Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

TERHADAP KUNJUNGAN POSYANDU DI


KELURAHAN PARUPUK TABING
KOTA PADANG
TAHUN 2023

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kebidanan

Oleh:

VITRATUL USNA
2115302226

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2023
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Analisis Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Kunjungan


Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing di Kota Padang
Tahun 2002
Nama : Vitratul Usna
Nim : 2115302226

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim

penguji Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

Bukittinggi, Juli 2023

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Ns. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes) (Oktavianis, S.ST, M. Biomed)
KATA PENGANTAR

Segala pujian syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan kemudahan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Kunjungan

Posyandu Di Kelurahan Parupuk Tabing Di Kota Padang Tahun 2023.

Tujuan dari proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Terapan Kebidanan di Program Studi Kebidanan Sarjana Terapan

Fakultas kesehatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

Dalam penelitian skripsi ini peneliti banyak mengalami hambatan dan

kesulitan baik dari segi penelitian maupun referensinya. Tetapi berkat bimbingan

dan pengarahan dari berbagai pihak, hambatan itu dapat diatasi. Oleh karena itu

pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Ns. Hj.Evi Hasnita, S.Pd. M.Kes, selaku Rektor Universitas Fort

de Kock Bukittinggi sekaligus sebagai pembimbing I yang telah

memberikan saran dan masukan guna kesempurnaan skripsi ini.

2. Ibu Oktavianis, S.ST, M. Biomed, selaku Dekan Fakultas kesehatan Univ

ersitas Fort De Kock Bukittinggi serta pembimbing II yang telah

memberikan motivasi kepada mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi

ini.

3. Ibu Febriniwati Rifdi, S. SiT. M. Biomed selaku Ketua Program Studi

Kebidanan Program Sarjana Terapan Universitas Fort de Kock

Bukittinggi
4. Bapak Ir. H. Mairizon, M.Si. Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota

Padang yang telah memberikan izin untuk pengambilan data awal kepada

peneliti.

5. Ibu Dr. Sari Ramadhani, selaku Kepala Puskesmas yang telah

memberikan izin pengambilan data awal kepada peneliti.

6. Dosen dan Staf Akademik Program Studi Kebidanan Program Sarjana

Terapan Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

7. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan yang selalu memberikan masukan,

membantu serta meluangkan waktu untuk peneliti yang namanya tidak

bisa disebutkan satu persatu.

Meski telah berupaya maksimal, namun kesempurnaan dalam skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan tangan terbuka peneliti

menerima saran dan masukan dari berbagai pihak yang terkait yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan penelitian proposal ini dimasa mendatang.

Semoga nikmat Allah SWT selalu tercurah untuk kita berkarya dan melangkah

kedepan meraih sukses, Aamiin

Bukittinggi, Juli 2023

Peneliti
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian tentang tentang Analisis Pemberdayaan Masyarakat

Terhadap Kunjungan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing di Kota Padang

Tahun 2002 yang telah dilakukan mulai pada bulan Maret - Juni 2023.

Wawancara dengan informan utama dan triagulasi dengan instrument yang

digunakan pada penelitian ini adalah berupa wawancara, dokumentasi dan

hasil observasi terkait pelayanan pemeriksaan kesehatan diposyandu yang

dilakukan pengobatan, penimbangan dan imunisasi.

B. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Posyandu di Kelurahan Parapuk Tabing merupakan Wilayah Kerja

Puskemas Lubuk Buaya. Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya terletak di

Kecmatan Koto Tangah Kota Padang. Puskemas Lubuk Buaya terdapat 20

posyandu, didalam penelitian ini hanya 4 posyandu yang memiliki tingkat

kunjungan yang kurang dan tidak berjalan dengan efektif yaitu:

1. Posyandu teratai 4

2. Posyandu teratai 18

3. Posyandu teratai 16

4. Posyandu teratai 17
C. Gambaran Umum Informan

Informan dalam penelitian ini terdiri dari 12 orang yaitu Kepala

Puskesmas Lubuk Buaya, 4 orang Bidan Puskesmas Lubuk Buaya, 4 orang

Kader per wilayah Posyandu yang merupakan informan utama, dan 3 orang

tokoh masyarakat di Parupuk Tabing. Adapun karakteristik informan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1
Karakteristik Informan

No. Kode Jabatan Keterangan


Informan
1 Informan-1 Kepala Puskesmas Lubuk Buaya Informan utama
Petugas Gizi Puskesmas
2 Informan-2 Informan utama
3 Informan-3 Bidan Pelaksana Pelayanan Posyandu Informan utama
teratai 4
4 Informan-4 Bidan Pelaksana Pelayanan Posyandu Informan utama
teratai 16
5 Informan-5 Bidan Pelaksana Pelayanan Posyandu Informan utama
teratai 17
6 Informan-6 Bidan Pelaksana Pelayanan Posyandu Informan utama
teratai 18
7 Informan-7 Kader Posyandu teratai 4 Triagulasi
8 Informan-8 Kader Posyandu teratai 16 Triagulasi
9 Informan-9 Kader Posyandu teratai 17 Triagulasi
10 Informan-10 Kader Posyandu teratai 18 Triagulasi
11 Informan-11 Tokoh Masyarakat Triagulasi
12 Informan-12 Ibu yang memiliki balita 1 Triagulasi
13 Informan-13 Ibu yang memiliki balita 2 Triagulasi
14 Informan-14 Ibu yang memiliki balita 3 Triagulasi
15 Informan-15 Ibu yang memiliki balita 4 Triagulasi

D. Hasil Wawancara Mendalam


Posyandu memiliki banyak program diantaranya pelayanan gizi dan

pelayanan kesehatan yang dapat memberikan pendidikan bagi masyarakat

sebagai salah satu bentuk dari penggembangan masyarakat. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan terhadap informan dalam penelitian ini, didapatkan

hasil:

1. Input

Komponen input Analisis Pemberdayaan Masyarakat Terhadap

Kunjungan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing di Kota Padang

meliputi kebijakan SDM, sarana prasarana, sosialisasi dan dana.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Informasi

dari informan mengenai komponen input dapat diketahui dari hasil

wawancara berikut:

a. Kebijakan

Dari hasil wawancara informan menyatakan tentang kebijakan

dalam pelaksanaan posyandu, seperti yang dinyatakan oleh informan

berikut ini :

“Kebijakan pemerintah sudah masuk kedalam SPM dari dinas


kesehatan sudah cukup baik, tapi pelaksanaannya belum berjalan
sebagaimana mestinya”(IF- 1).

“Kalau kebijakan kita hanya berpedomannya dari Kementerian


Kesehatan”(IF- 2).

“….Kebijakan pemerintah sudah bagus semua sudah sesuai dengan


standar yang di berikan oleh pemerintah”(IF- 3).

“Kebijakan pemerintah pusat dan daerah sudah diatur sesuai dengan


undang undang” (IF-4).
“Kebijakan pusat, walikota juga ada mengeluarkan kebijakan” (IF-5).

“Kebijakan sesuai dengan pelayanan. SPM dan Peraturan undang-


undang kesehatan” (IF-6).
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

kebijakan dalam pelaksanaan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing,

yaitu Kebijakan dari pusat dan Walikota yang sudah berjalan sesuai

dengan undang-undang kesehatan.

b. SDM

Sumber daya manusia dalam pemberdayaan masyarakat

pelaksanaan program posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing,

informan penelitian menyampaikan pendapat mereka berkaitan dengan

hal ini.

“…penyelenggara posyandu merupakan tenaga yang dilibatkan dalam


pembinaan posyandu diantaranya adalah bidan serta petugas gizi
dan kadernya, untuk jumlah kader minta data sama bidannya
ya…”(IF- 1).

“….untuk Sumber Daya Manusia (SDM) pada tenaga kesehatan sudah


mencukupi, kita juga menepatkan petugasnya disitu untuk membantu
kader juga ”(IF- 2).

“Jumlah Kader di setiap posyandu sebanyak 5 orang dan saya rasa


jumlahnya sudah mencukupi karena di posyandu hanya ada 5meja
yang setiap meja diisi oleh 1 kader”(IF-3).

“…untuk kader kita sudah lengkap ada 5 kader dan 6 orang tenaga
kesehatan yang turun ke lapangan”(IF- 4).
“…untuk kader kita sudah lengkap , ada saya dan petugas gizi di
setiap kegiatan posyandu ”(IF-5).

“…SDM rasanya sudah cukup dan kegiatan posyandu sesuai dengan


SDM yang ada”(IF-6).
Saat ditanyakan kepada kader yang merupakan informan

triagulasi dalam penelitian ini, hal ini dibenarkan oleh informan 7,

seperti hasil wawancara berikut ini.

“Jumlah Kader di setiap posyandu teratai 4 ada 5 orang dan setiap


meja posyandu itu ada”(IF-7).

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa SDM

dalam pelaksanaan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing sudah

mencukupi seperti adanya bidan, petugas gizi dan kader disetiap meja

Posyandu.

c. Sarana Prasarana

Dilihat dari sarana prasarana dalam pemberdayaan masyarakat

pelaksanaan program posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing,

informan penelitian menyampaikan pendapat mereka berkaitan dengan

hal ini.

“…penyelenggara posyandu merupakan tenaga yang dilibatkan dalam


pembinaan posyandu diantaranya adalah bidan serta petugas gizi
dan kadernya, untuk jumlah kader minta data sama bidannya
ya…”(IF- 1).

“saya rasa tempat dan peralatan yang ada di posyandu ini sudah baik
…”(IF- 2).
“Sarana dan prasarana untuk tempat memadai tetapi untuk alat
kesehatan ada yang rusak seperti timbangan gantung” (IF-3)

“…Sarpras di posyandu ini sudah cukup memadai semua disediakan


tetapi tempat posyandunya belum permannen…”(IF- 4).
“..kebutuhan logistik sudah memenuhi standar, namun untuk ruangan
dan tempat melakukan kegiatan posyandu hanya mengguna tikar
untuk pelayanan…”(IF- 5).

“Sarana dan prasarana sudah cukup memadai dan bagus untuk


tempat pelaksanaan, hanya saja yang belum mencukupi”(IF-6).

Saat ditanyakan kepada kader yang merupakan informan

triagulasi dalam penelitian ini, hal ini dibenarkan oleh informan-8 dan

informan 9, seperti hasil wawancara berikut ini.

“sudah cukup memadai tempat posyandunya belum permannen jadi


setiap akan posyandu baru dibersihkan”(IF-8).

“setiap kegiatan kita pakai tikar, karena ada masalah dengan


kursinya”(IF-9).

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa rata

rata informan mengatakan sarana dan prasarana tentang pemberdayaan

masyarakat mengenai pelaksanaan posyandu belum memadai karena

belum permanen dan masih kurangnya peralatan kesehatan karena ada

yang rusak.

d. Promosi Kesehatan
Dilihat dari promosi kesehatan dalam pelaksanaan posyandu di

Kelurahan Parupuk Tabing, informan penelitian menyampaikan

pendapat mereka berkaitan dengan hal ini.

“…pelaksanaan posyandu ini dilaksanakan dengan mengacu pada


peraturan kementerian Kesehatan tentang pelaksaan posyandu, ada
SOP nya, tentunya kami juga mensosialisasikannya kepada kader
dan masyarakat setempat ”(IF- 1).

“kami juga mensosialisasikannya kepada kader dan masyarakat nanti


untuk jadwal kegiatannya akan disampaikan oleh kader”(IF 3).

“kita sosialisasi ke kader dan kemasyarakat gitu” (IF-4)

“…Pengumuman posyandu sering diumumkan di masjid…”(IF- 5).

““Kami punya grup WA khusus untuk kader dan ibu, semua info
terkait posyandu selalu di saya share di situ” (IF-6).

Saat ditanyakan kepada kader, seperti hasil wawancara berikut

ini.

“kita hanya sosialisasi yang diberikan oleh Puskesmas, kalau


pelatihan khusus tidak ada, karena udah lama juga sih…”(IF-6).

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

promosi kesehatan kesehatan dalam pelaksanaan posyandu di

Kelurahan Parupuk Tabing dilakukan melalui sosialisasi kepada kader

dan masyarakat.

e. Dana
Dilihat dari dana/untuk kegiatan posyandi di Kelurahan Parupuk

Tabing, informan penelitian menyampaikan pendapat mereka

berkaitan dengan hal ini.

“Pendanaan program posyandu itu dana nya sudah berjalan sesaui


dengan kebutuhan itu dari dana BOK puskesmas dan dana BLUD,
tetapi dirasa belum cukup” (IF-1)

“….dana kita dari BOK dan dana puskesmas karena kita sudah
BLUD”(IF-2)

“Pendanaan dari BOK puskesmas” (IF-3)

“Pendanaan untuk petugas ada biaya transportasi dari posyandu kita


mengandalkan PMT, dana kader dari lurah” (IF-4)

“Pendanaan dari BOK puskesmas dan ada dana dari luar” (IF-5)
“ ……dana ada masalah, dana dilaporkan ke puskesmas dan diajukan

tetapi belum cukup.” (IF-6)

Saat ditanyakan kepada salah seorang tokoh masyarakat yang

merupakan informan triagulasi dalam penelitian ini, hal ini dibenarkan

oleh informan-11, seperti hasil wawancara berikut ini.

“, kami menyediakan dana kader setiap bulannya dan itu sudah ada
dalam kebijakan pemerintah Kota Padang”(IF-11).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat di simpulkan bahwa

pendanaan tentang pemberdayaan masyarakat mengenai pelaksanaan

posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing di dapatkan dari BOK, BLUD

yang dirasa belum cukup sedangkan dana kelurahan untuk kader.


2. Proses

Komponen Proses Analisis Pemberdayaan Masyarakat Terhadap

Kunjungan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing di Kota Padang

meliputi perencanaan, pelaksanaan dan monitoring. Pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara mendalam dan dapat diketahui dari hasil

wawancara berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan dalam pemberdayaan masyarakat dalam program

posyandu seperti yang diungkapkan oleh informan dalam petikan

wawancara berikut :

“perencanaan sudah mengacu pada petunjuk teknis pelaksanaan


posyandu yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan yang
programmnya itu direncanakan setahun sekali setiap rapat tahunan”
(IF-1)

“….kegiatannya kan seminggu sekali tiap bulnnya sesuai


rencana”(IF-2)
“ Proses perencanaan kegiatan posyandu balita sebulan sekali tiap
minggu pertama setiap bulannya”. (IF-3, IF-4 & IF-5)
“ ……perencanaan kan ditetapkan setiap setahun sekali oleh
puskesmas dan pelaksanaannya sebulan sekali.” (IF-6)

Saat ditanyakan kepada salah seorang kader dalam penelitian ini,

hal ini dibenarkan oleh informan-8, seperti hasil wawancara berikut

ini.

“perencanaan kegiatan dinberitahu dan ditetapkan seperti sebelumnya


di minggu pertama tiap bulannya”(IF-8).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat di simpulkan bahwa

perencanaan kegiatan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing

dilakukan satu bulan sekali di minggu pertama tiap bulannya.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam pemberdayaan masyarakat dalam program

posyandu di Kleurahan Parupuk Tabing, seperti yang diungkapkan oleh

informan dalam petikan wawancara berikut :

“Pelaksanaan Kegiatan posyandu dari pelaporan bidan penanggung


jawab di 4 Posyandu tersebut masih jauh dari target”(IF-1).

“….., saya rasa kurang minat masyarakat, karena sesuai jadwal tidak
sesuai dengan target dan data yang ada yang melakukan kunjungan
ke posyandu” (IF-2)

“Harusnya ada tetapi dengan berjalannya waktu saat kegiatan tidak


banyak yang datang” (IF-3)

“dirasa memang kurang minat ibu bawa balitanya, mereka banyak ke


Faskes yang lain” (IF-4)

“kebanyakan ibu bekerja, jadi kurang partisipasi ibu untuk


menimbang anaknya ke posyandu, untuk imunisasi mereka banyak
yang melakukan ke bidan atau dokter prakterk saja” (IF-5)

“dari pagi dimulai kegitan posyandu tidak banyak yang datan,


sehingga dirasa target tidak tercapai” (IF-6)
Saat ditanyakan kepada kader dalam penelitian ini, hal ini

dibenarkan,seperti hasil wawancara berikut ini.

“padahal sudah diinfokan se rumah ibu balita sehari sebelumny, tapi


mereka tidak datang” (IF-7)

“hanya yang dekat rumahnya ke posyandu saja yang datangya..karena


sehari sebelum kegiatan posyandu kita berbenah tempat posyandu
itu, makanya mereka tahu akan ada posyandu besoknya” (IF-8).
“seminggu sebelum kegiatan sudah diingatkan, bahkan pagi hari akan
dimulai posyandu juga diberitakan dari mushalla dekat posyandu
tapi, yang datang tidak seberapa” (IF-6)
Ketika peneliti menanyakan pada ibu yang mrmpunyai anak di

sekitaran empat posyandu tersebut, didapatkan hasil bahwa:

“yang lain karena mereka bekerja makanya tidak bisa datang” (IF-
12)

“…. yang lain karena mereka bekerja makanya tidak bisa datang”
(IF-13)

“kesini karena binggung, anak saya sudah lengkpa imunisasinya, tadi


saja diajak sam teman kesini” (IF-14)

“ ini saya bisanya karena diajak sama tetangga, sebelumnya saya


langsung ke rumah bidan saja” (IF-15).

Untuk mengatasi masalah diatas, saat ditanyakan langkah yang

akan diambil, kepal Puskesmas Lubuk Buaya megutarakan seperti

dibawah ini:

“ kita punya inovasi untuk menumbuhkan minat masyarakat tertarik


untuk melaksanakan kunjungan posyandu salah satunya pemberian
PMT yang tidak hanya diberikan kepada baduta tetapi hingga balita,
karena mereka yang anaknya sudah berusia 2 tahun dan imunisasi
lengkap tidak akan datang ke posyandu lagi, padahal hal itu sangat
penting dalam pemantauan tumbuh kembang anak, apalagi sekarang
kita dalam penanganan stunting juga” (IF-1).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat di simpulkan bahwa

pelaksanaan kegiatan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing masih

kurang diminati oleh ibu balita meskipun informasi kegiatan sudah

diberitahukan seminggu bahkan sehari sebelum posyandu dilakukan.

Untuk penanganan hal tersebut, pihak puskesmas berinisiatif untuk

inovasi dengan pemberiana PMT hingga anak usia 5 tahun.

c. Monitoring

Monitoring dalam pemberdayaan masyarakat dalam

pelaksanaan program posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing yaitu

meliputi pencapaian dan kegiatan, seperti yang diungkapkan oleh

informan dalam petikan wawancara berikut :

“ Monitoring dan evaluasi dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam


satu tahun. Kita selalu berkunjung saat ada kegiatan posyandu untuk
melihat kondisi dari pelaporan bulan sebelumnya dan dilanjutkan
koordinasi dengan pihak RT/RW dan kelurahan terkait hambatan
nya” (IF-1)

“ Semua hasil kegiatan dimonitoring oleh pihak puskesmas yang ikut


dalam kegiatan. Termasuk juga promotor kesehatan puskesmas yang
datang setiap bulan (IF-3).
“terdapat penurunan cakupan kunjungan posyandu dari bulan
sebelumnya. Penurunan tersebut tidak terlalu signifikan tetapi harus
kita tingkatkan lagi di semester ini” (IF-4).
“ Kegiatan kita selalu dipantau oleh pihak puskesmas” (IF-5).

“laporan kegiatan selalu dilaporkan ke Puskesmas setiap selesai


kegiatan posyandu” (IF-6)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat di simpulkan bahwa

monitoring kegiatan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing semua

hasil kegiatan dimonitoring oleh pihak puskesmas yang ikut dalam

kegiatan dan dikoordinasikan dengan pihak RT/RW dan kelurahan

terkait hambatan dalam pelaksanan posyandu.

3. Output

Komponen output evaluasi pemberdayaan masyarakat dalam

pelaksanaan program posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing didapatkan

hasil wawancara seperti dibawah ini:

“ Evaluasi semester I tahun 2023 masih jauh dari target, dan semoga
tahin ini bisa mencapai target kita” (IF-1)

“ target kita tidak tercapai berpengaruh pada cakupan D/S” (IF-3).

“terdapat penurunan cakupan kunjungan posyandu dari bulan


sebelumnya. Penurunan tersebut tidak terlalu signifikan tetapi harus
kita tingkatkan lagi di semester ini tapi mempengaruhi cakupan D/S
kita di psukesmas (IF-4).

“dari kegiatan yang sudah dilakukan data yang ada, tidak semua yang
ada di data melakukan kunjungan ke posyandu bawa anaknya.” (IF-
5)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat di simpulkan bahwa

evaluasi kegiatan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing bahwa

kurang partisipasi ibu membawa anaknya ke posyandu untuk

ditimbang berpengaruh pada cakupan D/S. Hambatan dalam

pelaksanaan posyandu yaitu ibu yang tidak membawa anaknya ke

posyandu pada umumnya adaah ibu yang sibuk bekerja dan memiliki

pengetahuan kurang tentang posyandu.

BAB VI
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan terkait dengan

Analisis Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Kunjungan Posyandu di Kelurahan

Parupuk Tabing di Kota Padang yang terdiri dari input, proses dan output yang

diuraikan seperti berikut ini:

A. Input

1. Kebijakan

Dari hasil wawancara diketahui bahwa kebijakan dalam

pelaksanaan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing, yaitu Kebijakan dari

pusat dan Walikota yang sudah berjalan sesuai dengan undang-undang

kesehatan.

Hafifah & Abidin (2020) mendefinisikan Posyandu adalah salah

satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang

dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat


dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan

angka kematian ibu dan bayi.

Sejalan dengan hasil penelitian Suherman et al. (2023) dengan hasil

menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah tentang pemberdayaan

masyarakat mengenai pelaksanaan posyandu lansia di kota sungai penuh di

masing-masing puskesmas sudah ada dan cukup bagus. Kebijakan ini juga

sudah berjalan dengan bagus. Pada penelitian Wahyuni (2020)

menunjukkan bahwa method pada posyandu Simpang Tiga Simancung

sudah dijalankan sesuai dengan standar yang ada diperaturan menteri

dalam negeri dan buku pedoman umum posyandu, namun kunjungan

balita ke posyandu ini belum mencapai.

Menurut asumsi peneliti, petugas Puskesmas Lubuk Buaya yang

terlibat memotivasi ibu balita ke posyandu serta melakukan tugas dengan

penuh rasa tanggung jawab berdasarkan standar pelayanan minimal. Oleh

karena itu berdasarkan analisis peneliti perlu adanya petunjuk teknis yang

menjelaskan peran dan fungsi tenaga pelaksana promkes yang dituangkan

pada Surat Keputusan (SK) tentang tugas dan tanggung jawabnya

memotivasi ibu balita ke posyandu. Karena pada dasarnya setiap aturan /

petunjuk teknis yang dituangkan pada SK akan memicu semangat dan

mengikat SDM yang terlibat untuk menggerakkan posyandu.

2. SDM
Dari hasil wawancara diketahui bahwa SDM dalam pelaksanaan

Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing sudah mencukupi seperti adanya

bidan, petugas gizi dan kader disetiap meja Posyandu.

Salah satu faktor keberhasilan suatu program adalah tersedianya

sumber daya manusia yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun

kualitas. Sumber daya manusia merupakan aset utama suatu organisasi

yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktvitas organisasi.

Sumber daya manusia dalam pelaksanaan posyandu lansia memegang

peranan penting. Oleh sebab itu diperlukan partisipasi seluruh pihak dalam

setiap kegiatan posyandu di wilayah kerjanya dalam hal ini pihak

kesehatan atau puskesmas, kecamatan, kelurahan, tokoh masyarakat serta

masyarakat itu sendiri (Mardikanto, 2013)

Pada penelitian Wahyuni (2020) diketahui bahwa mengenai man

untuk tenaga kesehatan ditentukan oleh puskesmas berdasarkan SK yang

ada sesuai dengan wilayahnya, sedangkan untuk pemilihan kader

ditentukan oleh Wali Nagari. Namun tidak ada pelatihan khusus dalam

pelaksanaan posyandu melainkan hanya sosialisasi yang diberikan oleh

Puskesmas Tiga Simancung. Pada penelitian Suherman et al. (2023)

menunjukkan bahwa SDM tentang pemberdayaan masyarakat mengenai

pelaksanaan posyandu lansia di kota sungai penuh di masing-masing

puskesmas sudah mencukupi, namun ada salah satu puskesmas yang masih

kurangnya SDM untuk pelayanan kesehatan di puskesmas mereka

Menurut asumsi peneliti, pelaksana Posyandu di Kelurahan

Parupuk Tabing yaitu bidan, petugas gizi dan kader disetiap meja
Posyandu dirasa belum mencukupi. Berjalannya sebuah kegiatan diawali

dengan adanya promosi. SDM petugas Promosi Kesehatan seharusnya

terun ke posyandu untuk membantu untuk meningkatkan kunjungan ibu

balita ke posyandu dirasa sangat dibutuhkan. Selain itu, peran dan

dukungan lurah, toma dan tim penggerak PKK merupakan hal yang sangat

penting dalam pelaksanaan promosi kesehatn terhadap kunjungan ibu

balita keposyandu. Peran petugas kesehatan sebagai pelaksana program

harus diikuti oleh perandan tanggung jawab dari tokoh masyarakat untuk

menggerakkan ibu balita ke posyandu.

3. Sarana Prasarana

Dari hasil wawancara diketahui bahwa sarana dan prasarana

tentang pemberdayaan masyarakat mengenai pelaksanaan posyandu belum

memadai karena belum permanen dan masih kurangnya peralatan

kesehatan karena ada yang rusak.

Sarana kesehatan adalah segala macam peralatan yang digunakan

tenaga medis/para medis untuk memudahkan penyampaian pelayanan

kesehatan. Lalu dapat dirumuskan bahwa prasarana kesehatan adalah

segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan

petugas puskesmas untuk memudahkan penyelenggaraan puskesmas.

Kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas sangat tergantung oleh

ketersediaan dan kecukupan biaya operasional dan pemeliharaan seperti

obat-obatan makanan listrik, air dan bahan bakar (W. Hidayat, 2015).

Pada penelitian Suherman et al. (2023) menunjukkan bahwa sarana

dan prasarana tentang pemberdayaan masyarakat mengenai pelaksanaan


posyandu lansia di kota sungai penuh di masing-masing puskesmas sudah

memadai dan cukup bagus. Pada penelitian Wahyuni (2020) diketahui

bahwa material (sarana dan prasarana) yang ada untuk pemenuhan

kebutuhan logistik sudah memenuhi standar, namun untuk ruangan dan

tempat melakukan kegiatan posyandu tidak ada. Kegiatan posyandu

Simpang Tiga Simancung masih menumpang di rumah warga dan hanya

mengguna tikar untuk pelayanan tahapan sistem 5 meja. Sedangkan pada

penelitian yang dilakukan Bhan et al. (2017) menunjukkan bahwa masih

kurangnya sarana dan prasarana dalam pelayanan kesehatan disana.

Menurut asumsi peneliti, sarana posyandu masih banyak yang

rusak seperti timbangan banyak yang tidak layak pakai karena sudah lama

dan tidak dikalibrasi sehingga pengukurannya tidak valid. Ditambah

dengan papan informasi, brosur, leaflet tentang pentingnya posyandu

belum ada sehingga ibu balita tidak tertarik datang ke posyandu. Oleh

karena itu untuk meningkatkan kunjungan ibu balita ke posyandu dalam

melakukan penimbangan untuk bayi dan balita diperlukan media informasi

seperti papan informasi, poster, brosur, leaflet dalam memberitahukan

jadwal posyandu sehingga ibu balita tertarik datang ke posyandu dan

memanfaatkan pelayanan yang ada di posyandu.

4. Promosi Kesehatan

Dari hasil wawancara diketahui bahwa promosi kesehatan

kesehatan dalam pelaksanaan posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing

dilakukan melalui sosialisasi kepada kader dan masyarakat.


Promosi kesehatan menurut Kholid (2015) ialah usaha dalam hal

untuk memberdayakan masyarakat agar dapat memelihara, meningkatkan

dan melindungi kesehatannya. Posyandu ialah salah satu kegiatan yang

bersumberdaya masyarakat yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama

masyarakat untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita

Pada penelitian Wahyuni (2020) diketahui mengenai market

(sosialisasi) sudah dilakukan yaitu pemberitahuan dengan rekaman dalam

bentuk ajakan yang dilakukan dengan berkeliling daerah dengan ambulan

dan pemberitahuan di mesjid. Hal ini dilakukan oleh petugas puskesmas,

kader dan keterlibatan lintas sektoral. Hasil penelitian Hidayat (2018)

menunjukkan bahwa promkes untuk peningkatan kunjungan ibu balita ke

posyandu di kedua puskesmas yaitu memberikan penyegaran kader dan

penyediaan PMT.

Menurut asumsi peneliti, sosialisasi yang dilakukan kepada kader

akan memberikan dampak kepada masyarakat khususnya ibu yang

mempunyai balita agar memeriksakan anak balitanya ke

posyandu. Perilaku dimulai dari domain kognitif (pengetahuan), dalam arti

subjek tahu, terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau

subjek sehingga menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap

objek yang diketahuinya. Akhirnya rangsangan yakni objek yang sudah

diketahui dan didasari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan

respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action) terhadap stimulus tadi

dan dapat menimbulkan perilaku yaitu melakukan kunjungan ke


posyandu. Salah satu cara pemberian informasi adalah dengan melalukan

pelatihan, sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pelatihan

tentang menilai pertumbuhan balita. Promosi kesehatan melalui pemberian

informasi dan pelatihan kader terbukti efektif untuk meningkatkan

pengetahuan kader kesehatan dan orangtua.

5. Dana

Dari hasil wawancara diketahui bahwa pendanaan tentang

pemberdayaan masyarakat mengenai pelaksanaan posyandu di Kelurahan

Parupuk Tabing di dapatkan dari BOK, BLUD yang dirasa belum cukup

sedangkan dana kelurahan untuk kader.

Sumber dana yang berasal dari pemerintah dapat berasal dari dana

APBN dan danna APBD. Adapun Dana Alokasi Khusus (DAK) berupa/

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Tertuang dalam Peraturan dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 61 tahun 2017 Dana BOK

Puskesmas Kabupaten/kota dan Provinsi diarahkan untuk meningkatkan

kinerja tenaga kesehatan dalam upaya kesehatan masyarakat melalui

kegiatan promotif dan preventif untuk mendukung pelayanan kesehatan di

luar gedung dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan

pendekatan keluarga (Kemenkes, 2017).

Pada penelitian Suherman et al. (2023) menunjukkan bahwa

pendanaan tentang pemberdayaan masyarakat mengenai pelaksanaan

posyandu lansia di kota sungai penuh di masing-masing puskesmas sudah

di gunakan dengan semestinya. Pada penelitian Wahyuni (2020) diketahui


bahwa mengenai money yang dianggarkan oleh Wali Nagari untuk

kunjungan balita ke Posyandu Simpang Tiga Simancung ini sudah

mencukupi dan tidak ada keluhan dari petugas kesehatan. Pada penelitian

Herlina & Permata (2019) menunjukkan bahwa sumber dana melalui

bantuan pendanaan untuk memberikan makanan tambahan untuk Balita,

pengetahuan kader tentang aneka makanan tambahan untuk Balita,

bertambah dan termotivasi karena adanya bantuan dana dari tim pengabdi

dan dapat menabung sebagai dana simpanan kader Posyandu

Menurut asumsi peneliti, masih belum cukupnya ketersediaan dana

ini menyebabkan banyak kegiatan yang tidak dapat diimplementasikan

secara optimal. Padahal keuangan dalam pemberdayaan masyarakat

merupakan bagian yang sangat dibutuhkan untuk membiayai kegiatan.

Terkait dengan hal ini, diperlukan keaktifan dan kemitraan masyarakat

dengan semua pihak (tokoh masyarakat, unsur pemerintah desa, swasta,

dan lain lain) dalam upaya untuk menggali sumber dana. Selanjutnya,

pemerintah juga harus memberikan alokasi dana desa (ADD) sebagai

bantuan stimulan atau dana perangsang untuk mendorong kegiatan

kemasyarakatan. Dengan ketersediaan dana ini, maka upaya

pemberdayaan masyarakat akan lebih optimal.

B. Proses

1. Perencanaan

Dari hasil wawancara diketahui bahwa perencanaan kegiatan

Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing dilakukan satu bulan sekali di

minggu pertama tiap bulannya.


Perencanaan dalam organisasi bermanfaat sebagai pedoman dalam

memanfaatkan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan dapat membuat kegiatan lebih sistematis serta konsisten.

Dasar perencanaan meliputi Forecasting, Penetapan skenario,

Benchmarking, dan Partisipan dan keterlibatan serta Penggunaan staf

perencanaan (Yuliana, 2021).

Pada penelitian Wahyuni (2020) diketahui bahwa mengenai

perencanaan ataupuyn implementasi sudah mengacu pada petunjuk teknis

pelaksanaan posyandu yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan

namun permasalahnnya adalah tidak sesuai sasaran dengan targetnya

dikarenakan persepsi masyarakat yang mengartikan bahwa membawa anak

ke posyandu hanya sampai anak imunisasi lengkap saja. Pada penelitian

Ernawati et al. (2015), diketahui hasil bahwa pada posyandu yang diatas

target mempunyai perencanaan jadwal kegiatan dan pada posyandu yang

cakupannya dibawah target mengatakan jadwal kegiatan belum pasti.

Menurut asumsi peneliti, perencanaan kegiatan Posyandu di

Kelurahan Parupuk Tabing sudah sebagaimana mestinya, namun

sebaiknya dalam proses pelaksanaan tetap dilakukan perencanaan untuk

bulan berikutnya agar lebih baik. Perencanaan ini tidak hanya dari pihak

tenaga kesehatan saja, akan tetapi pihak kelurahan, tokoh masyarakat

bahkan lintas sektoral karena namun permasalahnnya adalah tidak sesuai

sasaran dengan targetnya dikarenakan persepsi masyarakat yang kurang

tentang siapa saja yang dapat melakukan kunjungan teutama balita. Karena

masih banyak ibu yang beranggapan datang ke posyandu itu sampai


imunisasi anak lengkap saja. Padahal, samapi usia sekolah pun anak masih

dipantau tumbuh kembangnya. Untuk itu sebaiknya dilakukan inovasi

inovasi yang dapat menarik masyarakat, khususnya ibu balita untuk

melakukan kunjungan ke posyandu. Upaya tersebut dapat meningkatkan

pemahaman ibu terhadap pentingnya melakukan kunjungan balita ke

posyandu, sehingga dapat menekan angka kejadian penyakit dan kematian

balita.

2. Pelaksanaan

Dari hasil wawancara diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan

Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing masih kurang diminati oleh ibu

balita, pihak puskesmas berinisiatif untuk inovasi dengan pemberiana

PMT hingga anak usia 5 tahun.

Menurut Westra, pelaksanaan adalah usaha yang dilakukan untuk

melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah

dirumuskandan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat

yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat

pelaksanaannya, dan kapan waktu dimulainya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan adalah menggerakkan orang-orang agar

mau bekerja dengan sendiri maupun bersama-sama untuk mencapai tujuan

yang dikehendaki secara efektif (Cahyanti, 2016)

Pada penelitian Wahyuni (2020) diketahui bahwa pelaksanaan

pelayanan posyandu masih mengalami kekurangan, seperti: tidak adanya

pelatihan khusus yang diberikan pada kader walaupun puskesmas tetap

menuntun kader pada saat pelayanan. Proses kegiatan posyandu yang


sudah dilaksanakan akan diinformasikan oleh pemegang program

posyandu untuk menentukan apa saja kekurangan dari kegiatan tersebut.

Pada penelitian Suherman et al. (2023) menunjukkan bahwa sebagian

besar informan sudah adanya pemberdayaan masyarakat seperti

terbentuknya organisasi masyarakat, bagusnya respon masyarakat yang

aktif. Tetapi, ada sebagian mengatakan untuk pemberdayaan masyarakat

tentang kerjasama lintas sektoral belum terlalu nampak. Lintas sektoral

masih ada yang belum memahami kerjasama yang baik bahwa posyandu

lansia tidak hanya dari tenaga kesehatan.

Menurut asumsi peneliti, kurang diminatinya kegiatan Posyandu

ini dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu balita tersebut. Padahal ini

merupakn program pemerintah untuk membentuk anak sehat dan

mempunyai pelayanan kesehatan keluarga yang mudah dijangkau (dekat).

Kesadaran untuk terlibat secara aktif dalam membangun kesadaran

masyarakat untuk berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Selain itu rendahnya keterlibatan ibu untuk datang ke

posyandu, karena jadwal pelayanan yang tidak menentu serta tidak

mempertimbangkan kegiatan penduduk setempat. Sehingga dapat

diasumsikan bahwa buruknya pelayanan posyandu akan menjadi kendala

dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap Posyandu.

Sementara itu, ditinjau dari kecukupan fasilitas Posyandu, fasilitas atau

peralatan yang vital justru tidak tercukupi. Hal ini lah yang mempengaruhi

keterlibatan ibu dan anak dalam kegiatan Posyandu

3. Monitoring
Dari hasil wawancara diketahui bahwa monitoring kegiatan

dilakukan oleh pihak puskesmas yang ikut dalam kegiatan dan

dikoordinasikan dengan pihak RT/RW dan kelurahan terkait hambatan

dalam pelaksanan posyandu.

Monitoring merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memastikan

kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah

ditetapkan. Monitoring dapat dilakukan dengan melihat berbagai aspek

yaitu aspek perencanaan, aspek pelaksanaan tugas dan manajemen, aspek

sumber daya manusia, aspek sarana dan prasarana, serta aspek pembiayaan

(Syahputra, 2016).

Pada penelitian Puspita et al. (2018) menunjukkan bahwa dari hasil

pemenatauan diketahui tingkat partisipasi ibu yang memiliki balita adalah

tinggi pada pelaksanaan kegiatan Posyandu karena sudah adanya

kesadaran akan pentingnya keberadaan Posyandu dan keinginan dari ibu

untuk menjaga dan memelihara kesehatan balita dan ibu juga dapat terus

memantau pertumbuhan dan perkembangan balita walaupun tidak setiap

bulan mereka membawa balitanya ke Posyandu. Pada penelitian Suherman

et al. (2023) yang menunjukkan bahwa untuk monitoring tingkat

pencapaian sudah bagus dan ada juga yang masih kurang dibuktikan

dengan ramainya lansia datang ke posyandu lansia dan kegiatan sudah

berjalan dengan lancar seperti kegiatan senam lansia, timbang berat badan,

cek tekanan darah, cek darah sederhana, pemberian makanan tambahan,

sosialisasi dan home care.


Menurut asumsi peneliti, untuk monitoring tingkat pencapaian

sudah bagus dan ada juga yang masih kurang dibuktikan dengan ramainya

ibu balita datang ke posyandu dan kegiatan sudah berjalan dengan lancar

Agar posyandu tetap berjalan terus yaitu dengan cara harus saling

kerjasama baik dari pihak tenaga kesehatan, camat, lurah, tokoh

masyarakat dan lintas sektoral lainnya, faktor pendukung ibu balita ingin

datang ke posyandu yaitu karena rasa kesadaran dan ingin tahu tentang

tumbuh kembang balita mereka. Jadi, dalam pelaksanaan posyandu ini

sebaiknya tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan

saja, melainkan kerjasama berbagai pihak yang berkepentingan deni

masyarakat wilayah posyandu khususnya dan wilayah puskesmas umunya

dapat mencapai derajat kesehatan yang baik.

C. Output

Dari hasil wawancara diketahui bahwa evaluasi bahwa kurang

partisipasi ibu membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang berpengaruh

pada cakupan D/S. Hambatan dalam pelaksanaan posyandu yaitu ibu yang

tidak membawa anaknya ke posyandu pada umumnya adaah ibu yang sibuk

bekerja dan memiliki pengetahuan kurang tentang posyandu.

Keluaran (Output) merupakan hasil dari proses. Output dapat

dievaluasi dengan melihat perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku

sasaran kegiatan (Setyaningsih, 2017). Evaluasi dilakukan untuk mengetahui

penyimpangan yang terjadi, kemudian diperbaiki sehingga tujuan dapat

tercapai sesuai harapan. Hal ini dapat menjelaskan bahwa dari serangkaian

kegiatan yang telah disusun dan direncanakan yang kemudian berakhir pada
tahap pengawasan, dimana pada tahap ini kita melihat hasil dari kegiatan yang

dilaksanakan berhasil atau tidaknya, kemudian nantinya akan menjadi koreksi

dan catatan penting bagi pelaksanaan kegiatan selanjutnya yang lebih baik lagi

guna mencapai tujuan yang sesungguhnya (Muninjaya, 2016).

Pada penelitian Aidha (2017) diketahui bahwa kegiatan pemberdayaan

masyarakat yang dilaksanakan tidak berjalan aktif dan dirasakan oleh

masyarakat berada dalam kategori tidak baik. Pada penelitian Ernawati et al.

(2015), diketahui hasil bahwa Output yang ada didapatkan kegiatan

pengembangan yang paling efektif dan didukung masyarakat adalah Pos

PAUD, hal ini dapat menggambarkan cakupan balita tercapai terutama

pantauan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada penelitian Suherman et al.

(2023) yang menunjukkan bahwa pelaksanaan posyandu lansia di Kota Sungai

Penuh sudah berjalan dengan baik, lansia mau di berdayakan untuk hidup

sehat berobat atau datang ke tenaga kesehatan jika sakit dan mau datang ke

posyandu lansia.

Berdasarkan asumsi peneliti, kerjasama lintas sektor terkait yang

komprehensif dengan melibat beberapa hal perencanaan maupun penyusunan

kegiatan sehingga meresa dilibatkan sangat dibutuhkan. Revisi target balita

yang ditimbang dan sesuai dengan jumlah balita yang ada juga perlu

dilakukan. Disamping hal tersebut, penyebab lain rendahnya kunjungan

posyandu adalah hambatan serta fasilitas posyandu yang tidak memadai,

seperti: bangunan dan media edukasi, adanya kader yang tidak aktif dan lain

sebagainya.
Selain itu, rendahnya cakupan-cakupan tersebut, berkaitan dengan

kegiatan penimbangan dan pelayanan gizi dan kesehatan. Ini membuktikan

bahwa walaupun kegiatan penimbangan telah berjalan dengan baik, tetapi

tidak selalu memperoleh hasil cakupan sesuai dengan target yang telah

ditentukan. Oleh sebab itu, perlu cara lain untuk meningkatkan minat

masyarakat khususnya ibu bayi dan balita terhadap kegiatan penimbangan,

seperti memberikan motivasi kepada ibu bayi dan balita, memvariasikan

Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan kemudian adanya upaya untuk

meningkatkan motivasi dan keterampilan kader, dapat meningkatkan kegiatan

penyuluhan dalam kegiatan Posyandu.


BAB VII
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan terkait

dengan Analisis Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Kunjungan Posyandu

di Kelurahan Parupuk Tabing di Kota Padang Tahun 2023, dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Hasil dari komponen input, yaitu:

a. Kebijakan dalam pelaksanaan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing,

yaitu Kebijakan dari pusat dan Walikota yang sudah berjalan sesuai

dengan undang-undang kesehatan.

b. SDM dalam pelaksanaan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing

sudah mencukupi seperti adanya bidan, petugas gizi dan kader disetiap

meja Posyandu.

c. Sarana dan prasarana tentang pemberdayaan masyarakat mengenai

pelaksanaan posyandu belum memadai karena belum permanen dan

masih kurangnya peralatan kesehatan karena ada yang rusak.


d. Promosi kesehatan kesehatan dalam pelaksanaan posyandu di

Kelurahan Parupuk Tabing dilakukan melalui sosialisasi kepada kader

dan masyarakat.

e. Pendanaan tentang pemberdayaan masyarakat mengenai pelaksanaan

posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing di dapatkan dari BOK, BLUD

yang dirasa belum cukup sedangkan dana kelurahan untuk kader.

2. Hasil dari komponen proses, yaitu:

a. Perencanaan kegiatan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing

dilakukan satu bulan sekali di minggu pertama tiap bulannya.

b. Pelaksanaan kegiatan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing masih

kurang diminati oleh ibu balita, pihak puskesmas berinisiatif untuk

inovasi dengan pemberiana PMT hingga anak usia 5 tahun.

c. Monitoring kegiatan dilakukan oleh pihak puskesmas yang ikut dalam

kegiatan dan dikoordinasikan dengan pihak RT/RW dan kelurahan

terkait hambatan dalam pelaksanan posyandu.

3. Hasil dari komponen output terkait Analisis pemberdayaan masyarakat

terhadap kunjungan Posyandu di Kelurahan Parupuk Tabing di Kota

Padang Tahun 2023 dengan evaluasi bahwa kurang partisipasi ibu

membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang berpengaruh pada

cakupan D/S. Hambatan dalam pelaksanaan posyandu yaitu ibu yang tidak

membawa anaknya ke posyandu pada umumnya adaah ibu yang sibuk

bekerja dan memiliki pengetahuan kurang tentang posyandu.

B. Saran
1. Bagi Ibu Balita

Disarankan untuk ibu balita yang rutin bisa dijadiakan contoh

teladan kepada ibu balita yang tidak rutin sehingga kader harus

memberikan penghargan untuk ibu balita yang rutin supaya ibu balita tetap

rutin melakukan pemanfaatan kunjungan posyandu.

2. Bagi Kader

Dari hasil penelitian ini agar dapat meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan posyandu melalui penyuluhan kesehatan yang

bekerjasama dengan petugas puskesmas, memberikan promosi kesehatan

kepada ibu balita yang berusia muda untuk meningkatkan pengetahuan ibu

tentang pentingnya pemanfaatan posyandu dan pendekatan secara

komprehensif dan memberikan motivasi kepada ibu balita untuk rutin

berkunjung ke posyandu, memberikan pendidikan kesehatan melalui

penyuluhan kesehatan kepada ibu balita.

3. Bagi Puskesmas

Agar hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi,

masukan, bahan evaluasi bagi Puskesmas dalam melakukan revitalisasi

dan meningkatkan keaktivan posyandu dan kader dalam mendukung

program AKI.

4. Bagi Universitas Fort De Kock

Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai literasi bagi

penelitian dan pengembangan keilmuan dalam bidang kesehatan

masyarakat dan bisa juga menjadi bahan referensi bagi siapapun yang

berkeinginan melakukan penelitian lanjutan terkait penelitian ini.


5. Bagi peneliti selanjutnya

diharapkan dapat melakukan penelitian dengan variabel yangl ebih

banyak lagi dan dengan menambah teori serta referensi lainnya supaya

dapat lebih mengetahui manfaat Posyandu bagi Balita.

Anda mungkin juga menyukai