Anda di halaman 1dari 98

MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA
(Studi Kasus di SMA PGRI 56 Ciputat)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia





Oleh
Yeti Budiyarti
106013000325




JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011

LEMBAR PENGESAHAN
MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA
(Studi Kasus di SMA PGRI 56 Ciputat)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:
Yeti Budiyarti
106013000325

Di bawah Bimbingan

Pembimbing

Dra. Mahmudah Fitriyah, Z.A., M.Pd.
19640212 199703 2 001



JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011




ABSTRAK

Yeti Budiyarti; 106013000325: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
J akarta. Judul Skripsi, Minat Belajar Siswa terhadap Mata pelajaran Bahasa
Indonesia Tahun 2011.

Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang
sangat penting di lingkungan sekolah. Karena, pelajaran bahasa Indonesia adalah
mata pelajaran yang harus diujikan dalam Ujian Nasional. Selaian itu, bahasa
Indonesia pun dapat mencirikan suatu bangsa dan negara. Banyak masyarakat
terutama siswa yang meremehkan dan memudahkan pelajaran bahasa Indonesia.
Namun, dilihat dari hasil Ujian Nasional mata pelajaran bahasa Indonesia yang
mendapatkan nilai paling rendah dari mata pelajaran yang lainnya. Dari hasil
tersebut, dapat diketahui bahwa minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
bahasa Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi. Agar siswa tidak meremehkan
dan memudahkan setiap mata pelajaran terutama mata pelajaran bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, penulis tertarik mengambil judul tentang Minat Belajar Siswa
terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Sekolah yang penulis pilih untuk
penelitian untuk judul skripsi tersebut adalah SMA PGRI 56 Ciputat.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat minat belajar siswa
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat masih perlu
ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data, siswa tersebut tidak
adanya perasaan senang, ketertarikan, semangat, dan dorongan dari guru maupun
orang tua. Di dalam dunia pendidikan minat itu sangat diperlukan, karena minat
itu merupakan suatu sikap atau dorongan yang dilakukan secara terus menerus
agar tercapai segala sesuatu yang diinginkan.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sebagai
seorang pendidik harus selalu memberikan motivasi kepada setiap siswa agar
siswa tersebut mempunyai minat yang tinggi di dalam dunia pendidikan. Karena,
dengan adanya minat yang tinggi siswa akan termotivasi terhadap sesuatu yang
ingin dicapainya. Tidak hanya seorang pendidik yang ikut berperan tetapi juga
orang tua dan masyarakat agar membantu anak-anaknya mempunyai minat yang
tinggi untuk mecapai sesuatu yang diinginkannya.







KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya dan
karuniaNya kepda penulis, akhirnya buah dari perjuangan dengan penuh
kesabaran selesai sudah. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW, yang telah melakukan revolusi dari
nalar jahili dan mengantarkan kita kepada nalar islami yang diridhoi Allah SWT.
Skripsi yang berjudul MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA adalah disusun untuk
memenuhi syarat-syarat mencapai gelar sarjan strata satu (S1) Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sebagai salah satu
tugas akademis di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah J akarta.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak sedikit
kesulitan dan aral melintang yang menghambat penulis, namun berkat doa,
kesungguhan hati, kerja keras, dan bantuan berbagai pihak, baik dorongan,
bimbingan, saran maupun bantuan lain yang turut mendukung dalam penyelesaian
skripsi ini.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mesmbantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materil, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan, ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
penulis sapaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan yang telah memberikan pengetahuan serta pengalamannya yang
tulus ikhlas kepada penulis sebagai bekal untuk menyosong masa depan.
2. Bapak Drs. E. Kusnadi, selaku Penasehat Akademik Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada
penulis dalam menysun skripsi.
3. Ibu Muhmudah Fitriyah, ZA, M.Pd, selaku Ketua J urusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan sebagai Dosen Pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan yang
memberikan semangat dan dorongan selama penulis melaksanakan bimbingan
skripsi .
4. Bapak Drs. Asep Setiadi, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat.
5. Ibu Dra. Ecin Kuraesin, selaku Guru Bahasa Indonesia SMA PGRI 56 Ciputat
yang telah meluangkan waktunya untuk bersedia diwawancarai untuk
memberikan semangat dan dorongan untuk skripsi ini.
6. Pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Jakarta, yang telah memberikan
kemudahan bagi penulis dalam memperoleh informasi.
7. Kedua orang tua penulis, atas segala bentuk kasih sayangnya yang telah
memberikan moril dan meteril kepada ananda. Semoga Allah selalu
melimpahkan rahmat-Nya. Kakakku yang paling baik dan ku sayangi, serta
kedua adikku yang cantik-cantik terima kasih atas semuanya.
8. Seluruh Teman-teman J urusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2006, yang telah memberikan masukan dan motivasi selama
melaksanakan skripsi ini.
9. Teman-Teman kost penulis yang telah memberikan masukan dan motivasi
untuk menyelesaikan skripsi ini.

J akarta, 4 Februari 2011
Penulis











DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Pembahasan Masalah ...................................................................... 5
C. Perumusan Masalah ....................................................................... 5
D. Tujuan Masalah .............................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
F. .. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 7

BAB II ACUAN TEORETIS
A. Hakikat Minat Belajar .................................................................... 8
B. Hakikat Belajar .............................................................................. 20
C. Hakikat Bahasa Indonesia ............................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ........................................................................... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 39
C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 39
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 39
E. Instrumen penelitian ........................................................................ 41
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 41


BAB VI HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 43
B. Hasil Analisis Data ......................................................................... 50
C. Pembahasan .................................................................................... 60

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 63
B. Saran .............................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN



















DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi Angket tentang Minat Belajar Ssiwa terhadap Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia ............................................................... 40

Tabel 2 Skor item Alternatif J awaban Positif dan Negatif ......................... 41

Tabel 3 Kurikulum SMA PGRI 56 Ciputat ................................................ 45

Tabel 4 Keadaan Tenaga Pengajar SMA PGRI 56 Ciputat ......................... 46

Tabel 5 Keadaan Staf TU SMA PGRI 56 Ciputat ..................................... 48

Tabel 6 Keadaan Penjaga Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat ......................... 48

Tabel 7 Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat .......................................... 49

Tabel 8 Sarana dan Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Menurut
Kondisinya ........................................................................................ 49

Tabel 9 Siswa Senang Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia sampai akhir
Pelajaran ....................................................................................... 50

Tabel 10 Siswa Berusaha Menjawab Pertanyaan yang Diberikan oleh Guru
baik dan benar ............................................................................... 50

Tabel 11 Siswa Tetap Hadir Di sekolah, ketika Guru Bahasa Indonesia
Berhalangan Hadir ........................................................................ 50

Tabel 12 Siswa Mengerjakan Tugas atau PR dengan Mencontek Hasil
pekerjaan Teman ........................................................................... 52

Tabel 13 Ketika Siswa Diberi Tugas atau PR dengan Sungguh-sungguh
Saya Mengerjakannya ................................................................... 52

Tabel 14 Sebelum Pelajaran Bahasa Indonesia Dimulai, Siswa
Mempersiapkan Buku Bahasa Indonesia ....................................... 53

Tabel 15 Siswa Mengkaji Ulang Pelajaran Bahasa Indonesia Di rumah ....... 53
Tabel 16 Siswa Sungguh-sungguh Memperhatikan Pelajaran Bhaasa
Indonesia yang telah Dijelaskan .................................................... 54

Tabel 17 Siswa Menjawab Pertanyaan yang Diberikan oleh Gurunya .......... 54

Tabel 18 Siswa Mengungkapkan Pendapat saat Diskusi Pelajaran Bahasa
Indonesia Berlangsung .................................................................. 55

Tabel 19 Ketika ada Tugas atau PR, Siswa Berusaha Mengerjakannya
sampai Tuntas ............................................................................... 55

Tabel 20 Siswa Membaca Buku yang Berkaitan tentang Bahasa Indonesia .. 55

Tabel 21 Siswa Mencatat Materi Bhasa Indonesia yang telah Dijelaskan
oleh Guru dengan Teliti................................................................. 56

Tabel 22 Ketika Diberi Tugas atau PR, Siswa Mengerjakannya Sendiri ....... 56

Tabel 23 Siswa Belajar Bahasa Indonesia saat ada Waktu Luang ................. 57

Tabel 24 Ketika Guru Memberi Kesempatan untuk Mengungkapkan
Pendapat, Siswa Memanfaatkan Kesempatan itu ........................... 57

Tabel 25 Ketika ada Materi Bahasa Indonesia yang tidak Siswa Mengerti,
Siswa Berusaha Mempelajari dengan Teliti ................................... 58

Tabel 26 Siswa Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia terlebih
dahulu sebelum Pelajaran Dimulai ................................................ 58

Tabel 27 Siswa Berusaha untuk Memahami Materi Bahasa Indonesia ......... 59

Tabel 28 Siswa Senang Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia ................... 59








DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket
Lampiran 2 : Data Minat Belajar Siswa
Lampiran 3 : Lembar Wawancara dengan Siswa
Lampiran 4 : Lembar Wawancara dengan Guru
Lampiran 5 : Hasil Wawancara dengan Siswa
Lampiran 6 : Hasil Wawancara dengan Siswa
Lampiran 7 : Hasil Wawancara dengan Siswa
Lampiran 8 : Hasil Wawancara dengan Guru
Lampiran 9 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 10 : Surat Permohonan Izin Observasi
Lampiran 11 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 12 : Surat Pernyataan Keterangan


















1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan sebuah bangsa,
karena dengan pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam
pengembangan sumber daya manusia maupun pada pengelolaan sumber daya
alam. Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen
diantaranya komponen yang pertama yaitu input, yang terdiri dari peserta didik
dan guru sebagai pendidik, komponen yang kedua adalah proses yang dipengaruhi
oleh lingkungan dan instrumen pengajaran, komponen yang ketiga hasil, yaitu
dampak dari interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan didukung oleh
proses.
Fungsi pendidikan adalah membimbing siswa ke arah suatu tujuan yang
dinilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah suatu usaha yang berhasil membawa
semua anak didik kepada tujuan tersebut.
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional
yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya merupakan upaya
berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak. Salah satu
wujud upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah melalui beragam
pembaharuan pembelajaran, karena peningkatan kualitas tidak dapat dilepaskan
dari dampak pertumbuhan paradigma baru dalam dunia pendidikan yang
2


mempersyaratkan penyelenggaraan pendidikan agar berpotensi untuk
menciptakan keunggulan daya pikir, nalar, kekuatan moral dan etika akademik
bangsa.
Masyarakat Indonesia pun dianjurkan oleh pemerintah untuk menempuh
pendidikan yang sudah ditentukan oleh pemerintah maksimal selama 12 tahun.
Dengan menempuh pendidikan maksimal selama 12 tahun, maka masyarakat akan
dijamin oleh pemerintah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Masyarakat
pun tidak hanya menempuh pendidikan selama 12 tahun saja, tetapi bisa
menempuh ke perguruan tinggi untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang
lebih baik dan menjadi orang yang sukses di dunia pendidikan.
Masyarakat dapat meraih semua pendidikan itu sesuai dengan kemauan
dan tingkat kemampuan yang ada pada diri masing-masing. Maka, masyarakat
terutama siswa harus menanamkan minat yang tinggi pada dirinya masing-
masing. Menanamkan minat pada diri masing-masing dapat membuat seseorang
terdorong untuk meraih sesuatu yang diinginkan tersebut. Selain itu, dengan
adanya minat masyarakat pun tidak akan mengalami kesulitan untuk memilih
sesuatu yang menjadi pilihan yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Oleh karena itu, untuk menghadapi kesulitan siswa dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia mulai diatasi dengan memberikan perintah kepada siswa agar
lebih rajin lagi dalam membaca. Apabila, para siswa sedang menghadapi UAN
(Ujian Akhir Nasional) pelajaran bahasa mengadakan Pemantapan Materi (PM)
yang diadakan dari sekolah ataupun dari guru bahasa Indonesia sendiri. Meskipun,
kegiatan tersebut sudah diadakan masih ada saja siswa yang tidak lulus dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia. Maka, pelajaran bahasa Indonesia masih belum
mengalami peningkatan.
Dari rendahnya hasil belajar dapat disimpulkan bahwa suatu keberhasilan
suatu pendidikan di samping dipengaruhi oleh belajar siswa, juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di dalamnya. J ika proses
pendidikan dilihat dari analisis sistem, maka siswa dapat dipandang
sebagai masukan mentah (raw input). Sedangkan guru, buku, gedung,
kurikulum, lingkungan, dan sarana pendidikan lainnya sebagai masukan
3


instrumen (instrumental input). Dengan demikian, buku ajar merupakan
komponen penting dalam proses belajar mengajar.
1

Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku di mana perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Faktor-faktor penting yang
sangat erat hubungan dengan proses belajar ialah kematangan, penyesuaian diri
(adaptasi), menghafal atau mengingat, pengertian, berpikir, dan latihan.
Setiap siswa menginginkan bahwa dirinya dapat berprestasi dengan baik
atau dengan kata lain bahwa hasil belajarnya dapat tercapai secara maksimal.
Akan tetapi, untuk mewujudkan itu semua tidak mudah karena ada beberapa
faktor-faktor untuk mencapai itu semua. Belajar bukanlah usaha ringan,
melainkan suatu usaha yang rajin, tekun, dan terus menerus yang semuanya itu
memerlukan suatu usaha dan energi. Setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar
sendiri-sendiri.
Masalah belajar menggambarkan kualitas pendidikan di negara kita secara
umum belajar di sekolah relatif sedikit, contohnya masih banyak sekolah yang
masih kurang fasilitas sarana dan prasarana. Faktor di sekolah dan dedikasi guru
terhadap hasil belajar anak, lingkungan keluarga, dan dorongan orang tua
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Akan tetapi,
yang lebih penting ialah faktor yang dari dalam diri siswa itu sendiri yakni
dorongan kuat yang disertai dengan adanya perasaan, kemauan keras, serta
keinginan untuk meningkatkan hasil belajar, maka kita sering mengenalnya
dengan istilah minat.
Secara psikologi, minat itu sangat berpengaruh sekali dalam diri seorang
siswa untuk mencapai sesuatu yang diinginkan oleh siswa itu sendiri. Dengan
adanya, minat yang kuat seseorang atau siswa akan mempunyai semangat yang
kuat pula agar segala yang diinginkannya dapat terwujud. Oleh karena itu, penulis
dapat menyimpulkan bahwa minat itu adalah suatu sikap atau perasaan senang
terhadap sesuatu yang diinginkannya. J ika, seseorang atau siswa mempunyai
perasaan senang terhadap sesuatu dan seseorang atau siswa tersebut akan berusaha

1
B.P. Sitepu. Penilaian Buku Sekolah. Analisis Pendidikan Kimia. Depdikbud. h. 106
4


secara terus menerus untuk mendapatkannya dan tidak akan menyerah sebelum
siswa itu memperoleh apa yang diinginkannya.
Kegiatan belajar di sekolah apabila seorang siswa atau murid mempunyai
minat belajar yang kuat terhadap salah satu mata pelajaran, contohnya minat
belajar terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Maka, siswa itu pun akan terus
menerus untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan perasaan yang
senang dan siswa pun akan mendapatkan nilai yang baik juga.
Minat bisa timbul, karena adanya dorongan yang kuat dari diri sendiri.
Selain itu, minat timbul bukan hanya dari diri sendiri tetapi harus ada dukungan
atau dorongan yang kuat pula dari keluarga dan lingkungan sosial atau
masyarakat. Agar orang tersebut akan mempunyai semangat untuk meraih sesuatu
yang diinginkannya dengan usaha yang semangat pula.
Dalam kegiatan belajar minat itu berperan sebagai kekuatan yang akan
mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat dalam belajar akan terus
tekun belajar, berbeda dengan siswa yang hanya menerima pelajaran yang hanya
tergerak untuk mau belajar tanpa ada minat yang ada dalam dirinya, maka untuk
terus tekun belajar tidak ada. Karena, tidak adanya dorongan minat dalam dirinya.
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu bagian displin ilmu
yang terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait. Komponen tersebut
adalah objek dari keterampilan bahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan
menulis yang sangat luas dan selalu berkembang dari waktu ke waktu yang
memberikan konsekuensi pada manusia. Pendidikan bahasa Indonesia lebih
menekan pada empat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menyimak,
berbicara, dan menulis yang harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah
keterampilan berbahasa agar mereka mampu mempelajari dan memahami konsep-
konsep bahasa Indonesia dari lingkungan sekitarnya.


5


Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa minat merupakan suatu
kecenderungan perasaan seseorang yang senang terhadap sesuatu, maka apabila
seorang siswa tekun belajar nilainya akan memuaskan. Demikian pula, minat
siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Apabila siswa mempunyai minat
belajar terhadap pelajaran bahasa Indonesia, maka siswa pun akan tekun
mempelajari mata pelajaran tersebut yang akhirnya prestasi akan tercapai dengan
memuaskan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti Laporan
Skripsi dengan judul, yaitu: Minat Belajar Siswa terhadap Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat.

B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merasa perlu membatasi masalah yang akan
dibahas agar arah yang hendak dicapai lebih jelas. Permasalahan dalam penelitian
ini dibatasi pada minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

C. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana minat belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat belajar siswa?
3. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor minat belajar terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia?








6


D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala atau kesulitan yang dihadapi siswa
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui seberapa besar minat siswa dalam mengikuti pelajaran
bahasa Indonesia.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini berdasarkan tujuan yang telah dikemukan di atas,
maka penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat:
1. Untuk orang tua sebagai bahan acuan dalam memberikan arahan kepada
anaknya agar anaknya terus berminat dalam belajar.
2. Untuk pihak sekolah diharapkan mampu memperbaiki saran dan prasarana
dalam menunjang proses pembelajaran, sehingga akan timbul minat dalam
diri siswa untuk terus belajar.
3. Untuk guru dapat dijadikan refleksi bahwa dalam memberikan
pembelajaran bukan hanya sebatas memberikan materi penting saja dan
guru juga harus menjadi suri tauladan agar siswa tetap minat dalam
belajarnya.
4. Untuk siswa dapat lebih meningkatkan minat belajarnya terutama
pembelajaran bahasa Indonesia. Maka, melalui faktor-faktor minat belajar
siswa akan mudah memahami materi, meningkatkan keaktifan siswa, dan
memberikan dorongan belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia.






7


F. Tinjauan Pustaka
Minat merupakan suatu sikap yang sangat diperlukan oleh seseorang
untuk menginginkan sesuatu, karena minat seseorang terhadap sesuatu masih
perlu ditingkatkan. Untuk mengetahui perbedaan minat belajar siswa, penulis
membuat sesuatu pernyataan kepada responden. Namun, ada beberapa sumber
yang menjadi pegangan penulis dalam melakukan penelitian ini. Pertama penulis
melihat skripsi Hilang, STKIP-PI YASPI Makasar tahun 2002 , Jurusan
Pendidikan Biologi dengan judul skripsi Minat Belajar Siswa terhadap Mata
Pelajaran Biologi yang membedakan dengan skripsi penulis adalah sampel
dalam penelitian ini pada siswa kelas II SLTP Negeri 2 Pangkajene Kabupaten
Pangkep sebanyak 2 kelas. Perumusan masalah dalam skripsi Hilang tidak
dicantumkan seberapa besar faktor-faktor tersebut. Hasil penelitian ini
menunjukkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran biologi sedang dengan
nilai rata-rata skor minat sebesat 115,48 dari skor 150 tertinggi yang dicapai. Dan
kedua, penulis melihata skripsi Syifa Sakinah, UIN Syarif Hidayatullah J akarta,
Jurusan Pendidikan Agama Islam dengan judul skripsi Pengaruh Sistem
Pendidikan Sekolah Gratis terhadap Minat Belajar Siswa SMP Utama Krukut
Depok" yang membedakan dengan skripsi penulis adalah metode pneleitian yang
digunakan dalam penelitian ini yakni penelitian korelasional. Penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui pengaruh antara sistem pendidikan sekolah gratis
terhadap minat belajar siswa. Data analisis dengan menggunakan koefisien
korelasi product moment. Dari hasil data perhitungan, menunjukkan bahwa
korelasi positif d yang signifikan antara sistem pendidikan sekolah terhadap minat
belajar siswa tersebut adalah kuat atau tinggi.
Penulis sendiri membicarakan skripsi dengan judul Minat Belajar
Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan semangat,
perasaan senang, ketertarikan, motivasi, dan dorongan guru maupun orang tua.
Dengan melihat perbedaan-perbedaan minat belajar siswa yang diteliti akan
menambah pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu,
diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih
luas dan sempurna.
8


D. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teori, terdiri dari tiga sub, yaitu hakikat minat belajar yang
meliputi: pengertian minat, faktor-faktor yang mempengaruhi minat,
macam-macam minat dan fungsi minat dalam belajar, pengukuran minat,
dan metode pengukuran minat. Hakikat belajar yang meliputi: pengertian
belajar, ciri-ciri belajar, jenis-jenis belajar, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar. Hakikat bahasa Indonesia yang meliputi:
pengertian bahasa, fungsi bahasa Indonesia, tujuan dan manfaat
kemahiran bahasa, ragam bahasa, dan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
BAB III Metode Penelitian, terdiri dari waktu dan tempat pelaksanaan, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik
analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian dan
hasil analisis data.
BAB V Kesimpulan dan Saran










9


BAB II
KAJIAN TEORETIS

A. Hakikat Minat Belajar
1. Pengertian Minat
Setiap individu mempunyai kecenderungan funamental untuk berhubungan
dengan sesuatu yang berada dalam lingkungan. Apabila sesuatu itu memberikan
kesenangan kepada dirinya, kemudian ia akan berminat terhadap sesuatu itu.
Minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu, karena sesuai dengan
kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan
berarti bagi dirinya dan ia pun akan berniat untuk mempelajarinya.
Secara bahasa, minat berarti perasaan yang menyatakan bahwa satu
aktivitas, pelajaran atau objek itu berharga atau berarti bagi individu.
2
Sedangkan
menurut istilah, di bawah ini peneliti mengemukan beberapa pendapat ahli
psikologi mengenai pengertian minat di atas,
Menurut H.C. Whiterington minat adalah kesadaran seseorang bahwa
bahwa suatu objek, seseorang suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut
dengan dirinya.
3
Minat itu akan timbul, jika suatu objek yang dihadapi sesorang
bagi kebutuhan hidupnya.
Pendapat lain dikemukan oleh W.S. Winkel bahwa minat diartikan sebagai
kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi
atau pokok bahasa tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu.
4
J adi
menurut pendapatnya, kecenderungan dan kesadaran subjek yang sudah menetap
dalam dirinya akan menyebabkan timbulnya minat dan merasa senang
mempelajari materi yang telah berikan.


2
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1,
h. 255.
3
H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124.
4
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188.
9
10


Selanjutnya, Alisuf Sabri mengatakan bahwa minat adalah suatu
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus
menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang,
karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu.
Orang yang berminat terhadap sesuatu berarti ia sikapnya senang terhadap sesuatu
itu. Siswa yang berminat terhadap pelajaran akan tampak terus tekun belajar.
Crow and Crow sebagaimana dikutip Abd. Rachman Abror, mengatakan
bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong
cenderungan atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa
pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata
lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan partisipasi dalam kegiatan.
Minat mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi
(kehendak). Unsur kognisi, yaitu minat didahului pengalaman dan informasi
mengenal objek yang dituju oleh minat tersebut.
5

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minatnya.
Minat (interest) menurut psikologi adalah kecenderungan untuk selalu
memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat erat kaitannya
dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu
terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu
berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu itu.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat
pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang
memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

5
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya,
1993), Cet 4, h. 112.
11


Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap.
Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam
mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan ke
sesuatu yang telah menarik lainnya, seperti minat pada pelajaran bahasa
Indonesia.
6

Menurut Bimo Walgito, minat adalah suatu perhatian yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan
mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut dengan apa yang menjadi
perhatiannya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melalukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.
7

Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang
menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-
aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif anak
terhadap aspek-aspek lingkungan. Ada juga yang mengartikan minat sebagai
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas
disertai dengan rasa menguasai individu secara mendalam untuk tekan melakukan
suatu aktivitas.
Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif
berupa konsep positif terhada suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek
tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasaan
pribadi terhadap objek tersebut.
8

Minat merupakan gambaran sifat dan ingin memiliki kecenderungan
tertentu. Minat juga diartikan suatu moment dari kecenderungan yang terarah
secara intensif pada suatu tujuan atau objek yang dianggap penting. Objek yang
menarik perhatian dapat membentuk minat karena adanya dorongan dan
kecenderungan untuk mengetahui, memperoleh, atau menggali dan mencapainya.


6
http://creasoft.files.world press.com/2008/04/2/minat.Ditulis oleh: Gunarso.
7
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: KalamMulia, 1998), Cet 2, h:175.
8
Soejanto Sandjaja, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Terhadap Minat Membaca Anak
Ditinjau Dari Pendidikan Stress Lingkungan, Jurnal, h. 23
12


Skinner (1997) mengemukan bahwa minat selalu berhubungan dengan
objek yang menarik individu, dan objek yang menarik adalah yang dirasakan
menyenangkan. Apabila seseorang mempunyai minat terhadap suatu objek, maka
minat tersebut akan mendorong seseorang untuk berhubungan lebih dekat dengan
objek tersebut, yaitu dengan melakukan aktivitas lebih aktif dan positif demi
mencapai sesuatu yang diminatinya.
Chaplin (dalam Hastuti, 1993) memberikan definisi minat sebagai suatu
pernyataan yang menyatakan bahwa suatu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu
berharga atau tidak berharga bagi individu. Minat juga merupakan sikap yang
berlangsung selektif terhadap objek minatnya. Selain itu, menurut Chaplin minat
adalah suatu keadaan motivasi yang menuntun tingkah laku seseorang menuju
satu arah atau sasaran tertentu.
Di dalam minat itu sendiri terkandung unsur kognitif, emosi, atau afektif
dan kemauan atau konatif untuk mencari sesuatu objek tertentu (Law, 1992).
Eysenck dan Arnold (dalam Indarto, 1993) menyatakan minat merupakan
kecenderungan berperilaku yang pada setiap individu berbeda intensitasnya,
karena minat dipengaruhi oleh kebutuhan atau kepentingan individu akan suatu
objek minat itu. Semakin individu membutuhkan atau tertarik terhadap objek
minat tersebut, maka besar pula minatnya.
Drever (1982) meninjau minat berdasarkan fungsi dan strukturnya. Secara
fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman perasaan yang dianggap
bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu objek tertentu.
Sementara secara struktural minat merupakan suatu elemen dalam diri individu
baik bawaan maupun yang diperoleh lewat proses belajar, yang menyebabkan
seseorang merasa mendapatkan manfaat terhadap suatu objek tertentu atau merasa
yang berhubungan dengan objek tertentu atau terhadap suatu pengetahuan
tertentu.
9

J adi, dari beberapa teori di atas, penulis mencoba untuk memakai
pernyataan seorang yang bernama Alisuf Sabri karena beliau menyatakan bahwa
minat itu muncul akibatnya adanya kecenderungan dan mengingat terhadap

9
http://bintangbangsaku.org/2008/06/21/minat. Ditulis oleh Bintang Bangsa.
13


sesuatu secara terus menerus. Minat pun berkaitan erat dengan adanya perasaan
senang terhadap sesuatu. Oleh karena itu, jika seseorang mempunyai perasaan
senang terhadap sesuatu maka seseorang tersebut akan mempunyai minat untuk
memperoleh sesuatu itu dengan usahanya agar keinginannya dapat tercapai.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat sebagai salah satu pendorong dalam proses belajar tidak muncul
dengan sendirinya, akan tetapi banyak faktor yang menimbulkan minat siswa
terhadap beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru bidang studi.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Minat dapat timbul dari situasi belajar. Minat akan timbul dari suatu yang
telah diketahui, dan kita bisa mengetahui sesuatu itu melalui belajar. Karena
itu, semakin banyak belajar, semakin luas pula bidang minatnya.
10

Situasi belajar dan pengajaran yang menarik harus memperhatikan dan
mempertimbangkan minat pribadi siswa. Mereka diberi kesempatan untuk
dapat giat sendiri, dan bebas berpartisipasi secara aktif selama proses
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Mereka diberi kebebasan untuk
mencari sendiri, berargumen, dan mencoba untuk memecahkan masalah
sendiri, dan guru berperan sebagai pembimbing.
b. Minat dapat juga dipupuk melalui belajar. Dengan bertambahnya
pengetahuan, minat akan timbul dan bahkan menggiatkan untuk mengenali
dan mempelajarinya. Minat juga erat hubungannya dengan dorongan, motif
dan respon emasional.
c. Pengalaman juga merupakan faktor penting dalam pembentukkan minat.
Karena dari pengalaman, dapat diketahui bahwa setiap pekerjaan
memerlukan usaha untuk menyelesaikannya. Minat yang timbul
berlandaskan kesanggupan dalam bidang tertentu akan mendorong ke usaha
yang lebih produktif. Ditambah dengan pengalaman dan pengetahuan, akan
mencapai sukses dalam batas-batas kemampuan yang dimiliki. Minat siswa

10
Singgih D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT BPK.
Gunung Mulia, 2003), Cet 4, h. 68.
14


akan bertambah jika ia dapat melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan
yang dipelajari itu ia akan mencapai tujuan tertentu.
d. Bahan pelajaran. Bahan pelajaran dapat mempengaruhi minat siswa, siswa
tidak akan belajar sebaik-baiknya apabila dari bahan pelajaran tersebut tidak
ada daya tarik baginya, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu.
Pelajaran yang menarik siswa, akan lebih mudah dipelajari dan disimpan
olehnya.
11

e. Pelajaran dan sikap guru. Pelajaran akan menjadi menarik bagi siswa, jika
mereka dapat melihat dan mengetahui adanya hubungan antarpelajaran
dengan kehidupan yang nyata yang ada di sekitarnya. Sikap guru yang
diperlihatkan kepada siswa ketika mengajar memegang peranan penting
dalam membangkitkan minat dan perhatian siswa. Guru yang tidak disukai
murid akan sukar merangsang timbulnya minat dan perhatian siswa.
12

f. Cita-cita, suatu dorongan yang besar pengaruhnya dalam belajar. Cita-cita
merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, yang biasanya
kebutuhan-kebutuhan itu disentralisasikan pada cita-cita itu, sehingga
dorongan tersebut mampu memobilisasikan energi psikis untuk belajar.
13
Yang kemudian akan menimbulkan minat belajar yang tinggi. Bagi siswa
yang memiliki cita-cita, maka minat belajarnya akan lebih daripada minat
siswa yang lain yang tidak mempunyai cita-cita. Ia akan terdorong terus
untuk belajar guna mencapai cita-citanya tersebut.
g. Motivasi
Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baika yang
bersifat internal maupun eksternal. Menurut D.P. Tampubolon yang

11
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010) Cet 4, h. 57.
12
Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terjemah: Bergman Sitorus,
(Bandung:CV Remadja Karya, 1987), h. 78.
13
Sumardi Suryakarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995),
Cet 7, h. 254.
15


mengatakan minat merupakan perpaduan antara keinginan yang dapat
berkembang jika ada motivasi.
14

Seorang siswa akan memperdalam ilmu pengetahuan tentang bahasa
Indonesia, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang
bahasa Indonesia, mendiskusikannya, dan sebagainya.
h. Keluarga
Orang tua adalah orang terdekat dalam keluarga. Oleh karena itu, keluarga
sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat seorang siswa terhadap
pelajaran. Sebagaimana yang disinyalir, Abdul Rachman Abror bahwa
Tidak semua siswa memulai studi baru karena faktor minatnya sendiri. Ada
yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut, karena
pengaruh dari gurunya, teman sekitar dan orang tuanya.
Namun, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang bersumber dari dalam diri (faktor
internal) maupun yang berasal dari luar (faktor eksternal). Faktor internal
meliputi niat, rajin, motivasi, dan perhatian. Faktor eksternal meliputi keluarga,
guru dan fasilitas sekolah, teman sepergaulan, media massa. Penjelasan secara
rinci sebagai berikut:
a. Faktor Internal:
1) Niat, niat merupakan titik sentral yang pokok dari segala bentuk
perbuatan seseorang.
2) Rajin dan kesungguhan dalam belajar seseorang akan memperoleh
sesuatu yang dikehendaki dengan cara maksimal dalam menuntut ilmu
tentunya dibutuhkan kesungguhan belajar yang matang dan ketekunan
yang intensif pada diri orang tersebut.
3) Motivasi, motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
minat seseorang karena adanya dorongan yang timbul dalam dir
seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan.

14
D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca pada Anak (Bandung: Angkasa,
1993), Cet 11, h. 41.
16


4) Perhatian, minat timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat
merupakan sebab akibat dari perhatian, karena perhatian itu
merupakan pengarahan tenaga jiwa yang ditujukan kepada suatu
obyek yang akan menimbulkan perasaan suka.
5) Sikap terhadap guru dan pelajaran, sikap positif dan perasaan senang
terhadap guru dan pelajaran tertentu akan membangkitkan dan
mengembangkan minat siswa, sebaliknya sikap memandang mata
pelajaran terlalu sulit atau mudah akan memperlemah minat belajar
siswa.
15

b. Faktor Eksternal:
1) Keluarga, adanya perhatian dukungan dan bimbingan dari keluarga
khususnya orang tua akan memberikan motivasi yang sangat baik,
bagi perkembangan minat anak.
2) Guru dan fasilitas sekolah, faktor guru merupakan faktor yang penting
pada proses belajar mengajar, cara guru menyajikan pelajaran di kelas
dan penguasaan materi pelajaran yang tidak membuat siswa malas,
akan mempengaruhi minat belajar siswa. Demikian pula sarana dan
fasilitas yang kurang mendukung seperti buku pelajaran, ruang kelas,
laboratorium yang tidak lengkap dapat mempengaruhi minat siswa
begitu juga sebaliknya.
3) Teman sepergaulan, sesuai dengan masa perkembangan siswa yang
senang membuat kelompok dan banyak bergaul dengan kelompok
yang diminati, teman pergaulan yang ada di sekelilingnya
berpengaruh terhadap minat belajar anak. Sebaliknya bila teman
bergaulnya tidak ada yang bersekolah atau malas sekolah maka minat
belajar anak akan berkurang atau malas.
4) Media massa, kemajuan teknologi seperti, VCD, Telepon, HP,
Televisi dan media cetak lainnya seperti buku bacaan, majalah, dan
surat kabar, semuanya itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa.

15
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 265268.

17


Jika siswa menggunakan media tersebut untuk membantu proses
belajar mengajar maka akan berkembang, tetapi bila waktu belajarnya
dipakai untuk menonton TV atau digunakan untuk yang lain yang
tidak semestinya tentunya akan berdampak negatif.

3. Macam-Macam Minat
Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain berdasarkan
timbulnya minat dan berdasarkan arah minatnya.
1. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Minat Primitif
Minat primitf adalah minatbyang timbul karena kebutuhan biologis atau
jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan, perasaan enak
atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks.
b. Minat sosial
Minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat
ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya, minat
belajar individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan
akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi,
sehingga hal ini dapat menimbulkan minat individu untuk belajar dan
berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini
mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.
2. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Minat intrinsik
Minat intrinsik adalah minat yang berlangsung berhubungan dengan
aktivitas sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar. Misalnya,
seseorang melakukan kegiatan belajar, karena memang pada ilmu
pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin
mendapatkan pujian atau penghargaan.
b. Minat ekstrinsik
Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir
dari kegiatan tersebut, apabila tujuan sudah tercapai ada kemungkinan
18


minat tersebut hilang. Misalnya, seorang yang belajar dengan tujuan agar
menjadi juara kelas.
16


4. Fungsi Minat dalam Belajar
Dalam proses belajar minat merupakan salah satu faktor psikologis yang
penting dalam belajar, minat mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya, tanpa minat seseorang akan melakukan tidak akan mungkin
melakukan sesuatu. Misalnya, seseorang anak menaruh minat terhadap bidang
studi bahasa Indonesia, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak
tentang bahasa terutama Bahasa Indonesia.
Fungsi minat besar sekali terhadap kegiatan belajar, karena minat
mempunyai andil yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan. Seseorang
akan memetik hasil belajarnya ketika ia berminat terhadap sesuatu yang ia pelajari
dan dengan sendirinya ia akan menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pelajaran.
Sebagaimana yang dikatakan oleh William James (1980) melihat bahwa minat
siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.
17
Minat merupakan faktor pendorong bagi anak didik dalam melaksanakan
usahanyauntuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Dengan demikian, jelas
terlihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan karena merupakan sumber
usaha anak didik.
18

Minat mendorong seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Minat akan
mengarahkan dalam memilih macam pekerjaan yang akan dilakukan. Minat juga
akan mengarahkan seseorang terhadap apa yang disenangi dan dikerjakannya.
19
Dengan demikian, kewajiban sekolah dan para guru untuk menyediakan
lingkungan yang dapat merangsang minat siswa terhadap proses belajar mengajar.

16
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 265268.
17
Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet
20, h. 27.
s
18
Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), Cet 4, h. 225.
19
Ibid, h. 29.
19


Guru harus pintar-pintar menarik minat siswa agar kegiatan belajar mengajar
memuaskan.
Dengan adanya minat proses belajar mengajar akan berjalan lancar dan
tujuan pendidikan akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Karena minat
sangat penting peranannya dalam pendidikan, maka yang harus mempunyai minat
bukan hanya siswa, melainkan guru yang harus mempunyai minat untuk
mengajar. Karena, kesiapan keduanya merupakan penunjang keberhasilan
kegiatan belajar mengajar.

5. Pengukuran Minat
Ada beberapa alasan bagi seorang guru perlu mengadakan pengukuran
terhadap minat anak-anak. Antara lain adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan minat anak-anak. Setiap guru mempunyai kewajiban
untuk meningkatkan minat anak-anak. Minat merupakan komponen yang
penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidkan dan dalam
pengajaran khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil
di dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Memelihara minat yang baru timbul.
Apabila anak-anak menunjukkan minat yang kecil, maka merupakan tugas
bagi guru untuk memelihara minat tersebut. Anak yang baru masuk ke
suatu sekolah mungkin belum begitu banyak menaruh minat terhadap
aktivitas-aktivitas tertentu. Dalam hal ini, guru wajib memperkenalkan
kepada anak-anak aktivitas tersebut.
c. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik. Oleh karena
itu, sekolah adalah suatu lembaga yang menyiapkan anak-anak untuk
hidup di dalam masyarakat. Maka, sekolah harus mengembangkan aspek-
aspek ideal agar anak-anak menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam
keadaan tertentu anak-anak sering menaruh minat terhadap hal-hal yang
tidak baik yang terdapat di luar sekolah di dalam masyarakat yang jauh
dari ideal. Dalam kedaan demikian sekolah melalui guru-guru hendaknya
memberantas minat anak-anak yang tertuju kepada hak-hal yang tidak
20


baik, dengan adanya metode positif yang mengalihkan minat tersebut ke
dalam hal-hal yang baik.
d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang
lanjutan studi atau pekerjaan yang cocok baginya. Walaupun minat bukan
merupakan indikasi yang pasti, tentang sukses tidaknya anak dalam
pendidikan yang akan datang atau dalam jabatan.
20


6. Metode Pengukuran Minat
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengadakan
pengukuran minat. Di bawah ini akan diuraikan metode-metode pengukuran
tersebut.
a. Observasi
Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai keuntungan
karena dapat mengamati minat anak-anak dalam kondisi yang wajar dan
tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik
dalam kelas maupun di luar kelas. Pencatatan hasil-hasil observasi dapat
dilakukan selama observasi berlangsung.
b. Interview
Interview baik dipergunakan untuk mengukur minat anak-anak, sebab
biasanya anak-naka gemar memperbincangkan hobinya dan aktivitas lain
yang menarik hatinya. Pelaksanaan interview ini biasanya lebih baik
dilakukan dalam situasi yang baik tidak formal (inforrnal approach),
sehingga percakapan akan dapat berlangsung lebij baik. Misalnya dalam
percakapan sehari-hari di luar jam pelajaran, dengan mengadakan
kunjungan rumah dan sebagainya. Guru dapat memperoleh informasi
tentang minat anak-anak dengan menanyakan kegiatan-kegiatan apa yang
dilakukan oleh anak setelah pulang sekolah.



20
Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), Cet 4, h. 225-229.

21


c. Kuesioner
Dengan mempergunakan kuesioner guru dapat melakukan pengukuran
terhadap sejumlah anak sekaligus. Dengan demikian, apabila
dibandingkan dengan interview dan observasi, kuesioner ini jauh lebih
efisien dalm penggunaan waktu. Isi pertanyaan yang diajukan dalam
kuesioner pada prinsipnya tidak berbeda dengan isi pertanyaan dengan
interview. J adi, dalam kuesioner guru dapat menanyakan tentang kegiatan
kegiatan yang dilakukan anak di luar sekolah.
d. Inventori
Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran atau
penilaian yang sejenis dengan kuesioner, yaitu sama-sama merupakan
daftar pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya ialah dalam kuesioner
responden menulis jawaban-jawaban yang relatif panjang terhadap
sejumlah pertanyaan, sedangkan pada inventori responden memberi
jawaban dengan memberi lingkaran, tanda chek (), mengisi nomor atau
tanda-tanda lain yang berupa jawaban-jawaban yang singkat terhadap
sejumlah pertanyaan yang lengkap.
21


B. Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar secara etimologis, belajar memiliki arti berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu.
22
Usaha untuk mencapai kepandaian dan ilmu tersebut
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilimu
atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga, dengan belajar
manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki
tentang sesuatu.


21
Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), Cet 4, h. 225-229.
22
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media Group, 2007), h. 13.
22


Belajar merupsksn salah bentuk perilaku yang amat pentingbagi kalangan
hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan
lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup
(survived).
Belajar secara sederhana dikatakan sebagi proses perubahan belum mampu
menjadi sudah mamapu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang
terjadi itu harus secara relative bersifat mentap (permanen) dan tidak hanya terjadi
pada perilaku yang saat ininampak (immediate bebavior) tetapi juga pada perilaku
yang mungkin terjadi di masa mendatang (pitensia behavior). Hal ini yang perlu
diperhatikan ialah bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena
pengalaman.
23

Crobach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a
result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah lau sebagai hasil dari pengalaman.
Howard L. Kingkey mengatakan bahwa learning is the process by which
behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or
training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan
atau diubah melalui pratek atau latihan.
Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulakn
bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif afektif, dan psikomotor.
24

Menurut Hilgrad dan Bower Belajar adalah:
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
situasi tertentu yang disesbabkan oleh pengalamannya yang berulang-
ulang dalam situasi tertentu itu, di mana perubahan tingkah l;aku itu tidak

23
Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Total Grafika, 2002), h. 105.
24
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008),h. 13.
23


dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya, kelelahan,
pengaruh obat, dan sebagainya).
25


Thursan Hakim menyatakan dalam bukunya belajar secara efektif:
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahana tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkahlaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain
kemampuannya.
26


Suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi.
Menurut Soekamto dan Winataputra menyatakan:
Belajar merupakan proses yang menyeba kan perubahan tingkah laku
disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya
proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak
terjadi karena adanya warisan genetik atau respon secara alamiah,
kedewasaan , atau keadaan organisasi yang bersifat temporer, seperti
kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya. Melainkan
perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan
dari semuanya.
27


Dan dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya.
Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri adapun dengan orang lain
itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu
dapat berhasil dengan baik.
Menurut definisi beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan
pengertian belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.



25
NgalimPurwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h.
84.
26
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007), h. 5.
27
Soekarno dan Winataputra dalamBaharuddin dan Nur Wahyuni, Teori Belajar dan
Pembelajaran, (Yogyakarta: Global Pustaka Ilmu, 2002), h.14.
24


Ciri-ciri belajar menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni adalah:
1. Belajar ditandai dengan adanya tingkah laku (Change Bahavior). Ini berarti
bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya
perubahan tingkah laku, dan tidak tahu menjadi terampil. Tanpa mengamati
tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahu ada tidaknya hasil
belajar.
2. Perubahan tingkah laku relatif permanent. Ini berarti bahwa perubahan
tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau
tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan
terpancang seumur hidup.
3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diatasi pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan tingkah laku tersebut bersifat
potensial.
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.
28


Dengan belajar, seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh karena dengan adanya belajar seseorang dari yang tidak mengerti
menjadi mengerti serta ditambanh pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan
pelajaran untuk masa yang akan datang.
Dan ciri-ciri belajar menurut Edi Suardi adalah sebagai berikut:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik
dalam suatu perkembangan tertentu.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain utnuk
mencapai tujuan yang telah ditettapkan.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus.
4. Ditandai dengan aktifitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak
didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar sebagai pembimbing. Dalam peranannya
sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan
motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan displin. Displin dalam
kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku
yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh
pihak guru maupun anak didik dengan sadar.

28
Baharrudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajarh. 15.
25


7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam
sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri
yang tidak bisa ditinggalakan.

Dalam belajar mengajar guru harus bisa mengatur dan memanfaatkan
waktu secara efesien agar materi yang disampaikan dalam belajar mengajar dapat
berjalan dengan lancar sehingga sesuai dengan tujuan pengajaran. Dalam kegiatan
belajar mengajar seseorang guru dituntut harus mengendalikan kelas agar dapat
menarik minat siswa dalam belajar. J ika, pengajaran lanacar otomatis siswa akan
mengalami perubahan tingkah laku.
J adi, minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan
mengingat secara terusmenerus terhadap sesuatu (orang, benda, atau kegiatan)
yang disertai dengan kegiatan untuk mengetahui dan mempelajarinya serta
membuktikan dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap.

2. Ciri-Ciri Belajar
J ika hakikat belajara merupakan perubahan tingkah laku, maka ada beberapa
perubahan tertentu yang termasuk ke dalam ciri-ciri belajat sebagai berikut:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Perubahan ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi
adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya, ia menyadari bahwa
pengetahuannya bertamabah, kecakapannya bertambah, dan kebiasaannya
bertambah.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajarnya berikutnya. Misalnya, jika seseorang
anak belaja menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa
menulis menjadi dapa menulis.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
26


Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik baik dari sebelumnya.
Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin
banyak perubahan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang
bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya,
melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah
laku karena proses perubahan kematangan yang terjadi dengan sendirinya
karena dorongan dari dalam.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya beberapa
saat saja, seperti berkeringat, mengeluarkan air mata, menangis dan
sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian
belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat mentap atau
permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan
bersifat menetap. Misalnya, kecapakan seorang anakdalam memainkan
pianosetelah belajar tidak hilang, melainkan akan terus menerus dimiliki
bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar
disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah
menetapkan apa yang mungkindapat dicapai dengan belajar mengetik, atau
tingkat kecakapan mana yang dicapainya.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui sesuatu proses belajat
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. J ika seseorang belajar
sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya. Misalnya, jika seseorang belajar naik sepeda, maka perubahan
yang paling tampak adalah keterampilan naik sepeda itu.
29


29
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008),h. 15.
27


Berdasarkan penjelasan tentang ciri-ciri belajar di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa ciri-ciri belajar itu disebabkan karena adanya proses belajar
yang dapat merubah tingkah laku individu masing-masing. Proses belajar pun
dapat merubah individu menjadi seseorang yang lebih mengetahui dan
mempunyai keterampilan yang sangat berguna. Dengan belajar pun seseorang
akan menambah pengetahuan yang belum tahu menjadi pengetahuan yang sudah
tahu.

3. Jenis-Jenis Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang
memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek
materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah lakuk
yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia
pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-
macam. Oleh karena itu, belajar pun mempunyai jenis-jenisnya sebagai berikut:
a. Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.
Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan
masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari yang abstrak
diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atau prinsip,
konsep, dan generalisasi.
b. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan
motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot
atau neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasaui
keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan
intensif dan teratur sangat diperlukan.
c. Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah masalah
dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah
untuk menguasai pemahamn dan kecakapan dalam memecahkan masalah
28


sosial seperti keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan
masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
30

d. Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan
metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan
teliti. Tujuannya adalah untuk memperolh kemampuan dan kecakapan
kognitif untuk memcahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas.
Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-
prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) sangat diperlukan.
e. Belajar Rasional
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir
secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya adalah
untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip
dan konsep-konsep. J enis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar
pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki
kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memcahkan
masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis,
dan sistematis (Reber, 1988).
f. Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru
atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan,
selain menggunakan perintah, suri telanda dan pengalaman khusus, juga
menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh
sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan
positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstaul).
g. Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti
penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh
dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam

30
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
Rosdakarya, 2008), h. 122

29


hal ini kemampuan mengenai secara tepat terhadap nilai objek tertentu
misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.
h. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) adalah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini
juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk
menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan
eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa
memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap
pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiata
khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat
laboratirium dan penelitian lapangan.
31


Berdasarkan jenis-jenis belajar yang telah dijelaskan di atas, penulis
berpendapat bahwa sebagai manusia yang mempunyai akal dan pikiran. Dapat
melakukan salah satu kegiatan belajar di atas atau melakukan semua kegiatan
belajar tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada dalam diri masing-
masing. Maka, penulis pun dapat menyatakan bahwa semua jenis-jenis belajar
yang telah dijelaskan di atas semua sangat penting dan dapat dijalankan sesuai
dengan tingkat kemampuan yang ada di dalam diri masing-masing.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.

31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
Rosdakarya, 2008), h. 122
30


c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran meteri-materi pelajaran.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap
ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksteranal) umpamanya,
biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak
mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal)
dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan
memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar.
a. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu:
1.) aspek pisiologis (yang bersifat jasmaniah), 2.) aspek psikologis (yang
bersifat rohaniah).
1. Aspek Psikologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai
pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta
(kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak
berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar,
siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang
bergizi.
2. Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa.
Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya
dipandang lebih esensial itu sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan atau
inteligensi siswa, 2) sikap siswa, 3) bakat siswa, 4) minat siswa, dan 5)
motivasi siswa.
31


a. Inteligensi Siswa
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyelesaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). J adi,
inteligensi yang sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
b. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response
tendency) dengan cara relative tetap terhadap objek orang, barang,
dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
c. Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian,
sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakatdalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip
dengan inteligensi. Itulah sebabny seorang anak yang berinteligensi
sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior)
disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.
d. Minat Siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam
psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-
faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi, dan kebutuhan.
e. Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik
manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat
32


sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya
(energizer) untuk bertingkah secara terarah (Gleitman, 1986;
Reber, 1988).
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakuakn
tindakan belajar. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang
datang baru luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar.
b. Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua
macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar
seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku
yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin
khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi,
dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa .
2. Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menetukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menujang efektivitas dan efensiensi proses
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini seperangkat langkah
33


operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah
atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).
32


Dari beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa dalam belajar semua faktor-faktor belajar sangat penting
baik dari faktor internal, eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Apabila dalam
kegiatan belajar baik di sekolah ataupun di rumah tidak ada salah satu faktor
belajar yang mendukung atau mendorong. Maka, kegiatan belajar tidak akan
berjalan dengan baik.

C. Hakikat Bahasa Indonesia
1. Pengertian Bahasa
Harimurti memberikan batasan bahasa sebagai sistem lambang arbitrer
yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Batasan ini merupakan batasan yang lazim diungkapkan,
baik oleh para ilmuwan bahasa maupun para ilmuwan yang lainnya.
Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian
bahasa ke dalam tiga batasan, yaitu: 1) sistem lambang bunyi berartikulasi
(yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer, pen)
dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan
perasaan dan pikiran; 2) perkataan-perkataan yang di pakai oleh suatu bangsa
(suku bangsa, daerah, negara, dan sebagainya); 3) percakapan (perkataan) yang
baik, sopan santun, dan tingkah laku yang baik.
Dua ilmuwan Barat, Bloch dan Trager, mendefinisikan bahasa sebagai
suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbriter yang dipergunakan oleh suatu
kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi (Language is a system of
arbitrer vocal symbol by means of which a social group cooperates).
Senada dengan Bloch dan Trager, Joseph Bram mengatakan bahwa
bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer

32
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya,
2008), h. 122.
34


yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul
satu sama lain (a language is a structured system of arbritary vocal symbol by
means of which member of a social group interact).
Ronald Wardhaugh, seorang Linguis Barat, dalam Introduction to
Linguistics memberikan definisi sebagai berikut: bahasa adalah suatu sistem
simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk komunikasi manusia (a
system of arbritary vocal symbol used of human communications).
33

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh
dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi.
Kaidah aturan, dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan
tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik,
penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama, dan
identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan
adalah bahasa sekunder. Arbitrer, yaitu tidak adanya hubungan antara lambang
bunyi dengan bendanya.
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan
tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang
dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-
kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan
bicara atau target komunikasi.
Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara
bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih
digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki
bahasa sendiri.
34

Dari beberapa pengertian tentang bahasa, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat dipakai oleh

33
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hal 21.
34
http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-
bahasa-indonesia
35


sekelompok masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi. Bahasa juga
digunakan untuk mengetahui ciri bahasa yang dipakai oleh masyarakat yang ada
di Indonesia. Dengan adanya bahasa, masyarakat dapat berkomunikasi sesuai
dengan bahasa yang dimilkinya dan segala permaslahan dapat dipecahkan dengan
adanya alat komunikasi atau bahasa.

2. Fungsi Bahasa Indonesia
Secara umum, fungsi bahasa ada tiga, yaitu alat komunikasi, alat
ekspresi, dan alat berpikir. Ketika seseorang menggunakan bahasa, ada sesuatu
yang ingin disampaikan berupa informasi. Informasi tersebut bisa ditransformasi
dua arah arah seperti pada dialog, dan ada juga disamapaikan searah seperti pada
pidato. Ekspresi seseorang ketika menyatakan senang atau susah paling lengkap
dinyatakan dengan bahasa, tidak dapat hanya tersenyum atau menangis. Ekspresi
yang menggunakan bahasa tubuh tidaklah lengkap. Dalam fungsinya sebagai alat
berpikir, bahasa selalu dipakai baik secara lisan maupun tulis. Fungsi bahasa
sebagai alat berpikir adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan hasil
penelitian, bahasa dalam buku-buku ilmu pengetahuan, bahasa dalam sminar,
dana lain-lain.
Secara khusus, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi
antaranggota masyarakat Indonesia. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai
lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam. Hal ini, sesuai
dengan prinsip sosiologis yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat hidup
seorang diri. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia pasti memerlukan
orang lain. Mereka pun berkomunikasi dalam berbagai lingkungan di tempat
mereka berada, seperti antaranggota keluarga, antarmasyarakat, antarteman
sejawat, antarilmuwan, dan sebagainya.
35

Bahasa menunjukkan perbedaan antara satu penutur dengan penutur
lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu
kesatuan sehingga bahasa memungkinkan tiap individu menyesuaikan dirinya

35
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia, (Jakarta:
FITK PRESS, 2010), hal 2
36


dengan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat bahasa tersebut. Bahasa juga
melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan,
kemauan bahkan dan melambangkan tingkah laku seseorang.
Kedudukan bahasa mempunyai dua kedudukan, yaitu kedudukan
sebagai bahasa nasional dan kedudukan sebagai bahasa negara. Bahasa nasional
mulai berlaku sejak tanggal 28 Oktober 1928 yang biasa diperingati Hari Sumpah
Pemuda. Bahasa negara mulai berlaku sejak tanggal 18 Agustus 1945 dengan
adanya Pancasila dan UUD 1945 pasal 36 yang isinya tentang bahasa Indonesia.

3. Tujuan dan Manfaat Kemahiran Bahasa
Melihat dari fungsi bahasa di atas, terutama fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi, maka maksud utamanya adalah berusaha untuk memberikan dasar-
dasar kepada masyarakat untuk memperoleh kemahiran berbahasa, baik
menggunakan bahasa secara lisan maupun tulisan agat mereka mendengar atau
diajak berbicara dengan mudah memahami apa yang dimasudkan. Untuk langkah
awal, bahasa yang harus dipergunakan ialah bahasa yang paling umum dipakai
dan tidak menyalahi norma-norma umum yang berlaku.
J adi, seseorang yang jarang atau belum mahir bahasa akan mengalami
kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain.
Begitu pula, dengan bahasa yang dipergunakan. J ika bahasa yang digunakan tidak
umum berlaku, sukar memperoleh komunikasi yang lancar. Semua ini dapat
menimbulkan kesalahpahaman.
Latihan kemahiran berbahasa dimasudkan untuk mengembangkan
potensi pribadi yang ada. Dengan latihan-latihan yang intensif, kita akan
memperoleh keahlian bagaimana menggunakan daya piker yang intensif,
menguasai struktur bahasa dan kosakata secara meyakinkan, menggunakan suara
dan artikulasi bahasa yang tepat, menggunakan isyarat dan air muka sesuai
dengan suasana dan isi pembicaraan. Dengan demikian, kemahiran bahasa akan
37


mendatangkan keuntungan bagi masyarakat bila dipergunakan sebagai alat
komunikasi yang baik terhadap sesame masyarakat.
36

Bila sudah memperoleh kemahiran berbahasa, secara tidak langsung
kita memperoleh beberapa macam kemampuan lainnya. Kemampuan tersebut
muncul sendirinya pada tahap seseorang betul-betul mahir berbahasa, seperti:

a. Lebih mengenal diri sendiri;
b. Lebih dalam memahami orang lain;
c. Belajar mengamati dunia sekitar kita lebih cermat;
d. Mengembangkan suatu proses berpikir yang jelas dan teratur.
37

Di samping itu, pemakai bahasa tidak hanya mencapai kemahirannya,
tetapi juga hanya memiliki moral dan akhlak yang tinggi karena sejarah telah
memperlihatkan bahwa seseorang yang memiliki kemahiran berbahasa yang
tinggi berpotensi menghancurkan umat manusia dan kebudayaannya. Hal ini,
termasuk kemahiran berbahasa.

4. Ragam Bahasa
Ragam bahasa secara garis besarnya terbagi atas ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulis. Keduanya mempunyai perbedaan yang sangat jelas. Ragam
bahasa lisan ditandai dengan penggunaan lafal atau pengucapan, intonasi,
kosakata (baku dan tidak baku), dan penyusunan kalimat yang agak longgar (baku
dan tidak baku). Ragam bahasa lisan menghendaki orang kedua atau teman
berbicara. Ragam ini sangat terikat dengan situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
Beberapa contoh ragam lisan:
1. Fotokopi ijazah harus diregalisir dulu oleh Dekan.
2. Karena hari hujan, motornya nabrak trotoar di tepi jalan.
3. Mereka sedang bikin proposal penelitian.
4. Saya sudah kasih tau tentang hal itu.

36
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia, (Jakarta:
FITK PRESS, 2010), hal 2
37
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia,
(Jakarta: FITK PRESS, 2010), hal 2.
38


5. Rina sedang masak nasi.
Ragam bahasa tulis sangat terikat dengan tanda baca dan pemakaian kata baku.
Kadang-kadang orang yang tidak biasa memakai bahasa tulis akan
merasa sangat berat dan sulit ketika sedang mengarang. Oleh sebab itu, bagi
mahasiswa, pembelajaran bahasa Indonesia lebih ditekankan kepada bahasa tulis.
Hal ini sangat berhubungan dengan perkuliahan yang menuntut mahasiswa untuk
dapat menulis karya ilmiah berupa makalah atau skripsi.
Di samping ragam bahasa, dikenal pula adanya laras bahasa. Laras ini
dipengaruhi oleh temapat bahasa tersebut digunakan. Hal ini akan muncul bahasa
selaras. Ada kosakata laras bahasa biologi, misalnya: kawin. Ada juga kosakata
laras bahasa hokum, misalnya: nikah. Apa beda sudut dengan pojok? Kata sudut
adalah kosakata laras bahasa geometrid dan pojok adalah kosakata laras bahasa
umum, misalnya: Garis itu membentuk sudut 90 derajat tidak tepat Garis iru
membentuk pojok 90 derajat. Laras bahasa agama digunakan dalam komunikasi
keagaman. Demikian pula laras-laras yang disesuaikan dengan profesi atau strata
sosial.
38

Ragam bahasa juga bisa dibedakan, berdasarkan penutur atau
pembicara (pemakainya) yaitu :
1. Ragam regional (dialek)
Varian bahasa yang disebabkan adanya perbedaan daerah.
Contoh : dialek J akarta, dialek Batak dan sebagainya.
2. Ragam pribadi (idiolek)
Varian bahasa yang disebabkan adanya kebiasaan atau cara berbahasa yang
khas pada seseorang. Idiolek merupakan ciri khas kebahasaan seseorang.
3. Ragam sosial (sosiolek)
Varian bahasa yang disebabkan adanya perbedaan kelompok sosial tertentu
dalam masyarakat. Seperti, kelompok cendekiawan, pengusaha, pegawai,
remaja, orang tua, dan sebagainya.


38
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia,
(Jakarta: FITK PRESS, 2010), hal 2.
39


4. Ragam temporal
Varian bahasa yang dipakai dalam kurun waktu tertentu. Seperti bahasa yang
dipakai dalam tahun 1945 Djakarta tetapi zaman sekarang sudah menjadi
J akarta
.
5. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Di atas sudah dinyatakan bahwa adanya bahasa sesuai dengan kebutuhan.
Kebutuhan tersebut melahirkan ragam bahasa. Ragam bahasa baku digunakan di
forum ilmiah. Demsikian pula, ragam tidak baku digunakan di forum tidak resmi.
Ragam bahasa anak muda digunakan di forum anak muda. Ragam bahasa pasar
digunakan di pasar. Berbicara dengan orang yang rendah pendidikannya, kita
harus menggunakan kosakata yang sederhana. Para ulama menggunakan bahasa
agama dalam berkomunikasi dengan umatnya.
Semua ragam itu tidak dapat ditukar. J ika ditampilkan dengan pakaian,
ragam bahasa adalah jenis pakaian yang selalu disesuaikan dengan
peruntukannya. Pakaian renang tentu tidak baik dipakai pada forum pesta.
Demikian pula sebaliknya. Pakaian senam tidak sesuai digunakan pada forum
resmi misalnya rapat atau sebaliknya. Demikian pula dengan bahasa, jika ditukar
penggunaan bahasa menjadi tidak baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa
yang baik adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal
ini biasanya berhubungan dengan nilai rasa. Seseorang bisa saja menguasai
bahasa lisan secara fasih, namun sulit menguasai bahasa tulis dengan baik karena
berbeda ragamnya. Orang yang menguasai bahasa Indonesia ragam lisan belum
tentu dapat menggunakan ragam tulis dengan baik.


40


Adapun bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah
yang ada. Bahasa yang benar harus menggunakan tatabahasa, sistem ejaan,
artikulasi, dan kalimat yang sesuai dengan aturan bahasa.
39

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa yang mengikuti
kaidah bahasa yang sudah ditetapkan seperti EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
dan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam penggunaan bahasa
yang baik dan benar harus sesuai dengan kondisi dan situasi di mana seseorang
melakukan komunikasi.





















39
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia,
(Jakarta: FITK PRESS, 2010), hal 2.
41


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melalui pendekatan kualitatif.
Pendekatan ini dilakukan pada metode analisis deskriptif.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada selama 6 bulan atau 1 semester, dan
bertempat di SMA PGRI 56 Ciputat.

C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA SMA
PGRI 56 Ciputat, sedangkan sampel dalam penelitian ini yang diambil adalah
kelas XI IPA Bahasa Indonesia yang berjumlah 31 siswa diambil secara random.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk
mengumpulkan data sesuai dengan permasalahan yang sudah tentu. Adapun
teknik pengumpulan data tersebut adalah berupa:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data melakukan pengamatan
langsung atau tidak langsung di lapangan. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan observasi dengan datang langsung dan menanyakan minat
belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56
Ciputat.
2. Angket
Angket adalah salah satu teknik pengumpulan data yang berbentuk
kumpulan pernyataan. Penyebaran angket yang penulis lakuakn adalah
kepada siswa kelas XI IPA SMA PGRI 56 Ciputat yang penulis jadikan
41
42


sampel dalam penelitian ini dan sampel diambil sesuai dengan banyaknya
siswa, yaitu 31 siswa.
3. Wawancara
Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam
suatu penelitian kualitatif. Dalam teknik ini, penulis melakukan
wawancara langsung dengan pihak terkait serta mengetahui terhadap
permasalahan yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar khususnya
dalam minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di
SMA PGRI 56 Ciputat.

Berikut ini terdapat kisi-kisi angket tentang minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran bahasa Indonesia.
Table 1
Kisi-kisi Angket tentang Minat Belajar Siswa terhadap
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
No Indikator Banyak
Butir
Item
1 Perasaan senang terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia
5 3,6,8,15,18
2 Ketertarikan terhadap mata pelajaran
bahasa Indonesia
5 4,5,7,12,14
3 Perhatian guru 6 2,10,11,13,16,17
4 Semangat siswa dalam mengikuti
mata pelajaran bahasa Indonesia
3 1,19,20






43


E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pernyataan-
pernyataan yang dibentuk berupa angket, yang kemudian diberikan kepada objek
penelitian, yaitu siswa-siswi yang peneliti pilih dan menjadi sampel dalam
penelitian.
Selain angket di atas, peneliti juga menggunakan instrument wawancara
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada guru bahasa Indonesia untuk
mendapatkan informasi yang akurat tentang penelitian mata pelajaran bahasa
Indonesia.

F. Teknik Analisis Data
Setelah angket tentang minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia terkumpul dengan lengkap. Tahap berikutnya adalah penulis
menganalisis data tentang minat belajar siswa bahasa Indoesia, dilakukan dengan
menggunakan bentuk skoring, untuk menentukan skoring semua pernyataan setiap
itemnya dengan bobot nilai setiap jawaban sebagai berikut:

Tabel 2
Skor Item Alternatif Jawaban Positif dan Negatif
No Alternatif Jawaban Nilai
Positif (+) Negatif (-)
1 Ya 5 4
2 Tidak 4 5

Untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa, didapat dengan cara
sebagai berikut:
1. Menjumlahkan semua skor dari tiap-tiap responden
2. Perolehan data dari angket dipresentasikan dengan rumus sebagai berikut:



44


P =F x 100%
N

Keterangan:
P : Angka Persentase
F : Frekuensi (jumlah jawaban responden)
N : Number of Case (banyaknya individu)















45


BAB IV
HASIL PENELITIAN

Dalam bab IV ini akan dijabarkan tentang hasil penelitian yang terkait
dengan gambaran umum SMA PGRI 56 Ciputat dan hasil analisis data.
A. Gambaran Umum SMA PGRI 56 Ciputat
1. Sejarah dan Perkembangan SMA PGRI 56 Ciputat
SMA PGRI 56 Ciputat berlokasi di jalan Pendidikan No. 30 Tangerang
Selatan 15411. Tidak jauh dari Pasar Ciputat Tangerang Selatan. Dilihat dari
lokasi keberadaan SMA PGRI 56 Ciputat cukup strategis dan mudah dijangkau
baik dari Pamulang, Parung, Ciputat, dan Serpong dan mempunyai luas tanah
kurang lebih 1440 M. Sekolah itu pun bergabung dengan SMP PGRI Ciputat.
SMA PGRI 56 Ciputat pun dapat sukses sampai sekarang ini, karena ditangani
oleh Kepala Sekolah yang bernama Drs. Asep Setiadi, M.Pd. Jumlah tenaga
pendidik di SMA PGRI 56 Ciputat sangat berkualitas, karena mempunyai jumlah
tenaga pendidik yang cukup banyak yaitu 24 tenaga pendidik yang PNS 4
pendidik dan Non PNS 20 pendidik.
Tahun Pelajaran 2009/2010 SMA PGRI 56 Ciputat mempunyai nilai rata-
rata UN yang cukup memuaskan baik di jurusan IPA dan jurusan IPS. Dengan
nilai rata-rata UN Tahun Pelajaran 2009/2010 sebagai berikut:
Program IPA
Bahasa Indonesia : 6,68
Bahasa Inggris : 8,51
Matematika : 6,78
Fisika : 7,68
Biologi : 8,44
Kimia : 8,06


45
46


Program IPS
Bahasa Indonesia : 6,27
Bahasa Inggris : 8,65
Matematika : 8,39
Ekonomi : 8,37
Sosiologi : 7,37
Geografi : 6,62
Tahun 2009/2010 mempunyai data Pendaftaran Siswa Baru (PSB) beserta
jumlah siswanya, maka data dan jumlah siswa tersebut adalah data siswa yang
mendaftar siswa laki-laki 40 dan siswa perempuan 30. Sedangkan siswa yang
diterima di SMA PGRI 56 Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah siswa laki-laki 31
dan siswa perempuan 29.
Jumlah siswa untuk SMA PGRI 56 Ciputat ada tiga kelas, yaitu jumlah
siswa untuk kelas X 59 siswa yang terdiri dari 31 siswa laki-laki dan 28 siswa
perempuan. Kelas XI 68 siswa yang terdiri dari 33 siswa laki-laki dan 35 siswa
perempuan. Sedangkan kelas XII 92 siswa yang terdiri dari 52 siswa laki-laki dan
40 siswa perempuan. Maka, jumlah seluruh siswa PGRI 56 Ciputat Tahun
Pelajaran 2009/2010 adalah 219 siswa baik siswa laki-laki maupun siswa
perempuan.
VISI DAN MISI SMA PGRI 56 Ciputat:
Visi: Menjadikan SMA PGRI 56 Ciputat sebagai pusat pengembangan
pendidikan, kebanggaan masyarakat yang menghasilkan kader-kader bangsa
berkualitas yang unggul dalam IPTEK dan IMTAQ.
Misi: 1. Menyelenggarakan pendidikan umum yang bersifat nasional
2. Menghasilakn tamatan yang kompeten, terampil dan bermutu
3. Menghasilkan tamatan yang berguna bagi dirinya, bangsa dan Negara
4. Menjadikan lembaga pendidikan kebangsaan masyarakat Ciputat dan
sekitarnya
5. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi kepada pengembangan
potensi siswa dalam membentuk manusia seutuhnya.

47


2. Kurikulum
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah harus mempunyai pedoman
dan pegangan di dalam belajar, khususnya bagi seorang pendidik atau guru.
Sehubungan dengan hal tersebut dan berdasarkan pendidikan nasional yang
berlakukan sekarang ini, garis-garis besar pedoman pengajar dan pedoman
pelaksanaan di dalam kurikulum.
Oleh karena itu, kurikulum di SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu kurikulum
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah disempurnakan atau
suplemen dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 3
Kurikulum SMA PGRI 56 Ciputat
No Mata Pelajaran Jam
Kelas
1
Kelas
2
Kelas
3
1 Pendidikan Agama 2 2 2
2 Pendidikan kewarnegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 6 6 6
4 Bahasa Inggris 6 6 6
5 Matematika 6 6 6
6 Fisika 2 1 2
7 Biologi 2 1 2
8 Kimia 2 1 2
9 Sejarah 2 2 3
10 Geografi 2 2 3
11 Ekonomi 2 1 2
48


12 Sosiologi 2 1 2
13 Seni Budaya 2 2 4
14 Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan
2 2 4
15 Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)
2 2 4
16 Pengembangan Diri 2 2 4

3. Keadaan Tenaga Pengajar, Staf TU, dan Penjaga Sekolah
Tenaga pengajar di SMA PGRI 56 Ciputat berjumlah 29 seorang pendidik,
yaitu terdiri dari 20 pendidik laki-laki dan 9 pendidik perempuan. Untuk staf TU
berjumlah 4 tenaga terdiri dari 3 tenaga tata usaha tetap dan tidak tetap. Dan
penjaga sekolah berjumlah 3 tenaga.
a. Tenaga Pengajar
Tabel 4
Keadaan Tenaga Pengajar SMA PGRI 56 Ciputat
No Nama Jenis
Kelamin
Pendidikan Bidang Studi
1 Drs. Asep Setiadi, M.Pd L S2 Fisika
2 Novia Roza, M.Pd P S2 Bahasa Inggris
3 Siti Aisyah, M.Pd P S2 Ekonomi
4 Dra. Ulfiani Rahmah P S1 Biologi
5 Drs.Tatang Gunawan L S1 Matematika
6 Junaedi, S.Pd. M.M L S1 Ekonomi
49


7 Dra. Ecin Kuraesin P S1 Bahasa Indonesia
8 H. Hasan HB, M.Pd L S2 Sosiologi
9 Drs. Sidup Usman L S1 Bahasa Indonesia
10 Tatang Setiawan, S.Pd L S1 Matematika
11 M. Zaenudin, S.E L S1 Penjaskes
12 Dra. Tienefia Agus P S1 Fisika, Kimia
13 Tatan ZM, S.Ag., M.Pd L S2 Agama, PSPJD,
Matematika
14 Buyung Tarmizi, S.Pd L S1 Sejarah
15 Abdul Rohim, S.Pd L S1 Fisika, Al-Quran
16 Yunita Nurhidayati,
S.Hum
P S1 Sosiologi
17 Cucu Purnama Alam A,
S.Pd
P S1 Seni Budaya
18 Heru Sutanto, S.Pd L S1 Geografi
19 Budiyanto, S.Pd L S1 Sejarah/PKN
20 Yusep K. Sukma, S.E L S1 Komputer/TIK
21 Drs. Hartono, S.Pd L S1 Fisika
22 Evend Afriansyah L - TIK
23 Duduh Durachman L - PSPJ PGRI
24 Titin Kurniani P - -
50


25 Nia Kurniasih, S.Pd P S1 -
26 Kusnandar, A.Md L - -
27 M.H. Tamrin P S1 Matematika
28 Eka Rostika Sari, S.Pd P S1 Matematika
29 Agus Suhandi, S.Pd. I L S1 Agama Islam
30 Agus Purwanto L - Piket
31 Tugimin L - Pesuruh
32 Lili L - Pesuruh

Tabel 5
Keadaan Staf TU SMA PGRI 56 Ciputat
No Tenaga Tata Usaha Jumlah Staf TU
1 Tata Usaha Tetap 3 orang
2 Tata Usaha Tidak Tetap 1 orang
Jumlah 4 orang







51


Tabel 6
Keadaan Penjaga Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat
No Tenaga Penjaga Jumlah
1 Satpam 3 orang
Jumlah 3 orang

b. Siswa
Jumlah siswa SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebanyak 219 siswa.
Yang terdiri dari kelas X sebanyak 59 siswa, kelas XI sebanyak 68 siswa,
dan kelas XII sebanyak 92 siswa. Untuk memperjelas pernyataan di atas,
maka dilihat tabel di bawah ini:
Table 7
Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Jenis Kelamin
No Kelas Jenis kelamin Jumlah
L P
1 Kelas X 31 28 59
2 Kelas XI 33 35 68
3 Kelas XII 52 40 92
Jumalah 116 103 219

5. Sarana dan Prasarana
Bangunan atau keadaan sarana dan prasarana SMA PGRI 56 Ciputat
Tabel 8
Sarana dan Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Kondisinya
No Jenis Fasilitas Jumlah Kondisi
A Administrasi
1 Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang Baik
2 Ruang Guru 1 Ruang Baik
3 Ruang Pelayanan Administrasi 1 Ruang Baik
B Kegiatan Belajar
1 Ruang Kelas 10 Ruang Baik
52


2 Ruang Lab. Fisika/Kimia/Biologi 1 Ruang Baik
3 Ruang Lab. Bahasa 1 Ruang Baik
4 Ruang Praktek Komputer 1 Ruang Baik
C Penunjang Pendidikan
1 Ruang Perpustakaan 1 Ruang Baik
2 Ruang Ibadah 1 Ruang Baik
D Penunjang Lainnya Baik
1 Ruang Toilet 4 Ruang Baik
2 Ruang Gudang 1 Ruang Baik

B. Hasil Analisis Data
1. Observasi
Tahap observasi dilakukan pada pengamatan langsung di SMA PGRI
56 Ciputat kelas XI yakni saat kegiatan belajar mengajar. Pengamatan ini
dilakukan oleh penulis, penulis mengamati siswa ataupun guru pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Setelah kegiatan belajar mengajar di kelas
selesai, kemudian penulis mewawancarai langsung kepada guru mata
pelajaran bahasa Indonesia tentang minat belajar siswa terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia di kelas. Berdasarkan hasil observasi yang
terlampir, penulis menyimpulkan bahwa untuk kelas XI di SMA PGRI 56
Ciputat dipilih berdasarkan tingkat kemampuan dan minat siswa. Bagi siswa
untuk mata pelajaran bahasa Indonesia sangat memahaminya. Tetapi, ada juga
siswa yang masih sulit untuk memahami mata pelajaran bahasa Indonesia dan
kurangnya fasilitas sarana dan prasarana. Oleh karena itu, tingkat minat
belajar siswa terhadap mata pelajaran Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat
masih perlu ditingkatkan lagi dengan memberikan motivasi dan melengkapi
sarana dan prasarana

53


2. Angket
Data yang telah dikumpulkan, di analisis dengan tujuan dapat menarik
kesimpulan dengan baik. Pengolahan data yang masuk, ditempuh dengan cara
menstabulasikan, menganalisa, dan menafsirkan tiap-tiap data dari masing-
masing responden atau individu.
Setelah diperoleh data dari hasil angket, kemudian data tersebut
diolah dalam bentuk tabel deskriptif persentase dengan menggunakan rumus:
P =F x 100%
N
Keterangan:
P : Angka Persentase
F : Frekuensi (jumlah jawaban responden)
N : Number of Case (banyaknya individu)
Adapun sejumlah pernyataan yang penulis berikan kepada para
responden dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini:
Table 9
Siswa Semangat Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia
sampai akhir Pelajaran
Alternatif Jawaban F %
Ya 10 32.2
Tidak 21 67,7
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa setiap siswa tidak
semangat dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai akhir pelajaran.
Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa yang menjawab
32.2% siswa mengatakan semangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia
sampai akhir pelajaran. Sedangkan yang menjawab 67,7% siswa mengatakan
tidak semangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai akhir pelajaran.


54


Tabel 10
Siswa Berusaha Menjawab Pertanyaan yang Diberikan oleh Guru
Baik dan Benar
Alternatif Jawaban F %
Ya 11 35,5
Tidak 20 64,5
Jawaban 31 100

Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak berusaha
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru baik dan benar. Hal ini dapat
dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 35,5% siswa berusaha
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik dan benar.
Sedangkan sebanyak 64,5% siswa tidak berusaha menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru baik dan benar.
Table 11
Siswa Tetap Hadir Di sekolah, ketika Guru Bahasa Indonesia
Berhalangan Hadir
Alternatif Jawaban F %
Ya 28 90,3
Tidak 3 9,7
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tetap hadir di
sekolah, ketika guru bahasa Indonesia berhalangan hadir. Hal ini dapat dilihat
dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 90,7% siswa tetap hadir di
sekolah, ketika guru bahasa Indonesia berhalangan hadir. Sedangkan 9,7%
siswa tidak hadir di sekolah, ketika guru bahasa Indonesia berhalangan hadir.






55


Table 12
Siswa Mengerjakan Tugas atau PR dengan Mencontek Hasil
Pekerjaan Teman
Alternatif Jawaban F %
Ya 22 70,9
Tidak 9 29
Jawaban 31 100

Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa setiap mengerjakan
tugas atau PR dengan mencontek hasil pekerjaan teman. Hal ini dapat dilihat
dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 70,9% setiap siswa ada tugas
atau PR dengan mencontek hasil pekerjaan teman. Sedangkan sebanyak 29%
siswa mengerjakan sendiri setiap ada tugas atau PR.
Tabel 13
Ketika Siswa Diberi Tugas atau PR dengan Sungguh-Sungguh
Saya Mengerjakannya
Alternatif Jawaban F %
Ya 15 48,3
Tidak 16 51,6
Jawaban 31 100

Pada tabel di atas, bahwa menunjukkan siswa tidak susngguh-sungguh
mengerjakan setiap mengerjakan tugas atau PR pada mata pelajaran bahasa
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak
48,3% siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas atau PR.
Sedangkan sebanyak 51,6% siswa tidak sungguh-sungguh mengerjakan setiap
ada tugas atau PR.





56


Tabel 14
Sebelum Pelajaran Bahasa Indonesia Dimulai, Siswa Mempersiapkan
Buku Bahasa Indonesia Terlebih Dahulu.
Alternatif Jawaban F %
Ya 10 32,2
Tidak 21 67,7
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa sebelum
pelajaran bahasa Indonesia dimulai, siswa tidak mempersiapkan buku bahasa
Indonesia terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas,
bahwa sebanyak 32,2% siswa sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai,
siswa mempersiapkan buku bahasa Indonesia terlebih dahulu. Sedangkan
sebnayak 67,7% siswa sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai, siswa
tidak mempersiapkan buku bahasa Indonesia terlebih dahulu.
Tabel 15
Siswa Mengkaji Ulang Pelajaran Bahasa Indonesia Di rumah
Alternatif Jawaban F %
Ya 3 9,6
Tidak 28 90,3
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak pernah
mengkaji ulang pelajaran bahasa Indonesia di rumah. Hal ini dapat dilihat dari
hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 9,6% siswa mengkaji ulang pelajaran
bahasa Indonesia di rumah. Sedangkan sebanyak 90,3% siswa tidak mengkaji
ulang pelajaran bahasa Indonesia di rumah.





57


Tabel 16
Siswa Sungguh-Sungguh Memperhatikan Pelajaran Bahasa Indonesia
yang telah Dijelaskan
Alternatif Jawaban F %
Ya 11 35.5
Tidak 20 64,5
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak sungguh-
sungguh memperhatikan pelajaran bahasa Indonesia yang telah dijelaskan. Hal
ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 35,5% siswa
dengan sungguh-sungguh memperhatikan pelajaran bahasa Indonesia yang
telah dijelaskan. Sedangkan sebanyak 64,5% siswa tidak sungguh-sungguh
memperhatikan pelajaran bahasa Indonesia yang telah dijelaskan.
Tabel 17
Siswa Menjawab Pertanyaan yang Diberikan oleh Gurunya
Alternatif Jawaban F %
Ya 23 74,2
Tidak 8 25,8
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa menjawab setiap
ada pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Hal ini dapat terlihat dari hasil
persentase di atas, bahwa sebnayak 74,2% siswa menjawab seriap ada
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sedangkan sebanyak 25,8% siswa tidak
menjawab setiap ada pertanyaan yang diberikan oleh gurunya.



58


Tabel 18
Siswa Mengungkapkan Pendapat saat Diskusi Pelajaran Bahasa Indonesia
Berlangsung
Alternatif Jawaban F %
Ya 10 32,2
Tidak 21 67,7
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bashwa siswa tidak
mengungkapkan pendapat saat diskusi pelajaran bahasa Indonesia
berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa
sebanyak 32,2% siswa mengungkapkan pendapat saat diskusi berlangsung.
Sedangkan sebanyak 67,7% siswa tidak mengungkapkan pendapat saat diskusi
berlangsung.
Tabel 19
Ketika ada Tugas atau PR, Siswa Berusaha Mengerjakannya sampai Tuntas
Alternatif Jawaban F %
Ya 13 42
Tidak 18 58
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atasa, menunjukkan bahwa siswa tidak
mengerjakan tugas atau PR sampai tuntas. Hal ini dapat dilihat dari hasil
persentase di atas, bahwa sebanyak 42% siswa mengerjakan tugas atau PR
bahasa Indonesia sampai tuntas. Sedangkan sebanyak 58% siswa tidak
mengerjakan tugas atau PR bahasa Indonesia sampai tuntas.






59


Tabel 20
Siswa Membaca Buku yang Berkaitan tentang Bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban F %
Ya 7 22,6
Tidak 24 77,4
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak membaca
buku yang berkaitan tentang pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 22,6% siswa membaca buku
yang berkaitan tentang pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan sebanyak
77,4% siswa tidak membaca buku yang berkaitan tentang pelajaran bahasa
Indonesia.

Tabel 21
Siswa Mencatat Materi Bahasa Indonesia yang telah Dijelaskan
oleh Guru dengan Teliti
Alternatif Jawaban F %
Ya 12 38,7
Tidak 19 61,3
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak mencatat
materi bahasa Indonesia yang telah dijelaskan oleh guru dengan teliti. Hal ini
dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 38,7% siswa
mencatat materi bahasa Indonesia yang telah dijelaskan oleh guru dengan
teliti. Sedangkan sebanyak 61,3% siswa tidak mencatat materi bahasa
Indonesia yang telah dijelaskan oleh guru dengan teliti.




60


Tabel 22
Ketika Diberi Tugas atau PR, Siswa Mengerjakannya Sendiri
Alternatif Jawaban F %
Ya 5 16,1
Tidak 26 83,8
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak
mengerjakan sendiri setiap ada tugas atau PR bahasa Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari hasil peresentase di atasa, bahwa sebanyak 16,1% siswa
mengerjakan sendiri setiap ada tugas atau PR bahasa Indonesia. Sedangkan
sebanyak 83,8% siswa tidak mengerjakan sendiri setiap ada tugas atau PR
bahasa Indonesia.
Tabel 23
Siswa Belajar Bahasa Indonesia saat ada Waktu Luang
Alternatif Jawaban F %
Ya - -
Tidak 31 100
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa kebanyakan dari siswa
tidak ada yang belajar bahasa Indonesia saat ada waktu luang. Hal ini dapat
dilihat dari hasil persentase di atas, sebanyak 100% siswa tidak ada yang
membaca buku bahasa Indonesia saat ada waktu luang.









61


Tabel 24
Ketika Guru Memberi Kesempatan untuk Mengungkapkan
Pendapat, Siswa Memanfaatkan Kesempatan itu
Alternatif Jawaban F %
Ya 15 48,4
Tidak 16 51,6
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak
memanfaatkan kesempatan apabila diberikan kesempatan untuk
mengungkapakn pendapat. Hai ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas,
bahwa sebanyak 48,4% siswa memanfaatkan kesempatan itu apabila diberikan
keempatan untuk mengungkapkan pendapat. Sedangkan sebanyak 51,6%
siswa tidak memanfaatkan kesempatan apabila diberikan kesempatan untuk
mengungkapkan pendapat dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 25
Ketika ada Materi Bahasa Indonesia yang tidak Siswa Mengerti,
Siswa Berusah Mempelajarinya dengan Teliti
Alternatif Jawaban F %
Ya 9 29
Tidak 22 70,9
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak ada materi
bahasa Indonesia yang tidak dimengerti, maka siswa tidak mempelajarinya
dengan teliti. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa
sebanyak 29% siswa mempelajarinya dengan teliti apabila ada materi bahasa
Indonesia yang tidak dimengerti. Sedangkan sebanyak 70,9% siswa tidak
mempelajarinya dengan teliti apabila ada materi bahasa Indonesia yang tidak
mengerti.

62


Tabel 26
Siswa Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia terlebih dahulu
sebelum Pelajaran Dimulai
Alternatif Jawaban F %
Ya 1 3,2
Tidak 30 96,8
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak membaca
buku pelajaran bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai.
Hal ini dapat dilihat dari hasil persentanse di atas, bahwa sebanyak 3,2% siswa
mau membaca buku pelajaran bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum
pelajaran dimulai. Sedangkan sebanyak 96,8% siswa tidak membaca buku
pelajaran bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum pelajarana dimulai.
Tabel 27
Siswa Berusaha untuk Memahami Materi Bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban F %
Ya 13 42
Tidak 18 58
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak berusaha
untuk memahami materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari hasil persentase di atas, bahwa sebanyak 42% siswa berusaha
untuk memahami materi dalam pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan
sebanyak 58% siswa tidak mau berusaha untuk memahami materi dalam
pelajaran bahasa Indonesia.





63


Tabel 28
Siswa Senang Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban F %
Ya 14 45,2
Tidak 17 54,8
Jawaban 31 100

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa tidak senang
mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil
persentase di atas, bahwa sebanyak 45,2% siswa senang mengikuti pelajaran
bahasa Indonesia. Sedangkan sebanyak 54,8% siswa tidak senang mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia.
3. Wawancara
Tahap wawancara dilakukan pada sebagian siswa kelas XI IPA di
SMA PGRI 56 Ciputat. Teknik wawancara ini dilakukan dengan mengacak
nama siswa yang penulis peroleh dari absen siswa. Penulis hanya
mewawancarai 3 siswa saja dari 31 siswa kelas XI. Penulis mewawancarai 3
siswa itu mengenai minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia khususnya di SMA PGRI 56 Ciputat. Berdasarkan hasil wawancara
yang terlampir, penulis menyimpulkan bahwa minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran bahasa Indonesia masih perlu ditingkatkan.

C. Pembahasan
1. Berdasarkan data di atas dapat diketahui, bahwa tingkat minat belajar
siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat
masih perlu mendapatkan perhatian lagi baik dari guru (pendidik) dan
lingkungan sekitarnya. Tingkat minat belajar siswa terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat dapat dilihat dari
analisis data penulis berupa angket.

64


Berdasarkan dilihat dari data angket di atas, bahwa minat belajar
siswa terhadap Bahasa Indonesia masih perlu diperhatikan lagi di SMA
PGRI 56 Ciputat. Dimana hal ini terlihat dari indikator minat siswa dalam
perhatian guru, ketertarikan, dan perasaan senang terhadap mata pelajaran
bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi agar siswa lebih berminat
dalam belajar bahasa Indonesia.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa di SMA PGRI 56
Ciputat terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu kurangnya
motivasi, kurangnya rasa senang terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia, tidak adanya semangat dalam setiap mengikuti mata pelajaran
bahasa Indonesia. Dan siswa pun tidak mempunyai niat untuk belajar
bahasa Indonesia, contohnya tidak usaha untuk siswa membaca buku yang
berkaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia.
Selain, faktor-faktor di atas ada pula faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar siswa di SMA PGRI 56 Ciputat yang mmasih
kurang, yaitu kurangnya dorongan dari guru, orang tua, teman, dan
fasilitas sarana dan prasarana untuk menunjang kelancaran dalam kegiatan
belajar mengajar. Dorongan guru, orang tua, teman, dan sarana prasarana
apabila tersebut cukup terpenuhi akan menimbulkan adanya minat yang
dimiliki oleh para siswa.
Dorongan seorang pendidik yang dapat menimbulkan minat
siswanya adalah dengan memberika strategi dan metode yang menarik di
dalam kegiatan belajar mengajat dan harus selalu memberikan motivasi
dan semangat pada setiap siswanya, khususnya dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia. Karena, mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan
mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Maka, pendidik pun
harus memberikan keyakinan bahwa dengan mempelajari bahasa
Indonesia siswa dapat mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dorongan dari orang tua pun sangat diperlukan bagi siswa untuk
menimbulkan minat belajar siswa. Agar minat terhadap anaknya sudah
mulai timbul, maka sebagai orang tua harus memberikan perhatian kepada
65


setiap anaknya tentang belajar di sekolah dan melihat tingkat nilai yang
dimiliki oleh kemampuan anakanya. Orang tua pun jangan suka memarahi
anaknya, jika anaknya tersebut mendapat nilai yang tidak memuaskan.
Tetapi, sebagai orang tua harus memberikan motivasi dan semangat pada
anaknya masing-masing.
Selain, dorongan dari pendidik dan orang tua yang dapat
menimbulkan minat belajar siswa. Tetapi, ada juga dorongan dari seorang
teman yang dapat menciptakan minat belajarnya. Seorang teman juga
peran seperti orang tua dan pendidk yang memberikan motivasi dan
semangat positif kepada temannya untuk meraih dan mencapai sesuatu
yang diinginkan oleh temannya sendiri.
3. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu rasa semangat siswa
dalam mengikuti palajaran bahasa Indonesia hanya 32,2% dan 67,7%
siswa itu tidak ada rasa semangat dalam mengikuti pelajaran bahasa
Indonesia. Rasa senang untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia hanya
45,2% sedangkan 54,8% siswa tidak senang terhadap mata pelajaran
bahasa Indonesia, hal itu dapat dilihat dari tabel 9 dan tabel 27.
Siswa SMA PGRI 56 pun kurang memiliki minat terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia, contohnya seperti tabel 20 di mana siswa
hanya sebanyak 22,6% siswa membaca buku yang berkaitan tentang
bahasa Indonesia sedangkan sebanyak 77,4% siswa tidak ada minat untuk
membaca buku yang berkaitan tentang pelajaran bahasa Indonesia. Tabel
19 siswa pun ketika ada tugas atau PR bahasa Indonesia tidak ada niat
untuk mengerjakan sampai tuntas, hal ini dapat dilihat dari hasil
persentasenya. Sebanyak 58% siswa tidak mengerjakan sampai tuntas
sedangkan 42% siswa baru mengerjakannya sampai tuntas. Hal ini terbukti
bahwa niat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia masih
berkurang.
Sarana dan prasarana di SMA PGRI 56 Ciputat juga masih
kurang, seperti Lab.Bahasa yang masih belum mendukung kegiatan belajar
66


mengajar. Maka, minat belajar siswa pun msih berkurang karena tidak di
dukung oleh fasilitas sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini penulis
dapat dari hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia di SMA PGRI
56 Ciputat.
Dorongan atau perhatian guru pun sangat berpengaruh untuk
minat belajar siswa. Tabel 16 sebanyak 64,5% siswa tidak memperhatikan
guru ketika menjelaskan pelajaran sedanga\kan hanya 35,5% siswa
memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran. Maka, guru harus lebih
dorongan kepada siswanya agar siswanya mau memeperhatikan. Dorongan
dari orang tua dapat dilihat dari tabel 15 sebanyak 90,3% siswa tidak
mempelajari kembali mata pelajaran bahasa Indonesia di rumah.
Sedangkan hanya 9,6% siswa mempelajari kembali mata pelajaran bahasa
Indonesia di rumah. Sangat rendah sekali dorongan atau perhatian orang
tua terhadap anaknya.

















67


BAB V
PENUTUP

Berdasarkan kajian teoretis dan penelitian mengenai tingkat minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat yang
telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka bab ini penulis mengemukakan
beberapa kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas XI
SMA PGRI 56 Ciputat, dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA PGRI
56 Ciputat mempunyai masih perlu mendapatkan perhatian dan perlu di
tingkatkan lagi. Karena, mata pelajaran bahasa Indonesia sangat dibutuhkan
dan sangat mendukung siswa untuk lulus atau tidak dalam ujian nasional.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu perlunya rasa senang
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, motivasi atau dorongan dari guru,
orang tua, dan teman, serta minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia. Maka, pihak sekolah, orang tua, dan peran masyarakat harus
mendukung semua faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa agar
siswa tersebut mencapai sesuatu yang diinginkannya.
3. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa sangatlah
berpengaruh untuk meningkatkan minat belajar siswa baik sekolah maupun di
lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor tersebut haruslah mencapai 100% agar
siswa lebih minat lagi untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkannya.





67
68


B. Saran
Mengacu pada penelitian yang menyatakan bahwa minat merupakan
faktor yang penting dalam pembelajaran siswa, penulis memberikan beberapa
saran:
1. Hendaknya kepada kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat bekerja sama dengan
para guru-guru agar mengadakan program untuk menimbulkan minat belajar
siswa khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Karena mata pelajaran
bahasa Indoensia merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian
Nasional (UAN).
2. Hendaknya guru-guru khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia
memberikan faktor-faktor minat belajar siswa lebih ditingkatkan lagi. Karena,
faktor-faktor minat belajar siswa sangat dibutuhkan oleh siswa itu sendiri agar
siswa tersebut dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkannya.
3. Hendaknya semua faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa sangat
berpengaruh terhadap setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa
Indonesia. Dan setiap guru harus mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-
faktor tersebut untuk meningkatkan minat belajar siswa. Dengan mengetahui
itu semua, maka akan menjadi tolak ukur bagi setiap guru untuk selalu
meningkatkan minat yang ada pada diri siswa masing-masing.












69


DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abd. Rachman. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Yogya, Cet 4. 1993.
Ahmad, Asep Hidayat. Filsafat Bahasa. Bandung: Rosdakarya. 2006.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media Group. 2007.
Chaplin J .P., Kamus Lengkap Psikologi. J akarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.
1. 2004.
Djamarah, Bahri Syaiful. Psikologi Belajari. J akarta: Rineka Cipta, Cet 2. 2008.
Fathurrahman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Refika Aditama. 2007.
Gunarsa, Singgih D, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan. J akarta: PT
BPK. Gunung Mulia, Cet 4. 2003.
Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah Z.A. Displin Berbahasa Indonesia.
J akarta: FITK PRESS. 2010.
Irwanto. Psikologi Umum. J akarta: PT Total Grafika. 2002.
Nurkarcana, Wayan, Sumartaman. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional, Cet 4. 1986.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2003.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. J akarta: Kalam Mulia, Cet 2. 1998.
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. J akarta: Pedoman Ilmu J aya, Cet. ke-2.
1996.
Sandjaja, Soejanto. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Terhadap Minat
Membaca Anak Ditinjau Dari Pendidikan Stress Lingkungan. Jurnal.
Shaleh, Abdul, Rahman dan Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam. J akarta: Kencana. 2003.
Sitepu, B.P. Penilaian Buku Sekolah. Analisis Pendidikan Kimia. Depdikbud. tt.
69
70


Singer, Kurt. Membina Hasrat Belajar di Sekolah Terjemah: Bergman Sitorus,
Bandung: CV Remadja Karya. 1987.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. J akarta: PT
Rineka Cipta, Cet 4. 2010.
Soekarno dan Winataputra dalam Baharuddin dan Nur Wahyuni. Teori Belajar
dan Pembelajaran. Yogyakarta: Global Pustaka Ilmu. 2002.
Suryakarta, Sumardi, Psikologi Pendidikan. J akarta: PT Raja Grafindo Persada,
Cet 7. 1995.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Rosdakarya. 2008.
Tampubolon, D.P. Mengembangkan Minat Membaca pada Anak. Bandung:
Angkasa, Cet 11. 1993.
Uzer, Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet 20.
1997.
Whiterington, H.C. Psikologi Pendidikan. Bandung: Aksara Baru. 1978. Bukan
Terjemahan.
Winkel W.S. Psikologi Pengajaran. J akarta: Gransindo, Cet 4. 1996. Bukan
Terjemahan.
http://creasoft.files.world press.com/2008/04/2/minat.Ditulis oleh:
Gunarso. 02 April 2008.
http://bintangbangsaku.org/2008/06/21/minat. Ditulis oleh Bintang
Bangsa. 21 Juni 2008.
http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-
pelajaran-bahasa-indonesia. 16 Maret 2008.






71



Lampiran I
Angket Untuk Siswa
1. Identitas Respondens
Inisial :
Kelas :
2. Petunjuk
a. Berilah tanda silang () pada salah satu jawaban yang kamu anggap dengan
keadaan sebenarnya.
b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai raport atau nilai
pelajaran kamu di sekolah.
c. Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini.

1. Siswa semangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai akhir pelajaran
a. Ya b. Tidak
2. Siswa berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan baik
dan benar
a. Ya b. Tidak
3. Siswa tetap hadir di sekolah ketika guru bahasa Indonesia berhalangan hadir
a. Ya b. Tidak
4. Siswa mengerjakan tugas atau PR dengan mencontek hasil pekerjaan teman
a. Ya b. Tidak
5. Ketika siswa diberi tugas atau PR dengan sungguh-sungguh saya
mengerjakannya
a. Ya b. Tidak
6. Sebelum pelajaran bahasa Indonesia dimulai, siswa mempersiapkan buku
bahasa Indonesia terlebih dahulu
a. Ya b. Tidak
7. Siswa mengkaji ulang pelajaran bahasa Indonesia di rumah
a. Ya b. Tidak
8. Siswa sungguh-sungguh memperhatikan pelajaran bahasa Indonesia yang telah
dijelaskan
a. Ya b. Tidak
9. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya
a. Ya b. Tidak
10. Siswa mengungkapkan pendapat saat diskusi pelajaran bahasa Indonesia
berlangsung
72


a. Ya b. Tidak

11. Ketika ada tugas atau PR, siswa berusaha mengerjakannya sampai tuntas
a. Ya b. Tidak
12. Siswa membaca buku yang berkaitan tentang pelajaran bahasa Indonesia
a. Ya b. Tidak
13. Siswa mencatat materi bahasa Indonesia yang telah dijelaskan oleh guru
dengan teliti
a. Ya b. Tidak
14. Ketika diberi tugas atau PR, siswa mengerjakannya sendiri
a. Ya b. Tidak
15. Siswa belajar bahasa Indonesia saat ada waktu luang
a. Ya b. Tidak
16. Ketika guru memberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat siswa
memanfaatkan kesempatan itu
a. Ya b. Tidak
17. Ketika ada materi bahasa Indonesia yang tidak siswa mengerti, siswa
mencoba mempelajarinya dengan teliti
a. Ya b. Tidak
18. Siswa membaca buku pelajaran bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum
pelajaran dimulai
a. Ya b. Tidak
19. Siswa berusaha untuk memahami materi bahasa Indonesia
a. Ya b. Tidak
20. Siswa senang mengikuti pelajaran bahasa Indonesia
a. Ya b. Tidak








1

Lampiran 2
Data Minat Belajar Bahasa Indonesia
No Nama No. Item Minat Belajar Bahasa Indonesia Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A1 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 87
2 A2 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 87
3 A3 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 88
4 A4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 85
5 A5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 88
6 A6 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 89
7 A7 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 90
8 A8 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 88
9 A9 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 90
10 A10 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 87
11 A11 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 88
2


12 A12 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85
13 A13 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 88
14 A14 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 88
15 A15 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 86
16 A16 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 88
17 A17 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 87
18 A18 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 86
19 A19 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 89
20 A20 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 88
21 A21 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 88
22 A22 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 87
23 A23 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 88
24 A24 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 89
25 A25 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 88
26 A26 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 89
3


27 A27 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 85
28 A28 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 89
29 A29 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 90
30 A30 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 82
31 A31 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 85
Jumlah 2627



1


Lampiran 3
Lembar Wawancara dengan Siswa
Wawancara pada observasi untuk siswa kelas XI yang dipilih secara acak.
1. Apakah yang kamu sukai dalam pelajaran bahasa Indonesia ? Alasannya!
2. Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa,yang kamu sukai?
3. Bagaimana proses belajar bahasa Indonesia di kelas kamu?
4. Bagaimana minat kamu dalam belajar bahasa Indonesia?
5. Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat kamu
menyukai bahasa Indonesia?











2



Lampiran 4
Lembar Wawancara Dengan Guru
Wawancara pada kegiatan observasi untuk Guru Bahasa Indonesia.
1. Apakah pembagian kelas XI ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa?
2. Strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang bagaimanakah yang biasa ibu
lakukan?
3. Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas XI ini terhadap pelajaran
Bahasa Indonesia?
4. Kendala atau kesulitan apa saja yang dihadapi siswa proses KBM
berlangsung terutama pelajaran bahasa Indonesia?












3


Lampiran 5
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa:
Nama : Dwi Ratningsih
Tempat : SMA PGRI 56 Ciputat
Tanggal : 18 J anuari 2011

Tanya : Assalamualaikum wr. wb.
J awab : Walaikumsalam wr. wb.
Tanya : Siapakah namamu?
J awab : Dwi Ratnaningsih.
Tanya : Kenapa? Kamu memilih sekolah di SMA PGRI 56 Ciputat.
J awab : Karena, saya telat dalam pendaftaran untuk sekolah di negeri. Waktu itu
saya masih di kampong bukan di J akarta.
Tanya : Di sekolah SMA PGRI 56, kamu ambil jurursan apa?
J awab : Saya sekarang kelas XI IPA. Dan mengambil jurusan IPA.
Tanya : Apakah yang kamu sukai dalam pelajaran bahasa Indonesia?
Alasannya!
J awab : Bahasa Indonesia pencakupannya luas dan materi yang dipelajari dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia juga luas, seperti membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara. Karena, bahasa Indonesia pencakupannya luas.
Tanya : Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa, yang kamu sukai?
4


J awab : Materi bahasa Indonesia semua saya suka, seperti drama, membuat puisi,
dan wawancara. Tetapi, dalam materi bahasa Indonesia ada juga materi
yang tidak saya suka seperti diskusi. Karena, setiap materi diskusi saya
tidak mencatat dan tidak mendengar penjelasan guru setiap materi
diskusi. Selain itu, saya juga tidak memperhatikan guru ketika
menjelaskan materi tentang diskusi.
Tanya : Bagaimana proses belajar bahasa Indonesia di kelas kamu?
J awab : Proses belajar bahasa Indonesia di kelas saya cukup kondusif. Murid-
murid yang lain juga tidak terlalu bandel dan gurunya pun enak dalam
menyampaikan materi. J ika, salah satu murid yang tidak mengerti maka
guru pun mengulangi penjelasan materi yang tidak dimengerti..
Tanya : Bagaimana minat kamu dalam belajar bahasa Indonesia?
J awab : Minat saya, dalam mata pelajaran bahasa Indonesia tidak terlalu suka.
Karena, ketika belajar bahasa Indonesia sudah dimulai menurut saya
enak-enak saja. Saya, suka terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia
karena ditunjang dengan gurunya yang enak dalam menyampaikan
materinya. Orang tua pun tidak mendorong saya, bila saya suka
pelajaran bahasa Indonesia. Tetapi, orang tua menyerahkan sepenuhnya
terhadap saya.
Tanya : Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai bahasa Indoensia?
J awab : Menyimak, karena dalam mata pelajaran bahasa Indoensia seperti
menyimak dapat membuat saya berimajinasi sendiri. Contoh, ketika ada
meteri drama kita semua harus menyimak drama. Karena, menyimak
sebuah drama drama kita dapat atau bisa ikut berperan dalam drama
tersebut.

5


Pewawancara Narasumber

(Yeti Budiyarti) (Dwi Ratningsih)


















6


Lampiran 6
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa:
Nama : Ayu Destika
Tempat : SMA PGRI 56 Ciputat
Tanggal : 18 J anuari 2011

Tanya : Assalamualaikum wr. wrb.
J awab : Walaikumsalam wr. wrb.
Tanya : Nama kamu siapa?
J awab : Ayu Desvika.
Tanya : Kenapa? Kamu memilih sekolah di SMA PGRI 56 Ciputat.
J awab : Karena, dengan sekolah di SMA PGRI 56 Ciputat saya ingin bertujuan
untuk berprestasi yang baiak dan bisa membanggakan kedua orang tua
saya.
Tanya ; Kamu ambil jurusan apa? Alasannya!
J awab : Saya, ambil jurusan IPA sekarang sudah kelas XI. Karena, jurusan IPS
guru-gurunya jarang masuk. Terus anak-anaknya juga tidak displin,
karena suka tauran, tidak mengerjakan PR di rumah dan lain-lain.
Tanya : Apakah yang kamu sukai dalam pelajaran bahasa Indonesia?
Alasannya!
J awab : Saya, menyukai materi diskusi dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Karena, dapat melatih kita berbicara di depan umum. Dengan, sering kita
membaca di depan umum dapat membuat kita lebih jadi percaya diri.
7


Tanya : Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa, yang kamu sukai?
J awab : Saya tidak menyukai materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tetapi, saya lebih suka praktek dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Contohnya praktek dalam materi wawancara. Saya, suka dengan adanya
praktek wawancara karena dapat melatih kita untuk berhadapan dengan
orang lain.
Tanya : Bagaimana proses belajar bahasa Indonesia di kelas kamu?
J awab : Proses belajar di kelas saya mencatat, membaca, mengisi soal-soal, dan
member nilai pada masing-masing tugas. Saya, tidak terlalu suka cara
metode guru saya dalam menyampaikan materi kurang jelas. Karena,
ketika guru saya menjelaskan materi apabila salah satu murid tidak
mengerti. Maka, guru saya hanya menjelaskan saja dan penjelasan
tersebut tidak dijelaskan secara menyeluruh. Kemudian, ketika guru saya
menjelaskan ada murid yang tidak memperhatikan. Guru saya hanya
diam saja tidaj berusaha untuk menegurnya.
Tanya : Bagaimana minat kamu dalam belajar bahasa Indonesia?
J awab : Saya, senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia seperti membuat
naskah drama, membuat puisi, membuat karya tulis. Karena, dengan
adanya kegiatan tersebut dapat mendorong saya untuk menjadi pemain
drama dan penulis yang baik. Guru saya pun mendorong saya untuk
lebih giat dan berusaha terus agar yang saya inginkan dapat tercapai.
Dengan adanya, dorongan guru saya maka saya senang terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan minat saya.
Tanya : Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai bahasa Indoensia?


8


J awab :Saya menyukai pelajaran bahasa Indonesia, karena dapat
mengekspresikan diri saya. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
juga kita bisa membuat naskah drama, membuat novel, membuat puisi
dan membuat karya tulis. Pelajaran bahasa Indonesia juga kita bisa
mengetahui bahasa Indoensia yang baik dan bahasa Indonesia yang
tidak baik.
Pewawancara Narasumber


(Yeti Budiyarti) (Ayu Destika)













9


Lampiran 7
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa:
Nama : Hanafi Hidayat
Tempat : SMA PGRI 56 Ciputat
Tanggal : 18 J anuari 2011

Tanya : Assalamualaikum wr. wrb.
J awab : Walaikumsalam wr. wrb.
Tanya : Nama kamu siapa?
J awab : Ayu Desvika.
Tanya : Kenapa? Kamu memilih sekolah di SMA PGRI 56 Ciputat.
J awab : Karena, ingin menambah pengalaman dan pengetahuan lebih banyak
lagi.
Tanya : Kenapa, kamu mengambil jurusan IPA?
J awab : Karena, jurusan IPA kita bisa mengetahui alam semesta.
Tanya : Apakah yang kamu sukai dalam pelajaran bahasa Indonesia?
J awab : Saya menyukai materi karya tulis, pantun, puisi, dan drama dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia.
Tanya : Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa, yang kamu sukai?
J awab : Seperti menghafal, dan menjelaskan itu menjadi prioritas dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Seperti keterampilan yang terdapat dalam
materi bahasa Indonesia, yaitu membaca, menyimak, menulis, dan
10


berbicara. Semua keterampilan berbahasa tersebut memang harus
dipelajari semua dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tanya : Bagaimana proses belajar bahasa Indonesia di kelas kamu?
J awab : Kurang menyenangkan, terutama pada anak-anak putra yang tidak suka
dan menganggap gampang atau terlalu meremehkan pelajaran bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, minat belajar siswa terhadap mata peljaran
bahasa Indonesia kurang diminati.
Tanya : Bagaimana minat kamu dalam belajar bahasa Indonesia?
J awab : Minat saya terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia tidak terlalu.
Karena, sya selalu menganggap gampang dan meremehkan dalam setiap
mata pelajarannya.
Tanya : Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai bahasa Indonesia?
J awab : Saya, suka mata pelajaran bahasa Indonesia ketika mengeluarkan
pendapat. Karena, pendapat-pendapat yang dikeluarkan cukup bagus.

Pewawancara Narasumber


(Yeti Budiyarti) (Hanafi Hidayat)




11


HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan guru:
Nama : Dra. Ecin Kuraesih
Tempat : SMA PGRI 56 Ciputat
Tanggal : 1 Februari 2011

Tanya : Apakah pembagian kelas XI ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa?
J awab : Pembagian kelas XI bukan berdasarkan tingkat kemampuan, tetapi
berdasarkan nilai, minat siswa itu sendiri, dan ada juga dari persetujuan
orang tua siswa.
Tanya : Strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang bagaimanakah yang biasa
ibu lakukan?
J awab : tidak ada strategi khusus dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tetapi ada
metode yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia yaitu ceramah,
diskusi, praktek, dan penugasan itulah yang saya lakukan selama
pelajaran berlangsung.
Tanya : Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas XI ini terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia?
J awab : Tingkat kemampuan siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia cukup
bagus dan sangat memahaminya. Tetapi, masih ada materi bahasa
Indonesia yang masih siswa butuhkan penjelasan dari gurunya.
Tanya : Kendala atau kesulitan apa saja yang dihadapi siswa dalam proses KBM
berlangsung terutama pelajaran bahasa Indonesia?

12


J awab : Kendala yang dihadapi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah
kurangnya alat untuk melengkapi pembelajaran seperti LCD dan Lab.
Bahasa yang belum bisa digunakan. Dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia juga masih ada yang belum diminati oleh siswa seperti materi
drama, puisi, dan membaca novel. Karena pada saat saya menerangkan
siswa tidak serius atau tidak memperhatikan saya ketika menjelaskan.

Pewawancara Narasumber


(Yeti Budiyarti) (Dra. Ecin Kuraesih)

Anda mungkin juga menyukai