Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN STATUS DEPRESI DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA

REMAJA DI SMK NEGERI 2


SAMARINDA

Siti Aisyah1), Andi Parellangi2), Tini 2)


1)
Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan, Poltekkes Kaltim
2)
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kaltim

Abstrak

Pendahuluan : Remaja adalah masa krisis bagi perkembangan seseorang karena dihadapkan
dengan berbagai tugas yang merupakan transisi dalam menuju kedewasaan. Kegagalan remaja
dalam mencapai tugas perkembangan membuat remaja rentan mengalami gangguan pisikologis
seperti depresi. Sebagian remaja beranggapan bahwa dengan merokok dapat menghilangkan
stress ataupun depresi pada dirinya. Perilaku merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor diantaranya lingkungan, keluarga, masyarakat, pertemanan dan
keinginan peribadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status depresi dengan
perilaku merokok pada remaja di SMK Negeri 2 Samarinda.
Metode : Jenis Penelitian ini adalah studi analitik korelasi dengan menggunakan desain
penelitian cross sectional. Besar sampel 93 orang dengan teknik probaility sampling dengan
metode simple random sampling di SMK Negeri 2 Samarinda.
Hasil : Didapatkan nilai bahwa sebagian besar remaja depresi sebanyak (64,5%), dan sebagian
besar remaja berperilaku merokok sebanyak (52,7%). Hasil uji hipotesis dengan chi-square
nilai p value = 0,026 dengan nilai OR=3,008. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara status depresi dengan perilaku merokok pada remaja.
Kesimpulan : Ada hubungan antara status depresi dengan perilaku merokok pada remaja di
SMK Negeri 2 Samarinda.
Saran: Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan
menyertakan variabel lain yang belum diteliti yang berhubungan dengan perilaku merokok
seperti faktor diri dan lingkungan pada remaja.

Kata kunci : Depresi, Perilaku merokok, Remaja


THE RELTIONSHIP BETWEEN DEPRESSION STATUS AND SMOKING IN
ADOLESCENTS IN STATE SENIOR HING SCHOOL 2
SAMARINDA

Siti Aisyah1), Andi Parellangi 2), Tini 2)


1
Applied Nursing Student, Health Polytechnics East Borneo
2
Nursing Studies, Health Polytechnics East Borneo

Abstract

Preface: : Teenage is a period of crisis for one's development because it is faced with various
tasks which are a transition to maturity. Adolescent failure in achieving developmental tasks
makes adolescents vulnerable to physical difficulties such as depression. Some teens think that
smoking can relieve stress without depression in themselves. Habitual factors in adolescents
can be questioned by various factors related to the environment, family, community, friendship
and personal desires. This study aims to determine the relationship between depression status
and smoking behavior in adolescents at SMK Negeri 2 Samarinda.
Method: This type of research is a correlation analytic study using a cross sectional research
design. The sample size is 93 people with probability sampling technique with simple random
sampling method at SMK Negeri 2 Samarinda.
Results: It was found that the majority of adolescents were depressed as much (64.5%), and
the majority of adolescents behaved smoking as much (52.7%). The results of hypothesis testing
with chi-square value p value = 0.026 with OR = 3.008. It can be concluded that there is a
relationship between depression status and smoking behavior in adolescents.
Conclusion: There is a relationship between depression status and smoking behavior in
adolescents at SMK Negeri 2 Samarinda.
Suggestion: For further research, it is expected to conduct research by including other variables
that have not been studied related to smoking behavior such as self and environmental factors
in adolescents.

Keywords: Depression, Smoking Behavior, Youth


PENDAHULUAN terjadinya gangguan mood seperti depresi.
Remaja adalah masa krisis bagi Prevalensi depresi pada remaja perempuan
perkembangan seseorang karena meningkat hingga 50% lebih besar
dihadapkan dengan berbagai tugas dibandingkan remaja laki-laki (Davis,
perkembangan yang merupakan transisi 2005). Menurut Cynthia & Zulikaida.
dalam mencapai tugas untuk menuju (2009) menjelaskan bahwa perempuan
kedewasaan. kegagalan remaja dalam memiliki keinginan dua kali lebih banyak
mencapai tugas perkembangan membuat dibandingkan laki-laki, serta kebanyakan
remaja rentan mengalami gangguan masalahnya berhubungan dengan masalah
pisikologis seperti depresi. Perilaku remaja psikologis dan sosial.
pada dasarnya banyak faktor yang Remaja dengan rentan usia 15-17
mempengaruhi diantaranya krisis identitas tahun pada umumnya sedang menempuh
pada diri remaja, teman dalam pergaulan, pendidikan di sekolah menengah, Santrock
media massa atau elektronik, orang tua (2002) mengemukakan bahwa tahun
yang kurang peduli dengan aktifitas remaja, pertama pada remaja dapat menyulitkan
tidak adanya wadah atau organisasi bagi bagi banyak siswa karena mengalami
remaja untuk menyalurkan bakat remaja perubahan suasana dari lingkungan sekolah.
(Chaplin, 2006) Menurut Data Riset Kesehatan Dasar
Prevalensi remaja yang mengalami (Riskesdas, 2018) menunjukkan pervalensi
depresi mulai meningkat, Mojabai.et al. gangguan mental emosional yang
(2016) pada 172,495 remaja usia antara 18- menunjukkan gejala depresi dan kecemasan
25 tahun di Amerika Serikat, menunjukkan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai
terjadinya peningkatan dari 8,7% ditahun sekitar 9,8% dari jumlah penduduk
2005 menjadi 11,3% di tahun 2014 pada Indonesia.
usia remaja, dan dari 8,8% menjadi 9,6% Selama ini depresi pada remaja SMK
pada dewasa awal. Selanjutnya penelitian kurang mendapat perhatian dari peneliti jika
Vardanyan.(2013) pada 713 siswa di dibandingkan dengan Seklah Menegah Atas
Amerika menunjukkan bahwa rata-rata (SMA), padahal bisa jadi terdapat kondisi
prevalensi kemungkinan terjadinnya tertentu yang hanya terjadi atau dimiliki
depresi adalah 16,7%, 6,2% adalah laki-laki oleh SMK sehingga dapat mempengaruhi
dan 21,6% adalah perempuan. depresi yang dialami siswa SMK (Reyza &
Ketidakmampuan remaja dalam Hamida,2012).
mengendalikan emosi mereka yang akan
menjadi lebih labil dapat mengarahkan pada
Fenomena yang terjadi di masyarakat menurut Kepala Tata Usaha SMK Negeri 2
tentang remaja khususnya siswa di Samarinda siswa ditemukan merokok saat
lingkungan sekolah begitu dilingkungan sekolah seperti merokok
memprihatinkan. Banyaknya remaja yang dalam kamar mandi, merokok dilingkungan
terjerumus pada perilaku-perilaku yang belakang sekolah maupun ditemukan
menyimpang dari norma kehidupan sebagai membawa rokok kesekolah dan tidak dapat
contoh perilaku sexs bebas, kecenderungan menutupi kemungkinan juga banyak siswa
narkoba, miras, tawuran dan merokok. yang merokok diluar lingkungan sekolah,
Remaja cenderung mempunyai perilaku dari 10 siswa yang ditanya 7 diantaranya
merokok disebabkan oleh pergaulan remaja mengaku merokok dan alasan mereka
yang lebih luas dan sering menghabiskan merokok ialah diajak teman, ingin
waktu bersama teman-teman. Berbagai mencoba-coba, karena enak, merasa rileks,
fakta menggungkapkan bahwa bila semakin ingin terlihat keren dan dapat
banyak remaja yang merokok, maka menghilangkan masalah.
semakin besar kemungkinan teman-teman Perilaku merokok pada remaja
adalah perokok demikian sebaliknya dipengaruhi oleh berbagi macam faktor-
(Aryani, 2010). faktor yang terdapat dalam lingkungan,
Menurut penelitan Ervina (2013) keluarga, masyarakat, pertemanan dan
kecenderungan perilaku merokok pada keinginan pribadi. Oleh sebab itu identitas
remaja tergolong sedang, besar sumbang sosial yang terbentuk pun berbeda-beda.
efektif 12,2%, yang berarti masih terdapat Beberapa identitas sosial yang terbentuk
87,8% faktor-faktor lain yang dapat yaitu remaja yang merokok karena
mempengaruhi kecenderungan perilaku pengaruh teman memiliki identitas bahwa
merokok. merokok sebagai salah satu tolak ukur suatu
Kemenkes (2016) menyebutkan kedewasaan seseorang dan juga dapat
pemerintah berharap dapat mencapai target meningkatkan kepercayaan diri. Remaja
indikator rencana pembangunan jangka yang merokok dipengaruhi oleh faktor
menegah nasional terkait prevensi perokok pertemanan cenderung dianggap terbuka
anak usia 18 tahun, yaitu turun dari 7,8 % dan easy going oleh teman-teman satu
pada 2009 menjadi 5,4 % pada 2013. lingkungannya (Rizky Septi, 2017).
Namun, kenyataannya justru angka ini
meningkat menjadi 8,8 % pada 2016.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 08 maret 2019
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Klasifikasi
Frekuensi Persentase
Karakteristik
Lokasi Penelitian (n) (%)
Responden
Penelitian dilakukan di SMK Negeri Jenis Kelamin
2 Samarinda. Waktu penelitian Laki – Laki 90 77
Perempuan 3 2
dilaksanakan pada bulan April 2019. Total 93 100
Rancangan Penelitian Usia
15 tahun 24 20
Jenis penelitian kuantitatif dengan
16 tahun 39 33
studi analitik dan desain cross sectional.
17 tahun 15 12
Populasi dan Sampel 18 tahun 11 9
Populasi dalam penelitian ini adalah 19 tahun 3 2
seluruh siswa SMK N 2 Samarinda 20 tahun 1 9

berjumlah 1,332 orang dengan sampel


Berdasarkan tabel 1 di atas,
sebanyak 93 orang menggunakan teknik
menunjukkan bahwa karakteristik
simple random sampling.
responden sebagian besar berjenis kelamin
laki-laki berjumlah 90 orang (77%), berusia
Metode Pengambilan Data
16 th berjumlah 39 orang (33%), dan
Metode pengumpulan data dilakukan
sebagian kecil berusia 20 th 1 orang (9 %).
dengan menyebarkan kuesioner BDI II dan
kuesioner perilaku merokok milik peneliti
Distribusi Variabel
sebelumnya.
a. Distribusi Responden Berdasarkan
Analisis Data Status Depresi pada Remaja.
Data yang telah dikumpulkan
Tabel 2
dianalisis secara univariat, dan bivariat Distribusi Responden berdasarkan Status
Depresi pada Remaja SMK N 2 Samarinda
menggunakan uji chi square untuk Tahun 2019
mengetahui adanya hubungan status depresi
Distribusi Status Frekuensi Persentase
dengan perilaku merokok pada remaja. Depresi pada (n) (%)
Remaja
Depresi 60 64,5
HASIL PENELITIAN Tidak Depresi 33 35,5
Analisa Univariat Total 93 100

Karakteristik Responden Berdasarkan tabel 2 di atas,


a. Jenis Kelamin, Umur, dan Pendidikan menunjukkan distribusi responden
Tabel 1. berdasarkan status depresi pada remaja
Karakteristik Responden berdasarkan Jenis
Kelamin dan Usia di SMK Negeri 2 adalah sebagian besar depresi sebanyak 60
Samarinda tahun 2019
orang (64,5%) dan sebagian kecil tidak
depresi sebanyak 33 orang (33,5%).

b. Distribusi Responden Berdasarkan


Perilaku Merokok pada Remaja

Perilaku Merokok Frekuensi Persentase


(n) (%)

Merokok 49 52,7 %
Tidak Merokok 44 47,3 %
Total 93 100 %

Tabel 3
Distribusi Responden berdasarkan Perilaku
Merokok pada Remaja di Samarinda Tahun
2019

Berdasarkan tabel 3 di atas,


menunjukkan distribusi responden
berdasarkan perilaku merokok pada remaja
sebanyak 49 orang (52,7%) dan sebagian
kecil perilaku tidak merokok pada remaja
sebanyak 44 orang (47,3).

Analisa Bivariat
a. Hubungan status depresi dengan perilaku merokok pada remaja

P
Perilaku Merokok Total OR
Status Value
Depresi Ya Tidak (95% CI)
n % n % n %
Depresi 34 36,6 26 28,0 60 100,0 3,008
0,026
Tidak Depresi 10 10,8 23 24,7 33 100,0 (1,222-7,406)

Berdasarkan hasil analisis bivariat 34 orang (36,6%), sedangkan reponden


pada tabel 4.4 didapatkan, responden yang yang depresi dengan perilaku tidak
depresi dengan perilaku merokok sebanyak merokok sebanyak 26 orang (28,0%).
Sementara itu responden yang tidak depresi hubungan antara variabel tingkat depresi
dengan perilaku merokok sebanyak 10 dengan perilaku merokok pada remaja di
orang (10,8%), sedangkan responden yang SMK Negeri 2 Samarinda. Dari hasil
tidak depresi dengan perilaku tidak analisis didapatkan juga nilai OR sebesar
merokok sebanyak 23 orang (24,7%) 3,008 yang artinya menunjukan bahwa
dengan total jumlah responden sebanyak 93 remaja mengalami depresi beresiko 3 kali
orang. lebih besar untuk merokok.
Hasil analisis menggunakan uji chi
square diperoleh nilai p value = 0,026 ≤
nilai α = 0,05 yang artinya Ho ditolak dan
Ha diterima atau secara statistik ada
mengalami depresi dan 1,5 kali lebih
PEMBAHASAN mungkin untuk memliki kecemasan dari
a. Status depresi pada remaja non perokok.
Remaja yang sudah dalam kategori
Berdasarkan hasil penelitian pada 93
depresi menunjukan adanya perasaan sedih,
remaja yang berada di SMK Negeri 2
ingin menangis, khawatir tentang sesuatu
Samarinda, menunjukan bahwa sebagian
yang buruk, menjadi terganggu dan kecewa
besar remaja (64,5%) mengalami depresi
terhadap kejadian tertentu, dan menjadi
dan sebagian kecil (35,5%) tidak
tidak mampu untuk mengubah
mengalami depresi.
pemikirannya (negative mood). Ditemukan
Berdasarkan perhitungan jumlah skor
juga adanya beberapa permasalahan yang
untuk setiap aspek dari kuesioner (BDI) di
dialami yaitu sebagaian besar dari remaja
ketahui bahwa urutan teratas atau aspek
yang mengalami depresi maupun yang
depresi paling banyak dikeluhkan oleh
masih berpotensi mengalami depresi,
siswi laki-laki adalah kegagalan masa lalu,
memiliki ketidakpuasaan terhadap
rasa bersalah, kelelahan, kekritisan diri, dan
penampilan, masalah prestasi belajar,
tidak berharga.
mendapatkan perlakuan yang kurang
Sejalan dengan penelitian yang
menyenangkan dari orang lain, dalam hal
dilakukan oleh Byeon (2015) bahwa ada
ini teman dan orang tua.
hubungan yang signifikan antara
Pada remaja yang tidak merokok
kecemasan dan depresi pada remaja.
tetapi depresi, hal ini selaras dengan
Bahkan setelah pembaur disesuaikan,
pendapat yang diungkapkan oleh Ball, dkk
perokok 1,3 kali lebih mungkin untuk
(2002, dalam van Berkel, 2009) bahwa
individu yang lebih pesimis atau penakut yang tidak merokok sebanyak 44 responden
lebih cenderung mengalami depresi, dan (47,3%).
menyebabkan individu berfikir bahwa Penelitian ini sejalan dengan
situasi ini sebagai hal negative dan penelitian (Yulianto, 2015) banyak factor
menyepelekan kemampuan mereka dalam yang menyebabkan siswa berperilaku
menghadapi stressor. Hal ini menyebabkan merokok. Factor teman dan latar belakang
mereka memilih tipe koping yang lebih keluarga ikut andili memberikan kontribusi
pasif. pada perilaku tersebut.
Tipe koping seperti ini yang membuat Remaja cenderung memiliki rasa
para pesimis cenderung lebih gampang ingin tahu yang besar. Karena masa remaja
menyerah dan makin cenderung mengarah adalah masa dimana seseorang masih
pada perilaku maladaptive Carver dkk, mencari jati dirinya dan labil terutama
(2010). Tipe koping yang berfokus pada terhadap pengaruh lingkungan. Remaja
emosi dan pikiran negative seperti diatas merupakan masa dimana individu
semakin meningkatkan tekanan psikologi mengalami perubahan baik emosi, tubuh,
sehingga memungkinkan terjadinya depresi minat, pola perilaku dan juga penuh dengan
pada remaja yang tidak merokok. masalah-masalah. (Nurmiyanto &
Menurut asumsi peneliti secara Rahmani, 2013)
umum, baik remaja yang mengalami Gejala merokok dikalangan remaja
depresi maupun yang masih berpotesnsi disebabkan oleh rasa ingin tahu dan
mengalami depresi sama-sama merasakan mencoba pengalaman baru, mencoba
bahwa diri mereka buruk, tidak dapat menghilangkan kejenuhan ingin dianggap
berkonsentrasi sebaik biasanya, adanya lebih jantan, ingin diterima di kelompoknya
perasaan tidak tertarik untuk yang cukup atau pengaruh panutannya, misal orang tua
drastis. Remaja tersebut merasa kesulitan atau kakaknya yang merokok, dimana hal
untuk merasakan kegembiraan dalam tersut ditunjang oleh mudahnya rokok
hidupnya. didapakan baik penjualan maupun
b. Perilaku merokok pada remaja hargannya. (Cahyo, 2012).
Hasil penelitian pada 93 remaja yang Hasil penelitian (Rudi, 2017)
berada di SMK Negeri 2 Samarinda, mengatakan bahwa terpengaruh orang tua
peneliti menemukan bahwa hampir yang merokok lebih banyak dibandingkan
sebagian perilaku remaja yang merokok dangan orang tua yang tidak merokok. Hal
sebanyak 49 responden (52,7%). ini didasari karena melihat orang tua
Sedangkan sebagian besar perilaku remaja merokok maka ingin mencoba untuk
merokok dengan alasan ingin tahu atau remaja di SMK Negeri 2 Samarinda dengan
hanyya ingin mencoba-coba merokok. nilai signifikan sebesar 0,026 (p<0,05).
Namun, rasa ingin tahu atau mencoba-coba Hal ini di dukung oleh penelitian yang
justu mengarahkan kebiasaan ingin terus dilakukan oleh (Asmika, dkk, 2008) dengan
menerus untuk merokok. menggunakan 3 sekolah menengah atas
Hasil pengamatan yang dilakukan yang berbeda, menunjukan hasil terdapat
peneliti di SMK Negeri 2 Samarinda telah hubungan yang bermakna antara tingkat
menerapkan aturan tentang larangan untuk depresi dan tingkat stressor psikososial
tidak merokok di lingkungan sekolah, akan (x=22,633;p<0,001). Selain itu juga
tetapi kurangnya penerapan atau pemasang ditemukan OR= 5,87 yang berarti
poster tentang larangan merokok belum ada responden dengan tingkat tinggi memiliki
di lingkungan sekolah. Segala upaya baik resiko menderita depresi berat 5,87 kali
pendekatan secara penyuluhan atau sanksi- dibandingkan dengan tingkat stressor
sanksi melalui tata tertib sekolah belum rendah. Namun demikian, pengaruh
sepenuhnya dilakukan oleh pihak sekolah lingkungan sekolah dan lingkungan rumah
untuk menekan bentuk-bentuk perilaku yang baik juga dapat mendukung proses
merokok di kalangan siswa. adaptasi bagi siswa untuk mengatasi
Menurut asumsi peneliti remaja pada depresinya.
umumnya memiliki rasa ingin tahu yang Buku psikiologis perkembangan anak
tinggi, karena didorong oleh rasa ingin tahu dan remaja Syamsu juga mengungkapkan
yang tinggi remaja cenderung ingin bahwa untuk mencapai kematangan
berpetualang atau ingin mencoba segala emosional, remaja dipengaruhi oleh kondisi
sesuatu yang belum pernah dialaminya dan sosio-emosional lingkungannya, terutama
juga didorong oleh keinginan seperti orang lingkungan keluarga dan teman sebaya.
dewasa menyebabkan remaja ingin Bila lingkungan tempat ia tinggal adalah
mencoba melakukan apa yang dilakukan lingkungan yang kondusif, maka anak
oleh orang dewasa. cenderung dapat mencapai kematangan
emosionalnya dan bila lingkungan tersebut
c. Hubungan status depresi dengan tidak kondusif maka akan terjadi
perilaku merokok pada remaja kecemasan, perasaan tertekan atau ketidak
Berdasarkan hasil penelitian, nyamanan emosional. (Syamsu, 2001).
menunjukkan adanya hubungan status Penelitian ini sejalan dengan
depresi dengan perilaku merokok pada penelitian (Ervina, 2013) perhitungan
teknik analisis product moment pearson
diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar besar untuk berperilaku merokok karena
0,356, signifikansi p = 0,031 (p,0,05). Hasil dengan merokok remaja memperoleh efek
ini menunjukan ada korelasi positif yang fisiologis yang menyenangkan juga dapat
signifikan antara depresi dengan menghindari kecemasan sebagai upaya
kecenderungan perilaku merokok remaja, untuk relaksasi menghilangkan kelelahan.
dengan demikian dapat di interpretasi
KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa variable depresi dengan aspek-aspek
di dalamnya dapat dijadikan sebagai
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan
predictor (varibel bebes) untuk
yang signifikan antara status depresi dengan
memprediksikan atau mengukur perilaku
perilaku merokok pada remaja di SMK
merokok. Semakin tinggi perilaku merokok
Negeri 2 Samarinda dengan nilai signifikan
pada subjek penelitian. Sebaliknya semakin
sebesar p value 0,026 (p<0,05). Hasil OR=
rendah depresi maka semakin rendah
3,008 hal ini menunjukan bahwa remaja
perilaku merokok pada subjek penelitian.
yang mengalamai depresi beresiko 3 kali
Pada penelitian yang berbeda juga
lebih besar untuk merokok
ditemukan bahwa pencapaian akademis
dapat memprediksi adanya episode depresi DAFTAR PUSTAKA
saat dewasa (Koster et al., 2006). Pada Abil Rudi, L. M. H. N. K. (2017).
EFEKTIVITAS PERINGATAN
penelitian yang dilakukan di Jamaika
KESEHATAN BERGAMBAR
dengan menggunakan 3 sekolah yang BUNGKUS ROKOK PADA
PELAJAR. Volume 4,.
berbeda, menunjukan hasil bahwa adanya
Ardy Widya Pangestu, K. C. A. K. (2017).
hubungan antara prestasi akademis dan FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
gejala depresi. (Lipps et al., 2010).
PERILAKU MEROKOK SHISHA
Menurut asumsi peneliti, remaja yang PADA SISWA SMA X DI KOTA
SEMARANG. JURNAL
sudah masuk ke dalam kategori depresi
KESEHATAN MASYARAKAT (e-
menunjukkan adanya perasaan sedih, ingin Journal), Volume 5,. Retrieved from
http://ejournal-
menangis, khawatir tentang sesuatu yang
s1.undip.ac.id/index.php/jkm
buruk hingga menjadi tidak mampu untuk Armine Vardanyan, MPharm, M. C.
(2013). Risk factors and prevalence of
mengubah pemikirannya (negative mood).
adolescent depression in Yerevan,
Usia remaja juga pada umumnya memiliki Armenia (A Cross-Sectional Study).
School of Public Health American
rasa ingin tahu yang tinggi dan cenderung
University of Armenia Yerevan,
ingin berpetualang mencoba segala sesuatu Armenia 2013.
Asmika, Harijanto, nina handayani.
yang belum pernah dialami sehingga remaja
(2008). pervalensi depresi dan
yang mengalami depresi berpotensi lebih gambaran stressor psikososial pada
remaja sekolah menegah umum di Pada Remaja. Solo.
wilayah kota madya malang. Jurnal Fajar Juliansyah. (2010). Perilaku
Kedokteran Brawijaya, XXIV No. 1. Merokok Pada Remaja. Retrieved
Ati Siti Rochayati, & Hidayat, E. (2015). from
FAKTOR-FAKTOR YANG https://fajarjuliansyah.wordpress.com/
MEMPENGARUHI PERILAKU 2010/02/07/perilaku-merokok-pada-
MEROKOK REMAJA DI remaja/
SEKOLAH MENENGAH IDAI-Soetjiningsih. (2010). Buku Ajar
KEJURUAN KABUPATEN Tumbuh Kembang Remaja dan
KUNINGAN. Jurnal Keperawatan Permasalahannya. Retrieved from
Soedirman (The Soedirman Journal of http://kin.perpusnas.go.id/DisplayDat
Nursing, Volume 10,. a.aspx?pId=476&pRegionCode=JIPK
Byeon, H. (2015). Association among MAL&pClientId=111
smoking, depression, and anxiety: Indri Kemala Nasution. (2007).
findings from a representative sample PERILAKU MEROKOK PADA
of Korean adolescents Haewon Byeon REMAJA.
Department of Speech Language Iyus Yosep, S.Kp., M. S. (2007).
Pathology & Audiology, Nambu Keperawatan Jiwa. PT Refika
University, Gwangju, Republic of Aditama.
Korea. Department OfSpeech Janet Audrain-McGovern Daniel
Language Pathology & Audiology, Rodriguez Daniel Rodriguez Daniel
Nambu University, Gwangju, Rodriguez Daniel Rodriguez Daniel
Republic OfKorea. Rodriguez Daniel Rodriguez 1 & Jon
https://doi.org/10.7717/peerj.1288 D. Kassel. (2009). Adolescent
Carver C.S. dan Smith, J. C. (2010). . Smoking and Depression : Evidence
(2010). Personality and coping: for Slef-Medication and Peer Smoking
annual review psychology. Mediation. Departemen Psikologi.
Chaplin, J. P. (2006). Kamus lengkap University in Chicago.
psikologi / J.P. Chaplin; penerjemah https://doi.org/doi: 10,1111 / j.1360-
Kartini Kartono. Retrieved from 0443.2009.02617.x
http://library.um.ac.id/free- Komalasari, D dan Helmi, A. . (2000).
contents/download/pub/download- Faktor-faktor penyebab perilaku
print5.php/31745.pdf merokok pada remaja. Yogyakarta.
Dan Bilsker PhD, Merv Gilbert PhD, Jurnal Psikologi, No. 1, 37-47.
David Worling PhD, E. Jane Garland Ktut Dianovinina. (2018). Depresi pada
MD, F. (2016). MELAWAN DEPRESI Remaja: Gejala dan Permasalahannya.
Ketrampilan anti-depresi untuk Jurnal Psikologi.
remaja (D. Oleh, P. . Irwan Kusyogo Cahyo, Putri Asmita Wigati, Z.
Supriyanto, MD, F. K. Departemen S. (2012). Rokok, pola pemasaran dan
Ilmu Kedokteran Jiwa, & U. G. Mada, perilaku merokok siswa
eds.). Diterjemahkan oleh Irwan SMA/Sederajat di Kota Semarang,
Supriyanto, MD, Ph.D Departemen Jurna, Vol 11 No. 1. Media Kesehatan
Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Masyarakat. Media Kesehatan
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Masyarakat Indonesia, Vol. 11 / No.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Profi 1, April 2012.
Kementrian Kesehatan RI. Retrieved Muhammad Khotibuddin. (2017).
from http://www.depkes.go.id Hubungan depresi dan perilaku
Erviana Dwi Rahayu. (2013). Hubungan makan terhadap berat badan lebih
Antara Depresi Dengan mahasiswa kedokteran. Mutiara
Kecenderungan Perilaku Merokok Medika, 17 No. 1.
Murti, R. D., & Hamidah. (2012). Wismanto, Y. B., & Budi Sarwo, Y.
Pengaruh Expressive Writing (2007). Strategi Penghentian Perilaku
terhadap Penurunan Depresi pada Merokok / Y. Bagus Wismanto , Y.
Remaja SMK di Surabaya. Fakultas Budi Sarwo. Semarang : Universitas
Psikologi Universitas Airlangga Katolik Soegijapranata ; 2007.
Surabaya, Pengaruh E. World Health Organization (WHO).
National Institute of Mental Health (2010). Depression, a hidden burden.
(NIMH). (2016). No Title. What Is WHO.
Depression. Retrieved from website: World Health Organization (WHO),
www.nimh.nih.gov (2012). (2012). No Title. Depression,
Noel M. Davis, RN, B. (2015). No Title. a Hidden Burden. Retrieved from
Depression in Children and www.who.int/mental_health
Adolescents. Retrieved from Yuan-Pang WangI and Clarice Gorenstein.
https://doi.org/10.1177/10598405050 (2013). Assessment of depression in
210060201 medical patients: A systematic review
Nurmiyanto1, A., & Destya Rahmani2. of the utility of the Beck Depression
(2013). SOSIALISASI BAHAYA Inventory-II.
ROKOK GUNA MENINGKATKAN https://doi.org/10.6061/clinics/2013(0
KESADARAN MASYRARAKAT 9)15epidemiology/scabies/en.
AKAN BESARNYA DAMPAK
BURUK ROKOK BAGI
KESEHATAN. Seri Pengabdian
Masyarakat 2013 Jurnal, Volume 2 N,
Halaman 224-232.
prof. Dr.. Zulfan Saam, M.S. & Sri
Wahyuni, M. K. J. S. K. (2012).
PISIKOLOGI KEPERAWATAN. In
PSIKOLOGI KEPERAWATAN.
Profil Sekolah SMK Negeri 2 Samarinda.
(2015). profil SMK Negeri 2
Samarinda. Profil SMK Negeri 2
Samarinda.
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar.
Kementrian Kesehatan RI.
Rizky Septi Nugroho. (2017). PERILAKU
MEROKOK REMAJA (Perilaku
Merokok Sebagai Identitas Sosial
Remaja Dalam Pergaulan Di
Surabaya).
Santrock, J. W. (2002). Life - Span
development : perkembangan masa
hidup jilid 1 / John W. Santrock; alih
bahasa Achmad Chusairi, Juda
Damanik.
Sue Armstrong. (2007). Pengaruh Rokok
Terhadap Kesehatan.
Trida Cynthia&Zulkaida, A. (2009).
kecenderungan depresi pada
proceeding PESAT (pisikologi,
ekonomi, sastra, arsitektur dan sipil).

Anda mungkin juga menyukai