Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Labora Medika 4 (2020) 25-31

Journal Homepage: http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JLabMed e-ISSN:


2549-9939

HUBUNGAN ANTARA PERSONAL HYGIENE DENGAN


KEJADIAN PEDIKULOSIS DI PONDOK PESANTREN AL YAQIN
REMBANG

Ayu Rahmawati Sulistyaningtyas1,Tulus Ariyadi2 , Fathimatuz Zahro’3


Dosen Pembimbing Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
1,2

Universitas Muhammadiyah Semarang,


3
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
Info Artikel Abstrak
Diterima 16 Agustus 2020 pencegahan terutama di Negara yang berkembang. Penyakit
Direvisi 30 Agustus 2020 ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
Disetujui 20 September 2020 personal hygiene. Personal hygiene merupakan salah satu
Tersedia Online 30 September 2020 kebersihan dan kesehatan dari seseorang yang memiliki
tujuan untuk mencegah timbulnya wabah penyakit, baik
secara fisik maupun psikologis. Penelitian ini dilakukan
Keywords: Personal Hygiene,
dengan pendekatan analisis cross-sectional. Tujuan dari
Pedikulosis
penelitian untuk mengetahui hubungan personal hygiene
dengan kejadian Pedikulosis di Pondok Pesantren Al Yaqin
Rembang. Sampel penelitian sebanyak 50 responden.
Pengujian dilakukan menggunakan analisis uji univariat dan
bivariat. Hasil univariat diperoleh bahwa banyak personal
hyigiene yang buruk sebanyak 36 orang (72%) sedangkan
Pedikulosis merupakan infeksi kulit kejadian Pedikulosis yang positif diketahui sebanyak 33
yang sering diderita oleh anak-anak orang (66%). Hasil uji bivariat menggunakan uji chi-square
dan terjadi di kulit atau rambut diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05 maka
kepala. Kejadian penyakit ini sering kesimpulan bahwa adanya hubungan personal hygiene
terjadi tetapi masih belum adanya dengan kejadian Pedikulosis di Pondok Pesantren Al Yaqin
Rembang.
Pendahuluan E-mail : titis.paramitasari@gmail.com
Penyakit pedikulosis sering diderita meneyrang siapa saja tanpa melihat jenis
anak anak khususnya yang berada di kelamin dan umur (Doroodgar et al, 2104).
lingkungan hidup yang padat seperti Personal hygiene merupakan salah satu
asrama, pondok pesantren dan panti kebersihan dan kesehatan dari seseorang
asuhan. Pedikulosis tergolong penyakit yang memiliki tujuan untuk mencegah
yang terabaikan (neglected disease) timbulnya wabah penyakit, baik secara fisik
(Maryanti dkk, 2018). Pediculosis capitis maupun psikologis (Tarwoto dan Wartonah,
dapat 2006). Penyakit ini juga menyebabkan gatal
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang Indonesia 50273 25
dan iritasi di sekitar kulit kepala yang
*Corresponding Author disebabkan oleh tuma yang menghisap darah
Titis Paramitasari dikulit kepala tersebut, sehingga merasa
Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31
gatal yang disebabkan oleh saliva dan penyakit pediculosisi capitis dapat
fessenya. Pediculosis capitis yang terjadi dicegah dan diatas mulai dari diri sendiri.
pada siswa sekolah dapat menyebabkan Oleh karena itu, penulis ingin meneliti
anemia yang dampaknya menjadi lesu, peneliti tentang Hubungan Antara Personal
mengantuk dikelas sehingga mempengaruhi Hygiene dengan Kejadian Pedikulosis belum
belajar, selain itu juga dapat menyebabkan pernah dilaporkan. Oleh sebab itu, penelitian
infeksi yang mengalami gangguan saat tidur ini penting dilakukan agar dapat memberikan
di malam hari karena rasa gatal yang sering deskripsi personal hygiene santri di Pondok
muncul. Penyakit pediculosis capitis telah Pesantren Al Yaqin Rembang sehingga dapat
membawa suatu stigma sosial karena meningkatkan kesadaran pola hidup bersih.
masyarakat telah lama menjadi suatu Bahan dan Metode
penyakit ini sebagai penyakit yang Jenis penelitian ini adalah deskriptif
dihubungkan dengan kemiskinan atau status analitik yaitu penelitian yang dilakukan
sosial dan ekonomi yang masih rendah, serta dengan pendekatan Cross Sectional (potong
lingkungan yang tidak bersih atau kumuh silang) yang merupakan suatu penelitian
(Yustisia, 2013). Penyakit pedikulosis sering yang mempelajari hubungan antara variabel
diderita anak-anak khususnya yang berada di bebas atau resiko dengan variabel terikat dan
lingkungan hidup yang padat seperti asrama, akan dikumpulkan dalam waktu yang
pondok pesantren dan panti asuhan. bersamaan atau sekaligus
Pedikulosis tergolong penyakit yang (Notoatmodjo,2010). Pada penelitian ini
terabaikan (neglected disease) (Maryanti peneliti ingin mengetahui hubungan
dkk, 2018). Kejadian pedikulosis dengan personal hygiene dengan kejadian
angka tersebut masih di bawah angka yang pediculosis capitis di Pondok Pesantren Al
sesungguhnya karena banyak dari penderita Yaqin Rembang.
yang mengobati sendiri dan tidak melapor ke Sampel yang digunakan sebanyak 50
petugas kesehatan. Oleh karena itu, adanya responden yang di ambil dari 5 kelas yang
pediculosis capitis yang banyak menjadi ada di pondok pesantren AL-Yaqin
endemic diseluruh dunia baik di Negara Rembang. Penelitian ini 50 santri yang akan
maju maupun berkembang di Negara diteliti memiliki kriteria yaitu siswa yang
beriklim tropis maupun iklim sedang. telah menempuh pendidikan akademik
Pondok pesantren merupakan salah minimal satu semester dan siswa yang
satu tempat yang memiliki kepadatan bersedia menjadi responden.
penghuni yang tinggi, kesadaran hidup
Hasil Hasil Analisis Univariat
bersih yang rendah dan tingkat
pengetahuan personal hygiene yang Analisis univariat dilakukan untuk
rendah. Santri yang memiliki tingkat melihat karakteristik responden dalam
pengetahuan personal hygiene yang penelitian berikut hasil dari analisis
kurang baik mendukung berkembangnya univariat.
penyakit infeksi parasit misalnya Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
skabiasis dan pediculosis. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Beberapa penelitian yang sudah di
lakukan di Jakarta Timur menunjukkan
bahwa Pediculus humanus var. capitis
menginfeksi 100% santri putrid yang
tinggal di asrama Pesantren X (Akhmad
dan Menaldi 2012). Berdasarkan dari
uraian di atas, perlu adanya perhatian 26272 9
terhadap personal hygiene, lingkungan
disekitar pondok pesantren, kepadatan
hunian serta pengetahuan tentang
personal hygiene seperti cara
membersihkan kamar tidur terutama Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
bantal dan kasur harus sering dijemur), karakteristik responden berdasarkan
membersihkan baranf-barang pribadi usia yang paling banyak adalah 10-15
seperti sisir rambut dan kerudung agar tahun sebanyak 36 orang (72 %).
Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kelamin (n) (%)
Responden Berdasarkan Usia Perempuan 50 100
Umur Frekuensi Persentase Total 50 100
(n) (%) Berdasarkan hasil penelitian
10-15 36 72 diperoleh karakteristik responden yang
16-20 14 28 memiliki kejadian pediculosis capitis
Total 50 100% yang paling banyak adalah positif
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 33 orang (66%).
diperoleh karakteristik responden Tabel 6. Hubungan Personal Hygiene
berdasarkan usia yang paling banyak Dengan Kejadian Pediculosis Capitis
adalah 10-15 tahun sebanyak 36 orang Pada Santri Di Pondok Pesantren Al
(72 %) Yaqin Rembang
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Persona
Responden Berdasarkan Jenis Rambut l P-
Hygiene Positif Negatif Total value
Jenis Rambut Frekuensi Persentase
(n) (%) N N
Ikal 19 38 Baik 6 42. 8 57, 14
10
Bergelombang 11 22 9 1 0 0,00
Kurang 2 75 9 25
36 10 0
Lurus 20 40
baik 7 0
Kejadian Pediculosis Capitis
Total 50 100 26

% % N %

Berdasarkan hasil penelitian


diperoleh karakteristik responden
berdasarkan jenis rambut yang paling
banyak adalah bergelombang sebanya 20 Hasil Analisis Bivariat
orang (40 %). Berdasarkan hasil tabel diatas
Tabel 4. Distribusi Frekuensi diketahui responden yang
Karakteristik Responden Berdasarkan personal hygienennya baik dan positif
Personal Hygiene dengan pedikulosis sebanyak 6 orang
Personal Frekuensi (n) Persentase (%) (42,9%),
Hygiene
Diskusi
Baik 14 28
Berdasarkan hasil penelitian
Buruk 36 72 diperoleh karakteristik responden
Total 50 100 berdasarkan usia yang paling banyak
adalah 10-15 tahun sebanyak 36 orang
Berdasarkan hasil penelitian
(72 %). hal ini sesuai dari penelitian yang
diperoleh karakteristik responden
dilakukan oleh Nurjanah (2011) yang
berdasarkan Personal hygine yang paling
banyak adalah buruk sebanyak 36 orang menyebutkan bahwa personal hygiene
(72%). sering terjadi pada usia anak yang masih
Tabel 5. Distribusi Frekuensi rendah. Restiana menyatakan hasil yang
Karakteristik Responden Berdasarkan sama bahwa semakin muda usia maka
Kejadian Pediculosis Capitis semakin kurang kesadaran untuk
Kejadian Frekuensi (n) Persentase (%) menjaga hygiene pribadi. Namun dari
Negatif 17 34 teori Riyadi dkk, 2015 menyatakan
Positif 33 66 sebaliknya bahwa usia bukan merupakan
Total 50 100 faktor dari personal hygiene seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian
Jenis Frekuensi Persentase diperoleh karakteristik responden
Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31
mempermudah infeksi masuk dalam
272729
anggota tubuh baik kulit rambut
maupun anggota tubuh lainnya. Oleh
karena itu, personal hygiene sangat
berhubungan dengan suatu kebersihan.
berdasarkan jenis rambut yang paling Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
banyak adalah bergelombang sebanya karakteristik responden yang memiliki
20 orang (40 %). Hal ini sejalan dengan kejadian pediculosis capitis yang paling
penelitian yang dilakukan oleh Ahmad banyak adalah positif sebanyak 33
(2012) bahwa responden yang orang (66%). Penelitian ini diketahui
mempunyai jenis rambut lurus lebih bahwa para santri banyak yang
beresiko terkena pediculosis ini menggunakan sisir secara bersamaan.
mayoritas dari responden yang bejenis Santri juga banyak yang menggunakan
rambut lurus. kerudung secara bergantian ke sesame
Berdasarkan hasil penelitian temannya, serta sering tidak mengganti
diperoleh karakteristik responden seprei bahkan tidak menjemur kasur.
berdasarkan Personal hygine yang Hal ini karena apabila kerudung atau
paling banyak adalah buruk sebanyak pakaian yang belum dicuci akan
36 orang (72%). Hal ini karena memudahkan proses penyebaran
personal hygiene pada santri masih pediculosis capitis yang dapat melalui
tergolong buruk, dan berdasarkan transmisi secara langsung dan tidak
pengamatan saat penelitian banyak langsung. Transmisi langsung artinya
faktor kebersihan yang mendukung melalui kontak kepala orang yang
tingginya kejadian pediculosis capitis terinfeksi penyakit tersebut, sedangkan
antara lain fasilitas kebersihan yang transmisi tidak langsung yakni dapat
kurang memadai di pesantren, melalui dengan menggunakan sisir
kebiasaan diri pada santri, bahkan secara bergantian, topi, handuk, dan
sering meminjamkan alat kebersihan kerudung secara bersamaan
pribadi serta kurangnya kesadaran diri (Natadisastra, 2013). Penelitian lain
pada santri. Hal ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Hartinah (2014)
penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan bahwa dari 32 responden,
Sukarmin dkk, 2018 bahwa personal 27 yang terkena pediculosis kapitis positif
hygiene dengan kejadian pediculosis sebanyak 21 responden (65,6%),
capitis terdapat hubungan yang sedangkan yang tidak tereknan ada 11
signifikan. responden
Penelitian lain menyebutkan (34,4%).
bahwa hasil penelitian diperoleh pada Berdasarkan hasil tabel diatas
pretest dan postest pada responden diketahui responden yang personal
yang memiliki personal hygiene baik hygienennya baik dan positif dengan
sebanyak 71,4% dengan mengalami pedikulosis sebanyak 6 orang (42,9%),
pediculosis capitis sebanyak 44,6% responden yang personal hygiennya
terdapat hubungan yang signifikan buruk dan negatif pediculosis capitis
personal hygiene dengan kejadian sebanyak 8 orang (57,1%). Responden
pediculus capitis pada santriwati di yang personal hygienenya baik dan
Pesantren Jabal Annur Teluk Lampung positif pediculosis dikarenakan ada
(Nani, 2016). responden yang tertular bukan dari
Personal hygiene merupakan temannya tetapi dari anggota keluarga
faktor yang penting terhadap kesehatan. yang kadang-kadang keramas 2 kali
Menurut penelitian Sajida (2012)
bahwa personal hygiene yang buruk
merupakan suatu faktor yang
Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31
272289 Putri Pondok Pesantren Modern
Islam Assalaam
Surakarta.[Skripsi]. Surakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas
dalam seminggu, pemakaian krudung Muhamidayah Surakarta.
yang bergantian. Barbara L. Frankowski, Leonard B.
Responden yang personal Weiner. 2002. Clinical Report-Head
hygiene buruk dengan positif Lice. Am.A-Pediatrics. 110(4): 63840.
pediculosis sebanyak 27 responden Buczek A, MarkowskaGosik D,
(75%) sedangkan responden yang Widomska D, Kawa IM. 2004.
personal hygiene buruk dengan Pediculosis Capitis Among School
negatif pedikulosis sebanyak 9 Children in Urban and Rural Areas of
responden Eastern Poland. Eur J Epidemiol.
(25%). Hal ini bisa terjadi karena 19(1): 491-95.
Ketika keramas tidak sampai bersih, Burgress IF. Current Treatments for
tidak 28 pernah mengikat rambut, Pediculosis Capitis. Curr Opin Infect
sering mengikat saat rambut masih Dis. 22(6):131–136.
keadaan basah, menggunakan sisir Burns DA. 2004. Diseases Caused by
yang bergnatian dengan teman. Arthropods and Other Noxious
Kemungkinan juga tidak menjaga Animals. In: Burns T, Breathnach S,
jarak dengan teman yang mempunyai Cox N, Griffiths C eds. Rook`s
kutu, hingga kepala terasa gatal. Textbook of Dermatology Eight
Hasil pengujian menggunakan Edition Volume 2. United Kingdom:
uji chi-square diperoleh nilai p-value Willey-Blackwell Publication. Pp.
sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat 446-8. Center Disease Control. 2013.
dikatakan bahwa Adanya Hubungan Parasite Lice Head Lice. Diakses Pada
Personal Hygiene Dengan Kejadian 20 Agustus 2015.
Pediculosis Capitis Pada Santri Di Center Disease Control. 2013. Parasite
Pondok Pesantren Al Yaqin Lice Head Lice. Diakses Pada 20
Rembang. Agustus 2013
Referensi Djuanda, Adhi, Hamzah M, Aisyah S.
Adam S. 2008. Hygiene 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan
Perseorangan. Jakarta: Bharata Kelamin. Jakarta: Fakultas
Karya Aksara. 28 Hlm. 68- 84. Kedokteran Universitas Indonesia.
Alimul. 2007. Metodologi Keperawatan Hlm. 128-36. Habif TP. 2004.
Penelitian dan Teknik Analisa Pediculosis. In: Weller C, John A,
Data. Hunter A, Savin J, Dahl M eds.
Jakarta: Salemba Medika. Hlm. Clinical Dermatology Fourth Edition.
4655. British: Willey-Blackwell
Andayani LS. 2005. Perilaku Santri Publication. Pp. 228-42.
Dalam Upaya Pencegahan Handri. 2010. Info Kesehatan Penyakit
Penyakit Skabies di Pondok Kulit. Jakarta: Hipokrates. Hlm. 5679.
Pesantren Ulumu Qur’an Stabat. Handoko RP. 2007. Pedikulosis. Dalam:
E-Jurnal USU. 9(2): 172-7. Djuanda, Adhi, Hamzah M, Aisyah S.
Ansyah AN, Pramuningtyas R, Ilmu Penyakit Kulit danKelamin Edisi
Kariosentono H. 2013. Kelima. Jakarta: Balai Penerbit
Hubungan Personal hygiene FKUI. Hlm. 119-120
dengan Angka Kejadian Jumani. 2011. Hubungan Perilaku
Pedikulosis Capitis pada Santri Pengguna Air Sumur dengan Keluhan
Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31
272299 Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Nutanson I, Steen CJ, Schwartz RA,
Janniger CK. 2008. Pediculosis
Kesehatan dan Pemeriksaan Kualitas Humanus Capitis: An update.Acta
Air Sumur pada Pondok Pesantren Dermatoven APA.17(4): 147-53.
di Kota Dumai Tahun 2011. Oh JM, Lee IY, Lee WJ, Seo M, Park
[Skripsi]. SA, Lee SH. 2010. Prevalence of
Medan: Fakultas Kesehatan Pediculosis Capitis Among Korean
Masyarakat Universitas Sumatera Children. Parasitol Res. 107:1415–19.
Utara. Ohio Departement of Health. 2014.
Kamiabi F, Nakhaei FH.2005. Pediculosis. Ohio: Departement of
Prevalence of Pediculosis Capitis Health. Pp. 1-15.
and Determination of Risk Factors Rahman ZA. 2014. Faktor-Faktor yang
in Primary School Children in Berhubungan dengan Kejadian
Kerman.East Mediterr Health J. Pediculosis Capitis pada Santri
11(5):988-92. Pesantren Rhodlotul Quran Semarang.
Ko CJ, Elston. 2004. Pediculosis. J Am [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang:
Acad Dermatol. 50(1):1-12. Fakultas Kedokteran Universitas
Kozier dan Erb, G. (2009). Buku Ajar Dipenogoro.
Praktik Keperawatan Klinis Kozier dan Ronny PH. Skabies. Dalam: Adhi D,
Erb.Jakarta: EGC. Laily,Sulistyo. 2004. Mochtar H, Editor: Ilmu Penyakit
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Kulit dan Kelamin Edisi Enam.
Keperawatan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.
Jakarta: Salemba Medika. Hlm. Hlm. 122-125.
5268. Saad. 2008. Pengaruh Faktor Higiene
Leung AK, Fong JH, Rojas AP. 2005. Perorangan Terhadap Angka Kejadian
Pediculosis Capitis. J Pediatr Health Skabies di Pondok Pesantren
Care.19(6):369-73. AnNajach Magelang. [Karya Tulis
Mantra S. 2007. Pendidikan dan 29 Ilmiah]. Semarang: Fakultas
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Kedokteran Universitas Diponegoro.
Hlm. 142-57. Sajida A. 2013. Hubungan Personal
Meinking TL, Buckhart C. 2008. hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Infestations. In: Jean L, Bolognia, dengan Keluhan Penyakit Kulit di
Joseph L, Jorizzo, Ronald P. Rapini Kelurahan Denai Kecamatan Medan
eds. Dermatology Volume One. Denai Kota Medan Tahun 2012.
Britain: Mosby. Pp.1321 – 8. [Skripsi]. Medan: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera
Natadisastra D, Ridad A. 2009.
Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Utara.
Penerbit EGC.Hlm. 82-96. Sim S, Lee WJ, Yu JR, Lee IY, Lee SH,
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Oh SY, et al. 2011. Risk Factors
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Associated With Head Louse
Jakarta: Rhineka Cipta. Hlm. 118- Infestation In Korea. Korean J
27. Parasitol. 49(1): 95 8.
Nugraheni DN. 2008. Pengaruh Sikap Sucipto, C.D. 2011. Vector Penyakit
Tentang Kebersihan Diri Tropis. Yogyakarta:Gosyen
TerhadapTimbulnya Skabies Publishing.
(Gudik) pada Santriwati di Pondok
Pesantren Al-Muayyid. [Skripsi].
Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan
Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31
30272 9

Soultana V, Euthumia P, Antonios M,


Angeliki RS. 2009. Prevalence of
Pediculosis Capitis Among
Schoolchildren in Greece and Risk
Factors: A Questionnaire Survey.
Pediatr Dermatol. 26(2): 701-5.
Stone SP. Jonathan NG. Rocky E.
2012.Bacelieri Scabies, Other Mites
and Pediculosis. In: Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, Wolff K eds. Fitzpatrick`s
30 Dermatology In General Medicine
Eight Edition. New York : McGraw
Hill. Pp. 2573 – 8.
Tarwoto dan Wartonah. (2006).
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 7284.
Wijayati, Fitriana. 2007.
Hubungan Antara Perilaku Sehat
dengan Angka Kejadian Pediculosis
Capitis pada U. Prevalensi Skabies
dan Faktor-Faktor 30 yang
Mempengaruhinya pada SiswaSiswi
Pondok Pesantren
Darul Mujadah Kabupaten Tegal
Provinsi
Jawa Tengah Bulan Oktober Tahun
Santriwati Pondok Pesantren Darul lum
Jombang. [Skripsi]. Jombang:
Fakultas Kedokteran Universitas
Jombang.
Yasin. 2009. Prevalensi Skabies dan
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya pada Siswa-Siswi
Pondok Pesantren Darul Mujadah
Kabupaten Tegal Provinsi Jawa
Tengah Bulan Oktober Tahun 2009.
E-Jurnal UIN. 1(2): 1-15
Sulistyaningtyas et al./Jlabmed 4 (2020) 25-31
273129

Anda mungkin juga menyukai