PUSKESMAS RIAM
KABUPATEN KETAPANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Tujuan Pedoman......................................................................................................4
C. SASARAN................................................................................................................5
E. Batasan Operasional................................................................................................5
F. Landasan Hukum.....................................................................................................6
B. Distribusi Ketenagaan..............................................................................................8
C. Jadwal Kegiatan.......................................................................................................8
A. Denah Ruang...........................................................................................................9
B. Standar Fasilitas.......................................................................................................9
BAB V LOGISTIK.............................................................................................................15
BAB IX PENUTUP...........................................................................................................16
[NAMA PENULIS] 2
[NAMA PENULIS] 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama
sebesar 36 (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia,
dimana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di Negara yang sedang berkembang
(WHO,2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang
diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15 % (44 juta kematian) dengan
rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan
perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada
negara-negara berkembang.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak
menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau
pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan
yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukkan
bahwa 69,6% dari kasus Diabetes Melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi
masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi
sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian dini.
Dalamkurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat PTM mengalami
peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Peningkatan prevalensi PTM
berdampak terhadap peningkatan,sebab pembiayaan kesehatan yang harus di
tanggung Negara dan masyarakat. Penyandang PTM memerlukan biaya yang
relative mahal, terlebih bila kondisinya berkembang semakin lama (menahun)
dan terjadi komplikasi.
Data Pusat Pembiayaan Jaminan kesehatan kementrian Kesehatan RI
pada tahun 2012 memperlihatkan bahwa PTM menghabiskan biaya pengobatan
yang cukup besar bila dibandingkan dengan biaya pengobatan tertinggi dari
seluruh penyakit menular.
PTM dapat dicegah dengan mengendalikan factor risikonya, yaitu merokok,
diet yang tidak sehat,kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol.
Mencegah dan mengendalikan faktor resiko relatif lebih murah bila dibandingkan
dengan biaya pengobatan PTM. Penngendalian faktor risiko PTM merupakan
[NAMA PENULIS] 4
upaya untuk mencegah PTM, bagi masyarakat sehat, yang mempunyai faktor
risiko dan bagi penyandang PTM, dengan tujuan bagi yang belum memiliki faktor
risiko agar tidak timbul faktor risiko PTM, kemudian bagi yang mempunyai faktor
risiko diupayakan agar kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan
atau mencegah terjadinya PTM, dan bagi yang sudah menyandang PTM, untuk
mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas
hidup.
Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan
fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko
PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi
dini, pemanntauan faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut
dengan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) TPM.
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan
kegiatan deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM serta tindak lanjut dini yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM
diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor
risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri
ini ditujukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat
dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit,
melainkan juga pada keadaan sehat.
Berkaitan dengan hak tersebut diatas maka dalam penyelenggaraan
Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi
penyelenggaraan kegiatan Posbindu bagi para pemangku kepentingan serta
petugas pelaksana lapangan.
Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen
pengubah sekaligus sebagai sumber daya dengan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM
dan tindak lanjutnya.
B. Tujuan Pedoman
Sebagai panduan pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM bagi pengelola
program Posbindu PTM di Puskesmas Wara Barat dan institusi serta organisasi
[NAMA PENULIS] 5
lainnya dalam terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM
berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik.
C. SASARAN
Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan terkait
dalam hal ini adalah pengelola program Posbindu PTM di puskesmas Wara
Barat untuk bekerjasama dengan masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik
dalam terlaksananya program Posbindu PTM.
E. Batasan Operasional
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan
deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri
dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk
kewaspadaan dini terhadap PTM mengingat hampir semua faktor risiko PTM
tidak memberikan gejala pada yang mengalaminya.
Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat
atau UKM yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM di bawah
pembinaan puskesmas.
Kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM meliputi
wawancara untuk perilaku merokok, kurang konsumsi sayur dan buah, kurang
aktifitas fisik, konsumsi alkohol, kemudian pengukuran secara berkala tinggi
badan dan berat badan, menghitung nilai indeks massa tubuh (IMT), mengukur
lingkar perut, tekanan darah,dan pemeriksaan gula darah sewaktu , kolesterol
total, trigliserida.
Jika pada saat wawancara, pengukuran, pemeriksaan ditemukan faktor
risiko PTM, maka dilakukan tindak lanjut dini berupa pembinaan secara terpadu
melalui penyuluhan individu, kelompok atau konseling secara perorangan sesuai
dengan kebutuhan. Selanjutnya bagi yang memerlukan penanganan lebih lanjut
dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
Posbindu PTM dapat dikelompokkan menjadi dua bagian :
[NAMA PENULIS] 6
1. Posbindu PTM dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang
dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrument atau
formulir untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga
dan yang telah diderita sebelumnya, pengukuran berat badan, tinggi badan,
lingkar perut, IMT, pemeriksaan tekanan darah, serta konseling.
2. Posbindu PTM utama meliputi kegiatan Posbindu PTM dasar ditambah
dengan pemeriksaan guladarah, kolesterol total,yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih (dokter,bidan,perawat kesehatan/tenaga ahli teknologi
laboratorium medik/lainnya).
Posbindu PTM utama dilaksanakan bila memiliki sumber daya berupa
peralatan, tenaga kesehatan dan tempat pemeriksaan yang memadai. Bila
kelompok/organisasi/institusi di masyarakat ini belum memiliki sumber daya yang
mencukupi, maka pengembangan dilakukan pada tahap awal dengan Posbindu
PTM dasar. Seiring dengan perkembangan sumber daya yang dimiliki, maka
Posbindu PTM dasar dapat ditingkatkan menjadi Posbindu PTM utama.
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam
situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan
bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini, monitoring terhadap
faktor risiko penyakit tidak menular dan tindak lanjut dini seperti konseling serta
rujukan ke puskesmas.
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perundangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
[NAMA PENULIS] 7
7. Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.7 tahun 2007 tentan
Petugas Pelaksana Pemberdayaan Masyarakat
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.741 Tahun 2008
tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2269 tahun 2011
tentang pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat
12. Peraturan menteri dalam negeri republik Indonesia No.40 tahun 2013
tentang pemberdayaan masyarakat melalui gerakan pemberdayaan dan
kesejahteraan keluarga.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.45 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan surveilans kesehatan
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.40 Tahun 2013 tentang
peta jalan pengendalian dampak konsumsi rokok
15. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1479 tahun 2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan system surveilans Epidemiologi
Penyakit Menular dan PTM terpadu
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.430 tahun 2007
tentang Pedoman pengendalian Penyakit kanker.
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1529 tahun 2010
tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga.
[NAMA PENULIS] 8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan Penanggung Jawab Posbindu PTM, dan
Pegawai puskesmas termasuk kader kesehatan yang telah ada atau
beberapa dari masing-masing kelompok yang bersedia menyelenggarakan
Posbindu PTM yang dikoordinir oleh penanggung jawab Posbindu PTM
sesuai dengan kesepakatan.
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM disepakati dan disusun
bersama dengan sektor terkait yang biasanya di laksanakan sebulan sekali.
[NAMA PENULIS] 9
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
PTM dilakukan oleh Penanggung Jawab Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
PTM yang menempati ruang Gizi dari gedung puskesmas. Pelaksanaan rapat
koordinasi dilakukan di Aula Puskesmas Wara Barat yang terletak di depan
Ruang Imunisasi.
B. Standar Fasilitas
1. Pedoman umum Pos Pembinaan terpadu PTM : 1 buah
2. Panduan pengukuran Faktor Risiko PTM : 1 buah
3. Panduan Penyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko : 1 buah
4. Petunjuk teknis Penyelenggaraan pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular : 1 buah
5. Panduan Upaya Pengendalian Faktor Risiko PTM : 1 buah
6. Panduan Penyakit Kanker : 1 buah
7. Panduan Penyelenggaraan Posbindu PTM : 1 buah
8. Tensimeter : 1 buah
9. Alat Pengukur Tinggi Badan : 1 buah
10. Timbangan : 1 buah
11. Pita Pengukur : 1 buah
12. Alat pengukur Gula darah,kolesterol dan asam urat : 1buah
[NAMA PENULIS] 10
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
[NAMA PENULIS] 11
berdasarkan penilaian terhadap tingkat perkembangan Posbindu yang
dilakukan sebagai bahan dasar perencanaan dan pengembangan
kegiatan. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk melakukan
kegiatan yang bekelanjutan.
[NAMA PENULIS] 12
c) Angket
d) Tehnik Participatory Rural Appraisal (PRA) atau pemahaman Partisipatif
pedesaan
e) Fokus diskusi kelompok terarah
Selain itu, informasi juga didapatkan dari data Rumah Sakit, Puskesmas,
Profil kesehatan daerah, riskesdas, atau hasil survey lainnya. Informasi ini
berupa besaran masalah penyakit tidak menular dan dampaknya terhadap
pembiayaan kesehatan.
C. Langkah Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
1. Identifikasi kelompok potensial yang ada dimasyarakat.
Langkah persiapan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat
diawali dengan pengumpulan data dan informasi besaran masalah PTM
yang ada, sarana dan prasarana pendukung dan sumber daya manusia
yang tersedia dalam kelompok tersebut.
Identifikasi merupakan kegiatan mencari, menemukan, mencatat data
yang belum diketahui mengenai kelompok-kelompok masyarakat potensial
yang ada yang merupakan sasaran yang akan menjadi subyek atau obyek
dalam pengembangan Posbindu PTM ini. Tujuan dilakukannya kegiatan ini
agar pengembangan Posbindu PTM dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dan ketersediaan sumber daya di masyarakat dapat berjalan secara
mandiri dan berkesinambungan.Kelompok masyarakat potensial antara lain
: Kelompok masyarakat di tatanan desa seperti karang taruna, PKK/dasa
wisma,pengajian, majelis taklim, kelompok kebaktian , LSM, organisasi
profesi, swasta, klub olah raga, koperasi dan kelompok masyarakat di
tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi dan lain-lain.
2. Sosialisasidan Advokasi
Sosialisasi dan advokasi dilakukan kepada kelompok masyarakat
potensial terpilih tentang besarnya permasalahan PTM yang ada,
dampaknya bagi masyarakat dan dunia usaha, strategi pencegahan dan
pengendalian serta tujuan dan manfaat kegiatan deteksi dini dan
pemantauan faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM. Kegiatan ini
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar diperoleh
dukungan dan komitmen dalam menyelenggarakan Posbindu PTM.
[NAMA PENULIS] 13
Pertemuan sosialisasi dan advokasi dapat dilakukan beberapa kali.
Pada pertemuan sosialisasi dan advokasi tersebut akan teridentifikasi
kelompok yang bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM.Tindak lanjut
dari advokasi adalah kesepakatan bersama berupa penyelenggaraan
kegiatan Posbindu PTM yaitu:
1) Menetapkan klasifikasi Posbindu PTM sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan
2) Menetapkan dan membagi peran dan fungsi petugas pelaksana dalam
penyelnggaraan Posbindu PTM
3) Menetapkan jadwal pelaksanaan Posbindu PTM
4) Merencanakan besaran dan sumber pembiayaan
5) Melengkapi sarana dan prasarana
6) Menetapkan mekanisme kerja dengan petugas kesehatan pembinanya.
3. Pelatihan Tenaga Pelaksana Posbindu PTM
Kegiatan ini dapat diselenggerakan oleh masyarakat/kelompok/institusi
yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM dengan difasilitasi oleh
puskesmas maupun Dinas Kesehatan. Tujuannya adalah memberikan
pengetahuan tentang PTM faktor resiko, dampak, dan upaya yang
diperlukan dalam pencegahan dan pengendalian PTM, memberikan
pengetahuan tentang posbindu PTM, memberikan kemapuan dan
keterampilan dalam memantau faktor risiko PTM dan memberikan
keterampilan dalam melakukan konseling serta tindak lanjutnya.
Peserta pelatihan adalah petugas pelaksana posbindu PTM, agar
pelatihan berlangsung efektif, jumlah seluruh peserta maksimal 30 orang
yang berarti puskesmas akan melatih 6 posbindu PTM yang masing-masing
posbindu PTM terdiri dari 5 orang. Waktu pelatihan disesuaikan dengan
kondisi setempat dengan modul yang telah dipersiapkan.
4. Pengorganisasian dan Pembagian Peran
Setelah petugas pelaksana posbindu PTM dilatih, mereka harus
memahami semua peranan masing-masing.
5. Pelaksanaan Posbindu PTM
Pelaksanaan kegiatan posbindu PTM yang rutin dilaksanakn sebulan
sekali disuatu tempat yang sudah disepakati dapat ditambahkan dengan
melakukan kegiatan posbindu PTM secara bergerak dengan mendatangi
[NAMA PENULIS] 14
tiap-tiap rumah dalam lingkup desa untuk meningkatkan cakupan peserta
posbindu PTM di wilayah tersebut.
Posbindu dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam kondisi
tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan
bersama.Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini, pemantauan
terhadap faktor risiko penyakit tidak menular dan tindak lanjut sederhana
seperti konseling serta rujukan ke puskesmas.
Dalam pelaksanaannya ada 5 tahap :
a. Registrasi
b. Wawancara
c. Pengukuran
d. Pemeriksaan
e. Identifikasi faktor risiko PTM dan konseling
6. Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Posbindu PTM
Penilaian faktor risiko PTM dilakukan pada setiap indivisu untuk masing-
masing faktor risiko PTM. Selanjutnya akan dianalisa dan dilakukan
langkah-langkah atau intervensi yang harusdilakukan oleh individu tersebut
sesuai dengan faktor risiko yang dimiliki.
Tindak lanjut dan pembinaan yang dilakukan dapat berupa penyuluhan
dan edukasi lebih mendalam terhadapa para peserta posbindu PTM yang
beresiko, peningkatan aktifitas fisik bersama, merujuk ke puskesmas dan
berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
[NAMA PENULIS] 15
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
[NAMA PENULIS] 16
risiko terhadap kegiatan harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan dan pembinaan posbindu PTM dengan tetap memperhatikan
prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
[NAMA PENULIS] 17
Keberhasilan kegiatan posbindu PTM tergantung pada komitmen yang kuat
dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan
peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.
[NAMA PENULIS] 18