Anda di halaman 1dari 36

UPAYA GURU DALAM MEMBINA PERILAKU HIDUP SEHAT SISWA DAN

PENCEGAHAN CORONA VIRUS DISEASE (COVID-19) MELALUI USAHA


KESEHATAN SEKOLAH (UKS) (STUDI KUALITATIF DI SMA NEGERI 8
MALANG)

SKRIPSI

OLEH

ADEFTA KOMARA

NIM 160611613424

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
JUNI 2020
UPAYA GURU DALAM MEMBINA PERILAKU HIDUP SEHAT SISWA DAN
PENCEGAHAN CORONA VIRUS DISEASE (COVID-19) MELALUI USAHA
KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMA NEGERI 8 MALANG

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan progam Sarjana
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

OLEH
ADEFTA KOMARA
NIM 160611613424

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi oleh Adefta Komara

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Malang, April 2020


Pembimbing I

Drs. Agus Tomi, M.Pd


NIP 195903201986011002

Pembimbing II

Drs. Sugiyanto, M.Pd


NIP 196207151988121001
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Adefta Komara

NIM : 160611613424

Jurusan : S1/Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Fakultas : Ilmu Keolahragaan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini


benar- benar tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau
seluruhnya. Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan bahwa skripsi
ini hasil plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya menerima sanksi
atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, April2020
Yang membuat pernyataan

(Adefta Komara)
RINGKASAN

Komara, Adefta. 2020. Upaya Guru dalam Membina Perilaku Hidup Sehat Siswa dan
Pencegahan Corona Virus Disease (Covid-19) Melalui Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS)(Studi Kualitatif di SMA Negeri 8 Malang). Skripsi, Jurusan Pendidikan dan
Kesehatan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Malang. Pembimbing I:
Drs. Agus Tomi, M.Pd, Pembimbing II: Drs. Sugiyanto, M.Pd.

Kata Kunci: Peran guru, hidup sehat, virus corona, usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Dalam pendidikan sekolah semua aspek dalam kehidupan dipelajari dan diterapkan ,
pendidikan bukan hanya tentang ilmu pengetahuan namun juga ada pendidikan tentang
karakter dan prilaku. Prilaku yang baik sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran,
salah satunya adalah prilaku hidup sehat, perilaku hidup sehat merupakan pola kehidupan
yang mutlak dan harus dimiliki setiap individu untuk meningkatkan imunitas tubuh agar tidak
mudah terkena penyakit. Pada awal tahun 2020 terdapat pandemi berupa virus yang
berbahaya,virus ini dinamakan virus corona (Covid-19) virus ini telah menyebar ke seluruh
dunia dan mulai masuk ke Indonesia pada bulan Maret 2020. Dengan adanya pandemi ini
peran guru sangat diperlukan dalam menjaga kesehatan siswa agar tidak terdampak virus ini,
Di lingkungan sekolah terdapat upaya dalam aspek kesehatan siswa yaitu Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) dalam meningkatkan perilaku hidup sehat siswa.
Sesuai dengan landasan hukum UU no 23 tahun 1992 bab V tentang kesehatan dalam
pasal 45 ayat (1) menjelaskan bahwa “kesehatan sekolah diselenggarakan untuk menigkatkan
kemampuan hidup peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat
belajar tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia
yang lebih berkualitas”. Maka dengan judul “Upaya Guru dalam Membina Perilaku Hidup
Sehat Siswa dan Pencegahan Corona Virus Disease (Covid-19) Melalui Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) (Studi Kualitatif di SMA Negeri 8 Malang)” peneliti memiliki tujuan yaitu
untuk mengetahui bagaimana upaya guru dalam membina perilaku hidup sehat siswa dan
pencegahan terhadap virus corona melalui UKS.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Subjek penelitian ini adalah seluruh guru PNS yang terlibat dalam progam dan pelaksanaan
UKS di SMAN 8 Malang yang berjumlah ..... orang. Pengumpulan data dalam penelitian
menggunakan observasi dan wawancara. Analisis data dengan reduksi data, display data,
serta kesimpulan dan verifikasi data. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ....
SUMMARY

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah,
(c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, dan (e) landasan teori.

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan masyarakat yang optimal merupakan wujud dari tujuan pembangunan


nasional di bidang kesehatan, bagian terkecil dari masyarakat yaitu keluarga, maka dari itu
kesehatan masyarakat bergantung kepada tingkat kesehatan keluarga, dimana tingkat
kesehatan keluarga ditentukan oleh tingkat kesehatan masing-masing anggota keluarga. Hal
ini melatarbelakangi terciptanya upaya pembinaan kesehatan sejak dini, faktor ini akan
berkembang dan merubah pola kesehatan pada masa mendatang. Menurut Notoatmodjo
(2010:4) “Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat”.

Upaya yang sudah dilakukan sangat beragam, baik dalam lingkup lingkungan
masyarakat maupun lingkup sekolah. upaya dalam lingkup sekolah yaitu melalui Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan unit kegiatan yang
harus ada dalam lingkungan sekolah untuk menjamin kesehatan siswa, guru, maupun
pegawai yang berada di sekolah. Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3
tentang sistem pendidikan nasional yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadan Tuhan yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Usaha Kesehatan Sekolah merupakan unit kegiatan yang bertujuan untuk menangani
masalah kesehatan di sekolah, merupakan tempat rujukan pertama atau pertolongan pertama
kepada siswa ketika mengalami masalah kesehatan, jika masalah kesehatan yang dialami
cukup berat maka pihak sekolah akan mengadakan rujukan supaya dirawat di rumah sakit
terdekat. Berdasarkan surat keputusan bersama SKB empat menteri No.1/U/SKB/2003;
No.1067/Menkes/VII/2000; No.MA/230A/2003; No.26 Tahun 2003 yang memandang bahwa
tujuan UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik
dengan meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat dan derajat kesehatan peserta didik
maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan
manusia yang seutuhnya.

Perilaku siswa ditentukan oleh masing-masing bentuk kepribadiannya, dimana


kepribadian terbentuk karena rasa keinginan dalam mencapi tujuan hidup. Kepribadian siswa
terbentuk dari kebiasaan dan kemauan setiap individu, kebiasaan siswa merupakan perilaku
yang menetap, tidak direncanakan, dan berlangsung secara otomatis dalam jangka waktu
yang lama dan berulang-ulang kali. Oleh sebab itu dalam rangka pembentukan perilaku hidup
sehat siswa perlu diberitahukan informasi dan pengetahuan yang lengkap tentang penyakit
dan pelayanan-pelayanan kesehatan. Kebiasan hidup sehat sudah ditetapkan pada UU no 4
tahun 1954 bab VI pasal 9 ayat 4 tentang tujuan pendidikan jasmani melalui pengembangan
kebiasaan hidup sehat.

Mutu pendidikan dan prestasi belajar siswa dengan meningkatkan prilaku hidup sehat
merupakan tujuan dari UKS, oleh sebab itu peran guru sangat penting dalam membina
prilaku hidup sehat para siswa di sekolah, dengan adanya pembinaan prilaku hidup sehat
yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan kesadaran siswa untuk menjaga kesehatan
masing-masing baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Kasus penelitian
ini yaitu tentang beredarnya virus baru yang mematikan yang bernama virus corona (Covid-
19), dimana dengan pandemi ini sistem pendidikan berubah drastis, setiap sekolah melakukan
pembelajaran secara tidak langsung (online), maka dari itu pembinaan guru terhadap
pencegahan virus corona sangat diperlukan menjadi siswa harus memahami dan menjaga diri
agar tidak tertular virus ini. Virus corona dapat tertular dari kontak secara dekat, bersentuhan,
dan kebersihan yang kurang, bahkan pemerintah sudah menetapkan protocol kesehatan
disetiap tempat umum.

Berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 22 februari 2020 dan berdasarkan
pengalaman ketika melakukan Kuliah Praktek Lapangan (KPL) di SMAN 8 Malang, UKS
sudah berjalan dengan semestinya, hal ini dapat dilihat dari beberapa peralatan UKS yang
memadai apabila terjadi masalah kesehatan pada siswa, cidera, maupun kecelakaan ringan
yang dialami di sekolah. Untuk mengurangi masalah kesehatan pada siswa, pembinaan
perilaku hidup sehat melalui UKS sangat diperlukan, peran guru sebagai pembina harus
diupayakan dalam bidang kesehatan bukan hanya dalam bidang akademik saja, Berdasarkan
urian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Guru dalam
Membina Perilaku Hidup Sehat Siswa dan Pencegahan Corona Virus Disease (Covid-
19) Melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (Studi kualittif di SMAN 8 Malang”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana upaya guru dalam
membina perilaku hidup sehat siswa dan pencegahan corona virus disesae (Covid-19) melalui
usaha kesehatan sekolah (UKS) di SMAN 8 Malang?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui upaya guru dalam membina
prilaku hidup sehat siswa dan pencegahan corona virus disease (covid-19) melalui usaha
kesehatan sekolah (UKS) di SMAN 8 Malang”.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan terdapat manfaat penelitian


sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi guru tentang pembinaan perilaku hidup sehat, sehingga
nantinya guru dapat memberikan pembinaan yang tepat terhadap siswa.

2. Mewujudkan pemberdayaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam mencegah


penyebaran corona virus sisease (covid-19) di SMAN 8 Malang

3. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam
meningkatkan kesadaran perilaku hidup sehat siswa-siswi SMAN 8 Malang dan
pengembangan pemberdayaan usaha kesehatan sekolah

E. Landasan Teori

Pada penelitian ini diperkuat dengan beberapa landasan teori sebagai berikut;

(1) Peran guru dalam pendidikan, (2) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), (3)
pengenalan dan penanganan corona virus disease (covid-19), dan (4) Usaha kesehatan
sekolah (UKS).
1) Peran guru dalam pendidikan

Peran guru dalam dunia pendidikan sangat penting, peran guru tidak hanya mengajar
tentang ilmu yang dikuasainya namun guru juga memiliki peran sebagai pembangun karakter
siswa, pemberi motivasi, membina, melatih, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi. Dalam
undang-undang nomor 14 tahun 2005 pasal 1 dijabarkan tentang guru dan dosen, “Guru dan
dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dalam pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Guru pembangun karakter siswa, setiap guru memiki strategi dalam menyalurkan
ilmu kepada siswa, guru mencari dan mempelajari ilmu secara keseluruhan yang akan
disalurkan kepada siswa melalui pembelajaran, menyalurkan sebuah ilmu harus dengan
strategi yang tepat, selain guru harus memahami materi guru harus memahami karakter siswa,
dengan mengetahui karakter siswa guru dapat menyampaikan materi yang dapat dipahami
oleh siswa dengan mudah. Secara tidak langsung karakter siswa mulai dibangun melalui
pembelajaran seorang guru, maka dari itu guru menjadi orang tua kedua yang ada di sekolah
setelah orang tua kandung yang ada di rumah, (Aini, 2012) menggambarkan “peran guru
sebagai komukator, sahabat yang dapat memberi nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi
motivasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-
nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan”.
Dalam proses belajar seorang individu tidak akan terlepas daripembelajaran. Rahyubi
(2012: 6) berpendapat bahwa pembelajaran mempunyai arti proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Suyanto (2010)
karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
hidup bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Dalam proses pembelajaran guru selalu memantau perkembangan siswa baik di


sekolah, di luar lingkungan sekolah, maupun di rumah, karena guru bertanggung jawab atas
perkembangan siswa. Di sekolah guru dapat memantau siswa dengan proses pembelajaran
secara langsung, di luar lingkungan sekolah guru dapat memantau siswa melalui tugas
kelompok maupun individu yang telah diberikan sebelumnya. Tugas yang dimaksut dapat
meliputi tentang interaksi sosial, prilaku hidup sehat, pengamatan sosial, dan masih banyak
lainnya sesuai dengan materi yang diajarkan.

Guru adalah salah satu unsur penting dalam pendidikan. Maka guru harus memiliki
sikap keprofesionalan dalam pembelajaran, Apabila seorang guru tidak punya sikap
profesional maka murid yang di didik akan sulit untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dengan adanya guru yang profesional dan berkualitas maka akan mampu mencetak anak
bangsa yang berkualitas pula. Keprofesionalan guru terlaksana bila memenuhi beberapa
kompetensi, Kompetensi adalah seperangkat ilmu serta keterampilan mengajar guru di dalam
menjalankan tugas profesionalnya sebagai seorang guru sehingga tujuan dari pendidikan bisa
dicapai dengan baik.

Standard kompetensi yang tertuang ada dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional
mengenai standar kualifikasi akademik serta kompetensi guru dimana peraturan tersebut
menyebutkan bahwa guru profesional harus memiliki 4 kompetensi yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial serta profesional. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan
bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Menurut Finch & Crunkilton, (1992: 220) Menyatakan “Kompetencies are
those taks, skills, attitudes, values, and appreciation thet are deemed critical to
successful employment”. Yang berarti bahwa kompetensi meliputi tugas, keterampilan, sikap,
nilai, apresiasi diberikan dalam rangka keberhasilan hidup/penghasilan hidup. Dengan
demikian berikut adalah pembahasan 4 standar kompetensi guru diantaranya sebagai berikut:

1. Kompetensi Pedagogik
Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki, dan
agogos yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah membantu anak
laki-laki zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya pergi ke
sekolah (Uyoh Sadullah ). Menurut Prof. Dr. J. Hoogeveld (Belanda), pedagogik ialah ilmu
yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia
mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Dengan pengertian itu maka
pedagogik adalah sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjauan psikologis anak.
Pendekatan pedagogik muaranya adalah membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam
perkembangannya, pelaksanaan pembelajaran itu dapat menggunakan pendekatan kontinum,
yaitu dimulai dari pendekatan pedagogi yang diikuti oleh pendekatan andragogi, atau
sebaliknya yaitu dimulai dari pendekatan andragogi yang diikuti pedagogi, demikian pula
daur selanjutnya; andragogi-pedagogi-andragogi, dan seterusnya.

Rumusan kompetensi pedagogik di dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19


tahun  2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3 bahwa kompetensi ialah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi:

 Pemahaman terhadap peserta didik

 Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran

 Evaluasi hasil belajar

Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang


dimilikinya. Kompetensi guru ialah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki guru untuk
mencapai tingkatan guru profesional. Kompetensi pedagogik antara lain; (1) menguasai
landasan mengajar, (2) menguasai ilmu mengajar (didaktik metodik), (3) mengenal siswa, (4)
menguasai teori motivasi, (5) mengenal lingkungan masyarakat, (6) menguasai penyusunan
kurikulum, (7) menguasai teknik penyusunan RPP, (8) menguasai pengetahuan evaluasi
pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku


pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpantul dalam
perilaku sehari-hari. Ha ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang
mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Di Indonesia
sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat Pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya
yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi
kepribadian guru. Dengan demikian pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus
dimaknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh.

Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka
miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru yang lainnya.
Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat dari
penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam
makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan satu gambaran dari
kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan baik sering dikatakan
bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila
seseorang melakukan sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat,
maka dikatakan orang itu tidak mempunyai kepribadian baik atau tidak berakhlak mulia.

Dengan kata lain, baik atau tidaknya citra seorang guru ditentukan oleh kepribadian.
Lebih lagi bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan
terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik. Kepribadian dapat menentukan
apakah guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan siswa terutama bagi siswa yang masih kecil dan mereka yang
mengalami kegoncangan jiwa.

Kepribadian adalah unsur yang menentukan interaksi guru dengan siswa sebagai
teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh
kehidupan adalah figur yang paripurna. Itulah kesan guru sebagai sosok ideal. Guru adalah
mitrasiswa dalam kebaikan. Dengan guru yang baik maka siswa pun akan menjadi baik.
Tidak ada seorang guru pun yang bermaksud menjerumuskan siswanya ke lembah kenistaan.
Guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang siswa, karena ia yang
memberikan santapan rohani dan pendidikan akhlak, memberikan jalan kebenaran. Maka
menghormati guru berarti menghormati siswa, menghargai guru berarti penghargaan terhadap
anak-anak bangsa.

Pendidikan yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah dan
masyarakat memerlukan kompetensi dalam arti luas yaitu standar kemampuan yang
diperlukan untuk menggambarkan kualifikasi seseorang baik secara kualitatif maupun
kuantitatif dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap
(attitude), nilai-niai (value), kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behaviour)
dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang
dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta
legalitas kewenangan mengajar. Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang kompetensi
kepribadian antara lain adalah sebagai berikut.

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian di dalam Peraturan Pemerintah No.19


Tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3 ialah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Menurut Djam’an Satori (2007;2.5) yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian


ialah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus
memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpencar dalam perilaku sehari-hari. Sedangkan Menurut
Samani, Mukhlas (2008;6) secara rinci kompetensi kepribadian mencakup hal-hal sebagai
berikut; a) berakhlak mulia, b) arif dan bijaksana, c) mantap, d) berwibawa, e) stabil, f)
dewasa, g) jujur, h) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, i) secara objektif
mengevaluasi kinerja sendiri, j) mau siap mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.

Dari beberapa pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru
itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpantul dalam perilaku
sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang
mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Di Indonesia
sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat Pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya
yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi
kepribadian guru. Dengan demikian pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus
dimaknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh.

Seseorang yang berstatus sebagai guru adakalanya tidak selamanya dapat menjaga
wibawa dan citra sebagai guru di mata siswa dan masyarakat. Sehingga masih ada sebagian
guru yang mencemarkan wibawa dan citra guru. Di media masa sering diberitakan tentang
oknum-oknum guru yang melakukan satu tindakan asusila, asosial, dan amoral. Perbuatan itu
tidak sepatutnya dilakukan oleh guru. Karenanya guru harus menjaga citra tersebut.

Profil guru ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa,
panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, tidak membatasi tugas dan
tanggung jawabnya tidak sebatas dinding sekolah. Masyarakat juga jangan hanya menuntut
pengabdian guru, tetapi kesejahteraan guru pun perlu diperhatikan. Guru dengan
kemuliaannya, dalam menjalankan tugas tidak mengenal lelah, hujan dan panas bukan
rintangan bagi guru yang penuh dedikasi dan loyalitas untuk turun ke sekolah agar dapat
bersatu jiwa dalam perpisahan raga dengan siswa. Raga guru dan siswa boleh berpisah, tapi
jiwa keduanya tidak dapat dipisahkan (dwitunggal).

Oleh karena itu dalam benak guru hanya ada satu kiat bagaimana mendidik siswa agar
menjadi manusia dewasa susila yang cakap dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa di
masa yang akan datang.
Posisi guru dan siswa boleh berbeda, tetapi keduanya tetap seiring dan satu tujuan. Seiring
dalam arti kesamaan langakh dalam mencapai tujuan bersama siswa berusaha mencapai cita-
citanya dan guru dengan ikhlas mengantar mereka ke depan pintu gerbang cita-cita. Itulah
barangkali sikap guruyang tepat sebagai sosok pribadi yang mulia kewajiban guru adalah
menciptakan khairunnas yakni manusia yang baik.

Sebagai manusia yang mempunyai kepribadian, maka kehadiran guru di tengah-


tengah masyarakat adalah suatu kenyataan yang memang diperlukan oleh masyarakat. Posisi
kehidupan guru yang demikian itu tentunya akan mendapat penilaian yang beragam dari
dunia sekitarnya kadang kala disanjung dan ada pula disalahkan. Peran guru mendapat
perhatian luas dari masyarakat, hal ini menuntut dedikasi yang tinggi dari orang-orang yang
berkecimpung di dunia keguruan. Tidak berlebihan kiranya ada pendapat bahwa kegagalan
dalam pembangunan bermula dari kegagalan membangun pendidikan. Tidak berlebihan
kiranya ada pendapat bahwa kegagalan pembangunan bermula dari kegagalan pendidikan.

3. Kompetensi Profesional

Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengatahuan, sikap,
dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.
Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki
seseorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang
dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Sedangkan menurut Mukhlas Samani (2008;6) yang dimaksud dengan kompetensi
profesional ialah kemampuan menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi dan atau seni
yang diampunya meliputi penguasaan.

Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat diamati dari
aspek perofesional adalah:

 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.

 Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/bidang


pengembangan yang diampu.

 Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. Mengembangkan


keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan


mengembangkan diri.

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada


tuntutan kerja di lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Peran
yang dibawa guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian
yang diberikan masyarakat terhadap guru pun berbeda dan ada kekhususan terutama adanya
tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat guru tinggal. Beberapa
kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru antara lain; terampil berkomunikasi, bersikap
simpatik, dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah, pandai bergaul
dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan, dan memahami dunia sekitarnya (lingkungan).

Kompetensi sosial seorang guru sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul seacara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Menurut Achmad
Sanusi (1991) mengungkapkan kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk
menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan
tugasnya sebagai guru.

2) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Setiap manusia berhak untuk hidup sehat, kesehatan dapat dicapai dengan kemauan
dan usaha yang keras serta perilaku hidup yang tidak bersih menuju bersih, perilaku yang
tidak sehat menuju sehat. Seperti kata-kata bijak barat ‘Healt is not everything, but without
health everything is nothing’ yang berarti bahwa “kesehatan memang bukan segalanya,
tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti”. Jadi setiap manusia harus
memahami dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari agar bisa
menikmati hidup dengan kondisi bersih dan sehat.
Pengertian perilaku merupakan gambaran dari seseorang yang berupa perbuatan /
tindakan dan perkataan. Dimensi perilaku dibagi menjadi 4 yaitu; dimensi fisik, frekuensi,
ruang, dan waktu. Dimensi fisik dapat digambar dan dicatat dengan baik melalui
pengamatan langsung, dimensi frekuensi merupakan durasi dan intensitas perilaku tersebut
dilakukan, dimensi ruang berhubungan dengan lingkungan dimana prilaku tersebut
dilakukan yang menimbulkan dampak berupa fisik maupun sosial, kemudian dimensi
waktu merupakan prilaku yang berkaitan dengan masa lampau maupun masa mendatang.
Prinsip dasar perilaku menjelaskan adanya hubungan antara perilaku manusia dengan
peristiwa lingkungan, terdapat 2 faktor dalam membentuk perilaku manusia yaitu stimulus
dan respon, stimulus merupakan faktor eksternal dalam pembentukan perilaku melalui
lingkungan sekitar berupa sosial, budaya, ekonomi, politik dan lainnya yang berada pada
lingkungan tersebut. Sedangkan respon merupakan faktor internal dalam pembentukan
perilaku berupa pengamatan,persepsi, motivasi, fantasi, perhatian, sugesti dan lain
sebagainya, faktor internal ini sangat berkaitan dengan psikologi manusia.

Ahli psikologi Skiner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar (stimulus), kemudian disimpulkan bahwa
Stimulus merangsang oranisme kemudian menimbulkan respon, teori ini disebut juga
sebagai teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respon). Terdapat 2 jenis respon dalam teori
ini, yaitu:

a. Operant respons atau instrumental respons, merupakan respon yang timbul karena
adanya stimulus diikuti dengan rangsangan yang lain atau dapat disebut juga sebagai
reinforcing stimuli atau reinforcer yang berfungsi untuk memperkuat respon. Sebagai
contoh, misalnya: apabila seorang siswa melakukan perilaku hidup sehat dengan baik
adalah sebagai respon terhadap kondisi fisik yang sehat (stimulus). Kemudian karena
melakukan perilaku hidup sehat tersebut menjadi stimulus untuk mengikuti
pembelajaran dengan baik sehingga mencapai hasil belajar yang maksimal. Jadi
penerapan perilaku hidup sehat yang baik tersebut sebagai reiforcer untuk memperoleh
hasil belajar yang maksimal.

b. Respondent respon atau rexflexive, yaitu respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan (stimulus) atau disebut juga eliciting stimulus, karena menimbulkan
respons yang relatif tetap. Misalnya: ketika menghirup bau yang menyengat reaksi
hidung akan pekat, makan makanan yang bergizi akan meningkatkan nafsu untuk
makan, ketika suhu ruangan panas reaksi tubuh akan menstabilkan suhu tubuh dengan
mengeluarkan keringat, dan sebagainya. Respondent respon juga mencakup perilaku
emosional, misalnya ketika melihat lingkungan yang tercemar atau terkena bencana
alam akan menimbulkan rasa sedih, empati, dan simpati. Misalnya melihat lingkungan
sekolah yang kotor akan menimbulkan minat belajar berkurang.

Perilaku manusia dikelompokkan menjadi 2 melalui teori S-O-R tersebut, yakni:

a) Perilaku tertutup (covert behaviour)

Perilaku tertutup merupakan respons terhadap stimulus yang belum dapat diamati oleh
orang lain (dari luar) secara jelas. Respons yang masih terbatas dalam bentuk perhatian,
persepsi, perasaan, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk
“unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan
dan sikap. Seperti contoh: seorang siswa tahu pentingnya bahaya merokok, kemudian
siswa tersebut menjauhi/menghindari tempat yang terdapat perokok aktif.

b) Perilaku terbuka (overt behaviour)

Perilaku ini terjadi jika respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan atau praktik yang
dapat diamati oleh orang lain atau “observable behavior”. Contoh : seorang siswa tahu
bahaya merokok maka siswa tersebut tidak merokok, siswa melakukan kegiatan cuci
tangan sebelum makan, dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut merupakan bukti nyata
dalam bentuk kegiatan, tindakan, atau praktik (practice).

Dengan batasan perilaku yang sudah dikemukakan maka perilaku kesehatan (healt
behavior) dapat diartikan bahwa respon seseorang terhadap situasi yang menuju dari sakit
menuju sehat, dari yang kotor menuju bersih, dari yang lemah menuju kuat. Sedangkan
menurut Skiner dalam buku “Ilmu Perilaku Kesehatan” karya Soekidjo Notoatmodjo
halaman 23 menyatakan bahwa “Perilaku kesehatan (healt behavior) adalah respon
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit , dan
faktor yang mempengaruhi sakit-sehat (kesehatan) seperti lingkungan, makanan,
minuman, dan pelayanan kesehatan.” Dengan kata lain perilaku kesehatan dilakukan
dengan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, melindungi diri dari penyakit dan
masalah kesehatan lainnya. Oleh sebab itu perilaku hidup sehat dikelompokkan menjadi 2
yaitu:

1) Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Merupakan perilaku
sehat yang mencakup perilaku-perilaku yang dapat diamati secara langsung dan
tidak langsung dalam pencegahan atau penghindaran penyakit dan penyebab
penyakit atau masalah kesehatan (perilaku preventif). Contoh : olahraga sebagai
lifestyle, menjaga pola makan dengan makan-makanan yang bergizi, tidak merokok,
cuci tanan sebelum makan, dan lain sebagainya.

2) Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh
penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya, atau perilaku ini disebut juga
sebagai perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior).
Pelayanan kesehatan dapat secara tradisional (jamu, obat tradisional) maupun
modern (obat, vaksin, vitamin, suplemen). Sedangkan tempat pelayanan kesehatan
dapat melalui tradisional (dukun, paranormal) dan modern (rumah sakit, puskesmas,
UKS, dan lain sebagainya).

Memiliki tubuh yang sehat adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri, namun hal
tersebut harus selalu diperhatikan, dirawat, dan diperjuangkan dengan pola atau perilaku
hidup sehat. Menurut Notoatmodjo perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya (Notoatmodjo, 2003:118). Kesehatan bukan hanya mengenai keadaan fisik,
namun juga sehat secara mental dan sosial, perilaku manusia mempengaruhi kesehatan
begitu juga sebaliknya. Blum menyebutkan terdapat empat pilar yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia, diantaranya yaitu keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan,
dan perilaku. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah perilaku dan lingkungan.
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan adalah gaya hidup personal hygiene, gaya hidup
setiap individu berbeda-beda, hal ini berkaitan dengan faktor lingkungan dimana individu
berada/tinggal, seperti contoh siswa A tinggal di lingkungan perokok aktif, secara tidak
langsung siswa A menjadi perokok pasif dan selang waktu berlanjut siswa A tertarik untuk
merokok dan akhirnya kecanduan hingga menjadi perokok aktif, namun hal ini tergantung
terhadap faktor psikis juga, jika siswa A memiliki sifat yang anti merokok maka dia secara
konsisten akan menjauhi rokok sebagai karakter siswa tersebut. Contoh kedua siswa B
berada di lingkungan peminat olahraga, secara tidak langsung siswa B selalu melakukan
aktifitas olahraga sebagai gaya hidup (lifestyle), dengan kondisi lingkungan yang sangat
mendukung maka siswa B selalu melakukan aktifitas fisik berupa olahraga untuk
meningkatkan dan menjaga kesehatannya. Melalui uraian diatas maka perilaku sehat
seseorang dipengaruhi oleh pertama faktor lingkungan berupa tempat tinggal, lingkungan
masyarakat, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah. Kedua faktor psikis berupa
kemauan, minat, dan bakat yang dimiliki oleh setiap individu.

3) Pengenalan dan penanganan corona virus disease (covid-19)

Pada sub bab ini akan dijabarkan beberapa teori tentang corona virus disease agar
lebih mudah untuk difahami, teori tersebut terdiri dari: a) sejarah corona virus disease, b)
masuknya corona virus disease ke indonesia, c) penanganan corona virus disease, d)
kebijakan pendidikan di masa pandemi covid-19.

a) Sejarah corona virus disease


Virus corona (CoV) adalah keluarga besar virus yang yang dapat menginfeksi burung
dan mamalia, termasuk manusia. Menurut World Health Organization (WHO) virus ini
menyebabkan penyakit mulai dari flu ringan hingga infeksi pernapasan yang lebih parah
seperti MERS-CoV DAN SARS-CoV.

Virus Corona bersifat zoonosis, artinya ia merupakan penyakit yang dapat ditularkan
antara hewan dan manusia. Rabies, Malaria, merupakan contoh dari penyakit zoonosis yang
ada. Begitu pula dengan MERS yang ditularkan dari unta ke manusia. Selama 70 tahun
terakhir, para ilmuwan telah menemukan bahwa virus corona dapat menginfeksi tikus, tikus,
anjing, kucing, kalkun, kuda, babi, dan ternak. Terkadang, hewan-hewan ini dapat
menularkan virus corona ke manusia. Virus corona bertanggung jawab atas beberapa wabah
di seluruh dunia, termasuk pandemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) 2002-2003
dan wabah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) di Korea Selatan pada tahun
2015.Baru-baru ini, virus corona baru muncul dan dikenal sebagai COVID-19 memicu wabah
di Cina pada Desember 2019, dan merebak di berbagai negara sehingga WHO
mendeklarasikannya sebagai pandemi global.

Nama Corona diambil dari Bahasa Latin yang berarti mahkota, sebab bentuk virus
corona memiliki paku yang menonjol menyerupai mahkota dan korona matahari. Parailmuan
pertama kali mengisolasi virus corona pada tahun 1937 yang menyebabkan penyakit bronkitis
menular pada unggas. Kemudian pada tahun 1965, dua orang peneliti Tyrrell dan Bynoe
menemukan bukti virus corona pada manusia yang sedang flu biasa, melalui kultur organ
trakea embrionik yang diperoleh dari saluran pernapasan orang flu tersebut. Pada akhir
1960,Tyrrell memimpin sekelompok ahli virologi yang meneliti strain virus pada manusia
dan hewan. Di antaranya termasuk virus infeksi bronkitis, virus hepatitis tikus dan virus
gastroenteritis babi yang dapat ditularkan, yang semuanya telah ditunjukkan secara
morfologis sama seperti yang terlihat melalui mikroskop elektron. Kelompok virus baru
yang bernama virus corona, kemudian secara resmi diterima sebagai genus virus baru.
Virus corona yang pertama kali muncul dan menyebar ke manusia berasal dari kota
Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Setelah ditelusuri, ternyata beberapa orang yang
terinfeksi memiliki riwayat yang sama, yaitu mengunjungi pasar basah makanan laut dan
hewan lokal di Wuhan. Dilansir dari The New York Times, pasar kemudian ditutup dan
didesinfeksi, sehingga hampir tidak mungkin untuk menyelidiki hewan mana yang mungkin
merupakan asal mula yang tepat. Kelelawar dianggap sebagai sumber yang memungkinkan,
karena mereka telah berevolusi untuk hidup berdampingan dengan banyak virus, dan mereka
ditemukan sebagai titik awal untuk SARS. Ada juga kemungkinan bahwa kelelawar
menularkan virus ke hewan peralihan, seperti trenggiling, yang dikonsumsi sebagai makanan
lezat di beberapa bagian wilayah di Cina, dan mungkin kemudian menularkan virus ke
manusia.Sebuah penelitian menyebutkan bahwa virus ini memiliki urutan sekuens genetik
yang mirip 88% dengan virus corona dari kelelawar.

b) Masuknya corona virus disease di Indonesia


Virus Corona pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir 2019 lalu.
Penyebaran virus yang belum ditemukan penawarnya itu hingga kini tak terkendali. Sudah
200 lebih negara di dunia melaporkan adanya kasus terpapar virus corona. Di Indonesia kasus
ini pertama kali ditemukan pada dua warga Depok, Jawa Barat awal Maret lalu. Data hingga
Sabtu, 27 Juni 2020 jumlah warga yang dinyatakan positif terkena virus corona mencapai
52.812, pasien yang dinyatakan sembuh mencapai 21.909 dan 2.720 di antaranya meninggal
dunia. (sumber:Kemenkes RI).

Menindaklanjuti kasus ini pemerintah membuat peraturan-peraturan baru untuk


mecegah perluasan penyebaran corona virus disease ini, beberapa peraturan berganti-ganti
sesuai dengan siklus penyebaran virus ini, peraturan pertama yaitu peraturan beraktifitas di
rumah/tetap dirumah saja atau dalam istilah disebut lockdown, seperti yang ditetapkan oleh
UU no 6 tahun 2018 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “kekarantinaan kesehatan adalah
upaya mencegah dan menangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor ririko
kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan masyarakat”.
Penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan (lockdown) merupakan tanggung jawab
pemerintah pusat dan daerah sebagai bentuk perlindungan terhadap kesehatan masyarat dari
penyakit atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan
kesehatan masyarakat. Penyebaran corona virus disesae di Indonesia mulai semakin
meningkat dan meluas lintas wilayah dan negara dengan jumlah kasus dan kematian,
Peningkatan tersebut berdampak pada aspek politik, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan
keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan pertimbangan tersebut
maka pemerintah membuat Peraturan kedua yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
hal ini diberlakukan meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan
keagamaan dan pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum (PPRI Nomor 21 Tahun
2020 ayat 4). Peraturan ketiga yaitu New Normal yang berarti kenormalan baru, definisi
menurut pemerintah indonesia adalah tatanan baru untuk beradaptasi dengan COVID-19.
Peraturan ini mengacu pada perubahan perilaku manusia setelah wabah corona virus disesae
yang berdampak pada ekonomi, jadi new normal ditetapkan untuk pemulihan ekonomi di
Indonesia.

Kenormalan baru (new normal) sudah pernah dilakukan pada kondisi keuangan
setelah krisis keuangan pada tahun 2007-2008, resesi global 2008-2012, dan saat ini wabah
virus corona tahun 2020. New normal dapat dibelakukan dengan syarat bahwa transmisi
Covid-19 dapat dikendalikan, Dr.Haris Henri P.Kluge, selaku direktur reginal WHO
menetapkan syarat new normal sebagai berikut:

1. Kesehatan masyarakat dan kapasitas sistem kesehatan mamapu untuk


mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengkarantina.
2. Mengurangi risiko wabah dengan pengaturan ketat terhadap tempat uyang
memoiliki kerantanan tinggi, terutama di rumah orang lanjut usia, fasilitas
kesehatan mental, dan permukiman padat.
3. Pencegahan di tempat kerja ditetapkan, seperti jaraj fisik, fasilitas mencuci
tangan,etiket penerapan pernafasan.
4. Risiko penyebaran imported case dapat dikendalikan dan masyarakat ikut
berperan dan terlibat dalam transisi.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyatakan dalam pernyataan resminya di


Istana Merdeka, Jakarta 15 Mei 2020 bahwa “kehidupan kita sudah pasti berubah untuk
mengatasi risiko wabah ini, itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai
New Normal atau tatanan kehiduoan baru”. Pemulihan ekonomi dengan new normal
dilaksanakan melalui beberapa fase yang sudah ditetapkan oleh Kemenko Perekonomian
yaitu:

1. Fase I (1 Juni 2020)


 Industri dan jasa bisnis ke bisnis beroprasional dengan social distancing dan
persyaratan kesehatan
 Toko, pasar, dan mall belum boleh beroperas, kecualikan untuk toko penjual
masker dan fasilitas kesehatan
 Sektor kesehatan beroperasi penuh dengan memperhatikan kapasitas sistem
kesehatan
 Berkumpul maksimal 2 orang di dalam suatu ruangan, olahraga luar ruang
belum boleh diperbolehkan.
2. Fase II (8 Juni 2020)
 Toko, pasar, dan mall diperbolehkan pembukaan toko-toko tanpa
diskriminasisektor dengan menerapkan protokol ketat
 Usaha dengan kontak fisik belum boleh beroperasi
 Kegiatan berkumpul dan berolahraga outdoor belum diperbolehkan
3. Fase III (15 Juni 2020)
 Toko, pasar dan mall tetap pada fase 2, Evaluasi, Pembukaan salon, spa, dan
lain-lain dengan protokol ketat
 Kegaiatan kebudayaan diperbolehkan dengan menjaga jarak
 Kegiatan pendidikan di sekolah dilakukan dengan sistem shift sesuai jumlah
kelas
 Olahraga outdoor diperbolehkan dengan protokol
 Evaluasi pembukaan tempat pernikahan, ulang tahun, kegiatan sosial hingga
10 orang
4. Fase IV (6 Juli 2020)
 Pembukaan kegiatan ekonomi seperti di fase 3 dengan tambahan evaluasi
 Pembukaan bertahap restoran, kafe, bar, tempat gym, dan lain- lain dengan
protokol kebersihan ketat
 Kegiatan outdoor lebih dari 10 orang
 Pelesir ke luar kota dengan pembatasan jumlah penerbangan
 Kegiatan ibadah dilakukan dengan jemaah terbatas
 Membatsi kegiatan berskala lebih dari yang disebutkan
5. Fase V (20 dan 27 Juli 2020)
 Evaluasi untuk fase 4 dan pembukaan tempat-tempat atau kegiatan ekonomi
lain dalam skala besar
 Akhir Juli atau awal Agustus, seluruh kegiatan ekonomi sudah dibuka. Tetap
mempertahankan protokol dan standar kebersihan dan kesehatan yang keat
 Evaluasi secara berkala, sampai vaksin sudah ditemukan dan disebarluaskan

c) Penanganan corona virus disease

Indonesia bukan salah satu negara yang terkena virus ini, sebelumnya virus ini sudah
menyebar di negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Rusia, Spanyol, India dll.
Berdasarkan data Worldometers, Kasus terbanyak setelah virus ini pertama kali
ditemukan di China yaitu dialami oleh negara Amerika Serikat dengan jumlah 1.621.333
(1,6 juta) kasus, 96.363 kasus kematian yang terjadi, dan 382.244 pasien dinyatakan
sembuh. Kasus kedua terbanyak dialami oleh Negara Rusia dengan jumlah kasus
326.448, diantaranya 3.249 orang telah meninggal dan 99.825 pasien dinyatakan sembuh.
Sedangkan kasus di Indonesia sendiri tercatat 55.092 kasus diantaranya 2.805 dinyatakan
meninggal, dan 23.800 dinyatakan sembuh serta jumlah lainnya masih dalam perawatan.
Dalam kasus ini Indonesia termasuk negara dengan penanganan covid-19 yang baik dan
cepat, hal ini dikarenakan Indonesia belajar dari negara-negara lain yang sudah terpapar
virus ini terlebih dahulu.

Indonesia memiliki upaya penanganan covid-19 melalui banyak pihak, salah satu
diantaranya adalah melalui Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan republik Indonesia (KEMENKO PMK). Dalam mempercepat penanganan
wabah corona virus disease KEMENKO PMK membagi 4 kebijakan, diantaranya yaitu:

1. Dukungan Sarana Prasarana dan Sosialisai

 Himbauan kerja di rumah, belajar di rumah, ibadah di rumah

 Pembentukan gugus tugas percepatan penanganan Covid-19

 Wisma atlet difungsikan sebagai tempat perawatan dan isolasi positif


covid-19
 Penetapan status darurat pandemi covid-19

 Pelarangan ibadah umroh akibat covid-19

 Tersedia 135 rumah sakit rujukan pananganan covid-19

2. Evaluasi WNI

 Evakuasi 243 WNI dari Wuhan

 Evakuasi 69 WNI ABK diamond princess

 Evakuasi 188 WNI ABKK world dream

 Antisipasi penerimaaan pekerja migran indionesia (PMI)

3. Pembentukan Peraturan

 Keppres 11/2020 tentang penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat

 PP 21/2020 tentang pembatasan sosial berskala besar dalam rangka


percepatan penanganan covid-19

 Keppres 9/2020 tentang perubahan atas Keppres 7/2020 tentang gugus


tugas percepatan penanganan covid-19

 Perpuu 1/2020 tentang kebijakan keuangan negara dan stabilitas sistem


keuangan untuk penanganan pandemi covid-19

4. Refocusing dan Realokasi Anggaran

 Stimulus KUR

 Tambahan jaringan pengamanan sosial

 Dukungan pembiayaan melalui sektor keuangan untuk UMKM dan


dunia usaha yang terdampak covid-19

 Cadangan untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan operasi


pasar/logistik

 Penyesuaian anggaran pendidikan untuk penanganan covid-19

 Cadangan perpajakan/ DTP lainnya

 Intervensi untuk penanganan covid-19 dan subsidi iuran BPJS


d) Kebijakan pendidikan di masa pandemi covid-19

Dunia pendidikan menjadi salah satu sistem yang terkena wabah pandemi virus
corona ini, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
melakukan penyesuaian sistem pembelajaran yang tidak membebani guru dan siswa, namun
sarat nilai-nilai penguatan karakter seiring perkembangan status darurat covid-19. Kebijakan-
kebijakan baru telah dibuat dan disahkan demi percepatan penanganan covid-19, penyesuaian
kebijakan tersebut tercantum dalam surat edaran nomor 2 tahun 2020 tentang pencegahan dan
penanganan covid-19 di lingkungan Kemendikbud serta surat edaran nomor 3 tahun 2020
tentang pencegahan covid-19 pada satuan pendidikan.

Nadiem Anwar Makarim menyatakan dalam acara media briefing di Istana Negara
bahwa “kami mendorong para guru untuk tidak menyelesaikan semua materi dalam
kurikulum. Yang paling penting adalah siswa masih terlibat dalam pembelajaran yang relevan
seperti keterampilan hidup, kesehatan, dan empati”. Tidak hanya itu saja kebijakan
penghapusan Ujian Nasional (UN) diberlakukan untuk menyikapi perkembangan penyebaran
covid-19, implementasi pembelajaran jarak jauh dan pendekatan online untuk proses
pendaftaran siswa sesuai surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan
pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona virus disease.

Selain itu terdapat kebijakan lain mengenai pemanfaatan bantuan operasional sekolah
(BOS) dan BOP yang fleksibel untuk memenuhi kebutuhan sekolah selama pandemi. Hal
tersebut merujuk pada dua peraturan terbaru yaitu (1). Permendikbud Nomor 19 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2020
tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler; dan (2). Permendikbud
Nomor 20 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor 13 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Nonfisik
Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Dan Pendidikan
Kesetaraan Tahun Anggaran 2020. Adapun bentuk relokasi sumber daya yang sudah
dilakukan Kemendikbud yaitu (1). Program sukarelawan mahasiswa kedokteran dan
kesehatan yang telah terkumpul lebih dari 15.000 orang di seluruh Indonesia; (2).
Mengaktifkan fasilitas medis universitas di seluruh Indonesia sebagai Covid-19 Test Center.
Saat ini terdapat 18 laboratorium dan 13 rumah sakit untuk perawatan pasien; (3).
Mengalokasikan asrama pusat pelatihan kementerian untuk karantina yaitu di LPMP dan
P4TK di seluruh Indonesia; dan (4). Realokasi anggaran untuk penanganan Covid-19 sebesar
Rp405 miliar. (Humas Kemendikbud/EN)

Pada masa new normal sistem pendidikan harus mulai beradaptasi, hal ini
dikarenakan sistem pembelajaran boleh dilakukan berdasarkan status zona pada daerah
tersebut, zona pada masa new normal dibagi menjadi 4 kategori diantaranya yaitu:

1. Zona hitam

Pada zona ini artinya bahwa daerah tersebut memiliki kasus positif corona tertinggi,
sistem pendidikan tidak bisa dilakukan secara langsung. Setiap penduduk yang berada
di zona hitam harus diisolasi, pelarangan melakukan perpindahan tempat walaupun
dengan tujuan penting sampai status zona menjadi aman.

2. Zona merah

Masih ada kasus covid-19 pada satu atau lebih klaster dengan peningkatan kasus yang
tinggi, dalam kasus zona merah diperlukan protokol kesehatan yang serius, seperti
penutupan sekolah, tempat ibadah, dan bisnis. Dalam zona ini pembelajaran masih
bersifat tidak secara langsung atau Online.

3. Zona kuning

Artinya ada beberapa kasus covid-19 dengan beberapa penularan lokal, di zona ini
dilakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara parsial, pendidikan
diberlakukan dengan sistem shift sesuai dengan jumlah kelas, sarana dan prasarana
kesehatan di sekolah ditingkatkan sesuai dengan perkembangan covid-19, diantaranya
yaitu: tempat cuci tangan dan sabun, alat pelindung diri (masker/face shield), alat
pengukur suhu tubuh (termometer/termogun), multivitamin, dan handsanitizer.
Perilaku hidup bersih dan sehat selalu diterapkan dalam proses belajar mengajar.

4. Zona hijau

Sebuah wilayah atau daerah sudah tidak ada kasus atau infeksi virus corona, aktifitas
bisa dilakukan seperti biasa dan berjalan dengan normal, namun tetap perlu kesadaran
masyarakat akan hidup bersih dan sehat, pada zona ini sekolah mulai diberlakukan
seperti biasa, dan pembimbingan prilaku hidup bersih dan sehat dilakukan setiap saat.
4) Usaha kesehatan sekolah (UKS)

UKS dirintis dan dikembangkan pada tahun 1956, menurut buku pedoman pembinaan
pengembangan usaha kesehatan sekolah, Departemen Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Departemen dalam Negeri. Pada tahun 1970 dibentuk panitia bersama antara Departemen
Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang menyepakati keputusan
bersama tentang pembentukan kelompok kerja Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Pada tahun 1984 diterbitkanlah surat keputusan bersama (SKB 4 Menteri) untuk
menetapkan pembinaan UKS, Untuk mencapai Pemantapan dan pembinaan secara terpadu
ditetapkan Surat keputusan bersama antara Mendikbud, Menkes, Mendagri dan Menag
Tanggal 3 September 1980 tentang Pokok Kebijaksanaan dan Pengembangan UKS N0.
408a/U/1984, No 3191/Menkes/SKBVI/1984, No 74/th/1984, No 61/1984. Seiring dengan
perubahan sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralisasi menjadi desentralisasidan
berkembangnya dunia pendidikan dak kesehatan maka SKB 4 Menteri disempurnakan
pada tahun 2003.

Dalam pendidikan sekolah harus memiliki pusat kesehatan, maka dari itu
terbentuknya UKS bertujuan untuk membina, mendidik serta meningkatkan kesehatan
siswa, Siswa dididik untuk selalu berperilaku hidup bersih dan sehat agar dapat tumbuh
sehat jasmani dan rohani, penyerapan materi pembelajaran akan maksimal dengan adanya
lingkungan yang bersih dan sehat. Menurut Drajat Martianto (2005: 1), UKS dapat
didefinisikan sebagai berikut : UKS adalah upaya pelayanan kesehatan yang terdapat di
sekolah yang bertujuan menangani anak didik yang mengalami kecelakaan ringan (upaya
pertolongan pertama pada kecelakaan/P3K), melayani kesehatan dasar bagi anak didik
selama sekolah (pemberian imunisasi), memantau pertumbuhan dan status gizi anak didik.

Usaha kesehatan sekolah adalah progam meningkatkan derajat kesehatan serta


membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah. Usaha
kesehatan sekolah merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah. Anak usia
sekolah adalah anak yang berusia 6 sampai 21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh
kembangnya dibagi menjasi 2 sub kelompok, yakni pra remaja (6 sampai 9 tahun) dan
remaja (10 sampai 21 tahun) (Subur, 2011:134).

Menurut Notoatmojo (2007), pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan


atau peningkatan dan akan berpengaruh pada sikap dan perilaku. Perubahan pengetahuan,
sikap dan perilaku kesehatan dapat meningkatkan ketrampilan dalam melaksanakan hidup
sehat.  Sementara menurut Depkes RI (2006), Usaha Kesehatan Sekolah adalah wahana
belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat, sehingga meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang harmonis dan optimal, agar menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas.  Pendidikan kesehatan juga diarahkan untuk
membiasakan hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap, ketrampilan untuk
melaksanakan prinsip hidup sehat, serta aktif berpartisipasi dalam usaha kesehatan baik
lingkungan sekolah, di lingkungan rumah tangga maupun lingkungan masyarakat.

Ruang lingkup program Usaha Kesehatan sekolah tercermin dalam Tri Program
Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS) yaitu penyelenggaraan pendidikan kesehatan,
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah
sehat.

Dalam buku Notoatmojo, Soekijo, 2007. Tentang Kesehatan Masyarakat Ilmu dan
seni, Tujuan diselenggarakannya program UKS, secara umum untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan
sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan
optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan tujuan
khusus untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan
peserta didik yang mencakup :

1. Penurunan angka kesakitan anak sekolah.

2. Peningkatan kesehatan peserta didik (fisik, mental, sosial)

3. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk


melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha
peningkatan kesehatan di sekolah.

4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.

5. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika,
rokok, alkohol dan obat-obatan berbahaya lainnya.

Sedangkan sasaran program UKS meliputi seluruh peserta baik pada tingkat sekolah
taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama,
pendidikan kejuruan, maupun pendidikan khusus (sekolah luar biasa).

Pembinaan program UKS, pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan dibentuk dengan
membentuk tim pembina usaha kesehatan sekolah (TPUKS). Beberapa kegiatan TPUKS
tersebut antara lain meliputi:

1. Pembinaan sarana keteladanan gizi, seperti kantin sekolah.

2. Pembinaan sarana keteladanan lingkungan, seperti pemeliharaan dan pengawasan


pengelolaan sampah, SPAL, WC dan kamar mandi, kebersihan kantin sekolah, ruang
UKS dan ruang kelas,  usaha mencegah pengendalian vektor penyakit.

3. Pembinaan personal higiene peserta didik dengan pemeriksaan rutin kebersihan kuku,
telinga, rambut, gigi, serta dengan mengajarkan cara gosok gigi yang benar.

4. Pengembangan kemampuan peserta didik untuk berperan aktif dalam pelayanan


kesehatan antara lain dalam bentuk kader kesehatan sekolah dan dokter kecil

5. Penjaringan kesehatan peserta didik baru

6. Pemeriksaan kesehatan secara periodik

7. Imunisasi, pengawasan sanitasi air, usaha P3K di sekolah

8. Rujukan medik, penanganan kasus anemia

9. Forum komunikasi terpadu dan pencatatan dan pelaporan

Pelaksana program UKS antara lain meliputi guru UKS, peserta didik, Tim UKS
Puskesmas, serta masyarakat sekolah (komite sekolah). Pada tingkat Puskesmas, dengan
seorang koordinator pelaksana terdiri dari dokter, perawat, petugas imunisasi, pelaksana
gizi, serta sanitarian.
BAB II

METODE PENELITIAN

Dalam metode penelian diuraikan mengenai (a) Pendekatan dan jenis penelitian, (b)
Kehadiran peneliti, (c) Lokasi penelitian, (d) Sumber data, (e) Prosedur pengumpulan data,
(f) Analisis data, (g) Pengecekan keabsahan temuan, dan (h) Tahap-tahap penelitian.

A. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini mengguanakan pendekatan kualitatif, Menurut Arikunto (2010:15)


mengatakan bahwa “penelitian kualitatif bermaksut untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian baik berupa perilaku, tindakan, presepsi maupun
motivasi”. Jenis penelitian ini berupa deskripsif, menurut Arikunto (2010:3) “penelitian
deskripstif adalah penelitian yang memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, seperti
keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, dan kegiatan seperti apa adanya”.

Berdasarkan hasil data yang akan diperoleh sebagaimana adanya dan bertujuan pada
pemecahan masalah. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah jenis penelitian yang
meneliti keadaan sekarang berdasarkan data-data berupa kata-kata atau kalimat bukan
angka. Gaya penulisan laporan penelitian kualitatif tidak menggunakan mode tunggal,
gaya penulisan dapat bersifat formal, informal, atau gabungan keduanya. Laporan yang
ditulis dalam bentuk formal memuat hal-hal pokok pada bagian awal, kemudian
menunjukkan aspek-aspek yang dianggap penting yang dipaparkan beserta contoh-contoh
dari data. Laporan bergaya informal berisi paparan suatu cerita yang diakhiri dengan
kesimpulan.

Hasil penelitian ini dimaksutkan dengan memaparkan gambaran hasil penelitian dengan
data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian serta hubungan antara fenomena dan
kejadian yang diselidiki berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian.
B. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 8 Malang yang berada di jalan Veteran nomor
37 kota Malang Jawa Timur. Alasan peneliti memilih SMAN 8 Malang karena mengacu
kepada salah satu Misi Sekolah yang bertuliskan menigkatkan keterlaksanaan pendidikan
karakter dan menigkatkan keterlaksanaan pendidikan lingkungan hidup.

C. Subjek penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang diperoleh dari penelitian ini, menurut
Arikunto (2010:172) “subjek penelitian adalah sumber data dalam penelitian”. Subjek
penelitian ini adalah seluruh guru yang terlibat dalam progam dan pelaksanaan UKS di
SMAN 8 Malang.

D. Prosedur pengumpulan data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui instrumen penelitian, yaitu melalui
observasi dan wawancara untuk mengetahui peran guru dalam membina perilaku hidup
sehat siswa dan pencegahan corona virus disease (covid-19) melalui Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) di SMAN 8 Malang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan


dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek
penelitian (Arikunto, 2010:133). Data penelitian diperoleh dengan cara mencatat secara
langsung objek yang diteliti. Adapun data yang diperoleh yaitu melalui perlengkapan UKS
dan fasilitas pencegahan corona virus disease (covid-19) di SMAN 8 Malang dengan
kriteria ada dan tidak ada.
Tabel 1.1 Kisi-kisi Observasi

Perabot
Kriteria Penilaian
No
Jenis Rasio
Ada Tidak ada
1 Tempat tidur 1 set/ruang
2 Lemari 1 buah/ruang
3 Meja 1 buah/ruang
4 Kursi 2 buah/ruang
Perlengkaan lain Ada Tidak ada
1 Catatan kesehatan peserta didik 1 set/ruang
2 Perlengkapan p3k 1 set/ruang
3 Tandu 1 buah/ ruang
4 Selimut 1 buah/ ruang
5 Tensimeter 1 buah/ ruang
6 Termometer badan 1 buah/ ruang
7 Timbangan badan 1 buah/ ruang
8 Pengukur tinggi badan 1 buah/ ruang
9 Tempat sampah 1 buah/ ruang
10 Tempat cuci tangan 1 buah/ ruang
11 Jam dinding 1 buah/ ruang

Tabel 2.1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor  24  Tahun 2007


tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah.

Tabel 1.2 berdasarkan bab 1 tentang sub bab Kebijakan Pendidikan pada Masa Pandemi
Covid-19 pada poin sistem pendidikan pada masa New Normal

Tabel 1.2 alat pencegah virus corona

Kriteria Penilaian
No Jenis Kebutuhan
Ada Tidak ada
1 Masker/face shield
2 Pribadi Multivitamin
3 Handsanitizer
4 Tempat cuci tangan
5 Sabun
Umum
6 Handsanitizer
7 Termometer/Termogun
2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada subjek penelitian, Pertanyaan wawancara


mengenai peran guru dalam membina perilaku hidup sehat siswa dan pencegahan
corona virus disease melalui usaha kesehatan sekolah (UKS). (Sugiyono, 2008:194)
menyatakan bahwa “Wawancara digunakan sebagai teknik pengambilan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil”.

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar


permasalahan yang akan ditanyakan kepada subjek penelitian sebanyak 10 buah soal
wawancara.

Tabel 2.1 Kisi-kisi wawancara

Variabel Indikator Nomor item Jumlah Item


1. Membina perilaku hidup 1.1 Usaha menjaga kesehatan siswa
1 1
sehat siswa melalui UKS
1.2 Peran guru dalam menanamkan
2 dan 3 2
kebiasaan perilaku hidup sehat
1.3 Peran guru dalam memberikan
4 dan 5 2
pelayanan kesehatan pada siswa
2. Pemeriksaan kesehatan dan 1.4 Mengukur tinggi badan dan berat
6 1
Pencegahan corona virus badan
disease 1.5 Pemeriksaan pengelihatan 7 1
1.6 pengukuran suhu tubuh 8 1
1.7 Kecukupan gizi dan pemberian
9 1
multivitamin pada siswa
1.8 Sterilisasi ruangan menggunakan
10 1
desinfektan
Jumlah 10

E. Analisis data

Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif, dengan menggunakan


langkah-langkah pengolahan data melalui reduksi data, display data, serta kesimpulan dan
verifikasi data.

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan datanselanjutnya, dan mencarinya
bila diperlukan. Mereduksi data setiap peneliti dibantu oleh tujuan yang akan dicapai
(Sugiyono, 2008:304). Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan
perhatian, menyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang
muncul dari catatan-catatan lapangan (Patilima:2005). Semakin banyak data yang
diperoleh maka semakin kompleks dan rumit, untuk itulah diperlukan reduksi data
sehingga data tidak bertumpuk dan mempersulit analisis selanjutnya.

2. Display Data

Setelah data direduksi maka lankah selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam
penelitian Kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antara kategori dan sejenisnya. Penyajian data pada penelitian kualitatif ini
mengguanakan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi berdasarkan apa yang telah dipahami
(Sugiyono, 2008:341).

3. Kesimpulan dan Verifikasi Data

Langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Kesimpulan


awal dikemukakan masih bersifat sementara danakan berubah apabila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
bila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2008:345).

Kesimpulan penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang


telah dikemukakan peneliti, tetapi mungkin karena masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih berada di lapangan. Kesimpulan pada penelitian kualitatif
diharapkan dapat berupa temuan baru terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Temuan dapat berupa deskripstif atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis, atau teori (Sugiyono, 2008:345).

Anda mungkin juga menyukai