Skripsi
Oleh :
RINA KUSUMAWATI
NIM : 106101003296
JAKARTA
2010/ 1431 H
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Rina Kusumawati
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi Dengan Status Gizi Siswa Kelas Dua
SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2010
ABSTRAK
Status gizi merupakan faktor yang dapat menentukan kualitas sumber daya
manusia. Faktor yang berhubungan dengan status gizi antara lain status kesehatan dan
tingkat konsumsi zat gizi. Karies gigi merupakan penyakit yang dapat menggangu
kondisi gizi anak sehingga dapat menimbulkan masalah gizi. Tingkat konsumsi zat
gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak tidak hanya berhubungan dengan status
gizi tetapi juga dapat berhubungan dengan tingkat keparahan karies gigi. Penelitian
dilakukan untuk membuktikan hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan status
gizi siswa kelas dua serta faktor pengganggu di antara kedua variabel tersebut di SDN
01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2010. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 50 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan 66% siswa kelas dua di SDN 01 Ciangsana
memiliki status gizi kategori kurus dan 74% siswa kelas dua di SDN 01 Ciangsana
memiliki tingkat keparahan karies gigi yang tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh bahwa tingkat keparahan karies gigi dan tingkat konsumsi karbohidrat
berhubungan dengan status gizi siswa kelas dua (Pvalue < 0,05). Sedangkan tingkat
konsumsi protein dan lemak tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan
status gizi siswa kelas dua.
Berdasarkan hasil uji multivariat diperoleh bahwa tingkat konsumsi karbohidrat
merupakan faktor confounding antara hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan
status gizi siswa kelas dua. Dengan demikian dapat disarankan kepada pemerintah
agar lebih meningkatkan efektivitas program Usaha Kesehatan Gigi Anak Sekolah
(UKGS). Kepada pihak sekolah diharapkan dapat meningkatkan peran serta kantin
sekolah dalam penyediaan makanan yang bergizi serta meningkatkan keterlibatan
para guru dalam memberikan informasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan meneliti variabel yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
ii
SYARIEF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
ABSTRACT
Nutritional status is a factor that can determine the quality of human resources.
Factors associated with nutritional status among other health status and level of
consumption of nutrients. Dental caries is a disease that may affect the nutritional
condition of the child so that it can cause nutritional problems. Consumption levels of
nutrients such as carbohydrates, proteins and fats are not only related to nutritional
status but also may be associated with the severity of dental caries. The study was
conducted to prove the severity of dental caries relationship with nutritional status of
second-class students as well as confounding factors between the two variables on the
SDN 01 Ciangsana, Ciangsana Village, Bogor Regency Year 2010. The sample used
in this study amounted to 50 people.
The results of this study showed 66% students at SDN 01 Ciangsana have the
nutritional status of underweight category and 74% students at SDN 01 Ciangsana
have the severity of dental caries is high. Based on the results of statistical tests found
that the severity of dental caries and level of carbohydrate intake associated with
nutritional status of students in grade two (Pvalue <0.05). While the level of
consumption of protein and fat do not have a meaningful relationship with nutritional
status of students in grade two.
Based on the multivariate test results obtained that the level of carbohydrate
consumption is a factor confounding the relationship between the severity of dental
caries with the nutritional status of students in grade two. Thus it can be
recommended to the government to further improve the effectiveness of programs
Business Schools Children's Dental Health (UKGS). The school is expected to
increase participation in the school canteen provision of nutritious foods and to
increase the involvement of teachers in providing information about the behavior of
clean and healthy. For further research is expected to examine the variables that are
not examined in this study.
References : 58 (1989-2009)
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Mengetahui
iv
v
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Identitas Diri
Agama : Islam
Email : rina.unique21@gmail.com
Pendidikan Formal
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta yang
kekal dan abadi. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
Keparahan Karies Gigi Dengan Status Gizi Siswa Kelas Dua SDN 01 Ciangsana
Desa Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2010” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi, hubungan tingkat keparahan karies
gigi dengan status gizi dan faktor confounding yang berisiko mengganggu hubungan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, yaitu Bapak Dr. Yuli Prapanca
Satar, MARS.
2. Bapak kepala sekolah SDN 01 Ciangsana yang telah bersedia memberi izin
3. Pembimbing I fakultas, yaitu Ibu Raihana Nadra Alkaff, MMA yang telah
vii
6. Ibuku tercinta atas segala doa, perjuangan, pengorbanan serta dukungan moril
9. Seluruh dosen dan civitas akademik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
10. Sahabat-sahabatku yang tergabung dalam kejora yaitu Puput, Nita, Emi,
Budes, Neisya, Papau, Lesy, Eka, dan Ana yang selalu memberikan semangat
Pada akhirnya penyusun bersyukur kepada Allah SWT semoga skripsi ini
dapat bemanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa penyusun mengharapkam kritik
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………... i
ABSTRAK………………………………………………………………….......... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………........... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….......... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian…………………………………………………………. 7
1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………………... 8
1.4.1 Tujuan Umum…………………………………………………………... 8
1.4.2Tujuan Khusus…………………………………………………………... 8
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 10
1.5.1 Bagi Sekolah .................................................................................................... 10
1.5.2 Bagi Pemerintah ............................................................................................... 10
1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan ................................................................................. 11
1.5.4 Bagi Peneliti ..................................................................................................... 11
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………........... 13
2.1 Status Gizi ................................................................................................................. 13
ix
2.1.1 Pengertian Status Gizi………………………………………………….. 13
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi ……………….. 14
2.1.3 Penilaian Status Gizi…………………………………………………… 27
2.1.4 Status Gizi Anak……………………………………………………….. 31
2.2 Karies Gigi ................................................................................................................ 33
2.2.1 Definisi Karies Gigi ......................................................................................... 33
2.2.2 Faktor Karies Gigi……………………………………………………… 34
2.2.3 Proses Terjadinya Karies Gigi ......................................................................... 41
2.2.4 Pengaruh Karies Terhadap Status Gizi ............................................................ 42
2.2.5 Pengukuran Karies Gigi Susu .......................................................................... 46
2.3 Anak Sekolah Dasar .................................................................................................. 48
2.3.1 Pengertian dan Karakterisitik ........................................................................... 48
2.3.2 Keadaan Gizi Anak Sekolah ............................................................................ 48
2.4 Kerangka Teori .......................................................................................................... 51
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS .................................................................................................................... 52
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................................... 52
3.2 DefinisiOperasional ................................................................................................... 53
3.3 Hipotesis .................................................................................................................... 55
BAB IV METODELOGI PENELITIAN .................................................................... 56
4.1 Jenis Penelitian .......................................................................................................... 56
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 56
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................................. 56
4.3.1 Populasi ............................................................................................................ 56
4.3.2 Sampel .............................................................................................................. 57
4.4 Metode Pengumpulan Data…………………………………………………... 58
4.4.1 Data Primer....................................................................................................... 58
4.4.2 Data Sekunder………………………………………………………….. 60
4.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……………………………………….. 60
4.5.1 Teknik Pengolahan Data……………………………………………….. 60
x
6.3 Tingkat Keparahan Karies Gigi dan Hubungan Dengan Status Gizi ........................ 87
6.4 Tingkat Konsumsi Karbohidrat dan Hubungan Dengan Status Gizi......................... 90
6.5 Tingkat Konsumsi Protein dan Hubungan Dengan Status Gizi ................................ 94
6.6 Tingkat Konsumsi Lemak dan Hubungan Dengan Status Gizi ................................. 97
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 101
7.1 Simpulan ................................................................................................................... 101
7.2 Saran ......................................................................................................................... 102
7.2.1 Bagi Pemerintah .............................................................................................. 102
7.2.2 Bagi Sekolah.................................................................................................... 103
7.2.3 Bagi Siswa dan Ibu .......................................................................................... 104
7.2.4 Bagi Peneliti Lainnya ...................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR BAGAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
gizi masyarakat yang digambarkan dengan status gizi anak balita, anak
sekolah, ibu hamil dan kelompok rawan gizi lainnya merupakan salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk menilai kualitas sumber daya manusia
Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak
yang berada pada masa ini berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun yang
mempunyai sifat lebih kuat, sifat individual, aktif dan tidak bergantung
dengan orang tua (Moehji, 2003). Kebutuhan gizi anak sekolah dasar dapat
mempengaruhi status gizi. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi harus
memenuhi gizi yang baik agar mencapai status gizi yang optimal (Almatsier,
2002). Menurut Suhardjo (1989), status gizi dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu konsumsi makanan, penyakit infeksi, pendidikan ibu dan status
pekerjaan ibu.
1
2
anak usia sekolah kategori kurus tertinggi berada di Nusa Tenggara Timur
sebesar 23,1% pada anak laki-laki dan 19,1% pada anak perempuan.
pada anak laki-laki dan 6,9% pada anak perempuan. Sedangkan, prevalensi
anak usia sekolah kategori kurus pada anak laki-laki di provinsi Jawa Barat
sebesar 10,9% dan pada anak perempuan sebesar 8,3%. Angka prevalensi
kategori kurus di Jawa Barat lebih rendah dari angka nasional yaitu 13,3%
struktur fisik dan tingkat pertumbuhan sel otak semasa dalam kandungan.
Sedangkan, faktor eksternal antara lain kualitas gizi yang diterima anak dan
status kesehatan yaitu ada tidaknya penyakit yang diderita seperti karies gigi,
sistem budaya yang digunakan dalam proses merawat serta tingkat ekonomi
Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang diderita sekitar 90%
oleh anak-anak (Damanik, 2009). Karies gigi menjadi masalah kesehatan yang
penting karena kelainan pada gigi ini dapat menyerang siapa saja tanpa
memandang usia dan jika dibiarkan berlanjut akan merupakan sumber fokal
infeksi dalam mulut sehingga menyebabkan keluhan rasa sakit. Kondisi ini
gangguan pertumbuhan yang akan mempengaruhi status gizi anak dan dapat
gigi yang terjadi pada anak akan mengakibatkan munculnya rasa sakit
sehingga anak menjadi malas makan dan juga dapat menyebabkan tulang di
sekitar gigi menjadi terinfeksi. Apabila terjadi kerusakan pada tahap yang
berat atau sudah terjadi abses, maka gigi dapat tanggal. Anak yang kehilangan
beberapa giginya tidak dapat makan dengan baik kecuali makanan yang lunak.
Seseorang dengan alat pengunyahan yang tidak baik akan memilih makanan
pencernaan makanan. Oleh karena itu, karies gigi pada akhirnya dapat
termasuk jenis gigi bercampur antara gigi susu dan gigi permanen, sehingga
rentan mengalami karies gigi. Anak kelas dua sekolah dasar yang mempunyai
usia rata-rata 8 tahun merupakan salah satu kelompok usia yang kritis untuk
terkena karies gigi karena mengalami transisi pergantian gigi susu ke gigi
berbicara dan pertumbuhan rahang yang baik. Morfologi gigi susu lebih
dalam pertumbuhan rahang maupun posisi gigi tetap (Haryani, et al, 2002).
menjadi tidak sarapan, makan siang di luar rumah, tidak teratur dan tidak
memenuhi kebutuhan zat gizi. Hal ini akan mempengaruhi nafsu makan anak
dari Pelita III ke Pelita IV yaitu dari 73% menjadi 73,20%, hal yang sama
terjadi di pedesaan yaitu dari 67,23% menjadi 71% dengan indeks angka rata-
5
rata gigi yang terkena karies per anak dari 2,06 gigi menjadi 2,50 gigi (Ilyas,
2000). Karies gigi juga merupakan penyakit yang banyak diderita oleh anak-
anak. Hasil survei provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat pada tahun 1994/1995
menunjukkan bahwa hanya 14% anak usia di bawah 10 tahun yang bebas
karies gigi (Depkes RI, 2001). Data tersebut diperkuat pula oleh data dari
tahun 2004, prevalensi karies gigi pada anak sekolah dasar sebesar 56,2%.
Prevalensi karies gigi ini jauh di atas standar yang ditetapkan Depkes RI yaitu
tahun 2009, dari 265 siswa SD kelas dua di Kota Bandung didapatkan
desa ciangsana tidak menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia. Hal ini
lebih banyak mengkonsumsi makanan jajanan antara lain ice cream, es sirup,
kue-kue, coklat, permen, somay dan bakso yang berada di sekitar lingkungan
sekolah. Di dalam makanan tersebut terdapat beberapa zat gizi yang dapat
masalah kesehatan yang banyak dialami oleh anak-anak yaitu sekitar 71,64%
wilayah Desa Ciangsana Kabupaten Bogor yang mempunyai siswa kelas dua
peneliti, didapatkan bahwa 80% siswa kelas dua di sekolah tersebut menderita
karies gigi susu. Sedangkan untuk pengukuran status gizi didapatkan hasil
bahwa 80% siswa kategori kurus dan 20% siswa kategori normal.
penelitian terhadap hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi
siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun
2010.
Jawa Barat mempunyai prevalensi anak usia sekolah kategori kurus pada anak
laki-laki sebesar 10,9% dan pada anak perempuan sebesar 8,3%. Prevalensi
kategori kurus tersebut lebih rendah dari angka nasional yaitu 13,3% pada
anak laki-laki dan 10,9% pada anak perempuan. Status gizi dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain penyakit yang diderita. Karies gigi merupakan
salah satu penyakit yang sekitar 90% diderita oleh anak-anak. Karies gigi
didapatkan bahwa 80% siswa kelas dua di sekolah tersebut menderita karies
gigi susu. Sedangkan untuk pengukuran status gizi didapatkan hasil bahwa
80% siswa kategori kurus dan 20% siswa kategori normal. Berdasarkan uraian
tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi siswa kelas dua SDN 01
1.3.2 Bagaimana gambaran status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana
1.3.3 Bagaimana gambaran tingkat keparahan karies gigi siswa kelas dua
tahun 2010 ?
1.3.5 Apakah ada hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi
tahun 2010 ?
8
1.3.6 Apakah ada hubungan tingkat konsumsi karbohidrat dengan status gizi
tahun 2010 ?
1.3.7 Apakah ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan status gizi
tahun 2010 ?
1.3.8 Apakah ada hubungan tingkat konsumsi lemak dengan status gizi
tahun 2010 ?
1.3.9 Apakah ada hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah meliputi manfaat
tahun 2010.
Penelitian ini dilakukan pada bulan mei sampai desember tahun 2010. Objek
dalam penelitian tersebut adalah ibu dan siswa kelas dua sekolah dasar.
keparahan karies gigi dengan status gizi pada siswa kelas dua sekolah dasar.
pemeriksaan karies gigi, formulir recall 2x24 jam dan data sekunder.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama. Makanan yang
indeks yang statis dan agregatif sifatnya kurang peka untuk melihat
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh
13
14
(Almatsier, 2002).
yang diterima anak, status kesehatan yaitu ada tidaknya penyakit yang
diderita anak seperti karies gigi, pola asuh, sistem budaya yang
(Junaidi, 2004).
a. Konsumsi Makanan
semakin baik konsumsi zat gizi maka status gizinya pun semakin
baik.
Tabel 2.1
Klasifikasi Tingkat Konsumsi Zat Gizi
Prosentase Pencapaian Konsumsi
Kategori
Zat Gizi
100 % AKG Baik
80-90 % AKG Sedang
70-80 % AKG Kurang
< 70 % AKG Defisit
(Almatsier, 2002).
Mudanijah, 2004).
(Almatsier, 2002).
zat pembangun.
(Suryani, 2002).
(Almatsier, 2002).
(Almatsier, 2002).
b. Penyakit Infeksi
(Suhardjo, 1989).
c. Pendidikan Ibu
atau kelompok tertentu. Ada beberapa cara dalam menilai status gizi
saja dan cukup teliti. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak
(Supariasa, 2001).
a. Pengukuran Antropometri
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB memiliki
(Supariasa, 2001).
30
2001).
ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain
yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur
(Depkes, 2004).
32
NIS NMBR
Skor Baku Rujukan
NSBR
Tabel 2.2
Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standar
Baku Antropometri WHO-NCHS
Tabel 2.2
Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standar
Baku Antropometri WHO-NCHS
Karies gigi berasal dari bahasa latin yang artinya lubang gigi
dan ditandai oleh rusaknya email dan dentin secara progresif yang
karena empat faktor yaitu host yang meliputi gigi dan saliva,
bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang
anak maupun dewasa baik pada gigi susu maupun gigi permanen.
dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi pergantian gigi susu ke gigi
permanen. Suatu hasil survei status karies gigi Pelita III dan IV di
kelamin, ras dan keturunan) dan faktor di luar lingkungan mulut (fisik,
2) Mikroorganisme
dari mikroorganisme (70 %) dan bahan antar sel (30 %). Plak
4) Waktu
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Ras
4) Keturunan
1992).
ekonomi tinggi.
7) Tingkat pendidikan
sebesar 63%.
kesehatan gigi
laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan
(Schuurs, 1993).
42
dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang
dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan
menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak
gigi, lidah dan saliva. Gigi berperan untuk mencerna makanan seperti
internal berupa struktur fisik dan tingkat pertumbuhan sel otak semasa
yang diterima anak dan status kesehatan yaitu ada tidaknya penyakit
yang diderita seperti karies gigi, sistem budaya yang digunakan dalam
proses merawat serta tingkat ekonomi dan sosial (Nurdadi, 2000 dalam
Junaidi, 2004).
kelainan pada gigi ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang
usia dan jika dibiarkan berlanjut akan merupakan sumber fokal infeksi
giginya termasuk jenis gigi bercampur antara gigi susu dan gigi
44
satu kelompok usia yang kritis untuk terkena karies gigi karena
adanya kelainan pada gigi geligi dan rongga mulut seperti karies gigi,
pula oleh Hidayanti (2005), karies gigi yang terjadi pada anak akan
terinfeksi. Apabila terjadi kerusakan pada tahap yang berat atau sudah
45
terjadi abses, maka gigi dapat tanggal. Anak yang kehilangan beberapa
giginya tidak dapat makan dengan baik kecuali makanan yang lunak.
makanan. Oleh karena itu, karies gigi pada akhirnya dapat menggangu
parit kecil yang cukup dalam sehingga permukaan sikat gigi tidak
maka akan timbul rasa nyeri terutama jika terkena rangsangan dingin
pemilihan jenis dan bentuk makanan yang akan dikonsumsi agar tidak
indeks karies gigi. Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan
jumlah gigi karies anak atau sekelompok anak. Indeks def-t adalah
yang terlihat pada gigi susu dalam rongga mulut dengan menghitung
jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal (d), ditambah jumlah
gigi karies yang tidak dapat ditambal atau dicabut (e) dan jumlah gigi
derajat interval yang dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3
Klasifikasi Intensitas Karies Gigi Menurut WHO
tahun, memiliki fisik lebih kuat, mempunyai sifat individual serta aktif
dan tidak bergantung pada orang tua. Kebutuhan gizi anak sebagian
secepat bayi, gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen atau
(Moehji, 2003).
gangguan kurang gizi baik dalam bentuk ringan maupun dalam bentuk
agak berat (Moehji, 2003). Anak sekolah dasar merupakan salah satu
kelompok rentan gizi selain bayi (0-1 tahun), balita (1-5 tahun), remaja
2000).
zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaitan erat
dalam waktu lama. Keadaan ini akan lebih cepat terjadi jika anak
gizi tersebut, terdapat pula masalah gizi lain yang terjadi pada anak,
yaitu anemia defisiensi besi, karies gigi, pica, alergi dan penyakit
sebagai berikut :
Bagan 2.1
Kerangka Teori
STATUS GIZI
POLA KONSUMSI
KARAKTERISTIK MULUT :
Host (gigi)
Mikroorganisme
KARIES GIGI
Substrat makanan
Waktu
status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten
Variabel penelitian ini terdiri atas variabel dependen yaitu status gizi,
tingkat konsumsi lemak. Variabel pendidikan ibu dan pekerjaan ibu tidak diteliti
karena bersifat homogen. Berdasarkan kerangka teori yang ada maka kerangka
konsep yang digunakan untuk penelitian ini seperti pada bagan 3.1.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
52
53
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Hasil Skala
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur
Ukur Ukur
Status Gizi Keadaan tubuh sebagai Pengukuran Timbangan 0. Kurus = Ordinal
akibat konsumsi makanan Antropometri berat badan < -2 SD
dan penggunaan zat-zat gizi dan 1. Normal =
yang diukur dengan indeks microtoice > - 2 SD
antropometri BB/TB dan (Depkes RI,
disesuaikan pada metode z- 2004)
score
(WHO-NCHS, 1983)
Tingkat Batas ukur nilai def-t (indeks Menghitung Kaca mulut, 0. Tinggi = Ordinal
Keparahan pengukuran karies gigi susu) jumlah gigi sonde dan def-t > 2,6
Karies Gigi dengan melihat gigi susu susu yang dicatat di 1. Rendah =
yang mengalami kerusakan pernah formulir def-t < 2,6
(d), gigi yang terdapat mengalami pemeriksaan (Pine, 1997)
indikasi pencabutan (e) dan karies, karies gigi
gigi tambal (f). indikasi
pencabutan
dan
penambalan
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Skala
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur
Ukur
dengan angka kecukupan Recall 2x24 1. Baik =
karbohidrat yang jam > 80% AKG
dianjurkan (Supariasa, (Depkes RI,
2002). 1990)
3.3 Hipotesis
3.3.1 Ada hubungan antara tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi
Tahun 2010.
3.3.2 Ada hubungan antara tingkat konsumsi karbohidrat dengan status gizi
Tahun 2010.
3.3.3 Ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi anak
Tahun 2010.
3.3.4 Ada hubungan antara tingkat konsumsi lemak dengan status gizi siswa
Tahun 2010.
3.3.5 Ada hubungan antara tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi
METODELOGI PENELITIAN
waktu yang sama untuk mengetahui hubungan antara tingkat keparahan karies
gigi dengan status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana
Kabupaten Bogor.
Kabupaten Bogor dan waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Mei
4.3.1 Populasi
berjumlah 89 orang.
56
57
4.3.2 Sampel
Bogor tahun 2010 serta ibu dari siswa yang menjadi sampel penelitian.
rumus besar sampel uji beda dua proporsi dengan perhitungan sebagai
berikut :
Keterangan :
n : besar sampel
(Junaidi, 2004)
n=
sebagai berikut :
Subjek diukur tanpa alas kaki. Topi, baju hangat dan tas sekolah
masing subjek.
60
a. Editing
b. Coding
yang ada dalam penelitian ini yaitu status gizi, tingkat keparahan
menjadi dua kelompok. Untuk variabel status gizi, kurus jika < -
def-t > 2,6 dan diberi kode 0, sedangkan rendah jika def-t < 2,6
protein dan lemak, kurang jika < 80% AKG dan diberi kode 0,
c. Entry
d. Cleaning
melakukan entry.
62
a. Analisis Univariat
konsumsi lemak.
b. Analisis Bivariat
Keterangan:
= Chi-square
c. Analisis Multivariat
HASIL PENELITIAN
dalam jumlah yang cukup banyak baik negeri maupun swasta. Sekolah Dasar
Kabupaten Bogor. Sekolah ini berdiri pada tahun 1969 dan sampai saat ini
tersebut sebanyak 12 orang yang terdiri dari 10 orang sebagai wali kelas dan 2
65
66
siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
menerus.
Kabupaten Bogor saat ini berjumlah 416 orang yang terdiri dari 213
laki-laki dan 203 perempuan yang tersebar pada kelas satu sampai
Tabel 5.1
Distribusi Jumlah Siswa SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana
Kabupaten Bogor Tahun 2010
Jenis Kelamin
Kelas Total
Laki-laki Perempuan
I 37 35 72
67
Tabel 5.1
Distribusi Jumlah Siswa SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana
Kabupaten Bogor Tahun 2010
II 40 49 89
III 29 24 53
IV 30 25 55
V 45 40 85
VI 32 30 62
Total 213 203 416
status bekerja ibu dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin, Pendidikan Ibu dan Status Bekerja Ibu Tahun 2010
Variabel n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 24 48
Perempuan 26 52
Pendidikan Ibu
SD 15 30
SLTP 12 24
SLTA 19 38
PT 4 8
Status Bekerja Ibu
Tidak Bekerja 44 88
Bekerja 6 12
68
diketahui jumlah siswa laki-laki sebesar 24 orang atau 48% dan siswa
12 orang atau 24%, SLTA sebesar 19 orang atau 38% dan Perguruan
Tinggi sebesar 4 orang atau 8%, serta jumlah siswa yang mempunyai
ibu dengan status tidak bekerja sebesar 44 orang atau 88 % dan siswa
2004 yaitu status gizi siswa kelas dua kategori kurus jika nilai z-score
< -2 SD. Sedangkan status gizi siswa kelas dua kategori normal jika
nilai z-score > -2 SD. Distribusi frekuensi status gizi siswa kelas dua
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswa Kelas Dua SDN 01
Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2010
Status Gizi n %
Kurus ( z-score < -2 SD ) 33 66
Normal ( z-score > -2 SD ) 17 34
Total 50 100
def-t yang merupakan indeks pengukuran karies pada gigi susu yang
tingkat keparahan karies gigi kategori tinggi jika nilai indeks def-t >
2,6. Sedangkan, kategori rendah jika nilai indeks def-t < 2,6. Distribusi
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Keparahan Karies Gigi Siswa Kelas
Dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor
Tahun 2010
masing zat gizi tersebut < 80% AKG. Sedangkan, tingkat konsumsi
konsumsi kurang zat gizi karbohidrat, protein dan lemak siswa kelas
Gambar 5.1
Gambaran Konsumsi Kurang Zat Gizi Karbohidrat, Protein dan
Lemak Siswa Kelas Dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana
Kabupaten Bogor Tahun 2010
100 90 88
66
responden
persentase
50
0
karbohidrat protein lemak
gizi kurang dari 80% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
gigi dengan status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa
72
Tabel 5.5
Gambaran Tingkat Keparahan Karies Gigi dengan Status Gizi
Siswa Kelas Dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten
Bogor Tahun 2010
Status Gizi
Tingkat Keparahan Total P-value
Kurus Normal
Karies
n % N % n %
Tinggi 31 83,8 6 16,2 37 100 0,000
Rendah 2 15,4 11 84,6 13 100
keparahan karies gigi dengan status gizi siswa kelas dua diketahui
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,000. Hal ini
hubungan antara tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi siswa
Tabel 5.6
Gambaran Tingkat Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi
Siswa Kelas Dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten
Bogor Tahun 2010
Status Gizi
Tingkat Konsumsi Total
Kurus Normal P-value
Karbohidrat
n % n % n %
Kurang 32 71,1 13 28,9 45 100 0,040
Baik 1 20 4 80 5 100
status gizi kategori kurus. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai
Pvalue 0,040. Hal ini menunjukkan Pvalue < 0,05 maka dapat
74
dengan status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana
Tabel 5.7
Gambaran Tingkat Konsumsi Protein dengan Status Gizi Siswa
Kelas Dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor
Tahun 2010
Status Gizi
Tingkat Konsumsi Total
Kurus Normal P-value
Protein
n % n % n %
Kurang 22 66,7 11 33,3 33 100 1,000
Baik 11 64,7 6 35,3 17 100
konsumsi protein dengan status gizi siswa kelas dua diketahui bahwa
1,000. Hal ini menunjukkan Pvalue > 0,05 maka dapat dijelaskan
dengan status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana
Tabel 5.8
Gambaran Tingkat Konsumsi Lemak dengan Status Gizi Siswa
Kelas Dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor
Tahun 2010
Status Gizi
Tingkat Konsumsi Total
Kurus Normal P-value
Lemak
n % n % n %
Kurang 30 68,2 14 31,8 44 100 0,396
Baik 3 50 3 50 6 100
konsumsi lemak dengan status gizi siswa kelas dua diketahui bahwa
0,396. Hal ini menunjukkan Pvalue > 0,05 maka dapat dijelaskan
keparahan karies gigi terhadap status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana
akan masuk model. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang
akan diuji sebagai kandidat yang akan masuk model yaitu tingkat
77
memilih kandidat model, hanya variabel yang memiliki Pvalue < 0,25
Tabel 5.9
Pemilihan Kandidat Variabel Untuk Tahap Pemodelan
Multivariat
No Variabel Pvalue
terdapat dua variabel yang memiliki Pvalue < 0,25. Dengan demikian
variabel yang ada yaitu status gizi, tingkat keparahan karies gigi,
Tabel 5.10
Hasil Pembuatan Model Faktor Risiko
Variabel Pvalue
Tingkat Keparahan Karies Gigi 0,002
Tingkat Konsumsi Karbohidrat 1,000
Tingkat Konsumsi Karbohidrat*Tingkat Keparahan Karies Gigi 0,999
ini mempunyai satu model yang terdiri dari variabel independen yaitu
variabel interaksi yang mempunyai nilai Pvalue > 0,05 dari model
variabel interaksi tersebut harus keluar dari model. Pada tabel 5.11
Tabel 5.11
Hasil Uji Interaksi
Variabel Pvalue
Tingkat Keparahan Karies Gigi 0,001
Tingkat Konsumsi Karbohidrat 0,523
ini sudah tidak ada variabel interaksi karena di dalam model hanya
variabel confounding yang mempunyai nilai Pvalue > 0,05 dari model
Hasil dari uji confounding dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut ini.
Tabel 5.12
Hasil Uji Confounding
PEMBAHASAN
adalah cross-sectional, faktor risiko dan efek diteliti dalam waktu yang
bersamaan. Selain itu faktor risiko dan efek diukur hanya dilakukan
masalah dan faktor risiko secara lebih akurat. Disamping itu, desain
studi ini juga tidak dapat menjelaskan secara pasti faktor risiko
jelas antara faktor risiko dan efek. Sehingga penggunaan desain studi
82
83
6.2 Gambaran Status Gizi Siswa Kelas Dua SDN 01 Ciangsana Desa
jangka waktu yang lama (Suhardjo, 1985). Status gizi baik atau status gizi
optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
Anak-anak usia sekolah dasar merupakan salah satu tahapan usia yang
kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut
pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat
anak sekolah, didapatkan hasil bahwa pada umumnya berat dan tinggi badan
2003).
84
memiliki status gizi kategori kurus. Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa
adanya ketidakseimbangan antara asupan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh
dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi. Status gizi kategori kurus yang terjadi
pada anak usia sekolah dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif bagi
bangsa.
bahwa pada anak usia sekolah yang kekurangan zat gizi akan mengakibatkan
anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan sehingga anak sering absen
berfungsi dengan normal. Ukuran otak yang kecil mengakibatkan jumlah sel
informasi bahwa siswa yang berstatus gizi kategori kurus memilki nafsu
makan yang rendah. Nafsu makan siswa yang rendah dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti status gizi pada masa lampau, jumlah makanan jajanan
yang dikonsumsi dan kualitas menu yang disajikan oleh ibu di rumah. Hal ini
menjelaskan anak yang memilki status gizi kategori kurus dapat disebabkan
oleh masukan energi dan protein yang sangat kurang dalam waktu lama.
Keadaan gizi anak selain disebabkan oleh asupan zat gizi yang tidak
seimbang, dapat pula disebabkan oleh faktor lain seperti pendidikan ibu dan
status bekerja ibu. Dari hasil penelitian didapatkan sebesar 44 orang (88%)
ibu yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan untuk
86
pada anak-anak yang mempunyai ibu yang bekerja dan tidak bekerja. Ibu
makanan kepada anak sehingga diserahkan kepada orang lain. Namun, dalam
penelitian ini status gizi kategori kurus banyak terjadi pada anak dengan ibu
orang akan mempunyai status gizi yang baik jika makanan yang dikonsumsi
mampu menyediakan zat gizi dalam jumlah yang cukup bagi tubuh.
dan pemilihan bahan makanan dengan baik, sehingga dapat mencapai keadaan
gizi seimbang. Selain itu, dapat pula dikarenakan sifat anak yang mulai dapat
konsumsi makanan di luar rumah. Hal ini didukung oleh pendapat Moehji
(2003) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik anak usia sekolah
gizi anak agar mencapai status gizi yang baik, sehingga dapat tumbuh dan
6.3 Tingkat Keparahan Karies Gigi dan Hubungannya dengan Status Gizi
Siswa kelas dua sekolah dasar yang mempunyai usia rata-rata 8 tahun
merupakan salah satu kelompok usia yang kritis untuk terkena karies gigi
pengetahuan, sikap dan perilaku dalam memelihara kesehatan gigi yang masih
rendah.
menderita karies gigi dengan tingkat keparahan kategori tinggi. Hal ini serupa
dengan penelitian Ririn (2009) yang menunjukkan bahwa karies gigi dengan
tingkat keparahan kategori tinggi pada anak kelas dua lebih banyak terjadi,
gigi, mengkonsumsi makanan yang baik dan bergizi, serta kuratif yang
langsung menggabungkan potensi orang tua murid, guru dan tenaga kesehatan
siswa yang menderita karies gigi dengan tingkat keparahan yang tinggi dalam
Sebesar 74% siswa kelas dua yang memiliki tingkat keparahan karies gigi
kategori tinggi, diketahui bahwa mereka tidak mengkonsumsi buah dan sayur
mengkonsumsi sayur dan buah secara rutin. Menurut Ahira (2010) sayur dan
buah merupakan jenis makanan yang mengandung gula buah (fruktosa) yang
sangat baik untuk kesehatan, baik kesehatan tubuh maupun kesehatan gigi.
Hal ini dikarenakan buah dan sayur mempunyai peran dalam membersihkan
sisa makanan yang menempel pada gigi. Selanjutnya, menurut Suwelo (1992),
responden yang berstatus gizi kategori kurus adalah responden yang memiliki
tingkat keparahan karies gigi kategori tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik
gigi dengan status gizi siswa kelas dua. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Junaidi (2004), yang menyatakan bahwa anak yang berstatus gizi
89
Rendahnya status gizi pada anak yang mengalami karies gigi pada
aneka ragam makanan karena adanya gangguan fungsi gigi sebagai alat
pencernaan. Hal ini serupa dengan pendapat Junaidi (2004), bahwa karies gigi
sakit pada gigi maka mereka akan memilih makanan dalam bentuk lunak
bahkan beberapa anak ada yang mengalami penurunan nafsu makan. Menurut
Junaidi (2004), jika karies sudah meluas ke lapisan dentin maka akan timbul
rasa nyeri terutama jika terkena rangsangan dingin dan makan makanan
manis. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pemilihan jenis dan bentuk
makanan yang akan dikonsumsi agar tidak menimbulkan rasa nyeri ketika
makan. Hal ini diperkuat pula oleh Budiharto (1990), yang menjelaskan
bahwa anak yang menderita sakit gigi akan menghindari makanan sehingga
asupan makanan akan berkurang dan menyebabkan anak lebih peka terhadap
gizi yang tidak optimal dan salah satunya dapat disebabkan oleh kesehatan
gigi, maka perlu lebih mengaktifkan program usaha kesehatan gigi anak
sekolah. kegiatan ini tidak hanya melakukan pemeriksaan gigi tetapi juga
bergizi, karena makanan tersebut baik untuk gigi maupun untuk gizi mereka.
Siswa kelas dua sekolah dasar termasuk dalam anak usia sekolah yang
antara energi yang masuk dan keluar akan mengakibatkan tubuh anak menjadi
kurus (Moehji, 2003). Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro yang
jumlah yang kurang dari 80% Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan.
akan mengambil energi dari protein. Asam amino dan gliserol yang berasal
dari lemak dapat menjadi glukosa untuk keperluan energi otak dan saraf pusat,
antara tingkat konsumsi karbohidrat terhadap status gizi siswa kelas dua
sekolah dasar. Status gizi kategori kurus lebih banyak dimiliki oleh siswa
dengan tingkat konsumsi karbohidrat baik. Hal ini diperkuat dengan penelitian
Junaidi (2004), yang menunjukkan bahwa anak berstatus gizi kategori kurus
dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan. Oleh karena itu,
yang cukup.
di pagi hari akan dapat mencegah anak sekolah dasar untuk mengkonsumsi
makanan jajanan. Hal ini diperkuat oleh Wahyuti (1991) yang menyatakan
92
bahwa kebiasaan makan anak sekolah dasar yang sering dijumpai pada
menjadi tidak sarapan pagi. Hal ini akan mempengaruhi nafsu makan anak di
adalah nasi dengan frekuensi tiga kali sehari. Selain itu, responden juga
pokok yang sering dikonsumsi anak-anak sekolah dasar adalah beras (nasi)
tekstur yang lunak jika mengalami proses pengolahan seperti direbus dan
kemampuan alat pengunyahan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bastian (1975) dalam Junaidi (2004) yang menyatakan bahwa makanan yang
demikian, kebutuhan akan zat gizi karbohidrat dapat terpenuhi jika diimbangi
adalah sukrosa. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Ahira (2010) bahwa
makanan yang mengandung sukrosa atau gula tebu adalah berbagai makanan
ringan dan cemilan seperti biskuit, coklat, permen, dan kue. Hasil pengamatan
yang tinggi dan insiden karies yang meningkat pada banyak negara. Selain itu,
bentuk fisik makanan juga perlu diperhatikan. Makanan yang lengket akan
melekat pada permukaan gigi dan terselip di dalam celah-celah gigi sehingga
sehingga menurunkan pH mulut untuk waktu lama. Hal ini didukung oleh
keparahan karies gigi dengan status gizi siswa kelas dua sekolah dasar.
jajanan yang mengandung sukrosa seperti permen, kue dan es krim akan
meningkatkan insiden karies gigi dan konsumsi energi dari karbohidrat dalam
94
jumlah yang kurang. Hal tersebut akan dapat berpengaruh terhadap keadaan
Protein adalah bagian dari semua sel hidup yang merupakan bagian
membutuhkan asupan protein yang baik agar mampu tumbuh dan berkembang
merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya
energi. Kecukupan protein penting untuk membangun daya tahan tubuh agar
banyak terjadi pada anak dengan status gizi kategori kurus. Hal ini serupa
protein pada anak dengan status gizi kategori kurus lebih rendah dibandingkan
dengan anak dengan status gizi normal. Namun, berdasarkan hasil uji analisis
konsumsi protein dan status gizi anak kelas dua. Hal ini dimungkinkan bahwa
protein yang digunakan sebagai energi tidak banyak karena energi dapat
Almatsier (2002), jika kebutuhan energi tubuh tercukupi, maka protein akan
digunakan sebagai zat pembangun oleh tubuh. Hasil tersebut diperkuat oleh
penelitian Fidiani (2007), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
sumber protein yang lebih banyak dikonsumsi antara lain daging ayam, telur,
tempe, tahu, daging sapi, susu dan ikan segar. Seperti yang dikemukakan oleh
protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, yaitu telur, susu, daging,
unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan, bahan makanan sumber nabati adalah
kacang kedelai dan hasilnya seperti tempe, tahu, serta kacang-kacangan lain.
tersebut seperti tahu, tempe, daging, susu dan ikan. Padahal menurut
karbohidrat dan lemak. Oleh karena itu, sebaiknya para ibu lebih kreatif dalam
Selain itu, anak yang memiliki status gizi kategori kurus dan tingkat
berperan dalam komposisi dan volume air ludah atau saliva, yang merupakan
saliva ke arah basa. Efek lokal protein terutama sumber nabati sehingga
menaikkan pH saliva sehingga dapat mencegah dari karies gigi atau menekan
Oleh karena itu, proses pengolahan makanan tersebut harus sampai lunak. Jika
sakit gigi tersebut sudah dirasakan maka anak-anak menjadi malas untuk
bahwa karies gigi yang terjadi pada anak akan mengakibatkan munculnya rasa
97
sakit sehingga anak menjadi malas makan. Selain itu, ada juga yang malas
kondisi kebersihan mulut anak menjadi tidak baik dibandingkan dengan orang
dewasa.
kunyah yang menurun, karena gigi yang telah mengalami karies memiliki
di dalam mulut pun berkurang. Menurut Depkes (2002), jika terjadi gangguan
sampai lunak. Hal ini agar anak tidak perlu melakukan pengunyahan makanan
Lemak merupakan zat gizi padat energi, dalam bentuk lemak dapat
disimpan energi dalam jumlah besar di dalam massa yang kecil. Lemak juga
98
konsumsi lemak akan mengurangi konsumsi kalori dalam tubuh. Selain itu,
larut lemak, seperti vitamin A dan vitamin K. Hal tersebut dapat memberikan
responden memiliki tingkat konsumsi lemak yang kurang dari 80% Angka
gizi kategori kurus maka tingkat konsumsi lemak dalam tubuh tergolong
kurang. Proporsi responden yang memilki status gizi kategori kurus lebih
besar pada anak yang tingkat konsumsi lemak kurang daripada anak yang
memiliki tingkat konsumsi lemak baik. Hasil ini diperkuat pula oleh
status gizi kategori kurus cenderung memiliki tingkat konsumsi lemak kurang
hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi lemak dengan status gizi
siswa kelas dua. Hal ini serupa dengan penelitian Fidiani (2007), yang
lemak sebagai energi dalam jumlah yang kurang karena energi diperoleh dari
status gizi.
Status gizi kurus dan tingkat konsumsi lemak kurang akan dapat pula
baik gigi susu maupun gigi permanen. Anak yang berstatus gizi kurus akan
anak yang berstatus gizi normal. Status gizi pada awal kehidupan berpengaruh
lokal, sehingga sisa makanan tidak mudah menempel pada permukaan gigi,
berfungsi sebagai pelumas agar bakteri di dalam mulut tidak mudah merusak
100
jaringan gigi, dengan kata lain dapat mencegah terjadinya karies gigi.
7.1 Simpulan
1. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa dari 50 siswa kelas dua yang
dari siswa kelas dua yaitu sebesar 19 orang atau 38%. Sebanyak 44
orang atau 88% siswa kelas dua mempunyai ibu yang tidak bekerja atau
2. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa 66% siswa kelas dua di SDN 01
kurang dan 34% siswa kelas dua memiliki status gizi normal. asupan
makanan yang cukup. Dari proporsi tersebut terlihat bahwa siswa kelas
3. Tingkat keparahan karies dengan kategori tinggi diderita oleh 74% siswa
26%.
101
102
dan lemak dalam jumlah yang baik dimiliki oleh siswa kelas dua masing-
karies gigi dengan status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa
7.2 Saran
tua murid.
karies gigi.
Adipurna, et al. 2002. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak
Jalanan di Kota Manado. Majalah Kedokteran Universitas Indonesia. Volume
52: 18-24.
Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Alvarez, Jose and Navia, Juan. 1989. Nutritional Status, Tooth Eruption and Dental
Caries: A Review. American Journal Clinical Nutrition. 49. [Accesed 18th Juni
2010]. p 421. Available from world wide web: < http://www.ajcn.org/>
Alvarez, Jose. 1995. Nutrition, Tooth Development and Dental Caries. American
Journal Clinical Nutrition. 41. [Accesed 18th Juni 2010]. p 410. Available from
world wide web: < http://www.ajcn.org/>
Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. FKM UI.
Budiningsari, R Dwi. 2006. Hubungan Asupan Protein dan Lemak Dengan Status
Kesehatan Mulut Anak Usia Prasekolah Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul
D.I. Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Volume 2 : 117-122.
Closas, Reina Garcia, et al. 1997. A Cross-Sectional Study of Dental Caries, Intake of
Confectionery and Food Rich in Starch and Sugar, and Salivary Counts of
Streptococcus mutans in Children in Spain. American Journal Clinical Nutrition.
66. [Accesed 18th Juni 2010]. p 1257. Available from world wide web:
< http://www.ajcn.org/>
Damanik, Noverini. 2009. Gambaran Konsumsi Makanan Dan Status Gizi Pada Anak
Penderita Karies Gigi Di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun
2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
Darwita, Risqa Rina. 2000. Kecenderungan Prevalensi Karies Gigi Pada Anak Sekolah
Dasar Di Serpong dan Jakarta Barat. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia. Volume 7: 299.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Direktorat Kesehatan Gigi.
Devi, Mazarina. 2004. Tingkat Pendidikan Ibu, Hubungannya Dengan Perilaku Makan
dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar. [Acceesed 24th July 2010]. Available from
world wide web: < http://www.rudyct.com/>
Deri, Fatma. 2009. Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu dan Status Gizi Ibu Nifas
Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. Tesis. Program Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
Djumadias, Abunain. 1990. Aplikasi Antropometri Sebagai Alat Ukur Status Gizi.
Bogor: Puslitbang Gizi.
Hayati, R. 1994. Fungsi Gigi Pada Tumbuh Kembang Anak. Kumpulan Makalah Ilmiah
KPPIKG ke X: 446-450.
Hutabarat, Natalina. 2009. Peran Petugas Kesehatan, Guru dan Orang Tua dalam
Pelaksanaan UKGS dengan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Murid Sekolah Dasar di Kota Medan. Tesis. Program Pascasarjana Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan. Universitas Sumatera Utara.
Ilyas, Yaslis. 2000. Studi Status Karies Gigi Penduduk Indonesia. Makara. Nomor 4
Seri A: 1-10.
Judarwanto. 2008. Perilaku Makan Anak Sekolah. [Accesed 5th July 2010]. Available
from world wide web: < http://www.gizi.net/>
Junaidi. 2004. Hubungan Keparahan Karies Gigi Dengan Asupan Zat Gizi dan Status
Gizi Anak Sekolah Dasar Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Tesis.
Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Gadjah Mada.
Kawuryan, Uji. 2008. Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
Dengan Kejadian Karies Gigi Anak SDN Kleco II Kelas V Dan VI Kecamatan
Laweyan Surakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah.
Khomsan, Ali. 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Kidd, EAM, and Bechal, SJ. 1992. Dasar-Dasar Karies, Penyakit dan
Penanggulangannya. Alih Bahasa Narlan Sumawinata & Safrida Faruk. Jakarta:
EGC.
Kwon, Ho-Kwen. 1997. Relationship Between Nutritional Intake and Dental Caries
Experience of Junior High Students. Yonsei Medical Journal. Volume 38 (2).
[Accesed 13th August 2010]. p 102. Available from world wide web:
< http://www.eymj.org/>
Li, Y and Wang, W. 2002. Predicting Caries in Permanent Teeth from Caries in
Primary Teeth: An Eight-year Cohort Study. Journal of Dental Research. 81.
[Accesed 18th Juni 2010]. p 561. Available from world wide web:
< http://jdr.sagepub.com/>
Luchan. 2009. Timbal Tingkatkan Resiko Karies Gigi. [Accesed 21th July 2010].
Available from world wide web: < http://koran.kompas.com/>
Mudanijah, Siti, 2004, Pengantar Pangan dan Gizi: Pola Konsumsi Pangan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Nurlaila. 2005. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Karies Gigi Pada Murid-Murid
Di Sekolah Dasar Kecamatan Karangantu. Indonesian Journal Of Dentistry.
Volume 12 Nomor 1: 5-6.
Sasiwi , Noerwida Rahayu. 2004. Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi Dengan
Status Gizi Anak (Studi Pada Anak Taman Kanak-Kanak Di Desa Pagersari
Kecamatan Paten Kabupaten Kendal). Skripsi. Universitas Diponegoro.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi (Jilid 1).
Jakarta: Dian Rakyat.
Siagian, Albiner. 2008. Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi
dengan Karies Gigi Pada Anak SD 060935 di Jalan Pintu Air II Simpang
Gudang Kota Medan. Info Kesehatan Masyarakat Volume XII Nomor 2: 109.
. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: IPB PAU Pangan dan Gizi.
Sulastri, Delmi, et al. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak
Baru Masuk Sekolah Dasar Di Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk
Kilangan Kota Padang. [Acceesed 22th September 2010]. Available from world
wide web: < http://www.repository.unand.ac.id/>
Suryani, A. 2002. Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Suwargiani, Anne Agustina. 2008. Indeks def-t dan DMF-T Masyarakat Desa Cipondoh
dan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang. Makalah.
Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Padjadjaran.
Suwelo, Ismu Suharsono. 1992. Karies Gigi Pada Anak Dengan Berbagai Faktor.
Jakarta: EGC.
Wahyuti, S. 1991. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Proyek Pengembangan Tenaga
Gizi Depkes RI.
Saya adalah mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang
melakukan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi Dengan Status
Gizi Anak Kelas Dua Di SDN Ciangsana I Desa Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2010”.
Penelitian ini saya lakukan sebagai syarat untuk menempuh ujian memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
Untuk itu, saya meminta kesediaan ibu dan adik untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Saya sangat mengharapkan ibu dan adik mengisi formulir penilaian asupan zat
gizi metode recall 24 jam ini dengan lengkap dan jujur. Identitas serta jawaban ibu dan adik
akan saya jaga kerahasiaannya.
Atas perhatian dan kerjasama ibu dan adik, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Hormat Saya,
RINA KUSUMAWATI
FORM KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Nama :
Nama Anak :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden dan akan mengikuti penelitian ini sesuai
dengan metode yang akan dilakukan peneliti.
Responden
( )
CONTOH UKURAN BAHAN MAKANAN
Susu gelas
Tanggal :
Pemeriksa :
A. Data Umum
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
Keterangan Status :
0 = sehat
1 = karies email d=
2 = karies dentin
3 = karies pulpa e=
4 = gangren pulpa
5 = tumpatan sementara f=
6 = tumpatan + karies +
7 = tumpatan + karies sekunder def-t =
8 = tumpatan baik
9 = cabut karena karies
10 = gangren radix
FORMULIR PENILAIAN ASUPAN ZAT GIZI
Tanggal :
Hari ke :
Bahan Makanan
Waktu Banyaknya
Nama Makanan
Makan
Bahan Makanan
URT Gram
Pagi / jam
Siang / jam
Malam / jam
No. Responden
LEMBAR KUISIONER
A. IDENTITAS RESPONDEN
A1. Nama :
A3. Kelas :
B. STATUS GIZI
Frequencies
Statistics
gizi
N Valid 50
Missin
0
g
gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurus 33 66.0 66.0 66.0
normal 17 34.0 34.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
karies
N Valid 50
Missin
0
g
karies
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tinggi 37 74.0 74.0 74.0
rendah 13 26.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
KH
N Valid 50
Missin
0
g
Karbohidrat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 45 90.0 90.0 90.0
baik 5 10.0 10.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
protein
N Valid 50
Missin
0
g
protein
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 33 66.0 66.0 66.0
baik 17 34.0 34.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
lemak
N Valid 50
Missin
0
g
lemak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 44 88.0 88.0 88.0
baik 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Analisis Bivariat
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
karies * gizi 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
gizi
kurus normal Total
karies tinggi Count 31 6 37
% within
karies 83.8% 16.2% 100.0%
rendah Count 2 11 13
% within
karies 15.4% 84.6% 100.0%
Total Count 33 17 50
% within
karies 66.0% 34.0% 100.0%
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 50
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.42.
Risk Estimate
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KH * gizi 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
KH * gizi Crosstabulation
gizi
kurus normal Total
KH kurang Count 32 13 45
% within
KH 71.1% 28.9% 100.0%
baik Count 1 4 5
% within
KH 20.0% 80.0% 100.0%
Total Count 33 17 50
% within
66.0% 34.0% 100.0%
KH
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 50
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.70.
Risk Estimate
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
protein * gizi 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
gizi
kurus normal Total
protein kurang Count 22 11 33
% within
protein 66.7% 33.3% 100.0%
baik Count 11 6 17
% within
protein 64.7% 35.3% 100.0%
Total Count 33 17 50
% within
66.0% 34.0% 100.0%
protein
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 50
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.78.
Risk Estimate
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
lemak * gizi 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
gizi
kurus normal Total
lemak kurang Count 30 14 44
% within
lemak 68.2% 31.8% 100.0%
baik Count 3 3 6
% within
lemak 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 33 17 50
% within
66.0% 34.0% 100.0%
lemak
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 50
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.04.
Risk Estimate
Observed Predicted
GIZI
Percentage
kurus normal Correct
Step 0 GIZI kurus 33 0 100.0
normal 17 0 .0
Overall Percentage 66.0
a Constant in the model ...
b The cut value is .500
Score df Sig.
Step 0 Variables KARIES 20.056 1 .000
KH 5.239 1 .022
KARIES by
8.440 1 .004
KH
Overall Statistics 20.786 3 .000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 22.128 3 .000
Block 22.128 3 .000
Model 22.128 3 .000
Model Summary
Classification Table(a)
Observed Predicted
GIZI
Percentage
kurus normal Correct
Step 1 GIZI kurus 31 2 93.9
normal 6 11 64.7
Overall Percentage 84.0
a The cut value is .500
Logistic Regression
Case Processing Summary
Observed Predicted
GIZI
Percentage
kurus normal Correct
Step 0 GIZI kurus 33 0 100.0
normal 17 0 .0
Overall Percentage 66.0
a Constant in the model ...
b The cut value is .500
Score df Sig.
Step 0 Variables KARIES 20.056 1 .000
KH 5.239 1 .022
Overall Statistics 20.301 2 .000
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 20.565 2 .000
Block 20.565 2 .000
Model 20.565 2 .000
Model Summary
Observed Predicted
GIZI
Percentage
kurus normal Correct
Step 1 GIZI kurus 31 2 93.9
normal 6 11 64.7
Overall Percentage 84.0
a The cut value is .500
Logistic Regression
Case Processing Summary
Observed Predicted
GIZI
Percentage
kurus normal Correct
Step 0 GIZI kurus 33 0 100.0
normal 17 0 .0
Overall Percentage 66.0
a Constant in the model ...
b The cut value is .500
Score df Sig.
Step 0 Variables KARIES 20.056 1 .000
Overall Statistics 20.056 1 .000
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 20.142 1 .000
Block 20.142 1 .000
Model 20.142 1 .000
Model Summary
Classification Table(a)
Observed Predicted
GIZI
Percentage
kurus normal Correct
Step 1 GIZI kurus 31 2 93.9
normal 6 11 64.7
Overall Percentage 84.0
a The cut value is .500
Observed Predicted
GIZI
Percentage
kurus normal Correct
Step 0 GIZI kurus 33 0 100.0
normal 17 0 .0
Overall Percentage 66.0
a Constant in the model ...
b The cut value is .500
Score df Sig.
Step 0 Variables KARIES 20.056 1 .000
KH 5.239 1 .022
Overall Statistics 20.301 2 .000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 20.565 2 .000
Block 20.565 2 .000
Model 20.565 2 .000
Model Summary
Classification Table(a)
Observed Predicted
GIZI
Percentage
kurus normal Correct
Step 1 GIZI kurus 31 2 93.9
normal 6 11 64.7
Overall Percentage 84.0
a The cut value is .500