SKRIPSI
Oleh :
Husnia Zuhra
11151010000078
SKRIPSI
Oleh :
Husnia Zuhra
NIM 11151010000078
ABSTRAK
Boraks merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang sebagai bahan
tambahan pangan, tetapi keberadaannya sering ditemukan dalam pangan jajan. Salah
satu kasusnya ditemukan pada bakso yang dijajakan di SDN Cirendeu 02. Siswa di
sekolah tersebut merupakan populasi berisiko untuk terpajan boraks. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui estimasi risiko pajanan boraks pada siswa di SDN
Cirendeu 02 tahun 2019 sehingga dapat dilakukan upaya manajemen risiko yang
tepat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
studi ARKL (Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan). Data penelitian ini diperoleh
dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran konsentrasi
boraks dalam bakso. Penelitian ini dilakukan terhadap 165 responden dari kelas 2
sampai kelas 6. Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis risiko yang
dilakukan dengan langkah perhitungan intake, risk quotient, dan excess cancer risk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi boraks pada bakso sebesar 1,31467
mg/gr. Setelah dilakukannya perhitungan tingkat risiko non karsinogenik (RQ)
didapatkan nilai > 1 pada kelas 6 untuk pajanan realtime sehingga siswa kelas 6 telah
memiliki risiko untuk gangguan kesehatan non karsinogenik. Sedangkan perhitungan
tingkat risiko karsinogenik pada seluruh siswa kelas 2 hingga kelas 6 didapatkan nilai
ECR > E-4 dalam pajanan realtime dan lifetime sehingga siswa tersebut telah
memiliki risiko untuk gangguan kesehatan karsinogenik. Manajemen risiko yang
dapat dilakukan untuk mencegah responden dari gangguan kesehatan yaitu mengganti
penggunaan boraks sebagai pengawet dan pengenyal dengan bahan alami yaitu
ekstrak wortel dan tepung rumput laut, menyarankan orangtua siswa untuk
menyediakan bekal sehat untuk anak, serta upaya pengawasan dan pembinaan
terhadap keamanan pangan jajan oleh berbagai pihak seperti pihak sekolah, Dinkes
setempat kepada penyedia pangan jajan.
ABSTRACT
Borax is a chemical that is prohibited from being used as food additives, but its
presence is often found in food, one of them is meatballs that are sold at SDN
Cirendeu 02. The students are at risk for Borax's exposure. The general objective of
this study is to determine the estimated risk of borax exposure for students at SDN 02
Cirendeu in 2019 so that proper risk management can be done. This study is a
quantitative research, using the ARKL (Environmental Health Risk Assesment)
design. The data of this study were obtained from interviews through a questionnaire
and measurement of borax levels in meatballs. This research is conducted on 165
respondents of the 2nd until 6th grade students. Data analysis contains of univariate
analysis and risk analysis which included calculation of intake, risk quotient, and
excess cancer risk. The results shows that the concentration of borax was 1.31467 mg
/ gr. The results of risk characterization showed that non-carcinogenic risks in
realtime for class 6 because it gets RQ value > 1. As for carcinogenic risk shows that
the value of ECR> E-4 both in realtime and lifetime, which means it had carcinogenic
risk. Risk Management that can be done to prevent responedents form health
problems by replacing the use of borax as a preservative and thickener with natural
ingredients namely carrots extracts adan seaweed flour, advising parents to provide
healthy food foor children bring to school, monitoring and fostering efforts for safety
food by various perties such as elementary schools, local health offices to food
provider.
1. Skripsi ini adalah hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
PERNYATAAN PERSETUJUAN
v
LEMBAR PENGESAHAN
vi
RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Agama : Islam
Email : Husnia.zuhra@gmail.com
No. Hp : 089520024354
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan
1. Ibu Dr. Zilhadia, MSi, Apt, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Ibu Catur Rosidati, M.K.M, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat
3. Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM., M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak
4. Ayah (Ir. Zukhrawardi Zuhdy, M.Sc) dan Ibu (alm. Hj. Zainab. SE & Munni
5. Kakak (Suzan Zuhra, S.Psi dan M. Ridwan, M.Kom) dan Adik (Fahira Zuhra)
6. Teman seperbimbingan Tika, Neng, Ila, dan Dini yang telah membantu dan
7. Selvi, Lintang, Ina, Pika, Dilla, Aini, Silvia, Elsa, Tami, Ayu, dan Hasnah yang
8. Regy Dwitama yang telah membantu, memberikan saran dan semangat bagi
10. Dan seluruh pihak yang membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Dalam penulisan skripsi ini penulis merasa masih banyak kekurangan, Untuk
itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan bagi penulis demi
kesempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. x
DAFTAR BAGAN ..................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvii
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................................ xix
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xx
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 7
D. Tujuan ............................................................................................................. 8
1. Tujuan Umum ............................................................................................. 8
2. Tujuan Khusus ............................................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 9
1. Bagi Pihak Sekolah Dasar........................................................................... 9
2. Bagi Dinas Kesehatan ................................................................................. 9
3. Bagi Peneliti .............................................................................................. 10
F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 10
BAB II ......................................................................................................................... 12
xi
DAFTAR BAGAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 5. 4 Distribusi Tinggi Badan Siswa/i SDN Cirendeu 02 Ciputat .................... 100
Tabel 5. 5 Distribusi Jenis Kelamin Siswa/i SDN Cirendeu 02 Ciputat ................... 101
Tabel 5. 7 Laju Asupan pada Siswa/i SDN Cirendeu 02 Ciputat ............................. 103
Tabel 5. 8 Durasi Pajanan (Dt) pada Siswa/i SDN Cirendeu 02 Ciputat ................. 104
Tabel 5. 15 Nilai RfD dan NOAEL dalam Perhitungan Rumus Tingkat Risiko pada
Siswa/i SDN Cirendeu 02 Ciputat............................................................................. 114
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR SINGKATAN
SF : Slope Factor
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat yang marak terjadi secara global. Menurut data World Health
bakteri dan keberadaan zat kimia berbahaya pada makanan. Berdasarkan data
terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan dengan jumlah orang
1
2
makanan terus terjadi yang erat kaitannya dengan praktik keamanan pangan di
Indonesia (Sari,2017)
sekolah (Putra, 2013). Pada Maret tahun 2018 media telah dilaporkan kasus
keracunan massal yang dialami oleh siswa sekolah dasar dengan gejala mual,
boraks dan diketahui bahwa boraks bukan merupakan bahan yang aman untuk
penyakit karena daya tahan tubuhnya belum bekerja dengan baik dan
berbahaya. Salah satu kasusnya adalah temuan boraks pada makanan. Boraks
juga dapat membuat tekstur bakso lebih kenyal (Junianto, 2013). Berdasarkan
(PJAS) tidak memenuhi syarat serta berbahaya bagi kesehatan anak paling
usia sekolah.
4
gangguan otak, hati, lemak dan ginja. Dalam jumlah banyak, boraks
sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun,
Pangan Jajan Anak Sekolah (PJAS), sampel pangan dengan jenis makanan
(Yulianto, 2013)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rusli di Pasar Ciputat tahun 2009
Ciputat tahun 2014 juga menemukan fakta bahwa 10 dari 34 sampel positif
penggunaan boraks pada pangan. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi
izinkan (Nurbiyati et al, 2014). Lokasi dalam penelitian ini dipilih dengan
kriteria yaitu sekolah yang terdapat banyak pangan jajan yang dijajakan
didapatkan data lima pangan jajan yang sering dikonsumsi dan disukai oleh
siswa/i berturut turut yaitu bakso, martabak telur, cilung, cigor, dan tahu
dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengatahui tingkat risiko siswa tersebut
sehingga dapat dilakukan upaya manajemen risiko agar siswa tersebut tidak
B. Rumusan Masalah
jajan yang paling sering dikonsumsi dan disukai oleh siswa/i tersebut yaitu
bakso mengandung boraks. Oleh karena itu Peneliti tertarik untuk melakukan
C. Pertanyaan Penelitian
4. Bagaimana gambaran nilai intake dan tingkat risiko (RQ) realtime dan
akan datang ?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Ciputat
E. Manfaat Penelitian
pangan.
10
3. Bagi Peneliti
yang terjadi.
ini dilakukan di area SDN Cirendeu 02 Ciputat dimulai bulan Desember 2018
sampai dengan bulan Mei 2019. Penelitian ini dilakukan dengan langkah
11
UV-Vis. Data identitas responden seperti jenis kelamin dan usia dan data
karakteristik siswa/i seperti tinggi badan dan berat badan didapatkan dari
pengukuran langsung.
Pengolahan data pada studi ini melalui beberapa tahapan dimulai dari
karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi
Risiko Kanker (ECR) serta menghitung batas aman sehingga dapat dilakukan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Boraks
1. Sumber Boraks
2015)
secara alami terikat dengan oksigen. Unsur boron diproduksi atau diolah
12
13
Boraks berasal dari bahasa persia yaitu borak yang berarti putih
(Kathleen dan James, 2016). Boraks atau asam borat merupakan serbuk
padat yang tidak berbentuk, berwarna putih, tidak berbau, memiliki rasa
yang pahit, serta memiliki berat molekul 61,83. Boraks memiliki titik
didih yaitu 300oC, titik leleh 171oC, dan pH 5,1. Boraks merupakan
Kristal dan lunak (BPOM, 2014). Boraks larut dalam alkohol panas dan
glycerol, agak larut dalam larutan ammonia, mudah larut dalam aseton,
molekul airnya pada suhu 100°C yang secara perlahan berubah menjadi
lemah dan garam alkalinya bersifat basa. Satu gram boraks larut
dari Boron (B) dan oksigen (O2). Boraks berupa senyawa kimia dengan
rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil
pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi
kristal putih yang dapat larut dalam air dingin membentuk natrium
2013)
15
Warna Putih
Sumber : NCBI, 2019 ; U.S. Departement of Health and Human Services, 2017 ;
MSDS, 2009
3. Penggunaan Boraks
Bahan ini banyak digunakan sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu,
dan antiseptik pada kosmetik. Asam borat (boric acid) atau boraks
obat oles mulut dan obat pencuci mata. Selain itu boraks juga digunakan
tahan air untuk kayu, campuran semen, bahan porselen, kaca, karpet,
pembersih, pada indusri kaca, gelas dan keramik sebagai pelapis untuk
Kesehatan
terserap oleh darah dan disimpan di dalam hati. Boraks bersifat tidak
gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks
2013)
beracun bagi seluruh sel di dalam tubuh. Boraks toksisitas boraks dalam
tubuh dan akumulatif didalam tubuh terutama pada hati, otak, testis.
dan kram perut. Organ sasaran toksikan boraks pada tubuh manusia
et al, 2015). Mengkonsumsi boraks dalam waktu yang lama dan jumlah
sampai 20 gr. Selain itu konsumsi boraks dalam dosis tinggi dapat
rambut rontok, radang selaput ikat mata, palpebral edema dan gagal
Boraks)
perubahan warna dari ekstrak makanan yang diuji pada kertas warna
Sumber : http://www.etgroupbiz.com/2018/09/test-kit-4-varian-tes-uji-
keamanan.html
sampel pangan. Test kit boraks merupakan alat uji cepat kualitatif
sensitivitas deteksi 100 mg/kg (100 ppm). Test kit boraks terdiri dari
23
reagent cair, kertas kuning, dan botol untuk pengujian sampel (ET
kit merupakan cairan yang terbuat dari campuran larutan asam basa
pembentukan warna merah bata atau merah pada kertas uji maka
mengandung boraks.
UV-Vis yang memiliki sensitifitas tingggi pada kadar zat kimia yang
berikut :
kemudian di destilasi pada suhu 85oC - 90oC selama 110 menit dan
didinginkan
2017)
Boraks atau asam borat merupakan salah satu bentuk dari unsur
boron yang memiliki sifat kimia dan fisik yang berdekatan dengan boron,
dengan demikian toksisitas dari boraks serupa dengan boron. Reference Dose
(RfD) adalah dosis atau konsentrasi pajanan harian agen risiko non
suatu zat tertentu. Nilai referensi dosis (RfD) dari boron beserta turunannya
yaitu 2E-1 mg/kg-day atau setara dengan 0,2 mg boraks/kg/hari (IRIS, 2004 ;
Menurut standar dari WHO, dosis fatal boraks berkisar dari 3-6 gram
perhari untuk anak kecil dan bayi, untuk dewasa sebanyak 15-20 gr per-hari
digunakan untuk mendapatkan nilai tingkat risiko kanker akibat pajanan dari
suatu zat kimia. Jika tidak ditemukan nilai Slope Factor (SF) maka dalam
suatu zat yang tidak menimbulkan efek merugikan pada manusia dan hewan.
NOAEL zat kimia boraks yaitu sebesar 8,8 mg/kg berat badan perhari (EPA,
28
Indikator
Jalur Masuk Makhluk Hidup Dosis/Konsentrasi
Toksisitas
LDL0 Oral Manusia 492 mg/kg
LD50 Oral Tikus (mouse) 3450 mg/kg
LD50 Oral Tikus (rat) 2660 mg/kg
LD50 Kulit Kelinci >2000 mg/Kg Berat Badan
Sumber : PIC Corporation 1101 W.Elizabeth Ave, 2008 ; SIKerNas BPOM RI, 2011)
Boraks dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga rute paparan
yaitu terhirup (inhalasi), kontak dengan kulit (absorbs), dan tertelan (ingesti).
Rute paparan terhirup boraks dapat terjadi apabila boraks baik dalam
aktivitas. Pemajanan boraks dapat pula terjadi melalui rute pajanan kontak
dengan kulit, akan tetapi boraks tidak dapat menembus kulit yang utuh
29
sehingga pada kulit yang sehat tidak akan menimbulkan gangguan penyakit
(BPOM RI, 2011 ; U.S. Departement of Health and Human Services, 2010)
terserap dari rongga mulut (sub lingual), lambung sampai usus halus. Cairan
seperti boraks akan berada dalam bentuk non-ion yang lebih mudah larut
dicerna di dalam tubuh manusia yang selanjutnya akan menuju ke organ target
boraks didalam tubuh manusia dipengaruhi oleh jumlah asupan yang diterima
yang memiliki resiko tinggi terhadap keracunan yaitu bayi, anak-anak, lansia
masih memiliki sistem imun yang belum berkembang secara optimal sehingga
(Lund, 2011)
oleh kadar atau konsentrasi boraks yang terkandung pada makanan yang
selanjutnya akan masuk ke dalam tubuh manusia, laju asupan, dan durasi
mengandung boraks yang dikonsumsi tiap harinya yang dihitung dalam satuan
mengandung boraks dalam satuan tahun. Berat badan juga berperan dalam
tingkat risiko paparan boraks. Semakin besar berat badan maka semakin besar
gangguan kesehatan pada manusia begitu pula sebaliknya, semakin kecil berat
badan maka semakin kecil pula kadar atau konsentrasi boraks yang dapat
2014)
31
manusia yang siap untuk diabsorpsi menuju aliran darah atau pembuluh limfe.
Boraks akan mengkuti aliran darah atau limfe yang kemudian di distribusikan
ke seluruh tubuh dan menuju organ target. Pada saat yang sama boraks dapat
a. Absorpsi
orang yang terpapar, boraks ditemukan dalam darah dan urin. Boraks
sehingga tidak masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang sehat. Pada
kulit yang rusak boraks dapat terserap dan masuk dalam aliran darah
oral pada manusia yaitu berkisar 81-92 % dan 95 % pada tikus (U.S.
diekskresikan selama 3-7 hari atau mungkin lebih. Asam borat dan
akan terus terjadi pada tubuh. Dalam memecah boraks didalam tubuh
b. Distribusi
hati. Akan tetapi jika tubuh tidak dapat melakukan metabolisme boraks
maka akan terjadi akumulasi di organ tubuh (Wirasuta dan Niruri, 2006)
plasma, hati, ginjal, adipose (lemak), otot, tulang, usus besar, otak,
adipose, ginjal, otak, hati, jantung, dan darah terus meningkat (EPA,
2015)
c. Eliminasi
utama eliminasi boraks dalam tubuh yaitu melalui urin atau air seni,
target didalam tubuh dan juga proses-prose yang terkait dimana pada akhirnya
35
muncul efek toksik (Wirasuta dan Niruri, 2006). Organ target atau organ
sasaran dari akumulasi boraks yaitu susunan syaraf pusat dan ginjal (BPOM,
2015)
Efek toksis dari boraks akan menyerang langsung pada sistem saraf pusat
dan menimbulkan gejala keracunan seperti mual, muntah dan diare, kejang
perut, iritasi kulit dan jaringan lemak, gangguan peredaran darah, takikardia,
sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun,
(pembentukan protein darah) dalam limpa, hati dan tubulus proksimal ginjal
(EPA, 2015).
36
B. Keamanan Pangan
need) yang bersifat mudah rusak (perishable). Pada makanan akan terjadi
2014)
kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan
37
oleh manusia aman serta bermutu dan bergizi tinggi yang berperan dalam
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi
pangan merupakan suatu kondisi dan upaya yang dilakukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
keamanan pangan merupakan suatu upaya atau kondisi yang dilakukan untuk
menjaga ataupun mencegah makanan dari cemaran fisik, kimia, dan biologis
bahan makanan yang bebas dari cemaran fisik, kimia, maupun biologi,
(Marwanti, 2012)
C. Pangan Jajan
wadah atau sarana penjualan di pinggir jalan, tempat umum atau tempat
dikonsumsi oleh sebagian besar anak sekolah. Pangan jajan anak sekolah
terutama anak sekolah dasar (SD) adalah jajan di sekolah. Mereka tertarik
waktu makan (sarapan, makan siang, atau makan malam), seperti mie
ayam, nasi uduk nasi goreng, bakso, gado-gado, dan lain sebagainya.
40
waktu makan. Cemilan atau snack terbagi menjadi dua jenis yaitu cemilan
keripik, biskuit, kue kering, dan lain sebagainya, sedangkan cemilan basah
campur dan lain sebagainya. Pangan jajan buah yang diperjual belikan
berupa buah potong, sop buah, buah utuh, dan lain sebagainya (Nasution,
2009)
dapat berupa bekal dari rumah atau berupa Pangan Jajan Anak Sekolah
sebagai berikut :
nasi goreng, gado-gado, soto, lontong isi, sayuran atau daging, dan
lain-lain.
41
c. Minuman
Minuman yang disajikan dalam gelas antara lain air putih, es teh
dalam kemasan berupa minuman bersoda, teh, sari buah, susu dan
yoghurt.
d. Jajanan Buah
Buah yang menjadi jajanan anak sekolah dapat berupa buah yang
masih utuh atau buah yang sudah dikupas dan dipotong.Buah utuh
3. Bakso
tangan sebesar kelereng atau lebih besar dan dimasukkan ke dalam air
orang. Dalam pembuatan bakso, bahan baku utama yang digunakan yaitu
daging bisa berupa daging sapi, ikan ataupun ayam, dan bahan tambahan
dagingnya, seperti bakso ikan, bakso ayam, dan bakso sapi. Berdasarkan
bahan bakunya yang ditinjau berdasarkan jenis daging dan tepung yang
digunakan, bakso dibedakan menjadi tiga jenis yaitu bakso daging, bakso
urat, dan bakso aci. Bakso daging terbuat dari daging yang sedikit
43
Bakso urat merupakan bakso yang terbuat dari daging yang banyak
2007)
bakso yang telah dicetak ke dalam air hangat dengan suhu 600C hingga
konsumen yaitu tekstur, warna, dan rasa. Tekstur yang bakso disukai
biasanya halus, kenyal dan empuk. Warna bakso yang disukai yaitu
bersih, terang, dan tidak menggelap. Dalam pembuatan bakso tidak jarang
kenyal, dan tidak lengket padahal boraks merupakan salah satu bahan
Daging
Penggilingan
Air Es, Garam, Tepung Tapioka,
Bumbu dan Maizena, dan
Bawang Goreng Margarin
Pencampuran
Penggilingan
Pencampuran
Penggilingan
Pencetakan
Perebusan
Pendinginan
Bakso
atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan
secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal,
yang bukan merupakan bahan baku pangan, akan tetapi digunakan untuk
yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal,
(Widayat, 2011)
kenyal
e. Menghemat biaya
d. Dulsin (Dulcin)
e. Formalin (formaldehyd)
h. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
j. Nitrofurazon (Nitrofurazone)
49
k. Dulkamara (Dulcamara)
l. Kokain (Cocaine)
m. Nitrobenzen (Nitrobenzene)
o. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)
karakteristik yang melekat pada agen yang menjadi perhatian dan karakteristik
dosis agen risiko dan respon tubuh melalui studi literatur, mengukur seberapa
besar pajanan agen risiko, serta menetapkan tingkat risiko dan efeknya
KEMENKES, 2012)
terhadap jenis, sifat, dan kemampuan yang melekat pada suatu agen risiko
51
kesehatan jika adanya pemajanan dengan dosis dan waktu yang cukup.
Suatu organisme dapat terpajan oleh agen risiko melalui beberapa jalur
pemajanan yaitu jalur pajanan inhalasi, jalur pajanan oral, dan jalur
risiko spesifik apa yang berbahaya, media lingkungan agen risiko, besar
suatu bahan serta dampak kesehatan yang mungkin terjadi akibat pajanan
organisme tersebut.
refernsi (RfC), dan slope factor (SF) dari agen risiko yang menjadi fokus
peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang terdapat tubuh dan
factor (SF) dari agen risiko tersebut. Analisis dosis respon dilakukan
2012)
mengukur atau menghitung intake (asupan) dari agen risiko dalam tubuh
konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak
yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia. Nilai Intake
53
memiliki efek non kanker pada media lingkungan yang masuk ke dalam
suatu materi yang memiliki efek kanker pada media lingkungan yang
inhalasi (terhirup)
Ink (intake) Jumlah konsentrasi agen risiko (mg) mg/kg x hari Tidak ada nilai default
yang masuk ke dalam tubuh
manusia dengan berat badan tertentu
(kg) setiap harinya
54
Tabel 2. 4 Keterangan Rumus Intake non karsinogenik jalur pemajanan ingesti (tertelan)
Ink (Intake) Jumlah konsentrasi agen risiko mg/kg x hari Tidak ada nilai default
(mg) yang masuk ke dalam
tubuh manusia dengan berat
badan tertentu (kg) setiap
harinya
C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada mg/l (air) Tidak ada nilai default
air bersih/minum atau pada mg/kg
makanan (makanan)
R (Rate) Laju konsumsi atau banyaknya liter/hari (air) Air Minum
volume air atau jumlah berat gram/hari Dewasa (Pemukiman) : 2
makanan yang masu setiap (makanan) liter/hari
jamnya Anak-anak (Pemukiman) : 1
liter/hari
Dewasa (Lingkungan kerja) : 1
liter/hari
Makanan
Buah-buahan : 42 gram/hari
Sayuran : 80 gram/hari
Ikan tangkapan : 54 gram/hari
fE (Frecuency of Lamanya atau jumlah hari Hari/tahun Pajanan pada pemukiman :
exposure) terjadi pajanan setiap tahunnya 350 hari/tahun
Pajanan pada lingkungan kerja
: 250 hari/tahun
Dt (Duration Time) Lamanya atau jumlah tahun Tahun Residensial (pemukiman)/pajanan
terjadinya pajanan seumur hidup : 30 tahun
Wb (Weight of body) Berat badan Kg Dewasa asia/ Indonesia : 55 Kg
manusia/populasi/kelompok Anak-anak : 15 kg
populasi
Tavg (time average) Period waktu rata-rata untuk Hari 30 tahun x 365 hari/tahun :
efek non karsinogenik 10.950 hari
sebagai berikut :
sebagai berikut :
1 liter/hari
Makanan
Buah-buahan : 42 gram/hari
Sayuran : 80 gram/hari
Notasi Arti Notasi Satuan Nilai Default
fE (Frecuency of Lamanya atau jumlah hari terjadi Hari/tahun Pajanan pada pemukiman : 350
exposure) pajanan setiap tahunnya hari/tahun
Dt (Duration Time) Lamanya atau jumlah tahun Tahun Residensial
terjadinya pajanan (pemukiman)/pajanan seumur
hidup: 30 tahun
Wb (Weight of Berat badan Kg Dewasa asia/ Indonesia : 55 Kg
body) manusia/populasi/kelompok
populasi
Tavg (time average) Period waktu rata-rata untuk efek Hari 70 tahun x 365 hari/tahun =
non karsinogenik 25.550 hari
serta Slope Factor (SF) didapatkan melalui studi literasi pada berbagai
RQ =
aman bilamana nilai intake > RfD atau RfCnya atau dinyatakan RQ
>1
ECR = I x SF
PP&PL, 2012).
hasil karakteristik risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman atau
agen risiko (C), Jumlah Konsumsi (R), waktu pajanan (tE), frekuensi
pajanan (fE), dan durasi pajanan (Dt). Batas aman merupakan batas atau
nilai terendah yang menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman (tidak
dapat diterima). Oleh karenannya nilai yang aman adalah nilai di bawah
batas amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut
berikut :
( )
berikut:
( )
berikut :
( )
( )
berikut:
( )
( )
62
( )
( )
( )
aman :
( )
63
( )
( )
( )
( )
( )
inhalasi
( )
( )
( )
G. Kerangka Teori
Tingkat Risiko
1. Karakteristik Antropometri : Berat
Badan dan Tinggi Badan
Pajanan Kanker (ECR)
2. Pola Aktivitas :
Lama Pajanan
Laju Ingesti
Frekuensi Pajanan ECR ≤ ECR >
Konsentrasi Pajanan 1/10000 1/10000
Manajemen Risiko
mengandung boraks
RQ >1 RQ≤1
Sumber Boron:
1. Alam : Kerak Bumi,
tanah, batuan, dan
logam.
2. Industri : Manajemen Risiko
Penambangan dan
Sumber : U.S. Departemen of Health and Human Services, 2010 ; Kemenkes 2019
BAB III
A. Kerangka Konsep
pelapukan batuan, penguapan air laut, dan aktivitas gunung berapi. Boron
Fadilah, 2017).
oleh tubuh seseorang dipengaruhi oleh faktor individu seperti usia, jenis
kelamin, berat badan, laju asupan, dan lama pajanan. Saat manusia
67
68
Manajemen Risiko
1. Antropometri :
Berat Badan ECR ≤ 1/10000 ECR > 1/10000
2. Pola Aktivitas :
Lama pajanan
Frekuensi pajanan
Tingkat Risiko Pajanan
Konsentrasi dosis
Laju ingesti
Kanker (ECR)
Karakteristik Individu :
Usia
Jenis Kelamin
Tinggi Badan Tingkat Risiko Pajanan
tidak diteliti yaitu sumber boron dikarenakan penelitian ini difokuskan pada
boraks yang akan diterima oleh siswa/i SDN Cirendeu 02 yang dipengaruhi
oleh antropometri dan pola aktivitas dari siswa tersebut. Selanjutnya dilakukan
perhitungan tingkat risiko kanker dan non kanker. Apabila diperlukan maka
Boraks pada bakso sedangkan variabel dependen adalah Risk Quotient (RQ)
B. Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
risiko akibat pajanan suatu agen baik kimia maupun biologi pada populasi
74
75
risiko dinyatakan dalam dosis referensi. Untuk jalur pajanan ingesti yang
(SF). Nilai Reference Dose (RfD) dan Slofe factor (SF) didapatkan
terkandung pada bakso, laju ingesti, lama pajanan, frekuensi pajanan, dan
per kilogram berat badan perhari. Intake dihitung pada saat dilakukannya
standar (Dt) 30 tahun untuk efek non karsinogenik dan 70 tahun untuk
efek karsinogenik.
tingkat risiko akibat pajanan agen risiko yang masuk kedalam tubuh yang
76
dinyatakan dalam nilai Risk Quotient (RQ) untuk efek non karsinogenik
dan dinyatakan dalam nilai Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek
karsinogenik
5. Manajemen Risiko
1. Populasi
Ciputat dari kelas 2 sampai kelas 6 yang terdiri dari 369 siswa/i.
77
2. Sampel
a. Sampel Makanan
1. Alat
2. Bahan
b. Label
c. Pulpen
Setelah alat dan bahan tersedia, pengambilan sampel bakso telah dapat
b. Sampel Siswa/i
Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa/i SDN Cirendeu 02 Ciputat yang
jumlah sampel yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu 165 siswa/i
1. Kriteria Inklusi
diwawancarai.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
karakeristik individu (tinggi badan dan berat badan), kegiatan konsumsi bakso
(durasi dan frekuensi pajanan), hasil pengujian kualitatif dan hasil pengujian
diperoleh dari penelitian ini yaitu data siswa/i di SDN Cirendeu 02 Ciputat
maksud, tujuan, dan lokasi dari penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya
bersama wali murid bahwa akan dilakukan penelitian oleh mahasiswa UIN
Peneliti meminta izin kepada wali kelas 2 hingga kelas 6 untuk dapat
sampai kelas 6 siapa saja yang mengkonsumsi bakso yang dijual disekolah
tersebut minimal satu kali dalam seminggu, selanjutnya siswa yang yang
kelas 2 hingga kelas 6 yang terdiri dari 369 siswa/i. Dalam pelaksanaanya,
penelitian ini memiliki kriteria inklusi dan ekslusi. Adapun kriteria eksklusi
dalam penelitian ini yaitu tidak mengkonsumsi bakso dan tidak bersedia
badan dan tinggi badan siswa/i dan kemudian mencatatnya pada kolom yang
pada bakso yang dikonsumsi oleh siswa/i. Konsentrasi atau kadar boraks yang
E. Instrumen Penelitian
Boraks test kit merupakan alat dan bahan yang digunakan untuk
tidak. Berikut ini merupakan alat, bahan, dan cara kerja boraks test kit
a. Alat
1) Gelas Piala
3) Spatula
5) Beaker Glass
6) Sendok
7) Botol Uji
b. Bahan
c. Cara Kerja
2. Spektrofotometer UV-Vis
BTP/17025/LABKESDA :
a. Pembuatan NaOH 10 %
larut
84
250 ml
e. Pembuatan deret standar 0,2, 0,4, 0,6, 0,8, dan 1,0 ppm
f. Preparasi Sampel
tanda batas.
3. Kuesioner
diuji validitas dan realibilitas pada siswa SDN Cirendeu 01. Pemilihan
6. Kalkulator
F. Pengolahan Data
1. Editing
untuk memastikan agar tidak ada data yang tidak terisi maupun tidak
2. Coding
kode pada setiap pertanyaan dan jawaban pada kuesioner. Proses coding
3. Entry
4. Cleaning
semua data yang telah dimasukkan ke dalam software agar tidak terjadi
kesalahan maupun missing pada data sehingga data yang dihasilkan dapat
bersifat valid.
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
penelitian. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai uji lebih dari
0,05 (p > 0,05) dan data dikatakan tidak berdistribusi normal apabila nilai
88
uji kurang dari sama dengan 0,05 (p ≤ 0,05). Pada analisis univariat
terdapat dua jenis data, yaitu data kategorik dan data numeric. Data
untuk data numerik data disajikan dalam bentuk mean, median, standar
badan, laju ingesti, durasi pajanan, frekuensi pajanan, dan lama pajanan.
pengolah data.
berikut :
Konsentrasi
mg/kg mg/gr 10-3
Boraks
89
( )
Keterangan :
sebagai berikut :
Ciputat
90
d. Durasi pajanan (Dt) secara realtime dan lifetime untuk risiko non
menggunakan rumus:
Keterangan :
sebelumnya telah dilakukan. Nilai dosis referensi (RfD) boraks yaitu 0,2
mg/kg/hari. Dalam hal tingkat risiko apabila didapati nilai (RQ) > 1
91
Keterangan :
sebelumnya telah dilakukan. Nilai Slofe Factor dari zat kimia boraks
nilai NOAEL zat kimia boraks yaitu 8,8 mg/kg/hari atau setara dengan
dengan nilai RQ > 1 atau nilai ECR > 1/10.000. Manajemen risiko
penentuan batas aman konsentrasi agen risiko (C) dan Jumlah Konsumsi
(R). Batas aman merupakan batas atau nilai terendah yang menyebabkan
ingesti
( )
ingesti.
( )
( )
( )
( )
( )
BAB V
HASIL
Barat, Cireundeu, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Prov. Banten
dengan luas tanah milik sebesar 1250 m2. SDN Cirendeu 02 Ciputat memiliki
ruang kelas dan 1 perpustakaan. Jumlah siswa berdasarkan kelas dan jenis
kelamin di SDN Cirendeu 02 Ciputat dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
94
95
Jenis Kelamin
Kelas N
Laki-laki Perempuan
IA 18 13 31
1B 13 16 29
II A 10 14 24
II B 20 12 32
III A 15 20 35
III B 20 14 34
IV A 19 15 34
IV B 19 17 36
IV C 17 13 30
VA 17 20 37
VB 17 18 35
VI A 20 18 38
VI B 17 17 34
orang dan jumlah siswi sebanyak 207 orang dengan total jumlah siswa/i yaitu
429 orang. Selain ruang kelas dan perpustakaan, di SDN Cirendeu 02 Ciputat
terdapat kantin dan pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai pangan
lima yang menjajakan berbagai pangan jajan. Di kantin sekolah pangan jajan
yang dijajakan yaitu nasi uduk, gorengan, mie instan, dan minuman kemasan.
Pedagang kaki lima yang berada di sekitar sekolah menjual berbagai pangan
jajan seperti bakso, tahu krispi, takoyaki, cilung, cilok goreng, cilor, roti
bakar, dan martabak telor. Berikut ini merupakan distribusi konsumsi pangan
jajan dari 165 siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini :
165 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165
119
86
54
46
27 25
19
11 10
berbagai pangan jajan yang dijajakan disekitar sekolah. Setelah bakso, pangan
97
jajan yang paling banyak digemari oleh siswa/i yaitu martabak dengan jumlah
siswa yang mengkonsumsi sejumlah 119 dari 165 responden, sedangkan yang
paling sedikit digemari oleh siswa/i yaitu tahu krispi dengan jumlah siswa
10
25 Martabak
2%
6% Mie
54 119
30% Roti Bakar
14%
Cilor
Gorengan
Cilok
86 Cilung
27
22% 7% Takoyaki
19
11 5% Tahu Krispi
46
3% 11%
jajan responden dalam penelitian ini. Adapun pangan jajan yang paling
banyak dikonsumsi oleh siswa/i yang menjadi responden dalam penelitian ini
pangan jajan yang paling sedikit dikonsumsi oleh responden yaitu tahu krispi
individu responden yang diambil dalam penelitian ini berupa usia, berat
yang menjadi responden dalam penelitian yaitu 8-13 tahun. Usia termuda
Responden dalam penelitian ini memiliki rata-rata usia yang berbeda tiap
Smirnov pada data variabel usia responden tiap kelas, didapatkan nilai p
normal.
kilogram (kg) (Rahman dkk, 2017). Berat badan responden penelitian ini
berkisar dari 19,20 kg sampai 73,40 kg dengan rata-rata berat badan siswa
kelas 2 hingga kelas 6 berturut-turut yaitu 28,37, 26,81, 34,10, 35,57, dan
41,44 kg. Adapun median berat badan responden tiap kelas berturut-turut
pada kelas 4 dan kelas 6 data tidak berdistribusi normal selebihnya pada
variabel berat badan yang digunakan kecuali pada perhitungan kelas 4 dan
yaitu 102 cm hingga 165 cm. Rata-rata tinggi badan responden tiap kelas
dari kelas 2 hingga kelas 6 berturut-turut yaitu 115,48, 126,82, 135, 88,
143,11, dan 147,31 cm. Sedangkan median berat badan tiap kelas berturut-
didapatkan nilai p value > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat seperti pada tabel
dibawah ini.
Kategori
N % N % N % N % N %
Ciputat
boraks yang terkandung dalam bakso. Dalam penelitian ini, bakso di SDN
sebagai berikut :
Tidak
Boraks 1314,67 mg/kg
Diperbolehkan
yang terkandung dalam bakso yang telah diuji yaitu 1314,67 mg/kg atau
setara dengan 1,31467 mg/gr, sedangkan boraks tidak boleh digunakan dalam
tiap hari memalui jalur ingesti (dikonsumsi) yang diterima oleh responden
103
butir bakso.
Variabel gr/hari
Kelas 2 18 2 2 - - -
nilai 2 tahun untuk kelas 2, nilai 3 tahun untuk kelas 3, nilai 4 tahun untuk
kelas 4, nilai 5 tahun untuk kelas 5 dan nilai 6 tahun untuk kelas 6.
105
(RfD) untuk jalur pajanan ingesti serta slope factor (SF) dari agen risiko
harian agen risiko non karsinogenik yang tidak menimbulkan efek yang
slope factor (SF) merupakan dosis atau konsentrasi dari pajanan harian
perhitungan tingkat risiko non karsinogenik akibat pajanan dari suatu zat
untuk mengitung tingkat risiko karsinogenik akibat pajanan dari suatu zat
kimia.
Nilai referensi dosis (RfD) dari boraks yaitu 2E-1 mg/kg-day atau
2004). Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan oleh peneliti tidak
suatu zat yang tidak menimbulkan efek merugikan pada manusia dan
hewan. Menurut EPA tahun 2006, NOAEL zat kimia boraks yaitu sebesar
2. Analisis Pemajanan
atau menghitung intake (asupan) dari agen risiko yaitu boraks dalam tubuh
Tabel 5. 10Variabel Karakteristik Individu dan Pola Aktivitas dalam Perhitungan Rumus
Intake pada Siswa/i SDN Cirendeu 02 Ciputat
Kategori
Variabel
Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6
Konsentrasi
1,31467 mg/gr
Boraks (C)
Berat Badan (Wb) 28,3 kg 26,81 kg 34,40 35,57 kg 41,44 kg
108
Kategori
Variabel
Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6
Frekuensi 132
110 hari/tahun 88 hari/tahun 88 hari/tahun 88 hari/tahun
Pajanan (fE) hari/tahun
Laju Asupan (R) 113,76 gr/hari
Realtime : 2 Realtime: 3 Realtime: 4 Realtim : 5 Realtime: 6
tahun tahun tahun tahun tahun
Non Non Non Non Non
Durasi Pajanan
Karsinogen : Karsinogen : Karsinogen : Karsinogen : Karsinogen :
(Dt))
30 tahun 30 tahun 30 tahun 30 tahun 30 tahun
Karsinogen : Karsinogen : Karsinogen : Karsinogen : Karsinogen :
70 tahun 70 tahun 70 tahun 70 tahun 70 tahun
Non-Karsinogenik : 10.950
Tavg
Karsinogenik : 25.550
bersekolah di SD tersebut.
Kelas 3
0,134
Kelas 4
0,158
Kelas 5
0,169
Kelas 6
0,261
Kelas
Intake Karsinogenik Realtime (mg/kg/hari)
2
0.045
3
0.058
4
0,068
5
0,072
6
0,112
110
dibawah nilai NOAEL, yaitu < 0,113 (mg/kg/hari)-1 atau < 8,8
mg/kg/hari.
nilai intake non karsinogenik < nilai RfD yaitu < 0,2 mg/kg/hari.
Selebihnya nilai intake > nilai RfD yaitu > 0,2 mg/kg/hari.
berikut :
tahun ke 70 pada kelas 2 hingga kelas 6 > NOAEL, yaitu > 0,113
3. Karakteristik Risiko
mengetahui seberapa besar tingkat risiko atau tingkat bahaya dari risk
agent yaitu boraks yang memajan ke dalam tubuh suatu populasi terhadap
dengan nilai dosis referensi (RfD). Berikut ini merupakan rumus untuk
RQ =
bilamana nilai intake > RfD atau dinyakan RQ > 1 maka diperkirakan
(SF). Berikut ini merupakan rumus unuk menetukan Excess Cancer Risk
(ECR) :
114
ECR = I x SF
tingkat risiko dikatakan tidak aman apabila ECR > 1/10.000 sehingga
PP&PL, 2012).
Tabel 5. 15 Nilai RfD dan NOAEL dalam Perhitungan Rumus Tingkat Risiko pada
Siswa/i SDN Cirendeu 02 Ciputat
Kelas 2 0,530
Kelas 3 0,672
Kelas 4 0,791
Kelas 5 0,845
Kelas 6 1,305
115
Kelas 2 0,005
Kelas 3 0,007
Kelas 4 0,008
Kelas 5 0,008
Kelas 6 0,013
karsinogenik.
116
Mendatang
pada tiap kelas dari tahun ke-5 sampai tahun ke-30 mengalami
karsinogenik. Pada tiap kelas dari tahun ke-10 sampai tahun ke-30
Mendatang
nilai ECR pada tiap kelas dari tahun ke-10 sampai tahun ke-70
4. Manajemen Risiko
atau populasi yang berisiko terpajan oleh boraks tetap aman dari
konsumsi (R).
Kategori
Variabel
Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6
Konsentrasi Boraks
1,31467 mg/gr
(C)
Berat Badan (Wb) 28,3 kg 26,81 kg 34,40 35,57 kg 41,44 kg
Frekuensi Pajanan 110 88 88 88 132
(fE) hari/tahun hari/tahun hari/tahun hari/tahun hari/tahun
Laju Asupan (R) 113,76 gr/hari
Variabel Kategori
Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6
Durasi Pajanan (Dt)) 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun 6 tahun
Non-Karsinogenik : 10.950
Tavg
Karsinogenik : 25.550
RfD 0,2 mg/kg/hari
119
( )
non karsinogenik :
Kelas 2
2,483
Kelas 3
1,955
Kelas 4
1,663
Kelas 5
1,556
Kelas 6
1,007
kg atau lebih
( )
( )
karsinogenik :
Kelas 2
0,025
Kelas 3
0,007
Kelas 4
0,017
Kelas 5
0,016
Kelas 6 0,010
lebih.
penyakit karsinogenik.
125
karsinogenik
berikut :
( )
Kelas 2
214,815
Kelas 3
169,169
Kelas 4
143,866
Kelas 5
134,666
Kelas 6 87,161
waktu 4 tahun.
non karsinogenik.
( )
( )
hingga kelas 6 :
Kelas 2
2,205
Kelas 3
1,737
Kelas 4
1,477
Kelas 5
1,383
Kelas 6
2,850
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memaparkan estimasi risiko pajanan boraks pada siswa/i SDN
boraks
3. Penelitian ini hanya berfokus pada boraks yang memapar manusia melalui
130
131
memperhatikan zat kimia lain yang mungkin saja terdapat pada bakso ataupun
5. Pada penelitian ini perkiraan pajanan difokuskan hanya melalui pangan jajan
lingkungan sekolah.
6. Penelitian ini hanya berfokus pada pajanan populasi tidak pada pajanan
wawancara dan alat ukur kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
yaitu 10,47 tahun. Usia termuda responden yaitu 8 tahun dan usia adalah
tertua 13 tahun.
2014). Keracunan makanan berisiko pada semua golongan umur, akan tetapi
yang memiliki risiko tinggi terhadap keracucnan yaitu bayi, anak-anak dan
132
memiliki sistem daya tahan tubuh yang belum berkembang dengan baik dan
belum optimal (Lund, 2011). Anak usia sekolah dasar memiliki tingkat
kesimpulan bahwa siswa/i dalam penelitian ini yang masuk dalam kategori
anak dengan rentang usia 8-13 tahun yang berisiko terhadap penyakit non
sungai wanggu dan muara teluk kendari diketahui bahwa responden dalam
penelitian tersebut berusia 1 hingga > 60 tahun. Penelitian Alwi, dkk berbeda
dengan penelitian ini yang hanya melakukan penelitian pada siswa dengan
pada tahun 2015 berkisar 8-13. Adapun kisaran usia responden dalam
kecil berat badan maka akan semakin besar intake yang diterima oleh tubuh
karena berat badan berfungsi sebagai denominator atau pembagi dalam rumus
perhitungan intake. Begitu pula sebaliknya, semakin besar berat badan maka
kilogram (Rahman dkk, 2017). Pada berat badan normal terdapat jaringan
lemak 15-20 % dari total berat badan. Semakin besar berat badan maka
semakin banyak pula lemak yang terdapat pada tubuh. Lemak merupakan
merupakan salah satu organ yang terbesar dalam tubuh. Selain sebagai
terserap oleh usus dan liver, dengan demikian lemak dapat mencegah toksin
134
beredar terlalu banyak pada sistem peredaran darah (Karudeng, dkk. 2014).
maka akan semakin banyak pula lemak yang tersebar didalam tubuh yang
responden dalam penelitian ini memiliki berat badan dengan kisaran 19,20 kg
hingga 73,40 kg. Berat badan responden dalam penelitian Ardyani berdekatan
alat pengukur tinggi badan. Rata-rata tinggi responden yaitu 137,7 cm dengan
Masa Tubuh (IMT) untuk menentukan status gizi pada anak (Utari, 2007).
dapat dipengaruhi oleh status gizi dari seorang individu (Wirasuta, 2006).
Status gizi merupakan faktor yang tidak langsung yang mempengaruhi efek
toksik dari zat kimia dalam tubuh manusia (Hernawati, 2008). Akan tetapi
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Runia pada tahun 2008 dengan
135
hubungan antara status gizi dengan keracunan akibat zat kimia. Berdasarkan
and Human Services Agency for Toxic Substances and Disease Registry tahun
badan maupun status gizi terhadap toksisitas boraks dalam tubuh manusia,
daya tahan tubuh. Pada kondisi gizi buruk, protein tubuh jumlahnya sangat
zat kima, akan tetapi jika jumlahnya semakin menurunu dalam tubuh maka zat
kelas 2, kelas 3, kelas 4. dan kelas 5 lebih banyak siswa berjenis kelamin laki-
laki sedangkan pada kelas 6 lebih banyak siswa berjenis kelamin perempuan.
tahun 2018 lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 67,75
kelamin laki-laki.
boraks.
Tahun 2012, boraks merupakan salah satu bahan yang dilarang digunakan sebagai
bahan campuran makanan. Boraks merupakan bahan kimia berbahaya yang tidak
produk pangan (USFDA, 2019). Boraks beracun yang apabila dikonsumsi dapat
bahkan kematian (Sundarnika, etih dkk, 2016). Pemakaian borak dalam makanan
manusia. (Athaya et al, 2015). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
sekolah dasar yaitu penggunaan boraks sebagai bahan campuran pada bakso yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Santi pada tahun 2017 yang
seluruh sampel makanan yang diuji (cimol, cireng isi, bakso, dan batagor) tidak
terbalik dengan penelitian ini dimana telah ditemukan keberadaan boraks pada
Penelitian yang dilakukan oleh Rumanta dkk pada tahun 2017 dengan
menemukan pangan jajan yang mengandung boraks yaitu 1 sampel bakso dengan
konsentrasi boraks 1,700 mg/kg atau setara dengan 1,7 mg/gr boraks. Penelitian
yang dilakukan oleh Rumanta tersebut menemukan kandungan boraks pada bakso
yang lebih tinggi daripada kandungan bakso dalam penelitian ini yaitu sebesar
1,31467 mg/gr. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pang-Hung Yiu dkk
tahun 2008 di Sarawak, Malaysia dengan menguji mie kuning didapatkan hasil
mie kuning tersebut mengandung boraks dengan konsentrasi 2,034 g/gr atau
setara dengan 0,002034 mg/gr, dimana dalam penelitian Yiu,dkk kadar boraks
D. Pola Aktivitas
1. Laju Asupan
Laju asupan atau jumlah konsumsi bakso rata-rata yang diterima oleh
siswa/i yang menjadi responden dalam penelitian ini sebesar 113,67 gr/hari.
Pada studi analisis risiko kesehatan lingkungan, nilai laju asupan dapat
139
banyak bakso yang dikonsumsi maka akan semakin besar tingkat risiko yang
individu.
dalam gram setiap harinya. Dalam perhitungan nilai intake laju asupan
intake dan berbanding lurus dengan nilai intake. Semakin tinggi nilai laju
asupan maka akan memungkinkan semakin tinggi intake yang diterima oleh
2. Durasi Pajanan
dalam waktu tahun. Pada penelitian ini, diketahui bahwa nilai durasi pajanan
berbeda-beda tiap kelasnya dengan nilai durasi pajanan terendah terdapat pada
kelas 2 sebesar 2 tahun sedangkan nilai durasi pajanan tertinggi terdapat pada
semakin besar pula risiko kesehatan yang diterima akibat terjadinya pajanan
tersebut. Semakin lama seseorang terpajan maka akan semakin banyak pula
jumlah pajanan bahan kimia yang diterima oleh tubuh dari orang yang
3. Frekuensi Pajanan
diterima oleh individu dalm satuan hari pertahun. Frekuensi pajanan berupa
banyak hari dalam tahun siswa/i SDN Cirendeu 02 Ciputat yang menjadi
besarnya nilai intake atau asupan boraks dalam tubuh manusia yang akan
tersebut.
E. Analisis Pemajanan
Perhitungan nilai intake dibagi menjadi pajanan realtime dan pajanan lifetime.
Nilai intake berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi boraks, laju asupan,
frekuensi pajanan dan durasi pajanan. Apabila nilai konsentrasi, laju asupan,
frekuensi pajanan dan durasi pajanan besar, akan berpengaruh terhadap besarnya
dengan berat badan dan periode waktu rata-rata. Apabila nilai berat badan besar,
karsinogenik terbagi menjadi intake realtime dan intake lifetime. Untuk intake
realtime baik non karsinogenik ataupun karsinogenik melihat paparan yang telah
141
non kersinogenik realtime berturut-turut pada siswa kelas 2 hingga kelas 6 yaitu
Dalam penelitian ini, yang paling besar mempengaruhi nilai intake adalah laju
diketahui bahwa laju asupan pada siswa/i kelas 2 sampai dengan kelas kelas 6
yaitu 113,76 gr/hari. Adapun frekuensi pajanan pada siswa kelas 2 hingga kelas 6
dan 132 hari/tahun. Durasi pajanan realtime sesuai dengan lama keterpaparan
dalam satuan tahun yaitu 2 tahun untuk kelas 2, 3 tahun untuk kelas 3, 4 tahun
untuk kelas 4, 5 tahun untuk kelas 5, dan 6 tahun untuk kelas 6. Durasi pajanan
142
F. Karakteristik Risiko
lifetime non karsinogenik hanya pada proyeksi tahun ke 5 pada kelas 4 dan kelas
bahwa nilai tingkat risiko karsinogenik (ECR) untuk pajanan realtime dan lifetime
>1/10.000 sehingga siswa kelas 2 hingga kelas 6 sudah memiliki risiko untuk
darah turun, kerusakan ginjal, kanker, pingsan bahkan kematian. (Sultan et al,
2013). Boraks memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem
metabolisme tubuh dan berbahaya bagi kesehatan tubuh. Dalam jangka waktu
lama walaupun dalam jumlah kecil boraks dapat terakmulasi (penumpukan) pada
143
otak, hati, lemak, dan ginjal. Konsumsi boraks dapat menyebabkan demam,
ataupun penyakit karsinogenik pada pajanan realtime dan lifetime sehingga perlu
G. Manajemen Risiko
Pada studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan, apabila nilai RQ > 1 dan
ECR > 10-4 , maka perlu dilakukannya manajemen risiko. Manajemen risiko
yang dapat dilakukan diantaranya untuk keterpajanan melalui jalur ingesti yaitu
dengan menurunkan konsentrasi (C) bahan kimia boraks dan mengurangi jumlah
populasi yang berada di lingkungan tetap aman dan tidak terkena gangguan
kesehatan. Konsentrasi boraks pada bakso tergantung pada berapa banyak jumlah
boraks yang digunakan pada saat pembuatan bakso. Sedangkan jumlah konsumsi
bakso mengandung borkas tergantung dari jumlah gram perhari bakso yang
baik secara realtime maupun lifetime. Oleh karena itu perlu untuk dilakukan
upaya manajemen risiko baik untuk efek pajanan boraks non karsiogenik maupun
karsinogenik.
Pada perhitungan untuk efek non karsinogenik, diketahui bahwa pada pajanan
realtime siswa kelas 6 maupun pajanan lifetime pada kelas 2 hinga kelas 6 untuk
memiliki risiko untuk menimbulkan efek non karsinogenik. Sedangkan untuk efek
karsinogenik baik secara realtime maupun lifetime dari tahun ke 10 hingga tahun
yang berisiko yaitu pada siswa kelas 6 dimana nilai RQ pada kelas tersebut
sebesar 1,305. Adapun nilai konsentrasi aman untuk pajanan non karsinogenik
pada siswa kelas 6 yaitu sebesar 1,007 mg/gr. Untuk pajanan karsinogenik, kelas
2 hingga kelas 6 berisiko terhadap penyakit karsinogenik dengan nilai ECR >
terdapat pada kelas 3 yaitu sebesar 0,007 mg/gr. Dengan demikian, untuk
melindungi siswa kelas 2 hingga kelas 6 dari risiko non karsinogenik dan risiko
145
mg/gr.
mg/gr atau mengganti boraks dengan bahan pengawet lainnya yang tidak
risiko untuk jalur pajanan ingesti dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah
gram perhari. Jumlah konsumsi aman untuk efek non karsinogenik pada kelas 6
aman yang terkecil yaitu pada kelas 5 sebesar 1,383 gr/hari. Dengan demikian
upaya manajemen risiko dapat dilakukan agar populasi berisiko aman dari
asupan atau banyaknya jumlah konsumsi menjadi 1,383 gr/hari. Akan tetapi 1
butir bakso saja memiliki berat 37,92 gr, sehingga apalabila ingin dilakukan
dilakukan karena sulitnya dilakukan kontrol terhadap tiap siswa/i untuk tidak
konsentrasi boraks yang terkandung dalam bakso yang dikonsumsi oleh siswa/I
SDN Cirendeu 02 Ciputat atau mengganti boraks dengan bahan lainnya dalam
pembuatan bakso.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012, boraks
pada maknanan yang dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan baik akut
maupun kronik yang berbahaya bagi manusia. Penelitian Fatimah dan Yunita
pada tahun 2018 memaparkan bahwa boraks merupakan bahan kimia berbahaya
mengandung boraks dapat menyebabkan gangguan otak, hati, ginjal, dan dalam
ginjal, pingsan, dan kematian. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan oleh athaya pada tahun 2015 yang menyatakan pemakaian boraks
sebagai pengawet dan pengenyal dengan bahan lainnya yang lebih aman bagi
tubuh.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati dkk pada tahun 2016
dipaparkan bahwa sari wortel dan tepung rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai
bahan alami untuk meningkatkan daya tahan dan kekenyalan pada bakso.
Pemanfaatan sari wortel dan tepung rumput laut dapat digunakan untuk
seperti boraks. Sari wortel merupakan pengawet alami yang proses penyiapannya
mudah untuk dilakukan. Dalam sari wortel terkandung betakaroten yang tinggi
persiapan sari wortel yaitu memblender wortel lalu diperas, kemudian ekstrak dari
Rumput laut dapat digunakan sebagai pengenyal alami karena rumput laut
dan penstabil yang dapat digunakan sebagai pengenyal dengan dosis 1-2% dari
berat adonan. Pengenyal alami ini sangat mudah ditemukan dalam bentuk tepung
148
rumput laut ataupun tepung agar-agar dengan berbagai merek. Membuat tepung
1. Merendam rumput laut dalam air tawar selama 12-24 jam, kemudian bilas
2. Rebus rumput laut dengan perbandingan rumput laut dengan air (1:15), pada
3. Rumput yang sudah lunak dihancurkan dengan blender dan ditambahkan air
panas dengan suhu 90oC, kemudian disaring denga kain kasa halus.
5. Endapan bercampur alkohol disaring dengan kain kasa, sedangkan filtrat yang
selama 3-4 hari hingga menjadi tepung yang dapat digunakan dalam
pembuatan bakso.
Apabila dirasa sulit untuk membuat tepung rumput laut, tepung tersebut juga
tersedia dipasaran dalam berbagai merek yang bisa digunakan langsung dalam
menghasilkan produk bakso yang aman dan sehat. Dalam pembuatan bakso
149
menghasilkan daya simpan terendah bakso yaitu selama 1 hari pada suhu ruangan
34ºC sedangkan daya simpan tertinggi yaitu selama 18 hari dengan suhu kulkas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska, dkk pada tahun 2014
mengenai pemanfaatan jus wortel dalam pembuatan bakso, didapatkan hasil daya
simpan bakso yang dibuat menggunakan ekstrak wortel paling rendah yaitu 5 hari
sedangkan daya simpan bakso paling tingi yaitu 7 hari dengan pemberian ekstrak
rumput laut. Rumput laut bermanfaat untuk memperbaiki tesktur bakso yaitu
akan menyebabkan bakso lebih lunak dan tidak kenyal. Untuk pembuatan 1 kg
rumput laut menjadi tepung rumput laut atau memblender rumput laut selama 3
menit sebelum digunakan dalam pembuatan bakso (Ambarwati, dkk. 2016 dan
150
bakso dapat dipilih sesuai dengan kepraktisan serta sisi ekonomisnya. Dalam
dapat dilakukan dengan membawa bekal masing-masing dari rumah yang lebih
kepada orang tua siswa untuk menyediakan bekal bagi anaknya, selain itu sekolah
juga berperan dalam menyediakan pangan jajan sehat disekitar sekolah yang
pemberian izin terhadap pangan jajan yang aman dan sehat untuk dijajakan
disekolah.
proses, cara, tindakan, maupun kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif
151
untuk menghasilkan hasil yang lebih baik. Pembinaan dapat dilakukan terhadap
pedagang tentang bagaimana cara pembuatan bakso yang baik dan sehat baik
salah satunya yaitu penggunaan ekstrak wortel dan tepung rumput laut sebagai
akan dijajakannya. Pembinaan tersebut dapat dilakukan oleh berbagai pihak yang
berwenang seperti Dinas Kesehatan, LSM, BPOM, ataupun berbagai pihak dari
Sekolah Dasar yang bersangkutan. Selain itu lembaga terkait harus melakukan
digunakan dalam makanan yang diatur dalam Permenkes RI No,033 tahun 2012
boraks tersebut.
Pada dasarnya bahan pembuatan bakso seperti daging ikan, tepung, dan
bumbu halal untuk dikonsumsi, akan tetapi dalam proses pembuatan ikan menjadi
standar kesehatan bagi manusia sehingga produk olahan tersebut halal dan thayyib
152
Allah SWT mengharamkan segala sesuatu yang buruk bagi umatnya, dalam
makanan yang berbahaya bagi tubuh hukumnya adalah haram karena dapat
berdampak buruk bagi manusia. Hal ini didasarkan kepada firman Allah SWT,
Artinya :
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-
Nya.
memerintahkan kita untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan baik bagi
tubuh.
keuntungan penjual, namun hal ini tidak dibenarkan karena mengandung unsur
penipuan.
Dalam hal ini penggunaan boraks pada makanan merupakan suatu bentuk
upaya pengelolaan makanan yang buruk yang dapat berdampak bagi kesehatan
bagi manusia sehingga dapat dikatakan haram untuk dilakukan dan merupakan
Allah memerintahkan umatnya untuk makan makanan yang halal dan baik
Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
makanan hingga proses pembuatan makanan. Dalam hal ini sebagai umat
tetapi baik agar tidak membahayakan tubuh kita sehingga kita tetap sehat.
Makanan yang baik tidak mengandung berbagai zat kimia yang berbahaya
155
kesehatan tubuh.
BAB VII
A. Kesimpulan
rata-rata tinggi badan responden yaitu sebesar 137,7 cm, dan rata-rata
3. Durasi pajanan untuk pajanan realtime yaitu pada kelas 2 selama 2 tahun,
156
157
mg/kg/hari, dan 0,112. Intake boraks non karsinogenik pada siswa yang
siswa yang menjadi responden secara lifetime pada kelas 2 hingga kelas 6
nilai ECR > 1/10.000 yaitu berturut-turut sebesar 0,005, 0,007, 0,008,
dengan pemanfaatan ekstrak wortel dan olahan rumput laut yang memiliki
B. Saran
lingkungan sekolah
siswa/i di sekolah
Daftar Pustaka
Agency for Toxic Substances & Disease Regist (ATSDR). 2015. Toxic Substances
https://www.atsdr.cdc.gov/phs/phs.asp?id=451&tid=80
Alwi, dkk. 2015. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Akibat Pajanan Timbal (Pb)
Ambarwati, Retno dan Kristanti. 2016. Pemanfaatan Sari Wortel dan Tepung Rumput
Laut sebagai Bahan Alami untuk Meningkat Daya Tahan dan Kekenyalan
Ambarwati, Retno, dkk. 2016. Pemanfaatan Sari Wortel dan Tepung Rumput Laut
Ardyani, Gita. 2010. Analisis Risiko Kesehatan Anak Sekolah Dasar Akibat
Athaya ,Rana Zara et al. 2015. Identifikasi Boraks pada Cincau Hitam yang
ATSDR : U.S. Department Of Health And Human Services Public Health Service.
2010. Toxicological Profile for Boron [Online], [Diakses pada 06 Mei 2019].
ATSDR. 2015. Public Health Statement : Boron [Online], [Diakses pada 14 Maret
Human Health
BBP4BKP. 2011. Test Kit Antirax untuk Menugji Residu Boraks pada Produk
Perikanan
Boraks Pada Pedagang Bakso di Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Tesis.
dan Makanan.
162
-. 2011. Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan
-. 2013. Pedoman Pangan Jajan Anak Sekolah untuk Pencapaian Gizi Seimbang.
Cahyadi. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan Edisi 2.
Daud dan Dullah, 2014. Perspektif Analisis Risiko Lingkungan dan Kesehatan.
Lingkungan (ARKL)
Eka, Reysa. 2013. Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya. Jakarta : Titik Media
Publisher
Environmental Protection Agency (EPA). 2015. Survey of Boric Acid and Sodium
Consumer Products.
ET Group Biz. 2019. Test Kit Boraks. [Online], [Diakses pada 28 Met 2019]. Akses
dari http://www.testkitshop.com/2018/09/test-kit-borax-tes-uji-cepat-
boraks.html
Fadilah, Ratnawati. 2017. Bahan Tambahan Pangan. Bahan Ajar. Universitas Negeri
Makassar.
Febri, Eulalia Puji. 2007. Analisis Boraks dalam Legendar yang Beredar di Kota
Pengetahuan dalam Pemilihan Jajanan pada Anak Usia Sekolah 7-9 Tahun
Frank. 1995. Toksikologi Dasar (Azas, Organ Sasaran dan Penilaian Risiko).
Fransiska, dkk. 2014. Pemanfaatan Jus Wortel (Daucus carota) dalam Pembuatan
Hapsari, Novilia Indri. 2008. Prancangan Pabrik Asam Borat dari Boraks dan Asam
Sulfat dengan Proses Asidifikasi Kapasitas 21.500 Ton Per Tahun. Tugas
Surakarta.
Haq, Misyka Nadratul. 2014. Analisis Faktor Risiko Pencemaran Bahan Toksik
Hartati, Fadjar Kurnia. 2017. Analisis Boraks Secara Cepat, Mudah dan Murah pada
Kerupuk : Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri Vol. 2 No , Juli 2017
Salamadani.
; CASR 7440-42-8
Julaeha, Leha, dkk. 2016. Penerapan Pengetahuan Bahan Tambahan Pangan pada
No 1, April 2016.
Junianto, C. 2013. Analisis Boraks pada Bakso Daging Sapi Adan B yang Dijual di
Karudeng, Ronny, dkk. 2014. Jaringan Lemak Putih dan Jaringan Lemak Coklat :
Aspek Histofisiologis
KBBI. 2019. Artika Kata Pembinaan. [Online], [Diakses pada 20 September 2019].
Kresnadipayana, dian dan Dwi Lestari. 2017. Penentuan Kadar Boraks Pada Kurma
MA, J. 2009. Boric Acid and Borax in Food : Centre for Food Safety.
Majelasi Ulama Indonesia (MUI). 2012. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 43
Mt. Hough Ranger District, Plumas National Forest Plumas Country, California.
Muharrami, Laila Khamsatul. 2015. Jurnal Pena Sains Vol : Analisis Kualitatif
Nasution, A. 2009. Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah Tentang Gizi dan
Pertanian, Bogor .
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/16211214#section=Information-
Sources
National Center for Biotechnology Information (NCBI). 2019. Borax Glass [Online],
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/10219853#section=Top
National Pesticide Information Center (NPIC). 2012. Boric Acid Technical Fact
http://npic.orst.edu/factsheets/archive/borictech.html
Natipulu, Linda Hernike dan Hafizhatul Abadi. 2018. Analisis Zat Berbahaya Boraks
dan Rhodamin B pada Jajanan Bakso Bakar yang dijual di Beberapa Sekolah
Kesehatan Anak.
Infectious Disease
Padmaningrum dan Marwati. 2013. Tester Kit untuk Uji Boraks dalam Makanan. Hal
25
Pane, Imee Syorayah,. Et al. 2012. Analisis Kandungan Boraks pada Roti Tawar
yang Bermerek dan Tidak Bermerek yang di Jual di Kelurahan Padang Bulan
PIC Coporation 1101 W. Elizabeth Ave Linden. 2008. Zone Defense : PIC Boric
Acid Roach and Ant Killer (Insecticide). [Online], [Diakses pada 14 Mei
http://www.biconet.com/crawlers/infosheets/PICBoricAcidMSDS.pdf
169
Pramutia Sultan, et al. 2013. Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks pada Jajanan
PT. Purnama Laboratory.Rapid Test Kit For Food Safety and Laboratory Equipment
: Boraks Test Kit.
Puspitasari, Desi. 2008. Kajian Substitusi Tapioka dengan Rumput Laut (Eucheuma
Pertanian.
Putra, Andika Eka. 2009. Gambaran Kebiasaan Jajanan Siswa di Sekolah : Studi di
[Online], [Diakses pada7 Desember 2018]. Akses dari Wold Wide Web
:https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/11/12/mw40nt-16-
siswa-sd-di-bangka-keracunan-jajanan
Rahman, Fadlur. Dkk. 2017. Analisa Metode Pengukuran Berat Badan Manusia
Rumanta, Maman, dkk. 2016. Analisis Kandungan Boraks pada Makanan :Studi
Rumanta, Maman, et al. 2016. Studi Kandungan Boraks pada Makanan : Studi Kasus
Rusli. 2009. Penerapan Kadar Boraks pada Mie Basah yang Beredar di Pasar
Sajiman et al. 2015. Kajian Bahan Berbahaya Formalin, Boraks, Rhodamin B, dan
PGSD ISSN : 2579 – 76151 Volume 1 No.1 Mei 2017. Hal 57-59
Santi, Apri Utami Parta. 2017. Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks pada
Santika. 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Umur terhadap Daya
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Tahun 2014 :
Sari, Harni Ayu, dkk. 2015. Karakteristik Kimia Bakso Sapi (Kajian Proporsi
Tepung Tapioka: Tepung Porang Dan Penambahan NaCl). Jurnal Pangan dan
Sari, Mustika Himata. 2017. Pengetahuan dan Sikap Keamanan Pangan dengan
:https://ec.europa.eu/health/scientific_committees/consumer_safety/docs/sccs
_o_027.pdf
172
See, Ang Swi. 2010. American Journal Applied Sciences 7 : Risk and Health Effect of
Boric Acid
Sudarnika, Etih, dkk. 2016. Penambahan Boraks dalam Bakso dan Faktor Pendorong
Suhanda, R. 2012. Higiene Sanitasi Pengolahan dan Analisa Boraks pada Bubur
:https://www.liputan6.com/news/read/2464343/kilas-indonesia-puluhan-
siswa-sd-keracunan-hidangan-pesta-sunat
Thisle, Harold. 2016. Human Health and Ecological Risk Assessment Final Report.
Tiven, Nafly Comilo et al. 2007.Komposisi Kimia, Sifat Fisik dan Organoleptik
Tubagus, Indra et al. 2013. Identifikasi dan Penetapan Kadar Boraks dalam Jajanan
https://tools.nieh.nih.gov/cebs3/ntpviews/index.cfm?action=testarticle.propert
ies&cas_number=10043-35-3
U.S. National Library of Medicine. 2010. Boron Compunds. [Online]. [Diakses pada
bin/sis/search/a?dbs+hsdb:@term+@DOCNO+7346
United States Food and Drug Administration (USFDA). 2019. Food additives status
https://www.fda.gov/food/food-additives-petitions/food-additive-status-list.
Utari, Agustini. 2007. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tingkat Keegaran
Jasmani pada Anak Usia 12-14 Tahun. Tesis. Program Pendididkan Dokter
Wariyah, Chatarina,. dkk. (2013). Penggunaan Pengawet dan Pemanis Buatan pada
WHO, 2015. Penyakit Akibat Keracunan Makanan [Online]. [Diakses pada 3 Mei
http://www.searo.who.int/indonesia/publications/foodborne_illnesses-
id_03272015.pdf
WHO. 2017. Food Safety [Online]. [Diakses pada 31 Maret 2019]. Akses dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/food-safety
and Management.
Widayat, Dandik . 2011. Uji Kandungan Boraks pada Bakso (Studi pada Warung
Universitas Udayana.
Yiu, Pang-Hung, dkk. 2008. Boric Acid Levels in Fresh Noodles and Fish Ball :
Yulianto, D. (2013). Analisis Boraks dalam Sampel Bakso Sapi I, II, III, IV, V, VI,
VII, dan VIII yang Beredar di Pasar Soponyono dan Pasar Jagir.
Yulizar.2015. Kandungan Bahan Berbahaya pada Kuliner Mie Aceh dan Dampaknya
LAMPIRAN
177
LAMPIRAN 1
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Saya Husnia Zuhra, Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan
penelitian untuk tugas akhir tentang “Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Pajanan Boraks Pada Siswa yang Mengkonsumsi Bakso di SDN Cirendeu 02
Ciputat”.
Pada penelitian ini saya mengharapkan Anda bersedia menjadi responden, dan
bersedia untuk diwawancarai dengan menjawab semua pertanyaan yang ada dalam
kuesioner ini. Penelitian yang saya lakukan tidak akan membahayakan bagi Anda
serta informasi yang diberikan oleh Anda akan dijaga kerahasiaannya. Jika Anda
bersedia atau setuju, saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang
telah disediakan.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden, saya ucapkan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 2019
Responden
( )
178
KUESIONER
LAMPIRAN 2
Dokumentasi Kegiatan
LAMPIRAN 3
182
183
184
LAMPIRAN 4
185
LAMPIRAN 5
186
LAMPIRAN 6