Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN

KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL – AZIZIYAH


SAMARINDA

Chandra Anggara 1), Lamri 2), Rizky Setiadi 2)


1)
Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan, Poltekkes Kaltim
2)
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kaltim

Abstrak

Pendahuluan : Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh. Menurut catatan medis dan wawancara
dengan petugas di klinik Pondok Pesantren Al-Aziziyah sejak awal bulan Januari 2018 hingga
Agustus 2018 tercatat sebanyak 99 santri mengalami penyakit skabies. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian
skabies di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Samarinda.
Metode : Jenis penelitian kuantitatif dengan studi analitik dan desain cross sectional.
Populasi berjumlah 444 orang dengan sampel sebanyak 92 orang menggunakan teknik simple
random sampling. Instrumen yang digunakan untuk personal hygiene berupa kuesioner yang
telah digunakan oleh peneliti sebelumnya dan lembar observasi sanitasi lingkungan,
kemudian data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi Square.
Hasil : Didapatkan nilai dari variabel personal hygiene p=0,021 dan variable sanitasi
lingkungan p=0,034. Hasil p value < 0,05 (Sig. 95%) maka dapat di simpulkan secara statistik
ada hubungan antara personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies.
Kesimpulan : Ada hubungan antara personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan
kejadian skabies. Disarankan untuk seluruh santri Pondok Pesantren Al - Aziziyah Samarinda
agar senantiasa menjaga personal hygiene dan sanitasi lingkungan baik eksternal maupun
internal.

Kata kunci : Personal Hygiene, Sanitasi Lingkungan, Skabies


THE RELATIONSHIP BETWEEN PERSONAL HYGIENE AND ENVIRONMENTAL
SANITATION WITH INCIDENT OF SCABIES IN AL - AZIZIYAH
BOARDING SCHOOL SAMARINDA

Chandra Anggara 1), Lamri 2), Rizky Setiadi 2)


1
Applied Nursing Student, Health Polytechnics East Borneo
2
Nursing Studies, Health Polytechnics East Borneo

Abstract

Preface: Scabies is a skin disease caused by mite Sarcoptes Scabiei variants of hominis and
products in the body. According to medical records and interviews with officers at the Al-
Aziziyah Islamic Boarding School clinic since the beginning of January 2018 to August 2018
there were 99 students experiencing scabies. The purpose of this study was to determine the
relationship between personal hygiene and environmental sanitation with the incidence of
scabies at Al-Aziziyah Islamic Boarding School in Samarinda.
Method: The type of this research is quantitative with analytic study and cross sectional
design.. The population is 444 people with a sample of 92 people using simple random
sampling technique. The instrument used for personal hygiene was a questionnaire that had
been used by previous researchers and an environmental sanitation observation sheet, then the
data were analyzed by univariate and bivariate by Chi Square test.
Results: Obtained values from personal hygiene variables p = 0.021 and environmental
sanitation variables p = 0.034. The results of p value <0.05 (Sig. 95%) can be concluded
statistically there is a relationship between personal hygiene and environmental sanitation
with the incidence of scabies.
Conclusion: There is a relationship between personal hygiene and environmental sanitation
with the incidence of scabies. It is recommended for all students of the Al - Aziziyah Islamic
Boarding School in Samarinda to always maintain personal hygiene and environmental
sanitation both externally and internally.

Keywords: Personal Hygiene, Environmental Sanitation, Scabies.


PENDAHULUAN beberapa negara di antaranya Mesir
Penyakit kulit merupakan salah satu diperoleh (4,4%), Nigeria (10,5%), Mali
dari sekian banyak penyakit yang masih (4%), Malawi (0,7%), dan Kenya (8,3%).
menjadi masalah didunia termasuk di Penyakit skabies banyak ditemui di
Indonesia. Skabies adalah penyakit kulit Indonesia, hal ini disebabkan karena
yang disebabkan oleh Sercoptes Scabiei Indonesia merupakan negara beriklim
Var Hominis kondisi dimana kulit yang tropis (Ridwan, 2017).
tidak hanya dapat menyebabkan infeksi Prevalensi skabies di Indonesia
akan tetapi juga sangat mengganggu. berdasarkan data Depkes RI terlihat cukup
Berdasarkan data World Health penurunan dari tahun ke tahun. Meskipun
Organization (WHO, 2015), skabies dapat terjadi penuruan prevalensi namun
mempengaruhi 1,3 juta orang setiap saat. penyakit skabies masih menjadi masalah
WHO mengungkapkan bahwa skabies penyakit menular yang cukup serius di
dapat menyerang seluruh orang dari setiap Indonesia. Angka kejadian skabies tahun
negara, biasanya lebih sering terjadi di 2008 sebesar 5,60% - 12,96%, prevalensi
negara yang beriklim tropis, endemik tahun 2009 sebesar 4,9-12, 95 % dan data
skabies, dan padat penduduk dimana juga terakhir yang di dapat tercatat prevalensi
banyak penduduk dengan status ekonomi skabies di Indonesia tahun 2013 yakni 3,9
yang miskin. – 6%, skabies menduduki urutan ke-3 dari
WHO menyatakan angka kejadian 12 penyakit kulit. Menurut data Dinas
skabies pada tahun 2014 sebanyak 130 juta Kesehatan Kota Samarinda, angka
orang didunia. Menurut International kejadian skabies dari tahun 2017 hingga
Alliance for the Control Of Skabies (IACS, Juli 2018 sebanyak 637 orang.
2014) angka kejadian skabies bervariasi Menurut catatan medis dan
mulai dari 0,3% hingga 46%. Skabies wawancara dengan petugas di klinik
ditemukan disemua negara dengan Pondok Pesantren Al-Aziziyah sejak awal
prevalensi yang beragam. Beberapa negara bulan Januari 2018 hingga 29 Agustus
yang sedang berkembang prevalensi 2018 tercatat sebanyak 99 santri
skabies sekitar 6% - 27% populasi umum, mengalami penyakit skabies.
menyerang semua ras dan kelompok umur Penularan terjadi karena kontak
serta cenderung tinggi pada anak-anak langsung dengan kulit pasien atau tidak
serta remaja. langsung dengan benda yang
Kejadian skabies pada tahun 2015 terkontaminasi/terjangkit tungau. Faktor
juga berprevalensi cukup tinggi di penyebab skabies antara lain disebabkan
oleh rendahnya faktor sosial ekonomi, menggunakan teknik simple random
kebersihan yang kurang baik atau sampling.
cenderung buruk seperti frekuensi mandi
dalam sehari, pemakaian handuk yang Metode Pengambilan Data
bergantian, jarang mengganti pakaian dan Metode pengumpulan data dilakukan
melakukan hubungan seksual. Penyakit ini dengan menyebarkan kuesioner personal
biasanya banyak dijumpai di tempat- hygiene milik peneliti sebelumnya dan
tempat seperti asrama, panti asuhan, melakukan observasi pada lingkungan
penjara, dan pondok pesantren yang responden yang telah dikeluarkan oleh
kurang terjaga personal hygienenya dan Kepmenkes RI No. 829/ Menkes/ SK/ VII/

kurang baik sanitasi lingkungannya 1999

(Afriani, 2017). Analisis Data

Berdasarkan fenomena diatas penulis Data yang telah dikumpulkan

tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang dianalisis secara univariat, dan bivariat

“Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi menggunakan uji chi square untuk

Lingkungan dengan Kejadian Skabies di mengetahui adanya hubungan personal

Pondok Pesantren Al-Aziziyah hygiene dan sanitasi lingkungan dengan

Samarinda”. kejadian skabies.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN

Lokasi Penelitian Analisa Univariat

Penelitian dilakukan di Pondok Karakteristik Responden

Pesantren Al-Aziziyah Samarinda. Waktu a. Jenis Kelamin, Umur, dan Pendidikan

penelitian dilaksanakan pada bulan Tabel 1.


Karakteristik Responden berdasarkan Jenis
Februari 2019. Kelamin, Usia, dan Pendidikan Santri di
Ponpes Al-Aziziyah Samarinda
Rancangan Penelitian tahun 2019
Jenis penelitian kuantitatif dengan
Klasifikasi
studi analitik dan desain cross sectional. Frekuensi Persentase
Karakteristik
(n) (%)
Populasi dan Sampel Responden
Jenis Kelamin
Populasi dalam penelitian ini adalah Laki – Laki 70 76,1
seluruh santri Pondok Pesantren Al- Perempuan 22 23,9
Total 92 100
Aziziyah Samarinda berjumlah 444 orang
Usia
dengan sampel sebanyak 92 orang 11 – 14 Th 45 48,9
15 – 18 Th 47 51,1
Total 92 100
Pendidikan
SMA 46 50
SMP 46 50
Total 92 100

Berdasarkan tabel 1 di atas,


b. Distribusi Responden Berdasarkan
menunjukkan bahwa karakteristik Tingkat Sanitasi Lingkungan
responden sebagian besar berjenis kelamin
Tabel 3
laki-laki berjumlah 70 orang (76,1%),
Distribusi Responden berdasarkan Tingkat
berusia 15 – 18 th berjumlah 47 orang Sanitasi Lingkungan Santri di Ponpes Al-
Aziziyah Samarinda Tahun 2019
(51,1%), dan sebagian berpendidikan SMP
Distribusi Tingkat Frekuensi Persentase
46 orang (50 %) dan SMA 46 orang (50 Sanitasi Lingkungan (n) (%)
%). Responden
Sehat 22 23,9
Tidak Sehat 70 76,1
Distribusi Variabel Total 92 100
a. Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Personal Hygiene Berdasarkan tabel 3 di atas,
menunjukkan distribusi responden
Tabel 2
Distribusi Responden berdasarkan Tingkat berdasarkan tingkat kebersihan sanitasi
Personal Hygiene Santri di Ponpes Al- lingkungan, sebagian besar berada di
Aziziyah Samarinda Tahun 2019
kelompok tidak sehat sebanyak 70 orang
Distribusi Tingkat Frekuensi Persentase
Personal Hygiene (n) (%) (76,1%). Sedangkan sebagian kecil berada
Responden di kelompok sehat sejumlah 22 orang
Hygiene 32 34,8
Tidak Hygiene 60 65,2 (23,9%).
Total 92 100
c. Distribusi Responden Berdasarkan
Berdasarkan tabel 2 di atas, Kejadian Skabies
menunjukkan distribusi responden
Tabel 4
berdasarkan tingkat personal hygiene,
Distribusi Responden berdasarkan Kejadian
sebagian besar berada di kelompok tidak Skabies Pada Santri di Ponpes Al-Aziziyah
Samarinda Tahun 2019
hygiene sebanyak 60 orang (65,2%).
Sedangkan sebagian kecil berada di Distribusi Kejadian Frekuens Persentase
Skabies Responden i (%)
kelompok hygiene sejumlah 32 orang (n)
Tidak Skabies 41 44,6
(34,8%). Skabies 51 55,4
Total 92 100
Berdasarkan tabel 4 di atas,
Berdasarkan tabel 5 di atas,
menunjukkan distribusi responden
menunjukkan bahwa distribusi responden
berdasarkan kejadian skabies, sebagian
berdasarkan tingkat kelembaban ruangan,
besar berada pada kelompok skabies
sebagian besar responden berada pada
sebanyak 51 orang (55,4%), sedangkan
ruangan yang tidak memenuhi syarat
hampir sebagian berada di kelompok tidak
kesehatan sebanyak 61 orang (66.3%),
skabies sejumlah 41 orang (44,6%).
sebanyak 70 responden ( 76,1 %) berada
d. Distribusi Responden Berdasarkan pada ruangan dengan pencahayaan alami
Tingkat Sanitasi Lingkungan Dalam tidak memenuhi syarat kesehatan,
Ruangan
Tabel 5 sebanyak 70 responden (76,1 %) berada

Distribusi Responden berdasarkan Tingkat pada ruangan dengan luas ventilasi telah
Sanitasi Lingkungan Dalam Ruangan Pada memenuhi syarat kesehatan, dan seluruh
Santri di Ponpes Al-Aziziyah Samarinda
Tahun 2019 responden (100 %) berada pada ruangan
dengan tingkat kepadatan hunian tidak
Distribusi Sanitasi Frekuensi Persentase
Lingkungan Dalam (n) (%) memenuhi syarat kesehatan.
Ruangan
Kelembaban
Tidak Memenuhi Syarat 61 66,3 %
Memenuhi Syarat 31 33,7 %
Total 92 100 %
Pencahayaan Alami
Tidak Memenuhi Syarat 70 76,1 %
Memenuhi Syarat 22 23,9 %
Total 91 100 %
Luas Ventilasi
Tidak Memenuhi Syarat 22 23,9 %
Memenuhi Syarat 70 76,1 %
Total 92 100 %
Analisa Bivariat
Kepadatan Hunian
Tidak Memenuhi Syarat 92 100 % a. Hubungan Personal Hygiene dengan
Memenuhi Syarat 0 0% kejadian skabies
Total 92 100 %
Berdasarkan hasil analisis bivariat yang artinya secara statistik ada
diatas didapatkan, responden yang hubungan antara personal hygiene
memiliki personal hygiene yang kurang dengan kejadian skabies di Pondok
bersih berjumlah 60 responden (65,2%) Pesantren Al–Aziziyah Samarinda. Dari
dengan 39 responden (65%) mengalami hasil analisis didapatkan juga nilai OR
skabies dan 21 responden (35%) tidak sebesar 3,095 yang artinya responden
mengalami skabies. Sementara responden dengan personal hygiene yang kurang
yang memiliki personal hygiene yang bersih atau kurang baik memiliki risiko
bersih berjumlah 32 responden (34,8%) 3.095 kali lebih besar terkena penyakit
dengan 20 responden (62,5%) tidak skabies, dibandingkan dengan responden
mengalami skabies dan 12 responden yang memiliki personal hygiene yang
(37,5%) mengalami skabies. bersih.
Hasil analisis menggunakan uji chi
square diperoleh nilai p value = 0,021

b. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan kejadian skabies

P
Kejadian Skabies Total OR
Sanitasi Value
Lingkungan Skabies Tidak Skabies (95% CI)
n % n % n %    
Tidak Sehat 34 48,6 36 51,4 70 100,0 0,278
0,034
Sehat 17 77,3 5 22,7 22 100,0 (0,092 – 0.836)

Berdasarkan hasil analisis bivariat sehat berjumlah 22 responden (23,9%)


pada tabel diatas didapatkan, responden dengan 17 responden (77,3%)
yang memiliki sanitasi lingkungan yang mengalami skabies dan 5 responden
P

V
To
Perso Kejadian Skabies a OR
tal
nal l
Hygie u
ne e
Skab Tidak (95%
ies Skabies CI)
n % % %    
Kuran 10
65, 35
g 39 60 0, 0 3.095
0 ,0
Bersih 0 ,
10 0 (1.270
37, 62
Bersih 12 32 0, 2 -
5 ,5
0 1 7.544)
(22,7%) tidak mengalami skabies. kebersihan pakaian, kebersihan kulit,
Sementara responden yang memiliki kebersihan tangan dan kuku,
sanitasi lingkungan yang tidak sehat kebersihan genetalia, kebersihan
berjumlah 70 responden (76,1%) handuk dan kebersihan di tempat tidur
dengan 36 responden (51,4%) tidak para santri.
mengalami skabies dan 34 responden Berdasarkan penelitian yang
(48,6%) mengalami skabies. dilakukan pada variabel personal
Hasil analisis menggunakan uji hygiene, indikator kebersihan pakaian
chi square diperoleh nilai p value = memiliki hubungan dengan kejadian
0,034 yang artinya secara statistik ada skabies dengan p value sebesar 0.376,
hubungan antara sanitasi lingkungan p value indikator kebersihan kulit
dengan kejadian skabies di Pondok sebesar 0.1000, kebersihan tangan dan
Pesantren Al – Aziziyah Samarinda. kuku memiliki nilai 0.1000,
Dari hasil analisis didapatkan juga nilai kebersihan genetalia bernilai 0.153,
OR sebesar 0,278 (1 : 0,278 = 3,6 ) kebersihan handuk sebesar 0.50, dan
yang artinya responden dengan sanitasi kebersihan tempat tidur responden
lingkungan yang sehat memiliki 3,6 kali didapatkan hasil yang paling
lebih beresiko terkena penyakit skabies, signifikan dengan nilai p value 0,020
dibandingkan dengan responden yang (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan
memiliki sanitasi lingkungan yang tidak indikator tempat tidur pada personal
sehat. hygiene merupakan yang paling
memiliki hubungan terhadap kejadian
skabies di Pondok Pesantren Al –
Aziziyah Samarinda. Hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan terlalu
padatnya dalam suatu ruangan yang
PEMBAHASAN
harus merelakan dirinya untuk tidur
a. Hubungan Personal Hygiene dengan
dalam keadaan berhimpitan. Ini lah
kejadian skabies
yang menyebabkan tungau skabies
Personal hygiene yang di
semakin mudah untuk berpindah dari
maksud dalam penelitian ini adalah
penderita satu ke yang lainnya.
suatu tindakan responden untuk
Penelitian ini sejalan dengan
menjaga dan memelihara kebersihan
penelitian Amelia (2014) tentang
dan kesehatan diri mereka, meliputi
hubungan antara higiene perseorangan
dengan kejadian skabies didapat nilai Berdasarkan hasil wawancara
ρ sebesar 0,001 (ρ<0,05) dan dan observasi yang dilakukan di
penelitian Fatmasari (2013) dimana Pondok Pesantren Al – Aziziyah Kota
variabel personal hygiene yang diteliti Samarinda 2019 mendapatkan hasil
menunjukan nilai p value 0,001 (p< bahwa kurangnya peronal hygiene
0,05) maka secara statistik kedua yang baik pada santri, hal ini
penelitian tersebut terdapat hubungan dikarenakan adanya beberapa santri
yang signifikan antara personal yang kurang menjaga kebersihannya
hygiene dengan kejadian skabies. seperti mandi hanya 1 kali dalam
Kejadian skabies lebih sering sehari, sering bergantian memakai
dilaporkan dari tempat yang padat, handuk yang sama, sering bergantian
lingkungan sosial ekonomi rendah, pakaian, dan menggunakan alat tidur
kondisi yang tidak higienis dan orang bergantian (sarung, bantal, guling, dan
dengan hygiene perorangan yang selimut), dan di depan kamar para
buruk juga terinfeksi. Manusia dapat santri terlihat berantakan dan kotor,
terinfeksi oleh tungau skabies tanpa buku, baju tidak tertata rapi, sisa-sisa
memandang umur, ras atau jenis makanan terdapat di depan kamar dan
kelamin dan tidak mengenal status tidak dibersihkan, sehingga hal inilah
sosial dan ekonomi, tetapi hygiene yang dapat menimbulkan
yang buruklah yang dapat perkembangan dan sebagai sumber
meningkatkan infeksi dan penularan penyakit skabies.
perkembangan penyakit skabies. Santri Al - Aziziyah seharusnya
Hasil penelitian Desmawati menjaga personal hygiene nya di
(2015) tentang personal hygiene sebabkan karena Higiene atau
dengan kejadian skabies di dapatkan kebersihan adalah upaya untuk
nilai p value 0,781 (p > 0,05) sehingga memelihara hidup sehat yang meliputi
dapat disimpulkan tidak ada hubungan kebersihan pribadi, kehidupan
yang signifikan antara personal bermasyarakat dan kebersihan kerja.
hygiene dengan kejadian skabies di Melakukan kebiasaan seperti
Pondok Pesantren Al – Kautsar kebiasaan mencuci tangan, mandi
Pekanbaru karena ada faktor lain yang menggunakan sabun, mengganti
memiliki hubungan yang lebih pakaian dan pakaian dalam, tidak
signifikan terhadap kejadian skabies. saling bertukar pakaian, kebiasaan
keramas menggunakan shampo, tidak
saling bertukar handuk dan kebiasaan standar yang dikeluarkan oleh
memotong kuku, dapat mengurangi Kemenkes. Pada indikator
resiko terkena skabies dan para santri pembuangan air limbah sebenarnya
juga tidak akan memeriksakan sudah tersedia, hanya saja pada saat
penyakitnya sebelum benar-benar peneliti observasi dilapangan masih
parah. banyak terlihat sampah – sampah yang
terdapat disaluran pembuangan
b. Hubungan sanitasi lingkungan
sehingga memperlambat laju aliran
dengan kejadian skabies
tersebut.
Berdasarkan analisis univariat
Lain halnya dengan indikator
menunjukkan bahwa 70 santri dari
penampungan sampah. Pondok
total sampel 92 orang memiliki praktik
Pesantren Al – Aziziyah tidak
kebersihan lingkungan yang kurang
memiliki bak penampungan sampah
baik dan sisanya sebanyak 22 santri
sendiri, sampah-sampah pribadi
memiliki praktik kebersihan
maupun sampah dapur hanya
lingkungan yang baik.
diletakkan didalam plastik kemudian
Hasil penelitian ini terdapat
dikumpul pada suatu tempat, pada
hubungan antara sanitasi lingkungan
malam harinya ketika sudah terkumpul
dengan kejadian skabies. Indikator
maka langsung dibuang ke TPA oleh
yang diteliti dalam penelitian ini
santri yang piket pada hari itu.
adalah penyediaan air bersih,
Penelitian ini sejalan dengan
ketersediaan jamban, pembuangan air
penelitian yang dilakukan oleh
limbah, dan penampungan sampah.
Mayrona (2018) tentang hubungan
Keempat indikator diatas yang paling
antara praktik kebersihan lingkungan
berpengaruh dalam timbulnya
dengan kejadian skabies didapat nilai-
penyakit kulit khususnya skabies
p sebesar 0,010 (p < 0.05) dan
adalah penyediaan air bersih yang
penelitian yang dilakukan oleh
masih belum dapat dilaksakan. Hal ini
Juliansyah (2014) tentang hubungan
disebabkan Ponpes Al-Aziziyah masih
antara sanitasi lingkungan santri
menggunakan air waduk yang airnya
dengan kejadian penyakit skabies di
berwarna keruh, berbau, dan berasa.
Pondok Pesantren Darul Ma’arif
Sementara indikator
Kabupaten Sintang tahun 2014 dengan
ketersediaan jamban telah
p value sebesar 0,006 maka secara
diaplikasikan yang sesuai dengan
statistik kedua penelitian tersebut
terdapat hubungan yang signifikan tidak ada hubungan yang signifikan
antara sanitasi lingkungan dengan antara sanitasi lingkungan terhadap
kejadian skabies. kejadian skabies pada anak karena ada
Kutu skabies dapat faktor lain yang memiliki hubungan
menyebabkana gejala transien pada yang lebih signifikan terhadap
manusia, tetapi mereka bukan kejadian skabies.
penyebab infestasi persisten. Kutu
KESIMPULAN DAN SARAN
skabies dapat dijumpai di sanitasi
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
lingkungan yang buruk seperti tidak
ada hubungan antara personal hygiene dan
tersedianya air bersih, tidak
sanitasi lingkungan dengan kejadian
tersedianya saluran pembuangan air
skabies di Pondok Pesantren Al – Aziziyah
limbah, dan tidak adanya tempat
Samarinda.
pembungan sampah yang dapat
Hasil penelitian ini diharapkan
menyebabkan kutu skabies
seluruh santri putra, santri putri dan semua
berkembang biak pada sanitasi yang
pihak yang berada di Pondok Pesantren Al-
buruk tersebut, sehingga kutu skabies
Aziziyah Samarinda agar senantiasa
dapat berpindah dengan cara
menjaga personal hygiene dan sanitasi
penularan yang paling efisien adalah
lingkungan baik eksternal maupun internal
melalui kontak langsung dari individu
dengan selalu waspada pada penularan
dengan lingkungan serta individu
skabies, karena penyakit ini dapat menular
dengan individu yang telah terinfeksi.
dengan kontak langsung dengan kulit
Kutu skabies dapat bertahan hingga
penderita dan benda yang terkontaminasi
tiga hari pada kulit manusia sehingga
oleh skabies.
media seperti tempat tidur atau
pakaian merupakan sumber alternatif
DAFTAR PUSTAKA
untuk terjadinya suatu penularan
Afriani, B. (2017). Hubungan Personal
(Djuanda, 2010). Hygiene dan Status Sosial Ekonomi
Dengan Keajdian Skabies di Pondok
Sementara hasil penelitian Putri
Pesantren, 2(1), 1–10. Retrieved from
(2011) tentang hubungan higiene https://ejournal.stikesaisyah.ac.id/inde
x.php/jika/article/view/BA-1/24
perseorangan, sanitasi lingkungan dan
status gizi terhadap kejadian skabies Amelia, R. (2014). Hubungan Sumber
Penyediaan Air Bersih Dan Hygiene
pada anak di dapatkan nilai p value
Perseorangan Dengan Kejadian
pada sanitasi lingkungan sebesar 0,561 Scabies Di Kelurahan Buol Tahun
2012. Other Thesis. Universitas
(p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan
Gorontalo. Retrieved from https:// Putri, A. (2011). Hubungan Higiene
anzdoc.com/35509a37-a7b5-4551- Perseorangan, Sanitasi Lingkungan
83e0-f15b90 2e3958 dan Status Gizi Terhadap Kejadian
Skabies Pada Anak, 1–12. Retrieved
Desmawati, Dewi, A. P., & Hasanah, O. from http://eprints.undip. ac.id/32881
(2015). Hubungan Personal Hygiene /1/Btari_Sekar.pdf
dan Sanitasi Lingkungan dengan
Kejadian Skabies di Pondok Pesantren WHO. (2015). Limphatic Filariasis:
Al-Kautsar Pekanbaru. JOM, 2(1). Epidemiology of Scabies. Retrieved
Retrieved from https://jom.unri.ac.id/ September 21, 2018, from https://
index.php/ www.who.int/lymphatic_filariasis/
JOMPSIK/article/download epidemiology/scabies/en.
/8336/8005

Djuanda, A. (2010). Ilmu Penyakit Kulit


Dan Kelamin (6th ed.). Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Fatmasari, A. (2013). Hubungan Hygiene


Perorangan dan Sanitasi Lingkungan
Terhadap Kejadian Scabies Pada
Santri Santri di Pondok Pesantren
Rudhotul Muttaqin Mijen Semarang
Tahun 2013, 0–1. Retrieved from
http://eprints.
dinus.ac.id/6495/2/abstrak _12423.pdf

IACS. (2014). About Scabies. Retrieved


September 20, 2018, from http;//
www.controlscabies.org/about-scabies

Juliansyah, E. (2014). Jenis Kelamin,


Personal Hygiene, dan Sanitasi
Lingkungan dengan Kejadian Penyakit
Scabies pada Santri di Pondok
Pesantren Darul Ma’arif Kabupaten
Sintang. Retrieved from http://open
jurnal.unmuhpnk.ac.id/ index.php/JJU
M/article/view/844/668

Mayrona, C. T. (2018). Pengaruh Sanitasi


Lingkungan Terhadap Prevalensi
Terjadinya Penyakit Scabies di
Pondok Pesantren Matholiul Huda Al-
Kautsar Kabupaten Pati. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, 7(1), 100–
112.

Anda mungkin juga menyukai