Anda di halaman 1dari 102

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA


EKSTERNA REMAJA DI SMP ISLAM AL-IHSAN
JAKARTA TAHUN 2020

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi Strata


Satu (S-1) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disusun Oleh:

Lelly Riski Sutarjo

2016710016

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA
EKSTERNA REMAJA DI SMP ISLAM AL-IHSAN
JAKARTA TAHUN 2020

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi Strata


Satu (S-1) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disusun Oleh:

Lelly Riski Sutarjo

2016710016

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Diterima dan disahkan oleh Komisi Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk memenuhi
persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Pada hari :
Tanggal :

..............................................................
Pembimbing

..............................................................
Penguji I

............................................................ .
Penguji II
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1) Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
2) Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
3) Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S-1) Kesehatan Masyarakat di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2020

(Materai 6.000)

Lelly Riski Sutarjo


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya yang


bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lelly Riski Sutarjo


NPM : 2016710016
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Muhammadiyah Jakarta Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas skripsi yang
berjudul:
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kebersihan Organ
Genitalia Eksterna Remaja Di Smp Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020.

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Muhammadiyah Jakarta berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis, pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : ....................
Pada tanggal : ....................
Yang menyatakan

(Lelly Riski Sutarjo)


ABSTRAK
Personal Hiegene merupakan tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, masalah yang
akan timbul jika seseorang kurang menjaga kebersihan organ genitalianya
dengan baik akan timbul beberapa penyakit kelamin seperti kanker
serviks, keputihan, iritasi kulit pada organ genitalia, alergi, peradangan
dan infeksi saluran kemih (Soleha, 2017). Menurut WHO, 490.000
perempuan di dunia setiap tahun di diagnosa terkena kanker serviks dan
80% berada di negara berkembang termasuk Indonesia (BKKBN, 2019).
Di Indonesia telah banyak peneliti yang mengkaji tentang kebersihan
organ genitalia eksterna, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
Eliza Budi Purnasari tahun 2018 bahwa sekitar 66,04% siswi memiliki
perilaku tentang hygiene genitalia yang tidak hygienis, dan 82,9% siswi
yang mengalami keputihan patologis yang berasal dari siswi yang
perilaku hygiene genitalia yang tidak hygienis (Purnasari, 2018). Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui perilaku kebersihan organ genitalia
eksterna remaja di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020. Metode
penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif bersifat
cross sectional dengan jumlah responden 154 siswi dengan teknik
pengambilan sampel stratified random sampling. Analisis data penelitian
ini dengan uji statistik chi-square. Hasil penelitian analisis bivariat
menunjukkan bahwa diketahui p-value pengetahuan (0,048), presepsi
ancaman terhadap penyakit (0,008), presepsi hambatan (0,135), presepsi
manfaat (0,048), dan presepsi isyarat (0,638). Kesimpulan penelitian ini
faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku kebersihan
organ genitalia eksterna adalah variabel pengetahuan, presepsi ancaman
terhadap penyakit, dan presepsi manfaat. Sedangkan yang tidak memiliki
hubungan yang bermakna yaitu variabel presepsi hambatan dan isyarat
untuk melakukan tindakan. Saran untuk siswi agar lebih perduli dengan
kesehatan reproduksinya dengan mencari informasi yang terpercaya
tentang menjaga kesehatan reproduksi khususnya menjaga kebersihan
organ genitalia eksterna. Selain itu, saran untuk sekolah adalah dapat
melakukan tambahan program pembahasan tentang kesehatan reproduksi.

Kata Kunci : Perilaku Higiene, Organ Genitalia Eksterna.


ABSTRAK
Personal Hygiene is an action to maintain one's cleanliness and health
for physical and psychological well-being, problems that will arise if a
person does not maintain proper hygiene of their genital organs will
result in several venereal diseases such as cervical cancer, vaginal
discharge, skin irritation on the genital organs, allergies, inflammation
and urinary tract infections (Soleha, 2017). According to WHO, every
year 490,000 women are diagnosed with cervical cancer and 80% are in
developing countries including Indonesia (BKKBN, 2019). In Indonesia,
many researchers have studied the cleanliness of external genital
organs, such as in research conducted by Eliza Budi Purnasari in 2018
that around 66.04% of students had behaviors about hygiene genitalia
that were not hygienic, and 82.9% of students who experienced
pathological vaginal discharge who came from students whose genital
hygiene behavior was not hygienic (Purnasari, 2018). The purpose of
this study was to determine the hygiene behavior of adolescent external
genitalia at SMP Islam Al-Ihsan Jakarta in 2020. This research method
used a cross-sectional quantitative descriptive approach with 154 female
respondents using stratified random sampling technique. The data
analysis of this study used the chi-square statistical test. The results of
the bivariate analysis showed that the p-value of knowledge was known
(0.048), perceived threat to disease (0.008), perceived barrier (0.135),
perceived benefit (0.048), and perception of cues (0.638). The conclusion
of this study, the factors that have a significant relationship with the
hygiene behavior of external genital organs are knowledge variables,
perceived threats to disease, and perceived benefits. Meanwhile, those
that do not have a significant relationship are the perception of obstacles
and cues to take action. Suggestions for students to be more concerned
with their reproductive health by looking for reliable information about
maintaining reproductive health, especially maintaining the cleanliness
of the external genitalia. In addition, the suggestion for schools is that
they can conduct additional discussion programs on reproductive health.

Keywords: Hygiene Behavior, External Genital Organs


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi ini
pada tahun 2020 yang dilakukan penelitian di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta
dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam semoga
senatiasa tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, serta para penerusnya, dan semoga kita
mendapatkan syafa’at Beliau SAW di hari akhir kelak.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat akhir untuk


menyelesaikan studi strata 1 (S1) oleh Lelly Riski Sutarjo mahasiswa UMJ
Fakultas Kesehatan Masyarakat peminatan Kesehatan dan KeselAMATAN
Kerja. Saya menyadari bahwa penyusuan skripsi dari awal observasi,
pengambilan data hingga penyusunan tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya saran, bimbingan, pengarahan, bantuan, serta kerja sama dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya menyampaikan
terima kasih kepada :

1. Allah SWT. Yang telah memberikan seluruh rahmat, nikmat, dan kasih
sayang-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan kegiatan
magang dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi
suri tauladan utama didalam semua segi kehidupan.
3. Ibu, Bapak, dan keluarga tercinta yang selalu memberikan ridho dan
dukungan penuh kepada kami baik berupa moral maupun material.
4. Bapak Dr.H.Syaiful Bakhri,SH.MH selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Jakarta beserta jajarannya.
5. Ibu Dr. Andriyani Asmuni, M.Ag selaku dekan FKM UMJ yang sudah
memberikan izin kepada penyusun untuk melakukan penelitian di SMP
Islam Al-Ihsan Jakarta.
6. Bapak Luqman Effendi, S.Sos. M.Kes. selaku dosen pembimbing skripsi
sayayang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran
dalam proses penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Indah Martinna, S.pd, M.pd selaku kepala sekolah SMP Islam Al-
ihsan Jakarta yang telah memberikan izin dilakukannya penelitian
diseklolah yang di pimpinnya.
8. Seluruh walikelas VII, VIII, IX di SMP Islam Al-ihsan Jakarta yang
telah membantu saya dalam proses pengambilan data.
9. Teman – teman angkatan 2016 FKM UMJ yang telah membantu
memberikan saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyususnan skripsi ini, maka saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Jakarta, 12 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................3
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................4
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS................................................................................5
ABSTRAK...............................................................................................................6
KATA PENGANTAR.............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................12
A. Latar Belakang.........................................................................................12
B. Perumusan Masalah.................................................................................16
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................16
E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................18
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................19
A. Landasan Teori........................................................................................19
1. Kesehatan Reproduksi.........................................................................19
2. Teori Health Belief Model (HBM)......................................................32
3. Pengetahuan.........................................................................................38
4. Menjaga kesehatan Organ Genetalia Eksterna.................................40
5. Remaja..................................................................................................46
B. Kerangka Teori........................................................................................48
BAB III. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN........................................................................................................50
A. Kerangka Konsep.....................................................................................50
B. Definisi Operasional.................................................................................51
C. Hipotesis....................................................................................................56
BAB IV. METODE PENELITIAN........................................................................57
A. Jenis dan Desain Penelitian.....................................................................57
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................57
1. Tempat penelitian.................................................................................57
2. Waktu penelitian..................................................................................57
C. Populasi dan Sampel................................................................................57
1. Populasi.................................................................................................57
2. Sampel...................................................................................................58
3. Pengukuran dan Pengamatan Variabel..............................................61
4. Pengujian Instrumen Penelitian..........................................................62
5. Teknik Pengumpulan Data..................................................................66
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data....................................................68
1. Metode Pengolahan Data.....................................................................68
2. Teknik Analisis Data............................................................................68
E. Etika Penelitian........................................................................................70
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................71
A. Hasil Penelitian.........................................................................................71
1. Gambaran Lokasi Penelitian...............................................................71
2. Hasil Penelitian.....................................................................................71
B. Keterbatasan Penelitian...........................................................................92
1. Keterbatasan Desain Penelitian..........................................................92
2. Keterbatasan Variabel Penelitian.......................................................92
3. Keterbatasan Cara Pengukuran.........................................................92
C. Pembahasan Hasil Penelitian..................................................................92
1. Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksterna................92
2. Pengetahuan.........................................................................................94
3. Presepsi Ancaman Terhadap Penyakit...............................................96
4. Presepsi Hambatan..............................................................................97
5. Presepsi Manfaat..................................................................................99
6. Isyarat dalam melakukan tindakan.....................................................101
BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................103
A. Kesimpulan.............................................................................................103
B. Saran.......................................................................................................104
1. Bagi Sekolah.......................................................................................104
2. Bagi peneliti selanjutnya....................................................................104
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja atau adolescence, yang berasal dari bahasa latin
“adolescere” yang berarti tumbuh kembang kearah kematangan, yang
dimaksud kematangan disini bukan hanya kematangan fisik saja
melainkan termasuk kematangan secara sosial dan psikologinya.
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah mereka
yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak ke masa
dewasa, untuk batasan usia yang termasuk remaja menurut WHO adalah
12 tahun sampai 24 tahun. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Remaja adalah
kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun (Permenkes RI, 2014;
Sebayang, Gultom dan Eva, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan


reproduksi merupakan suatu keadaan dari segi fisik, mental, dan sosial
yang sejahtera, kesehatan reproduksi bersifat utuh, tidak semata-mata
bebas dari penyakit ataupun kecacatan dalam suatu yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Sedangkan menurut
ICPD tahun 1994 kesehatan reproduksi merupakan keadaan sempurna
fisik, mentar serta kesejahteraan sosial dan tidak semata-mata ketiadaan
penyakit ataupun kelemahan dalam segala hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi termasuk fungsi serta prosesnya (Nessi, Maryanah dan
Willa, 2019). Personal Hiegene merupakan suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang/ individu untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, permasalahan yang akan timbul jika
seseorang kurang menjaga kebersihan organ genitalianya dengan baik
yaitu timbul beberapa penyakit kelamin seperti kanker serviks,
keputihan, iritasi kulit pada organ genitalia, alergi, peradangan dan
infeksi saluran kemih (Soleha, 2017). Sebagai contoh dimana siswi yang
memiliki perilaku hygiene genitalia yang tidak higienis memeiliki resiko
1,5 kali lebih besar untuk mengalami keputihan patologis dibanding
dengan siswi yang memiliki perilaku yang higienis. (Purnasari, 2018)

Perkembangan biologis, sosial dan psikologis remaja dibagi


menjadi 3 kategori ,yaitu: masa remaja awal (early adolescence) pada
usia 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (mid adolescence) pada usia
14 – 16 tahun, masa remaja akhir (late adolescence) pada usia 17-20
tahun. Menurut BKKBN tahun 2018, memberikan informasi dan
edukasi yang benar tentang pengetahuan kesehatan reproduksi akan
menyebabkan sikap dan tingah laku remaja yang bertanggungjawab
serta menghasilkan remaja yang berkualitas. Selain itu kesehatan
reproduksi sering disalahartikan secara sempit hanya sebatas hubungan
seksual saja, sehingga banyak orang tua yang merasa bahwa topik ini
tidak pantas untuk dibicarakan pada remaja. Padahal, kesehatan
reproduksi ini merupakan keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial
yang sangat penting untuk dimengerti oleh remaja, sehingga tidak
melulu membahas mengenai hubungan seksual. Tidak adanya informasi
yang akurat menyebabkan remaja mencari dan mendapatkan informasi
mengenai kesehatan reproduksi dari sumber - sumber yang kurang
terpercaya, seperti teman-temannya atau dari media-media porno.
Akibatnya, persepsi remaja tentang seks dan kesehatan reproduksi
menjadi salah dan tidak sehat. Dalam hal ini pubertas membuat remaja
sadar akan potensinya dan menjadi lebih ekspresif dalam
mengeksplorasi organ dan perilaku seksualnya. Persepsi remaja
mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas yang salah dapat ikut
terbawa ke dalam perilaku seksual mereka (Mardjan, 2016; BKKBN,
2018).

Pengetahuan dan presepsi mengenai kesehatan reproduksi remaja


sangat penting agar remaja memiliki informasi yang benar tentang
kesehatan reporduksi, serta remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab, dan dapat melakukan tindakan pencegahan dan
pengobatan sedini mungkin. Pengetahuan dasar yang perlu diketahui
oleh remaja mengenai kesehatan reproduksi yang baik yaitu berupa
pengenalan sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbh
kembang remaja), pengetahuan tentang mengapa perlu mendewasakan
usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai
keinginannya dan pasangannya, penyakit menular seksual seperti
HIV/AIDS serta dampaknya bagi kesehatan reproduksi, bahayanya
narkoba dan miras bagi kesehatan reproduksi, pengaruh sosial media
terhadap perilaku seksual, kekerasan seksual dan bagaimana cara
menghindarinya, mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi
termasuk memperkuat kepercayaan diri agar dapat menangkal hal-hal
yang negatif, serta hak-hak reproduksi (Kementrian Kesehatan RI, 2018;
Nelwan, 2019). Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak
secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan
emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang.
Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap
remaja itu sendiri, tetapi juga berdampak terhadap keluarga, masyarakat
dan bangsa pada akhirnya (Yessi, Marlina dan Kursani, 2015).

Didalam Islam berdasarkan HR.Imam Al-Bukhari dan Hadist


Shahih (w. 870 M/256 H), didalam kitab Shahihnya, tepat pada kitab Al-
Libās, bab Qas Al- Syārib (no. 5439), menjelaskan bahwa betapa
pentingnya menjaga kebersihan organ reproduksi, seperti yang
disabdakan Rasullullah SAW “lima hal termasuk ajaran Islam, khitan,
mencukur bulu kemaluan, mencabuti bulu ketiak, memangkas kumis
dan memotong kuku” (HR. Bukhari, 870) dari hadist tersebut jelas
disebutkan bahwa menjaga organ reporduksi itu sangatlah penting,
dengan cara mencukur bulu kemaluan, dan khitan. Saat ini penyakit
tidak menular, termasuk penyakit kanker masih menjadi masalah
kesehatan utama di dunia maupun di Indonesia. Menurut WHO tahun
2013 insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi
14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari
7,8 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta tahun 2012.

Menurut WHO, 490.000 perempuan di dunia setiap tahun


didiagnosa terkena kanker serviks dan 80% berada di negara
berkembang termasuk Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru
dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena kanker serviks.
Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25
orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan
meninggal dunia karena kanker serviks. Artinya Indonesia akan
kehilangan 600-750 orang perempuan yang masih produktif setiap
bulannya. Mengutip dari data Kementerian Kesehatan RI 2009-2016,
kanker serviks banyak diderita oleh perempuan usia 35-55 tahun, yakni
7.013 kasus, usia 56-64 tahun 2.718 kasus, dan usia lebih dari 65 tahun
1.105 kasus. Sekitar 450 kasus ditemui di usia 18-35 tahun dan 33 kasus
pada usia di bawah 17 tahun (BKKBN, 2019).

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan Nurul Ristiana tahun


2016, terdapat hubungan antara pengetahuan (p value = 0,000) dengan
praktik personal hygiene organ genitalia eksterna (Ristiana N, 2016).
Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Eliza Budi Purnasari
tahun 2018 didapatkan bahwa dari subyek penelitian sekitar 66,04%
memiliki perilaku tentang hygiene genitalia yang tidak hygienis, serta
didapatkan bahwa 82,9% siswi yang mengalami keputihan patologis
yang berasal dari siswi yang perilaku hygiene genitalia yang tidak
hygienis (Purnasari, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Domas
Nurchandra P, Mirawati, Fika Aulia tahun 2020 didapatkan bahwa
terdapat remaja yang berpengetahuan kurang baik tentang personal
hygiene sebesar 50% (Nurchandra, Mirawati dan Aulia, 2020).

Dari beberapa hasil penelitian yang sudah dijabarkan


sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa untuk menjaga kesehatan
reproduksi sangat penting khususnya di masa remaja, karena menjaga
kebersihan organ reproduksi merupakan suatu langkah awal remaja
untuk menjaga kesehatan reproduksi remaja. Untuk itu penulis tertarik
untuk meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
kebersihan organ genitalia eskterna pada remaja di Smp Islam Al-Ihsan
Jakarta, dengan menggunakan teori Health Belief Model.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang, dan pada SMP Islam Al-
Ihsan ini belum pernah dilakukan penelitian terkait perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna maka penulis tertarik melakukan
penelitian di SMP Islam Al-ihsan Jakarta. Dapat dibuat rumusan
masalah yaitu “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Remaja Di Smp Islam Al-Ihsan
Jakarta”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku


kebersihan organ genitalia eksterna remaja di Smp Islam Al-ihsan
Jakarta.

2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran karakteristik responden meliputi usia
pada siswi di Smp Islam Al-Ihsan Jakarta.
2. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan perilaku menjaga
kebersihan organ genetalia eksterna remaja di Smp Islam Al-
Ihsan Jakarta.
3. Diketahuinya hubungan presepsi ancaman terhadap penyakit
dengan perilaku menjaga kebersihan organ genetalia eksterna
remaja di Smp Islam Al-Ihsan Jakarta
4. Diketahuinya hubungan presepsi hambatan dengan perilaku
menjaga kebersihan organ genetalia eksterna pada remaja di Smp
Islam Al-Ihsan Jakarta.
5. Diketahuinya hubungan presepsi manfaat dengan perilaku
menjaga kebersihan organ genetalia eksterna remaja di Smp
Islam Al-Ihsan Jakarta
6. Diketahuinya hubungan isyarat dalam melakukan tindakan
dengan perilaku menjaga kebersihan organ genetalia eksterna
remaja di Smp Islam Al-Ihsan Jakarta.

D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan


dibidang kesehatan masyarakat khususnya kesehatan reproduksi serta
dapat dijadikan sumber literatur ataupun referensi bagi pembaca
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kebersihan organ
genitalia eksterna remaja di Smp Islam Al-Ihsan Jakarta.

2. Aspek Aplikatif

A. Bagi Pihak Universitas


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
referensi ilmiah ataupun memberikan wawasan kepada mahasiswa/i
di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
B. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
ataupun referensi untuk penelitian selanjutnya di Universitas
Muhammdiyah Jakarta.

C. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan,
referensi, serta menjadi bahan evaluasi bagi sekolah khususnya
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kebersihan organ
genitalia eksterna remaja di Smp Islam Al-Ihsan Jakarta.

3. Aspek Metodologis
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan
untuk penelitian selanjutnya dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
kemudian diimplementasikan baik di dunia pendidikan maupun di dalam
kondisi aktual keseharian remaha yang nyata pada umumnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kebersihan organ genitalia eksterna remaja di Smp Islam Al-Ihsan
Jakart. Dilakukan pada tanggan 16 Maret 2020 - 16 April 2020 Smp
Islam Al-Ihsan Jakarta. Variabel pada penelitian ini meliputi
karakteristik responden (usia), pengetahuan, presepsi ancaman tehadap
penyakit syarat dalam melakukan tindakan, presepsi manfaat, dan
presepsi hambatan tentang perilaku dalam kebersihan organ genitalia
eksterna remaja. Populasi pada penelitian ini merupakan seluruh siswa/i
di SMP Islam AL-IHSAN Jakarta keals 7, kelas 8, kelas 9, sedangkan
sampel pada penelitian total dari populasi yang ada di SMP Islam AL-
IHSAN Jakarta yang memenuhi persyaratan inklusi. Peneliti
memperoleh data primer dengan menggunakan kuesioner yang disebar
kepada responden yang masuk kedalam kriteria inklusi. Data yang telah
terkumpul akan diolah dan dianalisis menggunakan uji statistik secara
deskriptif.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori

1. Kesehatan Reproduksi

a. Definisi
Istilah reporoduksi yaitu berasal dari kata “re” yang artinya
kembali, dan kata produksi yang artinya membuat ataupun
menghasilkan. Jadi istilah reproduksi itu memiliki arti suatu proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian
didalam hidupnya. Sedangkan yang disebut dengan organ reproduksi
yaitu alat didalam tubuh manusia yang berfungsi untuk bereproduksi
bagi manusia.(Nelwan, 2019)

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan


reproduksi merupakan suatu keadaan dari segi fisik, mental, dan
sosial yang sejahtera, kesehatan reproduksi bersifat utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit ataupun kecacatan dalam suatu
yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Sedangkan menurut ICPD tahun 1994 kesehatan reproduksi
merupakan keadaan sempurna fisik, mentar serta kesejahteraan
sosial dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit ataupun kelemahan
dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi termasuk
fungsi serta prosesnya.(Nessi, Maryanah dan Willa, 2019)

Sedangkan definisi kesehatan reproduksi menurut Undang-


Undang No.36 Tahun 2009 Pasal 71, Kesehatan reproduksi
merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki
dan perempuan.(Undang-Undang RI, 2009)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi, Kesehatan Reproduksi
adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia, 2014)

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara


menyeluruh mencakup fisik, mental, dan kehidupan sosial, yang
berkaitan dengan alat, fungsi dan proses reproduksi. Dengan
demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari
penyakit saja, melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki
kehidupan seksual yang aman dan memuaskansebelum menikah dan
setelah menikah. (Nelwan, 2019)

b. Tujuan memahami kesehatan reproduksi bagi remaja


Dengan mengetahui kesehatan reproduksi remaja tentunya
remaja akan memiliki presepsi yang tepat tentang kesehatan
reproduksi remaja, maka remaja akan berprilaku reproduksi yang
sehat serta bertanggung jawab dalam menghindari hal-hal yang
negatif seperti perilaku seksual yang menyimpang. Maka remaja
tentunya perlu memahami kesehatan reproduksi agar:

a. Mengenal tubuh dan organ-organ reproduksinya.


b. Memahami fungsi dan perkembangan reproduksi secara benar.
c. Memahami perubahan fisik dan psikisnya.
d. Melindungi diri dari berbagai resiko yang mengancam
kesehatan dan keselamatannya.
e. Mempersiapkan masa depan yang sehat dan cerah.
f. Mengembangkan sikap dan perilaku sehat dan
bertanggungjawab melalui proses reproduksi. (BKKBN, 2018)
c. Klasifikasi organ genitalia eksterna
Organ reproduksi perempuan terdiri dari organ genitalia
eksterna dan organ genitalia interna. Berikut organ interna wanita :

1. Vagina

Yang merupakan saluran penghunung vulva dengan rahim


yang terletak diantara saluran kemih dan lubang anus. Pada ujung
atasnya terletak serviks atau mulut rahum. Vagina merupakan sebuah
tabung otot yang dilapisi membran epitelium serta dialiri pembuluh
darah dan serabut saraf yang berlimpah. Ukuran panjang dinding
depan vagina yaitu dapat mencapai 8 cm pada bagian depan dan 10
cm pada bagian belakang.

Organ Reproduksi Wanita Tampak dari Anterior

Sumber : Martini et.al 2012 dalam (Nani, 2018)

Fungsi penting vagina yaitu sebagai jalan keluarnya darah


haid dan sekret rahim, saluran untuk senggama dan jalan lahir saat
bersalin.(Nani, 2018)

2. Uterus

Uterus merupakan organ muskular berbentuk pir, organ yang


tebal, dan beotot di rongga pelvis, diantara vesica urinaria dan
rektum. Yterus terletak menggantung didalam velvis dengan jaringan
ikat dan ligamen. Panjang uterus kurang lebih 7,5 cm, lebar 5 cm,
tebal 2,5 cm dan berat sekitar 50 gram.

Organ reproduksi internal dengan tampak muka dan sisi


kanan dipotong sagital untuk menunjukkan lapisan-
lapisannya

Sumber: Martini et.al 2012 dalam (Nani, 2018)

Tiga bagian utama uterus yaitu fundus urteri (dasar rahim),


korpus urteri, serviks urteri. Selain itu uterus memiliki tiga bagian
dinding yaitu endometrium, miometrium, perimetrium viseral.
(Nani, 2018)

3. Ovarium

Ovarium merupakan kelenjar berbentuk bulat seperti telur


terletak disisi kanan dan kiri uterus dibawah tuba uterina dan terikat
oleh ligamen latum di bagian belakang. Beratnya 5-6 gram, bagian
dalam disebut medula ovari yang tersusun atas jaringan ikat serta
mengandung babnyak kapiler dan selaput kapiler saraf. Bagian
luarnya disebut korteks ovari yang terdiri dari folikel-folikel yang
terdiri dari epiterium dan berisi ovum.
Organ ovarium yang dibelah menjadi transversal menunjukkan
tahapan siklus ovarium

Sumber: martini et.al, 2012 dalam (Nani, 2018)

Setiap bulan mengalami siklus ovarium yang menghasilkan


ovum setiap bulannya. Saat siklus ovum dilepas bersamaan dengan
fase ovulasi yang dipicu oleh lonjakan Luteinizing Hormone dan
Follicle Stimulating Hormone secara tiba-tiba dan diikuti penurunan
drastis hormon ini sehingga folikel de graaf pecah serta ovum yang
matang akan dikeluarkan . Fungsi ovarium yaitu memproduksi
ovum, menghasilkan hormon estrogen, dan menghasilkan hormon
progresteron. (Nani, 2018)

4. Tuba Falopii
Merupakan saluran ovum yang berjalan melalui lateral kiri dan
kanan. Panjangnya kira-kira 12 cm. Dengan diameter 3-8 mm.
Tuba falopii terdiri atas;
a. Pars interstitialis, yaitu bagian yang terdapat pada dinding
uterus.
b. Pars isthmus, yaitu bagian mendali tuba falopii yanb sempit
c. Pars ampularis, yaitu bentuk saluran leher yang agak lebar
dan merupakan tempat terjadinya fertilisasi dan konsepsi
ovum oleh sperma.
d. Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba falopii yang terbuka
kearah rongga peritoneum dan mempunyai rumbai yang
disebut fimbriae untuk menangkap ovum yang matang saat
terjadi ovulasi diovarium untuk kemudian disaluran ke tuba
falopii. (Nani, 2018)

Tuba Falopii
Sumber : Adam, inc dalam (Nani, 2018)

Fungsi tuba falopii yaitu mengantarkan ovum dari ovarium


ke uterus, menyediakamn tempat pembuahan, dan sebagai saluran
ovum yang telah dibuahi (zigot) menuju ke rahim.(Nani, 2018)

Organ reproduksi eksterna wanita adalah vulva. Organ ini


berfungsi sebagai jalan masuknya penis, melindungi organ seksual
internal dan membantu mengarahkan aliran urine. Vulva memiliki
beberapa bagian antaranya:

a. Labia mayor, merupakan bantalan jaringan ikat berlemak


yang terbentuk dari otot polos.
b. Labia minor, merupakan bibir bagian dalam vulva yang
berfungsi melindungi rongga vagina dan saluran uretra.
c. Mons pubis, merupakan gundukan lemak empuk yang
terdapat tepat diatas tulang panggul bagian depan area ini
kaya akan saraf sehingga sensitif terhadap sentuhan.
d. Klitoris, terbentuk dari jaringan spons yang ditutupi oleh
lipatan kulit yang berupa tudung klitoris yang berfungsi
sama seperti penis pada laki-laki.
e. Lubang uretra, lubang yang tidak berhubungan dengan organ
seks karena terhubung dengan kandung kemih dan berfungsi
sebagai tempat keluarnya urine.
f. Lubang vagina, bagian luar vagina yang terdiri dari otot.
g. Perineum, kulit yang terbentang pendek dari vulva hingga
anus.(Abrori dan Qurbaniah, 2017)

Organ genitalia eksterna wanita

Sumber : Martini et.al, 2012 dalam (Nani, 2018)


d. Ruang lingkup kesehatan reproduksi
Ruang lingkup kesehatan reproduksi menurut ICPD tahun 1994 meliputi 10
hal, yaitu:

1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir,

2) Keluarga berencana,

3) Pencegahan dan penanganan infertilitas,

4) Pencegahan dan penanganan komplikasi keguguran,

5) Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi (isr),


infeksi menular seksual (ims), dan hiv aids,

6) Kesehatan seksual,

7) Kekerasan seksual,

8) Deteksi dini untuk kanker payudara dan kanker serviks,

9) Kesehatan reproduksi remaja, serta

10) Kesehatan reproduksi lanjut usia dan pencegahan praktik yang


membahayakan seperti female genital mutilation (fgm).
(Kementrian Kesehatan RI, 2017)
Menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Pasal 71 ruang
lingkup kesehatan reproduksi meliputi :

a. Saat sebelum hamil, hamil, melahirkan dan setelah melahirkan


b. Pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi, dan kesehatan seksual.
c. Kesehatan sistem reproduksi (Undang-Undang RI, 2009)

Ruang lingkup kesehatan reproduksi secara luas meliputi:

a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir


b. Keluarga berencana
c. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi
(ISR) termasuk PMS, HIV/AIDS
d. Pencegahan dan penanggulangan komlikasi aborsi.
e. Kesehatan reproduksi remaja
f. Pencegahan dan penanganan infertilitas.
g. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis.
h. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lainnya, seperti kanker
leher rahim, mutilasi genitalia, fistula dan lainnya.

Kebijakan pemerintah Indonesia tentang kesehatan


reproduksi adalah untuk menanggulangi masalah kesehatan
reproduksi, sejak tahun 1996 pemerintah Indonesia mengadopsi
paket pelayanan kesehatan reproduksi terpadu terdiri dari paket
pelayanan kesehatan reproduksi esensial (PKRE) yang meliputi
(kesehatan ibu dan bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan
reproduksi remaja) dan paket kesehatan reproduksi komperhensif
(PKRK).

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang


lingkup dari kesehatan repoduksi tersebut dengan pendekatan siklus
hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi dalam setiap fase kehidupan, serta
berkesinambungan antar fase didalam kehidupan tersebut. Dengan
demikian, masalah kesehatan reproduksi dalam setiap fase
kehidupan dapat diperkirakan, yang apablia tidak ditangani dengan
baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan
selanjutnya. Didalam pendekatan siklus hidup ini dikenal dalam lima
tahap, yaitu:

a. Kontrasepsi
b. Bayi dan anak
c. Remaja
d. Usia subur
e. Usia lanjut. (Nelwan, 2019)
e. Hak-hak reproduksi
Hak-hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi
manusia yang diakui oleh hukum nasional, dokumen internasional
tentang hak asasi manusia, maupun dokumen-dokumen kesepakatan
atau perjanjian lainnya. Hak-hak ini menjamin hak-hak dasar setiap
pasangan atau individu untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki
anak dan untuk memperoleh informasi dan juga terkandung makna
memiliki hak untuk mmperoleh standar tertinggi dari kesehatan
reproduksi dan seksual.(PKBI Jawa Tengah, 2018)

Terdapat 12 hak-hak reproduksi yang dirumuskan oleh


International Planned Parenthood Federation (IPPF) pada
tahun 1996 yaitu :

a. Hak untuk hidup Setiap perempuan mempunyai hak untuk


bebas dari risiko kematian karena kehamilan.
b. Hak atas kemerdekaan dan keamanan setiap individu berhak
untuk menikmati dan mengatur kehidupan seksual dan
reproduksinya dan tak seorang pun dapat dipaksa untuk hamil,
menjalani sterilisasi dan aborsi.
c. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi
setiap individu mempunyai hak untuk bebas dari segala bentuk
diskriminasi termasuk kehidupan seksual dan reproduksinya.
d. Hak Hak atas kerahasiaan pribadi setiap individu mempunyai
hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi dengan menghormati kerahasiaan pribadi. Setiap
perempuan mempunyai hak untuk menentukan sendiri pilihan
reproduksinya.
e. Hak atas kebebasan berpikir setiap individu bebas dari
penafsiran ajaran agama yang sempit, kepercayaan, filosofi dan
tradisi yang membatasi kemerdekaan berpikir tentang pelayanan
kesehatan reproduksi dan seksual.
f. Hak mendapatkan informasi dan Pendidikan setiap individu
mempunyai hak atas informasi dan pendidikan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi dan seksual termasuk jaminan
kesehatan dan kesejahteraan perorangan maupun keluarga.
g. Hak untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk dan
merencanakan keluarga
h. Hak untuk memutuskan mempunyai anak atau tidak dan kapan
mempunyai anak
i. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan setiap individu
mempunyai hak atas informasi, keterjangkauan, pilihan,
keamanan, kerahasiaan, kepercayaan, harga diri, kenyamanan,
dan kesinambungan pelayanan.
j. Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu
pengetahuan setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan reproduksi dengan teknologi mutakhir
yang aman dan dapat diterima.
k. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik
setiap individu mempunyai hak untuk mendesak pemerintah
agar memprioritaskan kebijakan yang berkaitan dengan hak-hak
kesehatan seksual dan reproduksi.
l. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk
termasuk hak-hak perlindungan anak dari eksploitasi dan
penganiayaan seksual. Setiap individu mempunyai hak untuk
dilindungi dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan
seksual.(PKBI Jawa Tengah, 2018)

Menurut ICPD (1994) , hak-hak reproduksi, antara lain:

a. Hak mendapatkan informasi dan kesehatan reproduksi.


b. Hak medapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan
reproduksi.
c. Hak kebebasan berpikir tentang kesehatan reproduksi.
d. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
f. Hak untuk bebas dari penganiyayaan dan perlakuan buruk
termasuk perlindungan dari pemerkosaan, kekerasan,
penyiksaan, dan pelecehan seksual.
g. Hak atas kerahasiaan pribadiberkaitan dengan pilihan
pelayanan dan kehidupan reproduksinya.
h. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
i. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasidalam
kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
j. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.(Nelwan, 2019)

f. Flora normal pada vagina


Lactobacillus merupakan flora normal yang penting untuk
menjaga keasaman vagina didalam keadaan normal. Bakteri
vaginosis terjadi ketika keseimbangan normal dari bakteri pada
vagina berubah sehingga jumlah Lactobacillus berkurang, dan
bakteri terutama anaerob dalam konsentrasi tinggi yang terdiri dari
Gradnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan bakteri gram
negatif anaerob yang termasuk didalamnya adalah Prevotella,
Porphyromonas, Bacteroides dan Mobiluncus. Lactobacillus
membutuhkan lingkungan yang asam agar dapat tumbuh dengan
optimal, semakin banyak bakteri anaerob yang tumbuh maka
semakin tidak kondusif untuk pertubuhan Lactobacillus.
(Murlistyarin, Prawitasari dan Setyowatie, 2018)

g. Permasalahan kesehatan akibat tidak menjaga kebersihan organ


genitalia eksterna

1) Keputihan
Flour albus, dalam bahasa awam disebut dengan keputihan yang
merupakan suatu gejala (bukan diagnosis), yaitu semua sekret yang
keluar berasal dari vagina, tidak termasuk darah. Keputihan
selanjutnya dibedakan menjadi keputihan yang kondisi normal
(fisiologis) atau patologis. Keputihan yang normal ditemukan pada
keadaan sebagai berikut: saat sang wanita mendapat rangsangan
seksual, mendekati saat menstruasi dan beberapa hari setelah
menstruasi, saat ovulasi dan saat kehamilan. Di luar keadaan
tersebut, keputihan digolongkan kondisi patologis, dan merupakan
salah satu gejala vaginitis.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Helmy Ilmiawati dan


Kuntoro tahun 2017 didapatkan bahwa sebagian besar responden
mengalami keputihan yang tidak normal yaitu sebesar 27 responden
(54%).(Ilmiawati dan Kuntoro, 2017) Sedangkan pada penelitian
yang dilakukan oleh Muhammad Darma, Sartiah Yusran, Andi
Faizal Fachlevy pada tahun 2017 responden yang berpengetahuan
kurang, terdapat 33 (91.7%) responden yang pernah mengalami
infeksi flour albus, lalu dari 45 (100%) responden yang
berpengetahuan cukup terdapat 29 (64.4%) responden yang pernah
mengalami infeksi flour albus.(Darma, Yusran dan Fachlevy, 2017)

2) Peradangan pada vagina


Tiga penyebab vaginitis yang paling sering ditemukan adalah
Vaginosis bakterialis / BV (44-45 %), Kandidiasis (25-27%), dan
Trikomoniasis (13-25 %). Namun vaginitis juga dapat disebabkan
oleh penyebab non infeksi antara lain bahan kimia / iritan, alergi,
trauma, maupun vagina yang mengalami atrofi. Beberapa faktor
dikaitkan dengan timbulnya keputihan adalah memiliki pasangan
seksual lebih dari satu, status sosioekonomi, penyakit menular
seksual, kontrasepsi IUD, usia < 25 tahun, vaginal douching,
merokok, etnik tertentu, HIV, diabetes melitus (DM) dan obesitas.
(Kementrian Kesehatan RI, 2019)

3) Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada leher
rahim, tepatnya pada bagian rahim yang menghubungkan rahim
dengan vagina. Lebih dari 95% kanker serviks yang disebabkan
oleh virus yang dinalai human papilloma virus (HPV). Setelah
terjadinya infeksi HPV pertama, perkembangan kearah kanker
serviks bergantung pada jenis HPV risiko tinggi atau rendah, yang
biasa disebut lesi prakanker. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 dan
11),, hampir tidak berisiko kanker serviks tetapi dapat
menimbulkan kutil kelamin (genital warts) (Tempo, 2019).

4) Trikomoniasis
Penyakit yang disebabkan oleh organisme bersel tunggal
yang memiliki ekor seperti cambuk, pada pria organisme ini
menyerang pada uretra, prostat, dan kandung kemih, tetapi kasusnya
jarang menimbulkan gejala. Sedangkan pada wanita tempat yang
paling sering terinfeksi adalah vagina, sedangkan pria pada kandung
kemih. Penyakit ini tidak hanya dapat menular melalu hubungan
seksual saja tetapi dapat menular melalui pinjam meminjam handuk
atau pakaian dalam. (Andareto, 2015)

5) Bau tidak sedap


Vagina dilindungi oleh flora normal (lactobacilus) yang
berperan sebagai mekanisme pertahanan melawan infeksi.
Laktobasilus mempertahankan pH normal vagina yaitu antara 3,8-
4,2. Bila mekanisme pertahanan ini terganggu, akan bertambah
banyaklah mikroorganisme anaerob yang akan diikuti oleh produksi
enzim-enzim proteolitik. Enzim-enzim ini bekerja pada peptida
vagina, melepaskan berbagai produk biologik, termasuk poliamin.
Pada keadaan alkali (basa), poliamin menjadi tidak stabil dan akan
mengeluarkan bau yang tidak sedap. Poliamin juga memfasilitasi
transudasi cairan vagina dan eksfoliasi sel-sel epitel, serta
membentuk sekret yang kental dan banyak.(Kementrian Kesehatan
RI, 2019)

2. Teori Health Belief Model (HBM)


HBM dikembangkan pada tahun 1950 oleh psikolog sosial
Irwin M. Rorenstock, Godfrey M. Hochbaum, S. Stephen Kegeles,
dan Howard Leventha l di US Public Health Sevice untuk lebih
memahami penyebab kegagalan program skrining TBC. Health
Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan. Konsep yang
mendasari HBM adalah perilaku kesehatan ditentukan oleh
keyakinan pribadi atau presepsi tentang penyakit dan strategi yang
tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit tersebut. Presepsi
pribadi itu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku kesehatan interpersonal. HBM bertujuan
untuk mengubah perilaku dalam menghindari suatu penyakit atau
memperkecil resiko kesehatan.

HBM terdiri dari lima komponen yang mempengaruhi upaya


yang ada dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi
dirinya, yaitu Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility),
Tingkat keparahan yang dirasakan (percevied severity), Manfaat
yang dirasakan (percevied benefits), Hambatan yang dirasakan akan
tindakan yang diambil (percevied barriers), Isyarat untuk bertindak/
pemicu tindakan (cause of action). Komponen tersebut dilakukan
dengan tujuan self efficacy atau upaya diri sendiri untuk menentukan
apa yang baik bagi individu tersebut.

Tiga faktor penting dalam HBM, yaitu:

 Kesiapan individu untuk mengubah perilaku dalam rangka


menghindari suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehatan
terhadap dirinya.
 Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang dapat
mengubah perilaku individu tersebut.
 Perilaku itu sendiri.

a. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), perceived


susceptibility mengacu pada penilaian subjektif dari risiko
perilaku kebiasaan yang tidak sehat. HBM memprediksi bahwa
individu yang merasa rentan terhadap masalah kesehatan tertentu
akan melakukan upaya untuk mengurangi resiko agar tidak
terjangkit suatu penyakit. Individu yang percaya bahwa mereka
mempunyai resiko yang rendah terhadap suatu penyakit lebih
mungkin untuk cenderung berperilaku tidak sehat, atau beresiko.
Individu yang memiliki resiko tinggi akan secara pribadi
terpengaruh untuk menjauhi dan tidak cenderung berprilaku tidak
sehat atau berisiko.
b. Tingkat keparahan yang dirasakan (percevied severity),
percevied severity mengacu pada penilaian subjektif dari
keparahan masalah kesehatan. Didalam HBM mengemukakan
bahwa individu yang merasa masalah kesehatan yang
diterimanya lebih serius, memungkinkannya untuk melakukan
tindakan pencegahan atau mengurangi penyebabnya. percevied
severity meliputi keyakinan tentang penyakit itu sendiri
(misalnya mengancam jiwa atau dapat menyebabkan cacat atau
sakit) serta dampak yang lebih luas dari penyakit pada peran
dalam kondisi sosial. Misalnya, seseorang mungkin menganggap
bahwa secara medis influenza tidak serius, tetapi jika dia berfikir
bahwa jika ia terkena infulenza dapat menyebabkan tidak dapat
masuk kerja dalam beberapa hari, dapat menulari orang lain
disekitarnya, dan sebagainya maka ia akan menganggap
influenza menjadi suatu kondisi yang serius.
c. Manfaat/ kentungan yang dirasakan (percevied benefits), perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan juga dipengaruhi oleh
manfaat yang dirasakan. Manfaat yang dirasakan merujuk pada
penilaian individu dari manfaat melakukan atau tidak melakukan
perilaku sehat. Jika seseorang percaya bahwa tindakan tertentu
akan mengurangi kerentanan terhadap masalah kesehatan atau
menurunkan keseriusannya, maka ia cenderung untuk
melakukannya (terlepas dari fakta-fakta objektif mengenai
efektifitas tindakan). Contoh, individu yang menggangap bahwa
memakai tabir surya mencegah kanker kulit lebih mungkin untuk
memakai tabir surya dibandingkan orang yang percaya yang
memakai tabir surya tidak akan mencegah terjadinya kanker
kulit.
d. Hambatan yang dirasakan (percevied barriers), percevied
barriers mengacu pada penilaian individu tentang hambatan
untuk perubahan perilaku. Bahkan jika seseorang merasa kondisi
kesehatan yang mengancam dan percaya bahwa ada tindakan
efektif untuk mengurangi ancaman, hambatan dapat
mencegahnya. Dengan kata lain, manfaat yang dirasakan harus
lebih besar dari daripada hambatan yang dirasakan agar suatu
perilaku terjadi. Hambatan dapat berupa ketidaknyamanan dan
beban yang dirasakan. Sebagai contoh bahwa vaksin flu akan
menyebabkan nyeri yang parah, nyeri yang parah tersebut adalah
merupakan suatu hambatan.
e. Isyarat untuk bertindak (cause of action), selain empat keyakinan
atau presepsi dan variabel modifikasi, HBM menunjukkan
perilaku yang juga dipengaruhi oleh cause of action. Cause of
action adalah peristiwa-peristiwa, orang, atau hal-hal yang
menggerakkan orang untuk mengubah perilaku mereka. Cause of
action dapat berasal dari internal ataupun ekternal. Isyarat
fisiologis (misalnya, nyeri dan gejala) adalah contoh isyarat
internal. Isyarat eksternal mencakup peristiwa atau informasi dari
orang lain, dan dari media. Intensitas isyarat yang diperlukan
untuk mendorong tindakan bervariasi antara individu dengan
yang dirasakan kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan
seperti contohnya setelah individu mendapatkan penyuluhan
tentang penyakit HIV/AIDS dan mengetahui seberapa ganas dan
seberapa banyak orang yang telah menderita karena penyakit itu,
maka pengetahuan itu dapat menjadi cause of action karena
membuat individu itu menjauhi hal-hal yang menyebabkan
HIV/AIDS.
f. Self-efficacy, pada tahun 1988 Self-efficacy ditambahkan pada
empat keyakinan asli dari teori HBM. Self-efficacy adalah
kepercayaan pada kemampuan sendiri untuk melakukan sesuatu.
Pada umumnya orang tidak akan mencoba untuk melakukan
sesuatu yang baru kecuali mereka pikir mereka bisa
melakukannya. Jika seorang percaya suatu perilaku baru yang
berguna (manfaat yang dirasakan), tetapi berpikir dia tidak
mampu melakukan itu (penghalang yang dirasakan)
kemungkinan bahwa hal itu tidak akan dilakukan. (Nugraheni,
Wiyatini dan Wiradona, 2018)

Peran orang tua memiliki kesempatan untuk terlibat dalam


pendidikan kesehatan, gizi, dan kesehatan mental. (Jaipul, 2015) Di
samping itu orang tua dan keluarga yang bertanggung jawab
memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja
belum berperan. (Ernawati, 2015) Didalam penelitian yang
dilakukan oleh Dina Fikriyana Yusuf dan Irwan Budiono tahun
2016, terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan praktek
menstrual hygiene. Serta informasi kesehatan reproduksi tentang
perawatan organ reproduksi eksternal pada anak, peran orang tua
sangat diperlukan untuk memberikan informasi kepada anak
perempuannya tentang menstruasi, sehingga anak bisa melewati
masa mestruasi dan terjaga kesehatan reproduksinya.(Yusuf dan
Budiono, 2016)

Teman memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku


remaja, teman sebaya merupakan sumber penting dalam dukungan
sosial yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri remaja itu
sendiri. Kelompok teman sebaya menjadi dukungan yang sangat kuat
pada remaja putri dengan demikian kelompok teman sebaya
memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap evaluasi diri dan
perilaku remaja. Remaja biasanya merasa nyaman membicarakan
mengenai personal hygiene dengan orang yang sebaya dengan
dirinya, dengan pengetahuan yang menurut mereka sama atau
sederajat, sehingga remaja lebih banyak mengeksplorasi pertanyaan
dan mendiskusikan hal tersebut dengan nyaman tanpa ada rasa malu.
(Yusuf dan Budiono, 2016)

Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang


kesehatan reproduksi memaksa remaja untuk berusaha mencari akses
dan melakukan eksplorasi sendiri. Media internet, televisi, majalah
dan bentuk media lainnya seringkali dijadikan sumber oleh para
remaja untuk memenuhi tuntutan keingintahuan tentang seksual.
(Ernawati, 2015)

Didalam penelitian yang dilakukan oleh Dina Fikriyana


Yusuf dan Irwan Budiono tahun 2016, terdapat hubungan antara
akses informasi dengan praktek menstrual hygiene. Ketersediaan
akses informasi di lingkungan tempat tinggalnya atau mungkin di
sekolah dapat memungkinkan mereka memperoleh dengan cepat
informasi kesehatan reproduksi terutama tentang perawatan organ
genetalia eksternal. Akses informasi bisa berupa internet,
perpustakaan, media cetak ataupun elektronik.(Yusuf dan Budiono,
2016)

Kelebihan Health belief model dapat membangun


kepercayaan individu bahwa mereka rentanterhadap masalah
kesehata, menganggap serius masalah, yakin terhadap efektivitas
pengobatan, menerima anjuran untuk mengambil tindakan
kesehatan. Sedangkan kelemahan dari Health belief model adalah
harus bersaing dengan sikap dan kepercayaan salah yang telah ada di
masyarakat. (Nugraheni, Wiyatini dan Wiradona, 2018)

Didalam teori Health belief model juga menyetakan bahwa


faktor demografi (umur, gender, suku), sosio-psikologi (kepribadian,
kelas sosial, kawan sebaya, penekan rujukan) dan struktural
(pengetahuan penyakit dan kontak sebelumnya dengan penyakit)
dapat mempengaruhi presepsi individu pada faktor benefit dan
barrier dalam melakukan suatu tindakan pencegahan.(Rosdiana,
2018) selain itu empat komponen utama HBM dapat dimodifikasi
oleh variabel lain seperti budaya, tingakt pendidikan, pengalaman
masa lalu, keterampilan, dan motivasi. Variabel-variabel tersebut
merupakan karakteristik individu yang mempengaruhi presepsi
pribadi. Maka peneliti akan menggunakan faktor ini terutama
pengetahuan remaja sebagai sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap remaja dalam menjaga kebersihan organ genitalianya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mega Ardina tahun 2017,
Keterkaitan antara pengetahuan dengan perilaku seseorang sangat
erat, apabila seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka
perilakunya akan cenderung baik pula, sama halnya dengan orang
dengan pengetahuan kurang (rendah) maka mempunyai
kecenderungan akan berperilaku kurang baik pula.(Ardina, 2017)

HBM juga dapat menjelaskan perilaku pencegahan dan


respon individu terhadap penyakit. Health belife model menegaskan
bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban dari
pengobatan dapat mempengaruhi keputusan perilaku seseorang
terhadap kesehatannya.(Setiyaningsih, Tamtomo dan Suryani, 2016)

3. Pengetahuan
Pengetahuan menurut Notoatmojo tahun 2005 merupakan
penginderaan manusia, atau hasil dari seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga), dan indera pengelihatan
(mata). Pengetahuan seseorang tersebut terhadap objek mempunyai
intensitas dan tingkatan yang berbeda-beda (Muslimin, 2015). Secara
garis besarnya dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :

 Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu
(Muslimin, 2015).
 Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang
tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut (Muslimin, 2015).
 Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi lain (Muslimin,
2015).
 Analisis (anaysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antar
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
itu sudah sampai tingkat membedakan atau memisahkan,
mengelompokkan dan membuat diagram terhadap pengetahuan
atas objek tersebut (Muslimin, 2015).
 Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan
kata lain, sintesis aalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dan formulasi-formulasi yang pernah ada
(Muslimin, 2015).
 Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam
menjustifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertuntu.
Penilaian ini dengan sendirinya atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat (Muslimin, 2015).

4. Menjaga kesehatan Organ Genetalia Eksterna


Remaja perlu mengetahui cara untuk menjaga kesehatan
organ reproduksi, yang sangat penting dilakukan didalam kehidupan
sehari-hari. Tanpa perawatan organ reproduksi yang benar, maka
akan timbul beberapa masalah pada organ reproduksi tersebut.
Misalnya dapat terkena berbagai penyakit berbahaya, seperti
kanker, infeksi, penyakit menular seksual, bahkan infertilitas atau
kemandulan. Penyakit-penyakit tersebut dapat menyerang laki-laki
maupun perempuan yang tidak menjaga kesehatan organ
reproduksinya. (Musmiah, Rustaman dan Saefudin, 2019)

Cara menjaga organ reproduksi menurut Kementrian Kesehatan,


diantaranya:

a. Gunakan handuk yang lembut, kering, bersih, dan tidak


berbau atau lembab.
b. Memakai celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap
keringat
c. Pakaian dalam diganti minimal 2 kali dalam sehari
d. Bagi perempuan, sesudah buang air kecil, membersihkan alat
kelamin sebaiknya dilakukan dari arah depan menuju
belakang agar kuman yang terdapat pada anus tidakmasuk ke
dalam organ reproduksi.
e. Bagi laki-laki, dianjurkan untuk dikhitan atau disunat
agarmencegah terjadinya penularan penyakit menular seksual
serta menurunkan risiko kanker penis.(Kementrian Kesehatan
RI, 2018b)

Cara menjaga kesehatan organ repoduksi secara umum, yaitu


meliputi:
a. Mencuci tangan sebelum menyentuh organ reproduksi. Dalam
aktifitas sehari-hari, tangan menyentuh banyak benda yang
kebersihannya tidak terjamin. Akibatnya tangan akan menjadi
sumber penyebaran virus ataupun bakteri. Karenanya, penting
untuk menjaga kebersihan tangan sebelum menyentuh organ
reproduksi.
b. Membilas dengan bersih organ reproduksi luar dan anus
setelah buang air besar dan buang air kecil. Dan pastikan
bahwa air yang digunakan untuk membilas organ reproduksi
adalah air bersih. Terutama bagi laki-laki banyak yang tidak
membersihkan organ reproduksinya dengan air setelah BAK.
Jika tidak dibersihkan dengan benar, sisa-sisa urine yang
tertinggal diujung penis terutama didaerah kulup. Yang
mengakibatkan memicu infeksi pada saluran kemih karena
menjadi sarang bakteri.
c. Mengeringkan organ reproduksi luar dengan handuk ataupun
tissue setelah BAB maupun BAK. Hal ini sangatlah oenting
karna jika lembab akan memciu pertumbuhan jamur dan
bakteri.
d. Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari, serta
menggunakan celana dalam berbahan katun dan bertekstur
halus. Bahan katun memiliki pori-pori yang bersar sehingga
sirkulasi udara pada organ reproduksi berjalan dengan baik.
Tekstur yang halus juga dapat menyerap keringat sehingga
organ repoduksi tidak lembab dan terhindar dari iritasi dan
gatal.
e. Mencukur, bahkan mencabut rambut pubis apabila sudah
panjang. Rambut pubis yang panjang dapat menjadi sarang
tungau ataupun kutu kelamin. Sisakan kira-kira setengah
centimeter rambut pubis, perlu berhati-hati agar tidak
menimbulkan luka ataupun iritasi pada kulit ketika mencukur.
Luka atau iritasi pada kulit dapat memudahkan bakteri
ataupun virus masuk ke dalam tubuh.
f. Menghindari menahan buang air kecil, menahan buang air
kecil dapat menimbulkan infeksi pada saluran kemih yang
disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini dapat menyerang organ
reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan.
g. Jangan menggaruk organ reporduksi karena dapat
menyebabkan luka ataupun iritasi.
h. Menjalankan pola hidup sehat dan bersih, seperti
mengkonsumsi makanan bergizi dan berolahraga secara
teratur. Serta menghindari seks bebas, narkoba rokok ataupun
minuman beralkohol. (Musmiah, Rustaman dan Saefudin,
2019)

a. Cara menjaga kesehatan organ reproduksi laki-laki


a. tidak menggunakan celana yang terlalu ketat. Celana yang
ketat dapat menimbulkan panas sehingga meningkatkan suhu
testis. Hal ini dpaat menggangu proses pembentukan sperma.
b. Menghindari mandi menggunakan air panas. Mandi dengan
air panas dapat mempengaruhi suhu testis sehingga
mengganggu proses pembentukan sperma.
c. Melakukan khitan untuk menghindari penumpukan kotoran,
sisa urine, dan air mani pada kulup. (Musmiah, Rustaman dan
Saefudin, 2019)

b. Cara menjaga kesehatan organ reproduksi perempuan


a. Cara membersihkan vagina yang benar adalah gerakan satu
arah dari daerah vagina menuju anus. Gerakan tidak bolak
balik untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina.
b. Tidak menggunakan cairan ataupun sabun pembersih vagina
secara terus menerus. Cairan atau sabun tersebut sebaiknya
digunakan jika ada anjuran dari dokter.
c. Tidak menggunakan pentyliner secara terus menerus.
Pantyliner sebaiknya digunakan pada saat keputihan saja.
(Musmiah, Rustaman dan Saefudin, 2019)

c. Perawatan organ genitalia pada saat haid (pemilihan pembalut


dan penanganan disminore)
Menstruasi merupakan tanda masa pubertas yang
terjadi pada wanita. Proses menstruasi merupakan proses
terjadinya peluruhan lapisan bagian dalam pada dinding rahim
wanita (endometrium) yang mengandung banyak pembuluh
darah dan umumnya berlangsung selama 5-7 hari setiap
bulannya. Biasanya siklus menstruasi berlangsung hingga usia
50 tahun. Adapun masa pasca berhenti menstruasi dinamakan
sebagai menopause. Ada sebgaian dari beberapa wanita, yang
merasakan nyeri haid atau kram, yang juga disebut
sebagai dismenore. Untuk menekan rasa sakit, cukup
dilakukan kompres hangat, olahraga teratur, dan istirahat yang
cukup. Bila nyeri haid tersebut yang dirasakan sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari, dapat diberikan obat anti
peradangan yang bersifat non steroid atau berkonsultasi
langsung dengan tenaga kesehatan.(Kementrian Kesehatan RI,
2018b)

Saat menstruasi, minumlah 1 tablet penambah darah


(tablet Fe) selama menstruasi setiap hari dan sekali seminggu
ketika tidak menstruasi. Ini bertujuan untuk mencegah
timbulnya anemia akibat kurangnya zat besi (Fe). Tingkat
kalium yang rendah dalam tubuh dapat mengakibatkan siklus
haid yang tidak teratur, akan timbul gangguan menstruasi
yang sangat menyakitkan, baik menjelang siklus maupun
selama siklus menstruasi. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
mengonsumsi sejumlah makanan tinggi kalium, contohnya ubi
jalar, pisang, salmon, kismis, kacang, dan yoghurt. Proses
makanan yang dikukus atau dipanggang juga bisa menambah
asupan kalium dalam tubuh.(Kementrian Kesehatan RI, 2018b)

Pembalut wanita merupakan suatu produk yang


berbentuk lembaran terbuat dari bahan selulose atau sintetik
yang digunakan untuk menampung/ menyerap cairan
menstruasi atau cairan dari vagina. Kementerian Kesehatan
melarang penggunaan gas Chlorin dalam
proses bleaching/pemutihan terhadap bahan baku pembalut
yang digunakan karena penggunaan gas chlorine dapat
menghasilan senyawa dioksin yang bersifat karsinogenik.
Bahan baku pembalut wanita yang diizinkan oleh Kementrian
Kesehatan untuk digunakan harus menggunakan metode EFC
atau TFC dan tidak diperbolehkan menambahkan chlorine
selama proses produksi.(Kementrian Kesehatan RI, 2018a)

Metode bleaching yang diperbolehkan harus sesuai


dengan Guidance US FDA adalah Elemental Chlorine-Free
(ECF) Bleaching dan Totally Chlorine-Free (TCF) Bleaching.
EFC Bleaching adalah pemutihan yang tidak menggunakan
elemen gas chlorine. Metode ini menggunakan chlorine
dioxide sebagai agen pemutihan, dan dinyatakan bebas
dioksin. Sementara TFC Bleaching adalah pemutihan yang
tidak menggunakan senyawa chlorine, biasanya menggunakan
Hidrogen Peroksida. Metode ini dinyatakan bebas dioksin.
Fluoresensi merupakan uji yang dilakukan untuk melihat
adanya chlorine yang terdapat dalam pembalut wanita. SNI
mensyaratkan hasil uji pembalut yang tidak berfluoresensi kuat
atau tidak ada flouresensi yang menunjukkan kontaminasi. US
FDA Guidance menyatakan bahwa masih diperbolehkan
adanya jejak residu chlorin pada hasil akhir pembalut wanita.
Pengujian ini dilakukan di laboratorium yang terakreditasi
antara lain PPOMN dan Sucofindo.(Kementrian Kesehatan RI,
2018a)

Kekhawatiran terhadap kandungan chlorine yang


menyebabkan kanker pada pembalut wanita tidak beralasan
karena semua pembalut wanitamenurut Kementrian Kesehatan
yang beredar di pasaran telah memenuhi persyaratan
keamanan, mutu dan kemanfaatan serta dilakukan pengawasan
rutin melalui pengujian ulang. Untuk memastikan suatu
keamanan produk kesehatan, masyarakat dapat melihat ijin
edar AKL atau AKD yang tercantum pada kemasan atau
mengeceknya melalui www.infoalkes.kemenkes.go.id
(Kementrian Kesehatan RI, 2018a)

kebersihan organ intim saat menstruasi juga penting


dilakukan dengan cara:

1. Mengganti pembalut sebanyak 3-5 kali dalam sehari.


2. Membersihkan organ intim terlebih dulu sebelum
mengganti pembalut.
3. Cuci tangan sampai bersih usai membuang pembalut serta
sebelum mengganti pembalut.
4. Rutin mengganti celana dalam untuk menghindari resiko
tidak nyaman di area kewanitaan. Pastikan memakai celana
dalam yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat.
(Kementrian Kesehatan RI, 2018b)

d. Manfaat Perawatan Organ Genitalia Eksterna

Tujuan dari merawat kebersihan organ genitalia eksterna


yaitu:

1) Menjaga kesehatan dan kebersihan organ genital;

2) Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar


vulva di luar vagina;
3) Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal yaitu
3,5 sampai 4,5;

4) Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri dan


protozoa;

5) Mencegah timbulnya keputihan dan virus;

6) Mencegah dan mengontrol infeksi;

7) Mencegah kerusakan kulit;

8) Meningkatkan kenyamanan;

9) Mempertahankan kebersihan diri;

10) Meningkatkan derajat kesejahteraan seseorang;

11) Memperbaiki personal hygiene yang kurang;

12) Mencegahan infeksi dan penyakit;

13) Meningkatkan percaya diri;

14) Menciptakan keindahan (Erlina, 2015 dalam ).

5. Remaja
Remaja atau adolescence (inggris), yang berasal dari bahasa
latin “adolescere” yang berarti tumbuh kembang kearah
kematangan, yang dimaksud kematangan disini bukan hanya
kematangan fisik saja melainkan termasuk kematangan secara sosial
dan psikologinya. (Sebayang, Gultom dan Eva, 2018) Menurut
World Health Organization (WHO), remaja adalah mereka yang
berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa,
untuk batasan usia yang termasuk remaja menurut WHO adalah 12
tahun sampai 24 tahun. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 remaja adalah
kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun.(Permenkes RI,
2014)
Perkembangan biologis, sosial dan psikologis remaja dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu: masa remaja awal (early adolescence)
pada usia 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (mid adolescence)
pada usia 14 – 16 tahun, masa remaja akhir (late adolescence) pada
usia 17-20 tahun. (Mardjan, 2016) Sementara itu, menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
kesepakatan universal mengenai batasan kelompok usia remaja.
Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga mengalami
tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi, membangun
identitas, kemampuan (skill) untuk kehidupan masa dewasa serta
kemampuan bernegosiasi (abstract reasoning) (WHO, 2015)
B. Kerangka Teori
Berdasarkan landasan teori yang penulis dapatkan, maka dapat
dirumuskan kerangka teori sebagai berikut.

Kesehatan Reproduksi Wanita

Organ Perawatan Organ


Reproduksi Reproduksi

Menjaga Kebersihan Organ


Genitalia Genitalia Genitalia Eksterna
Eksterna (Luar) Interna (Dalam)
 Mencuci tangan sebelum
menyentuh vagina.
Permasalahan kewanitaan  Membilas organ reproduksi
dan gangguan sistem luar dengan air bersih dari
reproduksi wanita arah alat kelamin ke dubur.
1. Keputihan  Mengeringkan vagina
2. Peradangan pada vagina dengan handuk khusus atau
3. Bau tidak sedap tissue setelah BAB dan
4. Penyakit menular seksual BAK.
 Mengganti celana dalam 2
kali sehari, serta
Health Belief Model (HBM) menggunakan celana dalam
dari bahan kain katun.
 Percevied Treat (Perceived
 Mencukur sebagian rambut
Susceptibility &Percevied
kemaluan.
Severity)
 Tidak menggunakan alat
 Percevied Benefits pembersih kimiawi tertentu
 Percevied Barriers untuk vagina.
 Cause Of Action  Melakukan perawatan ekstra
 Self-Efficacy
Modifikasi
1. Faktor demografi
 Umur
 Gender
 Suku
2. Faktor sosio-psikologis
 Kepribadian
 Kelas sosial
 Kawan sebaya
 Penekan rujukan
3. Faktor sturktural
 Pengetahuan
 Kontak sebelumnya
dengan penyakit
Sumber : Martini et.al, 2012 dalam (Nani, 2018); (Andareto, 2015),
(Kementrian Kesehatan RI, 2019); (Musmiah, Rustaman dan Saefudin,
2019); (Nurmala, 2018); (Rosdiana, 2018).
BAB III. KERANGKA KONSEP, DEFINISI
OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep berisi tentang variabel yang diteliti, yang
dapat berisi pengaruh ataupun hubungan antara variabel satu dengan
variabel lainnya. Variabel merupakan konsep yang dapat diukur dengan
hasil pengukuran yang bervariasi. Kerangka konsep berisi tentang
mekanisme atau kerangkaposes berpikir, peranan kerangka konsep
sebagai mempermudah pemahaman rumusan masalah, hipotesis dan
metode penelitian yang dikerjakan.(Sarmanu, 2017)

Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat deskriptif atau


yang akan menggunakan variabel yang akan diteliti yaitu pengetahuan,
ancaman terhadap penyakit, isyarat dalam melakukan tindakan, presepsi
manfaat, presepsi hambatan pada remaja dalam menjaga kebersihan
organ genetalia eksterna, maka kerangka konsep pada penelitian ini
adalah:

Berdasarkan landasan teori yang penulis dapatkan, maka dapat


dirumuskan kerangka teori sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen


 Pengetahuan
 Ancaman Terhadap
Penyakit (perceived
susceptibility&
percevied severity) Perilaku Menjaga
 Isyarat dalam Kebersihan Organ Genitalia
melakukan tindakan Ekterna Eksterna
(cause of action)
 Presepsi manfaat
(percevied benefits)
 Presepsi hambatan
(percevied barriers)
B. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Perilaku Kegiatan yang dilakukan untuk menjaga kebesihan Angket Kuesioner 1. Baik Ordinal
Kebersihan organ genitalia eksterna remaja, seperti: 2. Kurang baik
Organ 1. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.
Genitalia 2. Membilas organ reproduksi luar dengan air bersih
dari arah alat kelamin ke dubur.
Eksterna
3. Mengeringkan vagina dengan handuk khusus atau
tissue setelah BAB dan BAK.
4. Mengganti celana dalam 2 kali sehari, serta
menggunakan celana dalam dari bahan kain
katun.
5. Mencukur sebagian rambut kemaluan.
6. Tidak menggunakan alat pembersih kimiawi
tertentu untuk vagina.
7. Melakukan perawatan ekstra selama haid.

2. Pengetahuan Segala informasi berkenaan kebersihan organ Angket Kuesioner 1. Baik (jika Ordinal
genitalia eksterna, seperti: jawaban benar
1. Cara menjaga kebersihan organ genitalia eksterna ≥70
2. Permasalahan kesehatan akibat tidak menjaga %)
kesehatan organ genitalia eksterna. 2. Cukup ( jika
jawaban benar
< 70%)
3. Presepsi Pendapat responden berkenaan dengan perilaku Angket Kuesioner 1. Terancam Ordinal
ancaman dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna 2. Tidak
terhadap yang meliputi kerentanan yang rasakan atau tingkat terancam
penyakit keparahan yang di rasakan oleh individu terhadap
penyakit (Nurmala, 2018). Presepsi responden
terhadap ancaman terhadap penyakit apabila tidak
menjaga kebersihan organ genitaliannya. Misalnya:
1. Presepsi kerentanan apabila tidak menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna.
2. Presepsi tingkat keparahan atau keseriusan
apabila tidak menjaga kebersihan organ genitalia
eksterna.
3. Presepsi Presepsi responden bahwa adanya penghalang dalam Wawancar Kuesioner 1. Tidak Ordinal
hambatan melakukan perilaku menjaga kebersihan organ a Terhambat
genitalia eksterna (Nurmala, 2018), seperti: 2. Terhambat
1. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.
2. Membilas organ reproduksi luar dengan air bersih
dari arah alat kelamin ke dubur.
3. Mengeringkan vagina dengan handuk khusus atau
tissue setelah BAB dan BAK.
4. Mengganti celana dalam 2 kali sehari, serta
menggunakan celana dalam dari bahan kain
katun.
5. Mencukur sebagian rambut kemaluan.
6. Tidak menggunakan alat pembersih kimiawi
tertentu untuk vagina.
7. Melakukan perawatan ekstra selama haid
4. Presepsi Pendapat responden tentang keuntungan jika menjaga Wawancar Kuesioner 1. Bermanfaat Ordinal
manfaat kebersihan organ genitalia eksternanya (Nurmala, a 2. Kurang
2018), seperti : bermanfaat
1. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.
2. Membilas organ reproduksi luar dengan air bersih
dari arah alat kelamin ke dubur.
3. Mengeringkan vagina dengan handuk khusus atau
tissue setelah BAB dan BAK.
4. Mengganti celana dalam 2 kali sehari, serta
menggunakan celana dalam dari bahan kain
katun.
5. Mencukur sebagian rambut kemaluan.
6. Tidak menggunakan alat pembersih kimiawi
tertentu untuk vagina.
7. Melakukan perawatan ekstra selama haid.
5. Isyarat Isyarat untuk bertindak (cause of action), yaitu Wawancar Kuesioner 1. Banyak Ordinal
dalam individu termotivasi untuk melakukan perubahan a 2. sedikit
melakukan perilaku untuk menjaga kebersihan organ genitalia
tindakan eksterna. Untuk mendapatkan informasi tingkat
ancaman yang dirasakan, hambatan dan keuntungan
tindakan terhadap penyakit tersebut maka diperlukan
isyarat-isyarat dari faktor eksternal (Nurmala, 2018),
seperti:
1. Pernah mengalami keputihan.
2. Pernah mengalami gatal diarea organ genitalia
eksterna.
3. Adanya keluarga yang menderita penyakit
saluran reproduksi wanita.
4. Peran media tentang menjaga kebersihan organ
genitalia eksterna wanita.
5. Pengalaman keluarga atau kerabat yang terkena
penyakit kanker serviks.
6. Peran petugas kesehatan tentang menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna.
C. Hipotesis
1. Hipotesis Nol (Ho)
a. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku
kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja.
b. Tidak ada hubungan presepsi ancaman terhadap penyakit
dengan perilaku kebersihan organ genitalia eksterna pada
remaja.
c. Tidak ada hubungan isyarat dalam melakukan tindakan
dengan perilaku kebersihan organ genitalia eksterna pada
remaja.
d. Tidak ada hubungan presepsi manfaat dengan perilaku
kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja.
e. Tidak ada hubungan presepsi hambatan dengan perilaku
kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku kebersihan
organ genitalia eksterna pada remaja.
b. Ada hubungan presepsi ancaman terhadap penyakit dengan
perilaku kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja.
c. Ada hubungan isyarat dalam melakukan tindakan dengan
perilaku kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja.
d. Ada hubungan presepsi manfaat dengan perilaku kebersihan
organ genitalia eksterna pada remaja.
e. Ada hubungan presepsi hambatan dengan perilaku
kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja.
BAB IV. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Pada penelitian ini menggunakan pendekatan secara kuantitatif.
Menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain penelitian
yang digunakan yaitu cross sectional untuk melihat hubungan antara
antara paparan atau variabel bebas (independen) dengan variabel
akibat atau terikat (dependen), dengan pengumpulan data dilakukan
bersamaan secara serentak dalam satu waktu antara faktor risiko
dengan efeknya (point time approach), artinya semua variabel baik
variabel independen maupun variabel dependen diobservasi pada
waktu yang sama. (Maturoh dan Anggita, 2018)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta tahun
2020.

2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 25 juli 2020 - 16 Agustus
2020 Smp Islam Al-Ihsan Jakarta.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi merupakan seluruh individu yang menjadi sumber
pengambilan sampel, yang terdiri dari subjek/objek yang memiliki
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan. (Tarjo, 2019) Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i SMP Islam
Al-Ihsan Jakarta tahun 2020.
2. Sampel
Sampel menurut Sugiyono tahun 2017, merupakan bagian
atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut,
sampel yang diambil harus representatif (mewakili).

a) Populasi target : seluruh siswa/i SMP Islam Al-ihsan Jakarta


yang berjumlah 381 siswa/i.
b) Populasi studi : seluruh siswi SMP Islam Al-ihsan Jakarta
yang berjumlah 166 siswi.
c) Eligible Subject : seluruh siswi SMP Islam Al-ihsan Jakarta
yang berjumlah 166 siswi.
d) Subjek yang diteliti : siswi SMP Islam Al-ihsan Jakarta yang
berjumlah 154 siswi .

a. Besar sampel
Untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dari
populasi peneliti, menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Lemeshow (1990) dengan rumus uji hipotesis perbedaan 2 proporsi
adalah sebagai berikut:

Keterangan :
𝑛 : Jumlah sampel minimal
Z1 − 𝛼 : Tingkat kemaknaan 𝛼 (untuk 𝛼 = 0.05 adalah 1,96)
Z1 – β : Nilai Z pada kekuatan uji (power test) 90%
P1 : Proporsi berdasarkan kelompok yang
beresiko
P2 : Proporsi berdasarkan kelompok yang tidak
beresiko
P̅ : Rata – rata proporsi P1+P2
Untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel, maka
dibutuhkan hasil penelitian terdahulu yang terdapat pada tabel berikut :

Variabel P1 P2 n nx Nama
2
Dilarkasmi Gatry
Pengetahuan 91,8% 50,0% 28 56 Airyn Lebonna
Gamis, 2018
Perceived Nurul Khotimah,
64,3% 35,3% 75 140
Benefits 2019
Peran Orang Alfina Eka Praja,
92,3% 1,9% 5 10
Tua 2015

Berdasarkan hasil perhitungan dari jumlah sampel


didapatkan jumlah sampelnya sebesar 140 responden. Untuk
menghindari responden dropout, maka total sampel yang diambil
sebanyak 140 ditambah 10% sehingga sampel penelitian sebanyak
154 responden.

b. Teknik pengambilan sampel


Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Nurdin
dan Hartati, 2019). Teknik sampel yang di gunakan pada penelitian
ini menggunakan teknik stratified random sampling, penentuan
strata didasarkan pada tingkatan kelas yaitu kelas VII, VIII, IX.
Setelah ditentukan stratanya barulah dari masing-masing strata
dihitung proporsinya.

Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan tahapan dalam


pengambilan sampel yang dilakukan :

1) Meminta data jumlah seluruh siswi yang masih tercatat sebagai


siswi kelas VII, VIII, IX di SMP Islam Al-ihsan Jakarta tahun
2020. Yang nantinya jumlah siswi disetiap kelas dihitung untuk
mendapatkan jumlah proporsi.
2) Menyebar kuesioner disetiap kelas, yang dimana sebelumnya
sudah dihitung besar sampel proporsi disetiap kelasnya.
3) Proporsi disetiap kelas dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

Sebagai contoh proporsi sampel kelas VII

Diketahui : Nh = 66 N= 166 n= 154

Maka nh = (66)(154/166) = 60,7 maka dibulatkan menjadi 61

Secara lengkap, proporsi dan jumlah siswi setiap kelas dapat


dilihat pada tabel berikut :

No Kelas Jumlah Siswi Proporsi


.
a. VII 66 61
b. VIII 49 46
c. IX 51 47
Total 166 154

c. Kriteria sampel
Adapun sampel yang dipilih peneliti pada penelitian ini yaitu
siswi SMP Islam Al-Ihsan Jakarta yang memenuhi kriteria inskulsi
sebagai berikut:
a. Bersedia menjadi responden.
b. Bersedia mengisi kuesioner pada waktu yang sudah ditentukan
oleh peneliti
c. Perempuan (siswi).

3. Pengukuran dan Pengamatan Variabel


Instrumen pengumpulan data di dalam penelitian ini berupa
kuesioner yang digunakan sebagai bahan isian dalam pengumpulan
data responden yang mencakup variabel pengetahuan, presepsi
ancaman terhadap penyakit, isyarat dalam melakukan tindakan,
presepsi manfaat dan presepsi hambatan yang berhubungan dengan
kebersihan organ genitalia eksterna remaja. Sistem pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan metode penyebaran angket
berupa kuesioner melalui google formulir kepada siswi SMP Islam
Al-Ihsan Jakarta tahun 2020, menggunakan laptop dan aplikasi IBM
statistic SPSS 22 untuk menggolah data.

a. Pengetahuan

Variabel pengetahuan dinyatakan dalam skala ordinal dengan


satu pertanyaan yang diisi langsung oleh responden. Variabel
pengetahuan kemudian dikategorikan menjadi:

1) Baik (≥70%)
2) Cukup (<70%)

b. Presepsi ancaman terhadap penyakit

Variabel presepsi ancaman terhadap penyakit dinyatakan


dalam skala ordinal dengan satu pertanyaan yang diisi langsung oleh
responden. Berdasarkan hasil uji normalitas maka digunakan nilai
mean (15,6) pada variabel presepsi ancaman, kemudian
dikategorikan menjadi:

1) Terancam
2) Tidak terancam

c. Presepsi hambatan

Variabel presepsi hambatan dinyatakan dalam skala ordinal


dengan satu pertnyataan yang diisi langsung oleh responden.
Berdasarkan hasil uji normalitas maka digunakan nilai mean (19,3)
pada variabel presepsi hambatan, kemudian dikategorikan menjadi:

1) Sangat terhambat
2) Terhambat
3) Tidak terhambat
d. Presepsi manfaat

Variabel prespsi manfaat dinyatakan dalam skala ordinal


dengan satu pertnyataan yang diisi langsung oleh responden.
Berdasarkan hasil uji normalitas maka digunakan nilai median (3,0)
pada variabel presepsi manfaat, kemudian dikategorikan menjadi:

1) Sangat bermanfaat
2) Bermanfaat
3) Kurang bermanfaat
e. Isyarat dalam melakukan tindakan

Variabel isyarat dalam melakukan tindakan dinyatakan dalam


skala ordinal dengan satu pertanyaan yang diisi langsung oleh
responden. Berdasarkan hasil uji normalitas maka digunakan nilai
mean (15,6) pada variabel Isyarat, kemudian dikategorikan menjadi:

1) Banyak
2) Sedikit
4. Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan kuesioner sebagai alat ukur, berupa daftar pertanyaan
yang diisi sendiri langsung oleh siswi SMP Islam Al-Ihsan Jakarta.
kuesioner pada penelitian ini berisi beberapa pertanyaan untuk
mengukur variabel isyarat dalam melakukan tindakan, presepsi
manfaat, dan presepsi hambatan. Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner yang mengadop dari......

a. Uji validitas
Validitas terkait erat dengan derajat ketepatan, antara data
objek sebenarnya dengan data penelitian yang ada dilapangan.
(Fitrah dan Luthfiyah, 2018) Uji validitas dilakukan untuk
mengetahui item kuesioner yang valid maupun tidak valid, item
kuesioner yang tidak valid tidak dapat digunakan untuk
dilakukan pengukuran dan pengujian. Item pertanyaaan akan
dinyatakan valid jika hasil perhitungan statistik > tabel r kritis
product moment dan begitu juga sebaliknya.(Duli, 2019)
Uji validitas dilakukan terhadap responden yang
berpendidikan SMP sebanyak 22 orang, dengan r tabel sebesar
0,444. r tabel dapat dilihat dengan menggunakan rumus df = n-2
= 22-2 = 20.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas berkenaan apakah penelitian itu dapat diulangi


atau dapat direplikasi oleh peneliti lain dan menemukan hasil
yang sama bila peneliti menggunakan metode yang sama. Jadi
reliabilitas menunjukkan adanya konsistensi.(Fitrah dan
Luthfiyah, 2018)

Hasil uji validitas dan reliabilitas

Variabel Pengetahuan
Nilai
Pertanyaa r r
Validitas Cronbach Reliabilitas
n hitung tabel
Alpha
A1 0,608 0,444 Valid 0,742 Reliabel
A2 0,566 0,444 Valid 0,742 Reliabel
A3 0,703 0,444 Valid 0,742 Reliabel
A4 0,470 0,444 Valid 0,742 Reliabel
A5 0,681 0,444 Valid 0,742 Reliabel
A6 0,579 0,444 Valid 0,742 Reliabel
A7 0,666 0,444 Valid 0,742 Reliabel
A8 0,503 0,444 Valid 0,742 Reliabel

Hasil uji validitas dan reliabilitas

Variabel Presepsi Ancaman Terhadap Penyakit

Nilai
Pertanyaa r r
Validitas Cronbach Reliabilitas
n hitung tabel
Alpha
B1 0,615 0,444 Valid 0,723 Reliabel
B2 0,453 0,444 Valid 0,723 Reliabel
B3 0,459 0,444 Valid 0,723 Reliabel
B4 0,705 0,444 Valid 0,723 Reliabel
B5 0,522 0,444 Valid 0,723 Reliabel
B6 0,479 0,444 Valid 0,723 Reliabel
B7 0,702 0,444 Valid 0,723 Reliabel
B8 0,589 0,444 Valid 0,723 Reliabel

Hasil uji validitas dan reliabilitas

Variabel Presepsi Hambatan

Nilai
Pertanyaa r r
Validitas Cronbach Reliabilitas
n hitung tabel
Alpha
C1 0,652 0,444 Valid 0,827 Reliabel
C2 0,824 0,444 Valid 0,827 Reliabel
C3 0,730 0,444 Valid 0,827 Reliabel
C4 0,673 0,444 Valid 0,827 Reliabel
C5 0,634 0,444 Valid 0,827 Reliabel
C6 0,668 0,444 Valid 0,827 Reliabel
C7 0,773 0,444 Valid 0,827 Reliabel

Hasil uji validitas dan reliabilitas

Variabel Presepsi Manfaat

Nilai
Pertanyaa r r
Validitas Cronbach Reliabilitas
n hitung tabel
Alpha
D1 0,875 0,444 Valid 0,866 Reliabel
D2 0,679 0,444 Valid 0,866 Reliabel
D3 0,854 0,444 Valid 0,866 Reliabel
D4 0,761 0,444 Valid 0,866 Reliabel
D5 0,788 0,444 Valid 0,866 Reliabel
D6 0,633 0,444 Valid 0,866 Reliabel
D7 0,786 0,444 Valid 0,866 Reliabel

Hasil uji validitas dan reliabilitas

Variabel Isyarat dalam melakukan tindakan

Nilai
Pertanyaa r r
Validitas Cronbach Reliabilitas
n hitung tabel
Alpha
E1 0,547 0,444 Valid 0,544 Reliabel
E2 0,509 0,444 Valid 0,544 Reliabel
E3 0,641 0,444 Valid 0,544 Reliabel
E4 0,604 0,444 Valid 0,544 Reliabel
E5 0,510 0,444 Valid 0,544 Reliabel
E6 0,512 0,444 Valid 0,544 Reliabel

Hasil uji validitas dan reliabilitas

Variabel Perilaku menjaga kesehatan rgan genitalia eksterna


Nilai
Pertanyaa r r
Validitas Cronbach Reliabilitas
n hitung tabel
Alpha
F1 0,474 0,444 Valid 0,740 Reliabel
F2 0,644 0,444 Valid 0,740 Reliabel
F3 0,474 0,444 Valid 0,740 Reliabel
F4 0,643 0,444 Valid 0,740 Reliabel
F5 0,568 0,444 Valid 0,740 Reliabel
F6 0,623 0,444 Valid 0,740 Reliabel
F7 0,675 0,444 Valid 0,740 Reliabel

5. Teknik Pengumpulan Data


a. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengisian
kuesioner oleh peneliti. Teknik pengambilan data dilakukan dengan
membagikan kuesioner menggunakan Google formulir kepada
seluruh siswi SMP Islam Al-Ihsan Jakarta yang menjadi sampel
penelitian ini dan terlebih dahulu dijelaskan maksud dan tujuan
penelitian ini serta cara pengisian kuesioner.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang
ada di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta tahun 2020. Data sekunder pada
penelitian ini adalah jumlah siswa/i di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta
tahun 2020 dan gambaran umum SMP Islam Al-Ihsan Jakarta.
c. Alat Ukur
Penelitian ini menggunakan format kuesioner sebagai alat
pengukuran. Kuesioner dilakukan untuk mendapatkan informasi dari
subjek penelitian melalui pemberian angket kepada responden yang
selanjutnya akan diisi oleh responden melalui Google formulir.
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data


Pengolahan data merupakan kegiatan lanjutan setelah
dilakukannya pengumpulan data dilaksanakan, dalam penelitian ini
dilakukan melalui proses sebagai berikut:

a. Memeriksa data (Editing Data)


Tahap ini merupakan kegiatan pengecekan isian
formulir atau kuesioner apakah jawabannya sudah lengkap,
jelas, relevan dan konsisten.
b. Proses pemberian identitas (Coding Data)
Pada tahap merupakan kegiatan merubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan.
c. Entry Data
Proses memasukan data dari kuesioner/ Google
formulir ke dalam aplikasi perangkat lunak statistik, setelah
dilakukan coding untuk tiap variabel dalam kuesioner.
d. Pembersihan Data (Cleaning Data)
Pada tahap ini merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau
tidak. Pembersihan data dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat missing data, variasi data, dan konsistensi data.
Selanjutnya dilakukan proses penyajian data yang telah
diperoleh ke dalam tabel untuk dianalisis lebih lanjut disertai
dengan deskripsinya.(Hastono, 2006)

2. Teknik Analisis Data


Analisis data menggunakan sistem komputerisasi, univariat
dan uji bivariat (Chi Square).

a. Uji Univariat
Tujuan analisis ini adalah untuk menjelaskan/
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang
diteliti. Namun secara teknis pada dasarnya analisis merupakan
kegiatan meringkas kumpulan data menjadi ukuran tengah dan
ukuran variasi. Selanjutnya membandingkan gambaran-
gambaran tersebut antara satu kelompok subjek dengan
kelompok subjek lain, sehingga dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam analisis.
Peringkasan (baik ukuran tengah maupun variasi)
tidak beragam jenisnya. Bila data berjenis kategorik, tentunya
informasi/ peringkasan yang penting disampaikan tidak
mungkin/ tidak lazim menggunakan ukuran mean atau median.
Melainkan jumlah dan persentase yang disajikan. Untuk ukuran
variasi, pada data kategorik variasi maksimal apabila jumlah
antar kategori sama.
Mean adalah ukuran rata-rata yang merupakan hasil
dari jumlah semua ini pengukuran dibagi oleh banyak
pengukuran. Keuntungan nilai mean adalah mudah untuk
dihitung karena sudah melibatkan seluruh data dalam
perhitungannya. Namun kelemahan dari nilai mean adalah
sangat dipengaruhi oleh nilai ekstern, baik ekstern tinggi
maupun rendah. Oleh karena itu pada kelompok data yang ada
nilai eksternnya (sering dikenal dengan distribusi datang
menceng/miring), mean tidak dapat mewakili rata-rata
kumpulan nilai pengamatan
Median adalah nilai dimana setengah banyaknya
pengamatan mempunyai nilai di bawahnya dan setengahnya
lagi mempunyai nilai diatasnya. Berbeda dengan nilai mean,
penghitungan median hanya mempertimbangkan urutan nilai
hasil pengukuran, besar beda antar nilai diabaikan. Karena
mengabadikan besar beda, maka median tidak dipengaruhi oleh
nilai ekstrem. Modus adalah nilai pengamatan yang
mempunyai frekuensi/jumlah terbanyak (Hastono, 2006).
b. Uji bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan melihat
kemaknaan dan besarnya hubungan antara dua variabel dengan
menggunakan uji statistik. Variabel independen pada penelitian
ini adalah isyarat dalam melakukan tindakan, presepsi manfaat
dan presepsi hambatan. Sedangkan variabel dependen adalah
perilaku kebersihan organ genitalia eksterna.
Metode statistik yang digunakan untuk melihat
kemaknaan dan besarnya hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen dilakukan uji Chi Square (X2).
Untuk melihat kejelasan tentang dinamika hubungan antara
faktor risiko dan faktor efek dilihat melalui nilai rasio odds
(OR). Sedangkan P-value menunjukkan derajat kemaknaan
hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Nilai tersebut adalah sebagai berikut:
1) P-value ≤ 0,05 = ada hubungan yang bermakna antara
variabel independen dengan variabel dependen.
2) P-value > 0,05 = tidak ada hubungan yang bermakna
antara variabel independen dengan variabel
dependen(Hastono, 2006).

E. Etika Penelitian
Penelitian akan menjamin kerahasiaan data responden pada
saat pengumpulan data dan pada hasil penelitian. Sebelum
melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus perizinan dari
komisi etik penelitian kesehatan (KEPK) FKM UMJ dan setelah itu
akan dikeluarkan surat ijin melakukan penelitian. Penelitian ini
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan komisi etik dan ijin
penelitian dari pemberi data yaitu di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta
tahun 2020.
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian


a) Sejarah
Bernama SMP Islam Al-ihsan Jakarta yang beralamat di JL.
Raya Pesanggrahan, No. 1, Pesanggrahan, Kec. Pesanggrahan,
Kota Jakarta Selatan Prov. D.K.I. Jakarta.
b) Visi dan misi
Visi :
Visi SMP Islam Al-Ihsan yaitu : “UNGGUL DALAM
AKADEMIK, IMAN DAN TAQWA”.

Misi :
Berikut ini misi yang dirumuskan berdasarkan visi di atas.
1) Mewujudkan iklim suasana yang berbudaya islami bagi
seluruh warga sekolah
2) Terciptanya lingkungan belajar yang kondusif
3) Mengoptimalkan pemberdayagunaan kompetensi tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan
4) Melaksanakan Pembelajaran dan bimbingan secara efektif
agar peserta didik dapat berkembang lebih optimal.
5) Mengembangkan dan mengoptimalkan Pengembangan
Kurikulum
6) Melaksanakan pengembangan inovasi dalam pembelajaran
7) Melaksanakan pengembangan kegiatan akademik dan non
akademik

2. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggan 25 Juli 2020 – 1
Agustus 2020.
a) Analisis Univariat

1) Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksterna

Pernyataan pada variabel perilaku menjaga kebersihan organ


genitalia eksterna berjumlah 7 pernyataan positif dengan disertakan
pilihan jawaban benar atau salah. Perilaku menjaga kebersihan organ
genitalia eksterna berdasarkan nilai median (10,0) dibagi menjadi 2
kategori yaitu perilaku baik dan perilaku kurang baik.

Tabel ....

Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Menjaga Kebersihan


Organ Genitalia Eksterna Siswi SMP Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun
2020

Perilaku n %
Baik 82 53,2
Kurang 72 46,8
Total 154 100,0

Dari tabel ..... diketahui bahwa responden yang berperilaku


menjaga kebersihan organ genitalia baik sebanyak 82 orang (53,2%)
dan yang berperilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna
kurang baik sebanyak 72 orang (46,8%).

Tabel....

Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Perilaku Menjaga Kebersihan


Organ Genitalia Eksterna Siswi SMP Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020

Jawaban
No Kadang- Tidak Total
Pernyataan Ya
. Kadang Pernah
N % N % n % N %
1. Apakah adik selalu
mencuci tangan dengan
sabun dan air bersih 105 68,9 49 31,8 0 0 154 100
sebelum menyentuh
vagina ?
2. Apakah adik selalu
mengganti celana dalam 119 77,3 31 20,1 4 2,6 154 100
minimal 2 kali sehari ?
3. Apakah adik selalu rutin
mencukur sebagian bulu 48 31,2 42 27,3 64 41,6 154 100
rambut kelamin ?
4. Apakah adik selalu
mengeringkan vaginanya
setelah dibersihkan
87 56,5 59 38,3 8 5,2 154 100
dengan menggunakan
tissue atau handuk
kering ?
5. Apakah adik selalu
membersihkan vagina
dengan membilas
125 81,2 25 16,2 4 2,6 154 100
menggunakan air bersih
dari vagina (depan) ke
belakang (anus) ?
6. Apakah adik selalu
menghindari
menggunakan sabun
82 53,2 34 22,1 38 24,7 154 100
pembersih kimiawi
untuk membersihkan
vaginanya ?
7. Apakah adik selalu Belum
Kadang - pernah
mengganti pembalut Ya Total
Kadang mensturas
sebanyak 3-5 kali sehari i
n % N % n % N %
saat menstruasi
94 61,0 45 29,2 15 9,7 154 100
Dari tabel .... Menunjukan bahwa paling banyak responden
yang menjawab Ya pada pernyataan apakah adik selalu
membersihkan vagina dengan membilas menggunakan air bersih
dari vagina (depan) ke belakang (anus), yaitu sebanyak 125
responden (81,2 %). Responden yang paling banyak menjawab
kadang – kadang pada pernyataan apakah adik selalu mengeringkan
vaginanya setelah dibersihkan dengan menggunakan tissue atau
handuk kering, yaitu sebanyak 59 (38,3%). Dan responden yang
paling banyak menjawab Tidak Pernah pada pernyataan apakah
adik selalu rutin mencukur sebagian bulu rambut kelamin,
sebanyak 64 orang (41,6%). Selain itu responden yang belum
pernah mesturasi sebanyak 15 orang (9,7%)

2) Pengetahuan

Pernyataan pada variabel pengetahuan berjumlah 8


pernyataan, dengan 3 pernyataan positif dan 5 pernyataan
negatif disertakan pilihan jawaban benar atau salah.
Pengetahuan berdasarkan nilai standar (70%) dibagi menjadi 2
kategori yaitu pengetahuan baik dan pengetahuan kurang baik.

Tabel ....

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswi SMP Islam Al-Ihsan


Jakarta Tahun 2020

Pengetahuan N %
Baik 113 73,4
Kurang 41 26,6
Total 154 100,0

Dari tabel ..... diketahui bahwa responden yang


berpengetahuan baik sebanyak 113 orang (73,4%) dan yang
berpengetahuan kurang baik sebanyak 41 orang (26,6%).

Tabel....

Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Pengetahuan Siswi SMP Islam


Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020
Jawaban
No Total
Pernyataan Benar Salah
.
n % n % N %
1. Mengganti celana dalam
69 44,8 85 55,2 154 100
minimal 1 kali sehari
2. Mencukur rambut
kemaluan/ kelamin dapat
meningkatkan 66 42,9 88 57,1 154 100
pertumbuhan
jamur/bakteri
3. Cara membersihkan
(cebok) vagina setelah
buang air kecil/besar
yang benar adalah dari 80 51,9 74 48,1 154 100
arah belakang
(anus/bokong) ke arah
depan (vagina)
4. Peradangan pada organ
vagina bisa disebabkan
79 51,3 75 48,7 154 100
oleh bakteri (Vaginosis
bakterialis)
5. Melakukan Perawatan
kebersihan vagina dapat
65 42,2 89 57,8 154 100
mencegah timbulnya
keputihan
6. Jika organ vagina lembab
maka akan menghambat
73 47,4 81 52,6 154 100
pertumbuhan jamur dan
bakteri
7. Manfaat merawat vagina
yaitu dapat mencegah
68 44,2 86 55,8 154 100
infeksi dan penyakit pada
vagina
8. Bau tidak sedap akan 61 39,6 93 60,4 154 100
muncul pada perawatan
vagina yang baik dan
benar.

Dari tabel .... Menunjukan bahwa paling banyak responden


yang menjawab Benar pada pernyataan cara membersihkan (cebok)
vagina setelah buang air kecil/besar yang benar adalah dari arah
belakang (anus/bokong) ke arah depan (vagina) sebanyak 80
responden (51,9%). Dan responden yang paling banyak menjawab
Tidak, pada penyataan bau tidak sedap akan muncul pada perawatan
vagina yang baik dan benar yaitu sebanyak 93 (60,4%).

3) Presepsi Ancaman Terhadap Penyakit

Pernyataan pada variabel presepsi ancaman terhadap


penyakit berjumlah 8 pernyataan positif, dengan 4 pernyataan terkait
presepsi kerentanan terhadap penyakit dan 4 pernyataan presepsi
tingkat keparahan suatu penyakit disertakan pilihan jawaban sangat
percaya/ sangat yakin, percaya/yakin, tidak percaya/ tidak yakin.
presepsi ancaman terhadap penyakit berdasarkan nilai median (11,0)
dibagi menjadi 2 kategori yaitu merasa terancam dan tidak terancam.

Tabel ....

Distribusi Responden Berdasarkan Presepsi Ancaman terhadap Penyakit


Siswi SMP Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020

Ancaman N %
Terancam 93 60,4
Tidak Terancam 61 39,6
Total 154 100,0

Dari tabel ..... diketahui bahwa responden yang merasa


terancam sebanyak 93 orang (60,4%) dan yang merasa tidak
terancam sebanyak 61 orang (39,6%).

Tabel....

Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Presepsi Ancaman Siswi SMP


Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020
Jawaban
No Sangat Tidak Total
Pernyataan Percaya
. percaya Percaya
N % N % n % N %
1. Saya percaya bahwa
vagina saya bisa
120 77,9 20 13,0 14 9,1 154 100
terinfeksi jamur, bakteri
dan virus.
2. Saya percaya bahwa
vagina saya bisa terkena 113 73,4 24 15,6 17 11,0 154 100
penyakit kanker serviks.
3. Saya percaya bahwa
vagina saya bisa
123 79,9 18 11,7 13 8,4 154 100
mengalami bau tidak
sedap.
4. Saya percaya bahwa
saya bisa saja 108 70,1 29 18,8 17 11,0 154 100
mengalami keputihan.
Sangat Tidak
Yakin Total
Pernyataan Yakin Yakin
n % N % n % N %
5. Mengalami keputihan
pada wanita adalah hal
105 68,2 22 14,3 27 17,5 154 100
biasa dan tidak perlu
ditakutkan.
6. Setiap penyakit kanker
identik sebagai tanda
107 69,5 27 17,5 20 13,0 154 100
kematian termasuk
kanker serviks
7. Infeksi jamur pada
vagina adalah penyakit 105 68,2 28 18,2 21 13,6 154 100
yang sangat serius.
8. Memiliki vagina yang
baunya tidak sedap
sungguh sangat 108 70,1 26 16,9 20 13,0 154 100
memalukan sebagai
remaja.
Dari tabel .... Menunjukan bahwa paling banyak responden
yang menjawab Sangat Percaya/ Yakin pada pernyataan saya percaya
bahwa vagina saya bisa mengalami bau tidak sedap, sebanyak 123
responden (79,9%). Dan responden yang paling banyak menjawab
Percaya/ Yakin, pada penyataan saya percaya bahwa saya bisa saja
mengalami keputihan yaitu sebanyak 93 (60,4%). Sedangkan
responden yang paling banyak menjawab Tidak Percaya/ Tidak Yakin
pada pernyataan mengalami keputihan pada wanita adalah hal biasa
dan tidak perlu ditakutkan, sebanyak 27 responden (17,5%).

4) Presepsi Hambatan

Pernyataan pada variabel presepsi hambatan berjumlah 7


pernyataan positif, dengan pilihan jawaban sangat sulit, sulit, dan
mudah. presepsi hambatan berdasarkan nilai mean (19,3) dibagi
menjadi 2 kategori yaitu terhambat dan tidak terhambat.

Tabel ....

Distribusi Responden berdasarkan Presepsi hambatan

Siswi SMP Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020

Hambatan N %
Tidak Terhambat 63 40,9
Terhambat 91 59,1
Total 154 100,0

Dari tabel ..... diketahui bahwa responden yang merasa


terhambat sebanyak 91 orang (59,1%) dan yang merasa tidak
terhambat sebanyak 63 orang (40,9%).

Tabel....

Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Presepsi Hambatan Siswi SMP


Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020
Jawaban
N Sangat Total
Pernyataan Sulit Mudah
o. Sulit
n % N % N % N %
1. Selalu membilas vagina
dari arah depan 8 5,2 19 12,3 127 82,5 154 100
kebelakang.
2. Selalu mengeringkan
vagina dengan
handuk/tissue setelah
6 3,9 31 20,1 117 76,0 154 100
BAK/BAB dan sebelum
menggunakan celana
dalam.
3. Selalu mengganti celana
dalam minimal 2 kali 4 2,6 12 7,8 138 89,6 154 100
sehari.
4. Selalu mencuci tangan
pakai sabun sebelum 12 7,8 26 16,9 116 75,3 154 100
menyentuh vagina
5. Selalu mencukur
sebagian bulu
11 7,1 38 24,7 105 68,2 154 100
kelamin/vagina secara
teratur
6. Mengganti pembalut 3-5
kali sehari saat 8 5,2 8 5,2 123 79,9 154 100
menstruasi.
7. Selalu menghindari
pembersih kimiawi untuk 6 3,9 25 16,2 123 79,9 154 100
membersihkan vagina

Dari tabel .... Menunjukan bahwa paling banyak responden


yang menjawab Sangat sulit pada pernyataan selalu mencuci tangan
pakai sabun sebelum menyentuh vagina, sebanyak 12 responden
(7,8%). Dan responden yang paling banyak menjawab sulit, pada
penyataan selalu mencukur sebagian bulu kelamin/ vagina secara
teratur yaitu sebanyak 38 (24,7%). Sedangkan responden yang paling
banyak menjawab mudah pada pernyataan selalu mengganti celana
dalam minimal 2 kali sehari, sebanyak 138 responden (89,6%).

5) Presepsi Manfaat

Pernyataan pada variabel presepsi manfaat berjumlah 7


pernyataan positif, dengan pilihan jawaban sangat mudah, mudah, dan
sulit. presepsi hambatan berdasarkan nilai median (10,0) dibagi
menjadi 2 kategori yaitu bermanfaat dan kurang bermanfaat.

Tabel ....

Distribusi Responden berdasarkan Presepsi Manfaat

Siswi SMP Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020

Presepsi Manfaat N %
Bermanfaat 94 61,0
Kurang bermanfaat 60 39,0
Total 154 100,0

Dari tabel ..... diketahui bahwa responden yang merasa


bermanfaat sebanyak 94 orang (61,0%) dan yang merasa kurang
bermanfaat sebanyak 60 orang (39,0%).

Tabel....

Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Presepsi Manfaat Siswi SMP


Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020

Jawaban
N Sangat Total
Pernyataan Mudah Sulit
o. Mudah
N % N % n % N %
1. Selalu mencuci tangan
memakai sabun sebelum 9,8 63,6 47 30,5 9 5,8 154 100
menyentuh vagina.
2. Membilas organ 91 59,1 54 35,1 9 5,8 154 100
reproduksi luar dengan
air bersih dari arah alat
kelamin ke dubur.
3. Selalu mengeringkan
vagina dengan handuk
98 63,6 51 33,1 5 3,2 154 100
khusus atau tissue setelah
BAB dan BAK.
4. Selalu mengganti celana
dalam minimal 2 kali 102 66,2 49 31,8 3 1,9 154 100
sehari.
5. Teratur mencukur
sebagian rambut 94 61,0 39 25,3 21 13,6 154 100
kemaluan saya.
6. Tidak menggunakan alat
pembersih kimiawi 95 61,7 37 24,0 22 14,3 154 100
tertentu untuk vagina.
7. Selalu mengganti
pembalut 3 sampai 5 kali 91 59,1 47 30,5 1 0,6 154 100
sehari saat menstruasi.

Dari tabel .... Menunjukan bahwa paling banyak responden


yang menjawab Sangat mudah pada pernyataan Selalu mengganti
celana dalam minimal 2 kali sehari, sebanyak 102 responden (66,2%).
Dan responden yang paling banyak menjawab mudah, pada penyataan
Membilas organ reproduksi luar dengan air bersih dari arah alat
kelamin ke dubur yaitu sebanyak 54 (35,1%). Sedangkan responden
yang paling banyak menjawab sulit pada pernyataan Tidak
menggunakan alat pembersih kimiawi tertentu untuk vagina, sebanyak
22 responden (14,3%).

6) Isyarat/ Dorongan dalam melakukan tindakan

Pernyataan pada variabel Isyarat/ Dorongan untuk bertindak


berjumlah 6 pernyataan positif, dengan pilihan jawaban ya dan tidak.
presepsi Isyarat berdasarkan nilai mean (2,8) dibagi menjadi 2
kategori yaitu banyak dan sedikit.

Tabel ....
Distribusi Responden berdasarkan Isyarat untuk bertindak

Siswi SMP Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020

Isyarat N %
Banyak 115 74,7
Sedikit 39 25,3
Total 154 100,0

Dari tabel ..... diketahui bahwa responden yang mendapat


banyak dorongan untuk melakukan tindakan sebanyak 115 orang
(74,7%) dan yang merasa sedikit mendapatkan dorongan untuk
melakukan tindakan sebanyak 39 orang (25,3%).

Tabel....

Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Presepsi Manfaat Siswi SMP


Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020

Jawaban
No Total
Pernyataan Ya Tidak
.
n % N % N %
1. Apakah adik pernah
104 67,5 50 32,5 154 100
mengalami keputihan ?
2. Apakah adik pernah
mengalami gatal-gatal 86 55,8 68 44,2 154 100
pada vagina ?
3. Apakah ada keluarga
adik saya yang pernah
50 32,5 104 67,5 154 100
menderita penyakit pada
vaginanya ?
4. Apakah adik pernah
melihat di televisi/
internet terkait penyakit 78 50,6 76 49,4 154 100
akibat tidak menjaga
kebersihan vagina ?
5. Apakah ada sodara dekat 4 2,6 150 97,4 154 100
yang terkena kanker
serviks ?
6. Apakah adik pernah
menerima nasehat dari
petugas kesehatan atau
99 64,3 55 35,7 154 100
guru untuk selalu
menjaga kebersihan
organ genitalia

Dari tabel .... Menunjukan bahwa paling banyak responden


yang menjawab Ya pada pernyataan Apakah adik pernah mengalami
keputihan, sebanyak 104 responden (67,5%). Dan responden yang
paling banyak menjawab tidak, pada penyataan Apakah ada sodara
dekat yang terkena kanker serviks, yaitu sebanyak 150 (97,4%).

7) Rekaptulasi Hasil Univariat

Tabel ....
Rekaptulasi Hasil Univariat

Persentase
No. Variabel Kategori N
(%)
1. Pengetahuan Baik 113 73,4
Kurang baik 41 26,6
Total 154 100
2. Presepsi ancaman Terancam 93 60,4
Tidak terancam 61 39,6
terhadap penyakit
Total 154 100
3. Presepsi hambatan Tidak Terhambat 63 40,9
Terhambat 91 59,1
Total 154 100
4. Presepsi Manfaat Bermanfaat 94 60,0
Kurang bermanfaat 60 39,0
Total 154 100
5. Isyarat/ Dorongan Banyak 115 74,7
Sedikit 39 25,3
melakukan tindakan
Total 154 100
6. Perilaku menjaga Baik 82 53,2
Kurang baik 72 46,8
kebersihan organ
genitalia eksterna
Total 154 100

b) Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen. Variabel
independen didalam penelitian ini yaitu pengetahuan, presepsi
ancaman terhadap penyakit, presepsi hambatan, presepsi manfaat,
isyarat/ dorongan untuk melakukan tindakan sedangkan variabel
dependen didalam penelitian ini yaitu perilaku menjaga kebersihan
organ genitalia eksterna remaja.

1) Hubungan pengetahuan dengan perilaku menjaga kebersihan


organ genitalia eksterna remaja di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta
tahun 2020.

Distribusi hubungan pengetahuan dengan perilaku


menjaga kebersihan organ genitalia eksterna remaja di SMP
Islam Al-Ihsan Jakarta dapat dilihat pada tabel ....

Tabel ....

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Menjaga Kebersihan


Organ Genitalia Eksterna Remaja di SMP Islam Al-Ihsan
Jakarta Tahun 2020

Perilaku Menjaga Or 95%


Pengetah P
Kebersihan Organ Total CI
uan Value
Genitalia Eksterna
Baik Kurang
Baik
N % n % N %
Baik 64 58,6 49 43,4 113 100
Kurang 18 43,9 23 56,1 41 100 0,048 1,5
Baik (0,7-3,2)
Total 72 53,2 72 46,8 154 100
Pada tabel.... didapatkan responden yang berpengetahuan
baik terdapat 64 orang (58,6%) yang memiliki perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia baik dan responden yang berpengetahuan
kurang baik terdapat 18 orang (43,9%) yang memiliki perilaku
menjaga kebersihan organ genitalia baik.

Berdasarkan hasil uji statistik diperleh nilai p = 0,048 (P


Value < 0,05) yang berarti ada hubungan antara pengetahuan
terhadap perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Dari
hasil uji statistik ini didapatkan nilai OR = 1,5 yang artinya siswi
yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 1,5 kali untuk
berperilaku baik dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna
dibandingkan dengan siswi yang memiliki pengetahuan kurang baik.

2) Hubungan presepsi ancaman terhadap penyakit dengan perilaku


menjaga kebersihan organ genitalia eksterna remaja di SMP
Islam Al-Ihsan Jakarta tahun 2020.
Distribusi hubungan presepsi ancaman terhadap penyakit
dengan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna
remaja di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta dapat dilihat pada tabel ....

Tabel ....

Hubungan Presepsi Ancaman terhadap Penyakit dengan


Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksterna
Remaja di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020

Perilaku Menjaga Or 95%


Presepsi P
Kebersihan Organ Total CI
Ancaman Value
Genitalia Eksterna
Baik Kurang
Baik
N % N % N %
Terancam 58 62,4 35 37,6 93 100
Tidak 24 39,3 37 60,7 61 100 0,008 2,5
Terancam (1,3 – 4,9)
Total 82 53,2 72 46,8 154 100

Pada tabel.... didapatkan bahwa responden yang merasa


terancam terdapat 58 orang (62,4%) yang memiliki perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia baik dan responden yang merasa tidak
terancam terdapat 24 orang (39,3%) yang memiliki perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia baik.

Berdasarkan hasil uji statistik diperleh nilai p = 0,008 (P


Value < 0,05) yang berarti ada hubungan antara presepsi ancaman
terhadap perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Dari
hasil uji statistik ini didapatkan nilai OR = 2,5 yang artinya siswi
yang merasa terancam terhadap suatu penyakit akan berpeluang 2,5
kali untuk berperilaku baik dalam menjaga kebersihan organ
genitalia eksterna dibandingkan dengan siswi yang tidak merasa
terancam terhadap suatu penyakit.

3) Hubungan presepsi hambatan dengan perilaku menjaga


kebersihan organ genitalia eksterna remaja di SMP Islam Al-
Ihsan Jakarta tahun 2020.

Distribusi hubungan presepsi hambatan dengan perilaku


menjaga kebersihan organ genitalia eksterna remaja di SMP
Islam Al-Ihsan Jakarta dapat dilihat pada tabel ....

Tabel ....

Hubungan Presepsi Hambatan dengan Perilaku Menjaga


Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Remaja di SMP Islam
Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020

Perilaku Menjaga
Presepsi P
Kebersihan Organ Total
Hambatan Value
Genitalia Eksterna
Baik Kurang
Baik
N % N % N %
Tidak 39 61,9 24 36,1 91 100
Terhambat
Terhambat 44 48,4 47 51,6 63 100 0,135
Total 82 53,9 72 46,1 154 100

Pada tabel.... didapatkan bahwa responden yang merasa


tidak terhambat terdapat 39 orang (61,9%) yang memiliki perilaku
menjaga kebersihan organ genitalia baik dan responden yang merasa
terhambat terdapat 44 orang (48,4%) yang memiliki perilaku
menjaga kebersihan organ genitalia baik.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,135 (P


Value > 0,05) yang berarti dapat dinyatakan tidak ada hubungan
yang bermakna antara presepsi hambatan dengan perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna.

4) Hubungan presepsi manfaat dengan perilaku menjaga kebersihan


organ genitalia eksterna remaja di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta
tahun 2020.

Distribusi hubungan presepsi manfaat dengan perilaku


menjaga kebersihan organ genitalia eksterna remaja di SMP
Islam Al-Ihsan Jakarta dapat dilihat pada tabel ....

Tabel ....

Hubungan Presepsi Manfaat terhadap Penyakit dengan


Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksterna
Remaja di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020

Perilaku Menjaga Or 95%


Presepsi P
Kebersihan Organ Total CI
Manfaat Value
Genitalia Eksterna
Baik Kurang
Baik
n % N % N %
Bermanfaat 56 60,2 37 39,8 93 100
Kurang 26 42,6 35 57,4 61 100 0,048 2,0
Bermanfaat (1,0-3,9)
Total 82 53,2 72 46,8 154 100

Pada tabel.... didapatkan bahwa responden yang merasa


bermanfaat, terdapat 56 orang (60,2%) yang memiliki perilaku
menjaga kebersihan organ genitalia baik responden yang merasa
kurang bermanfaat, terdapat 26 orang (42,6%) yang memiliki
perilaku menjaga kebersihan organ genitalia baik.

Berdasarkan hasil uji statistik diperleh nilai p = 0,048 (P


Value < 0,05) yang berarti ada hubungan antara presepsi manfaat
terhadap perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Dari
hasil uji statistik ini didapatkan nilai OR = 2,0 yang artinya siswi
yang merasa bermanfaat akan berpeluang 2 kali untuk berperilaku
baik dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna
dibandingkan dengan siswi yang merasa kurang bermanfaat dalam
menjaga kebersihan organ genitalia eksternanya.

5) Hubungan isyarat/ dorongan dalam melakukan tindakan terhadap


penyakit dengan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia
eksterna remaja di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta tahun 2020.

Distribusi hubungan isyarat/ dorongan dalam melakukan


tindakan dengan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia
eksterna remaja di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta dapat dilihat pada
tabel ....

Tabel ....

Hubungan Isyarat atau Dorongan dalam Melakukan Tindakan


dengan Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Genitalia
Eksterna Remaja di SMP Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020
Perilaku Menjaga
Isyarat/ P
Kebersihan Organ Total
Dorongan Value
Genitalia Eksterna
Baik Kurang
Baik
n % N % N %
Banyak 63 54,8 52 45,2 57 100
Sedikit 19 48,7 20 51,3 97 100 0,638
Total 82 53,2 72 46,8 154 100

Pada tabel.... didapatkan bahwa responden yang


memiliki banyak isyarat/ dorongan dalam melakukan
tindakan, terdapat 63 orang (54,8%) yang memiliki perilaku
menjaga kebersihan organ genitalia baik dan responden yang
memiliki sedikit isyarat/ dorongan dalam melakukan
tindakan, terdapat 19 orang (48,7%) yang memiliki perilaku
menjaga kebersihan organ genitalia baik.

Berdasarkan hasil uji statistik diperleh nilai p = 0,638


(P Value > 0,05) yang berarti dapat dinyatakan tidak ada
hubungan yang bermakna antara isyarat/ dorongan dalam
melakukan tindakan dengan perilaku menjaga kebersihan
organ genitalia eksterna.

6) Rekaptulasi Hasil Bivariat

Tabel ....
Rekaptulasi Hasil Bivariat

No Variabel Perilaku Menjaga


P
Kebersihan Organ Total
Value
Genitalia Eksterna
Baik Kurang
Baik
n % N % N %
1. Pengetahuan
1. Baik 64 58,6 49 43,4 113 100
0,048
2. Kurang Baik 18 43,9 23 56,1 41 100
2. Presepsi
Ancaman
1. Terancam 58 62,4 35 37,6 93 100
2. Tidak 24 39,3 37 60,7 61 100 0,008
Terancam
3. Presepsi
Hambatan
1. Tidak 39 61,9 24 36,1 91 100
Terhambat 0,135
2. Terhambat 44 48,4 47 51,6 63 100
4. Presepsi
Manfaat
1. Bermanfaat 56 60,2 37 39,8 93 100
2. Kurang 26 42,6 35 57,4 61 100 0,048
bermanfaat
5. Isyarat
melakukan
tindakan
1. Banyak 63 54,8 52 45,2 57 100
0,638
2. Sedikit 19 48,7 20 51,3 97 100

B. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional
untuk melihat hubungan antara antara paparan atau variabel bebas
(independen) dengan variabel akibat atau terikat (dependen), dengan
variabel baik variabel independen maupun variabel dependen
diobservasi pada waktu yang sama. Pada desain penelitian ini tidak
dapat menggambarkan perkembangan penyakit dan tidak dapat
mengetahui apakah sebab mendahului akibat ataupun sebaliknya,
karena sebab dan akibat diukur serempak dalam waktu yang
bersamaan (Maturoh and Anggita, 2018).
2. Keterbatasan Variabel Penelitian
Didalam penelitian ini memiliki keterbatasan variabel
diantaranya pada teori yang digunakan yaitu Health Belief Model, di
dalam teori tersebut terdapat variabel Self Efficacy yang merupakan
faktor individual berupa kepercayaan pada kemampuan diri sendiri
untuk melakukan sesuatu tindakan, yang tidak diteliti didalam
penelitian ini.

3. Keterbatasan Cara Pengukuran


Penelitian ini menggunakan metode pengukuran yaitu
dengan instrumen berupa angket atau kuesioner yang disebarkan
kepada responden langsung melalui google formulir, sehingga
kemungkinan responden ada yang tidak jujur dalam mengisi atau
menjawab pertanyaan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksterna


Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan
reproduksi merupakan suatu keadaan dari segi fisik, mental, dan sosial
yang sejahtera, kesehatan reproduksi bersifat utuh, tidak semata-mata
bebas dari penyakit ataupun kecacatan dalam suatu yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.(Nessi, Maryanah and
Willa, 2019) Konsep yang mendasari HBM adalah perilaku kesehatan
ditentukan oleh keyakinan pribadi atau presepsi tentang penyakit dan
strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit tersebut.
HBM bertujuan untuk mengubah perilaku dalam menghindari suatu
penyakit atau memperkecil resiko kesehatan.(Nugraheni, Wiyatini and
Wiradona, 2018)

Remaja perlu mengetahui cara untuk menjaga kesehatan organ


reproduksi, yang sangat penting dilakukan didalam kehidupan sehari-
hari. Tanpa perawatan organ reproduksi yang benar, maka akan timbul
beberapa masalah atau penyakit pada organ reproduksi tersebut.
(Musmiah, Rustaman and Saefudin, 2019)

Perilaku menjaga kebersihan organ genitalia yang diukur


dalam penelitian ini berupa cara menjaga kebersihan organ genitalia
yang baik dan benar, seperti:

8. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.


9. Membilas organ reproduksi luar dengan air bersih dari arah alat
kelamin ke dubur.
10. Mengeringkan vagina dengan handuk khusus atau tissue setelah
BAB dan BAK.
11. Mengganti celana dalam 2 kali sehari, serta menggunakan celana
dalam dari bahan kain katun.
12. Mencukur sebagian rambut kemaluan.
13. Tidak menggunakan alat pembersih kimiawi tertentu untuk vagina.
14. Melakukan perawatan ekstra selama haid.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa responden


yang terdiri dari siswi kelas VII, VIII, IX SMP Islam Al-Ihsan Jakarta,
83 orang (53,9%) yang memiliki perilaku menjaga kebersihan organ
genitalia eksternanya dengan baik. Hasil didalam penelitian ini tidak
jauh beda dengan penelitian (Khotimah, 2019) yang menemukan
bahwa sebesar 55,9% yang memiliki perilaku baik di SMP Negeri 244
Jakarta Utara.

Pernyataan yang paling banyak dijawab Tidak Pernah yaitu


pada pernyataan apakah adik selalu rutin mencukur sebagian bulu
rambut kelamin, sebanyak 72 orang (46,8%). Masih juga terdapat
responden yang tidak pernah mencukur bulu kelamin, itu sebabnya
masih ada juga responden yang dalam kategori kurang baik dalam
berperilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.
2. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah
segala informasi berkenaan kebersihan organ genitalia eksterna,
seperti cara menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dan
permasalahan kesehatan akibat tidak menjaga kesehatan organ
genitalia eksterna. Pengetahuan seseorang terhadap berbagai objek
mempunyai intensitas dan tingkatan yang berbeda-beda. (Muslimin,
2015)

Di dalam penelitian ini didapatkan hasil univariat bagi


responden yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 113 orang
(73,4%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang
baik berjumlah 41 orang (26,6%). Pada responden yang
berpengetahuan kurang, hal ini dipengaruhi oleh pemahaman yang
masih salah sehingga kemampuan untuk mempraktikan menjaga
kebersihan organ genitalianya dengan cara yang salah atau belum
tepat seperti cara membersihkan (cebok) vagina setelah buang air
kecil/besar yang benar.

Dari uji bivariat didapatkan responden yang berpengetahuan


baik yang memiliki perilaku menjaga kebersihan organ genitalia baik
berjumlah 55 orang (48,7%) dan 58 orang (51,3%) yang memiliki
perilaku menjaga kebersihan organ genitalia kurang baik. Sedangkan
dari responden yang berpengetahuan kurang baik terdapat 28 orang
(68,3%) yang memiliki perilaku menjaga kebersihan organ genitalia
baik dan 13 orang (31,7%) yang memiliki perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia kurang baik.

Pada penelitian ini menggunakan uji chi-square dengan nilai p


value = 0,048 (P Value < 0,05) yang berarti dapat dinyatakan ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap perilaku
menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Dari hasil uji statistik ini
didapatkan nilai OR = 1,5 yang artinya siswi yang memiliki
pengetahuan baik akan berpeluang 1,5 kali untuk berperilaku baik
dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dibandingkan
dengan siswi yang memiliki pengetahuan kurang baik. Dalam hal ini
mayoritas siswi berpengetahuan baik, ini dikarenakan untuk
mengakses informasi tentang kesehatan saat ini sangat lah mudah.
Disamping itu informasi mengenai hygiene juga saat ini tersebar
diberbagai media, baik media cetak, elektronik maupun media sosial.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh


Dilarkasmi Gamis, hasil uji statistik chi-square dengan taraf
kepercayaan 95% (a=0,05) dengan p value = 0,000 (P Value < 0,05)
yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan hygiene
reproduksi (Gamis, 2018). Selain itu pada penelitian yang dilakukan
oleh Nurul Khotimah, hasil uji statistik chi-square dengan taraf
kepercayaan 95% (a=0,05) dengan p value = 0,005 (P Value < 0,05)
yang berarti pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan perilaku hygiene (Khotimah, 2019). Selain
itu penelitian ini juga tidak jauh beda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Citra Intan Trisnalia, hasil uji statistik chi-square
dengan taraf kepercayaan 95% (a=0,05) dengan p value = 0,001 (P
Value < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan perilaku perawatan organ reproduksi remaja
(Trisnalia, 2018).

Pengetahuan siswi terhadap kebersihan organ genitalia


eksterna dapat mempengaruhi perilakunya untuk menjaga kebersihan
organ genitalia eksterna. Jika pengetahuan seseorang kurang dan
berperilaku kurang baik dalam menjaga kebersihan organ genitalia
eksternanya maka akan berdampak dalam kesehatan reproduksi yang
salah satunya diakibatkan karena tidak menjaga kebersihan organ
genitalia eksterna.

3. Presepsi Ancaman Terhadap Penyakit


Presepsi ancaman yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
Pendapat responden terhadap ancaman terhadap penyakit apabila tidak
menjaga kebersihan organ genitaliannya. Misalnya, presepsi
kerentanan apabila tidak menjaga kebersihan organ genitalia eksterna
dan presepsi tingkat keparahan atau keseriusan apabila tidak menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna.

Di dalam penelitian ini didapatkan hasil univariat bagi


responden yang merasa terancam sebanyak 93 orang (60,4%) dan
yang merasa tidak terancam sebanyak 61 orang (39,6%). Dalam hal
ini masih ada siswi yang merasa tidak terancam terhadap masalah
kesehatan ataupun penyakit akibat tidak menjaga kebersihan organ
genitalia ekterna. Ini disebabkan pandangan siswi yang kurang trepat
dan menganggap masalah kesehatan/ penyakit yang dihadapi itu kecil
sehingga individu tersebut sedikit melakukan tindakan.

Dari uji bivariat didapatkan responden yang didapatkan bahwa


siswi yang merasa terancam terdapat 43 orang (46,2%) yang memiliki
perilaku menjaga kebersihan organ genitalia baik dan 50 orang
(53,8%) yang memiliki perilaku menjaga kebersihan organ genitalia
kurang baik. Sedangkan siswi yang merasa tidak terancam terdapat 40
orang (65,6%) yang memiliki perilaku menjaga kebersihan organ
genitalia baik dan 21 orang (34,4%) yang memiliki perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia kurang baik. Dalam penelitian ini
mayoritas siswi merasa terancam sehingga siswi lebih banyak
melakukan tindakan pencegahan berupa menjaga kebersihan organ
genitalia eksternanya.

Pada penelitian ini menggunakan uji chi-square dengan nilai p


value = 0,029 (P Value < 0,05) yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara presepsi ancaman terhadap perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna. Dari hasil uji statistik ini
didapatkan nilai OR = 2,6 yang artinya siswi yang merasa terancam
terhadap suatu penyakit akan berpeluang 2,6 kali untuk berperilaku
baik dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dibandingkan
dengan siswi yang tidak merasa terancam terhadap suatu penyakit.
Berdasarkan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nurul Khotimah, hasil uji statistik
chi-square dengan taraf kepercayaan 95% (a=0,05) dengan p value =
0,002 (P Value < 0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan
antara perceived threat dengan perilaku hygiene menstruasi. Dalam
hal ini semakin seseorang merasa terancam dalam artian merasa rentan
terhadap suatu penyakit dan merasa penyakit tersebut sangat serius
atau berbahaya maka semakin besar juga tindakan pencegahan yang
dilakukan untuk menjaga kesehatan dengan berperilaku menjaga
kebersihan organ genitalia eksternanya dengany baik.

4. Presepsi Hambatan
Hambatan dapat berupa ketidaknyamanan dan beban yang
dirasakan (Nugraheni, Wiyatini and Wiradona, 2018). Presepsi
hambatan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pendapat
responden bahwa adanya penghalang dalam melakukan perilaku
menjaga kebersihan organ genitalia eksterna (Nurmala, 2018), seperti:

8. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.


9. Membilas organ reproduksi luar dengan air bersih dari arah alat
kelamin ke dubur.
10. Mengeringkan vagina dengan handuk khusus atau tissue setelah
BAB dan BAK.
11. Mengganti celana dalam 2 kali sehari, serta menggunakan celana
dalam dari bahan kain katun.
12. Mencukur sebagian rambut kemaluan.
13. Tidak menggunakan alat pembersih kimiawi tertentu untuk vagina.
14. Melakukan perawatan ekstra selama haid

Di dalam penelitian ini didapatkan hasil univariat bagi


responden yang merasa terhambat sebanyak 91 orang (59,1%) dan
yang merasa tidak terhambat sebanyak 63 orang (40,9%). Dalam hal
ini masih terdapat responden yang merasa terhambat, untuk
melakukan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna yang
baik. Hal ini dikarenakan masih terdapat siswi yang merasa sangat
sulit pada pernyataan selalu mencuci tangan pakai sabun sebelum
menyentuh vagina, sebanyak 12 responden (7,8%). Dan responden
yang paling banyak menjawab sulit, pada penyataan selalu mencukur
sebagian bulu kelamin/ vagina secara teratur yaitu sebanyak 38
(24,7%).

Dari uji bivariat didapatkan responden yang didapatkan bahwa


siswi yang merasa terhambat, terdapat 44 orang (48,4%) yang
memiliki perilaku menjaga kebersihan organ genitalia baik dan 47
orang (51,6%) yang memiliki perilaku menjaga kebersihan organ
genitalia kurang baik. Sedangkan responden yang merasa tidak
terhambat terdapat 39 orang (61,4%) yang memiliki perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia baik dan 24 orang (38,1%) yang memiliki
perilaku menjaga kebersihan organ genitalia kurang baik.

Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p value =


0,135 (P Value > 0,05) yang berarti dapat dinyatakan tidak ada
hubungan yang bermakna antara presepsi hambatan dengan perilaku
menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Tidak ada hubunganya
antara presepsi hambatan dengan perilaku menjaga kebersihan organ
genitalia eksterna hal ini disebabkan siswi tidak merasa sulit
melakukan tindakan pencegahan berupa menjaga kesehatan organ
genitalia eksternanya, seperti siswi paling banyak menjawab mudah
pada pernyataan selalu mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari,
sebanyak 138 responden (89,6%) dari 154 responden.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Nurul Khotimah, dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan
nilai p-value 0.396 (p > 0.05), maka dapat disimpulkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara perceived barrier dengan perilaku
higiene menstruasi.
5. Presepsi Manfaat
Manfaat yang dirasakan merujuk pada penilaian individu dari
manfaat melakukan atau tidak melakukan perilaku sehat. Jika
seseorang percaya bahwa tindakan tertentu akan mengurangi
kerentanan terhadap masalah kesehatan atau menurunkan
keseriusannya, maka ia cenderung untuk melakukannya.(Nugraheni,
Wiyatini and Wiradona, 2018) Presepsi yang dimaksud didalam
penelitian ini yaitu pendapat responden tentang keuntungan jika
menjaga kebersihan organ genitalia eksternanya (Nurmala, 2018),
seperti :

8. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.


9. Membilas organ reproduksi luar dengan air bersih dari arah alat
kelamin ke dubur.
10. Mengeringkan vagina dengan handuk khusus atau tissue setelah
BAB dan BAK.
11. Mengganti celana dalam 2 kali sehari, serta menggunakan celana
dalam dari bahan kain katun.
12. Mencukur sebagian rambut kemaluan.
13. Tidak menggunakan alat pembersih kimiawi tertentu untuk vagina.
14. Melakukan perawatan ekstra selama haid.

Di dalam penelitian ini didapatkan hasil univariat bagi


responden yang merasa bermanfaat sebanyak 94 orang (61,0%) dan
yang merasa kurang bermanfaat sebanyak 60 orang (39,0%). Dalam
hal ini mayoritas siswi berpresepsi memiliki manfaat ketika menjaga
kebersihan organ genitalia eksternanya maka siswi akan lebih
menjaga kebersihan organ genitalia eksternanya dengan melakukan
praktik/ tindakan yang baik dan benar.

Dari uji bivariat didapatkan responden yang didapatkan


bahwa siswi yang merasa bermanfaat, terdapat 43 orang (46,2%)
yang memiliki perilaku menjaga kebersihan organ genitalia baik dan
50 orang (53,8%) yang memiliki perilaku menjaga kebersihan organ
genitalia kurang baik. Sedangkan yang merasa kurang bermanfaat,
terdapat 40 orang (65,6%) yang memiliki perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia baik dan 21 orang (34,4%) yang
memiliki perilaku menjaga kebersihan organ genitalia kurang baik.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,029


(P Value < 0,05) yang dapat dinyatakan ada hubungan yang
signifikan antara presepsi manfaat terhadap perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna. Dari hasil uji statistik ini
didapatkan nilai OR = 1,8 yang artinya siswi yang merasa
bermanfaat akan berpeluang 1,8 kali untuk berperilaku baik dalam
menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dibandingkan dengan
siswi yang merasa kurang bermanfaat dalam menjaga kebersihan
organ genitalia eksternanya.

Terdapat hubungannya antara presepsi manfaat dengan


perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja
disebabkan karena siswi merasakan manfaat yang di dapat dari
mempraktikan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna
dengan baik dan tepat. Seperti cara membilas organ reproduksi luar
dengan air bersih dari arah alat kelamin ke dubur yaitu sebanyak 54
(35,1%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang


dilakukan oleh Nurul Khotimah, dengan menggunakan uji chi-square
menunjukkan nilai p-value 0.014 (p > 0.05), maka dapat disimpulkan
tidak ada hubungan yang bermakna antara perceived benefit dengan
perilaku higiene menstruasi.

6. Isyarat dalam melakukan tindakan


Isyarat dalam melakukan tindakan merupakan peristiwa-
peristiwa, orang, atau hal-hal yang menggerakkan orang untuk
mengubah perilaku mereka. Cause of action dapat berasal dari internal
ataupun ekternal (Nugraheni, Wiyatini and Wiradona, 2018). Isyarat
dalam melakukan tindakan didalam penelitian ini yaitu individu
termotivasi untuk melakukan perubahan perilaku untuk menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna. Untuk mendapatkan informasi
tingkat ancaman yang dirasakan, hambatan dan keuntungan tindakan
terhadap penyakit tersebut maka diperlukan isyarat-isyarat dari faktor
eksternal (Nurmala, 2018), seperti:

7. Pernah mengalami keputihan.


8. Pernah mengalami gatal diarea organ genitalia eksterna.
9. Adanya keluarga yang menderita penyakit saluran reproduksi
wanita.
10. Peran media tentang menjaga kebersihan organ genitalia eksterna
wanita.
11. Pengalaman keluarga atau kerabat yang terkena penyakit kanker
serviks.
12. Peran petugas kesehatan tentang menjaga kebersihan organ
genitalia eksterna.

Di dalam penelitian ini didapatkan hasil univariat bagi


responden yang mendapat banyak medapatkan isyarat/ dorongan
untuk melakukan tindakan sebanyak 57 orang (37,0%) dan yang
merasa sedikit mendapatkan dorongan untuk melakukan tindakan
sebanyak 97 orang (63,0%). Dalam hal ini mayoritas siswi sedikit
mendapatkan dorongan/ isyarat untuk melakukan tindakan menjaga
kebersihan organ genitalia eksternanya.

Dari uji bivariat didapatkan responden yang didapatkan


bahwa siswi yang memiliki banyak isyarat/ dorongan dalam
melakukan tindakan, terdapat 30 orang (52,6%) yang memiliki
perilaku menjaga kebersihan organ genitalia baik dan 27 orang
(47,4%) yang memiliki perilaku menjaga kebersihan organ genitalia
kurang baik. Sedangkan siswi yang memiliki sedikit isyarat/
dorongan dalam melakukan tindakan, terdapat 53 orang (54,6%)
yang memiliki perilaku menjaga kebersihan organ genitalia baik dan
44 orang (45,4%) yang memiliki perilaku menjaga kebersihan organ
genitalia kurang baik.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,638 (P


Value > 0,05) yang berarti dapat dinyatakan tidak ada hubungan
yang bermakna antara isyarat/ dorongan dalam melakukan tindakan
dengan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.
Karena dorongan untuk bertindak yang dilihat belum sepenuhnya
dapat memberikan dampak perubahan perilaku pada remaja dalam
menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Nurul Khotimah Dari hasil bivariat dengan uji chi-square didapatkan
nilai p-value 0.444 (p > 0.05), sehingga dinyatakan tidak ada
hubungan yang signifikan antara dorongan untuk bertindak dalam
melakukan higiene menstruasi dengan perilaku higiene menstruasi.
Selain itu penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dilarkasmi Gamis, yang menyebutkan bahwa tidak
ada hubungan antara paparan informasi dengan hygiene reproduksi
(Gamis, 2018)

BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesimpulan
1. Dari penelitian ini diketahui bahwa responden yang berperilaku
menjaga kebersihan organ genitalia baik sebanyak 82 orang
(53,2%) dan yang berperilaku menjaga kebersihan organ genitalia
eksterna kurang baik sebanyak 72 orang (46,8%).
2. Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan terhadap perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna dengan nilai p value= 0,048 (P
Value < 0,05). Jika pengetahuan seseorang baik maka akan
berperilaku baik juga dalam menjaga kebersihan organ genitalia
eksternanya yang berdampak dalam kesehatan reproduksi seperti
menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.
3. Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara presepsi ancaman terhadap perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,008 (P Value < 0,05). Semakin seseorang
merasa terancam dalam artian merasa rentan terhadap suatu
penyakit dan merasa penyakit tersebut sangat serius atau
berbahaya maka semakin besar juga tindakan pencegahan yang
dilakukan untuk menjaga kesehatan seperti berperilaku menjaga
kebersihan organ genitalia eksternanya dengan baik.
4. Dari penelitian ini diketahui bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara presepsi hambatan dengan perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna Berdasarkan hasil uji chi-
square diperoleh nilai p value = 0,135 (P Value > 0,05).
5. Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara presepsi manfaat terhadap perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna dengan nilai p value = 0,048
(P Value < 0,05). Siswi yang berpresepsi memiliki manfaat ketika
menjaga kebersihan organ genitalia eksternanya maka siswi akan
lebih menjaga kebersihan organ genitalia eksternanya dengan
melakukan praktik/ tindakan yang baik dan benar.
6. Dari penelitian ini diketahui bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara isyarat/ dorongan dalam melakukan tindakan
dengan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna
dengan nilai p value = 0,638 (P Value > 0,05).
B. Saran

1. Bagi Sekolah
Didalam penelitian ini didapatkan bahwa siswi yang
berperilaku menjaga kebersihan organ genitalia eksterna kurang baik
sebanyak 72 orang (46,8%). Presentase ini masih tergolong tinggi
sehingga perlu dilakukan tambahan informasi mengenai kesehatan
reproduksi, seperti memberikan informasi ataupun penyuluhan
kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja khususnya dalam
hal menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Sebagai contoh
sekolah memberikan berbagai informasi verbal maupun non verbal
seperti poster di mading atau didalam kelas tentang kesehatan
reproduksi agar hal ini yang masih dianggap orang awam sebagai
sesuatu yang tidak pantas untuk dibahas melainkan sangat penting
untuk kesehatan reproduksi remaja. Penyuluhan kesehatan reproduksi
ini juga dapat dilakukan pada saat keputrian yang mungkin dapat
menjadi program tambahan dalam kegiatan keputrian di SMP Islam
Al-Ihsan Jakarta.

2. Bagi peneliti selanjutnya


Perlu dikembangkannya variabel – variabel penelitian ini lebih
lanjut dan lebih spesifik dalam mengembangkan penelitian ini
terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku menjaga
kebersihan organ genitalia eksterna.

Anda mungkin juga menyukai