0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan8 halaman
Ringkasan dari jurnal tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dengan kejadian pedikulosis di Pondok Pesantren Al Yaqin Rembang.
2. Metode penelitian menggunakan pendekatan analisis cross sectional dengan sampel sebanyak 50 responden.
3. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara personal hygiene yang buruk dengan kejadian pedikulosis.
Ringkasan dari jurnal tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dengan kejadian pedikulosis di Pondok Pesantren Al Yaqin Rembang.
2. Metode penelitian menggunakan pendekatan analisis cross sectional dengan sampel sebanyak 50 responden.
3. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara personal hygiene yang buruk dengan kejadian pedikulosis.
Ringkasan dari jurnal tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dengan kejadian pedikulosis di Pondok Pesantren Al Yaqin Rembang.
2. Metode penelitian menggunakan pendekatan analisis cross sectional dengan sampel sebanyak 50 responden.
3. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara personal hygiene yang buruk dengan kejadian pedikulosis.
Dosen Pembimbing Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan 1,2
Universitas Muhammadiyah Semarang,
3 Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Info Artikel Abstrak Diterima 16 Agustus 2020 pencegahan terutama di Negara yang berkembang. Penyakit Direvisi 30 Agustus 2020 ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah Disetujui 20 September 2020 personal hygiene. Personal hygiene merupakan salah satu Tersedia Online 30 September 2020 kebersihan dan kesehatan dari seseorang yang memiliki tujuan untuk mencegah timbulnya wabah penyakit, baik secara fisik maupun psikologis. Penelitian ini dilakukan Keywords: Personal Hygiene, dengan pendekatan analisis cross-sectional. Tujuan dari Pedikulosis penelitian untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian Pedikulosis di Pondok Pesantren Al Yaqin Rembang. Sampel penelitian sebanyak 50 responden. Pengujian dilakukan menggunakan analisis uji univariat dan bivariat. Hasil univariat diperoleh bahwa banyak personal hyigiene yang buruk sebanyak 36 orang (72%) sedangkan Pedikulosis merupakan infeksi kulit kejadian Pedikulosis yang positif diketahui sebanyak 33 yang sering diderita oleh anak-anak orang (66%). Hasil uji bivariat menggunakan uji chi-square dan terjadi di kulit atau rambut diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05 maka kepala. Kejadian penyakit ini sering kesimpulan bahwa adanya hubungan personal hygiene terjadi tetapi masih belum adanya dengan kejadian Pedikulosis di Pondok Pesantren Al Yaqin Rembang. Pendahuluan E-mail : titis.paramitasari@gmail.com Penyakit pedikulosis sering diderita meneyrang siapa saja tanpa melihat jenis anak anak khususnya yang berada di kelamin dan umur (Doroodgar et al, 2104). lingkungan hidup yang padat seperti Personal hygiene merupakan salah satu asrama, pondok pesantren dan panti kebersihan dan kesehatan dari seseorang asuhan. Pedikulosis tergolong penyakit yang memiliki tujuan untuk mencegah yang terabaikan (neglected disease) timbulnya wabah penyakit, baik secara fisik (Maryanti dkk, 2018). Pediculosis capitis maupun psikologis (Tarwoto dan Wartonah, dapat 2006). Penyakit ini juga menyebabkan gatal Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang Indonesia 50273 25 dan iritasi di sekitar kulit kepala yang *Corresponding Author disebabkan oleh tuma yang menghisap darah Titis Paramitasari dikulit kepala tersebut, sehingga merasa Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31 gatal yang disebabkan oleh saliva dan penyakit pediculosisi capitis dapat fessenya. Pediculosis capitis yang terjadi dicegah dan diatas mulai dari diri sendiri. pada siswa sekolah dapat menyebabkan Oleh karena itu, penulis ingin meneliti anemia yang dampaknya menjadi lesu, peneliti tentang Hubungan Antara Personal mengantuk dikelas sehingga mempengaruhi Hygiene dengan Kejadian Pedikulosis belum belajar, selain itu juga dapat menyebabkan pernah dilaporkan. Oleh sebab itu, penelitian infeksi yang mengalami gangguan saat tidur ini penting dilakukan agar dapat memberikan di malam hari karena rasa gatal yang sering deskripsi personal hygiene santri di Pondok muncul. Penyakit pediculosis capitis telah Pesantren Al Yaqin Rembang sehingga dapat membawa suatu stigma sosial karena meningkatkan kesadaran pola hidup bersih. masyarakat telah lama menjadi suatu Bahan dan Metode penyakit ini sebagai penyakit yang Jenis penelitian ini adalah deskriptif dihubungkan dengan kemiskinan atau status analitik yaitu penelitian yang dilakukan sosial dan ekonomi yang masih rendah, serta dengan pendekatan Cross Sectional (potong lingkungan yang tidak bersih atau kumuh silang) yang merupakan suatu penelitian (Yustisia, 2013). Penyakit pedikulosis sering yang mempelajari hubungan antara variabel diderita anak-anak khususnya yang berada di bebas atau resiko dengan variabel terikat dan lingkungan hidup yang padat seperti asrama, akan dikumpulkan dalam waktu yang pondok pesantren dan panti asuhan. bersamaan atau sekaligus Pedikulosis tergolong penyakit yang (Notoatmodjo,2010). Pada penelitian ini terabaikan (neglected disease) (Maryanti peneliti ingin mengetahui hubungan dkk, 2018). Kejadian pedikulosis dengan personal hygiene dengan kejadian angka tersebut masih di bawah angka yang pediculosis capitis di Pondok Pesantren Al sesungguhnya karena banyak dari penderita Yaqin Rembang. yang mengobati sendiri dan tidak melapor ke Sampel yang digunakan sebanyak 50 petugas kesehatan. Oleh karena itu, adanya responden yang di ambil dari 5 kelas yang pediculosis capitis yang banyak menjadi ada di pondok pesantren AL-Yaqin endemic diseluruh dunia baik di Negara Rembang. Penelitian ini 50 santri yang akan maju maupun berkembang di Negara diteliti memiliki kriteria yaitu siswa yang beriklim tropis maupun iklim sedang. telah menempuh pendidikan akademik Pondok pesantren merupakan salah minimal satu semester dan siswa yang satu tempat yang memiliki kepadatan bersedia menjadi responden. penghuni yang tinggi, kesadaran hidup Hasil Hasil Analisis Univariat bersih yang rendah dan tingkat pengetahuan personal hygiene yang Analisis univariat dilakukan untuk rendah. Santri yang memiliki tingkat melihat karakteristik responden dalam pengetahuan personal hygiene yang penelitian berikut hasil dari analisis kurang baik mendukung berkembangnya univariat. penyakit infeksi parasit misalnya Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik skabiasis dan pediculosis. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Beberapa penelitian yang sudah di lakukan di Jakarta Timur menunjukkan bahwa Pediculus humanus var. capitis menginfeksi 100% santri putrid yang tinggal di asrama Pesantren X (Akhmad dan Menaldi 2012). Berdasarkan dari uraian di atas, perlu adanya perhatian 26272 9 terhadap personal hygiene, lingkungan disekitar pondok pesantren, kepadatan hunian serta pengetahuan tentang personal hygiene seperti cara membersihkan kamar tidur terutama Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bantal dan kasur harus sering dijemur), karakteristik responden berdasarkan membersihkan baranf-barang pribadi usia yang paling banyak adalah 10-15 seperti sisir rambut dan kerudung agar tahun sebanyak 36 orang (72 %). Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kelamin (n) (%) Responden Berdasarkan Usia Perempuan 50 100 Umur Frekuensi Persentase Total 50 100 (n) (%) Berdasarkan hasil penelitian 10-15 36 72 diperoleh karakteristik responden yang 16-20 14 28 memiliki kejadian pediculosis capitis Total 50 100% yang paling banyak adalah positif Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 33 orang (66%). diperoleh karakteristik responden Tabel 6. Hubungan Personal Hygiene berdasarkan usia yang paling banyak Dengan Kejadian Pediculosis Capitis adalah 10-15 tahun sebanyak 36 orang Pada Santri Di Pondok Pesantren Al (72 %) Yaqin Rembang Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Persona Responden Berdasarkan Jenis Rambut l P- Hygiene Positif Negatif Total value Jenis Rambut Frekuensi Persentase (n) (%) N N Ikal 19 38 Baik 6 42. 8 57, 14 10 Bergelombang 11 22 9 1 0 0,00 Kurang 2 75 9 25 36 10 0 Lurus 20 40 baik 7 0 Kejadian Pediculosis Capitis Total 50 100 26
% % N %
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis rambut yang paling banyak adalah bergelombang sebanya 20 Hasil Analisis Bivariat orang (40 %). Berdasarkan hasil tabel diatas Tabel 4. Distribusi Frekuensi diketahui responden yang Karakteristik Responden Berdasarkan personal hygienennya baik dan positif Personal Hygiene dengan pedikulosis sebanyak 6 orang Personal Frekuensi (n) Persentase (%) (42,9%), Hygiene Diskusi Baik 14 28 Berdasarkan hasil penelitian Buruk 36 72 diperoleh karakteristik responden Total 50 100 berdasarkan usia yang paling banyak adalah 10-15 tahun sebanyak 36 orang Berdasarkan hasil penelitian (72 %). hal ini sesuai dari penelitian yang diperoleh karakteristik responden dilakukan oleh Nurjanah (2011) yang berdasarkan Personal hygine yang paling banyak adalah buruk sebanyak 36 orang menyebutkan bahwa personal hygiene (72%). sering terjadi pada usia anak yang masih Tabel 5. Distribusi Frekuensi rendah. Restiana menyatakan hasil yang Karakteristik Responden Berdasarkan sama bahwa semakin muda usia maka Kejadian Pediculosis Capitis semakin kurang kesadaran untuk Kejadian Frekuensi (n) Persentase (%) menjaga hygiene pribadi. Namun dari Negatif 17 34 teori Riyadi dkk, 2015 menyatakan Positif 33 66 sebaliknya bahwa usia bukan merupakan Total 50 100 faktor dari personal hygiene seseorang. Berdasarkan hasil penelitian Jenis Frekuensi Persentase diperoleh karakteristik responden Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31 mempermudah infeksi masuk dalam 272729 anggota tubuh baik kulit rambut maupun anggota tubuh lainnya. Oleh karena itu, personal hygiene sangat berhubungan dengan suatu kebersihan. berdasarkan jenis rambut yang paling Berdasarkan hasil penelitian diperoleh banyak adalah bergelombang sebanya karakteristik responden yang memiliki 20 orang (40 %). Hal ini sejalan dengan kejadian pediculosis capitis yang paling penelitian yang dilakukan oleh Ahmad banyak adalah positif sebanyak 33 (2012) bahwa responden yang orang (66%). Penelitian ini diketahui mempunyai jenis rambut lurus lebih bahwa para santri banyak yang beresiko terkena pediculosis ini menggunakan sisir secara bersamaan. mayoritas dari responden yang bejenis Santri juga banyak yang menggunakan rambut lurus. kerudung secara bergantian ke sesame Berdasarkan hasil penelitian temannya, serta sering tidak mengganti diperoleh karakteristik responden seprei bahkan tidak menjemur kasur. berdasarkan Personal hygine yang Hal ini karena apabila kerudung atau paling banyak adalah buruk sebanyak pakaian yang belum dicuci akan 36 orang (72%). Hal ini karena memudahkan proses penyebaran personal hygiene pada santri masih pediculosis capitis yang dapat melalui tergolong buruk, dan berdasarkan transmisi secara langsung dan tidak pengamatan saat penelitian banyak langsung. Transmisi langsung artinya faktor kebersihan yang mendukung melalui kontak kepala orang yang tingginya kejadian pediculosis capitis terinfeksi penyakit tersebut, sedangkan antara lain fasilitas kebersihan yang transmisi tidak langsung yakni dapat kurang memadai di pesantren, melalui dengan menggunakan sisir kebiasaan diri pada santri, bahkan secara bergantian, topi, handuk, dan sering meminjamkan alat kebersihan kerudung secara bersamaan pribadi serta kurangnya kesadaran diri (Natadisastra, 2013). Penelitian lain pada santri. Hal ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Hartinah (2014) penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan bahwa dari 32 responden, Sukarmin dkk, 2018 bahwa personal 27 yang terkena pediculosis kapitis positif hygiene dengan kejadian pediculosis sebanyak 21 responden (65,6%), capitis terdapat hubungan yang sedangkan yang tidak tereknan ada 11 signifikan. responden Penelitian lain menyebutkan (34,4%). bahwa hasil penelitian diperoleh pada Berdasarkan hasil tabel diatas pretest dan postest pada responden diketahui responden yang personal yang memiliki personal hygiene baik hygienennya baik dan positif dengan sebanyak 71,4% dengan mengalami pedikulosis sebanyak 6 orang (42,9%), pediculosis capitis sebanyak 44,6% responden yang personal hygiennya terdapat hubungan yang signifikan buruk dan negatif pediculosis capitis personal hygiene dengan kejadian sebanyak 8 orang (57,1%). Responden pediculus capitis pada santriwati di yang personal hygienenya baik dan Pesantren Jabal Annur Teluk Lampung positif pediculosis dikarenakan ada (Nani, 2016). responden yang tertular bukan dari Personal hygiene merupakan temannya tetapi dari anggota keluarga faktor yang penting terhadap kesehatan. yang kadang-kadang keramas 2 kali Menurut penelitian Sajida (2012) bahwa personal hygiene yang buruk merupakan suatu faktor yang Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31 272289 Putri Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta.[Skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas dalam seminggu, pemakaian krudung Muhamidayah Surakarta. yang bergantian. Barbara L. Frankowski, Leonard B. Responden yang personal Weiner. 2002. Clinical Report-Head hygiene buruk dengan positif Lice. Am.A-Pediatrics. 110(4): 63840. pediculosis sebanyak 27 responden Buczek A, MarkowskaGosik D, (75%) sedangkan responden yang Widomska D, Kawa IM. 2004. personal hygiene buruk dengan Pediculosis Capitis Among School negatif pedikulosis sebanyak 9 Children in Urban and Rural Areas of responden Eastern Poland. Eur J Epidemiol. (25%). Hal ini bisa terjadi karena 19(1): 491-95. Ketika keramas tidak sampai bersih, Burgress IF. Current Treatments for tidak 28 pernah mengikat rambut, Pediculosis Capitis. Curr Opin Infect sering mengikat saat rambut masih Dis. 22(6):131–136. keadaan basah, menggunakan sisir Burns DA. 2004. Diseases Caused by yang bergnatian dengan teman. Arthropods and Other Noxious Kemungkinan juga tidak menjaga Animals. In: Burns T, Breathnach S, jarak dengan teman yang mempunyai Cox N, Griffiths C eds. Rook`s kutu, hingga kepala terasa gatal. Textbook of Dermatology Eight Hasil pengujian menggunakan Edition Volume 2. United Kingdom: uji chi-square diperoleh nilai p-value Willey-Blackwell Publication. Pp. sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat 446-8. Center Disease Control. 2013. dikatakan bahwa Adanya Hubungan Parasite Lice Head Lice. Diakses Pada Personal Hygiene Dengan Kejadian 20 Agustus 2015. Pediculosis Capitis Pada Santri Di Center Disease Control. 2013. Parasite Pondok Pesantren Al Yaqin Lice Head Lice. Diakses Pada 20 Rembang. Agustus 2013 Referensi Djuanda, Adhi, Hamzah M, Aisyah S. Adam S. 2008. Hygiene 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Perseorangan. Jakarta: Bharata Kelamin. Jakarta: Fakultas Karya Aksara. 28 Hlm. 68- 84. Kedokteran Universitas Indonesia. Alimul. 2007. Metodologi Keperawatan Hlm. 128-36. Habif TP. 2004. Penelitian dan Teknik Analisa Pediculosis. In: Weller C, John A, Data. Hunter A, Savin J, Dahl M eds. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. Clinical Dermatology Fourth Edition. 4655. British: Willey-Blackwell Andayani LS. 2005. Perilaku Santri Publication. Pp. 228-42. Dalam Upaya Pencegahan Handri. 2010. Info Kesehatan Penyakit Penyakit Skabies di Pondok Kulit. Jakarta: Hipokrates. Hlm. 5679. Pesantren Ulumu Qur’an Stabat. Handoko RP. 2007. Pedikulosis. Dalam: E-Jurnal USU. 9(2): 172-7. Djuanda, Adhi, Hamzah M, Aisyah S. Ansyah AN, Pramuningtyas R, Ilmu Penyakit Kulit danKelamin Edisi Kariosentono H. 2013. Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Hubungan Personal hygiene FKUI. Hlm. 119-120 dengan Angka Kejadian Jumani. 2011. Hubungan Perilaku Pedikulosis Capitis pada Santri Pengguna Air Sumur dengan Keluhan Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31 272299 Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nutanson I, Steen CJ, Schwartz RA, Janniger CK. 2008. Pediculosis Kesehatan dan Pemeriksaan Kualitas Humanus Capitis: An update.Acta Air Sumur pada Pondok Pesantren Dermatoven APA.17(4): 147-53. di Kota Dumai Tahun 2011. Oh JM, Lee IY, Lee WJ, Seo M, Park [Skripsi]. SA, Lee SH. 2010. Prevalence of Medan: Fakultas Kesehatan Pediculosis Capitis Among Korean Masyarakat Universitas Sumatera Children. Parasitol Res. 107:1415–19. Utara. Ohio Departement of Health. 2014. Kamiabi F, Nakhaei FH.2005. Pediculosis. Ohio: Departement of Prevalence of Pediculosis Capitis Health. Pp. 1-15. and Determination of Risk Factors Rahman ZA. 2014. Faktor-Faktor yang in Primary School Children in Berhubungan dengan Kejadian Kerman.East Mediterr Health J. Pediculosis Capitis pada Santri 11(5):988-92. Pesantren Rhodlotul Quran Semarang. Ko CJ, Elston. 2004. Pediculosis. J Am [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang: Acad Dermatol. 50(1):1-12. Fakultas Kedokteran Universitas Kozier dan Erb, G. (2009). Buku Ajar Dipenogoro. Praktik Keperawatan Klinis Kozier dan Ronny PH. Skabies. Dalam: Adhi D, Erb.Jakarta: EGC. Laily,Sulistyo. 2004. Mochtar H, Editor: Ilmu Penyakit Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Kulit dan Kelamin Edisi Enam. Keperawatan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. Hlm. 122-125. 5268. Saad. 2008. Pengaruh Faktor Higiene Leung AK, Fong JH, Rojas AP. 2005. Perorangan Terhadap Angka Kejadian Pediculosis Capitis. J Pediatr Health Skabies di Pondok Pesantren Care.19(6):369-73. AnNajach Magelang. [Karya Tulis Mantra S. 2007. Pendidikan dan 29 Ilmiah]. Semarang: Fakultas Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Kedokteran Universitas Diponegoro. Hlm. 142-57. Sajida A. 2013. Hubungan Personal Meinking TL, Buckhart C. 2008. hygiene dan Sanitasi Lingkungan Infestations. In: Jean L, Bolognia, dengan Keluhan Penyakit Kulit di Joseph L, Jorizzo, Ronald P. Rapini Kelurahan Denai Kecamatan Medan eds. Dermatology Volume One. Denai Kota Medan Tahun 2012. Britain: Mosby. Pp.1321 – 8. [Skripsi]. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Natadisastra D, Ridad A. 2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Utara. Penerbit EGC.Hlm. 82-96. Sim S, Lee WJ, Yu JR, Lee IY, Lee SH, Notoatmodjo S. 2007. Promosi Oh SY, et al. 2011. Risk Factors Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Associated With Head Louse Jakarta: Rhineka Cipta. Hlm. 118- Infestation In Korea. Korean J 27. Parasitol. 49(1): 95 8. Nugraheni DN. 2008. Pengaruh Sikap Sucipto, C.D. 2011. Vector Penyakit Tentang Kebersihan Diri Tropis. Yogyakarta:Gosyen TerhadapTimbulnya Skabies Publishing. (Gudik) pada Santriwati di Pondok Pesantren Al-Muayyid. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31 30272 9
Soultana V, Euthumia P, Antonios M,
Angeliki RS. 2009. Prevalence of Pediculosis Capitis Among Schoolchildren in Greece and Risk Factors: A Questionnaire Survey. Pediatr Dermatol. 26(2): 701-5. Stone SP. Jonathan NG. Rocky E. 2012.Bacelieri Scabies, Other Mites and Pediculosis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K eds. Fitzpatrick`s 30 Dermatology In General Medicine Eight Edition. New York : McGraw Hill. Pp. 2573 – 8. Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 7284. Wijayati, Fitriana. 2007. Hubungan Antara Perilaku Sehat dengan Angka Kejadian Pediculosis Capitis pada U. Prevalensi Skabies dan Faktor-Faktor 30 yang Mempengaruhinya pada SiswaSiswi Pondok Pesantren Darul Mujadah Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah Bulan Oktober Tahun Santriwati Pondok Pesantren Darul lum Jombang. [Skripsi]. Jombang: Fakultas Kedokteran Universitas Jombang. Yasin. 2009. Prevalensi Skabies dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya pada Siswa-Siswi Pondok Pesantren Darul Mujadah Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah Bulan Oktober Tahun 2009. E-Jurnal UIN. 1(2): 1-15 Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31 273129