Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

Kelompok 3
Putri Nurul Aqla G1D121157
Satifa Dayanti P G1D121159
Azahra Safira G1D121167
Adilla Desta G1D121207
Zella Noverma G1D121214
Ratu Toybah G1D121215
Ibtihal Mahesa G1D121217
Yaya Intan G1D121220
Desty Fitria G1D121223

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular tentang
"Posbindu PTM".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak ada kerja sama dari anggota kelompok.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata
bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Jambi, 11 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................................

Daftar Isi.......................................................................................................................................

BAB I............................................................................................................................................

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................................
BAB II...........................................................................................................................................
PEMBAHASAN...........................................................................................................................
2.1 Konsep Posbindu PTM.....................................................................................................
2.2 Langkah Penyelenggaraan Posbindu PTM.......................................................................
2.3 Pelaksanaan Posbindu PTM Pembinaan...........................................................................
2.4 Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Posbindu PTM...............
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah kesehatan global yang
semakin meningkat prevalensinya. PTM meliputi penyakit kardiovaskular, diabetes,
kanker, dan penyakit pernapasan kronis. Menurut World Health Organization (WHO),
penyakit-penyakit ini adalah penyebab kematian terbanyak di dunia (WHO, 2022).
PTM dapat dicegah dengan melakukan perubahan perilaku dan pola hidup sehat
seperti olahraga teratur, mengonsumsi makanan sehat, tidak merokok, dan membatasi
konsumsi alkohol. Untuk mencegah PTM, diperlukan upaya yang terintegrasi dan
berkelanjutan melalui program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) untuk Penyakit Tidak
Menular (dr. Soeradji Tirtonegoro, 2022).
Posbindu adalah program pencegahan PTM yang mengintegrasikan berbagai
layanan kesehatan, seperti pemeriksaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, dan promosi
kesehatan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menjaga kesehatan dan mencegah penyakit, serta memberikan akses yang
mudah dan terjangkau untuk mendapatkan layanan kesehatan (RI, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masala Pos Pembinaan Terpadu untuk Penyakit Tidak Menular dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa itu Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) untuk Penyakit Tidak Menular (PTM)?
2. Apa saja upaya yang dilakukan dalam program Posbindu PTM?
3. Bagaimana langkah penyelenggaraan program Posbindu PTM dalam mencegah dan
mengendalikan penyakit tidak menular?
4. Bagaimana pelaksanaan program Posbindu PTM Pembinaan?
5. Bagaimana upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program Posbindu
PTM?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Pos Pembinaan Terpadu untuk Penyakit Tidak Menular adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan konsep dan implementasi program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
untuk Penyakit Tidak Menular (PTM) sebagai upaya pencegahan PTM di Indonesia.
2. Menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan dalam program Posbindu PTM untuk
mencegah dan mengendalikan PTM.
3. Menganalisis efektivitas program Posbindu PTM dalam mencegah dan
mengendalikan PTM.
4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program Posbindu
PTM.
5. Menganalisis upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam program Posbindu PTM.
6. Memberikan rekomendasi kebijakan untuk pengembangan dan peningkatan program
Posbindu PTM di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat Pos Pembinaan Terpadu untuk Penyakit Tidak Menular adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman pembaca tentang konsep dan implementasi program Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) untuk Penyakit Tidak Menular (PTM) sebagai upaya
pencegahan PTM di Indonesia.
2. Memberikan informasi mengenai upaya-upaya yang dilakukan dalam program
Posbindu PTM untuk mencegah dan mengendalikan PTM.
3. Memberikan pemahaman mengenai efektivitas program Posbindu PTM dalam
mencegah dan mengendalikan PTM.
4. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
program Posbindu PTM.
5. Memberikan informasi mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program Posbindu PTM.
6. Memberikan rekomendasi kebijakan untuk pengembangan dan peningkatan program
Posbindu PTM di Indonesia kepada pemerintah dan masyarakat.
7. Membuka peluang untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai program
Posbindu PTM dan dampaknya dalam pencegahan PTM di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Posbindu PTM


A. Pengertian Posbindu PTM
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan
kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak
menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan
tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi,
hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan
melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit
jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. (Kesehatan et al., 2012)

B. Tujuan Posbindu PTM


Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan
dini faktor risiko PTM.

C. Sasaran Posbindu PTM


Kegiatan Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan
penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.

D. Wadah Kegiatan
Posbindu PTM dapat dilaksanakan dengan upaya kesehatan bersumber
terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada,di
tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan,tempat lain di
mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara
rutin,misalnya di masjid,gereja,klub olah raga,perteuan organisasi politik maupun
kemasyarakatan.
Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu
PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan
tempat,serta meanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.

E. Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah
ada atau beberapa orang dari masing-masing
kelompok/organisasai/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan
posbindu PTM,yang dilatih secara khusus,dibina atau difasilitasi untuk melakukan
pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau
organisasnya.Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal
SLTA,mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.

F. Bentuk Kegiatan
Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu :
1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana
tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta,aktifitas
fisik,merokok,kurang makan sayur danbuah,potensi terjadinya cedera dan
kekerasan dalam rumah tangga,serta informasi lainnya yang dibutuhkan untu
identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM.Aktifitas ini
dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.

2. Kegiatan pengukuran berat badan,tinggi badan,Indeks Massa Tubuh


(IMT),lingkar perut,analisis lemak tubuh,dan tekanan darah sebaiknya
diselenggarakan 1 bulan sekali.Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan
pada usia 10 tahun ke atas.Untuk anak,pengukuran tekanan darah disesuaikan
ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali
bagi yang sehat,sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan
paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali.Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi
dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13 tahun.Pemekrisaan fungsi
paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.

4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit


diselenggarakan 3 tahu sekali dan bagi telah mempunyai faktor risiko PTM
atau penyandang diabetes mellitus paling sedikit 1 tahun sekali.Untuka
pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter,perawat/bidan/analis laboraturium dan lainnya).

5. Kegiatan pemeriksaan kolestrol total dan trigliserida,bagi indiviu sehat


disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM 6
bulan sekali dan penderita dyslipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal
3 bulan sekali.Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkingan kelompok masyarakat tersebut.

6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Indeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya


minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat,setelah hasil IVA positif,dilakukan
tindakan pengobatan krioterapi,diulangi setelah 6 bulan,jika hasil IVA positif
dilakukan pemekrisaan ulang 5 tahun,namun bila hasil IVA dilakukan tindakan
pengobatan krioterapi kembali.Pemekrisaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter
yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di
Puskesmas.

7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernapasan dan tes amfemin urin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter,perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan,harus dilakukan setiap pelaksanaan
Posbindu PTM.Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik atau olah raga bersama,sebaiknya tidak hanya dilakukan
jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap
minggu.

10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan


pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana
dalam penanganan pra-rujukan.

2.2 Langkah Penyelenggaraan Posbindu PTM


Kegiatan posbindu PTM menggunakan sistem 5 meja. Pelayanan sistem 5 meja
terdiri dari :
Meja 1 : Pelayanan registrasi dan administrasi, adalah kegiatan mencatat data individu
pasien sesuai buku monitoring faktor risiko PTM yang ada. Pada saat pelaksanaan
monitoring, kondisi faktor risiko PTM harus diketahui oleh yang diperiksa maupun yang
memeriksa.

Meja 2 : Wawancara faktor risiko PTM. Segala Hal-hal yang perlu diwawancara
berkaitan dengan faktor risiko PTM antara lain riwayat merokok, kebiasaan minum
minuman manis, kopi dan beralkohol, kegiatan aktifitas fisik/olahraga, kebiasaan makan
sayur dan buah, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat penyakit dahulu dan keluarga yang
berkaitan dengan penyakit tidak menular.

Meja 3 : Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, IMT, lingkar perut. Pada kegiatan
pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut ini
sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali.
Meja 4 : Pemeriksaan, adalah kegiatan memeriksa tekanan darah, kadar glukosa darah,
kadar kolesterol, kadar trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara dan fungsi paru
sederhana.

Meja 5 : Konseling dan Edukasi.


Kegiatan konseling dan penyuluhan ini harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu
PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko bila masyarakat tidak
tahu cara mengendalikannya. Kegiatan aktifitas fisik dan olah raga bersama, sebaiknya
tidak hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan
rutin setiap minggu.

2.3 Pelaksanaan Posbindu PTM Pembinaan


Pelaksanaan Posbindu PTM Pembinaan menurut Kemenkes Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), yaitu
:
1. Waktu penyelenggaraan
Posbindu PTM dapat diselenggarakan dalam sebulan sekali, bila diperlukan dapat
lebih dari satu kali dalam sebulan untuk kegiatan pengendalian faktor risiko PTM
lainnya. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan kesepakatan serta dapat saja
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

2. Tempat
Tempat pelaksanaan baiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau dan nyaman
bagi peserta. Posbindu PTM dapat dilaksanakan di salah satu rumah warga, balai
desa/kelurahan, salah satu kios di pasar, salah satu ruang perkantoran/klinik
perusahaan, ruangan khusus di sekolah, salah satu ruangan di dalam lingkungan
tempat ibadah, atau tempat tertentu yang disediakan oleh masyarakat secara swadaya.

3. Pelaksanaan kegiatan
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut sistem 5 meja,
namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini dan tindak
lanjut sederhana serta monitoring terhadap faktor risiko penyakit tidak menular,
termasuk rujukan ke Puskesmas. Berikut proses kegiatan posbindu PTM :
a. Kader melakukan penyuluhan kelompok serta memberikan lembar wawancara
untuk diisi peserta (pemeriksaan satu per satu).
b. Meja 1 : registrasi pemberian nomor kode yang sama serta pencatatan ulang hasil
pengisian KMS FR-PTM ke buku pencatatan oleh kader.
c. Meja 2 : wawancara oleh kader.
d. Meja 3 : pengukuran TB, BB, IMT, lingkar perut, analisa lemak tubuh.
e. Meja 4 : pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol total dan trigliserida,
APE, IVA, dll.
f. Meja 5 : identifikasi faktor risiko, PTM, konseling atau edukasi, serta tindak lanjut
lainnya.

4. Tugas kader, puskesmas, dan para pemangku kepentingan.


Kader
a. Koordinator : berkoordinasi terhadap Puskesmas dan Para Pembina terkait di
wilayahnya.
b. Kader penggerak : menggerakkan masyarakat, sekaligus melakukan wawancara
dalam penggalian informasi.
c. Kader pemantau : melakukan pengukuran Faktor risiko PTM.
d. Kader konselor/edukator : melakukan konseling, edukasi, motivasi serta
menindaklanjuti rujukan dari puskesmas.
e. Kader pencatat : melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dan
melaporkan kepada koordinator Posbindu PTM.

Puskesmas
a. Memberikan bimbingan teknis kepada para kader posbindu PTM dalam
penyelenggaraannya.
b. Memberikan materi kesehatan terkait dengan permasalahan faktor risiko PTM
dalam penyuluhan maupun kegiatan lainnya.
c. Mengambil dan menganalisa hasil kegiatan Posbindu PTM.
d. Menerima, menangani dan memberi umpan balik kasus rujukan dari Posbindu
PTM
e. Melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan lain terkait

Para Pemangku Kepentingan

a. Camat : mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut Posbindu PTM di


wilayah kerjanya selaku penanggung jawab wilayah kecamatan serta melakukan
pembinaan dalam mendukung kelestarian kegiatan Posbindu PTM.
b. Lurah/Kepala Desa : mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut
Posbindu PTM di wilayah kerjanya selaku penanggung jawab wilayah
desa/kelurahan serta melakukan pembinaan dalam mendukung kelestarian
kegiatan Posbindu PTM.
c. Para pimpinan Kelompok/lembaga/instansi/organisasi : mendukung dan berperan
aktif dalam kegiatan Posbindu PTM sesuai dengan minat dan misi Kelompok/
lembaga/instansi/ organisasi tersebut.
d. Tokoh/Penggerak Masyarakat : menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi
secara aktif dan mendukung dengan sumber daya yang dimiliki terhadap
penyelenggaran Posbindu PTM.
e. Dunia Usaha : mendukung penyelenggaraan Posbindu PTM dalam bentuk sarana
dan pembiayaan termasuk berperan aktif sebagai sukarelawan sosial.

5. Pembiayaan
Diperlukan pembiayaan yang memadai baik dana mandiri dari perusahaan, kelompok
masyarakat atau dukungan dari pihak lain dalam pelaksanaan Posbindu PTM. Dana
juga bisa didapat dari lembaga donor yang umumnya didapat dengan mengajukan
proposal/usulan kegiatan. Agar Posbindu PTM tetap berjalan dan berkembang,
pemerintah daerah setempat wajib melakukan pembinaan melalui dukungan
kebijakan termasuk pembiayaan secara berkesinambungan. Dana yang terkumpul dari
berbagai sumber dapat dipergunakan untuk mendukung kegiatan Posbindu PTM
seperti; biaya operasional Posbindu PTM, pengganti biaya perjalanan kader, biaya
penyediaan bahan habis pakai, biaya pembelian bahan Pemberian Makanan
Tambahan ( PMT), biaya penyelenggaraan pertemuan, bantuan biaya rujukan bagi
yang membutuhkan, bantuan biaya duka bila ada anggota yang mengalami
kecelakaan atau kematian.

6. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan oleh kader. Petugas Puskesmas
mengambil data hasil kegiatan posbindu PTM yang digunakan untuk pembinaan, dan
melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang. Untuk pencatatan digunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS) FR-PTM dan buku pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM.

7. Tindak Lanjut Hasil Posbindu PTM


Tujuan dari penyelenggaran Posbindu PTM , yaitu agar faktor risiko PTM dapat
dicegah dan dikendalikan lebih dini. Pada tahap tersebut, kondisi faktor risiko PTM
dapat dicegah dan dikendalikan melalui diet yang sehat, aktifitas fisik yang cukup,
gaya hidup yang sehat. Untuk pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam
mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM dapat ditingkatkan melalui
konseling/edukasi dengan kader konselor/edukator.

8. Rujukan Posbindu PTM


Jika setelah tiga bulan melakukan kunjungan kondisi faktor risiko tidak mengalami
perubahan atau sesuai dengan kriteri rujukan, maka baiknya segera dirujuk ke
Puskesmas atau Klinik Swasta sesuai dengan kebutuhan dan keinginan yang
bersangkutan. Alur tidak lanjut dan rujukan hasil deteksi dini di Posbindu PTM
sebagai berikut :
a. Pelaksanaan Posbindu PTM dimulai dengan layanan pendaftaran dilanjutkan
dengan wawancara dan pengukuran faktor risiko PTM.
b. Kader Posbindu PTM akan melakukan konseling dan edukasi terhadap
permasalahan kesehatan yang dijumpai pada peserta posbindu PTM termasuk
melaksanakan sistem rujukan ke Puskesmas bila diperlukan sesuai dengan
kriteria. Adapun kriteria untuk dapat dirujuk ke Puskesmas/Klinik Swasta lainnya
yaitu :
 Bila terdapat 1 atau lebih faktor risiko yang ditangani masuk dalam kriteria
buruk.
 Bila penanganan faktor risiko kriteria sedang (hasil pengukuran pada tabel 1.)
tidak berhasil pada kunjungan 3 bulan berikutnya.
 Bila dari hasil pemeriksaan/pengukuran faktor risiko diperlukan konfirmasi
lanjutan dari tenaga kesehatan.
 Pada penyandang faktor risiko yang memerlukan obat-obatan atau yang dalam
pengobatan memerlukan konsultasi dengan dokternya.
 Bila pada pemeriksaan uji fungsi paru sederhana terdapat nilai APE (Arus
Pernafasan Ekspirasi) kurang dari nilai prediksi atau peserta yang berisiko
dengan hasil nilai pengukuran APE sama dengan nilai prediksi.
 Ditemukan pemeriksaan IVA (+) pada perempuan yang telah diperiksa (yang
dilakukan oleh dokter atau bidan terlatih).
 Dicurigai kelainan organ reproduksi berdasarkan hasil wawancara kader
Posbindu PTM (Dokter atau Bidan terlatih).
 Ditemukan benjolan dan kelainan lainnya pada pemeriksaan payudara.
 Ditemukan potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga serta
kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin (+).
 Kondisi-kondisi gawat yang memerlukan penanganan cepat dari tenaga
kesehatan, seperti serangan jantung dan stroke, serta terjadi penurunan kadar
gula darah yang cepat berakibat dengan penurunan kesadaran, serangan sesak
nafas pada penderita penyakit paru yang menahun maupun cidera akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan.

Pada saat melakukan rujuk, sertakan KMS dan lembar rujukan ke Puskesmas
sebagai media informasi pertugas puskesmas dalam menerima rujukan dari
masyarakat yang memiliki kondisi tertentu.
c. Hasil pelaksanaan Posbindu PTM tercatat secara tertib dan diberikan kepada
Petugas Puskesmas atau Unsur Pembina lainnya yang memerlukan sebagai bahan
informasi.

9. Pembinaan
Kegiatan pembinaan pada Posbindu PTM yang dilakukan secara periodik oleh
Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota antara lain :
a. Penyelenggaraan forum komunikasi bagi Kader Pelaksana Posbindu PTM
minimal 2 kali setahun yang di fasilitasi oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
Melalui forum komunikasi setiap Posbindu PTM diminta untuk menyampaikan
tingkat perkembangan yang telah dicapai, kendala yang dihadapi dan upaya yang
telah dilakukan untuk mengatasinya, dukungan yang telah diperoleh dan upaya
yang telah dilakukan untuk memperoleh dukungan tersebut.
b. Pemilihan kader teladan melalui penyelenggaraan lomba antara lain
pengetahuan dan keterampilan kader. Tujuan kegiatan ini untuk memacu kader
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga berperilaku
hidup bersih dan sehat agar menjadi panutan masyarakat dan makin aktif dalam
penyelenggaraan Posbindu-PTM.
c. Pemilihan Posbindu PTM teladan melalui evaluasi penyelenggaraan, evaluasi
administrasi termasuk pencatatan-pelaporan, dan penilaian tingkat perkembangan
Posbindu PTM menurut seluruh indikator yang ditetapkan. Tujuan kegiatan ini
untuk memacu tingkat perkembangan Posbindu PTM menuju peningkatan
kualitas dan kemandirian.
d. Pelaksanaan studi banding untuk Posbindu PTM yang sebagian besar
indikatornya masih berada pada tingkat Pratama agar menjadi tingkat Mandiri.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
tenaga pelaksana melalui contoh penyelenggaraan Posbindu PTM secara
langsung.
e. Pendampingan oleh Puskesmas dengan memberikan bantuan teknis dan fasilitas
secara berkala dan berkesinambungan (Kemenkes RI, 2012).
2.4 Upaya meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Posbindu PTM
PTM terjadi akibat berbagai faktor risiko, seperti kebiasaan merokok, kebiasaan
minum alkohol, jarang makan buah dan sayur, jarang melakukan aktivitas fisik, konsumsi
gula dan garam berlebih.3,4 Faktor risiko tersebut akan menyebabkan terjadinya
perubahan fisiologis di dalam tubuh manusia, sehingga menjadi faktor risiko antara lain
tekanan darah meningkat, gula darah meningkat, kolesterol darah meningkat, dan
obesitas. Hal utama yang perlu dilakukan dalam rangka penguatan program pengendalian
PTM dilakukan dengan peningkatan kapasitas SDM dan kecukupan pendanaan program
yang efektif.
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan program Pos Binaan Terpadu
(Posbindu) PTM sebagai wujud nyata bentuk pengendalian PTM melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Kegiatan Posbindu PTM terbukti mampu meningkatkan
pengetahuan, sikap mawas diri, dan status kesehatan masyarakat terhadap faktor risiko
PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Selain itu, PTM yang berbiaya
mahal dan bersifat katastropik dapat ditanggulangi sedini mungkin melalui serangkaian
upaya pencegahan selain dengan peran implementasi program jaminan kesehatan
nasional. Pelaksanaan Posbindu PTM berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Pasal 20 ayat 3
menyebutkan bahwa setidaknya terdapat kegiatan deteksi dini dan monitoring tindak
lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri. Sedangkan Juknis kegiatan Posbindu PTM
mensyaratkan 11 jenis kegiatan mampu dilaksanakan oleh Posbindu.
PTM dikenal sebagai penyakit kronik atau penyakit berkaitan dengan gaya hidup,
tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM adalah penyakit dengan durasi panjang dan
perkembangannya lambat. Empat jenis utama dari penyakit tidak menular adalah
penyakit kardiovaskuler (seperti serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit
pernapasan kronis (seperti penyakit paru kronis dan asma) dan diabetes (ESLM., 2014).
Aikins (2016) mendefinisikan penyakit tidak menular dengan sebutan chronic non-
communicable disease (NCDs), yaitu penyakit non infeksi yang berlangsung seumur
hidup dan membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang. Penyakit tidak
menular dapat dicegah melalui intervensi yang efektif terhadap faktor risiko, yaitu:
penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, dan penggunaan
alkohol (WHO, 2013a). Perlu bukti yang kuat untuk mendukung penjelasan peran
perilaku gaya hidup negatif pada kejadian penyakit kronis, peran perilaku gaya hidup
positif pada insiden dan manajemen yang efektif (Dean and Söderlund, 2015).
Peningkatan penderita PTM dan 71% penyebab kematian di Indonesia pada tahun
2012, merupakan masalah bagi kesehatan masyarakat. Kondisi ini perlu dikaji guna
upaya pencegahan dan pengendalian terhadap PTM tersebut. Upaya pencegahan dan
pengendalian PTM dapat dilakukan dengan perilaku hidup sehat. WHO
merekomendasikan gaya hidup sehat adalah dengan makan banyak buah-buahan dan
sayuran, mengurangi lemak, gula, dan asupan garam serta berolahraga (WHO, 2014a).
Perubahan gaya hidup memerlukan pendekatan komprehensif dan multidimensi.
Oleh karena itu program pengendalian PTM perlu difokuskan pada faktor risiko.
Pengendalian PTM secara terintegrasi dan komprehensif (promotif-preventif, kuratif-
rehabilitatif), meliputi dimensi kebijakan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat perlu dukungan lintas program dan lintas sektor. Faktor risiko
PTM dapat dicegah dan dikendalikan secara lebih dini. Oleh sebab itu diperlukan
pengetahuan dan informasi serta besarnya masalah PTM sebelum melakukan intervensi
perubahan faktor risiko. Perubahan faktor risiko PTM membutuhkan waktu yang lama,
terutama gaya hidup (Puspromkes, 2010).
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular yang sedang
dikembangankan di Indonesia adalah Pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular
(Posbindu PTM). Posbindu PTM merupakan kegiatan secara terintegrasi untuk mencegah
dan mengendalikan faktor risiko PTM berbasis masyarakat sesuai sumber daya dan
kebiasaan masyarakat (Kemenkes, 2014a). Tujuan Posbindu PTM adalah untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencegah dan menemukan secara dini
faktor risiko PTM. Sasaran kegiatan utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko
dan penyandang penyakit tidak menular berusia 15 tahun ke atas (Kemenkes, 2014b).
Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh
elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui kegiatan Posbindu PTM.
Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integrasi dari sistem pelayanan
kesehatan berdasarkan persoalan PTM yang ada di masyarakat yang mencakup upaya
promotif dan preventif serta pola rujukan. Posbindu PTM merupakan peran serta
masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan terhadap faktor
risiko PTM yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan


deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu,
rutin, dan periodik yang bertujuan untuk Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular yang sedang dikembangankan di Indonesia adalah Pos pembinaan
terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM).
Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh
elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui kegiatan Posbindu PTM.
Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integrasi dari sistem pelayanan
kesehatan berdasarkan persoalan PTM yang ada di masyarakat yang mencakup upaya
promotif dan preventif serta pola rujukan.

3.2 Saran
Diharapkan kepada penulis dan pembaca untuk lebih memahami tentang posbindu
PTM dan bagaimana langkah-langkah penyelenggaraan dalam pelaksanaan posbindu
PTM, agar kedepannya semakin meningkat lagi partisipasi masyarakat dalam program
posbindu PTM.

DAFTAR PUSTAKA

1. dr. Soeradji Tirtonegoro (2022) Penyakit Tidak Menular (PTM).


2. Kemenkes RI (2012) ‘Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM)’, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Kementerian Kesehatan RI, pp. 1–39.
3. Laga, Y. et al. (2020) PEMBINAAN TERPADU – PENYAKIT TIDAK MENULAR
( POSBINDU-PTM ) DENGAN PENDANAAN DANA DESA Disusun Oleh : Penerbit
STIKes Majapahit Mojokerto.
4. Putri, R. E. et al. (2018) ‘EVALUASI PROSES IMPLEMENTASI POSBINDU PTM DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG SUNGAI DUREN KECAMATAN
JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2017’, 2(1), pp. 12–27.
5. RI, K. (2015) Petunjuk teknis Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) penyakit tidak
menular.

Anda mungkin juga menyukai