Anda di halaman 1dari 23

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI

UPTD PUSKESMAS CIRACAP


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
Jln. Raya H. Anwari No. 76 Kec. Ciracap, Kab. Sukabumi, Kode Pos 43176
Telepon (0266) 6494482 email : puskesmasciracap1@gmail.com

PEDOMAN

PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU)

PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS CIRACAP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian

utama sebesar 36 (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh

dunia, dimana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di Negara yang sedang

berkembang (WHO,2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa

mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15 % (44 juta kematian)

dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat

perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat

terutama pada negara-negara berkembang.

Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak

menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat

atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi
kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013

menunjukkan bahwa 69,6% dari kasus Diabetes Melitus dan 63,2% dari

kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan

penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian dini.

Dalam kurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat PTM mengalami

peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Peningkatan prevalensi PTM

berdampak terhadap peningkatan, sebab pembiayaan kesehatan yang harus di

tanggung Negara dan masyarakat. Penyandang PTM memerlukan biaya yang

relative mahal, terlebih bila kondisinya berkembang semakin lama (menahun)

dan terjadi komplikasi.

Data Pusat Pembiayaan Jaminan kesehatan kementrian Kesehatan RI

pada tahun 2012 memperlihatkan bahwa PTM menghabiskan biaya

pengobatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan biaya pengobatan

tertinggi dari seluruh penyakit menular.

PTM dapat dicegah dengan mengendalikan factor risikonya, yaitu

merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman

beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor resiko relatif lebih murah

bila dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM. Penngendalian faktor

risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah PTM, bagi masyarakat sehat,

yang mempunyai faktor risiko dan bagi penyandang PTM, dengan tujuan

bagi yang belum memiliki faktor risiko agar tidak timbul faktor risiko PTM,

kemudian bagi yang mempunyai faktor risiko diupayakan agar kondisi faktor

risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM, dan
bagi yang sudah menyandang PTM, untuk mencegah komplikasi, kecacatan

dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup.

Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah

pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat

diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam

pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan

keterampilan untuk melakukan deteksi dini, pemanntauan faktor risiko PTM

serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos Pembinaan Terpadu

(Posbindu) TPM.

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam

melakukan kegiatan deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM serta tindak

lanjut dini yang dilaksanakan secara terpadu, rutin dan periodik. Kegiatan

Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat

terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah.

Sikap mawas diri ini ditujukan dengan adanya perubahan perilaku

masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan

tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada keadaan sehat.

Berkaitan dengan hak tersebut diatas maka dalam penyelenggaraan

Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi

penyelenggaraan kegiatan Posbindu bagi para pemangku kepentingan serta

petugas pelaksana lapangan.

Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan, target perubahan,

agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya dengan dibekali pengetahuan


dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko

PTM dan tindak lanjutnya.

B. Tujuan Pedoman

Sebagai panduan pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM bagi pengelola

program Posbindu PTM di Puskesmas Ciracap dan institusi serta organisasi

lainnya dalam terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM

berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik.

C. Sasaran

Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan terkait

dalam hal ini adalah pengelola program Posbindu PTM di puskesmas Ciracap

untuk bekerjasama dengan masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik

dalam terlaksananya program Posbindu PTM.

D. Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang lingkup pedoman ini meliputi tujuan dan strategi kegiatan,

konsep dasar program Posbindu PTM, pengorganisasian Posbindu PTM,

pemantauan, penilaian dan pembinaan serta peran pemangku kepentingan.

E. Batasan Operasional

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam

kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM

secara mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai

bentuk kewaspadaan dini terhadap PTM mengingat hampir semua faktor

risiko PTM tidak memberikan gejala pada yang mengalaminya.


Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat

atau UKM yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan

bersumber daya masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM

di bawah pembinaan puskesmas.

Kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM meliputi

wawancara untuk perilaku merokok, kurang konsumsi sayur dan buah,

kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol, kemudian pengukuran secara

berkala tinggi badan dan berat badan, menghitung nilai indeks massa tubuh

(IMT), mengukur lingkar perut, tekanan darah, dan pemeriksaan gula darah

sewaktu , kolesterol total, trigliserida.

Jika pada saat wawancara, pengukuran, pemeriksaan ditemukan faktor

risiko PTM, maka dilakukan tindak lanjut dini berupa pembinaan secara

terpadu melalui penyuluhan individu, kelompok atau konseling secara

perorangan sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya bagi yang memerlukan

penanganan lebih lanjut dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat pertama

(FKTP).

Posbindu PTM dapat dikelompokkan menjadi dua bagian :

1. Posbindu PTM dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang

dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrument atau

formulir untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam

keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, pengukuran berat badan,

tinggi badan, lingkar perut, IMT, pemeriksaan tekanan darah, serta

konseling.
2. Posbindu PTM utama meliputi kegiatan Posbindu PTM dasar ditambah

dengan pemeriksaan gula darah, kolesterol total, yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan terlatih (dokter, bidan, perawat kesehatan/tenaga ahli

teknologi laboratorium medik/lainnya).

Posbindu PTM utama dilaksanakan bila memiliki sumber daya berupa

peralatan, tenaga kesehatan dan tempat pemeriksaan yang memadai. Bila

kelompok/organisasi/institusi di masyarakat ini belum memiliki sumber daya

yang mencukupi, maka pengembangan dilakukan pada tahap awal dengan

Posbindu PTM dasar. Seiring dengan perkembangan sumber daya yang

dimiliki, maka Posbindu PTM dasar dapat ditingkatkan menjadi Posbindu

PTM utama.

Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam

situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan

bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini, monitoring

terhadap faktor risiko penyakit tidak menular dan tindak lanjut dini seperti

konseling serta rujukan ke puskesmas.

F. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktek Kedokteran

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perundangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.


4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

7. Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan

yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi

Kesehatan

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.7 tahun 2007

tentan Petugas Pelaksana Pemberdayaan Masyarakat

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.741 Tahun 2008

tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota

11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2269 tahun 2011

tentang pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat

12. Peraturan menteri dalam negeri republik Indonesia No.40 tahun 2013

tentang pemberdayaan masyarakat melalui gerakan pemberdayaan dan

kesejahteraan keluarga.

13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.45 tahun 2014

tentang Penyelenggaraan surveilans kesehatan

14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.40 Tahun 2013

tentang peta jalan pengendalian dampak konsumsi rokok


15. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1479 tahun 2003

tentang Pedoman Penyelenggaraan system surveilans Epidemiologi

Penyakit Menular dan PTM terpadu

17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.430 tahun 2007

tentang Pedoman pengendalian Penyakit kanker.

18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1529 tahun 2010

tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga.


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Penyelenggaraan Posbindu PTM dilakukan oleh petugas pelaksana

Posbindu PTM yang berasal dari kader kesehatan yang telah ada atau beberapa

orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang

bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina

atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-

masing kelompok atau organisasinya.

Pelaksana Posbindu PTM dibina oleh Puskesmas penanggung jawab

wilayah tersebut dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Setempat. Petugas

Pelaksana Posbindu PTM memiliki kriteria antara lain : mau dan mampu

melakukan kegiatan Posbindu PTM minimal bisa membaca dan menulis, lebih

diutamakan berpendidikan minimal SLTA atau sederajat.

Semua Pegawai Puskesmas Wajib berpartisipasi dalam kegiatan Posbindu

PTM. Penanggung jawab Posbindu PTM merupakan koordinator dalam

penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM.

B. Distribusi Ketenagaan

Pengaturan dan penjadwalan Penanggung Jawab Posbindu PTM, dan

Pegawai puskesmas termasuk kader kesehatan yang telah ada atau beberapa

dari masing-masing kelompok yang bersedia menyelenggarakan Posbindu


PTM yang dikoordinir oleh penanggung jawab Posbindu PTM sesuai dengan

kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan

Jadwal pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM disepakati dan disusun

bersama dengan sektor terkait yang biasanya di laksanakan sebulan sekali.


BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Koordinasi pelaksanaan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)

PTM dilakukan oleh Penanggung Jawab Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)

PTM yang menempati ruang konseling dari gedung puskesmas. Pelaksanaan

rapat koordinasi dilakukan di Aula Puskesmas Ciracap yang terletak di lantai

atas.

B. Standar Fasilitas

1. Pedoman umum Pos Pembinaan terpadu PTM : 1 buah

2. Panduan pengukuran Faktor Risiko PTM : 1 buah

3. Panduan Penyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko : 1 buah

4. Petunjuk teknis Penyelenggaraan pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak

Menular : 1 buah

5. Panduan Upaya Pengendalian Faktor Risiko PTM : 1 buah

6. Panduan Penyakit Kanker : 1 buah

7. Panduan Penyelenggaraan Posbindu PTM : 1 buah

8. Tensimeter : 1 buah

9. Alat Pengukur Tinggi Badan : 1 buah

10. Timbangan : 1 buah

11. Pita Pengukur : 1 buah

12. Alat pengukur Gula darah,kolesterol dan asam urat : 1 buah


BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu PTM

Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu PTM Puskesmas mencakup :

1. Posbindu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat

(UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam

pengendalian PTM dengan melibatkan masyrakat mulai dari perencanaan,

pelaksanaan dan pemantauan evaluasi. Masyarakat di perankan sebagai

sasaran kegiatan, target perubahan, agen perubahan, sekaligus sebagai

sumber daya. Dalam pelaksanaan selanjutnya kegiatan Posbindu PTM

menjadi upaya kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dimana

kegiatan ini diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya,

kemampuan dan kebutuhan masyarakat.

2. Substansi Posbindu PTM mengacu kepada kegiatan, bukan terhadap

tempat. Hal ini yang membedakan Posbindu PTM dengan UKBM

lainnya. Kegiatan berupa deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM

serta tindak lanjut dini faktor risiko PTM. Persiapan dalam

penyelenggaraan Posbindu PTM didahului dengan identifikasi kelompok

potensial yang ada di masyarakat, sosialisasi dan advokasi, pelatih

petugas pelaksana Posbindu PTM atau fasilitas tekhnis, fasilitas logistik,

pengaturan mekanisme kerja antara petugas pelaksana Posbindu PTM

dengan pembinanya, serta sumber pembiayaan.


3. Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara,

pengukuran, pemeriksaan dan tindak lanjut dini.Biaya penyelenggaraan

kegiatan Posbindu PTM dapat berasala dari berbagai sumber. Pada awal

pelaksanaan mendapat stimulasi atau subsidi dari pemerintah. Secara

bertahap di harapkan masyrakat mampu membiayai penyelenggaraan

kegiatan secara mandiri.Kegiatan posbindu PTM dalam situasi kondisi

tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.

4. Pemantauan dan penilaian keberhasilan dari penyelenggaraan kegiatan

Posbindu PTM harus dilakukan dengan membandingkan indikator yang

telah ditetapkan sejak awal dan dibandingkan dengan hasil

pencapaiannya. Penilaian tingkat perkembangan Posbindu PTM

berdasarkan penilaian terhadap tingkat perkembangan Posbindu yang

dilakukan sebagai bahan dasar perencanaan dan pengembangan kegiatan.

Hasil evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan

yang bekelanjutan.

B. Metode Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu PTM

Untuk mencapai keberhasilan program kegiatan Posbindu PTM perlu

dikembangkan strategi pelaksanaan kegiatan, yaitu :

1. Sosialisasi dan advokasi kepada pemerintah, pihak legislatif, pemerintah

daerah serta pemangku kepentingan.

2. Pemberdayaan masyarakat

3. Pendekatan integratif pada kelompok masyarakat khusus dan pada

berbagai tatanan seperti sekolah, tempat kerja, lingkungan pemukiman.


4. Peningkatan jejaring kerja PTM dengan melibatkan lintas program,lintas

sektor dan pemangku kepentingan terkait baik di pusat maupun propinsi ,

dan kabupaten/kota dan puskesmas.

5. Peningkatan peran pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan,

pelaksanaan pemantauan dan evaluasi.

6. Peningkatan kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam

pengendalian faktor risiko PTM

7. Faslitas ketersediaan sarana dan prasarana

8. Berbasis bukti ilmiah dan sesuai kearifan local

Dalam upaya mencapai tujuan Posbindu PTM diperlukan peran petugas

pelaksana Posbindu PTM yang berasal dari kader kesehatan yang telah ada

atau beberapa dari masing-masing kelompok yang bersedia

menyelenggarakan posbindu.

Tujuan dilakukannya kegiatan ini agar pengembangan Posbindu PTM

dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya di

masyarakat sehingga dapat berjalan secara mandiri dan berkesinambungan.

Langkah persiapan Posbindu PTM diawali dengan pengumpulan data dan

informasi besaran masalah PTM yang ada. Informasi ini bisa didapat secara

langsung dari masyarakat melalui berbagai metode sebagai berikut:

a) Wawancara

b) Pengamatan

c) Angket
d) Tehnik Participatory Rural Appraisal (PRA) atau pemahaman Partisipatif

pedesaan

e) Fokus diskusi kelompok terarah

Selain itu, informasi juga didapatkan dari data Rumah Sakit, Puskesmas,

Profil kesehatan daerah, riskesdas, atau hasil survey lainnya. Informasi ini

berupa besaran masalah penyakit tidak menular dan dampaknya terhadap

pembiayaan kesehatan.

C. Langkah Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu

1. Identifikasi kelompok potensial yang ada dimasyarakat.

Langkah persiapan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat

diawali dengan pengumpulan data dan informasi besaran masalah PTM

yang ada, sarana dan prasarana pendukung dan sumber daya manusia yang

tersedia dalam kelompok tersebut.

Identifikasi merupakan kegiatan mencari, menemukan, mencatat data

yang belum diketahui mengenai kelompok-kelompok masyarakat potensial

yang ada yang merupakan sasaran yang akan menjadi subyek atau obyek

dalam pengembangan Posbindu PTM ini. Tujuan dilakukannya kegiatan

ini agar pengembangan Posbindu PTM dapat disesuaikan dengan

kebutuhan dan ketersediaan sumber daya di masyarakat dapat berjalan

secara mandiri dan berkesinambungan. Kelompok masyarakat potensial

antara lain: Kelompok masyarakat di tatanan desa seperti karang taruna,

PKK/dasa wisma, pengajian, majelis taklim, kelompok kebaktian, LSM,


organisasi profesi, swasta, klub olah raga, koperasi dan kelompok

masyarakat di tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi dan lain-lain.

2. Sosialisasi dan Advokasi

Sosialisasi dan advokasi dilakukan kepada kelompok masyarakat

potensial terpilih tentang besarnya permasalahan PTM yang ada,

dampaknya bagi masyarakat dan dunia usaha, strategi pencegahan dan

pengendalian serta tujuan dan manfaat kegiatan deteksi dini dan

pemantauan faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM. Kegiatan ini

dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar diperoleh

dukungan dan komitmen dalam menyelenggarakan Posbindu PTM.

Pertemuan sosialisasi dan advokasi dapat dilakukan beberapa kali.

Pada pertemuan sosialisasi dan advokasi tersebut akan teridentifikasi

kelompok yang bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM.Tindak lanjut

dari advokasi adalah kesepakatan bersama berupa penyelenggaraan

kegiatan Posbindu PTM yaitu:

1) Menetapkan klasifikasi Posbindu PTM sesuai dengan kemampuan

dan kebutuhan

2) Menetapkan dan membagi peran dan fungsi petugas pelaksana dalam

penyelnggaraan Posbindu PTM

3) Menetapkan jadwal pelaksanaan Posbindu PTM

4) Merencanakan besaran dan sumber pembiayaan

5) Melengkapi sarana dan prasarana

6) Menetapkan mekanisme kerja dengan petugas kesehatan pembinanya.


3. Pelatihan Tenaga Pelaksana Posbindu PTM

Kegiatan ini dapat diselenggerakan oleh masyarakat/ kelompok/

institusi yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM dengan

difasilitasi oleh puskesmas maupun Dinas Kesehatan. Tujuannya adalah

memberikan pengetahuan tentang PTM faktor resiko, dampak, dan upaya

yang diperlukan dalam pencegahan dan pengendalian PTM, memberikan

pengetahuan tentang posbindu PTM, memberikan kemapuan dan

keterampilan dalam memantau faktor risiko PTM dan memberikan

keterampilan dalam melakukan konseling serta tindak lanjutnya.

Peserta pelatihan adalah petugas pelaksana posbindu PTM, agar

pelatihan berlangsung efektif, jumlah seluruh peserta maksimal 30 orang

yang berarti puskesmas akan melatih 6 posbindu PTM yang masing-

masing posbindu PTM terdiri dari 5 orang. Waktu pelatihan disesuaikan

dengan kondisi setempat dengan modul yang telah dipersiapkan.

4. Pengorganisasian dan Pembagian Peran

Setelah petugas pelaksana posbindu PTM dilatih, mereka harus

memahami semua peranan masing-masing.

5. Pelaksanaan Posbindu PTM

Pelaksanaan kegiatan posbindu PTM yang rutin dilaksanakn sebulan

sekali disuatu tempat yang sudah disepakati dapat ditambahkan dengan

melakukan kegiatan posbindu PTM secara bergerak dengan mendatangi

tiap-tiap rumah dalam lingkup desa untuk meningkatkan cakupan peserta

posbindu PTM di wilayah tersebut.


Posbindu dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam kondisi

tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan

bersama.Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini, pemantauan

terhadap faktor risiko penyakit tidak menular dan tindak lanjut sederhana

seperti konseling serta rujukan ke puskesmas.

Dalam pelaksanaannya ada 5 tahap :

a. Registrasi

b. Wawancara

c. Pengukuran

d. Pemeriksaan

e. Identifikasi faktor risiko PTM dan konseling

6. Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Posbindu PTM

Penilaian faktor risiko PTM dilakukan pada setiap indivisu untuk

masing-masing faktor risiko PTM. Selanjutnya akan dianalisa dan

dilakukan langkah-langkah atau intervensi yang harusdilakukan oleh

individu tersebut sesuai dengan faktor risiko yang dimiliki.

Tindak lanjut dan pembinaan yang dilakukan dapat berupa penyuluhan

dan edukasi lebih mendalam terhadapa para peserta posbindu PTM yang

beresiko, peningkatan aktifitas fisik bersama, merujuk ke puskesmas dan

berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.


BAB V

LOGISTIK

Kebutuhan dan dan logistik untuk pelaksanaan posbindu PTM di

rencanakan dalam pertemuan sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode

Posbindu PTM yang akan dilaksanakan. Dalam Penyelenggaraan Posbindu PTM

agar dapat berlangsung secara berkelanjutan, diperlukan pembiayaan yang

memadai. Pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, swasta, kelompok

masyarakat/lembaga atau pihak lain yang peduli terhadap persoalan penyakit tidak

menular.

Puskesmas dapat memanfaatkan sumber pembiayaan yang potensial untuk

mendukung dan memfasilitasi terselenggaranya posbindu PTM, melalui

pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).


BAB VI

KESELAMATAN SASARAN

Pelaksanaan posbindu PTM mulai dari persiapan, perencanaan,

pelaksanaan sampai dengan penilaian dan evaluasi kegiatan perlu diperhatikan

keselamatan sasaran dengan melakukan identifkasi risiko terhadap segala

kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya

pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang

akan dilaksanakan.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam persiapan sampai dengan pelaksanaan kegiatan posbindu PTM perlu

diperhatikan keselamatan kerja semua petugas penyelenggara posbindu PTM dan

lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala

kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiata. Upaya

pencegahan risiko terhadap kegiatan harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan

yang akan dilaksanakan.


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Untuk melihat sejauh mana keberhasilan posbindu PTM dalam melakukan

pengelolaan faktor risiko bagi pesertanya, perlu dilakukan penilaian terhadap

proporsi faktor risiko PTM pada posbindu PTM yang merupakan perhitungan

persentase hasil pengukuran faktor risiko PTM dari semua peserta posbindu yang

diperiksa. Proporsi faktor risiko dikelompokkan menjadi 2 yaitu: merah jika

proporsi faktor risiko PTM tinggi dan hijau jika proporsi faktor risiko PTM

rendah. Kondisi tersebut menjadi dasar bagi koordinator posbindu PTM untuk

merencanakan pembinaan pada anggotanya secara optimal lagi. Kinerja

pelaksanaan posbindu di monitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator

sebagai berikut :

1. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM dengan ketepatan pelaksanaan

kegiatan sesuai dengan jadwal

2. Terlaksananya pemantauan faktor risiko PTM dengan kesesuaian petugas

yang melaksanakan kegiatan

3. Terlaksananya tindak lanjut dini faktor risiko PTM dengan ketepatan metode

yang digunakan

4. Terlaksanaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran

serta masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik.


BAB IX

PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas puskesmas dan lintas sektor

terkait dalam pelaksanaan dan pembinaan posbindu PTM dengan tetap

memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.

Keberhasilan kegiatan posbindu PTM tergantung pada komitmen yang

kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat

dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai