara memperoleh informasi : wawancara mendalam, observasi, telaah
dokumen.

3.2.10 Tindak Lanjut


Ukuran keberhasilan Posbindu PTM dilihat dari aspek luaran meliputi
peserta dengan faktor risiko yang ditindaklanjuti dengan dirujuk atau diobati
tercatat setiap kali pelaksanaan posbindu PTM .
Sumber data : Pembina Posbindu PTM, ketua kader, penanggung jawab
Posbindu PTM Puskesmas Pasir Mulya.
Pedoman pengumpulan informasi: pedoman wawancara, daftar tilik observasi
Cara memperoleh informasi : wawancara mendalam, observasi, telaah
dokumen.

Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah (FGD),
telaah dokumen dan observasi. Teknik pengumpulan data kualitatif untuk tujuan
memperoleh informasi berguna bagi pengambilan keputusan untuk melakukan
intervensi atau perbaikan program kesehatan masyarakat dan lain-lain
(Schrimshaw, 1987).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di wilayah binaan Puskesmas Pasir Mulya di 2
Posbindu PTM terbanyak dan terendah jumlah kunjungannya yaitu RW 1 dan
RW 7 Kelurahan Gunung Batu.Puskesmas tersebut terpilih sebagai daerah
penelitian karena puskesmas tersebut merupakan Puskesmas yang telah
direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor berdasarkan pelaksanaan
dan pelaporan Posbindu yang baik di Kota Bogor, dimana pada wilayah
Puskesmas tersebut terdapat 31 Posbindu PTM. Berdasarkan data jumlah
kunjungan Posbindu pada kunjungan terakhir RW 1 kelurahan Gunung Batu
merupakan Posbindu PTM dengan kunjungan terbanyak serta menjadi perwakilan
Kota Bogor dan RW 7 merupakan Posbindu PTM dengan kunjungan terendah.
Maka dipilih RW 7 dan RW 1 sebagai tempat yang akan menjawab dan
menggambarkan faktor manajemen, inovasi, komunikasi dan kemitraan dengan
hasil evaluasi pelaksanaan Posbindu PTM. Penelitian ini dilakukan pada bulan
April hingga Mei 2017.

4.3 Sumber Informasi


Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive
sampling yang merupakan teknik non probability sampling (setiap individu dari
populasi tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih). Berdasarkan
syarat-syarat kecukupan, kesesuaian dan tidak ada lagi informasi baru, peneliti
memilih informan dengan mempertimbangkan subjek yang memiliki ciri-ciri
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian(Wibowo, 2014).

33 Universitas Indonesia
34

Maka informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah:


1. Petugas PTM Pasir Mulya ialah penanggung jawab program PTM di
wilayah Pasir Mulya yang mengelola dan menerima laporan hasil
penyelenggaraan Posbindu PTM di Puskesmas Pasir Mulya. Petugas PTM
merupakan informan yang diharapkan memberikan informasi mengenai
efektivitas Posbindu PTM melingkupi cakupan, pengawasan dan tindak
lanjut, komunikasi, kemitraan dan manajemen.
2. Pembina Posbindu PTM ialah petugas Puskesmas yang membina kader
dalam pelaksanaan Posbindu PTM di wilayah binaannya.
3. Kader ialah masyarakat yang menggerakkan dan mengelola pelaksanaan
Posbindu PTM di wilayah kelurahan Gunung Batu dengan kriteria telah
menjadi kader lebih dari 2 tahun dan berpartisipasi aktif dalam mengelola
Posbindu PTM.
4. Tokoh Masyarakat adalah masyarakat yang dianggap memiliki pengaruh
di lingkungan masyarakat dan dapat mendukung pelaksanan Posbindu
PTM.
5. Peserta Posbindu PTM adalah peserta yang mengikuti Posbindu PTM
secara rutin atau minimal pernah mengikuti.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

4.4.1 Data dan Sumber Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok
terarah, dan observasi. Data primer dalam penelitian ini adalah informasi yang
berkaitan dengan pelaksanaan Posbindu PTM meliputi, manajemen, dokumen
kemitraan, inovasi dalam pelaksanaan Posbindu PTM, dan komunikasi dalam
pelaksanaan Posbindu PTM.
Data sekunder meliputi data geografi dan demografi dari profil
Puskesmas, laporan hasil pelaksanaan Posbindu PTM(cakupan, pemantauan dan
tindak lanjut), dan berkas pendukung dalam menjelaskan faktor inovasi,
kemitraan, komunikasi dan manajemen. Data sekunder diperoleh dari Puskesmas
Pasir Mulya, Pembina Posbindu PTM dan kader melalui telaah dokumen dengan

Universitas Indonesia
35

melihat Profil Puskesmas Pasir Mulya, laporan pelaksanaan Posbindu PTM,


catatan hasil pemeriksaan Posbindu PTM, catatan kader.

Tabel 2.1 Matriks Data yang Diperlukan dan Sumber Data

Sumber Informasi
Informasi yang Kader PJ Pembina Peserta Tokoh Jumlah
No Metode
dibutuhkan PTM Posbindu Posbindu masyar Informan
akat
WM,
Cakupan Observasi,
1. √ √ √ 3
Posbindu PTM telaah
dokumen
WM,
Pemantauan Observasi,
2. √ √ √ 3
Posbindu PTM telaah
dokumen
WM,
Tindak Lanjut Observasi,
3. √ √ √ 3
Posbindu PTM telaah
dokumen
2 klp.
Inovasi
4. √ √ √ kader, WM, FGD
Posbindu 2 Informan
2 klp.
5. Komunikasi √ √ √ √ kader, 3 WM, FGD
Informan
2 klp.
6. Manajemen √ √ kader, 1 WM, FGD
Informan
2 klp. WM, FGD,
7. Kemitraan √ √ √ Kader,2 telaah
Informan dokumen

Catatan:
WM (Wawancara Mendalam)
PJ (Penanggung Jawab)
Klp (Kelompok)

4.4.2 Prosedur Pengumpulan Data


Tahapan penelitian secara umum dibagi menjadi 3 bagian yaitu tahap pra-
lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisis data.(Moleong, 2007)

4.4.2.1 Tahap Pra-lapangan


Pada tahap ini peneliti melakukan survei awal sebagai langkah awal dalam
menentukan lapangan penelitian dan mengurus perizinan. Peneliti beberapa kali

Universitas Indonesia
36

melakukan komunikasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kota Bogor dalam


menentukan lokasi penelitian, lalu memperoleh rekomendasi ke Puskesmas Pasir
Mulya. Setelah memperoleh surat pengantar, peneliti menemui kepala puskesmas
dan melakukan wawancara terhadap penanggung jawab PTM dalam menentukan
lokasi penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Setelah menentukan dan memperoleh izin, peneliti melakukan penjajakan
dengan tujuan untuk mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik dan keadaan
alamnya agar peneliti mempersiapkan diri, mental maupun fisik serta menyiapkan
perlengkapan yang diperlukan. Pada tahap ini, penelitian pun menentukan
informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan etika penelitian. Tahap pra-
lapangan yang tepat akan mendukung keberhasilan tahap selanjutnya.

4.4.2.2 Tahap Pekerjaan Lapangan


Pada tahap ini peneliti memulai dengan memperhatikan penampilan
maupun bahasa tubuh agar dapat menyesuaikan dengan nilai dan norma
masyarakat lokasi penelitian. Peneliti membangun rapport yaitu hubungan antara
peneliti dengan subjek yang sudah melebur sehingga tidak ada gap antara peneliti
dan informan. Dengan demikian, subjek dengan sukarela dapat menjawab
pertanyaan atau memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti.(Ghony &
Almansur, 2012)
Dalam pelaksanaan di lapangan, peneliti melakukan pencatatan melalui
catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti saat mengadakan pengamatan,
wawancara, diskusi terarah atau menyaksikan suatu kejadian tertentu yang dibuat
dalam bentuk kata kunci dan disempurnakan saat pulang dari penelitian.Peneliti
pun melakukan analisis di lapangan yang bertujuan untuk melihat hubungan
antara hipotesis dengan temuan yang kemudian akan dilakukan analisis mendalam
setelah pulang dari lapangan
Pengumpulan data akan dilakukan oleh peneliti sendiri. Perekrutan
informan dilakukan oleh peneliti dengan bantuan petugas PTM Puskesmas Pasir
Mulya dan Pembina Posbindu PTM. Tahap selanjutnya ialah meminta informed
consent kepada informan penelitian.Sebelum menandatangani informed consent,
seluruh informan memperoleh penjelasan mengenai tujuan penelitian, metode,
partisipasi yang diharapkan dan konsekuensinya. Selain itu, identitas informan

Universitas Indonesia
37

akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara
mendalam, diskusi kelompok terarah, observasi dan telaah dokumen. Informed
consent diberikan saat wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah,
sedangkan izin melakukan observasi dan telaah dokumen pelaksanaan Posbindu
melalui verbal kepada pembina dan ketua kader dengan memberikan penjelasan di
awal. Sebelum memperoleh izin dan kader mempersilahkan, peneliti tidak
melakukan observasi maupun telaah dokumen.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data penelitian kualitatif dilakukan semenjak
peneliti masih mengumpulkan data di lapangan. Data yang telah dikumpulkan
dituangkan dalam bentuk laporan lapangan segera dianalisis.Melalui kegiatan ini
mamka aka diketahui data apa yang masih harus dicari dan belum dikumpulkan,
pertanyaan apa yang harus dan belum dijawab, metode apa yang harus digunakan
untuk mencari informasi baru dan kesalahan apa yang harus diperbaiki. (Nasution
dan Tohirin dalam (Martha & Kresno, 2016))
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. (Moleong,
2007) Tahapan analisisnya menurut Kresno,et al, 1999 dalam (Lestari, 2013):
1. Deskripsi informan
Langkah awal dalam melaporkan hasil adalah dengan memberikan
deskripsi tentang informan misalnya umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan,siapa saja yang menjadi informan, dan metode yang
digunakan.
2. Pembuatan transkrip
Data hasil wawancara mendalam mula-mula dicatat langsung oleh peneliti
(field note) dan direkam dengan seizin informan. Hasil pencatatan
lapangan kemudian segera disempurnakan penulisannya dan dilengkapi
dengan mendengarkan hasil rekaman sehingga menjadi catatan lapangan
yang lengkap.
3. Pengodean

Universitas Indonesia
38

Dalam penelitian ini pengkodean meliputi kode jenis informan dan cara
pengumpulan data, kode transkrip dan kode topik bahasan.
a) Kode jenis informan adalah sebagai berikut: PTM= petugas PTM
Puskesmas , PP=Pembina Posbindu PTM, KP=Kader Posbindu
PTM, KK=Ketua Kader Posbindu PTM, M=Peserta Posbindu
PTM, TM=Tokoh Masyarakat.
b) Kode berkas transkrip
Setiap berksas transkrip diberi kode yang mencantumkan nomor
identitas informan, metode pengambilan data,dan waktu
pengambilan data. Formatnya sebagai berikut : <kode
identitas>.<metode pengumpulan data>.<tgl.bln.thn> Contoh:
TM.WM.11April2017
c) Kode topik bahasan
Setiap transkrip diberi warna berdasarkan topik.
4. Meringkas data yang disajikan dalam bentuk matriks.
Membuat matriks dengan tujuan untuk melihat hubungan antara kategori.
Data yang sudah diatur, diringkas dengan cara mendaftar data yang masuk
dalam kategori yang sama.
5. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis isi (content
analysis). Langkah-langkah dalam analisis isi adalah:
a. Melihat benang merah yang muncul dari setiap jawaban.
b. Melihat persamaan dan perbedaan yang ada.
c. Melihat kontras data dan jawaban yang sering muncul.

4.6 Pemeriksaan Keabsahan Data


Pemeriksaan keabsahan dokumen dilakukan dengan menguji validitas data
kualitatif yang dilakukan dengan menggunakan triangulasi:
1. Triangulasi sumber data yaitu dengan melakukan metode yang sama
namun ditujukan kepada sumber yang berbeda-beda.

Universitas Indonesia
39

2. Triangulasi Metode dalam penelitian ini menggunakan metode


pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam, FGD dan telaah
dokumen.
3. Triangulasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan
petunjuk teknis dengan pelaksanaan dan membandingkan hasil-hasil
pencatatan dengan kondisi di lapangan.

4.7 Etika Penelitian


Etika penelitian yang harus dipenuhi oleh peneliti meliputi informed
consent,anonimity, dan confidentiality. Sebelum melakukan penelitian, peneliti
melakukan informed consent, yaitu memberikan penjelasan kepada informan
mengenai maksud dan tujuan penelitian serta memberikan lembar persetujuan
menjadi informan dengan tujuan agar informan mengerti maksud dan tujuan
penelitian dan mengetahui dampaknya.(Martha & Kresno, 2016) Bila informan
bersedia, maka informan harus menandatangani lembar persetujuan dan jika
informan menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya.
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama informan, tetapi
lembar tersebut diberi kode nomor atau inisial responden (anonimity).
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan juga dijamin oleh peneliti dengan
menyimpan hasil rekaman tersebut secara baik dan hanya dilaporkan pada saat
penyajian hasil riset (confidentiality).
Hasil penelitian yang telah disetujui kemudian akan disosialisasikan
kepada pihak terkait yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
Sosialisasi hasil penelitian ini akan dilakukan berdasarkan kesepakatan serta
kesediaan pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Bogor.

Universitas Indonesia
BAB 5

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Gambaran Puskesmas Pasir Mulya Kota Bogor


Puskesmas pasir Mulya terletak di JL. Pasir Mulya II no.30 RT 01/RW VII
Kelurahan pasir Mulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Berdiri sejak tahun
1984 di atas kavling tanah hibah Balai Penelitian Pertanian bogor (BPPB) yang
dialokasikan sebagai fasilitas umum dan sosial. Pada awalnya bernama Puskesmas
Pasir Kuda yang merupakan binaan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Setelah
pemekaran wilayah Kota Bogor tahun 1992, Puskesmas ini berganti nama
menjadi Puskesmas Pasir Mulya.
Bangunan Puskesmas Pasir Mulya berdiri di atas tanah seluas 1680 m2
terdiri atas 1 bangunan utama dan 3 bangunan rumah dinas. Jarak dari Puskesmas
ke jalan raya yang dilalui angkutan umum sekitar 150 meter.
Mitra kerja Puskesmas pasir Mulya dalam melaksanakan program-
program kesehatan di wilayah adalah:
 Aparat Kecamatan Bogor Barat
 Aparat Kelurahan Pasir Mulya, Kelurahan Loji dan Kelurahan Gunung
Batu.
 TP PKK Kecamatan Bogor Barat, TP PKK KelurahanPasir mulya,
Kelurahaan Loji, dan Kelurahan Gunung Batu.
 Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Pasir Mulya,
Kelurahan Loji, dan Kelurahan Gunung Batu.
 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Pasir Mulya,
kelurahan Loji, dan Kelurahan Gunung Batu.
 Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kelurahan Pasir Mulya,
Kelurahan Loji dan Kelurahan Gunung Batu.
 Forum Masyarakat kelurahan (FMK) Kelurahan Pasir Mulya, Kelurahan
Loji dan Kelurahan Gunung Batu.
 Pembina wilayah Kecamatan Bogor Barat ari Dinas Pendidikan Kota
Bogor (sebelumnya UPTD Dikdas Kec. Bogor Barat)

40 Universitas Indonesia
41

 TK, SD, SMP, SMA yang berada di Kelurahan Pasir Mulya, Kelurahan
Loji dan Kelurahan Gunung Batu.
 Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bogor.
 Persatuan Diabetisi Indonesia (PERSADIA) Cabang Kota Bogor.
 Batalyon Infanteri 315/ Garuda
 Pusat Pengembangan Sumber Daya (P2SDM) Institut Pertanian Bogor
(IPB)
 Perkumpulan Warga Usia Lanjut (WULAN) Kota Bogor
 Pengurus ranting Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Bogor Barat.
 Bidan praktek Swasta di Kelurahan Pasir Mulya, Kelurahan Loji dan
Kelurahan Gunung Batu.
 Dokter Praktek Swasta di Kelurahan Pasir Mulya, Kelurahan Loji dan
Kelurahan Gunung Batu.
 Laboratorium swasta di kelurahan Pasir Mulya, Kelurahan Loji dan
Kelurahan Gunung Batu.
 RS Marzuki Mahdi, RS Karya Bhakti dan RS PMI Bogor sebagai unit
pelayanan rujukan.

5.2 Gambaran Demografi


Wilayah kerja Puskesmas pasir mulya meliput 3 kelurahan, dengan luas
wilayah 257,467 Ha terdiri atas kelurahan Pasir Mulya 42,90 Ha, Loji 115,002
Ha, gunung Batu 99,565 Ha. Adapun ketiga kelurahan tersebut mayoritas berada
pada ketinggian 201-250 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan berkisar
antara 4001-4500/tahun. Kemiringan lereng wilayah Kelurahan pasir Mulya (100
km2) tergolong landai, kelurahan loji (142,85 km2) datar dan (92,70 km2) landai,
sementara kelurahan Gunung Batu (191,19 km2) landai dan (28,76 km2) curam.
Secara administratif wilayah kerja Puskesmas pasir mulya termasuk dalam
wilayah Kecamatan Bogor Barat, dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kelurahan Sindang Barang
Kecamatan Bogor Barat.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kelurahan Kebon kelapa
Kecamatan Bogor Tengah.

Universitas Indonesia
42

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kelurahan Pasir Kuda


Kecamatan Bogor Barat, dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Desa Ciomas rahayu Kecamatan
Ciomas Kabupaten Bogor.
Jarak terjauh dari Posyandu Kelurahan Loji ke Puskesmas pasir Mulya
adalah 2 km dan jarak terdekat adalah 0,2 Km dari Posyandu di Kelurahan
Pasir Mulya. Seluruh wilayah dapat terjangkau dengan kendaraan roda dua
dan sebagian dengan kendaraan roda empat.

5.3 Sarana Prasarana


a. Sarana pelayanan kesehatan dalam gedung
Terdiri atas satu puskesmas induk dan satu puskesmas pembantu.
Puskesmas Induk terletak di kelurahan Pasir Mulya sedangkan Puskesmas
pembantu Gunung Batu terletak di Kelurahan Gunung Batu.
b. Sarana Pelayanan Kesehatan Luar Gedung
Pelayanan Kesehatan Luar Gedung dilakukan di Posyandu yang berjumlah
31 Posyandu.
c. Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pasir Mulya Tahun 2015

5.1 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Mulya tahun 2015
No. Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1. Puskesmas 1
2. Puskesmas Pembantu 1
3. BP Swasta 1
4. Praktek Dokter Umum 7
5. Praktek Dokter Gigi 2
6. Bidan Praktek Swasta 4
7. Apotik 3
8. Rumah Bersalin 3
9. Toko Obat 1
10. Pengobatan tradisional 3

Universitas Indonesia
43

d. Sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Pasir Mulya tahun 2015.

5.2 Tabel Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas tahun 2015


No. Jenis Sarana Pendidikan Jumlah
1. TK 10
2. TPA 6
3. SD Negeri 10
4. Madrasah Ibtidaiyah 2
5. SD Swasta 2
6. SLB 1
7. SLTP Swasta 5
8. Madrasah Tsanawiyah 2
9. Madrasah Aliyah 1
10 SMU Swasta 5

5.4 Organisasi Puskesmas


Visi
Menjadi Puskesmas “dambaan” yang terdepan dalam layanan dan kinerja.
Misi
1. Memberikan layanan prima kepada seluruh pelanggan Puskesmas.
2. Mengedepankan Profesionalisme dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang aman sesuai standar operasional prosedur (SOP)
3. Menciptakan lingkungan puskesmas yang bersih dan sejuk sehingga
pelanggan merasa nyaman.
4. Menjadi acuan pelaksanaan tata kelola Puskesmas yang baik.
Motto
Kepuasan anda kebahagiaan kami.

5.5 Gambaran Kelurahan Gunung Batu


Wilayah Kelurahan Gunung Batu merupakan bagian dari 16 Kelurahan
yang ada di Kecamatan Bogor Barat dengan kondisi Wilayah yang sangat
Heterogen dan padat oleh pemukiman penduduk yang dekat dengan keramaian
kota yaitu dengan adanya Pasar Purbasari. Luas Wilayah Kelurahan Gunung Batu
yaitu + 99,565 Ha, dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Kebon Kelapa
Universitas Indonesia
44

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Pasir Jaya


- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Loji
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Pasir Mulya
Kondisi geografis berada di titik tengah kota dengan ketinggian dari
permukaan laut + 350 m, curah hujan antara 3500 s/d 4000 mm dan berada di
dataran rendah dengan suhu rata – rata 23 s/d 320 c, jarak orbitasi dari pusat
pemerintahan kelurahan ke pusat Pemerintahan Kota Bogor + 1 km dan jarak ke
pusat Pemerintahan Kecamatan + 9 km. Pembagian Wilayah di Kelurahan
Gunung Batu terdiri atas 14 RW dan 66 RT, dengan rincian sebagai berikut :

1. RW. 01 terdiri atas 6 Rt


2. RW. 02 terdiri atas 6 Rt
3. RW. 03 terdiri atas 6 Rt
4. RW. 04 terdiri atas 6 Rt
5. RW. 05 terdiri atas 3 Rt
6. RW. 06 terdiri atas 5 Rt
7. RW. 07 terdiri atas 4 Rt
8. RW. 08 terdiri atas 3 Rt
9. RW. 09 terdiri atas 5 Rt
10. RW. 10 terdiri atas 5 Rt
11. RW. 11 terdiri atas 5 Rt
12. RW. 12 terdiri atas 3 Rt
13. RW. 13 terdiri atas 4 Rt
14. RW. 14 terdiri atas 4 Rt

Gambar 5.1 Peta Kelurahan Gunung Batu


Sumber: (Batu, 2012)

Universitas Indonesia
BAB 6
HASIL PENELITIAN

6.1 Karakteristik Informan


Informan dalam penelitian ini terdiri atas informan wawancara mendalam
dan FGD, dengan karakteristik sebagai berikut.
Tabel 6.1 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam

No Jabatan Jenis Kelamin


Penanggung Jawab PTM Puskesmas Pasir
1. Laki-laki
Mulya
2. Pembina Posbindu PTM Gunung Batu RW 1 Perempuan

3. Pembina Posbindu PTM Gunung batu RW 7 Perempuan


4. Tokoh Masyarakat RW 1 Perempuan
5. Tokoh Masyarakat RW 7 Laki-laki

6. Peserta Posbindu PTM RW 1 Laki-laki

7. Peserta Posbindu PTM RW 7 Perempuan

Informan penelitian terdiri atas 3 laki-laki dan 4 perempuan yang dipilih


berdasarkan kesesuaian dengan kriteria yang telah ditentukan sesuai peran yang
dimiliki. Informan dalam wawancara mendalam terdiri atas penanggung jawab
PTM, 2 pembina Posbindu PTM, 2 tokoh masyarakat dan 2 peserta Posbindu
PTM di Kelurahan Gunung Batu RW 1 dan RW 7 dengan karakteristik jenis
kelamin 4 perempuan dan 2 laki-laki.

Tabel 6.2 Karakteristik Informan FGD

No Jabatan Jenis Kelamin Umur RW/ RT Pekerjaan


1. Kader 1 Perempuan 47 Tahun 01/04 IRT
2. Kader 2 Perempuan 50 Tahun 01/03 IRT
3. Kader 3 Perempuan 48 Tahun 01/06 IRT
4. Kader 4 Perempuan 33 Tahun 01/06 IRT
5. Kader 5 Perempuan 51 Tahun 07/04 IRT
6. Kader 6 Perempuan 50 Tahun 07/02 IRT
7. Kader 7 Perempuan 54 Tahun 07/04 IRT

45 Universitas Indonesia
46

8. Kader 8 Perempuan 51 Tahun 07/01 IRT

FGD dilakukan kepada 2 kelompok kader yaitu kader Posbindu PTM di


RW 1 dan RW 7. Jumlah peserta masing-masing FGD terdiri atas 4 kader. Hal ini
disebabkan karena jumlah kader di RW 7 ialah 5 orang dan satu peserta
berhalangan hadir. Jumlah kader di RW 1 adalah 10 orang, namun yang dapat
hadir dan mengikuti FGD ialah 4 orang karena adanya kegiatan lain kader.
Karakteristik semua peserta ialah dengan jenis kelamin perempuan dan sebagai
ibu rumah tangga dengan rentang umur 33-54 tahun. Peserta RW 1 terdiri atas
warga RT 3, 4 dan 6, sedangkan RW 7 terdiri atas warga RT 1, 2 dan 4.

6.2 Manajemen SDM Posbindu PTM


Informan wawancara mendalam menyatakan bahwa pembentukan kader di
RW 1 dilakukan secara sukarela yang didukung oleh penilaian RW dalam
kehidupan bermasyarakat. Hasil wawancara mendalam dan FGD menyatakan
bahwa pembentukan kader dilakukan secara sukarela baik di RW 1 maupun di
RW 7.
Kalau bicara tentang kader, itu kan sukarela ya. Jadi, baik pak rt melihat
dari sehari hari kelakuan mereka, rajinnya atau..loyalitasnya, tata cara
bergaul.. si anu nih bagusnya. .............................

Ini mah semua udah lama jadi kader, kecuali yang berdua. yah kita mah
siapa yang mau ..sukarela. Misal ada yang keluar jadi kader, nanti
ketuanya cari siapa yang mau.

FGD yang dilakukan di RW 7 menggambarkan bahwa kader terbentuk


dengan sukarela, selain itu didorong rasa tanggung jawab dan adanya keluangan
waktu karena tidak sedang mengurus balita.
................................................................ Kita hanya mewakili secara
sukarela. Karena kita merasa bertanggung jawab.

Dari berdasarkan hati nurani yah, karena kita merasa bertanggung


jawab....................................karena semua disini sudah tidak punya balita.
Jadi kita punya waktu yah, punya waktu sedikit lah. ......................

Kader di RW 1 dan RW 7 merupakan kader yang aktif dalam pengelolaan


Posbindu PTM maupun Posyandu Balita, namun dengan susunan organisasi yang
berbeda.

Universitas Indonesia
47

Karena dia gabung wilayahnya posyandu A sama B itu kan 5 orang- 5


orang, nah pada pelaksanaan posbindu di rw 1 itu ..jadi kader posyandu A
dan Posyandu B it gabung semua di posbindu.

Kalau saya mah ketua di Posyandu, kalau Bu H ketua Posbindu, kalau Bu


N bendahara di Posyandu, Bu L Bendahara di Posbindu. Sama kita-kita
juga.. hehe

Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen


SDM di RW 1 telah menjalankan proses regenerasi. Selain adanya kader yang
telah berpengalaman, dipersiapkan pula kader baru yang akan melanjutkan.
Seluruh informan wawancara mendalam dan FGD menyatakan bahwa kader yang
ada di RW 1 merupakan kader-kader yang telah berpengalaman dan memiliki
semangat yang tinggi dalam meningkatkan kunjungan.

Iya kan kalau di rw 1 pada senior-senior kadernya.tapi ada pergantian


kaderisasi, yang senior-senior ngasih tau ke yang muda................ Iya tapi
dia peduli, ......... Kalau saya kasi tau juga dia seneng kayaknya kalau
dikasih tugas tu. .................. Dia mau jadi kader.ee karena bapaknya pak
RT..eh pak RW..RW 1.. pak RW juga mendukung kan.pengurus sama kader
tuh kompak.

Klo rw 1 kader-kadernya senior-senior luar biasa, ..............Makanya


kemarin kan menang lomba tingkat provinsi untuk posyandunya, iya.
.mewakili ke provinsi maju.

He eh..Ada tuh yang namanya M itu, itu mah hampir 75, tapi dia ngga
mau juga, dia masih mau tetep semangat,yang di rw 1 kan.. iya itu udah
paling senior sama bu N, itu juga. Dari masih muda mereka udah pada
jadi kader. Dan mereka semangat terus.

Pembina Posbindu PTM dalam wawancara mendalam menyatakan bahwa


RW 1 memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan ketekunan dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang kader. Hal tersebut mendukung adanya
prestasi dari kader RW 1 yang telah berhasil mengikuti lomba tingkat kota Bogor.

Dari segi itu berarti SDM kadernya emang dia tanggungjawabnya luar
biasa. Dia tu ini tu saya sebagai kader harus bertanggung jawab gitu
karena sudah dilatih, sudah menjadi kader itu seperti ini lah. Bagus..
peduli gitu.........tolong data lansia yang meninggal nih.........langsung tuh
dikirim. Misalkan ngadadak ya saya butuh data cepet.

Universitas Indonesia
48

Selama ini mah jalan, lancar aja ya..yang pasti dari ibu kadernya sendiri
ya yang....aktif lah ya, kalau misalkan kita kasih tau begini dia cepet,
langsung . gitu..

............ Pertama kan tingkat kecamatan, tingkat Kota Bogor, mewakili


Kota Bogor ke Provinsi Jawa Barat. Posyandunya. Mereka mau dikasi
taunya. Harus begini harus kie teh mau gitu..ampe lembur-lembur itu
sampai sore.

Pembina Posbindu PTM dan kader dalam wawancara mendalamdan FGD


menyatakan bahwa SDM Posbindu PTM RW 7 masih kurang karena kader yang
aktif ialah 3-4 orang dalam pelaksanaannya sehingga masih adanya peran ganda
dalam pelaksanaan Posbindu PTM. Dalam menentukan kader pun seringkali
mengalami kendala karena partisipasi masyarakat untuk menjadi kader masih
minim.
Itu kesadaran..ih itu kader itu yah luar biasa kan.. ngga ga ada gaji nya
ya. Yaitu sukarela dari hatinya lah untuk jadi kader, itu juga ibu-ibunya
dengan ini aja, keinginan sendiri untuk jadi kader. Ada yang ibu RT tuh
satu...karena suaminya RT gitu, jadi dia jadi kader tuntutan dari situ. Ada
yang memang dari dulu dia kader, dari sejak saya kerja, udah 23 tahun
lebih itu aja kadernya. Ada.. istilahnya karena ibunya dulu kader nah dia
jadi kader tu yang bu Tuti itu. Dulu itu ibunya, udah sepuh sekali si
mbah..dullu kader disitu ketuanya, nah sekarang diturunkan sama
anaknya. Jadi kader. Itu juga kadang, kita kan masih kurang kader..
pernah keluar masuk kader itu. Baru berapa bulan, ibu saya repot
sekarang ngurusin ibu saya sakit , jadi saya berhenti jadi kader. Ada di
RW situ..pernah kayak gitu. Teru ada juga yang ee dia kalo hadir mah
aktif bagus, tapi kadang ya dia kadang ngurusin warga.. ada yang
sakit..ya kan namanya warga ngga ngerti cara ngurus masukin rumah
sakit, dia yang ngurusin. Jadi kader teh bukan sekedar tugas di posbindu,
di masyarakat juga kan.. sampai nganter-nganterin yang mau dirawat di
rumah sakit kader.

Ini yang hadirnya 3 kadang 4. Kadang kalau yang bagian nimbang itu
aja,, kalau yang belum datang nanti digantiin sama kader yang lainnya,
bagian nulis ini...

Jumlah kader yang terbatas di RW 7 pun membuat pembagian peran


tertumpuk pada beberapa kader sehingga dapat menghambat dalam hal ketepatan
waktu dalam pelaporan hasil Posbindu PTM. Hal tersebut mengakibatkan
Universitas Indonesia
49

pembagian peran tidak dengan sistem 5 meja karena kehadiran kader tidak
mencapai 5 orang.

Pengisian laporan bahkan itu alasannya matanya ngga kelihatan, harus..


ee kacamata ketinggalan apa ke. Jadi dia ngga maunulis disitu, udah
dikadi tau juga.kadang telat-telat gitu kasi laporan

RW 7 nih kadernya ngga lengkap ya, kadang ..karena kan 5 meja ada
pendaftaran ada bagian pemeriksaan, timbangan, ada yang ukur tinggi,
ada yang ibi. Jadikan bagi-bagi tuh.. ada yang penyuluhan, yang mencatat
hasil, ada yang nulis ke laporannya. Tapi kalu jumlah kadernya kurang
dari 5 kan ngga kepegang . ini ini..ini ini jadi sibuk, padahal kitanya suka
ngasi tau. Pembagian tugas ya..jadi ada yang pegang ini. Jangan ini
yaa..isitilahnya 5 meja, sistem 5 meja.

Ya karena kalau jumlah kadernya kurang jadi double nanti. Misal si ibu
yang nimbang sambil nyatet juga. Kadang dia lupa, berapa ya hasil
timbangannya, gitu kan..repot juga. Atau ngga kadernya telat dateng jadi
Cuma ada 3 kadang pernah. Kayak kemarin kan ada 4 orang. Tapi kalau
kunjungannya ngga terlalu banyak bisa aja sih. Ngisi KMS, ngisi itu, ngisi
hasilnya gitu

Kader di RW 7 memiliki banyak peran di masyarakat selain sebagai kader


Posbindu dan Posyandu kader juga merupakan perwakilan dari masyarakat dalam
kegiatan kemasyarakatan. Lain halnya dengan RW 1 yang terdiri atas kader yang
telah senior dan cukup disegani masyarakat, RW 7 masih belum memiliki power
di masyarakat sendiri.

di RW 7 kayaknya ada apa gitu..karena dari Bu RW nya ngga aktif. Jadi


diambil alih oleh kader, sedangkan kader juga kurang mungkin itunya
ya..powernya, kekuatannya kurang..masih muda-muda, belum jadi tokoh
masyarakat.belum punya ini.

Pelatihan terhadap kader Posbindu PTM sudah dilakukan, namun belum


diberikan kepada semua kader. Begitu pula pada RW 7 yang dalam penulisan
pelaporan masih mengalami kebingungan.Selain itu karena faktor usia terdapat
kader yang memang memilih untuk tidak mengikuti pelatihan dan memilih untuk
menjalankan peran sebagai penggerak.

Universitas Indonesia
50

Nah ini, ibu-ibu kader belum semua mendapatkan pelatihan PTM


terutama ya karena juga dari dinas kesehatan pelatihan kader lansia.
Karena sekarang kan udah jadi Posbindu PTM harusnya kan ada juga
pelatihan PTM nya untuk ibu-ibu kader karena kan dari ibu-ibu juga.. apa
sih taraf pendidikannya berbeda-beda yah.. ada yang dia bagus, ngerti
gitu cepet dikasi tau kita dengan bahasa kita tu ngerti. Ada juga yang
ngga ngerti, ngga bisa. Ibu saya maunya disini aja deh ngga mau keluar.
Istilahnya ngga mau pelatihan,ngga mau tulis menulis. Apalagi ada yang
udah lansia juga kan. Apa namanya, kadernya udah lansia. Jadi dia tu
nulis-nulis udah ngga bisa. Kan emang ngegerakin aja, ayo..ayo posbindu.
Paling dia nimbangnya atau ngga ininya wawar wawarnya gitu..

Oh ini..ni..untuk pengisian ini aja mereka harusnya pelatihan dulu. Isinya


ge ngga ngarti. Apalagi kalau kadernya baru gunta ganti terus kan. Yang
dulu dilatih misalkan udah ngerti, dateng lagi kader yang baru. Ngga
ngerti lagi. Kalau kadernya bergantian terus

Berdasarkan informasi dari pembina Posbindu PTM, pelatihan terhadap


kader dilakukan oleh Puskesmas Pasir Mulya dengan perwakilan kader yang
biasanya akan mengutus kader secara bergantian. Pada kader RW 1 sebanyak 3
kader telah memperoleh pelatihan Posbindu PTM kemudian bertugas untuk
membuat laporan sesuai dengan hasil pelatihan sehingga tidak pelaporan hasil
Posbindu PTM berjalan tepat waktu karena dikerjakan secara bersama-sama,
berdasarkan informasi dari FGD. Sedangkan di RW 7 kader yang telah mengikuti
pelatihan ialah sebanyak 2 orang.

yah biasa kita mah kumpul di Posyandu kalau ada yang belum selesai,
sebar di WA.

Ada pelatihan kader di pasir mulya. Biasanya setiap tahun sih kita
melakukan itu pelatihan kader, bagi yang belum pernah dilatih hmm
selalu ada ya, kadang kan kader ada juga yang berhenti, gitu ya ganti
kader lagi.. nah itu ..tapi kalau semua udah dilatih ya tetep aja ada
refreshingnya gitu buat ibu kadernya..

Pelaksanaan Posbindu PTM masih memiliki beberapa kendala diantaranya


ialah faktor umur yang menyebabkan kader masih melakukan kesalahan dalam
pelaporan hasil. Penanggung jawab PTM dan pembina Posbindu PTM

Universitas Indonesia
51

mengatakan bahwa adanya kekurangan-kekurangan ataupun kesalahan merupakan


hal yang perlu dimaklumi. Salah satunya ialah karena faktor umur. Selain itu,
menjadi kader merupakan kerja sosial yang patut disyukuri atas keterlibatan
kader.
kader itu kan kegiatannya sosial ya,

tapi ya ngga aneh lah, karena mereka satu tugas sosial, trus mereka mau
aja kita bersyukur, gitu sih..jadi kita mah maklumin aja paling kita betul
betulim aja sambil dikasih tau lagi.. gitu aja..ya karena faktor U ya mba
ya..
Berdasarkan hasil FGD, dalam pengelolaan SDM RW 1 dan RW 7
melakukan rolling atau perputaran peran setiap 3 bulan sekali. RW 1 dianggap
masyarakat telah mampu memiliki inisiatif dalam bertindak. Sedangkan bagi
pembina telah ada pembagian peran yang jelas pada kader di RW 1.

Ya dibagi-bagi sih ya. Kalau perannya ada yang di bagian penndaftaran


dan yang bagian...itu..apa namanya...timbangan , ya kan. Ukur lingkar
perut, jadi masing-masing ya. Dibagi-bagi dan mereka juga eee digilir,
ngga setiap bulan itu terus, 3 bulan sekali kemarin ini yang bagian
pendaftaram besok siapa gitu...

diroling 3 bulan sekali

kita mah udah saling sadar. Misalkan saya datang duluan sasapu, yang
lain nanti datang kerjain yang lain yang belum dikerjain.

Sarideng, apa yang tdk diperintahkan udah tau..

RW 7 dengan sumber daya manusia yang ada sama melakukan rolling atau
perputaran peran, namun masih mengalami kekosongan peran sehingga pada
pelaksanaannya saling mengisi kekosongan peran. Atau pembagian peran yang
dilakukan secara kondisional.

catetan apa yang nimbang apa yang itu kita selalu rolling..

tapi ngga selalu dia ini dia ini..kadang-kadang yang ini ngga sempet, ada
ini ada yang itu..gimana sempat ada waktunya

rolling saling mengisi

Universitas Indonesia
52

Berdasarkan hasil observasi penulis, kekompakan pada kader RW 1


ditunjukkan dengan adanya kegiatan makan bersama setiap selesai kegiatan
Posbindu PTM dan kader menggunakan seragam setiap pelaksanaan Posbindu
PTM sehingga terlihat menarik dan kompak.
6.3 Tabel Perbedaan dalam Manajemen SDM di RT 1 dan RT 7 tahun 2017
RW 1 RW 7
Rekrutmen -sukarela dan rekomendasi RW -sukarela
-adanya proses regenerasi kader -didorong oleh rasa tanggung
jawab dan faktor keluangan waktu
karena tidak memiliki bayi.
-kesulitan menemukan kader baru.

Proses -aktif di Posbindu PTM, PKK dan -aktif di Posbindu dan Posyandu,
Posbindu. hanya 1 kader yang aktif di PKK.
-didukung kader senior yang -kader baru dan belum memiliki
disegani dan berpengalaman. power di masyarakat.
-jumlah kader 10
Pelatihan -3 kader telah mengikuti pelatihan -2 kader telah mengikuti pelatihan
Pembagian -Jelas dengan sistem 5 meja -kondisional
Tugas -kompak: menyelesaikan laporan
bersama, makan bersama, dan
seragam.

6.3 Manajemen Dana Posbindu PTM


Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui FGD dan wawancara
mendalam pada RW 1 dan RW 7 menunjukkan bahwa sumber dana pelaksana
Posbindu PTM terdiri atas uang revitalisasi dari puskesmas yang turun 3 bulan
sekali dengan jumlah Rp 300.000, kemudian uang swadaya masyarakat (keropak)
dan dana bantuan dari RT. Dana di RT 1 selain dari sumber tersebut memperoleh
dukungan dana dari kelurahan dan donatur lainnya. Dana tersebut dikelola oleh
kader dengan adanya bendahara Posbindu PTM di masing-masing Posbindu PTM.

kan ada uang Revit. Nanti itu untuk ongkos kader, fotokopi, makan,
nganter pasien, arisan juga. Kan ada arisan Posbindu setiap sebulan
sekali. Dari situ aja diputer-puter.

kalau yang batik ada 2 mah dikasih dari kelurahan.

Biasanya yang saya tahu ya ... jadi disitu tuh ada kas kan per RT ya.. jadi
ada kas, nah dari kas itu ..ngga tau ya masih berjalan atau ngga nya.

Universitas Indonesia
53

Yang dulu sih kalau saya tanya nilainya kecil banget . 20 rb tuh dari
masing-masing rt. Nanti disetor ke ibu kader, jadi dikelola bisa jadi untuk
PMT. Tapi kayaknya belakangan ini udah nggak... udah 2, 3 bulanan deh
.. karena kepengurusannya kan kebetulan kepengurusan ini eee rw nya
baru jadi kayaknya masih belum itu lagi gitu..yang dulu-dulu mah
berjalan. Jadi misalkan PMT nya ada bubur kacang ijo, ada pisang
rebuslah gitu ya..atau apa gitu ada. Tapi memang udah 3 bulan ini di rw 1
ngga ada,

Informasi dari hasil wawancara mendalam terhadap pembina dan FGD


terhadap kader RW 1 menunjukkan bahwa pengelolaan dana di RW 1 dilakukan
oleh kader dengan mengalokasikan dana dari donatur untuk pelaksanaan PMT.
Dana Revitalisasi digunakan untuk alat kesehatan, ATK dan transportasi kegiatan
pelatihan Posbindu PTM. Sedangkan uang keropak digunakan untuk membeli
obat-obatan.

Kita ada namanya revit posyandu atau posbindu ya, itu kita berikan
sebulan itu 50 ribu ya eh 100 ribu maaf.. nanti dibagikannya per triwulan
sekali. 3 bulan sekali. Ada sih ya, nanti mereka ya dikelola lagi..ada yang
buat alkes, dibeliin buku, pulpen kayak-kayak gitu kan. Atau misalnya
kegunaannya kalau yang saya tau di posbindu itu.....misalnya ada rapat
nih, kalau rapat kan mereka butuh transport ya. Bisa dikasih dari itu,
gitu..iya, diputer-puter dananya. Minim.

kalau obat mah dari keropak 2 ribu

iya itu juga untuk dibeliin obat lagi. Jadi untuk mereka lagi. Kalau ada
yang ngga punya uang ya ngga harus

Dalam FGD kader RW 7 menyatakan bahwa pencatatan dana Posbindu


PTM terdiri atas 2 bagian yaitu pelaporan dana revitalisasi dan keuangan hasil
keropak setiap kali pelaksanaan Posbindu PTM.

ada keluar masuk. Kalau uang revit yang dari puskesmas ,3 bulan sekali
ya turunnya. Satu bulan itu 100 ribu, dipotong pajak. Itu kita laporannya
ke dinas lagi. Itu penggunaannya sama sebetulnya, untuk kunjungan
semua juga dari situ. Tapi kalau yang ini kita-kita juga kalau laporan ke
anggota, ya kan anggota yang pake. Keluar masuk. Defisit ngga pernah,
tapi kita kadang-kadang kalau keluar pakai uang sendiri. Kayak saya tadi
bilang, kalau rame-rame kan jalan jadi ngga perlu transport. Ini 2 kali

Universitas Indonesia
54

Cuma 10 ribu berarti sekali pertemuan Cuma 5 ribu..memang kalau untuk


kader, kayak tabungan itu ada..itu nanti ..

sisa pengeluaranlah kalau ada sisa dibagi rata lah..

misalnya ada 10 ribu dibagi 5. Seberapa aja adanya. Ada dapet


alhamdulillah gede. Kalau minim mah kosong..

Menurut pembina Posbindu PTM melalui hasil wawancara mendalam,


pengelolaan dana Posbindu PTM di RW 1 dan 7 memiliki perbedaan persentase
partisipasi masyarakat yang cukup tinggi. RW 1 dana melalui partisipasi
masyarakat sebesar 80% dan dana bantuan puskesmas 20%, sedangkan RW 7
dana partisipasi masyarakat 30% dan dana puskesmas sebesar 70%.
Dana yang dipergunakan untuk kegiatan Posbindu dari masyarakat
berapa persen.. maksudnya dari masyarkat berapa pesen, dari puskesmas
berapa persen.di setiap Posbindu beda-beda. Ada yang udah 90% ada
yang partisipasinya 30% . tergantung pengelolaan dari tiap posbindu,
beda-beda. ..... Mungkin di rw tertentu. RW yang ada donaturnya
uangnya banyak dia mempergunakan itu dana donatur. Yang tidak ada
donaturnya pasti uang dari puskesmas semua yang dipake.

Kalau RW 7 kayaknya yang paling banyak dari puskesmas ya..laporan


revitalisasi posbindu RW 7 udah dikumpulin sih ya..kalau ngga salah mah
kalau RW 1 banyak..ada yang ngisi 80%, 40 50 %. Kalau yang di RW 7
mah kayaknya 70, 30 %. Masih rendah disitu ininya

Pada wawancara mendalam pembina Posbindu PTM mengatakan bahwa


sebagai pembina hanya memberikan arahan dalam pengelolaan dana yang
transparan sesama kader. Dukungan juga diberikan melalui kebebasan kader
untuk mengelola dana.

........... Uangnya kan dipegang bendahara, nanti silahkan dipake itu


uang... Ada pertemuan di puskesmas induk pasir mulya, atau ada
undangan seminar dimana. ..........Terus saya juga selalu arahan itu untuk
transparan antar mereka supaya tidak menimbulkan. jadi walaupn
dipegang satu orang tapi semua tau laporannya. Jadi setelah selesai
pelaksanaan tuh biasa kan ngitung uang keropak, ini uangnya sekian
terkumpul. Ditambahkan saldonya sekian, pengeluaran sekian jadi total
sekian. Mereka yang mengelola kita hanya mengarahkan.

Universitas Indonesia
55

6.4 Tabel Hasil Perbedaan Manajemen Dana Posbindu PTM RW 1 dan RW 7


tahun 2017
RW 1 RW 7
Sumber Dana -Dana Revitalisasi -Dana Revitalisasi
-Swadaya Masyarakat (keropak) -Swadaya Masyarakat (keropak)
-Bantuan RT
-Donatur
Hasil pelaporan Partisipasi masyarakat: dana Partisipasi masyarakat: dana
dana revitalisasi Puskesmas( 80%: 20%) Puskesmas( 30%: 70%)

6.4 Manajemen Sarana Posbindu PTM


Berdasarkan hasil observasi peneliti, RW 1 dan RW 7 merupakan
Posbindu PTM yang telah memiliki gedung sendiri. Informasi yang diperoleh dari
Pembina dan Tokoh masyarakat menyatakan bahwa RW 1 merupakan gedung
bantuan dari PNPM, dan RW 7 dengan bantuan RW setempat.

Kalau RW 1 itu dari P..N...m.Haa..PNPM yang saya tau ya.. sumbangan


warga juga. Berapa ya , kalau ngga salah per KK 50 rb. Yang RW 1 kan
luas tu Posbindunya. RW 11 juga sama sebesar itu juga ee, dari dana
masyarakat itu sendiri dibantu PNPM. Gitu..

Tadinya kan di rumah-rumah ya.kasian saya bilang, saya nyari supaya


dapat posyandu yang walaupun kecil kita pusatkan disitu. Saya berusaha
keraas untuk bantuan dari kelurahan. Itulah..tiap tahun lah itu.

Hasil observasi menunjukkan bahwa gedung atau sarana pelaksanaan


Posbindu PTM di RW 1 telah memiliki tempat yang nyaman dimana terdapat
ruangan yang cukup sebagai ruang tunggu yang disusun kursi secara berjejer.
Ruangan yang rapi dan dihiasi informasi dinding di bagian dalam. Bagian luar
gedung dikelilingi oleh tanaman obat keluarga yang dirawat dan disusun secara
rapi. Tembok dan lantai berwarna hijau menyatu dengan warna tanaman. Lain
halnya dengan gedung RW 7 yang berukuran jauh lebih kecil. Gedung Posbindu
RW 1 tidak memadai untuk menyediakan ruang tunggu sehingga peserta akan
duduk di luar menunggu di warung atau berdiri di jalan menunggu giliran.
Ruangan yang sempit dan tembok yang berlumut menimbulkan kesan kurang

Universitas Indonesia
56

nyaman. Ruangan yang kecil menyebabkan sirkulasi udara pun kurang baik,
terlalu padat dan terasa panas.

6.1 Gambar Tempat Pelaksanaan Posbindu PTM RW 1


Sumber: Dokumentasi peneliti.

6.2 Gambar Tempat Pelaksanaan Posbindu PTM RW 7


Sumber: Dokumentasi peneliti.

Kalau dari segi fasilitasnya itu berdasarkan keadaannya yang...RW 7


masih sangat kurang. Kayak kursi masih kurang ya. Ibu-ibu pada berdiri
kan.. mana tepat itunya juga kecil..... Yang mau diperiksa itu kadang
berdiri terus percis jalanan kan ya. Ngga ada tempat untuk neduh, kasian

Universitas Indonesia
57

kepanasan. Saya sendiri juga suka ngobyos keringet ya saking


panasnya.ngga nyaman juga kan..

Informan dalam wawancara mendalam mengatakan bahwa kader


mengelola sarana dengan baik sehingga peralatan utama Posbindu PTM telah
dimiliki oleh RW 7 dan RW 1, bahkan RW 1 memiliki tempat tidur.

Untuk alat kesehatannya sih tensi mereka beli sendiri, alat untuk
mengukur tinggi badan ada, untuk mengukur lingkar perut ada ya,
timbangan.

Informan RW 1 dalam FGD menjabarkan peralatan yang telah dimiliki


oleh Posbindu PTM.

Tempat tidurnya ada, terus tensi, yaa tinggi badan, timbang, ada semua
sebetulnya udah lengkap.

Pernyataan tersebut didukung oleh informan lainnya sebagai masyarakat


peserta Posbindu PTM di RW 1

Ya seperti pengembangannya..pengadaan peralatan yang lebih bagus lah.


Kalau dibandingkan dulu-dulu beda ya........... saya lihat ada peningkatan.

Saat melakukan observasi kader menunjukkan buku inventaris yang


dimiliki oleh Posbindu PTM RW 1 untuk mengetahui jumlah dan asal inventaris.

Tabel 6.5 Daftar Inventaris RW 1 Gunung Batu tahun 2017


No. Nama Barang Diterima/Dibeli dari Jumlah Kondisi
1. Lemari LPM Gunung Batu 2 Baik
2. Meja LPM Gunung Batu 5 Baik
3. Kursi BKM 18 Baik
4. Kursi roda LPM 1 Baik
5. Tempat Tidur BKM 1 Baik
6. Timbangan Puskesmas 1 Baik
7. Tripot Dinas 1 Baik
8. Sarung Timbangan Dinas 1 Baik
9. Timbangan Bayi Dinas Kesehatan 1 Baik
10. Ukur Tinggi Dinas Kesehatan 1 Baik
11. Tandu LPM 1 Baik

Posbindu PTM RW 7 dalam FGD kader menyatakan kondisi gedung yang


berlumut dan timbangan yang mengalami kerusakan.

Universitas Indonesia
58

Pengen ganti lukisan ini mba..hehe

Iya ini sih fisik ya.. kalau yang lainnya sih udah cukup ya

Iya timbangan rusak, lengkap sih sebetulnya Cuma ada rusak-rusak.

Masalah sarana di RW 7 menurut hasil wawancara pembina Posbindu


PTM ialah ketersediaan KMS dari Puskesmas.Stok KMS yang habis mendorong
kader untuk membuat KMS sendiri. Sama halnya dengan RW 7, RW 1 pun masih
memiliki sarana yang perlu diperhatikan yaitu kursi roda dan timbangan.

Palingan kursi roda itu yang rusak, udah ngga bisa dibetulin lagi soalnya
kalau dibetulin yang kanan, yang kiri nyengsol.

Timbangan juga rusak kemarin, diinjek ngga mau. Kursi roda mah paling
pinjem punya BKM kalau ada yang perlu pake kursi roda kesini.

Hasil wawancara mendalam terhadap penanggungjawab PTM ialah adanya


bantuan dari dinas kesehatan dalam melengkapi sarana yang dibutuhkan melalui
mekanisme yang telah ditentukan.

Laporan kunjungan terus dari pembina itu bisa melaporkan bahwa alat
kesehatan mana yang rusak atau yang kurang, jadi kita bisa
mengkalkuasikan untuk pelaporan kedinas bahwa Posbindu mana saja
yang membutuhkan alat kesehatan yang bisa dibantu oleh dinas
kesehatan.

Dari Puskesmas sih tidak, biasanya kita ke dinas kesehatan. Dari Dinas
itu pun banyak, bisa tekanan darah jadi alat tensi meternya, dari
stetoskopnya terutama kadang, kalau suhu pun kalau diperlukan ada
sampai terakhir itu apa..timbangan berat badan dan tinggi badan.

Kalau rusak bisa. Diajukan ke dinas kita dipera. Tapi biasanya lama sih,
hasil pera nya karena dikumpul dari se-Kota bogor kan. Tadi sih untuk
kriteria kenapa harus ada pembina ya? Untuk melihat pengawasan
posbindunya berjalan atau tidak dan untuk melihat kebutuhan terutama
dari alat kesehatan.

Universitas Indonesia
59

6.5 Inovasi Posbindu PTM


Pelaksanaan Posbindu PTM pada umumnya dilakukan dengan sistem 5
meja yaitu pendaftaran, wawancara, pengukuran BB, TB dan lingkar perut,
pemeriksaan kesehatan dan konsultasi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam
terhadap penanggungjawab Posbindu PTM hal baru dilakukan untuk
meningkatkan kunjungan diantaranya adanya pemberian obat, dan dengan adanya
kolaborasi dengan pelaksanaan program lain yaitu PKH.

sudah membentuk 30 Posbindu, kalau saya hanya satu, satu


Posbindu.perkembangannya sih mulai mulai meningkat ya karena ada
suatu kebutuhan dari masyarakatnya itu sendiri untuk memeriksa
kesehatan ditambah dengan kita ada kegiatan diantaranya ada
pengobatannya untuk menarik masyarakat.

kita meminta kepada dinas kesehatan apakah boleh mengadakan obat


pengobatan, ternyata boleh sekedar hanya untuk menarik tetapi
dengan catatan bahwa penyakitnya itu masih kategori ringan adapun
berat atau sedang harus di sistem rujukan ke puskesmas.

bukan ditakut-takuti tapi nanti uang PKH suka ada..Kalau tidak


diperiksa kesehatannya nanti bakal ditinjau ulang. Jadi mereka
berbondong-bondong kesini.

Penanggung jawab dan pembina Posbindu PTM melalui wawancara


mendalam menginformasikan bahwa terkait Posbindu PTM memang belum ada
muncul inovasi baru yang brilian, namun telah ada upaya-upaya yang dilakukan
kader untuk meningkatkan angka kunjungan. Upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan cakupan yaitu melalui adanya PMT yang beragam.

Untuk inovasi secara brillian sih belum keliatan ya dari setiap kader,
cuman dari kader itu sudah ada usaha untuk diadakannya donatur,
terus inovasinya bahwa supaya meningkatkan jumlah kunjungan
dengan PKH nya ditinjau ulang gitu kan dengan lapor kepada RT RW
nya bahwa orang-orang ini tidak hadir.

Dari kadernya ya? Belum sih ya, belum saya lihat sampai kesana.
masih ya rutinitas seperti itu aja. Kalau kadang gini kita kadang kan
yang diminta dari sana, dari dinas ya dijalani seperti itu ya kita minta

Universitas Indonesia
60

ke ibu kader sesuai yang kita ini aja ..kalau inovasi dia bikin ini apa
kayaknya belum ya.

kalo yang cakupannya banyak tuh dia ada PMT.. he eh.. terus PMT
nya ganti-ganti. Terus memang masyarkatnya juga keliatan masyarkat
yang mampu ya ..dia juga ad yang ngasih 5 ribu, ada yang 2 ribu ada
yang 3 ribu karena mereka juga merasa mendapatkan ini kan.. ada
PMT gitu..terus dia dapet ini, diperiksa kesehatan, bisa konsultasi kan
masalah kesehatnnya terus ada pemeriksaan itu juga.. ee yang merasa
ingin datang itu kan kesadaran sendiri ya. Dia pengentahu kondisi
kesehatannya. Dia mau melakukan pemeriksaan lab nya. Kan ada
pemeriksaan itu juga, gula darah, asam urat, kolesterol, dengan biaya
sendiri itu. Iya bayar, ada..

Informan lainnya menyebutkan bahwa RW 1 memiliki kemampuan dalam


hal melakukan pendekatan terhadap masyarakat sekitar, baik melalui ikatan
keluarga maupun kegiatan kemasyarakatan lainnya sehingga kader memiliki
power dalam menggerakkan masyarakat karena disegani oleh masyarakat.

Artinya penyuluhan pendekatan kader kepada masyarakat. Kalau


disini kan petugas posyandu atau petugasnya secara langsung berbaur.
Jadi pendekatannya secara individu. Kedua banyak ikatan keluarga,
kalau disini banyak ikatan keluarga. Walaupun disini perkotaan ya.
Tapi tetep asas kekeluargaannya ada.. sambil dengan cara demikian
dia akan tertarik kan.. ya itu secara pribadi ada ikatan keluarga kader
penyampainnya pun tidak langsung. Jadi ada beberapa cara ..ada
yang langsung dan tidak langsung. Misalnya hobinya apa,melalui
itulah pendekatannya. Jadi tidak langsung to do poin. Memberikan
pengertian kepada masyarakat itu aneka ragam. Tidak semudah kita
membalikkan telapak tangan kan. Karena orang belum tentu pola
pikirnya sama kan.. nah ini yang perlu kita ketahui. Masalahnya
masalah apa, kita harus bisa mengantisipasi, apakah melalui
pengajian. Jadi banyak cara tu, banyak cara lah..kadang melalui
pengajian,arisan ada apa sih namanya.. kebersamaan..jadi banyak
cara lah..

Menurut informan dalam wawancara mendalam, RW 7 belum memiliki


hal yang menjadi keunggulan atau daya tarik dalam meningkatkan angka
kunjungan, meskipun kadernya telah melakukan sosialisasi dari mulut ke mulut
dan melalui pengeras suara masjid.

Universitas Indonesia
61

Ya paling dia mengajak aja. Mengajak sasarannya untuk dateng. Bila ada
arisan tingkat RT, ada pengajian, terusya mungkin karena belum aada
daya tarik ya. Kan ada juga yang walaupun ada makanan , ada PMT
mungkin ada aja tu yang dateng pengen bubur sumsum nya
misalkan..hehe..mungkin bisa ya jadi daya tarik. Cuman mungkin
terkendala biayanya itu tadi yang ngga ada. Sebatas ngajak-ngajak aja
paling ge. Promosi sama sosialisasi.

Salah satu upaya yang dilakukan kader dan pembina di RW 7 ialah melalui
jadwal Posbindu yang dilaksanakan bersamaan dengan jadwal pengajian di mesjid
sehingga masyarakat dapat secara bergantian datang dan melakukan pemeriksaan
di Posbindu.

Paling kalau banyak itu kunjungan pas saya sengaja pelaksanaannya pas
hari pengajian. Pengajian yang deket di situ, jadi ibu-ibu abis ngaji ayo
mangga ibu-ibu ke Posbindu gantian gitu ya..

6.6 Tabel Hasil Perbedaan Inovasi Posbindu PTM RW 1 dan RW 7 tahun 2017.
RW 1 RW 7
-Pemberian Obat -Bersamaan jadwal pengajian
-Pendekatan masyarakat dan tokoh masyarakat melalui
kekerabatan
-Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Tabel 6.6 menunjukkan inovasi RW 1 lebih beragam dibandingkan dengan


RW 7 karena adanya dukungan pihak RW dan donatur yang dapat mendukung
secara moril maupun dana.

6.6 Komunikasi
Puskesmas-Kader
Komunikasi dilakukan antara puskesmas dan kader dalam pelaksanaan
Posbindu PTM, berdasarkan hasil FGD terhadap kader RW 1 dan RW 7
menyatakan bahwa komunikasi dilakukan melalui pesan WA dan forum lokakarya
mini (lokmin).

dari WA..ada juga sub, jadi pertemuan kader. Ada arisannya nanti giliran.
Kemarin mah di mana ...

WA aja..pake group.. ada group pasir mulya..

Kan ada lokmin. Forum untuk kesulitan kita di wilayah, tentang laporan.

Universitas Indonesia
62

Pernyataan informan lainnya dari wawancara mendalam pun mengatakan


bahwa media komunikasi yang digunakan ialah handphone dan WA.

Melalui WA, informasi apa-apa..melalui telpun

Melalui telpun, yang ada WA nya ya melalui WA. Pake sms atau telpun,
gimana urgen ngga nya ya. Kalau memang harus segera,
telpun..kebetulan kadernya ada WA tu ketuanya.jadi suka lewat WA.

Hasil wawancara mendalam terhadap pembina Posbindu PTM


menyatakan bahwa komunikasi Posbindu PTM baik kader RW 1 dan RW 7
dilakukan dalam forum kader se-Puskesmas Pasir Mulya, forum kader kelurahan
Gunung Batu, ataupun saat setelah pelaksanaan Posbindu PTM. Dalam
membangun komunikasi yang baik, pembina mengajak diskusi non formal setiap
bulannya setelah pelaksanaan Posbindu PTM di masing-masing tempat. Selain itu
forum pertemuan kader dikemas dalam bentuk arisan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat.

Kalau pembinaan kader, biasanya kita kan setiap bulan ada pertemuan
sub ya..sub kader, jadi tu kita suka kumpul semua ibu-ibu kader, kadang di
pertemuan sub itu ada masalah atau ada apa pasti kita bahas lagi
disitu.tapi kalau pas lagi di hari ini juga, hari posbindunya atau
posyandunya sudah selesai pelayanan biasanya kita ini lagi..Ya karena
udah rutinnya seperti itu jadi kayaknya biasa aja ininya

Eee...jadi gini, kita karena udah pertemuan yang rutinitas ya tiap bulan
jadi untuk ibu-ibu kader yang udah khusus untuk gunung batu aja karena
kita kan kalau induknya pasir mulya nih, ada lokakarya mini itu lokmin
ya di Pasir Mulya. .............. Jadi kalau ada permasalahan atau misalkan
kita ada info-info baru kita bahas semua disitu, gitu. Di sub itu. Gitu..
nanti kalau misal ada yang perlu dibahas lagi di lokminnya. ............
Kalau puskesmas kadang kan yang pemegang-pemegang programnya di
Pasir Mulya ya.

Itu biasanya kita berubah-ubah. Kan kebetulan kita suka ngadain arisan,
biar tiap bulannya pada datang. Dari masing-masing Rw ya walaupun 2
atau 3 orang. Tapi mewakili itu pasti ada yang datang kader.kita ngadain
arisan ngga seberapa sebenarnya tapi yang penting . RW 1 tempatnya
biasa di Posyandu, RW 2 biasanya di rumah ibu kader siapa selalu
berputar gitu.

Universitas Indonesia
63

Informan lainnya pun mendukung bahwa komunikasi dilakukan dalam


forum rutin dan dilakukan dengan 2 arah sehingga kader dapat menyampaikan
kesulitan maupu hal-hal yang belum dimengerti.

Untuk evaluasi sih bisa diforum itu setiap bulan. Forum pertemuan PKP,
Posbindu dan Posyandu PKP . bisa disitu ketika misalnya jumlah
laporannya nih mana laporannya.

Forum pertemuan kader setiap bulannya. Dari PKP itu berpindah-pindah


tempat sesuai dengan jadwalnya. Kadang bisa di kelurahan forumnya
bahkan bisa di Aula puskesmas itu sendiri. Itu yang dibahas selain
informasi-informasi juga tentang apa hal-hal apa sih yang masih kurang
di Posbindu terutama dibentuk catatan dan pelaporan mereka masih
belum paham tentang pelaporan saat ini.

Informasinya bukan hanya satu arah, kadang dari mereka sendiri.


Meminta misalnya itulah alat kesehatan yang rusak atau diskusi
bagaimana meningkatkan jumlah kunjungan di forumnya.

Komunikasi pun dibangun oleh kader terhadap pembina dalam melakukan


kunjungan rumah terhadap peserta Posbindu PTM yang sedang mengalami sakit
dan tidak dapat hadir, dimana kader menyebutnya dengan sweeping.

Ada aja dari kadernya tu kita ngasi tau, bu ada yang ngga bisa dateng
karena sakit . sakitnya berat kita kunjungan rumah.Jadi kadernya mau
melakukan kunjungan rumah ke sasaran yang sakit.

Dalam pelaksanaannya pun apabila kader dan pembina atau petugas


kesehatan yang akan turun ke Posbindu PTM mengalami ketidaksesuaian jadwal
maka pembina akan mencari melakukan koordinasi dengan pembina lainnya agar
tetap terselenggara.

Kan Cuma berdua ya sama bu W, saya ngga bisa nih, sedangkan jadwal
udah .. akhirnya kan kita saling ya, tolong gantiin. Itu komunikasi
kan..kalau ngga digantiin kasian ini udah posbindunya udah siap jangan
sampe ada petugas ngga dateng. Karena kan yang meriksa kesehatan kan
kita. Kader kan yang nimbang, ngukur tinggi badan.

Universitas Indonesia
64

Tokoh Masyarakat-Kader

Berdasarkan hasil wawancara mendalam diperoleh informasi bahwa


komunikasi tokoh masyarakat dan kader berjalan dengan baik di RW 1 dan RW 7.
Komunikasi dilakukan oleh kader terhadap tokoh masyarakat melalui kunjungan
terhdapa pelaksanaan Posbindu PTM.

Ya ikut sih.. he eh..ikut ..biasanya ..apalagi klo yang.. mereka juga kan
tokoh masyarakat lansia juga jadi mereka pasti ini lah..ikut juga, pasti
datang.

Kalau sama ketua RW nya sih bagus..sama rt rt nya..cuman dari


warganya aja kali ya yang kurang mau berpartisipasi karena sibuk
dengan kesibukannya.

Kader-Masyarakat

Hasil FGD menunjukkan bahwa komunikasi antar kader dan masyarakat


dilakukan di RW 1 dan RW 7 dengan ajakan melalui mulut ke mulut,
pengumuman dari pengeras suara masjid dan sweeping dengan berkeliling dari
rumah ke rumah. Berdasarkan informasi dari FGD terhadap kader RW 1
sosialisasi pun dilakukan H-1 Posbindu dan pelaksanaan Posbindu PTM di RW 1
sudah berjalan rutin.

Kadang H-1 kasi tauin, sebelum acara sweeping, kalau masih sepi juga
sweeping... kalau udah siang belum datang didatangi ke rumahnya..

Ngajak-ngajakin , kadang pak RT juga suka bantu ngajakin warga. Tp


udah pada tau biasanya mah pada datang..

Hasil FGD di RW 7 pun menunjukkan bahwa sosialisasi dari kader RW 7


pun dilakukan dengan ajakan dari mulut ke mulut oleh kader. Selain itu dilakukan
melalui pesan sms.

Kita dimana aja ketemu pasti sosialisasi, pasti penyuluhan, di warung,


dimana..selalu

eh ini.. ini..ini..oh ini gini gini..oh ibu ini nanti gini. Oh ini nanti rapat di
anu. Itu pas kalau ketemu, kalo nggak sms..bu ada ini ini lansia..

Universitas Indonesia
65

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan


diperoleh informasi bahwa komunikasi kader dengan masyarakat di RW 1
berjalan dengan baik sehingga pesan yang disampaikan kader dapat diterima dan
ajakan untuk mengunjungi Posbindu PTM memperoleh timbal balik dari
masyarakat.

Karena dari jumlah penduduknya juga disitu padat, yang RW 1 itu


berdekatan terus masyarakatnya jadi apa yang kata kader itu mereka kaya
nurut gitu..Kadernya memang aktif disitu. Disegani iya... yang udah pada
senior-senior disitu.di rw 1 itu. Jadi, asal ibu itu ngomong..datang! datang
tu mereka rw 1 kan lihat sendiri ya masyarakatnya. Kan disitu padahal
banyaknya masyarakat pendatang yang ngontrak-ngontrak, tapi ibu itu
kan punya banyak kontrakan tu jadi yang ngontrak-ngontraknya disitu
pada nurut sih datang. Ya mereka peduli, mungkin karena udah diperiksa
disitu, terus ke puskesmas juga jauh harus ongkosan. Kalau disitu kan
seneng dia justru. Begitu ada kita pemeriksaan itu bisa konsultasi, bisa
apa. Banyak jadinya yang dateng.

Ya itulah tadi saya katakan supel dalam pengajian, arisan..jadi tidak


secara khusus. Sebab kalau dengan masyarakat lebh baik secara diam-
diam ya karena perembesan.. jadi diajaknya secara pribadi, ngobrol
membeikan masukan..

Biasa sih kalau sebelum H-1 itu yang saya tau ibu-ibu kader itu walaupun
mereka kadang-kadang sasarannya sudah hafal, tapi tetep pada
pelaksanaan hari H nya, di masjid ya diumumin. Kadang H sebelum ini
juga ibu kader suka keliling. Atau kalau di rw 1 ya suka keliling dia
ngasih tau . biasa kalau posyandu juga gitu, kalau udah H-1 keliling,
gitu..walaupun udah ini ya apalagi rw 1 masjidnya lumayan ininya tengah
jadi udah.. karena itulah kalau rw 1 insyaAllah jarang banget berubah.
Tetepnya di hari rabu aja, kecuali hari llibur jadi kadang maju di kamis
atau mundur di selasa.

Komunikasi yang baik dari kader, didukung adanya repetisi dan waktu
yang konsisten mendukung adanya pesan yang sampai dengan baik kepada
masyarakat mengenai jadwal pelaksanaan Posbindu PTM.

Kalau di rw satu tuh ngga, jadi mereka apa ya sasarannya juga udah
paham. Oh ini rebo minggu pertama jadwalnya posbindu, pada
datang....gitu..gitu ya mereka udah pada sadar diri...

Universitas Indonesia
66

6.7 Tabel Hasil Komunikasi Posbindu PTM RW 1 dan RW 7 tahun 2017.


RW 1 RW 7
Puskesmas-Kader -komunikasi sama-sama menggunakan media elektronik yaitu HP.
-Forum kader dalam loka karya mini se- Puskesmas Pasir Mulya
-Forum Kader khusus kelurahan Gunung Batu
Toma-kader -Komunikasi baik -Komunikasi dalam bentuk
penyampaian informasi
Kader-masyarakat -mulut ke mulut -mulut ke mulut
-pengumuman masjid -pengumuman masjid
-sweeping -sweeping
-dalam pergaulan seperti pengajian
dan arisan

6.7 Kemitraan

Informan dalam wawancara mendalam menyampaikan bahwa secara


formal belum ada bentuk kemitraan yang dilakukan dalam pelaksanaan Posbindu
PTM di wilayah binaan Puskesmas Pasir Mulya.

Kalau kemitraan secara bentuk tertulis dari perusahaan tertentu kita


belum ada hanya dari individu masyarakatnya itu ada. Kalau kemitraan
secara terstruktur yang resmi, lembaga itu kita belum ada dan itu mungkin
jadi PR buat kita untuk kadernya

Informan menyatakan bahwa kemitraan pada Posbindu PTM di wilayah


Pasir Mulya (termasuk RW 1 dan RW 7) dilakukan dengan kerjasama lintas
sektoral di Puskesmas sendiri yaitu antara bagian PTM, Promkes dan Gizi .

Dengan program gizi, karena kita juga perlu konsultasi memberikan....


bahwa ini tentang nutrisi yang diperlukan lansia itu jadi bukan hanya ke
dokter kita ke petugas gizi juga terus berkaitan lintas sektoral.
Cuman ya balik lagi masyarakatnya itu sendiri yang kadang masih
menganggap yang hadir itu hanya orang yang sakit. Itu terus yang kita
terus berusaha dengan berbagai cara sampai kita bekerjasama dengan
petugas promkes terjun memberikan informasi itu sih.

Informan dalam wawancara mendalam menyatakan bahwa RW 1 memiliki


mitra dalam melengkapi kebutuhan pelaksanaan Posbindu PTM melalui kenalan
saudara ataupun masyarakat dari kenalan kader.

Universitas Indonesia
67

Ee kebetulan ada saudaranya juga yang disitu. Saudara ibu kader. Jadi
dia ini ya mungkin memang . tapi ngga.., Cuma sekali-kalinya sih inget
saya. Selebihnya mah dari dana sendiri aja..masyarakat sendiri

Ini karena adanya proses kerjasama. Kalau kata orang sunda mah ..
kebersamaan masyarakat menghimpun dana, jadi bukan perseorangan.

Informan lainnya menyatakan dalam wawancara mendalam bahwa


bantuan dari luar pernah ada di RW 7, namun untuk saat ini sudah tidak ada.

..... Pernah itu mah zaman-zamannya itu doang kampanye banyak itu
ngasih biskuit lansia, susu..terus.. tapi ya saat-saat kampanye doang, he
eh..dari partai..ada .........tapi ngga ada lagi sekarang makanya PMT jadi
swadaya aja. Kita harapkan. Karena di puskesmas juga ngga ada.di
puskesmas kan hanya uang revit doang yang 3 bulan sekali. Kalau PMT
mah itu bener-bener swadaya masyarakat

Selain mitra dalam mendukung secara finansial, dukungan dari beberapa


pihak pun menjadi mitra dalam meningkatkan keberhasilan pelaksanaan Posbindu
PTM. RW 1 dalam melakukan sosialisasi dan ajakan terhadap masyarakat
bermitra dengan lurah dan ibu lurah, ketua RW, tokoh masyarakat dan ketua RT,
berdasarkan hasil wawancara mendalam dan FGD.

Kalau untuk dukungan sih yang jelas, kalau dari RW, tokoh masyarakat
disitu semuanya udah ikut terlibat ya. RW nya juga suka turun kalau
menurut saya udah ini semua. Disini kalau dari kelurahan pak lurahnya
sendiri suka ikut turun atau bu lurahnnya. Mantau kegiatan pas posbindu,
posyandu.

pak RW,RT mah mendukung, suka dateng juga..

Pernyataan tersebut didukung kembali oleh pernyataan masyarakat sebagai


peserta Posbindu PTM sebagai informan wawancara mendalam.

Kebanyakan kan ini mereka koordinasi dengan RW. Jadi, pak RW sudah
percaya dengan petugas yang ditugaskan di posyandu. Mereka sudah
terbiasa dalam dunia pekerjaan apa yang harus dikerjakan. Mereka sudah
bias. Seperti karyawan gitu. Tapi tidak terlepas dari binaan kel dan
Dinkes. Itu mah kerjasama mereka dengan luar ada, atau dengan
kelurahan ada..Dari rt rw nya pun sudah ada. Disini mah teu kudu dititah

Universitas Indonesia
68

deuh..sarideng .. itu mah kebersamaan. Jadi, istilahnya bersama kita bisa


itu.

Hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan di RW 7


menyatakan bahwa kemitraan yang dilakukan ialah dalam bentuk dorongan tokoh
masyarakat dan ulama dan beberapa masyarakat yang mau berkontribusi dalam
bentuk minuman, namun masih perlu ditingkatkan.

Peran serta ya..banyak dari tokoh masyarakat, dari beberapa ulama, ikut
mendorong.....yang mereka benar-benar perhatian (suara motor) peran
serta masyarakat. ....... Selama ini biarpun kecil ada lah peran serta dari
masyarakat. Selain RW, selain RT, tokoh masyarakat. Hanya sebatas
mereka tuh boleh dikatakan mengerti dan tahu keberadaan ini jadi kalo ..
terus terang aja kalau kita ada khusus ke beberapa kalau tingkat se RW
kan tau sendiri lah. Banyak juga ada beberapa yang belum ngerti juga.

Pernyataan tersebut didukung dengan hasil FGD terhadap kader RW 7


yang menyatakan adanya dukungan dari tokoh masyarakat dan ulama. Namun
dalam hal ini dukungan yang diberikan ialah dalam bentuk kehadiran dan
pengumuman kepada warga.

Yang mendukungnya dengan dateng aja sih.. RT, RW, BKM juga yang
kita suka ngumumin.

6.8 Evaluasi Posbindu PTM

Cakupan
6.8 Tabel Rata-Rata Per Bulan Kunjungan RW 1 dan RW 7 Posbindu PTM Tahun
2016- 2017
RW 1 RW 7
Sasaran 388 184
Rata-rata Kunjungan per
bulan 54 26
Cakupan 14 % 14%

Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada pembina, menyatakan


bahwa cakupan RW 7 masih rendah berdasarkan data jumlah kunjungan. Maka
dapat diketahui bahwa dalam hal ini pembina menentukan kriteria keberhasilan
pelaksanaan Posbindu PTM kurang tepat karena mengukurnya dalam bentuk

Universitas Indonesia
69

jumlah kunjungan. Namun, untuk menghitung cakupan pun belum jelas karena
jumlah sasaran sesuai pedoman belum diketahui.

Kalau RW 07 ini cakupannya masih rendah terus dibanding RW lain.


Heuh..kan waktu itu cari yang kunjungannya kecil ya. Iya jadi kalau rw
lain bisa diatas 40. Ee ada yang 35,rata-ratanya 30, 40.. tapi ada juga
yang sampai 75 tinggi, 50 an ada. RW 7 termasuk yang ini datanya kan
ya kecil aja, belum ada perubahan. Padahal kita sudah sosialisasikan
ya..di wilayah situ bahwa ada kegiatan Posbindu.

Pelaksanaan Posbindu PTM yang sesuai dengan pedoman dari Kemenkes


dilakukan melalui jumlah cakupan bukan kunjungan sehingga angka keberhasilan
dapat terukur dengan jelas dan tepat. Evaluasi pelaksanaan Posbindu PTM
berdasarkan cakupan masih belum terlaksana karena adanya beberapa hal yang
masih belum jelas, yaitu sasaran. Cakupan merupakan hasil dari perbandingan
jumlah kunjungan dibandingkan dengan sasaran. Pelaksanaan Posbindu PTM
terintegrasi dengan Posbindu lansia yang perlahan diganti menjadi Posbindu PTM
dimana terjadi penambahan kegiatan yaitu pengukuran IMT dan juga penambahan
sasaran menjadi warga usia di atas 15 tahun namun dalam pelaksanaannya petugas
masih melakukan pelaporan dan pencatatan dengan sasaran lansia.

Pemantauan Faktor Risiko dan Tindak Lanjut

Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan secara


rutin setiap bulannya. Laporan disampaikan kader kepada pembina Posbindu
PTM, kemudian Pembina melakukan rekap dan dilaporkan kepada penanggung
jawab PTM di Puskesmas Pasir Mulya. Puskesmas menyediakan beberapa form
yang dapat diisi oleh kader disamping kader juga melakukan pencatatan pada
buku besar kader dan KMS peserta Posbindu PTM.
Hasil laporan dapat menunjukkan faktor risiko apa saja tercatat sehingga
dapat ditindak lanjuti oleh tenaga kesehatan dalam bentuk edukasi terkait faktor
risiko tersebut. Hasil pencatatan juga mencatat tindak lanjut yang dilakukan
terhadap peserta Posbindu PTM dengan kategori diobati atau dirujuk. Tindak
lanjut tidak hanya dilakukan pada peserta yang hadir ke Posbindu PTM, kader pun
memberikan informasi kepada tenaga kesehatan terkait masyarakat yang perlu

Universitas Indonesia
70

ditindak lanjuti karena sakit dan tidak bisa hadir. Hasil pencatatan pada RW 1 dan
RW 7 ialah sebagai berikut:

Kemarinnya saya di rw 1 pas bulan kemarin ya.. ee dianya udah ngga bisa
apa-apa. Stroke ya, itu baru kena serangannya. Biasanya otomatis
kunjungan rumah kalau perlu dirujuk dibuatin rujukannya. Kebetulan sih
bapaknya memang punya ASKES juga ya .

Universitas Indonesia
71

6.9 Laporan Hasil Pemantauan Faktor Risiko dan Tindak lanjut Posbindu PTM RW 1 dan RW 7 tahun 2016-2017

RW 1 RW 7

IMT Tekanan Darah IMT Tekanan Darah


Peny- Penya
Kenci-
Jumlah ng akit Diobati Dirujuk Jumlah Kencing -kit Diobati Dirujuk
Kunjungan L N K Tinggi Normal Rendah Manis lain Kunjungan L N K Tinggi Normal Rendah Manis lain
Maret tahun 2016 44 19 22 23 4 23 17 4 20 24 2 27 9 16 2 10 13 4 2 11 13 0
April tahun 2016 63 22 36 5 10 34 19 3 10 21 2 30 15 12 3 10 11 9 3 6 18 1
Mei tahun 2016 43 17 21 5 7 17 19 3 11 20 1 25 6 18 1 8 10 7 3 7 10 1
Juni tahun 2016 46 20 24 2 3 30 21 18 3 10 15 7 3
Juli tahun 2016 49 24 20 5 9 26 14 3 38 11 21 6 8 20 10 2
Agustus tahun
2016 48 29 12 7 9 21 18 3 24 22 8 11 3 9 10 3 3 12
September tahun
2016 65 28 31 9 16 42 10 4 26 14 4 10 0 2 10 2 2 4
Oktober tahun
2016 47 15 23 9 10 24 13 4 10 20 2 25 9 14 2 11 10 4 2 5 15 1
November tahun
2016 69 24 39 6 10 39 20 3 22 7 14 1 6 11 5 3
Desember tahun
2016 62 18 39 5 15 29 18 5 0 16 2 22 10 10 2 6 12 4 2 0 11 0
Januari tahun
2017 56 12 29 15 10 28 18 4 5 20 3 30 15 12 3 12 11 7 3 3 15 1
Jumlah per tahun 592 228 296 91 100 283 166 39 106 121 12 285 115 156 26 92 133 62 28 48 82 4
Persentase per
tahun(%) 38 50 15 16 47 28 7 18 20 2 40 55 9 32 46 21,8 10 17 29 1

*Keterangan Tabel:
L: Lebih dari standar
N: Normal Universitas Indonesia
K: Kurang
72

Tabel 6.5 di atas merupakan hasil pencatatan laporan pelaksanaan


Posbindu PTM yang telah dikumpulkan oleh Puskesmas Pasir Mulya dan
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota Bogor dalam bentuk form rekapitulasi
Kelurahan Gunung Batu yang ditanda tangani oleh Pembina Posbindu PTM.
Berdasarkan tabel 6.5 di atas menunjukkan jumlah kunjungan per tahun Posbindu
PTM RW 1 ialah 592 kunjungan. Berdasarkan jumlah kunjungan dalam setahun
diketahui bahwa dalam setahun pemantauan faktor risiko peserta yang hadir
memiliki proporsi peserta dengan indeks masa tubuh lebih sebanyak 38%, normal
50% dan kurang 15%. Sedangkan proporsi peserta dengan tekanan darah tinggi
dalam setahun sebanyak 16%, normal 47% dan tekanan darah rendah 28%. Hal ini
dapat menunjukkan bahwa dari 592 kunjungan 16% peserta dapat memperoleh
edukasi maupun rekomendasi terapi dalam menurunkan tekanan darah, sebanyak
47% telah normal dapat memperoleh edukasi agar tekanan darah tetap normal dan
16% dapat memperoleh edukasi maupun rekomendasi terapi untuk menormalkan
tekanan darah. Dalam setahun kegiatan Posbindu PTM menemukan (39 orang)
7% peserta yang telah didiagnosa menderita diabetes. Faktor risiko yang telah
didata kemudian ditindak lanjuti dengan diobati ataupun dirujuk. Data tabel 6.5
menunjukkan bahwa 20% diobati dan 2% dirujuk. Pelaksanaan Posbindu PTM
menjadi gate keeper dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit maupun
komplikasi dengan adanya deteksi dini.
Berdasarkan tabel 6.5 di atas menunjukkan jumlah kunjungan per tahun
Posbindu PTM RW 7 sebanyak 285 kunjungan. Berdasarkan jumlah kunjungan
dalam setahun diketahui bahwa dalam setahun proporsi peserta dengan indeks
masa tubuh lebih dari standar sebanyak 40%, normal 55% dan kurang 9 %.
Sedangkan jumlah proporsi peserta dengan tekanan darah tinggi dalam setahun
sebanyak 32 %, normal 46% dan tekanan darah rendah 22%. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa dari 285 kunjungan 40% peserta dapat memperoleh edukasi
maupun rekomendasi terapi dalam menurunkan tekanan darah, 55% telah normal
dapat memperoleh edukasi agar tekanan darah tetap normal dan 9% dapat
memperoleh edukasi maupun rekomendasi terapi untuk menormalkan tekanan
darah. Dalam setahun kegiatan Posbindu PTM menemukan (28 orang) 10%
peserta yang telah didiagnosa menderita diabetes. Faktor risiko yang telah didata

Universitas Indonesia
73

kemudian ditindak lanjuti dengan diobati ataupun dirujuk. Data tabel 6.5
menunjukkan bahwa 29% diobati dan 1% dirujuk. Pelaksanaan Posbindu PTM
menjadi gate keeper dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit maupun
komplikasi dengan adanya deteksi dini menunjukkan bahwa di RW 7 lebih
banyak peserta yang memiliki faktor risiko indeks masa tubuh lebih, darah tinggi
dan peserta terdiagnosa diabetes. Hal ini dapat menunjukkan bahwa peserta yang
hadir merupakan peserta dengan faktor risiko dan telah didiagnosa sakit.
Pada pemantauan faktor risiko yang dilakukan dapat mengevaluasi
gambaran kondisi masyarakat yang datang ke Posbindu PTM dimana sasarannya
ialah Posbindu PTM dapat mendorong masyarakat untuk melakukan pencegahan
dini terhadap penyakit tidak menular dengan mengendalikan faktor risiko yang
ada.

Universitas Indonesia
BAB 7

PEMBAHASAN

7.1 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti seorang diri sehingga ada
kemungkinan terdapat hal-hal yang masih terlewatkan dalam pengumpulan
data.
2. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan mengacu pada
pedoman Posbindu PTM Kemenkes namun masih belum jelas dalam
menentukan tingkat keberhasilan Posbindu PTM.
3. Jumlah sasaran Posbindu PTM yang masih belum jelas. Pada
pelaksanaannya penanggungjawab, pembina, dan kader menjadikan usia >
15 tahun sebagai sasaran. Namun dalam pencatatan pelaporan masih
menggunakan data lansia dan sasaran yang tercatat ialah jumlah kategori
umur lansia.
4. Peneliti hanya memilih dua Posbindu PTM dengan kunjungan terbanyak
dan terkecil dalam melihat gambaran pelaksanaan Posbindu PTM.

7.2 Faktor Manajemen dalam Pelaksanaan Posbindu PTM


Pelaksanaan program didukung oleh adanya pengelolaan terhadap SDM,
dalam hal ini kader Posbindu PTM. Manajemen SDM dalam pelaksanaan
Posbindu PTM RW 1 dan 7 dimulai dengan perekrutan secara sukarela sehingga
tidak mengikat satu sama lain. Pada pelaksanaannya di RW 1 perekrutan kader
didukung oleh peran ketua RW dalam merekrut kader yang baik dalam
bermasyarakat. Perekrutan di RW 7 dilakukan dengan kesadaran sendiri dan
dipengaruhi oleh adanya balita yang sedang diasuh atau tidak, baik anak atau
cucu. Kader di RW 1 merupakan kader yang telah lama menjadi kader ditambah
kader-kader baru yang menjadi penerus disamping adanya kader yang
berpengalaman sehingga adanya transfer knowledge yang dilakukan kader.
Alasan menjadi kader bermacam-macam, ada yang karena merupakan
anak dari RT atau istri dari RT yang dianggap sebagai perwakilan RT dalam
menggerakkan masyarakat dan ada pula yang merupakan anak dari kader yang

74 Universitas Indonesia
75

sudah tidak bertugas karena sudah lanjut usia. Penelitian ini didukung dengan
penelitian sebelumnya yang juga mengatakan bahwa sebagian kader berpendapat
bahwa mereka menjadi kader dikarenakan suaminya menjadi ketua RT atau RW,
ada yang berkerja ikhlas membantu kegiatan posbindu, ada juga yang karena ingin
bersosialisasi dengan masyarakat, dan ada juga yang mau menjadi kader karena
kemauan atau inisiatif sendiri.(Rahmawaty, 2014) Hal ini menjadi tantangan
dalam mengelola SDM yang sudah bersedia secara sukarela agar memiliki
tanggung jawab dalam menjalankan perannya. Meski demikian, pembangunan
yang berorientasi pada pemberdayaan memberikan kesempatan kepada setiap
anggota masyarakat untuk dapat ikut serta dalam proses pembangunan dengan
mendapatkan kesempatan yang sama dan menikmati hasil pembanguan tersebut
sesuai kemampuannya.(Fauzia, 2013)
RW 7 merupakan Posbindu PTM dengan kunjungan terendah mengalami
masalah dalam hal perekrutan kader, pada pelaksanaannya kader mengalami
kesulitan dalam mengajak masyarakat untuk secara sukarela menjadi kader
sehingga jumlah kader dalam pelaksanaannya seringkali kurang dari 5 orang. Hal
ini sesuai dengan yang disampaikan Thomas Frieden bahwa manajemen SDM
merupakan salah satu tantangan dalam program kesehatan. Manajemen seringkali
kesulitan merekrut, melatih dan mempertahankan SDM yang memenuhi syarat
untuk melaksanakan program kesehatan yang efektif. Anggaran yang minim
menjadi salah satu masalah. Manajemen SDM dapat dicapai diantaranya dengan
pelatihan yang berkelanjutan, dan penghargaan.(Frieden, 2014)
Posbindu PTM RW 1 dengan prestasinya yang memiliki jumlah
kunjungan tertinggi menunjukkan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
dalam mengelola SDM. Jumlah SDM yang cukup mendukung adanya pembagian
peran yang jelas. Kader sebagai tim penggerak mengelola SDM melalui beberapa
upaya dalam rangka meningkatkan kekompakan dan kerjasama. Dalam
pengelolaan SDM di Posbindu PTM RW 1 dilakukan beberapa cara diantaranya,
menggunakan seragam setiap kali pelaksanaan Posbindu PTM, menjadikan tempat
Posbindu PTM sebagai sarana untuk berkumpul dan menyelesaikan laporan secara
bersama-sama, mengadakan makan bersama setiap kali selesai Posbindu PTM.

Universitas Indonesia
76

Hal-hal tersebut menjadi penting dalam hal pengelolaan SDM yang bergabung
secara sukarela menjadi tim.
Meskipun secara sukarela, SDM yang ada harus memiliki kemampuan
dalam menjalankan tugasnya di masyarakat. Hal ini didukung dengan adanya
berbagai pelatihan yang dilakukan oleh Puskesmas maupun Dinas Kesehatan.
Pelatihan diberikan dengan mengundang perwakilan kader sehingga pada
pelaksanaannya kader secara bergantian mengikuti pelatihan. Menurut pembina,
kader sendiri tidak semua bersedia untuk mengikuti pelatihan terdapat kader yang
telah dengan jelas mengatakan bahwa ia memilih untuk tidak ikut dalam kegiatan
pelatihan namun berperan serta dalam menggerakkan masyarakar.Selain itu
adanya fungsi monitoring Pembina Posbindu PTM mendukung adanya
keselarasan arah kerja SDM sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dari
pelaksanana Posbindu PTM.
Pemantauan ketat dan evaluasi dengan mekanisme untuk menghindari bias
dalam pengumpulan data dalam informasi pelaksanaan program atau keyakinan
mengenai efektivitas program sangat penting untuk kemajuan dan keberlanjutan
program. Analisis berkelanjutan untuk meningkatkan setiap aspek dari
pelaksanaan program dan manajemen sangat penting untuk inovasi dan kemajuan
program. (Frieden, 2014)
Manajemen dana RW 1 melalui pengelolaan dana revitalisasi dan swadaya
masyarakat oleh kader. RW 1 meningkatkan pemasukan dalam rangka menunjang
inovasi pelaksanaan Posbindu PTM melalui dana swadaya dan donatur sedangkan
dana revitalisasi digunakan khusus untuk kebutuhan alat tulis, fotokopi dan
transportasi kegiatan penunjang Posbindu PTM. RW 7 dengan kunjungan
terendah masih belum memiliki donatur sehingga pengelolaan dana terbanyak
ialah melalui dana revitalisasi, adapun dana swadaya masyarakat (keropak) masih
belum mencukupi untuk pengembangan kegiatan Posbindu lainnya.
Manajemen Sarana Posbindu PTM yang telah dimiliki dikelola bersama
oleh kader di RW 1 dengan adanya tanaman obat keluarga di sekitar Posbindu
PTM dan peralatan lengkap lainnya yang menunjang selain itu kebersihan dan
keindahan mendukung daya tarik masyarakat untuk berkunjung dan memberikan
rasa nyaman saat menunggu. Posbindu RW 7 dengan kunjungan terendah

Universitas Indonesia
77

memiliki gedung yang terbatas hanya dapat diisi oleh kader dan dua peserta yang
akan melakukan penimbangan serta pengukuran tensi. Hal ini menjadi perhatian
dalam hal kenyamanan dan daya tarik terhadap masyarakat.

7.3 Faktor Inovasi dalam Pelaksanaan Posbindu PTM


Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan dengan sistem 5 meja sesuai
dengan panduan dari Kementerian Kesehatan dalam petunjuk teknis Posbindu
PTM. RW 7 dalam pelaksanaannya melakukan kegiatan Posbindu PTM dengan
sistem 5 meja tanpa adanya variasi dan tambahan kegiatan lainnya. Sedangkan
RW 1 melakukan sistem lima meja dan ditambah dengan pemberian obat dan
pemberian makanan tambahan bagi peserta Posbindu PTM. Meskipun demikian,
RW 7 melakukan strategi waktu pelaksanaan bersamaan dengan kegiatan
pengajian ibu-ibu yang berada di masjid dekat Posbindu PTM dalam
meningkatkan kunjungan.
Inovasi memberikan pengaruh terhadap peningkatan kunjungan
masyarakat RW 1 dan RW 7. Kegiatan pemberian makanan tambahan menjadi
salah satu strategi dalam menarik peserta, meskipun makanan yang dibagikan
tidak banyak, namun memberikan kesan tersendiri bagi masyarakat. Inovasi dalam
pelaksanaan dapat memfasilitasi perbaikan dan peningkatan program sesuai
dengan pengalaman nyata. Inovasi dalam evaluasi program dapat lebih lanjut
membangun evidence based sebagai intervensi dengan identifikasi lebih baik
mengenai hal yang belum sesuai dengan apa yang direncanakan dan hal yang
sudah efektif dan siap untuk dikembangkan. Saat pemegang program ingin
meningkatkan kreativitas dan inovasi, pembina dalam memberikan keputusan
harus mendorong dan mendukung cara berpikir yang kreatif dan inovatif.
Sebaliknya, akan menghambat perkembangan kreatifitas dan inovasi ketika kader
dipisahkan atau diasingkan dari bagian partisipasi program, ketika fokus hanya
pada pencapaian jangka pendek dan ketika dana dan reward tidak mendukung
inovasi.(Longest, 2015)
Pelaksanaan inovasi perlu didukung dengan adanya dana yang memadai,
selain itu adanya stimulan dari pembina sebagai pihak yang menggerakkan
pengelola Posbindu PTM. Upaya peningkatan kunjungan di RW 1 didukung
adanya donatur yang turut berperan serta dan adanya kesatuan dari pihak kader

Universitas Indonesia
78

dan perangkat daerah dalam menyukseskan pelaksanaan Posbindu PTM.


Sedangkan RW 7 masih belum memperoleh dukungan dari donatur dalam upaya
menjalankan inovasi-inovasi yang dapat meningkatkan jumlah kunjungan
masyarakat. Penelitian lain menyatakan bahwa inovasi hal penting dalam
mewujudkan negara ASEAN berhasil membenahi krisis penyakit tidak menular.
Innovation is vital in enabling ASEAN nations to successfully address the growing
crisis of NCDs. (Lim, Chan, Alsagoff, & Ha, 2014)
Pelaksanaan Posbindu PTM yang masih belum diikuti dengan inovasi-
inovasi baru menjadi tugas pemerintah maupun masyarakat dalam mendorong
munculnya ide baru sehingga inovasi dapat terwujud. Pusat Penelitian
Informatika-LIPI meluncurkan aplikasi sederhana diberi nama e-health untuk
memberikan pendidikan kesehatan, membantu mengenal penyakit, membantu
mengatasi keadaan darurat dan bukan untuk membuat masyarakat menjadi
dokter/tenaga medis maupun mengajarkan cara mendiagnosa penyakit layaknya
dokter/tenaga medis. Aplikasi e-health difokuskan pada tindakan preventif
daripada represif akan penyakit, kesigapan menghadapai kondisi darurat,
gangguan kesehatan disaat jarak dan waktu jauh dari tenaga medis dan
meningkatkan kepekaan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan. Selain
itu ada pula inovasi lainnya seperti kalkulator faktor risiko jantung yang
memberikan informasi terkait faktor risiko terkena serangan jantung. Dalam hal
ini inovasi yang telah ditemukan pun belum dimanfaatkan dalam menyukseskan
pelaksanaan Posbindu PTM.
Hal-hal baru yang telah ditemukan dalam hal deteksi dini faktor resiko
masih belum dikenal dan dimanfaatkan oleh petugas puskesmas maupun
masyarakat. Padahal hal ini sangat potensial untuk menarik kunjungan masyarakat
melakukan pemeriksaan dan mengubah cara pikir masyarakat untuk hadir ke
Posbindu PTM sebagai upaya deteksi dini, bukan pengobatan.(Nomaden, 2013)
Pemanfaatan kearifan lokal seperti arisan, pengajian dan kegiatan masyarakat
mendukung dalam mengenalkan inovasi-inovasi baru untuk menyukseskan
pelaksanaan Posbindu PTM.

Universitas Indonesia
79

7.4 Faktor Komunikasi dalam Pelaksanaan Posbindu PTM


Komunikasi kader RW 1 dan RW 7 dengan puskesmas dilakukan melalui
pertemuan rutin bulanan yang terdiri atas loka karya mini (lokmin) yang
dilakukan oleh Puskesmas dan menghadirkan seluruh perwakilan wilayah binaan
Puskesmas Pasir Mulya yang terdiri atas kelurahan Pasir Mulya, Loji dan Gunung
Batu. Penerapan unsur komunikasi di dalam manajemen Puskesmas dapat dikaji
dalam pertemuan rutin yang diadakan minimal sebulan sekali dengan sifat dua
arah.(Muninjaya, 2004)Sebelum lokmin dilakukan, terdapat pula pertemuan kader
se-kelurahan Gunung Batu dengan pembina untuk membahas hal-hal terkait
pelaksanaan Posbindu PTM. Kegiatan ini dilakukan dengan komunikasi 2 arah
sehingga kader maupun pembina dapat berdiskusi,selain melalui WA atau telepon.
Komunikasi kader RW 1 dan RW 7 dengan masyarakat dilakukan dari
mulut ke mulut melalui kegiatan mengobrol. Ada pula pengumuman secara
langsung melalui pengeras suara dan metode keliling rumah dengan mengajak
door to door. Selain itu, RW 7 pun mengirim pesan singkat dalam
berkomunikasi. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan John Ivancevich (2007)
bahwa dalam sebuah organisasi, aliran komunikasi dari individu ke individu
lainnya bervariasi dalam berbagai aspek, mulai dari bentuk tatap muka dan dalam
susunan kelompok hingga ke bentuk pesan singkat.
Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan perubahan perilaku, namun
yang penting lagi adalah munculnya komitmen politik dan efektivitas program
dengan melibatkan berbagai aktor masyarakat. Alat komunikasi dan teknologi
baru memfasilitasi percakapan interaktif, memberikan kesempatan praktisi
kesehatan untuk dapat melakukan dialog dengan perwakilan masyarakat yang
terkena dampak dan pemangku kepentingan lainnya.(Frieden, 2014)
Komunikasi meningkatkan kunjungan Posbindu PTM, RW 1 menjalin
komunikasi yang baik dengan masyarakat dan tokoh masyarakat setempat dalam
mendukung pelaksanaan Posbindu PTM. Berdasarkan hasil wawancara mendalam
dan FGD menunjukkan bahwa terdapat variasi jawaban terkait faktor yang
memengaruhi pelaksanaan Posbindu PTM, namun komunikasi menjadi jawaban
yang paling banyak memperoleh timbal balik dari informan. Hal ini menunjukkan
bahwa komunikasi menjadi bagian penting dari keberhasilan Posbindu PTM di

Universitas Indonesia
80

RW 1. Begitu juga di RW 7, komunikasi telah dibangun dengan tokoh masyarakat


namun belum menunjukkan komunikasi yang intens dan timbal balik
menyebabkan peran serta tokoh masyarakat dan masyarakat sendiri belum
maksimal.
Hasil penelitian yang dilakukan Rahmawaty mengatakan bahwa tidak
terdapat kendala mengenai penyampaian informasi dari kader ke tokoh
masyarakat, hal itu terlihat dari keterlibatan tokoh masyarakat seperti RT atau RW
dan kegiatan kemasyarakatan misalnya acara pengajian, arisan, pertemuan PKK,
dalam penyampaian informasi kegiatan posbindu lansia.(Rahmawaty, 2014)
Pelaksanaan RW 1 menunjukkan bahwa adanya peran tokoh masyarakat dalam
penyampaian informasi Posbindu PTM oleh tokoh masyarakat melalui kegiatan
pengajian,arisan, pertemuan PKK dan kegiatan lainnya. Pelaksanaan di RW 7
masih belum maksimal karena belum memperoleh dukungan sepenuhnya dari
tokoh masyarakat seperti ibu RW yang masih belum terlibat dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan Puskesmas dan mempengaruhi orang
lain ditentukan oleh baik atau buruknya komunikasi. Komunikasi yang baik bukan
saja komunikan mengerti akan makna pesan, tetapi juga secara emosional
terdorong untuk melaksanakan atau menuruti pesan yang diterimanya.(Sulaeman,
2011) Pada pelaksanaan Posbindu PTM RW 1 dan RW 7 pembina melakukan
komunikasi dengan menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa Sunda sehingga
kader maupun peserta mampu mengerti dan bahkan terdorong untuk menuruti
pesan dari pembina sebagai tenaga kesehatan dari puskesmas.

7.5 Faktor Kemitraan dalam Pelaksanaan Posbindu PTM


Mitra dalam pelaksanaan Posbindu PTM di RW 1 ialah Lurah, RT, RW,
tokoh agama dan donatur. Sedangkan RW 7 dalam bentuk dukungan dari RT,RW
dan tokoh masyarakat. Sebagai contoh lainnya, dalam jurnal yang berjudul
Inovasi dalam Manajemen Penyakit Tidak Menular di ASEAN menyatakan
bahwa pada inovasi komunitas diabetes di Indonesia mengetahui bahwa
memperkuat kemitraan dengan pemerintah penting sebagai salah satu strategi
utama untuk melakukan advokasi secara berkesinambungan pada semua level
pemerintahan.(Lim et al., 2014)Pelaksanaan kemitraan di RW 1 mendorong peran

Universitas Indonesia
81

serta berbagai pihak dalam memberikan kontribusi bukan hanya dalam bentuk
tanggapan postitif namun memberikan kontribusi masing-masing. Hal ini
terbentuk karena kader yang telah dianggap senior dan memiliki kekuatan dalam
menggerakkan masyarakat.
Mitra dapat melengkapi kemampuan untuk memenuhi SDM manusia
maupun keuangan dan dapat mendukung melakukan kegiatan mendesak.
Mengajak kelompok untuk bergabung dan mengambil tindakan untuk mencapai
agenda bersama yang dapat membangun kerjasama jangka panjang yang efektif.
Kemitraan menjadi kekuatan dalam menjalankan program kesehatan yang
membutuhkan peran serta berbagai sektor. Pelaksanaan posbindu PTM yang telah
diterima di masyarakat dan tersebar di seluruh Indonesia memiliki kontribusi
penting terhadap masyrakat. Maka berbagai elemen pun memiliki alasan untuk
turut berperan serta menyukseskan Posbindu PTM.
Pelaksanaan inovasi Posbindu PTM di RW 1 didukung oleh mitra yang
dapat memberikan kontribusinya baik dalam hal moril maupun materi. Kehadiran
mitra membangun Posbindu PTM untuk memiliki kemampuan melakukan
inovasi-inovasi. Kolaborasi tergantung pada pemahaman kesejahteraan individu
dan masyarakat dipengaruhi sebagian besar oleh sosial, lingkungan dan sistem
ekonomi dari pelayanan kesehatan. Selama promosi dan manajemen kesehatan
bukan hanya milik satu profesi atau sektor saja. Kemitraan terbangun dengan luas
melalui proses advokasi untuk mengimplementasikan strategi dalam
mempengaruhi kesenjangan kesehatan, melalui hal tersebut menjaga peningkatan
kesehatan populasi. Pada penelitian Lim (2014) menyebutkan bahwa kemitraan
sebagai alat penting dalam meningkatkan outcome kesehatan masyarakat karena
terjadinya shared intelligence dari informasi yang meningkatkan pemahaman dari
kebutuhan dan keinginan masyrakat setempat.
Sayangnya kemitraan belum menjadi hal penting yang diperhatikan.
Padahal banyak potensi yang dapat dijadika mitra dalam mendukung pelaksanaan
Posbindu PTM. Misalnya Corporate Social Responsibility (CSR) yang banyak
mengeluarkan program-program di bidang kesehatan secara mandiri, perguruan
tinggi yang dapat menyediakan tenaga ahli, praktek swasta, dan potensi lainnya.
Posbindu PTM RW 1 dan 7 perlu melakukan kemitraan kepada instansi

Universitas Indonesia
82

pemerintah, organisasi masyarakat, perusahaan, yayasan, donatur, pasien dan


relawan. Kemitraan sangat penting dalam mempertahankan agar program tetap
berjalan terlebih saat masa anggaran sulit. Mitra dapat melengkapi kebutuhan
akan sumberdaya manusia dan keuangan.Hal ini dapat didukung dengan letak
Kelurahan Gunung Batu yang berada di daerah perkotaan.

7.6 Pelaksanaan Posbindu PTM

Hasil pencatatan dan pelaporan menjadi bahan dalam melakukan


analisisdan evaluasi, sesuai dengan tujuan pelaksanaan Posbindu PTM yaitu agar
faktor risiko PTM dapat dicegah dan dikendalikan sejak dini. Maka faktor risiko
yang telah terpantau secara rutin dapat selalu terjaga pada kondisi normal atau
tidak masuk dalam kategori buruk. (Rahajeng et al., 2015) Hasil evaluasi terhadap
pelaksanaan Posbindu PTM di RW 1 dan 7 menunjukkan bahwa adanya
kunjungan terbesar di RW 1 yang menjadikan RW 1 mampu membina atau
menjalankan fungsinya dalam mencegah penyakit tidak menular melalui
pengendalian terhadap faktor risiko yang telah ditemukan diharapkan pada tahap
dini, kondisi faktor risiko PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko
dan gaya hidup sehat seperti berhenti merokok, diet seimbang, rajin beraktivitas
fisik, pengelolaan stress dan lain-lain. Konseling dan edukasi dilakukan oleh
petugas pelaksana Posbindu PTM dan atau petugas kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan
faktor risiko PTM.
Hasil pemeriksaan kemudian akan ditindaklanjuti dengan adanya
konseling dari pembina. Pada kasus tertentu, saat ada peserta Posbindu PTM yang
tidak dapat hadir karena sakit, kader dan pembina RW 1 dan 7 akan melakukan
kunjungan yang kemudian memberika rujukan jika kondisi kesehatan memerlukan
penanganan di puskesmas atau rumah sakit.
Proporsi faktor risiko PTM pada Posbindu PTM dihitung dengan
membandingkan peserta Posbindu PTM yang berisiko PTM dibandingkan dengan
jumlah peserta posbindu yang diperiksa berdasarkan juknis Posbindu PTM.
Berdasarkan jumlah kunjungan dalam setahun Posbindu PTM RW 1
diketahui bahwa dari 592 kunjungan 16 % peserta memperoleh edukasi maupun

Universitas Indonesia
83

rekomendasi terapi dalam menurunkan tekanan darah, 47% dengan tekanan darah
normal seharusnya telah memperoleh edukasi agar tekanan darah tetap normal dan
16% dengan tekanana darah rendah dapat memperoleh edukasi maupun
rekomendasi terapi untuk menormalkan tekanan darah. Dalam setahun kegiatan
Posbindu PTM menemukan (39 orang) 7% peserta yang telah didiagnosa
menderita diabetes. Faktor risiko yang telah didata kemudian ditindak lanjuti
dengan diobati ataupun dirujuk. Data pelaporan menunjukkan bahwa 20% diobati
dan 2% dirujuk.
Pada kunjungan Posbindu PTM RW 7 diketahui bahwa dari 285
kunjungan 40% peserta dapat memperoleh edukasi maupun rekomendasi terapi
dalam menurunkan tekanan darah, 55% telah normal dapat memperoleh edukasi
agar tekanan darah tetap normal dan 9% dapat memperoleh edukasi maupun
rekomendasi terapi untuk menormalkan tekanan darah. Kegiatan Posbindu PTM
menemukan (28 orang) 10% peserta yang telah didiagnosa menderita diabetes
dalam setahun. Faktor risiko yang telah didata kemudian ditindak lanjuti dengan
diobati ataupun dirujuk. Hasil pelaporan juga menjelaskan bahwa 29% diobati dan
1% dirujuk.
Pencatatan dan evaluasi terhadap tindak lanjut deteksi dini ialah dirujuk
atau diobati, hal ini belum menunjukkan tidak lanjut yang bersifat preventif dan
promotif sehingga Posbindu PTM masih menggambarkan tindak lanjut yang
bersifat kuratif. Pelaksanaan Posbindu PTM pun akhirnya masih dianggap sebagai
kegiatan kuratif bagi masyarakat dimana merasa bahwa yang hadir ialah yang
sakit.
Pelaksanaan Posbindu PTM menjadi gate keeper dalam upaya pencegahan
terjadinya penyakit maupun komplikasi dengan adanya deteksi dini menunjukkan
bahwa RW 7 lebih banyak peserta yang memiliki faktor risiko indeks masa tubuh
lebih, darah tinggi dan peserta terdiagnosa Diabetes. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa peserta yang hadir merupakan peserta dengan faktor risiko dan telah
didiagnosa sakit.
Faktor komunikasi memberikan peran penting dalam menyampaikan pesan
kesehatan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan kesehatan. Selain itu inovasi
menjadi penggerak munculnya gagasan-gagasan baru yang mampu

Universitas Indonesia
84

mengembangkan pelaksanaan Posbindu PTM yang terintegrasi (PMT, pembagian


obat, melalui pengajian) dan memberikan dampak bagi perubahan perilaku
masyarakat dalam meningkatkan upaya kesehatan yaitu mengelola faktor risiko
yang telah dideteksi agar tidak semakin buruk dan menjaga keberlangsungan gaya
hidup sehat (hasil dari edukasi dan konsultasi dengan petugas kesehatan setiap
bulan). Kemitraan menjadi penting agar semua elemen menjadi bagian dalam
mencapai tujuan pelaksanaan Posbindu PTM (peran lurah, RT, RW, tokoh
masyarakat, ulama, Bu RW, masyarakat).
Faktor manajemen, komunikasi, kemitraan, dan inovasi saling berkaitan
satu sama lainnya dalam mendukung pelaksanaan Posbindu PTM yang sesuai
dengan tujuan. Pelaksanaan Posbindu PTM di RW 1 dan RW 7 menunjukkan
bahwa adanya pengelolaan SDM yang baik mendukung peran serta yang optimal
dari kader sebagai penggerak yang menumbuhkan sense of belonging terhadap
keberhasilan pelaksanaan program Posbindu PTM sehingga ketika tidak dibayar
pun siap untuk bekerja memenuhi tanggung jawab bersama-sama. Manajemen
dana yang baik mendukung adanya inovasi dalam meningkatkan kunjungan
peserta. Adanya inovasi selain didukung dengan dana, didukung pula oleh
kemitraan yang berkelanjutan sehingga kader mampu mengembangkan kegiatan-
kegiatan lain sebagai daya tarik masyarakat. Kemitraan dapat berjalan dengan
adanya komunikasi yang baik, komunikasi yang paling penting adalah komunikasi
antara pembina dan kader sehingga ada kesatuan tujuan antara kader dan
puskesmas. Selain itu komunikasi kader dengan masyarakat pun mendukung
peningkatan jumlah kunjungan. RW 1 yang dianggap telah memiliki komunikasi
yang baik dengan perangkat daerah atau tokoh masyarakat mampu menyampaikan
urgensi dan tujuan pelaksanaan Posbindu PTM sehingga terjadi shared vision
antara kader dengan tokoh masyarakat. Hal ini mendukung partisipasi berbagai
pihak dalam melaksanakan Posbindu PTM.
Pelaksanaan Posbindu PTM merupakan program kesehatan nasional yang
diprakarsai oleh kementerian kesehatan dan diturunkan melalui setiap puskesmas
dalam melaksanakan program melalui pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu
harus ada upaya yang serius dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat agar
pelaksanaan Posbindu PTM dapat menghasilkan tujuan yang optimal.

Universitas Indonesia
BAB 8

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan beberapa hal, yaitu:
1. Manajeman SDM dalam pelaksanaan Posbindu PTM di RW 1 dan 7
dibangun dengan adanya rasa tanggung jawab, kesadaran dan sukarela dari
kader sebagai pengelola Posbindu PTM, pelatihan dilakukan oleh puskesmas
dan Dinas Kesehatan. Kegiatan pembina mendukung dalam monitoring SDM.
Keberhasilan pengelolaan SDM RW 1 didukung oleh adanya proses
regenerasi dan efektivitas tim sehingga mampu mengelola jumlah kunjungan
yang banyak.
2. Manajeman dana dalam pelaksanaan Posbindu PTM RW 1 dan RW 7
diperoleh melalui beberapa sumber dana yaitu dana Puskesmas (Revitalisasi)
setiap 3 bulan sekali, dana RT, swadaya masyarakat (keropak) maupun
donatur. Pengelolaan dana dilakukan kader dengan pencatatan alokasi dana
puskesmas dan dana hasil swadaya masyarakat (keropak). Dana digunakan
untuk keperluan yang mendukung pelaksanaan Posbindu PTM dikelola oleh
kader.
3. Pelaksanaan Posbindu PTM RW 1 dan 7 difasilitasi dengan sarana gedung
diperoleh melalui hasil swadaya masyarakat maupun bantuan dana donatur.
Pengelolaan tempat yang nyaman mendukung produktivitas dan rasa nyaman
bagi masyarakat dalam pelaksanaan Posbindu PTM dengan kunjungan
terbanyak.
4. Inovasi pelaksanaan Posbindu PTM di RW 1 dan RW 7 ditunjukkan melalui
upaya-upaya yang dilakukan untuk menarik kunjungan masyarakat di RW 1
yaitu melalui pengelolaan pemberian makanan tambahan, menggunakan serag
dan pemberian obat yang dikelola oleh kader melalui dana swadaya. Selain
itu inovasi di RW 7 dalam hal strategi penentuan waktu maupun cara
sosialisasi.
5. Komunikasi yang dilakukan puskesmas dengan kader RW 1 dan RW 7
terlaksana rutin dalam bentuk pertemuan setiap bulan. Pertemuan setiap

85 Universitas Indonesia
86

bulannya melalui loka karya mini (lokmin) dan juga pertemuan khusus
kelurahan gunung batu yang difasilitasi oleh pembina Posbindu. RW 1
menunjukkan selain adanya komunikasi yang baik, terbangun pula dukungan
satu sama lain.
6. Kemitraan dengan RT, RW, tokoh agama dan donatur meningkatkan
semangat kader dalam pengelolaan Posbindu PTM maupun masyarakat untuk
hadir.
7. Evaluasi pelaksanaan Posbindu PTM masih belum memiliki alat ukur yang
jelas sehingga parameter yang digunakan masih belum menjadi bahan untuk
kemudian dianalisis dan ditindaklanjuti. Sedang tindak lanjut yang tercatat
ialah diobati atau dirujuk sehingga belum menggambarkan tindak lanjut yang
bersifat preventif dan promotif.
8. Faktor yang menentukan hasil evaluasi pelaksanaan Posbindu PTM
berdasarkan studi pada RW 1 dan RW 7 menunjukkan bahwa manajemen
SDM menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam pelaksanaan Posbindu
PTM. Selain itu komunikasi yang baik juga menjamin berjalannya
pelaksanaan Posbindu. Pada studi RW 1 dan RW 7 menunjukkan bahwa RW
1 dengan jumlah kunjungan terbanyak memiliki kelebihan pada faktor
kemitraan yang mendukung adanya inovasi pada pelaksanaan Posbindu PTM.

8.2 Saran
8.2.1 Kepada Kementerian Kesehatan

Dalam mendukung evaluasi pelaksanaan program perlu ada alat ukur


yang jelas sehingga perlu melakukan evaluasi dan mengkaji kembali buku
panduan evaluasi program Posbindu PTM sehingga memiliki standar ukur
yang jelas dan aplikatif bagi puskesmas dan mendukung melalui iklan media
cetak dan elektronik maupun sosialisasi Posbindu PTM secara nasional.

8.2.2 Kepada Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan memiliki peran penting dalam mendukung dan


mendorong puskesmas dalam pelaksanaan Posbindu PTM. Pencatatan dan
pelaporan dapat menjadi bahan yang kemudian ditindak lanjuti dengan adanya

Universitas Indonesia
87

analisis terhadap laporan yang telah ada, begitu pula dalam hal mendorong
adanya optimalisasi manajemen dana, inovasi dan kemitraan. Adanya
kerjasama dengan lembaga pendidikan dalam melakukan studi-studi terkait
data Posbindu PTM yang telah dikumpulkan agar menjadi informasi yang
bermanfaat sebagai evidence based.

8.2.3 Kepada Puskesmas


Puskesmas sebagai gerbang awal atau gate keeper memiliki peran yang
amat penting dalam keberhasilan Posbindu PTM. Pelaksanan Posbindu PTM
tidak terlepas dari dedikasi petugas Puskesmas, oleh karena itu perlu untuk
selalu mengapresiasi petugas dalam setiap pencapaiannya. Selain itu
puskesmas juga menjadi motivator dan problem solver di masyarakat sehingga
komunikasi menjadi jembatan penting dalam menghubungkan masyarakat
dengan puskesmas. Perlu adanya dorongan dan bantuan dari Puskesmas
terhadap masyarakat dalam hal mengoptimalkan inovasi, manajemen dana dan
kemitraan. Inovasi mendorong masyarakat untuk kreatif dalam mengelola
Posbindu PTM sehingga tercapai Posbindu PTM yang mandiri. Selain itu
perlunya alat ukur pencapaian Posbindu yang jelas dan terukur meskipun
merupakan kegiatan yang bersifat sukarela. Meningkatkan kerjasama lintas
sektor dan melibatkan banyak pihak dalam membangun kemitraan (seperti
CSR, masyarakat dengan profesi kesehatan, komunitas kesehatan, unit
kegiatan mahasiswa kesehatan atau program sosial lainnya).

8.2.4 Kepada Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi menjadi salah satu mitra dalam pengembangan


Posbindu PTM selain dapat menjadi sarana pembelajaran dalam pengelolaan
program kesehatan, kemitraan juga dapat dilakukan untuk meningkatkan
inovasi dan analisis terhadap pelaksanaan Posbindu PTM untuk menghasilkan
masukan terhadap pemerintah dan masyarakat.

Universitas Indonesia
88

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. 3th penyunt. Jakarta:


Binarupa Aksara.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013. https://doi.org/1 Desember
2013

Batu, K. G. (2012). Profil Kelurahan Gunung Batu. Diambil dari


http://profilwilayah.kotabogor.go.id/index.php/kelurahan-gunung-batu

Cahyati, H. T. U. dan W. H., & . (2015). Dukungan keluarga dan tokok


masyarakat terhadap keaktifan penduduk ke posbindu PTM. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 11(1), 96–101.

Centers for Disease Control and Prevention. (2011). Introduction to Program


Evaluation for Public Health Programs : A Self-Study Guide, (October), 1–
100. Diambil dari https://www.cdc.gov/eval/guide/cdcevalmanual.pdf

Darmawan, E. S., & Sjaaf, A. C. (2016). Administrasi Kesehatan Masyarakat


Teori dan Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Erlina, L. (2008). PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR


GLUKOSA DARAH PASIEN DM TIPE 2 DI PERKUMPULAN PASIEN
DIABETES RSU UNIT SWADANA DAERAH.

Fauzia. (2013). ANALISIS PEMANFAATAN POS PEMBINAAN TERPADU


PENYAKIT TIDAK MENULAR DI WILAYAH PUSKESMAS WARUNG
JAMBU KOTA BOGOR TAHUN 2013. Universitas Indonesia.

Foundation, W. K. K. (2004). W.K. Kellogg Foundation Logic Model


Development Guide.

Fountaine, T. (2016). Tackling Indonesia ’ s diabetes challenge : Eight approaches


from around the world, (May).

Frieden, T. R. (2014). Six components necessary for effective public health


program implementation. American Journal of Public Health, 104(1), 17–22.
https://doi.org/10.2105/AJPH.2013.301608

Ghony, M. D., & Almansur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

IPKM, T. P. (2014). Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat Tahun 2013.


Jakarta.

Universitas Indonesia
89

Islam, N. S., Zanowiak, J. M., Wyatt, L. C., Chun, K., Lee, L., Kwon, S. C., &
Trinh-Shevrin, C. (2013). A randomized-controlled, pilot intervention on
diabetes prevention and healthy lifestyles in the New York City Korean
community. Journal of Community Health, 38(6), 1030–1041.
https://doi.org/10.1007/s10900-013-9711-z

Ivancevich, J. M., Konopaske, R., & Matteson, M. T. (2007). Perilaku dan


Manajemen Organisasi. (W. Hardani, Ed.). PT Gelora Aksara Pratama.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


https://doi.org/351.077 Ind r

Lestari, S. (2013). Kajian Efektivitas Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita


dengan Program Edukasi dan Rehabilitasi Gizi (PERGIZI) di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2013.
Universitas Indonesia.

Lim, J., Chan, M. M. H., Alsagoff, F. Z., & Ha, D. (2014). Innovations in non-
communicable diseases management in ASEAN: a case series, 1, 1–10.

Longest, J. B. B. (2015). Health Program Management. San Francisco: Jossey-


Bass.

Martha, E., & Kresno, S. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Bidang
Kesehatan. Depok: Raja Grafindo.

Maryati, H. (2015). FAKTOR PENENTU EFEKTIVITAS UPAYA KESEHATAN


BERSUMBERDAYA MASYARAKAT ( UKBM ) POSYANDU PADA DINAS
KESEHATAN KOTA BOGOR TAHUN 2015 FAKTOR PENENTU
EFEKTIVITAS UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (
UKBM ) POSYANDU PADA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR TAHUN
20. Universitas Indonesia.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Muninjaya, A. G. (2004). Manajemen Kesehatan. Penerbit buku kedokteran EGC.

Nomaden, B. (2013). Inovasi Kegiatan peningkatan kepedulian kesehatan


masyarakat sejak dini. Diambil dari
http://www.abaysains.com/2013/12/inovasi-kegiatan-peningkatan-
kepedulian.html

Rahajeng, E., Renowati, T. S., Rivai, L. B., Yosephin, P., Palupi, N. W.,
Mustikawati, D. E., … Sianipar, D. R. (2015). Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular(Posbindu PTM). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Rahajeng, E., Renowati, T. S., Yosephin, P., Palupi, N. W., Rivai, L. B.,
Mustikawati, D. E., … Sianipar, D. R. (2014). Pedoman Umum Pos

Universitas Indonesia
90

Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.

Rahmawaty, A. (2014). LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


BANTARGEBANG BEKASI TAHUN 2014 LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BANTARGEBANG BEKASI TAHUN 2014. Universitas
Indonesia.

Silverman, B., Mai, C., Boulet, S., & O’Leary, L. (n.d.). Logic Models for
Planning and Evaluation.

Soewondo, P., & Pramono, L. A. (2011). Prevalence , characteristics , and


predictors of pre-diabetes in Indonesia, 20(4), 283–294.

Sulaeman, E. S. (2011). Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di Puskesmas.


(B. Murti, Ed.) (2 ed.). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

WHO. (2014). Global status report on noncommunicable diseases 2014. World


Health, 176. https://doi.org/ISBN 9789241564854

Wibowo, A. (2014). Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta:


PT RajaGrafindo Persada.

Universitas Indonesia
LAMPIRAN

Universitas Indonesia
LEMBARAN PENJELASAN DAN PERSETUJUAN MENJADI

INFORMAN WAWANCARA MENDALAM PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR PENENTU EFEKTIVITAS POSBINDU PTM BERBASIS


MASYARAKAT DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS PASIR MULYA KOTA BOGOR
TAHUN 2017

Kepada Yth. Bapak/Ibu. Perkenalkan nama saya Siti Khodijah Parinduri dari Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Dalam rangka penyusunan tugas akhir (Tesis)
pascasarjana strata 2 (S2) FKM UI, saya selaku mahasiswa akan melakukan wawancara
mendalam kepada stake holder Posbindu PTM. Judul penelitian saya ialah Analisis Faktor
Penentu Efektivitas Posbindu PTM Berbasis Masyarakat di Wilayah Binaan Puskesmas Pasir
Mulya, Kota Bogor tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
yang mempengaruhi efektivitas program kesehatan dalam upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular. Penelitian ini bermanfaat untuk peningkatan
keberhasilan pelaksanaan Posbindu PTM di wilayah binaan Puskesmas Pasir Mulya,
kelurahan Gunung Batu.
Saya meminta kesediaan Bapak/Ibu secara sukarela untuk menjadi informan dalam
penelitian ini. Hasil studi ini sangat tergantung dari informasi yang saya peroleh dari
Bapak/Ibu. Saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk bersedia diwawancarai
dengan memberikan jawaban yang sebenarnya atas pertanyaan- pertanyaan yang akan saya
ajukan. Wawancara mendalam akan dilaksanakan 1 jam- 1,5 jam. Wawancara akan direkam
sebagai back up data agar tidak ada informasi yang terlewatkan. Saya akan merahasiakan
informasi yang akan Bapak/Ibu berikan kepada saya.
Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela, Bapak/Ibu dapat memilih untuk tidak
menjawab pertanyaan yang sifatnya pribadi atau semua pertanyaan yang diberikan. Bahkan
Bapak/Ibu boleh berhenti berpartisipasi dalam penelitian ini kapan saja dengan alasan
apapun. NAMUN, saya berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi dalam wawancara ini karena
informasi yang Bapak/Ibu berikan sangat penting terutama untuk peningkatan penggunaan
Posbindu PTM. Selain itu, mungkin nanti saya akan mengunjungi dan mewawancarai
Bapak/Ibu lagi.
Apabila Bapak/Ibu setuju untuk menjadi informan,mohon kesediaan Bapak/Ibu
menandatangani formulir ini. (Contact Person : 081310060716)
Tertanda Peneliti

Bogor, Mei 2017


Tanda Tangan Informan Pewawancara

Universitas Indonesia
LEMBARAN PENJELASAN DAN PERSETUJUAN MENJADI

INFORMAN FGD PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR PENENTU EFEKTIVITAS POSBINDU PTM BERBASIS


MASYARAKAT DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS PASIR MULYA KOTA BOGOR
TAHUN 2017

Kepada Yth. Bapak/Ibu. Perkenalkan nama saya Siti Khodijah Parinduri dari Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Dalam rangka penyusunan tugas akhir (Tesis)
pascasarjana strata 2 (S2) FKM UI, saya selaku mahasiswa akan melakukan diskusi
kelompok terarah kepada kader Posbindu PTM. Judul penelitian saya ialah Analisis Faktor
Penentu Efektivitas Posbindu PTM Berbasis Masyarakat di Wilayah Binaan Puskesmas Pasir
Mulya, Kota Bogor tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
yang mempengaruhi efektivitas program kesehatan dalam upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular. Penelitian ini bermanfaat untuk peningkatan
keberhasilan pelaksanaan Posbindu PTM di wilayah binaan Puskesmas Pasir Mulya,
kelurahan Gunung Batu.
Saya meminta kesediaan Bapak/Ibu secara sukarela untuk menjadi informan diskusi
kelompok terarah (FGD) dalam penelitian ini. Hasil studi ini sangat tergantung dari informasi
yang saya peroleh dari Bapak/Ibu. Saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk
bersedia diwawancarai dengan memberikan jawaban yang sebenarnya atas pertanyaan-
pertanyaan yang akan saya ajukan. Diskusi terarah akan dilaksanakan 1 jam- 1,5 jam.
Wawancara akan direkam sebagai back up data agar tidak ada informasi yang terlewatkan.
Saya akan merahasiakan informasi yang akan Bapak/Ibu berikan kepada saya.
Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela, Bapak/Ibu dapat memilih untuk tidak
menjawab pertanyaan yang sifatnya pribadi atau semua pertanyaan yang diberikan. Bahkan
Bapak/Ibu boleh berhenti berpartisipasi dalam penelitian ini kapan saja dengan alasan
apapun. NAMUN, saya berharap Bapak/Ibu dapat berpartisipasi dalam wawancara ini karena
informasi yang Bapak/Ibu berikan sangat penting terutama untuk peningkatan penggunaan
Posbindu PTM.
Apabila Bapak/Ibu setuju untuk menjadi informan,mohon kesediaan Bapak/Ibu
menandatangani formulir ini. (Contact Person : 081310060716)
Tertanda Peneliti

Bogor, Mei 2017


Tanda Tangan Informan Fasilitator

Universitas Indonesia
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM PEMBINA POSBINDU PTM

Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Jabatan Informan :
Nama Pewawancara:
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :

Tahapan Wawancara Mendalam :


1. Mengucapkan Terima Kasih atas kesediaan informan menjadi sumber informasi
dalam penelitian.
2. Pewawancara memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dari pewawancara.
4. Meminta izin kepada informan bahwa wawancara direkam untuk mengantisipasi
hilangnya informasi.
5. Menginformasikan kepada informan jenis pertanyaan apa yang akan ditanyakan dan
jumlahnya.

Pertanyaan :
1. Bagaimana perjalanan asal mula dilaksanakannya Posbindu PTM hingga saat ini?
(Ef.)
2. Bagaimana perkembangan cakupan pelaksanaan Posbindu PTM? (Ef.)
3. Bagaimanakah tingkat keberhasilan Posbindu PTM yang sudah berjalan? (Ef.)
4. Apa saja indikator yang telah dicapai? (Probing)
5. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan? (Ef.)
6. Bagaimana Tindak lanjut yang dilakukan dari pelaksanaan Posbindu PTM?(Ef.)
7. Bagaimanakah pengelolaan SDM Posbindu PTM?(Mj.1)
a. Bagaimana cara perekrutan kader?
b. Bagaimana pembagian peran dalam pelaksanaan Posbindu PTM
c. Bagaimana pembekalan/pelatihan yang sudah diterima?
d. Bagaimana hambatan dan upaya mengatasinya? (probing)

Universitas Indonesia
8. Bagaimanakah pengelolaan Keuangan Posbindu PTM?(Mj.2)
a. Apakah sumber dana dan jumlah dana cukup? (probing)
b. Digunakan untuk apa sajakah dana yang ada? (probing)
c. Bagaimana pencatatan dan pelaporan pengelolaan dana? (probing)
d. Bagaimana pertanggungjawaban dana tersebut? (probing)
e. Bagaimana hambatan dan upaya mengatasinya? (probing)
9. Bagaimanakah pengelolaan Sarana Posbindu PTM?(Mj.3)
a. Bagaimanakah pengelolaan sara Posbindu PTM? (probing)
b. Sarana apa saja yang sudah dimiliki? (probing)
c. Sarana apa saja yang masih belum dimiliki? (probing)
d. Bagaimana hambatan dan cara mengatasinya? (probing)
10. Bagaimana perkembangan Posbindu PTM dalam pelaksanaannya? (In.)
11. Menurut Anda, hal baru apa saja yang telah dilakukan untuk meningkatkan kunjungan
peserta Posbindu PTM(In.)
a. Menurut Anda, hal baru apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan
keberhasilan Posbindu PTM? (probing)
b. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan SDM
Posbindu PTM? (probing)
c. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan Keuangan
Posbindu PTM? (probing)
d. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan sarana
Posbindu PTM? (probing)
e. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan metode
Posbindu PTM? (probing)
f. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan informasi
Posbindu PTM? (probing)
12. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin antar puskesmas-kader?(Kom)
13. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin kader-tokoh masyarakat? (Kom)
14. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin sesama masyarakat? (Kom)
15. Adakah kendala dalam komunikasi dalam pelaksanaan Posbindu PTM? (probing)
16. Bagaimanakah peran serta berbagai elemen dalam pelaksanaan Posbindu PTM?(Ps)
17. Siapa saja yang mendukung dalam pelaksanaan Posbindu PTM?(probing)

Universitas Indonesia
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM PJ POSBINDU PTM

Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Jabatan Informan :
Nama Pewawancara:
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :

Tahapan Wawancara Mendalam :


1. Mengucapkan Terima Kasih atas kesediaan informan menjadi sumber informasi
dalam penelitian.
2. Pewawancara memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dari pewawancara.
4. Meminta izin kepada informan bahwa wawancara direkam untuk mengantisipasi
hilangnya informasi.
5. Menginformasikan kepada informan jenis pertanyaan apa yang akan ditanyakan dan
jumlahnya.

Pertanyaan :
1. Bagaimana perjalanan asal mula dilaksanakannya Posbindu PTM hingga saat ini?
(Ef.)
2. Bagaimana perkembangan pelaksanaan Posbindu PTM? (Ef.)
3. Bagaimanakah tingkat keberhasilan Posbindu PTM di rw 07 yang sudah
berjalan?(Ef.)
4. Apa saja indikator yang telah dicapai? (Probing)
5. Bagaimanakah tingkat keberhasilan Posbindu PTM di rw 11 yang sudah
berjalan?(Ef.)
6. Bagaimanakah pengawasan terhadap pelaksanaan Posbindu PTM rw 07
dilakukan?(Ef.)
7. Bagaimanakah pengawasan terhadap pelaksanaan Posbindu PTM rw 11 dilakukan?
(Ef.)

Universitas Indonesia
8. Adakah perbedaan antara Posbindu RW 11 dan RW 07? Mengapa?
9. Bagaimana pengaruh pengawasan terhadap pengendalian PTM?
10. Siapakah yang melakukan pengawasan?
11. Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan dari pelaksanaan Posbindu PTM?(Ef.)
12. Bagaimana alur tindak lanjut pelaksanaan Posbindu PTM?
13. Bagaimana tindak lanjut yang telah dilakukan di Posbindu PTM rw 07?
14. Bagaimana tindak lanjut yang telah dilakukan di Posbindu PTM rw 11?
15. Mengapa terdapat perbedaan cakupan Posbindu PTM di rw 07 dan rw 11?
16. Mengapa terdapat perbedaan hasil pengawasan Posbindu PTM di rw 07 dan rw 11?
17. Mengapa terjadi perbedaan tindak lanjut Posbindu PTM di rw 07 dan 11?

Universitas Indonesia
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KETUA KADER POSBINDU PTM

Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Jabatan Informan :
Nama Pewawancara:
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :

Tahapan Wawancara Mendalam :


1. Mengucapkan Terima Kasih atas kesediaan informan menjadi sumber informasi
dalam penelitian.
2. Pewawancara memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dari pewawancara.
4. Meminta izin kepada informan bahwa wawancara direkam untuk mengantisipasi
hilangnya informasi.
5. Menginformasikan kepada informan jenis pertanyaan apa yang akan ditanyakan dan
jumlahnya.

Pertanyaan :
1. Bagaimana perjalanan asal mula dilaksanakannya Posbindu PTM hingga saat ini?
(Ef.)
2. Bagaimana perkembangan cakupan pelaksanaan Posbindu PTM? (Ef.)
3. Bagaimanakah tingkat keberhasilan Posbindu PTM yang sudah berjalan? (Ef.)
4. Apa saja indikator yang telah dicapai? (Probing)
5. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan? (Ef.)
6. Bagaimana Tindak lanjut yang dilakukan dari pelaksanaan Posbindu PTM?(Ef.)
7. Bagaimanakah pengelolaan SDM Posbindu PTM?(Mj.1)
a. Bagaimana cara perekrutan kader?
b. Bagaimana pembagian peran dalam pelaksanaan Posbindu PTM
c. Bagaimana pembekalan/pelatihan yang sudah diterima?
d. Bagaimana hambatan dan upaya mengatasinya? (probing)

Universitas Indonesia
8. Bagaimanakah pengelolaan Keuangan Posbindu PTM?(Mj.2)
a. Apakah sumber dana dan jumlah dana cukup? (probing)
b. Digunakan untuk apa sajakah dana yang ada? (probing)
c. Bagaimana pencatatan dan pelaporan pengelolaan dana? (probing)
d. Bagaimana pertanggungjawaban dana tersebut? (probing)
e. Bagaimana hambatan dan upaya mengatasinya? (probing)
9. Bagaimanakah pengelolaan Sarana Posbindu PTM?(Mj.3)
a. Bagaimanakah pengelolaan sara Posbindu PTM? (probing)
b. Sarana apa saja yang sudah dimiliki? (probing)
c. Sarana apa saja yang masih belum dimiliki? (probing)
d. Bagaimana hambatan dan cara mengatasinya? (probing)
10. Bagaimana perkembangan Posbindu PTM dalam pelaksanaannya? (In.)
11. Menurut Anda, hal baru apa saja yang telah dilakukan untuk meningkatkan kunjungan
peserta Posbindu PTM(In.)
a. Menurut Anda, hal baru apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan
keberhasilan Posbindu PTM? (probing)
b. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan SDM
Posbindu PTM? (probing)
c. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan Keuangan
Posbindu PTM? (probing)
d. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan sarana
Posbindu PTM? (probing)
e. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan metode
Posbindu PTM? (probing)
f. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan informasi
Posbindu PTM? (probing)
12. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin antar puskesmas-kader?(Kom)
13. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin kader-tokoh masyarakat? (Kom)
14. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin kader-masyarakat, sesama kader? (Kom)
15. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin sesama masyarakat? (Kom)
16. Adakah kendala dalam komunikasi dalam pelaksanaan Posbindu PTM? (probing)
17. Bagaimanakah peran serta berbagai elemen dalam pelaksanaan Posbindu PTM?(Ps)
18. Siapa saja yang mendukung dalam pelaksanaan Posbindu PTM?(probing)

Universitas Indonesia
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM TOKOH MASYARAKAT

Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Jabatan Informan :
Nama Pewawancara:
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :

Tahapan Wawancara Mendalam :


1. Mengucapkan Terima Kasih atas kesediaan informan menjadi sumber informasi
dalam penelitian.
2. Pewawancara memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dari pewawancara.
4. Meminta izin kepada informan bahwa wawancara direkam untuk mengantisipasi
hilangnya informasi.
5. Menginformasikan kepada informan jenis pertanyaan apa yang akan ditanyakan dan
jumlahnya.

Pertanyaan :
1. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin kader-tokoh masyarakat dalam pelaksanaan
Posbindu PTM? (Kom)
2. Media apa sajakah yang digunakan dalam berkomunikasi antara kader-tokoh
masyarakat ?
3. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin antara tokoh masyarakat dan masyarakat
dalam pelaksanaan Posbindu PTM? (Kom)
4. Media apa sajakah yang digunakan dalam berkomunikasi antara tokoh masyarakat
dan masyarakat?
5. Adakah kendala dalam komunikasi dalam pelaksanaan Posbindu PTM? (probing)
6. Bagaimanakah peran serta berbagai elemen dalam pelaksanaan Posbindu PTM?(Ps)
7. Bagaimana peran serta elemen tersebut dapat terbentuk?
8. Mengapa mereka bersedia untuk berpartisipasi menjadi mitra?

Universitas Indonesia
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM PESERTA POSBINDU PTM

Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Jabatan Informan :
Nama Pewawancara:
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :

Tahapan Wawancara Mendalam :


1. Mengucapkan Terima Kasih atas kesediaan informan menjadi sumber informasi
dalam penelitian.
2. Pewawancara memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dari pewawancara.
4. Meminta izin kepada informan bahwa wawancara direkam untuk mengantisipasi
hilangnya informasi.
5. Menginformasikan kepada informan jenis pertanyaan apa yang akan ditanyakan dan
jumlahnya.

Pertanyaan :
1. Bagaimana perkembangan Posbindu PTM dalam pelaksanaannya? (In.)
2. Menurut Anda, hal baru apa saja yang telah dilakukan untuk meningkatkan kunjungan
peserta Posbindu PTM(In.)
a. Menurut Anda, hal baru apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan
keberhasilan Posbindu PTM? (probing)
b. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan SDM
Posbindu PTM? (probing)
c. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan Keuangan
Posbindu PTM? (probing)
d. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan sarana
Posbindu PTM? (probing)

Universitas Indonesia
e. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan metode
Posbindu PTM? (probing)
f. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan informasi
Posbindu PTM? (probing)
3. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin kader-masyarakat dalam pelaksanaan
Posbindu PTM? (Kom)
4. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin antar masyarakat dalam pelaksanaan
Posbindu PTM? (Kom)
5. Adakah kendala dalam komunikasi dalam pelaksanaan Posbindu PTM? (probing)
6. Mengapa Bapak/Ibu bersedia untuk mengikuti Posbindu PTM?
7. Bagaimana cara kader mengajak peserta untuk mengikuti Posbindu PTM?
8. Mengapa masyarakat tidak tertarik mengikuti Posbindu PTM?
9. Bagaimanakah peran serta berbagai elemen dalam pelaksanaan Posbindu PTM?(Ps)
10. Siapa saja yang mendukung dalam pelaksanaan Posbindu PTM?(probing)

Universitas Indonesia
PEDOMAN FGD KADER POSBINDU PTM

Kelompok :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :

Tahapan Wawancara Mendalam :


1. Mengucapkan Terima Kasih atas kesediaan informan menjadi sumber informasi
dalam penelitian.
2. Fasilitator memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan dari pewawancara.
4. Meminta izin kepada informan bahwa wawancara direkam untuk mengantisipasi
hilangnya informasi.
5. Menginformasikan kepada informan jenis pertanyaan apa yang akan ditanyakan dan
jumlahnya .
6. Menyampaikan bahwa tidak ada jawaban yang benar atau salah dan mengharapkan
partisipasi aktif dari peserta FGD.

Pertanyaan :
1. Bagaimanakah pengelolaan SDM Posbindu PTM?(Mj.1)
e. Bagaimana cara perekrutan kader?
f. Bagaimana pembagian peran dalam pelaksanaan Posbindu PTM
g. Bagaimana pembekalan/pelatihan yang sudah diterima?
h. Bagaimana hambatan dan upaya mengatasinya? (probing)
2. Bagaimanakah pengelolaan Keuangan Posbindu PTM?(Mj.2)
a. Apakah sumber dana dan jumlah dana cukup? (probing)
b. Digunakan untuk apa sajakah dana yang ada? (probing)
c. Bagaimana pencatatan dan pelaporan pengelolaan dana? (probing)
d. Bagaimana pertanggungjawaban dana tersebut? (probing)
e. Bagaimana hambatan dan upaya mengatasinya? (probing)
3. Bagaimanakah pengelolaan Sarana Posbindu PTM?(Mj.3)
a. Bagaimanakah pengelolaan sara Posbindu PTM? (probing)

Universitas Indonesia
b. Sarana apa saja yang sudah dimiliki? (probing)
c. Sarana apa saja yang masih belum dimiliki? (probing)
d. Bagaimana hambatan dan cara mengatasinya? (probing)
4. Bagaimana perkembangan Posbindu PTM dalam pelaksanaannya? (In.)
5. Menurut Anda, hal baru apa saja yang telah dilakukan untuk meningkatkan
kunjungan peserta Posbindu PTM(In.)
a. Menurut Anda, hal baru apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan
keberhasilan Posbindu PTM? (probing)
b. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan SDM
Posbindu PTM? (probing)
c. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan
Keuangan Posbindu PTM? (probing)
d. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan sarana
Posbindu PTM? (probing)
e. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan metode
Posbindu PTM? (probing)
f. Menurut Anda, bagaimana hal baru dilakukan dalam pengelolaan
informasi Posbindu PTM? (probing)
6. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin antar puskesmas-kader?(Kom)
7. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin kader-tokoh masyarakat? (Kom)
8. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin kader-masyarakat, sesama kader? (Kom)
9. Bagaimanakah komunikasi yang terjalin sesama masyarakat? (Kom)
10. Adakah kendala dalam komunikasi dalam pelaksanaan Posbindu PTM? (probing)
11. Bagaimanakah peran serta berbagai elemen dalam pelaksanaan Posbindu
PTM?(Ps)
12. Siapa saja yang mendukung dalam pelaksanaan Posbindu PTM?(probing)

Universitas Indonesia
DAFTAR TELAAH DOKUMEN

NO. Dokumen
1. Hasil Laporan Posbindu PTM ada
2. Pencatatan Posbindu PTM (cakupan, ada
pengawasan dan tindak lanjut
3. Profil Puskemas Pasir Mulya ada
4. Surat-surat MOU/ kemitraan Program Tidak ada
Posbindu PTM
5. Daftar kader Ada
6. Surat-surat yang berkaitan Posbindu PTM Tidak ada
7. Alur pelaporan Posbindu PTM Tidak ada
8. Rencana dan pelaporan Anggaran terkait Tidak ada
Posbindu PTM
9. Fasilitas yang diberikan Puskesmas kepada Ada
Posbindu PTM binaan.
10.

11.

Universitas Indonesia
Dokumentasi

1. GambarPosbindu PTM RW 1 tampak depan.

2. Gambar Pelaksanaan Posbindu PTM Kader Mencatat

Universitas Indonesia
3. Gambar Kader berdiskusi setelah kegiatan Posbindu PTM.

4. Gambar Peserta Posbindu PTM

Universitas Indonesia
5. Gambar Informasi dinding Posbindu PTM dan Posyandu.

6. Gambar tempat menunggu peserta Posbindu PTM.

Universitas Indonesia
7. Kader Posbindu PTM RW 7

8. Buku Pencatatan Posbindu PTM milik kader RW 1.

Universitas Indonesia
9 Peserta Posbindu PTM RW 1 sedang menunggu pemeriksaan.

10 Peserta Posbindu PTM RW 1 mengambil obat.

Universitas Indonesia
11 Sistem 5 Meja Posbindu PTM.

12 Gambar KMS dan kartu Pencatatan RW 1

Universitas Indonesia
13 KMS Posbindu PTM RW 7

14 Form Laporan untuk Puskesmas

Universitas Indonesia
15 Form Rekapitulasi per Posbindu PTM untuk Puskesmas

16 Kuisioner wawancara faktor risiko peserta baru Posbindu PTM.

Universitas Indonesia
17 Pengukuran tensi dan konseling oleh petugas kesehatan.

Universitas Indonesia
MATRIKS FGD –KADER

Di Kelurahan Gunung Batu RW 1 dan RW 7

Kader RW 1 Kader RW 7
1. Bagaimanakah pengelolaan SDM 4: yah biasa kita mah kumpul di Posyandu kalau ada yang belum selesai, sebar di WA.
Posbindu PTM?(Mj.1) 1: di WA ada groupnya..
2: sukanya mah kalau ada masalah suka lupa karena ngumpul bareng ibu-ibu. Kata kita
mah mendig jaga toko, tapi suami juga bilang kalau jadi kader mah masih bisa ngurus
anak.. terus enaknya kalau ke puskesmas di istimewaiin ,,oh itu kader. hehe
3: makan bareng-bareng..ngobrol..

Bagaimana cara perekrutan sebetulnya tidak ada pengelolaan ya, kita ini kesadaran aja masing-masing
kader? karena memang kita juga tidak diangkat oleh masyarakat. Tidak juga
ditunjuk oleh masyarakat. Kita hanya mewakili secara sukarela. Karena kita
merasa bertanggung jawab. Kalau bukan kami, siapa lagi... gitu..kalau kita
harus saling lempar tanggung jawab harus ini harus itu. Kita tidak digaji,
tidak ada juga tunjangan atau apa.
1: sukarela, pengabdian lah..
dari berdasarkan hati nurani yah, karena kita merasa bertanggung jawab
dan tinggal disini gitu..bertangggumg jawab pada lingkungan kita, pada
Ini mah semua udah lama jadi kader, kecuali yang berdua. yah kita mah siapa yang mau lansia, pada balita.. gitu..karena semua disini sudah tidak punya balita. Jadi
..sukarela. Misal ada yang keluar jadi kader, nanti ketuanya cari siapa yang mau. kita punya waktu yah, punya waktu sedikit lah. Waktu yang sedikit ini,
tenaga yang sedikit ini ingin bermanfaat bagi masyarakat di lingkungan kita.
Bagaimana pembagian peran 2: iya..roling..
dalam pelaksanaan Posbindu 4: kalau yang nensi udah ada..
PTM 2: diroling 3 bulan sekali 2: catetan apa yang nimbang apa yang itu kita selalu rolling..
3: kita mah udah saling sadar. Misalkan saya datang duluan sasapu, yang lain nanti 4: tapi ngga selalu dia ini dia ini..kadang-kadang yang ini ngga sempet, ada
datang kerjain yang lain yang belum dikerjain. ini ada yang itu..gimana sempat ada waktunya
2: rolling saling mengisi
Bagaimana : yang belum.. yang belum dilatih, dia turun dia pergi gitu...kemaren kita
pembekalan/pelatihan yang 4: biasanya yang udah ikut pelatihan, kalau posbindu PTM 3 orang yang udah ikut PTM berdua.
sudah diterima? pelatihan. 2: kan diminta 2, kita berdua yang berangkat. Nanti ada lagi, siapa gitu..

2: saya udah pernah Pelatihan PTM.


4: Pelatihan ada, dari puskesmas. Nanti gantian yang datang
Bagaimana hambatan dan upaya 1: kadang-kadang jadwal mba..
mengatasinya? (probing 2: bentrok dengan jadwal keluar. Karena kan kita kadernya Cuma segini..
tadi tuh bingung, ada tiga nih... wah tiga..
2. Bagaimanakah pengelolaan 1: yang keropak-keropak itu..
Keuangan Posbindu PTM?(Mj.2) 4: kalau ada sisa kita yang pengen itumah yang PMT. Kalau misalkan ada
mah ada..cuman itu teh..PMT nya yang dari itunya mah itunya..
4: dari rt juga ada. Kita juga buat obat, kalau ada foto kopi sekian dari
mana..
1: itu dari revit tadi
1: kan ada uang Revit. Nanti itu untuk ongkos kader, fotokopi, makan, nganter pasien, 4: untuk pelatihan sekian..
arisan juga. Kan ada arisan Posbindu setiap sebulan sekali. Dari situ aja diputer-puter. 2: kemaren kan lokmin, satu bulan 2 kali terus ada per kecamatan ada per
2: baju kader. wilayah. Gunung batu loji, pasir mulya. Ada juga sewilayah gunung batu.
4: kalau yang batik ada 2 mah dikasih dari kelurahan. Karena kita jalan, jadi cuma 10 ribu
Apakah sumber dana dan
jumlah dana cukup?
Digunakan untuk apa sajakah 4: kalau obat mah dari keropak 2 ribu
dana yang ada? (probing) 3: iya itu juga untuk dibeliin obat lagi. Jadi untuk mereka lagi. Kalau ada yang ngga
punya uang ya ngga harus.

Bagaimana pencatatan dan 2: ada keluar masuk. Kalau uang revit yang dari puskesmas ,3 bulan sekali
pelaporan pengelolaan dana? ya turunnya. Satu bulan itu 100 ribu, dipotong pajak. Itu kita laporannya ke
(probing) dinas lagi. Itu penggunaannya sama sebetulnya, untuk kunjungan semua
juga dari situ. Tapi kalau yang ini kita-kita juga kalau laporan ke anggota, ya
kan anggota yang pake. Keluar masuk. Defisit ngga pernah, tapi kita kadang-
kadang kalau keluar pakai uang sendiri. Kayak saya tadi bilang, kalau rame-
rame kan jalan jadi ngga perlu transport. Ini 2 kali Cuma 10 ribu berarti
sekali pertemuan Cuma 5 ribu..memang kalau untuk kader, kayak tabungan
itu ada..itu nanti ..
1: sisa pengeluaranlah kalau ada sisa dibagi rata lah..
4: misalnya ada 10 ribu dibagi 5. Seberapa aja adanya. Ada dapet
Ada laporannya ke puskes untuk uang revit . alhamdulillah gede. Kalau minim mah kosong..
Bagaimana pertanggungjawaban
dana tersebut? (probing)
Bagaimana hambatan dan upaya
mengatasinya? (probing)
3. Bagaimanakah pengelolaan 4 : dulu masih di rumah kader, skarang sudah ada gedung sendiri.
Sarana Posbindu PTM?(Mj.3) 2: ada dari donatur (kemudian berjalan mengambil buku)
Bagaimanakah pengelolaan sara
Posbindu PTM? (probing)
Sarana apa saja yang sudah
dimiliki? (probing) 2: meja, timbangan, kursi..
Sarana apa saja yang masih 3 : palingan kursi roda itu yang rusak, udah ngga bisa dibetulin lagi soalnya kalau 1: pengen ganti lukisan ini mba..hehe
belum dimiliki? (probing) dibetulin yang kanan, yang kiri nyengsol. 2: iya ini sih fisik ya.. kalau yang lainnya sih udah cukup ya
4 : timbangan juga rusak kemarin, diinjek ngga mau. Kursi roda mah paling pinjem 2: iya timbangan rusak, lengkap sih sebetulnya Cuma ada rusak-rusak.
punya BKM kalau ada yang perlu pake kursi roda kesini.

Bagaimana hambatan dan cara


mengatasinya? (probing)
Bagaimana perkembangan
Posbindu PTM dalam
pelaksanaannya? (In.)
Menurut Anda, hal baru apa saja 5: palingan PMT, bikin bubur, atau kue-kue.. 2: Kita kunjungan rumah, biasanya kita kan pengumuman aja.
yang telah dilakukan untuk 2: iya kayak si ibu itu ..kalau diajak suka nanya dapet apa datang ke Posbindu gerilya..walaupun bertentangan dengan hati kita, pengennya dia yang
meningkatkan kunjungan katanya..hehe datang gitu kan, cuman kesadaran. Cuma ya belum berhasil, yaudah
peserta Posbindu PTM(In.) 4: iya PMT itu penariknya. lah..ngalah aja..
a. Menurut Anda, hal baru
apa saja yang dilakukan untuk
meningkatkan keberhasilan
Posbindu PTM? (probing)
b. Menurut Anda, bagaimana 4: kita sih kompak-kompak aja neng..
hal baru dilakukan dalam 3: kerjain bareng-bareng ...kalau belum selesai kumpul lagi di Posbindu bareng-bareng
pengelolaan SDM Posbindu selesaiin.
PTM? (probing) 2 : habis itu kita makan-makan..
4: disini bisa masak neng.. bu X yang masak..makan bareng-bareng.
c. Menurut Anda, bagaimana
hal baru dilakukan dalam
pengelolaan Keuangan Posbindu
PTM? (probing)
d. Menurut Anda, bagaimana
hal baru dilakukan dalam
pengelolaan sarana Posbindu
PTM? (probing)
e. Menurut Anda, bagaimana
hal baru dilakukan dalam
pengelolaan metode Posbindu
PTM? (probing)
f. Menurut Anda, bagaimana
hal baru dilakukan dalam
pengelolaan informasi Posbindu
PTM? (probing)
Bagaimanakah komunikasi yang
terjalin antar puskesmas- 1: dari WA..ada juga sub, jadi pertemuan kader. Ada arisannya nanti giliran. Kemarin 2: WA aja..pake group.. ada group pasir mulya..
kader?(Kom) mah di mana ... 2: kan ada lokmin. Forum untuk kesulitan kita di wilayah, tentang laporan
Bagaimanakah komunikasi yang
terjalin kader-tokoh
masyarakat? (Kom)
Bagaimanakah komunikasi yang 4: kadang H-1 kasi tauin, sebelum acara sweeping, kalau masih sepi juga sweeping...
terjalin kader-masyarakat? kalau udah siang belum datang didatangi ke rumahnya.. 2: Kita dimana aja ketemu pasti sosialisasi, pasti penyuluhan, di warung,
(Kom) 3: ngajak-ngajakin , kadang pak rt juga suka bantu ngajakin warga. Tp udah pada tau dimana..selalu
biasanya mah pada datang.. 4: eh ini.. ini..ini..oh ini gini gini..oh ibu ini nanti gini. Oh ini nanti rapat di
anu. Itu pas kalao ketemu, kalo nggak sms..bu ada ini ini lansia..
Bagaimanakah komunikasi yang : nggak..
terjalin sesama masyarakat? 2: kita aja..kadernya mereka kan sering bertemu ngaji, di pengajian. Temen-
(Kom) temen ngajinya tuh ngobrol.
4: kadang kita yang liat waktu. Kamis pengajian.
2: makanya kita kalau milih harinya kamis atau sabtu.
1: yang ngaji pada kesini.
2: salah satu siasat ya..
1: kalau pengajian sekalian jalan
Adakah kendala dalam
komunikasi dalam pelaksanaan
Posbindu PTM? (probing)
Bagaimanakah peran serta 2: ada beberapa tokoh masyarakat,kayak bu H, ceu E.. biasnaya bantu
berbagai elemen dalam ngaprakngaprak lah..ceu e isukan aya posbindu, he eh engke deuh bejaan
pelaksanaan Posbindu PTM?(Ps) ..bejaan ka warga nya..
Kalau misalkan kerja bakti, konsumsi apa lah yang bisa mereka bisa berikan.
Ngga ada..
: kurang sih..
1: lain kurang memangg ga.. kadang kita ngundang ada apa ke PKK ke..kita
bukannya pengen dibantu..
2: hadir ke.. mandiri..kalau saya tapi..perwakilan dari rw 7 ada..kayak ini kan
kemarin di kelurahan ini.. sebetulnya hal kecil ya.. Cuma makan bareng,
semua juga bawa.. Cuma gitu doang ngga ada yang embel apa-apa.. tapi
4: donatur mah ada, kayak baju itu pernah dari pengajian yayasan cibalagung. susah,nanti kita aja yang wakilin. Sampai saya mah diledek tu sama pembina
Kebetulan ada yang kesini terus bilang mau kasi baju.. ada juga orang sini yang suka PKK. Di RW 7 tu ngga ada orang, Cuma bu tuti doang..sampai diledek,
bantu, dia dari partai x.. sebenrnya sindiran buat kita. Kita-kita aja..Alhamdulillah bu kadernya
3: dulu mah ada yang suka kasi untuk PMT, tapi sekarang mah udah ngga ada..
Siapa saja yang mendukung
dalam pelaksanaan Posbindu 2: Yang mendukungnya dengan dateng aja sih.. rt, rw, bkm juga yang kita
PTM?(probing) 4: pak RW,RT mah mendukung, suka dateng juga.. suka ngumumin.
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM RW 1
No. Topik Pembina Posbindu PTM Gunung Batu Pembina Posbindu PTM RW 1 Tokoh Masyarakat RW 1 Peserta Posbindu PTM RW 1
1. Bagaimanakah Iya kan kalau di rw 1 pada senior-senior kadernya.tapi ada Kalau disitu juga gini, karena kan disitu pembinanya eeh banyak Kalau bicara tentang kader, itu kan
pengelolaan SDM pergantian kaderisasi, yang senior-senior ngasih tau ke ya disitu kadernya sampai 10 orang ya, karena dia gabung sukarela ya. Jadi, baik pak rt melihat dari
Posbindu yang muda. Ada kader tu yang usianya masih muda banget wilayahnya posyandu A sama B itu kan 5 orang- 5 orang, nah pada sehari hari kelakuan mereka, rajinnya
PTM?(Mj.1) deh. Yang teh..s iapa tuh lupa..teh itulah namanya, itu pelaksanaan posbindu di rw 1 itu ..jadi kader posyandu A dan atau..loyalitasnya, tatacara bergaul.. si
muda. Iya tapi dia peduli, mau tau, mau nanya-nanya. Posyandu B it gabung semua di posbindu. Jadi mereka lebih anu nih bagusnya. Kira-kira begitu. Jadi di
Kalau saya kasi tau juga dia seneng kayaknya kalau dikasih banyak sasarannya kader, misalkan baru sedikit..mereka udah satu sisi tidak lihat pendidikan. Karena
tugas tu. Teteh bagian ini ya, tugasnya ini, ini..dia kerjakan. pada nyebar gitu. Udah langsung cari sasaran gitu..jadi makanya pendidikan sifatnya menunjang tulis
Memang kesadaran sendiri itu teh. Dia mau jadi kader.ee sebetulnya lebih enak di rw 1 nya. menulis, gagasan
karena bapaknya pak RT..eh pak RW..RW 1.. pak RW juga
mendukung kan.pengurus sama kader tuh kompak He eh..Ada tuh yang namanya maih itu, itu mah hampir 75, tapi
dia ngga mau juga, dia masih mau tetep semangat,yang di rw 1
Klo rw 1 kader-kadernya senior-senior luar biasa, inget kan.. iya itu udah paling senior sama bu haji Usman, itu juga. Dari
saya dari dulu itu. Ih hebat pokoknya rw 1. Makanya masih muda mereka udah pada jadi kader. Dan mereka semangat
kemarin kan menang lomba tingkat provinsi untuk terus.
posyandunya, iya..mewakili ke provinsi maju. Posyand apa
sih disebutnya..posyandu senyum..Posyandu prestasi.. Selama ini mah jalan, lancar aja ya..yang pasti dari ibu kadernya
sendiri ya yang... artinya dia ee.aktif lah ya, kalau misalkan kita
Dari segi itu berarti SDM kadernya emang dia kasih tau begini dia cepet, langsung . gitu..
tanggungjawabnya luar biasa. Dia tu ini tu saya sebagai
kader harus bertanggung jawab gitu karena sudah dilatih, Semangat aja sih dia mah.. semangat terus.karena memang udah,
sudah menjadi kader ti seperti ini lah. Bagus.. peduli gitu. misalnya wajib lah kaya gitu ya. Ini harinya posbindu, udah sedikit
Ni saya aja minta data nih. Bu tolong data lansia yang aja misalkan , keliling lagi mereka cari sasaran gitu.. jadi, gitu di rw
meninggal nih, siapa saja..langsung tuh dikirim. Misalkan 1 jarung putus, terus aja...sampai oh memang udah dateng semua
ngadadak ya saya butuh data cepet ya. KMS nya udah ini mah yaudah..

Tapi masuk provinsi juga udah bagus kan. Pertama kan


tingkat kecamatan, tingkat kota bogor, mewakili kota
bogor ke provinsi jawa barat. Posyandunya. Mereka mau
dikasi taunya. Harus begini harus kie teh mau gitu..ampe
lembur-lembur itu sampai sore.
a. Bagaimana Ya yang pasti dari itu ya, dari..ibu kadernya sendiri sih kalau
cara perekrutan menurut saya mah kalau awalnya posbindu itu pertamanya
kader? posyandu dulu . dari posyandu, jadi kader posyandu otomatis
direkrut juga jadi kader posbindu gitu. Kecuali di rw 8. Kalau
kader posyandu dan posbindu beda orang. Biasanya ibu-ibu
pengajian gitu ya kalau yang ngga punya anak kecil atau apa
ditawarin alhamdulillah mau ya. Kalau di rw 8 itu ibu kader
posbindu dan posyandu beda. Tapi kalau di tempat lainnya semua
sama sambil jadi kader posyandu otomamtis juga jajdi kader
posbindu.makanya yang tadi saya bilang, kalau di rw 1 itu kan
sasarannya disitu banyak, ada 260 bayi ya, jadi dibikin rt 1 sama rt
2 itu namanya posyandu senyum A , nah rt 3, 4,5, 6 .. oh 1, 2,
sama 4 itu posyandu A, kalau 3, 5, sama 6 Posyandu B. Nah itu kan
ibu kadernya 5 5 tuh. Nah itu otomatis jadi kader posbindu juga
semuanya, gitu.. dan mereka mau, gitu..intinya gitu. Alhamdulillah
kalau posbindu pada datang semua jadi ya baanyak.
b. Bagaimana rw 1 ni bagus, ee tepat waktudia ngasih laporan. Padahal Ya dibagi-bagi sih ya. Kalau perannya ada yang di bagian Sarideng, apa yang tdk diperintahkan
pembagian peran sasarannya banyak kan 60 an. Tapi tetap dia ngasihin penndaftaran dan yang bagian...itu..apa namanya...timbangan , ya udah tau.. kalau ngga salah udah
dalam pelaksanaan laporan tu kadernya juga ingin tau, bu ini laporannya. Ibu kan. Ukur lingkar perut, jadi masing-masing ya. Dibagi-bagi dan dilombakan. Kalau udah dilombakan
Posbindu PTM kalau salah, tolong saya beritahu. Sampai gitu bu mereka juga eee digilir, ngga setiap bulan itu terus, 3 bulan sekali logikanya sudah baik..
kadernya. Bu ini salah-salah, harusnya begini bu..ibu, saya kemarin ini yang bagian pendaftaram besok siapa gitu..mereka
ambil lagi aja saya perbaiki. Sampai gitu kadernya.yang bisa merasakan gitu ya, jadi tau ya..tuker-tukeran
bikin laporan, namanya manusia kan kadang harusnya gini,
jadi begini. Walaupun kita udah diinfokan ya. Di
pertemuan itu kan, karena kita ada blanko baru nih
laporan. Kadang pengisiannya belum seragam nih, ngga
sama gitu. Kita samain persepsi yu.. gitu di pertemuan.
Cara pengisiannya biar seragam biar sama. RW satu tuh
dari H pelaksanaan juga mereka udah siap-siapin.
Warganya tuh pada deket. Karena sudah ada ee kader per
rt dan disitu 10 orang kadernyakalau hadir semua 10 ya
ada bagian ini bagian itu udah rapi. Ada yang bagian ayo-
ayo gitunya, ada bagian nulisnya, ada bagian ini. Jadi dari
segi kader juga berpengaruh.
c. Bagaimana Ada pelatihan kader di pasir mulya. Biasanya setiap tahun sih kita
pembekalan/pelatihan melakukan itu pelatihan kader, bagi yang belum pernah dilatih
yang sudah diterima? hmm selalu ada ya, kadang kan kader ada juga yang berhenti, gitu
ya ganti kader lagi.. nah itu ..tapi kalau semua udah dilatih ya
tetep aja ada refreshingnya gitu buat ibu kadernya...
d. Bagaimana Kadernya...SDM ny ya, kan kalau namanya juga kader-kader sudah
hambatan dan upaya banyak juga yang . mungkin ya itulah mereka uda dikasi yau begini
mengatasinya? untuk bikin laporan aja, nanti pas jadinya beda lagi..tapi ya ngga
(probing) aneh lah, karena mereka satu tugas sosial, trus mereka mau aja
kita bersyukur, gitu sih..jadi kita mah maklumin aja paling kita
betul brtulim aja sambil dikasih tau lagi.. gitu aja..ya karena faktor
U ya mba ya..
2. Bagaimanakah Biasanya yang saya tahu ya ... jadi disitu tuh ada kas kan per RT
pengelolaan ya.. jadi ada kas, nah dari kas itu ..ngga tau ya masih berjalan atau
Keuangan Posbindu ngga nya. Yang dulu sih kalau saya tanya nilainya kecil banget . 20
PTM?(Mj.2) rb tuh dari masing-masing rt. Nanti disetor ke ibu kader, jadi
dikelola bisa jadi untuk PMT. Tapi kayaknya belakangan ini udah
nggak... udah 2, 3 bulanan deh .. karena kepengurusannya kan
kebetulan kepengurusan ini eee rw nya baru jadi kayaknya masih
belum itu lagi gitu..yang dulu-dulu mah berjalan. Jadi misalkan
PMT nya ada bubur kacang ijo, ada pisang rebuslah gitu ya..atau
apa gitu ada. Tapi memang udah 3 bulan ini di rw 1 ngga ada,

itu biasanya dari masing-masing rt menyetorkan ke kader. Nanti


dikelola sama ibu kader, atau nggak kadang suka ada obat kan ya
itu kita beliin. Eee paling obatnya juga yang standar aja seperti
parasetamol, obat pusing, sama vitamin . gitu aja.. lansia mah
pusing, sakit badan, pegel-pegel, gitu aja...paling dari dana itu
dikelola lagi.

Kita ada namanya revit posyandu atau posbindu ya, itu kita
berikan sebulan itu 50 ribu ya eh 100 ribu maaf.. nanti
dibagikannya per triwulan sekali. 3 bulan sekali. Ada sih ya, nanti
mereka ya dikelola lagi..ada yang buat alkes, dibeliin buku, pulpen
kayak-kayak gitu kan. Atau misalnya kegunaannya kalau yang saya
tau di posbindu itu mereka kadang suka beli apa..misalnya ada
rapat nih, kalau rapat kan mereka butuh transport ya. Bisa dikasih
dari itu, gitu..iya, diputer-puter dananya. Minim.

Rw 1 pengelolaan dananya....(diam sebentar) biasanya kalau..ada


yang megang bendaharanya ya..kalau posbindu teh
biasanya..memang kalau ketuanya bu Ina ya tapi kalau bagian
bendaharanya siapa ya bu..(mikir)
a. Apakah sumber
dana dan jumlah
dana cukup?
(probing)
b. Digunakan
untuk apa sajakah
dana yang ada?
(probing)
c. Bagaimana
pencatatan dan
pelaporan
pengelolaan dana?
(probing)
d. Bagaimana
pertanggungjawaban
dana tersebut?
(probing)
e. Bagaimana
hambatan dan upaya
mengatasinya?
(probing)
3. Bagaimanakah Kalau rw 1 itu dari P..N...m.Haa..PNPM yang saya tau ya.. Perkembangannya bagus.. ada
pengelolaan Sarana sumbangan warga jug. Berapa ya , kalau ngga salah per KK 50 rb. peningkatan. Sebab begini, seinget saya..
Posbindu Yang RW 1 kan luas tu Posbindunya. RW 11 juga sama sebesar itu jarang kan orang punya posyandu sendiri.
PTM?(Mj.3) juga ee, dari dana masyarakat itu sendiri dibantu PNPM. Gitu.. Ini sendiri. Bisa dikatakan milik
masyarakat, jarang..posyandu secara
khusus. Bisa dikatakan khusus ini
mah.merupakan kantor khusus lah. Itu
bagusnya disitu. Sebab jarangkan yang
posyandu punya pos sendiri. Jarang. Bisa
dikatakan mungkin sekelurahan gunung
batu ini lumayan.

Ya seperti pengembangannya..pengadaan
peralatan yang lebih bagus lah. Kalau
dibandingkan dulu-dulu beda ya..kalau
itunya saya kurang tau ya, apakah dari
dinas kesehatan Bogor.. tapi saya lihat
ada peningkatan. Jadi tergantuung dari
personil yang ada kan. Kreatif atau
tidak..apakah punya usulan, gagasan
kepada yang lebih tinggi.
a. Bagaimanakah
pengelolaan sara
Posbindu PTM?
(probing)
b. Sarana apa saja Tempat tidurnya ada, terus tensi, yaa tinggi badan, timbang, ada
yang sudah dimiliki? semua sebetulnya udah lengkap.
(probing)
c. Sarana apa saja
yang masih belum
dimiliki? (probing)
d. Bagaimana
hambatan dan cara
mengatasinya?
(probing)
4. Bagaimana 1.
perkembangan
Posbindu PTM dalam
pelaksanaannya? (In.)
5. Menurut Anda, hal kalo yang cakupannya banyak tuh dia ada PMT.. he eh.. He eh..mirip-mirip, ada pemeriksaan, udah gitu Artinya penyuluhan pendekatan kader
baru apa saja yang terus PMT nya ganti-ganti. Terus memang masyarkatnya konsultasi..pemeriksaan ada juga kadang pemberian PMT juga ya.. kepada masyarakat. Kalau disini kan
telah dilakukan untuk juga keliatan masyarkat yang mampu ya ..dia juga ad yang he eh gitu.. sama aja sih sama kalau menurut saya mah..Cuma petugas posyandu atau petugasnya secara
meningkatkan ngasih 5 ribu, ada yang 2 ribu ada yang 3 ribu karena sasaran aja yang beda-bedanya gitu.. langsung berbaur. Jadi pendekatannya
kunjungan peserta mereka juga merasa mendapatkan ini kan.. ada PMT secara individu. Kedua banyak ikatan
Posbindu PTM(In.) gitu..terus dia dapet ini, diperiksa kesehatan, bisa Dari kadernya ya? Belum sih ya, belum saya lihat sampai kesana. keluarga, kalau disini banyak ikatan
konsultasi kan masalah kesehatnnya terus ada Masih ya rutinitas seperti itu aja. Kalau kadang gini kita kadang keluarga. Walaupun disini perkotaan ya.
pemeriksaan itu juga.. ee yang merasa ingin datang itu kan kan yang diminta dari sana, dari dinas ya dijalani seperti itu ya kita Tapi tetep asas kekeluargaannya ada..
kesadaran sendiri ya. Dia pengentahu kondisi minta ke ibu kader sesuai yang kita ini aja ..kalau inovasi dia bikin sambil dengan cara demikian dia akan
kesehatannya. Dia mau melakukan pemeriksaan lab nya. ini apa kayaknya belum ya. tertarik kan.. ya itu secara pribadi ada
Kan ada pemeriksaan itu juga, gula darah, asam urat, ikatan keluarga kader penyampainnya
kolesterol, dengan biaya sendiri itu. Iya bayar, ada.. Tapi rata-rata kalau yang ngga datang yang udah rutinitas data, pun tidak langsung. Jadi ada beberapa
nih kemana ni belum ada. Kadang ibu kader suka datengin ke cara ..ada yang langsung dan tidak
rumahnya. Oh ternyata pergi, gitu...jadi ibu kader hapal juga kalau langsung. Misalnya hobinya apa,melalui
yang udah biasa datang ngga datang kemana, kan kartunya ada di itulah pendekatannya. Jadi tidak langsung
kader ya. Jadi ketahuan. Pas di itu di data.. to do poin. Memberikan pengertian
kepada masyarakat itu aneka ragam.
Tidak semudah kita membalikkan telapak
tangan kan. Karena orang belum tentu
pola pikirnya sama kan.. nah ini yang
perlu kita ketahui. Masalahnya masalah
apa, kita harus bisa mengantisipasi,
apakah melalui pengajian. Jadi banyak
cara tu, banyak cara lah..kadang melalui
pengajian,arisan ada apa sih namanya..
kebersamaan..jadi banyak cara lah..
a. Menurut Anda,
hal baru apa saja
yang dilakukan untuk
meningkatkan
keberhasilan
Posbindu PTM?
(probing)
b. Menurut Anda,
bagaimana hal baru
dilakukan dalam
pengelolaan SDM
Posbindu PTM?
(probing)
c. Menurut Anda,
bagaimana hal baru
dilakukan dalam
pengelolaan
Keuangan Posbindu
PTM? (probing)
d. Menurut Anda,
bagaimana hal baru
dilakukan dalam
pengelolaan sarana
Posbindu PTM?
(probing)
e. Menurut Anda,
bagaimana hal baru
dilakukan dalam
pengelolaan metode
Posbindu PTM?
(probing)
f. Menurut Anda,
bagaimana hal baru
dilakukan dalam
pengelolaan
informasi Posbindu
PTM? (probing)
6. Bagaimanakah Paling kita ke tokoh masyarakat situ ya , ke pihak ini Kalau pembinaan kader, biasanya kita kan setiap bulan ada
komunikasi yang juga..kan kita suka ngadain acara pertemuan sub ya.. pertemuan sub ya..sub kader, jadi tu kita suka kumpul semua ibu-
terjalin antar pertemuan sub itu pertemuan tingkat kelurahan, ada dari ibu kader, kadang di pertemuan sub itu ada masalah atau ada apa
puskesmas- kelurahan juga yang datang, pak lurahnya bu lurahnya, pasti kita bahas lagi disitu.tapi kalau pas lagi di hari ini juga, hari
kader?(Kom) PKK nya, nah kita sosialisasi juga disitu. Kan kita bahas tu posbindunya atau posyandunya sudah selesai pelayanan biasanya
cakupan bulan ini. Kn tiap bulan ya. Kalu eh ternyata yang kita ini lagi..Ya karena udah rutinnya seperti itu jadi kayaknya
disini rendah. Mana nih dari rw lain yang cakupannya biasa aja ininya
tinggi, sharing lah disitu, gimana trik-triknya cara-caranya.
Ada yang H-1 wawar gitu ya bahwa besok ada Posbindu, Eee...jadi gini, kita karena udah pertemuan yang rutinitas ya tiap
kasih tau. Di pengajian-pengajian juga. bulan jadi untuk ibu-ibu kader yang udah khusus untuk gunung
batu aja karena kita kan kalau induknya pasir mulya nih, ada
lokakarya mini itu lokmin ya di Pasir Mulya. Tapi sebelum kita ini
biasa kita ada pertemuan su juga. Ya ketemu ibu-ibu kader
khususon gunung Batu aja. Jadi kalau ada permasalahan atau
misalkan kita ada info-info baru kita bahas semua disitu, gitu. Di
sub itu. Gitu.. nanti kalau misal ada yang perlu dibahas lagi di
lokminnya. Di Pasir Mulya, sama dokter Oky biasanya ya. Kalau
puskesmas kadang kan yang pemegang-pemegang programnya di
Pasir Mulya ya.
Itu biasanya kita berubah-ubah. Kan kebetulan kita suka ngadain
arisan, biar tiap bulannya pada datang. Dari masing-masing Rw ya
walaupun 2 atau 3 orang. Tapi mewakili itu pasti ada yang datang
kader.kita ngadain arisan ngga seberapa sebenarnya tapi yang
penting . RW 1 tempatnya biasa di Posyandu, RW 2 biasanya di
rumah ibu kader siapa selalu berputar gitu..
7. Bagaimanakah Ya ikut sih.. he eh..ikut ..biasanya ..apalagi klo yang.. mereka juga Kebersamaanyya baik. Kalau disini
komunikasi yang kan tokoh masyarakat lansia juga jadi mereka pasti ini lah..ikut bagusnya rt nya, rw nya bagus, kompak.
terjalin kader-tokoh juga, pasti datang.. Masyarakatnya kompak. Ibu-ibu kader ini
masyarakat? (Kom) kan ngomongg ke suaminya akhirnya
nyambung ..jadi tidak acuh tak acuh.
Cukup serius.
8. Bagaimanakah Karena dari jumlah penduduknya juga disitu padat, yang Dari mereka sih istilahnya kalau dari sasaran sendiri karena disitu . Bidan bagus, kan istilahnya tata
komunikasi yang RW 1 itu berdekatan terus masyarakatnya jadi apa yang kalau di rw 1 dia itu kita ngadaainnya itu di rabu minggu pertama. kramannya ada. Itu kan utama. Pan lamun
terjalin kader- kata kader itu mereka kaya nurut gitu..Kadernya memang Jadi mereka ngga perlu di halo-halo juga dia udah hapal gitu ya, judes mah orang bagaimanapun tidak
masyarakat, sesama aktif disitu. Disegani iya... yang udah pada senior-senior kalau di rw 11 masih ini ya. Kadang berubah-ubah ya.. kalau saya akan senang.
kader? (Kom) disitu.di rw 1 itu. Jadi, asal ibu itu ngomong..datang! tergantung dari kadernya. Kadang kadernya punya acara yaudah
datang tu mereka rw 1 kan lihat sendiri ya masyarakatnya. dicancle hari apa gitu. Kalau di rw satu tuh ngga, jadi mereka apa Ya itulah tadi saya katakan supel dalam
Kan disitu padahal banyaknya masyarakat pendatang yang ya sasarannya juga udah paham. Oh ini rebo minggu pertama pengajian, arisan..jadi tidak secara
ngontrak-ngontrak, tapi ibu itu kan punya banyak jadwalnya posbindu, pada datang....gitu..gitu ya mereka udah khusus. Sebab kalau dengan masyarakat
kontrakan tu jadi yang ngontrak-ngontraknya disitu pada pada sadar diri... lebh baik secara diam-diam ya karena
nurut sih datang. Ya mereka peduli, mungkin karena udah perembesan.. jadi diajaknya secara
diperiksa disitu, terus ke puskesmas juga jauh harus Biasa sih kalau sebelum H-1 itu yang saya tau ibu-ibu kader itu pribadi, ngobrol membeikan masukan..
ongkosan. Kalau disitu kan seneng dia justru. Begitu ada walaupun mereka kadang-kadang sasarannya sudah hafal, tapi
kita pemeriksaan itu bisa konsultasi, bisa apa. Banyak tetep pada pelaksanaan hari H nya, di masjid ya diumumin. Dengan bergaul, Cuma pada intinya
jadinya yang dateng. Kadang H sebelum ini juga ibu kader suka keliling. Atau kalau di rw caranya disampaikan dalam forum itu.
1 ya suka keliling dia ngasih tau . biasa kalau posyandu juga gitu, Karena kalau sec langsung tdk bisa. Tapi
kalau udah H-1 keliling, gitu..walaupun udah ini ya apalagi rw 1 kaadang-kadang dengan cara ngobrol
masjidnya lumayan ininya tengah jadi udah.. karena itulah kalau kadang-kadang ngga sadar mereka. Jadi
rw 1 insyaAllah jarang banget berubah. Tetepnya di hari rabu aja, kalau mau memberikan arahan atau ilmu
kecuali hari llibur jadi kadang maju di kamis atau mundur di pengetahuan kepada masyarakat. Banyak
selasa. caranya, apakah langsung atau tidak.
Kebanyakan tidak langsung. Sulit kalau
saya mau memberikan penyuluhan
demam berdarah supaya tidak terhindar
dari demam berdarah.

9. Bagaimanakah Ikatan keluarga, pergaulan, ngobrol itu


komunikasi yang kan bisa mempengaruhi. Kalau misalnya
terjalin sesama suaminya kurang dukung, istrinya yang
masyarakat? (Kom) dukung. Bisa dikatakan baik..pro dan
kontra mah pasti ada ya, tapi tidak ada
pengaruhnya dalam pelaksanaan
program.
10. Adakah kendala
dalam komunikasi
dalam pelaksanaan
Posbindu PTM?
(probing)
11. Bagaimanakah peran 1. Ee kebetulan ada saudaranya juga yang disitu. Saudara ibu kader. Ini karena adanya proses kerjasama. Kalau
serta berbagai elemen Jadi dia ini ya mungkin memang . tapi ngga.., Cuma sekali-kalinya kata orang sunda mah .. kebersamaan
dalam pelaksanaan sih inget saya. Selebihnya mah dari dana sendiri aja..masyarakat masyarakat menghimpun dana, jadi
Posbindu PTM?(Ps) sendiri bukan perseorangan. Kalau dulu mah kata
SBY , bersama kita bisa..kan betul, secara
logika dengan adanya kerjasama bisa
terbentuk keberhasilannya

Itulah bagusnya disini. Kekompakannya


bagus.
Siapa saja yang Kalau untuk dukungan sih yang jelas, kalau dari Rw, tokoh
mendukung dalam masyarakat disitu semuanya udah ikut terlibat ya.rw nya juga suka Kebanyakan kan ini mereka koordinasi
pelaksanaan turun kalau menurut saya udah ini semua. Disini kalau dari dengan rw. Jadi, pak rw sudah percaya
Posbindu kelurahan pak lurahnya sendiri suka ikut turun atau bu lurahnnya. dengan petugas yng ditugaskan di
PTM?(probing) Mantau kegiatan pas posbindu, posyandu. posyandu. Mereka sudah terbiasa dalam
dunia pekerjaan apa yang harus
dikerjakan. Mereka sudah bias. Seperti
karyawan gitu. Tapi tidak terlepas dari
binaan kel dan Dinkes

Itu mah kerjasama mereka dengan luar


ada, atau dengan kelurahan ada..

Dari rt rw nya pun sudah ada. Disini mah


teu kudu dititah deuh..sarideng .. itu mah
kebersamaan. Jadi, istilahnya bersama
kita bisa itu. Istilahnya teu kudu ieu ..
12. Efektivitas Posbindu Ya kalau untuk dibilang berhasil hmm..programnya sih ya lumayan
PTM sih ya. Kalau disitu juga gini, karena kan disitu pembinanya eeh
banyak ya disitu kadernya sampai 10 orang ya, karena dia gabung
wilayahnya posyandu A sama B itu kan 5 orang- 5 orang, nah pada
pelaksanaan posbindu di rw 1 itu ..jadi kader posyandu A dan
Posyandu B it gabung semua di posbindu.

terus dibilang berhasil biasa aja sih sebenarnya. Gini, ee kalau


jumlah paling diantara 60, 50, 60 hanya segitu aja dalam per
bulannya ya dibanding kalau jumlah sasarannya kan samapi 200
lebih tetep masih kurang sebetulnya mah, setengahnya juga
masih kurang. Mungkin karena sebagian kan kerja
Biasanya gini, kita kalau lagi posbindu juga biasa ada saasran yang
ngga bisa dateng, otomatis kita ke rumah. Kunjungan rumah kalau
memang dia memang perlu dirujuk biasanya nanti kalau ngga
bisa jalan ya otomatis keluarganya sama kita ke puskesmas minta
bikin rujukan. Tapi yang jelas pasti petugasnya udah datengin ke
rumah warga itu. Kan banyak juga ya, adalah beberapa kayak tadi
sih ngga ada ya kebetulan di rw 11. Kemarinnya saya di rw 1 pas
bulan kemarin ya.. ee dianya udah ngga bisa apa-apa. Stroke ya,
itu baru kena serangannya. Biasanya otomatis kunjungan rumah
kalau perlu dirujuk dibuatin rujukannya. Kebetulan sih bapaknya
memamng punya askes juga ya .
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM RW 7

No. Topik Penanggungjawab PTM Pembina Posbindu PTM RW 7 Tokoh Masyarakat RW 7 Peserta Posbindu PTM
RW 7
1. Bagaimanakah
pengelolaan SDM
Posbindu PTM?(Mj.1)
a. Bagaimana cara Itu kesadaran..ih itu kader itu yah luar biasa kan.. ngga
perekrutan kader? ga ada gaji nya ya. Yaitu sukarela dari hatinya lah
untuk jadi kader, itu juga ibu-ibunya dengan ini aja,
keinginan sendiri untuk jadi kader. Ada yang ibu RT tuh
satu...karena suaminya RT gitu, jadi dia jadi kader
tuntutan dari situ. Ada yang memang dari dulu dia
kader, dari sejak saya kerja, udah 23 tahun lebih itu aja
kadernya. Ada.. istilahnya karena ibunya dulu kader
nah dia jadi kader tu yang bu Tuti itu. Dulu itu ibunya,
udah sepuh sekali si mbah..dullu kader disitu
ketuanya, nah sekarang diturunkan sama anaknya.
Jadi kader. Itu juga kadang, kita kan masih kurang
kader.. pernah keluar masuk kader itu. Baru berapa
bulan, ibu saya repot sekarang ngurusin ibu saya sakit ,
jadi saya berhenti jadi kader. Ada di RW situ..pernah
kayak gitu. Teru ada juga yang ee dia kalo hadir mah
aktif bagus, tapi kadang ya dia kadang ngurusin
warga.. ada yang sakit..ya kan namanya warga ngga
ngerti cara ngurus masukin rumah sakit, dia yang
ngurusin. Jadi kader teh bukan sekedar tugas di
posbindu, di masyarakat juga kan.. sampai nganter-
nganterin yang mau dirawat di rumah sakit kader.

Ini yang hadirnya 3 kadang 4. Kadang kalau yang


abgain nimbang itu aja,, kalau yang belum datang
nanti digantiin sama kader yang lainnya, bagian nulis
ini...
pengisian laporan bahkan itu alasannya matanya ngga
kelihatan, harus.. ee kacama ketinggalan apa ke. Jadi
dia ngga maunulis disitu, udah dikadi tau juga.kadang
telat-telat gitu kasi laporan

di RW 7 kayaknya ada apa gitu..karena dari bu rw nya


ngga aktif. Jadi diambil alih oleh kader, sedangkan
kader juga kurang mungkin itunya ya..powernya,
kekuatannya kurang..masih muda-muda, belum jadi
tokoh masyarakat.belum punya ini.
b. Bagaimana RW 7 nih kadernya ngga lengkap ya, kadang ..karena
pembagian peran dalam kan 5 meja ada pendaftaran ada bagian pemeriksaan,
pelaksanaan Posbindu timbangan, ada yang ukur tinggi, ada yang ibi. Jadikan
PTM bagi-bagi tuh.. ada yang penyuluhan, yang mencatat
hasil, ada yang nulis ke laporannya. Tapi kalu jumlah
kadernya kurang dari 5 kan ngga kepegang . ini ini..ini
ini jadi sibuk, padahal kitanya suka ngasi tau.
Pembagian tugas ya..jadi ada yang pegang ini. Jangan
ini yaa..isitilahnya 5 meja, sistem 5 meja.
c. Bagaimana Nah ini, ibu-ibu kader belum semua mendapatkan
pembekalan/pelatihan pelatihan PTM terutama ya karena juga dari dinas
yang sudah diterima? kesehatan pelatihan kader lansia. Karena sekarang kan
udah jadi Posbindu PTM harusnya kanad juga platihan
PTM nya untuk ibu-ibu kader karena kan dari ibu-ibu
juga.. apa sih taraf pendidikannya berbeda-beda yah..
ada yang dia bagus, ngerti gitu cepet dikasi tau kita
dengan bahasa kita tu ngerti. Ada juga yang ngga
ngerti, ngga bisa. Ibu saya maunya disini aja deh ngga
mau keluar. Istilahnya ngga mau pelatihan,ngga mau
tulis menulis. Apalagi ada yang udah lansia juga kan.
Apa namanya, kadernya udah lansia. Jadi dia tu nulis-
nulis udah ngga bisa. Kan emang ngegerakin aja,
ayo..ayo posbindu. Paling dia nimbangnya atau ngga
ininya wawar wawarnya gitu..

Oh ini..ni..untuk pengisian ini aja mereka harusnya


pelatihan dulu. Isinya ge ngga ngarti. Apalagi kalau
kadernya baru gunta ganti terus kan. Yang dulu dilatih
misalkan udah ngerti, dateng lagi kader yang baru.
Ngga ngerti lagi. Kalau kadernya bergantian terus
d. Bagaimana Hmmm... secara khusus untuk saat ini belum ya. Ya karena kalau jumlah kadernya kurang jadi double
hambatan dan upaya Terbentur dari SDM nya tenaga sumber daya nanti. Misal si ibu yang nimbang sambil nyatet juga.
mengatasinya? (probing) manusia nya dari pihak puskesmas, belum bisa Kadang dia lupa, berapa ya hasil timbangannya, gitu
sampai khusus terhadap binaan yang harus kan..repot juga. Atau ngga kadernya telat dateng jadi
penanganan khusus gitu ya. Tetapi sampai saat ini Cuma ada 3 kadang pernah. Kayak kemarin kan ada 4
belum ada sampai yang mengarah ke arah hal yang orang. Tapi kalau kunjungannya ngga terlalu banyak
apa..negatif ya dari Posbindu itu, contoh minimal bisa aja sih. Ngisi KMS, ngisi itu, ngisi hasilnya gitu
sampai bubar itu ngga..
Kalau ini mah bingung, kadernya juga siapa ceunah..ini
apa ini, ngga langsung gitu.
2. Bagaimanakah Oh kalau keuangan mereka punya keuangan sendiri.
pengelolaan Keuangan Kita sih cuman memantau aja. Kan ada uang.. kalau
Posbindu PTM?(Mj.2) dari puskesmasnya ya..ada uang revitalisasi posbindu.
Nah itu turunnya 3 bulan sekali, dikelola sama mereka.
Kan ada strukturnya sih ada ketua, ada sekretaris ada
bendahara. Paling kita, di pertemuan ya suka kita
bahas masalah pengelolaan uang biar bener-bener
dimanfaatkan untuk kepentingan posbindu gitu..untuk
beli-beli..apa alat ini kan, kertas, pulpen, yang
dibutuhin aja. Ada juga sih yang di RW-rw lain untuk
PMT. PMT lansianya, cuman yang di RW 7 ini nggak
ada. Karena mungkin dananya kurang ya, ngga ada.
Cuma sedikit yang dateng trys mungkin dana nya
sedikit. Jadi ngga cukup. Kalau di RW-RW lain ada.
Snack lah istilahnya ya...RW 1 ada ya mba ya waktu
itu.. cuman pas kita turun intu ngga lagi ada ya..RW 4
ada, RW 12, RW 14 yang saya tahu..Ada PMT nya
untuk lansia yang dateng..bisa kue gitu, buras.. apa
yang makanan-makanan..ada yang buah juga
ada..pisang, ada yang bubur sumsum.Tapi mereka
yang kelola, cuman dari sumbangan dana RW nya juga
ada dana untuk Posbindu.

Paling dari keropak, ya paling dari RW kayanya...ada


ya, ada..ini ja revit belum turun ya..terakhir maret kan
ya.. April, Mei Juni...
a. Apakah sumber
dana dan jumlah dana
cukup? (probing)
b. Digunakan untuk Ya untuk uang lelah kader bisa. Untuk kebutuhan ap
apa sajakah dana yang saja yang dibutuhkan. Iya..ada yan mereka kumpulin,
ada? (probing) mereka kan beli tensi.. kalau uangnya udah terkumpul
banyak ada yang beli timbangan, ada yang beli tensi
dari situ mereka kumpulin dari keropak juga kan ada
tu keropaknya setiap yang dateng kan . kasih 2 ribu, 2
ribu kadang ada juga yang lebih. Dikumpulin sama
merek tuh, rupiah demi rupiah ya.heuh..
c. Bagaimana Ada..eee.dari revitalisasi itu ya.. posbindu, ada..
pencatatan dan pelaporan cuman ngga ada nominalnya berap persennya doang.
pengelolaan dana? Dana yang dipergunakan untuk kegiatan Posbindu dari
(probing) masyarakat berapa persen.. maksudnya dari
masyarkat berapa pesen, dari puskesmas berapa
persen.di setiap Posbindu beda-beda. Ada yang udah
90% ada yang partisipasinya 30% . tergantung
pengelolaan dari tiap posbindu, beda-beda. Kan
tergantung dananya juga mungkin. Mungkin di rw
tertentu. RW yang ada donaturnya uangnya banyak
dia mempergunakan itu dana donatur. Yang tidak ada
donaturnya pasti uang dari puskesmas semua yang
dipake.

Kalau RW 7 kayaknya yang paling banyak dari


puskesmas ya..laporan revitalisasi posbindu RW 7
udah dikumpulin sih ya..kalau ngga salah mah kalau
RW 1 banyak..ada yang ngisi 80%, 40 50 %. Kalau yang
di RW 7 mah kayaknya 70, 30 %. Masih rendah disitu
ininya

Ya itu mah intern mereka ya. Cuma kasi masukan aja


ke mereka karena mereka kan butuh transport ya..
ada pertemuan kader di kelurahan. Silahkan dipake.
Uangnyakan dipegang bendahara, nanti silahkan
dipake itu uang... Ada pertemuan di puskesmas induk
pasir mulya, atau ada undangan seminar dimana.
Silahkan dipake ya..diini juga dana yang ada. Terus
saya juga selalu arahan itu untuk transparan antar
mereka supaya tidak menimbulkan . jadi walaupn
dipegang satu orang tapi semua tau laporannya. Jadi
setelah selesai pelaksanaan tuh biasa kan ngitung
uang keropak, ini uangnya sekian terkumpul.
Ditambahkan saldonya sekian, pengeluaran sekian jadi
total sekian. Mereka yang mengelola kita hanya
mengarahkan.
d. Bagaimana
pertanggungjawaban dana
tersebut? (probing)
e. Bagaimana
hambatan dan upaya
mengatasinya? (probing)
3. Bagaimanakah laporan kunjungan terus dari pembina itu bisa Kalau dari segi fasilitasnya itu berdasarkan keadaannya
pengelolaan Sarana melaporkan bahwa alat kesehatan mana yang rusak yang...RW 7 masih sangat kurang. Kayak kursi masih
Posbindu PTM?(Mj.3) atau yang kurang, jadi kita bisa mengkalkuasikan kurang ya. Ibu-ibu pada berdiri kan.. mana tepat
untuk pelaporan kedinas bahwa Posbindu mana saja itunya juga kecil.itumah istilahnya kecil banget. Yang
yang membutuhkan alat kesehatan yang bisa mau diperiksa itu kadang berdiri terus percis jalanan
dibantu oleh dinas kesehatan. kan ya. Ngga ada tempat untuk neduh, kasian
kepanasan. Saya sendiri juga suka ngobyos keringet ya
saking panasnya.ngga nyaman juga kan
a. Bagaimanakah
pengelolaan sara Posbindu
PTM? (probing)
b. Sarana apa saja yang Dari Puskesmas sih tidak, biasanya kita ke dinas Untuk alat kesehatannya sih tensi mereka beli sendiri,
sudah dimiliki? (probing) kesehatan. Dari Dinas itu pun banyak, bisa tekanan alat untuk mengukur tinggi badan ada, untuk
darah jadi alat tensi meternya, dari stetoskopnya mengukur lingkar perut ada ya, timbangan,
terutama kadang, kalau suhu pun kalau diperlukan
ada sampai terakhir itu apa..timbangan berat badan
dan tinggi badan.
c. Sarana apa saja Kalau rusak bisa. Diajukan ke dinas kita dipera. Tapi KMS juga kan ngga ad ya dari puskesmas ngga ada, . Sarana kan kalau ada yang ngga bisa
yang masih belum biasanya lama sih, hasil pera nya karena dikumpul habis. Jadi mereka bikin sendiri kan kayak kartu itu ya jalan kita juga harus ada kursi roda.
dimiliki? (probing) dari se-Kota bogor kan. Tadi sih untuk kriteria dari karton bikin, cetak. Itu inisiatif mereka. Karena Nah itu..sekalipun kecil tetap kendala
kenapa harus ada pembina ya? Untuk melihat KMS dari kita ngga ada. Udah ngga ada udah jarang ada ya. Karena memang keuangan
pengawasan posbindunya berjalan atau tidak dan sekali. Saya udah ngajuin kesana ya, tapi belum dikasi- Posbindu itu kecil sekali. Jadi kita juga
untuk melihat kebutuhan terutama dari alat kasi..atu gimana kalau belum dikasih-kasih. Kartunya kan.Udah ada sekarang kursi roda.
kesehatan. gunta ganti. Ini yang dulu banget. Bukan ngga ada, adalah tapi seperti
itu..
d. Bagaimana Disitu ada warga yang pelihara ayam. Ya itu,
hambatan dan cara kotor...namanya kotoran ayam ya, lama-lama
mengatasinya? (probing) numpuk-numpuk. Udah ditegur, saya juga udah negur,
pak RT disitu udah negur, ke orang itu langsung. Tapi
ya begitu orangnya. Perilaku ya, mengubah perilaku
orang itu susah sekali. Jadi bau kan, jadi ngga nyaman
itu tempatnya. Karena ada kandang ayam
disampingnya itu sama burung, banyak yang pelihara
burung. Kan di sebelahnya. Ngga ini banget deh
tempatnya. Kalau strategisnya iyah mungkin ya karena
deket. Cuman ininya lokasinya itu..lingkungannya..
kasian kan yang mau periksa lansia-lansia. Apalagi
yang kalau udah kumpulkan ngga ada tempat tunggu.
Itu mah karena ada warung bu RT aja disitu dia
numpang duduk-duduk. Kursi-kursi itu kursi bu RT.
Bukan kursi milik Posbindu. Terbatas lah.kalau ditutup
aja itu mungkin lebih enak ya. Kalau hujan juga
pernah, pernah waktu hujan ya desek-desekan aja di
situ. Ngga ada aling-alingan ini kan.kehujanan di depan
mah. Terus udah berlumut gitu, sampai ada lukisan
alam.
4. Bagaimana perkembangan 1. sudah membentuk 30 Posbindu, kalau saya
Posbindu PTM dalam hanya satu, satu Posbindu.
pelaksanaannya? (In.) 2. perkembangannya sih mulai mulai meningkat ya
karena ada suatu kebutuhan dari masyarakatnya
itu sendiri untuk memeriksa kesehatan
ditambah dengan kita ada kegiatan diantaranya
ada pengobatannya untuk menarik masyarakat
agar .
5. Menurut Anda, hal baru 1. kita meminta kepada dinas kesehatan apakah Ya paling dia mengajak aja. Mengajak sasarannya
apa saja yang telah boleh mengadakan obat pengobatan, ternyata untuk dateng. Bila ada arisan tingkat RT, ada
dilakukan untuk boleh sekedar hanya untuk menarik tetapi pengajian, terusya mungkin karena belum aada daya
meningkatkan kunjungan dengan catatan bahwa penyakitnya itu masih tarik ya. Kan ada juga yang walaupun ada makanan ,
peserta Posbindu kategori ringan adapun berat atau sedang harus ada PMT mungkin ada aja tu yang dateng pengen
PTM(In.) di sistem rujukan ke puskesmas. bubur sumsum nya misalkan..hehe..mungkin bisa ya
2. bukan ditakut-takuti tapi nanti uang PKH suka jadi daya tarik. Cuman mungkin terkendala biayanya
ada..Kalau tidak diperiksa kesehatannya nanti itu tadi yang ngga ada. Sebatas ngajak-ngajak aja
bakal ditinjau ulang. Jadi mereka berbondong- paling ge. Promosi sama sosialisasi.
bondong kesini.
a. Menurut Anda, hal Untuk inovasi secara brillian sih belum keliatan ya Paling kalau banyak itu kunjungan pas saya sengaja
baru apa saja yang dari setiap kader, cuman dari kader itu sudah ada pelaksanaannya pas hari pengajian. Pengajian yang
dilakukan untuk usaha untuk diadakannya donatur, terus inovasinya deket di situ, jadi ibu-ibu abis ngaji ayo mangga ibu-ibu
meningkatkan bahwa supaya meningkatkan jumlah kunjungan ke Posbindu gantian gitu ya.kadang kalo hari..
keberhasilan Posbindu dengan PKH nya ditinjau ulang gitu kan dengan lapor
PTM? (probing) kepada RT RW nya bahwa orang-orang ini tidak Kader sih pengennya ada yang minta ini..minta obat.
hadir. Karena PKH itu kan program kesejahteraan Tapi kan untuk pemberian obat itu salah sasaran,
keluarga ya. Ketika dia sejahtera tetapi tidak sehat ya bukan tujuan kita untuk pengobatan. Mereka pernah
itu bukan namanya sejahtera, walaupun mungkin nyampein, bu ada obat atuh bu..warganya nanyain. Itu
sedikit ekstrem ya. Padahal itu kan istilahnya hmm salah target ya, karena kita bukan pusling puskesmas
dari negara untuk rakyat uangnya itu, tapi untuk keliling yang kita mengadakan pengobatan di satu
mengingatkan masyarakat ketika kegiatan posbindu wilayah. Klo ini kita tuh pemeriksaan kesehatan,
itu kalau tidak seperti itu itu agak susah. Karena ya deteksi dini... mencari kasus..pemeriksaan kesehatan
balik lagi bahwa sejahtera itu bukan sekedar uang itu kan kalau dia memang memerlukan obat dirujuk
tapi kesehatan itu lebih penting. Beranjak dari situ ke puskesmas. Ada obat katanya, sekalian berobat dia
mereka melapor terus bahwa ini tidak pernah hadir, nya ngga mau ke puskesmas. Tapi tetep kita dari
jadi tokoh masyarakatnya dari Rt rw itu ada yang kebijakan kepala puskesmas itu kita tidak boleh
setuju itu salah satu inovasi di rw 11. Sisanya ya itu, membawa obat. Ke Posbindu itu..kita kan
dengan arisan supaya meningkatkan jumlah pemeriksaan kesehatan, pelayanan, pembinaan bukan
kunjungan kuratif. Itu kalau sakit silahkan ke Puskesmas, kalau
misalkan puskesmas ngga bisa tangani kan dirujuk ke
ruma sakit.

b. Menurut Anda,
bagaimana hal baru
dilakukan dalam
pengelolaan SDM
Posbindu PTM? (probing)
c. Menurut Anda, Ya mungkin kita ini ya, pendekatan ke ini dulu,
bagaimana hal baru pengurus rw disitu supaya ada sumbangan atau
dilakukan dalam donatur yang mau ...apa.. memberikan sumbangannya
pengelolaan Keuangan ke Posbindu. Kalau dari segi keropak , rata-rata ngasih
Posbindu PTM? (probing) 2 rb saya lihat. Ada juga ada yang ngga ngasih. Ngga
punya uang. Banyak juga masyarakat yang di bawah
ya..kadang ngga usah gitu..kalau memang ngga punya
uang ngga wajib keropak mah.. yang penting hadir
datang ke sini.jadi itu aja.. ngga ada tambahan dari
mana untuk mendapatkan dari segi keuangannya.
Kalau untuk posbindu ya..
d. Menurut Anda,
bagaimana hal baru
dilakukan dalam
pengelolaan sarana
Posbindu PTM? (probing)
e. Menurut Anda,
bagaimana hal baru
dilakukan dalam
pengelolaan metode
Posbindu PTM? (probing)
f. Menurut Anda, Hanya di mesjid aja diumuminnya ya..kayaknya saya
bagaimana hal baru denger juga disitu tidak ada ..kan vakum ya dari ininya,
dilakukan dalam PKK nya disitu. Jadi ibu PKK nya itu ya ibu kader karena
pengelolaan informasi ngga ada arisan . kalau ngga salah ya.. saya ngga tau
Posbindu PTM? (probing) tapi ya sekarang ada apa ngga nya arisan. Denger-
denger mah ngga ada.. itu kan bu rw nya ngga pernah
aktif. Bu Ah.. itu ya..ngga mau..jadi kalau dari tingkat
rw nya aja kepengurusan rw nya ngga ada pertemuan
gimana dia mau dapet informasi apa-apa kelurahan.
Kan bu tuti aja, sebagai kader dia tu..Sebagai kader
kalau pertemuan pkk ya dia, kalau pertemuan kader ya
dia..ya itu sebagai kendala juga itu. Karena saya lihat di
rw-rw yang ada pertemuannya kegiatan ibu-ibu jadi
kegiatannya lebih menggerakkan masyarakatnya disitu
juga nampak. Ada keaktifan dari
pengurusberpengaruh ke masyarakatnya.

6. Bagaimanakah Untuk evaluasi sih bisa diforum itu setiap bulan. Melalui WA, informasi apa-apa..melalui telpun
komunikasi yang terjalin Forum pertemuan PKP, Posbindu dan Posyandu PKP .
antar puskesmas- bisa disitu ketika misalnya jumlah laporannya nih Melalui telpun, yang ada WA nya ya melalui WA. Pake
kader?(Kom) mana laporannya. sms atau telpun, gimana urgen ngga nya ya. Kalau
memang harus segera, telpun..kebetulan kadernya
forum pertemuan kader setiap bulannya. Dari PKP ada WA tu ketuanya.jadi suka lewat WA.
itu berpindah-pindah tempat sesuai dengan
jadwalnya. Kadang bisa di kelurahan forumnya kan Cuma berdua ya sama bu W, saya ngga bisa nih,
bahkan bisa di Aula puskesmas itu sendiri. Itu yang sedangkan jadwal udah .. akhirnya kan kita saling ya,
dibahas selain informasi-informasi juga tentang apa tolong gantiin . itu komunikasi kan..kalau ngga
hal-hal apa sih yang masih kurang di Posbindu digantiin kasian ini udah posbindunya udah siap
terutama dibentuk catatan dan pelaporan mereka jangan sampe ada petugas ngga dateng. Karena kan
masih belum paham tentang pelaporan saat ini. yang meriksa kesehatan kan kita. Kader kan yang
nimbang, ngukur tingg badan. Waalupun kader sudah
Informasinya bukan hanya satu arah, kadang dari kita latihmelakukan tensi. Karena ya ada keterbatasan
mereka sendiri. Meminta misalnya itulah alat itulah ibu-ibu kader ngga pede untuk ee// untuk nensi.
kesehatan yang rusak atau diskusi bagaimana Trus dari masyarakatnya juga kan ahh ama kader..
meningkatkan jumlah kunjungan di forumnya. belum percaya ya..kalau kader yang meriksa yang
nensi. Kalau kita kan, begitu kita tau hasilnya dari kms
Dari pimpinan atau dari pusat dinas kesehatan hanya oh ini ternyata berat badannya, imt nya besar, lebih..
menghimbau ya..belum ada punishment si yang oh ini gula drahnya tinggi, kita konseling lansung.
lebih jelasnya. Sehingga ke kita, melalui kepala
puskesmas secara struktural kepada pembina- Ada aja dari kadernya tu kita ngasi tau, bu ada yang
pembinanya untuk menghimbau dan terus ngga bisa dateng karena sakit . sakitnya berat kita
memberikan support agar Posbindu nya itu kunjungan rumah.Jadi kadernya mau melakukan
terusberkembang. Tidak stag atau bahkan sampai kunjungan rumah ke sasaran yang sakit.
bubar. Itu sih pesan yang disampaikan kepala
puskesmas khususnya kepada para pembina ya.
7. Bagaimanakah Kalau sama ketua RW nya sih bagus..sama rt rt
komunikasi yang terjalin nya..cuman dari warganya aja kali ya yang kurang mau
kader-tokoh masyarakat? berpartisipasi karena sibuk dengan kesibukannya.
(Kom)
Pak RW mendukung, hadir..suka dateng. Cuma dari..
mungkin bapak-bapaknya yang kurang. Sedikit banget
disitu. Kalo ibu-ibunya sih hadir yang aktif di
pengajian. Karena kan sasaran juga ngga terlalu
banyak sih..bapak-bapaknya yang kurang.mungkin
karena bapak-bapak kerja. Ibu-ibunya kan ibu rumah
tangga.
8. Bagaimanakah Bagus..kadernya juga kan ee suka bu sebentar ya saya Komunikasi banyak, komunikasi
komunikasi yang terjalin mau keliling dulu..nah dia udah agak sepi saya bilang misalnya ada pelatihan, terus juga ada
kader-masyarakat, sesama mana lagi ni..mana lagi belum datang. Bentar ya bu masalah yang harus disampaikan ke
kader? (Kom) saya keliling dulu ngasih tau. Ada.. jadi dia keliling rw. Komunikasi by ini aja ya,
dulu, ayo-ayo..ditunggu di posbindu. Tapi nantikan oh pertemuan aja kita misalnya habis ada
iya iya.. tapi ngga datang..alesannya tanggung nih lagi rapat kader di kelurahan, saya belum
nyuci, tanggung nih lagi masak. Jadi ngga dateng. Ada tau,dikasi tau saya..begitu juga saya..
juga yang gini, ah lagi sehat ini ceunah..ngga
diperiksa!. Dia pikir yang sakit yang datang, padahal Salah satunya tentunya untuk
kan bukan yang sakit, yang sehat supaya bisa meyakinkan masyarakat kita perlu
mempertahankan kesehatannya. Meningkatkan kesabaran. Kalau kita nyuruh gitu-gitu
kesehatannya. Yang sakit mah kesana ke puskesmas aja kan kalau agak sedikit ini. Kalau
kata saya. kesabaran bijaksanalah menyikapinya
sepertinya mereka akan lebih..
padahal kalau dilihat ke posbindu kan
ee dengan pengecekan usia terus apa
namanya berat badan, tensi terus
segala macem ini lah. Itu lengkap
sekali. Makanya saya tu tekankan
kepada rt-rt untuk jangan takut ke
posbindu sendiri disamping ke
posyandu anak-anak. Kita lihat yang
perlu penanganan ya harus segera.
Dan juga kepada penderita dan
keluarga penting. Kalau menurut saya
selama ini untuk pelayanan Posbindu.

Saling memberi tahu. Pa ini ada rapat


di kelurahan..terus saya di kelurahan,
tolong saling bantu lah dalam hal
pekerjaannya sekali pun itu melayani
yah. Kosen lah disitu, jadi
pelayanannya lebih bagus. Saya
berusaha supaya dapet posyandu, pos
yang sekarang ini. Saya kan jadi rw
udah 3 kali nih..(tertawa) mencari..

9. Bagaimanakah Mereka..ee ada sih pengajian untuk bapak-bapak, ada Tapi tentunya didalam hal lanjut usia
komunikasi yang terjalin disitu.. saya juga sarankan ke warga saya rajin-
sesama masyarakat? Ada yang berdua ada yang bertiga, ada yang sendiri- rajin kunjungi Posbindu itu.
(Kom) sendiri kesadaran sendiri.biasanya yang dateng bareng
tuh serombongan rt 3 kan agak jauh tuh tempatnya ke Kita banyak, banyak disitu caranya
dalem, mereka dateng bareng-bareng terus suka mana untuk Posbindu. Ada melalui mesjid,
ibu yang itu saya bilang yang biasa suka babarengan juga kita melalui ngobrol, melalui juga
gitu datengnya . oh lagi ada perlu bu katanya ngga bisa kita panggil beberapa tokoh
hadir. masyarakat. Karena biasanya kumpul
sesudah masjid. Karena disitu kan
sembayang isya, magrib.. kumpulnya
setelah magrib. Ada rapat-rapat, saya
selipkan disitu. Jadi disamping ada
acara lain, tetap yang utama itu yang
penting buat mereka saya kasih tau
diantaranya ya itu tadi. Jadi memang
kalau untuk pertemuan dengan
masayrakat tidak ada rutinnya tidak
ada jadwalnya. Tapi pada saat kalo
rutinitasnya pada saaat ada rapat
BKM, rapat rw dan itukumpul,
kesempatan itu saya kasi tau.
(tertawa)

Tapi dengan pengertian ya, artinya


tidak hanya sekedar oke kan? Saya
balik nanya lagi sama mereka. Bener
ngga tu? Jangan sekedar iya. Kita balik
lagi, iya itu maksudnya apa kan saya
balikin. Ooiya berarti mereka bener
perhatian. Gitu..
10. Adakah kendala dalam Kendalanya.....untuk kalanagan bapak-bapak mungkin
komunikasi dalam ya..yang belum hadir agak susah. Ibu-ibunya sih
pelaksanaan Posbindu lancar-lancar aja. Untuk channel bapak-bapak,
PTM? (probing) mestinyakan bapak-bapak juga yang ngajaknya. Nah
itu bapak-bapaknya minim, sedikit. Paling pak Rt
doang tuh. Karena pak rt mah disitu rumahnya.ada
kendala tuh di segi bapak-bapak.belum ada yang
iniinnya ya, gerakinnya. Terus kalo kita bilang ke istri-
istrinya juga kan istrinya dateng, bapaknya kesini juga..
oh bapaknya mah males.ngga mau gitu. Udah diajak..
ah itu mah ceunah ibu-ibu semua.. karena mungkin dia
ngeliat liat kerumunannnya kerumunanna ibu-ibu. Jadi
bapak-bapak nya mana nih ngga ada, jadi merasa ah
itu mah ibu-ibu.mungkin yah bapak-bapak nya belum
pada dateng.

kalo pengajiannya jauh ya itu..dia udah berangka nmkt


duluan pada ke pengajian. Gitu jadinya, nah itu juga
waktunya juga itu berubah-ubah. Ee dulu mah
jadwalnya itu nggak hari sabtu. Itu permintaan dari
ibbu-ibu kadernya juga. Bu sabtu aja, karena dari
kadernya juga mungkin di hari sabtu. Ketua kadernya
juga dia minta hari sabtu, dia libur soalnya. Dulunya
mah hari rabu jadwalnya, pernah juga hari kamis,
sekarang udanh ditentuin setiap hari sabtu. Tapi
kadang-kadang dari sayanya juga ada halangan,
seperti kemarin diubah lagi jadwalnya. Karena
perubahan jadwal jadi nggak tentu. Jadi masyarakat
juga mungkin denger dulu pengumuman di mesjid. Oh
ada Posbindu oh mungkin baru.. dia mungkin udah
punya rencana atau kegiatan lain,akhirnya ngga
dateng. Gitu disitu tu.
11. Bagaimanakah peran serta 1. Kalau kemitraan secara bentuk tertulis dari Iya semua kader, kader posyandu, kader posbindu, saya sih dan juga tentunya saya
berbagai elemen dalam perusahaan tertentu kita belum ada hanya dari kader PKK, disitu ngumpul. Tiap bulan kita keliling, kepada rt. Kan disini ada 4 rt, saya juga
pelaksanaan Posbindu individu masyarakatnyaitu ada. Kalau kemitraan biasanya dari rumah ke rumah salah satu kader. Disitu tolong diminta bantu bila ada warga
PTM?(Ps) secara terstruktur yang resmi, lembaga itu kita nanti PLKB juga dateng, pembina-pembina wilayah yang lanjut usia yang ngga bisa pergi..
belum ada dan itu mungkin jadi pr buat kita termasuk PKK nya dateng. Disitu dibahas semua
untuk kadrnya permasalahan . karena kita evaluasi kan. Evaluasi tadinya kan di rumah-rumah ya.kasian
2. Dengan program gizi, karena kita juga perlu kegiatan bulan ini dan rencana bulan depan, bulan saya bilang, saya nyari supaya dapat
konsultasi memberikan.... bahwa ini tentang berikutnya. Apa yang yang akan dilakukan, jadwal- posyandu yang walaupun kecil kita
nutrisi yang diperlukan lansia itu jadi bukan jadwal kita share di situ. pusatkan disitu. Saya berusaha keraas
hanya ke dokter kita ke petugas gizi juga terus untuk bantuan dari kelurahan.
berkaitan lintas sektoral. Itulah..tiap tahun lah itu. Sekarang
3. Cuman ya balik lagi masyarakatnya itu sendiri Pertemuan aja, diinfokan bahwa tanggal sekian di rw saya lagi minta ke masyarakat LPM
yang kadang masih menganggap yang hadir itu sekian kan udah dikasi tau, pembina.. dishare gitu di supaya posyandu-posyandu di wilayah
hanya orang yang sakit. Itu terus yang kita terus pertemuan tingkat kelurahan itu.sebulan sekali kita kalau memang butuh pelayanan harus
berusaha dengan berbagai cara sampai kita infokan jadwalnya kapan-kapannya per Rw nya. segera, karena posyandu sangat
bekerjasama dengan petugas promkes terjun penting. (ada suara motor lewat) harus
memberikan informasi itusih. Oh bantuan dari luar? Pernah itu mah zaman- diusahakan. Belum lama ini
zamannya itu doang kampanye banyak itu ngasih juga,kandang ayam ya..(suara
biskuit lansia, susu..terus.. tapi ya saat-saat kampanye mengecil) Artinya kita itu saling bantu
doang, he eh..dari partai..ada ..tapi sekarang-sekarang
ngga ada.. bukan masa kampanye ya..kan disini ada ini
partai apa sih yang gede....apa apa sih..tapi ngga ada Peran serta ya..banyak dari tokoh
lagi sekarang makanya PMT jadi swadaya aja. Kita masyarakat, dari beberapa ulama, ikut
harapkan. Karena di puskesmas juga ngga ada.di mendorong. Peran serta dari..yang
puskesmas kan hanya uang revit doang yang 3 bulan mereka benar-benar perhatian (suara
sekali. Kalau PMT mah itu bener-bener swadaya motor) peran serta masyarakat. Tidak
masyarakat hanya itu juga, mungkin ada juga yang
bener-bener sigit , arti sigit teh
swadayanya belum kelihatan lah gitu.
Selama ini biarpun kecil ada lah perans
erta dari masyarakat. Selain rw, selain
rt, tokoh masyarakat. Hanya sebatas
mereka tuh boleh dikatakan mengerti
dan tahu keberadaan ini jadi kalo ..
terus terang aja kalau kita ada khusus
ke beberapa klau tingkat se rw kan tau
sendiri lah. Banyak juga ada beberapa
yang belum ngerti juga. Yang jelas ni
kalau untuk sekarang sudah cukup
belum? Belum...(suara mengecil) saya
juga kasian ke kader-kader sifatnya kan
melayani ya,sama kayak rt. Saya terus
terang aja, pelayanan itu saya lihat
secara ini alhamdulillah mereka sadar
mereka juga menerima. Perhatian
terhadap kader kurang. Ngajuin di
acara Sarembang..saya selalu bilang di
kelurahan ada perhatian khusus
pemerintah bukannya di gedungnya
saja lengkap, kadernya juga harus
diperhatikan. Saya bikin itu, satu aa
namanya ... yang harus diperlukan oleh
kader. Tapi kadang-kadang kan yang
namanya kelurahan kan ganti lurah,
ganti lagi. Akhirnya saya tetap selalu
menanyakan seperti itu. Ada rapat di
kelurahan...ngga jauh beda dengan
posyandu posbindu gitu. Jadi artinya
selama ini sekali pun bukannya tidak
ada ya. Ya seharusnya kalau posbindu
posyandu itu melayani masyarakat di
usia muda, usia tua. Semua itu kan
lebih aware mereka ke kita ya. Bener-
bener, ini kan kelanjutannya seperti
apa. Juga contoh untuk yang lain, kan
itu. Kader kesehatan itu ujung tombak
pemerintahan kan paling bawah.
Karena itu sampai sekarang saya tu
merasakan mereka itu belum
merasakan apa-apa. Sekali pun mereka
tidak menuntut, tapi kan kita harus
inget. Mereka kan bekerja dengan
senang hati, sukarela. Kasih honor
dong. Kalau rw rt ada honornya
walaupun kecil.tapi posyandu, berkali-
kali saya. Jadi beberapa kali, tetep..
saya punya catatan kan. Sampai
sekarang ngga pernah di clear kan.
Ngga pernah ini. Perhatian pemerintah
lah, kita sudah mengajukan beberapa
kali. Saya bilang posyandu dari usia
dini dan lansia, itu kan sifatnya
melayani. Kan mereka tidak menuntut
apa-apa karena kesadaran dan juga
keperluannya, kebutuhan dia untuk
mencapai itu ibadah lah istilahnya.
Banyakan ibadah saya bilang. Sampai
saya ke camat. Camatnya kebetulan
orang sini. Dulu disini, saya tau
kecilnya. Waktu pinjam ambulan kan
ketemu saya. Halo om, anak temen
saya sekarang jadi camat. Saya ceritain
tu. Kan dia dulu disini waktu kecilnya.
Itu kan kita tidak resmi ya ngobrol
langsung, sekedar menanyakan.
Catatan juga buat dia akan kelurahan.
Saya juga ngomong sama lurah,saya
juga bukan lapor ke camat.kalau
misalnya ditanya seperti apa-apa. Dari
siapa ni, kan kita juga bukan
melaporkan kejelekan kan.
Melaporkan keadaan yang sebenarnya,
gitu..kita beberapa ganti lurah, gitu-
gitu aja. Itu yang merasa sa aduh..ini
ngga bisa begini akhirnya mau ngga
mau karena dia nanya ke saya orang
dulu kecilnya disini, ceritain aja.

Siapa saja yang


mendukung dalam
pelaksanaan Posbindu
PTM?(probing)
1. (rendah) kurang dukungan dari para tokoh masyarakat berpartisipasi lebih yang
masyarakat disini. Karena kita harus ada lintas kita harapkan caranya antara lain, satu
sektoral ya, dengan tokoh masyarakat, dengan kita gandeng ulama. Kedua kita
kelurahan juga terus terkadang juga dari gandeng beberapa tokoh masayrakat
kadernya itu sendiri yang masih kurang greget yang mengerti keberadaan Posbindu,
masyarakat di wilayahnya itu, ditambah dengan Posyandu dan juga ada beberapa
kurangnya regenerasi dari kader. Posbindu itu masyarakat yang mengerti kesehatan.
rata-rata masih kader yang lama dan yang muda, Itu saya selalu mengomong itu. Saya
dibawah 40 tahun itu jarang. Rata-rata ya mengharapkan partisipasinya lebih dan
ukuran pra lansia sampai lansia, kadernya itu melalui dia baik itu pembantunya atau
sendiri kadang kita terbentur disitunya. siapa pun itu akan menular berjalan
Kurangnya regenerasi, kader itu kan kegiatannya jadi semuanya disamping saya juga
sosial ya, jadi masyarakat itu masih berpikiran ko mengumpulkan masyarakat, partisipasi
cape-cape ngga digaji. mereka.
2. (baik) kerjasama dengan tokoh masyarakatnya
mereka bagus, tokoh masyarakatnya pun . Ada beberapa kalangan memberikan
mendukung ditambah dengan.. sehingga dengan swadaya. Obat ini obat itu..gitubanyak
adanya kerjasama dengan tokoh masyarakat apalagi sekarang ini zamannya, terus
dari Pak RT atau ustadz disitu jadi bisa terang aja ya..zamannya ee menjelang
menghimbau kepada masyarakat di wilayahnya pemilihan walikota Bogor 2018.
tentang pemeriksaan kesehatan ini, khusunya Banyak..sampai-sampai juga..kalau sya
bagi lansia dan usia di atas 15 tahun. Jadi.. tuh tidak langsung saya terima, kalau
dengan kerjasama antara kader dengan tokoh bapak ngasih seperti itu saya ajak
masyarakat minimal bisa meningkatkan jumlah jalan. Nih.. sampai ada yang calon
kunjungan sih. Dengan adanya itu kan walikota datang menghubungi saya.
masyarakat jadi tokoh masyarakat bisa lbih Saya tetep oke-oke aja tapi tetep
memperhatikan dari perhatiannya terhadap syaratnya juga kita harus dipenuhi.
kegiatan itu contohnya mereka bisa menggalang
donatur terus alat kesehatan dan alat tulis
mereka sudah bisa dihandle oleh mereka
sendiri. Untuk jumlah sasaran walaupun itu
dibilang sukses minimal 90% dari jumlh sasaran.
Sampai dikatakan sempurna itu kita belum,
untuk mencapai baik pun kita belum, dari
jumlah kunjungan dan sasaran jelaskita masih
atau cukup ya untuk melihat dari jumlah sasaran
dan kunjungan.
Efektivitas Posbindu Kalau RW 07 ini cakupannya masih rendah terus
dibanding RW lain. Heuh..kan waktu itu cari yang
kunjungannya kecil ya. Iya jadi kalau rw lain bisa diatas
40. Ee ada yang 35,rata-ratanya 30, 40.. tapi ada juga
yang sampai 75 tinggi, 50 an ada. RW 7 termasuk
yang ini datanya kan ya kecil aja, belum ada
perubahan. Padahal kita sudah sosialisasikan ya..di
wilayah situ bawa ada kegiatan Posbindu

Anda mungkin juga menyukai