Kelompok 3
Putri Nurul Aqla G1D121157
Satifa Dayanti P G1D121159
Azahra Safira G1D121167
Adilla Desta G1D121207
Zella Noverma G1D121214
Ratu Toybah G1D121215
Ibtihal Mahesa G1D121217
Yaya Intan G1D121220
Desty Fitria G1D121223
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular tentang
"Posbindu PTM".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak ada kerja sama dari anggota kelompok.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata
bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Isi.......................................................................................................................................
BAB I............................................................................................................................................
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Apa itu Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) untuk Penyakit Tidak Menular (PTM)?
2. Apa saja upaya yang dilakukan dalam program Posbindu PTM?
3. Bagaimana langkah penyelenggaraan program Posbindu PTM dalam mencegah dan
mengendalikan penyakit tidak menular?
4. Bagaimana pelaksanaan program Posbindu PTM Pembinaan?
5. Bagaimana upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program Posbindu
PTM?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Pos Pembinaan Terpadu untuk Penyakit Tidak Menular adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan konsep dan implementasi program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
untuk Penyakit Tidak Menular (PTM) sebagai upaya pencegahan PTM di Indonesia.
2. Menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan dalam program Posbindu PTM untuk
mencegah dan mengendalikan PTM.
3. Menganalisis efektivitas program Posbindu PTM dalam mencegah dan
mengendalikan PTM.
4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program Posbindu
PTM.
5. Menganalisis upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam program Posbindu PTM.
6. Memberikan rekomendasi kebijakan untuk pengembangan dan peningkatan program
Posbindu PTM di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
D. Wadah Kegiatan
Posbindu PTM dapat dilaksanakan dengan upaya kesehatan bersumber
terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada,di
tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan,tempat lain di
mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara
rutin,misalnya di masjid,gereja,klub olah raga,perteuan organisasi politik maupun
kemasyarakatan.
Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu
PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan
tempat,serta meanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.
E. Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah
ada atau beberapa orang dari masing-masing
kelompok/organisasai/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan
posbindu PTM,yang dilatih secara khusus,dibina atau difasilitasi untuk melakukan
pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau
organisasnya.Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal
SLTA,mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.
F. Bentuk Kegiatan
Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu :
1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana
tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta,aktifitas
fisik,merokok,kurang makan sayur danbuah,potensi terjadinya cedera dan
kekerasan dalam rumah tangga,serta informasi lainnya yang dibutuhkan untu
identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM.Aktifitas ini
dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernapasan dan tes amfemin urin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter,perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan,harus dilakukan setiap pelaksanaan
Posbindu PTM.Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik atau olah raga bersama,sebaiknya tidak hanya dilakukan
jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap
minggu.
Meja 2 : Wawancara faktor risiko PTM. Segala Hal-hal yang perlu diwawancara
berkaitan dengan faktor risiko PTM antara lain riwayat merokok, kebiasaan minum
minuman manis, kopi dan beralkohol, kegiatan aktifitas fisik/olahraga, kebiasaan makan
sayur dan buah, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat penyakit dahulu dan keluarga yang
berkaitan dengan penyakit tidak menular.
Meja 3 : Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, IMT, lingkar perut. Pada kegiatan
pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut ini
sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali.
Meja 4 : Pemeriksaan, adalah kegiatan memeriksa tekanan darah, kadar glukosa darah,
kadar kolesterol, kadar trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara dan fungsi paru
sederhana.
2. Tempat
Tempat pelaksanaan baiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau dan nyaman
bagi peserta. Posbindu PTM dapat dilaksanakan di salah satu rumah warga, balai
desa/kelurahan, salah satu kios di pasar, salah satu ruang perkantoran/klinik
perusahaan, ruangan khusus di sekolah, salah satu ruangan di dalam lingkungan
tempat ibadah, atau tempat tertentu yang disediakan oleh masyarakat secara swadaya.
3. Pelaksanaan kegiatan
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut sistem 5 meja,
namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini dan tindak
lanjut sederhana serta monitoring terhadap faktor risiko penyakit tidak menular,
termasuk rujukan ke Puskesmas. Berikut proses kegiatan posbindu PTM :
a. Kader melakukan penyuluhan kelompok serta memberikan lembar wawancara
untuk diisi peserta (pemeriksaan satu per satu).
b. Meja 1 : registrasi pemberian nomor kode yang sama serta pencatatan ulang hasil
pengisian KMS FR-PTM ke buku pencatatan oleh kader.
c. Meja 2 : wawancara oleh kader.
d. Meja 3 : pengukuran TB, BB, IMT, lingkar perut, analisa lemak tubuh.
e. Meja 4 : pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol total dan trigliserida,
APE, IVA, dll.
f. Meja 5 : identifikasi faktor risiko, PTM, konseling atau edukasi, serta tindak lanjut
lainnya.
Puskesmas
a. Memberikan bimbingan teknis kepada para kader posbindu PTM dalam
penyelenggaraannya.
b. Memberikan materi kesehatan terkait dengan permasalahan faktor risiko PTM
dalam penyuluhan maupun kegiatan lainnya.
c. Mengambil dan menganalisa hasil kegiatan Posbindu PTM.
d. Menerima, menangani dan memberi umpan balik kasus rujukan dari Posbindu
PTM
e. Melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan lain terkait
5. Pembiayaan
Diperlukan pembiayaan yang memadai baik dana mandiri dari perusahaan, kelompok
masyarakat atau dukungan dari pihak lain dalam pelaksanaan Posbindu PTM. Dana
juga bisa didapat dari lembaga donor yang umumnya didapat dengan mengajukan
proposal/usulan kegiatan. Agar Posbindu PTM tetap berjalan dan berkembang,
pemerintah daerah setempat wajib melakukan pembinaan melalui dukungan
kebijakan termasuk pembiayaan secara berkesinambungan. Dana yang terkumpul dari
berbagai sumber dapat dipergunakan untuk mendukung kegiatan Posbindu PTM
seperti; biaya operasional Posbindu PTM, pengganti biaya perjalanan kader, biaya
penyediaan bahan habis pakai, biaya pembelian bahan Pemberian Makanan
Tambahan ( PMT), biaya penyelenggaraan pertemuan, bantuan biaya rujukan bagi
yang membutuhkan, bantuan biaya duka bila ada anggota yang mengalami
kecelakaan atau kematian.
Pada saat melakukan rujuk, sertakan KMS dan lembar rujukan ke Puskesmas
sebagai media informasi pertugas puskesmas dalam menerima rujukan dari
masyarakat yang memiliki kondisi tertentu.
c. Hasil pelaksanaan Posbindu PTM tercatat secara tertib dan diberikan kepada
Petugas Puskesmas atau Unsur Pembina lainnya yang memerlukan sebagai bahan
informasi.
9. Pembinaan
Kegiatan pembinaan pada Posbindu PTM yang dilakukan secara periodik oleh
Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota antara lain :
a. Penyelenggaraan forum komunikasi bagi Kader Pelaksana Posbindu PTM
minimal 2 kali setahun yang di fasilitasi oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
Melalui forum komunikasi setiap Posbindu PTM diminta untuk menyampaikan
tingkat perkembangan yang telah dicapai, kendala yang dihadapi dan upaya yang
telah dilakukan untuk mengatasinya, dukungan yang telah diperoleh dan upaya
yang telah dilakukan untuk memperoleh dukungan tersebut.
b. Pemilihan kader teladan melalui penyelenggaraan lomba antara lain
pengetahuan dan keterampilan kader. Tujuan kegiatan ini untuk memacu kader
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga berperilaku
hidup bersih dan sehat agar menjadi panutan masyarakat dan makin aktif dalam
penyelenggaraan Posbindu-PTM.
c. Pemilihan Posbindu PTM teladan melalui evaluasi penyelenggaraan, evaluasi
administrasi termasuk pencatatan-pelaporan, dan penilaian tingkat perkembangan
Posbindu PTM menurut seluruh indikator yang ditetapkan. Tujuan kegiatan ini
untuk memacu tingkat perkembangan Posbindu PTM menuju peningkatan
kualitas dan kemandirian.
d. Pelaksanaan studi banding untuk Posbindu PTM yang sebagian besar
indikatornya masih berada pada tingkat Pratama agar menjadi tingkat Mandiri.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
tenaga pelaksana melalui contoh penyelenggaraan Posbindu PTM secara
langsung.
e. Pendampingan oleh Puskesmas dengan memberikan bantuan teknis dan fasilitas
secara berkala dan berkesinambungan (Kemenkes RI, 2012).
2.4 Upaya meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Posbindu PTM
PTM terjadi akibat berbagai faktor risiko, seperti kebiasaan merokok, kebiasaan
minum alkohol, jarang makan buah dan sayur, jarang melakukan aktivitas fisik, konsumsi
gula dan garam berlebih.3,4 Faktor risiko tersebut akan menyebabkan terjadinya
perubahan fisiologis di dalam tubuh manusia, sehingga menjadi faktor risiko antara lain
tekanan darah meningkat, gula darah meningkat, kolesterol darah meningkat, dan
obesitas. Hal utama yang perlu dilakukan dalam rangka penguatan program pengendalian
PTM dilakukan dengan peningkatan kapasitas SDM dan kecukupan pendanaan program
yang efektif.
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan program Pos Binaan Terpadu
(Posbindu) PTM sebagai wujud nyata bentuk pengendalian PTM melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Kegiatan Posbindu PTM terbukti mampu meningkatkan
pengetahuan, sikap mawas diri, dan status kesehatan masyarakat terhadap faktor risiko
PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Selain itu, PTM yang berbiaya
mahal dan bersifat katastropik dapat ditanggulangi sedini mungkin melalui serangkaian
upaya pencegahan selain dengan peran implementasi program jaminan kesehatan
nasional. Pelaksanaan Posbindu PTM berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Pasal 20 ayat 3
menyebutkan bahwa setidaknya terdapat kegiatan deteksi dini dan monitoring tindak
lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri. Sedangkan Juknis kegiatan Posbindu PTM
mensyaratkan 11 jenis kegiatan mampu dilaksanakan oleh Posbindu.
PTM dikenal sebagai penyakit kronik atau penyakit berkaitan dengan gaya hidup,
tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM adalah penyakit dengan durasi panjang dan
perkembangannya lambat. Empat jenis utama dari penyakit tidak menular adalah
penyakit kardiovaskuler (seperti serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit
pernapasan kronis (seperti penyakit paru kronis dan asma) dan diabetes (ESLM., 2014).
Aikins (2016) mendefinisikan penyakit tidak menular dengan sebutan chronic non-
communicable disease (NCDs), yaitu penyakit non infeksi yang berlangsung seumur
hidup dan membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang. Penyakit tidak
menular dapat dicegah melalui intervensi yang efektif terhadap faktor risiko, yaitu:
penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, dan penggunaan
alkohol (WHO, 2013a). Perlu bukti yang kuat untuk mendukung penjelasan peran
perilaku gaya hidup negatif pada kejadian penyakit kronis, peran perilaku gaya hidup
positif pada insiden dan manajemen yang efektif (Dean and Söderlund, 2015).
Peningkatan penderita PTM dan 71% penyebab kematian di Indonesia pada tahun
2012, merupakan masalah bagi kesehatan masyarakat. Kondisi ini perlu dikaji guna
upaya pencegahan dan pengendalian terhadap PTM tersebut. Upaya pencegahan dan
pengendalian PTM dapat dilakukan dengan perilaku hidup sehat. WHO
merekomendasikan gaya hidup sehat adalah dengan makan banyak buah-buahan dan
sayuran, mengurangi lemak, gula, dan asupan garam serta berolahraga (WHO, 2014a).
Perubahan gaya hidup memerlukan pendekatan komprehensif dan multidimensi.
Oleh karena itu program pengendalian PTM perlu difokuskan pada faktor risiko.
Pengendalian PTM secara terintegrasi dan komprehensif (promotif-preventif, kuratif-
rehabilitatif), meliputi dimensi kebijakan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat perlu dukungan lintas program dan lintas sektor. Faktor risiko
PTM dapat dicegah dan dikendalikan secara lebih dini. Oleh sebab itu diperlukan
pengetahuan dan informasi serta besarnya masalah PTM sebelum melakukan intervensi
perubahan faktor risiko. Perubahan faktor risiko PTM membutuhkan waktu yang lama,
terutama gaya hidup (Puspromkes, 2010).
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular yang sedang
dikembangankan di Indonesia adalah Pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular
(Posbindu PTM). Posbindu PTM merupakan kegiatan secara terintegrasi untuk mencegah
dan mengendalikan faktor risiko PTM berbasis masyarakat sesuai sumber daya dan
kebiasaan masyarakat (Kemenkes, 2014a). Tujuan Posbindu PTM adalah untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencegah dan menemukan secara dini
faktor risiko PTM. Sasaran kegiatan utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko
dan penyandang penyakit tidak menular berusia 15 tahun ke atas (Kemenkes, 2014b).
Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh
elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui kegiatan Posbindu PTM.
Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integrasi dari sistem pelayanan
kesehatan berdasarkan persoalan PTM yang ada di masyarakat yang mencakup upaya
promotif dan preventif serta pola rujukan. Posbindu PTM merupakan peran serta
masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan terhadap faktor
risiko PTM yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Diharapkan kepada penulis dan pembaca untuk lebih memahami tentang posbindu
PTM dan bagaimana langkah-langkah penyelenggaraan dalam pelaksanaan posbindu
PTM, agar kedepannya semakin meningkat lagi partisipasi masyarakat dalam program
posbindu PTM.
DAFTAR PUSTAKA