Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PEDIKULOSIS DENGAN PERSONAL HYGIENE PADA

SANTRI DI PONDOK PESANTREN KHAZANAH


KEBAJIKAN PALEMBANG

M. Reza Alfath1, Thia Prameswarie2, Indri Ramayanti 2


1
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
2
Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Korespondesi: rezaalfath2@gmail.com

ABSTRAK
Pedikulosis kapitis adalah infeksi kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh Pediculus humanus
var. Kapitis. Personal hygiene yang buruk merupakan faktor risiko terjadinya pedikulosis
disebabkan tidak adanya sistem imun tubuh yang dapat melawan infestasi pedikulosis di rambut dan
kulit kepala, sehingga untuk mencegah atau mengobati penyakit ini diperlukan tindakan dari luar.
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis .Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara personal
hygiene dengan kejadian pedikulosis kapitis pada santri Pondok Pesantren Khazanah Kebajikan
Palembang. Jenis penelitian observasional analitik dengan metode cross sectional. Populasi semua
santri yang menderita Pedikulosis di Pondok Pesantren Khazanah Kebajikan Palembang.
Pengambilan sampel dengan teknik total sampling dan didapatkan jumlah 56 sampel yang
memenuhi kriteria inklusi. Status pedikulosis diperoleh dari pemeriksaan langsung menggunakan
kaca pembesar sedangkan data personal hygiene diperoleh dari kuisioner. Data dianalisis secara
bivariat. Hasil analisis data menggunakan Fisher test. Hasil analisis penelitian diperoleh kejadian
pedikulosis kapitis sebesar 48 santri (85,7%). Hasil uji statistik didapatkan hubungan antara
personal hygiene dengan kejadian pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren Khazanah
Kebajikan Palembang dengan nilai p value 0,004 (< 0,05). Kesimpulan penelitian yaitu ada
hubungan antara pedikulosis kapitis dengan personal hygiene pada santri di Pondok Pesantren
Khazanah Kebajikan Palembang.
Kata kunci: Pedikulosis, Personal Hygiene, Santri, Pondok Pesantren.

ABSTRACT
Pediculosis capitis is an infection of scalp and hair caused by Pediculus humanus var. Capitis.
Poor personal hygiene is a risk factor for pediculosis due to absence of the body's immune system
that can fight pediculosis infestation in hair and scalp, so to prevent or treat this disease requires
external action. Personal hygiene is an action to maintain cleanliness and health of a person for
physical and psychological well-being. Purpose of this study was to determine relationship of
personal hygiene with incidence of pediculosis capitis in students of Khazanah Kebajikan Islamic
Boarding School Palembang. An observational analitic research with cross sectional. Population
were all students suffering Pediculosis in Khazanah Kebajikan Islamic Boarding School
Palembang. Sampling with total sampling technique and a sample size of 56 samples that had meet
inclusion criteria. Pediculosis status was obtained from direct examination using a magnifying
glass while personal hygiene data was obtained from questionnaires. Data were analyzed
bivariately. Results of data analysis using Fisher test. The results analysis of study obtained the
incidence of pediculosis capitis by 48 children (85.7%). Statistical test results obtained a
relationship between personal hygiene with incidence of pediculosis capitis in students of
Khazanah Kebajikan Islamic Boarding School Palembang with a p value of 0.004 (<0.05). The
conclusion of this study is there is a relationship of personal hygiene with incidence of pediculosis
capitis in students of Khazanah Kebajikan Islamic Boarding School Palembang.

Keywords: Personal Hygiene, Soil Transmitted Helminths, Elementary School 149, Elementary
School 100

Pendahuluan
Pedikulosis kapitis adalah infeksi kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh Pediculus
humanus var. kapitis.1 Prevalensi dan insidensi Pedikulosis kapitis di seluruh dunia cukup tinggi,
sehingga penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan utama, baik di negara maju, maupun
negara berkembang. Di Amerika Serikat sekitar 6-12 juta anak usia 3-11 tahun terinfeksi setiap
tahunnya, dengan insidensi anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki. Di negara maju
lain, yaitu Belgia, terdapat sekitar 6.169 anak usia 2-12 tahun yang terinfeksi tiap tahunnya
(Falagas, 2008). Sementara itu di negara berkembang angkanya jauh lebih besar. Di India, sekitar
16,5% anak berusia < 12 tahun menderita pedikulosis dan di Malaysia, angkanya mencapai 35%
pada kelompok usia yang sama.2 Sedangkan di Indonesia angka prevalensinya sebesar 42,38% pada
kelompok usia 6-15 tahun.3 Khusus di Indonesia, angka prevalensi tersebut banyak disumbangkan
oleh kasus yang ditemukan di pondok pesantren atau sekolah berbasis asrama lainnya karena pada
tempat-tempat ini ditemukan beberapa faktor risiko pedikulosis secara sekaligus, salah satunya
adalah personal hygiene buruk.4
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kebersihan diri
mereka sendiri.5 Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan
kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Menurut
Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.6 Personal hygiene buruk merupakan faktor risiko
terjadinya pedikulosis kapitis disebabkan tidak adanya sistem imun tubuh yang dapat melawan
infestasi pedikulosis di rambut dan kulit kepala, sehingga untuk mencegah atau mengobati penyakit
ini diperlukan tindakan dari luar.4
Infestasi pedikulosis merupakan masalah kesehatan yang penting karena penyakit ini
menyebabkan rasa gatal yang hebat, sampai mengganggu tidur. Rasa gatal muncul disebabkan air
liur dan gigitan dari kutu yang akan merangsang reaksi peradangan ringan di kulit kepala. Hal ini
tentu akan menurunkan kualitas hidup dan mengganggu produktivitas penderitanya. Padahal
penderitanya kebanyakan adalah anak usia sekolah yang memerlukan istirahat cukup pada malam
hari agar dapat belajar dengan baik saat siang hari. 7 Selain itu, pedikulosis akan meninggalkan
papul eritem di area leher belakang dan telur atau kutu dapat terlihat di rambut, sehingga membuat
penderitanya merasa malu dan rendah diri. Hal ini menyebabkan seorang anak akan dikucilkan oleh
teman-temannya atau memilih tidak mau bersosialisasi. Dalam jangka panjang, hal ini bukanlah
sesuatu yang baik bagi perkembangan sosial anak mengingat lingkungan seperti sekolah, pesantren
dan asrama merupakan tempat yang cenderung tertutup, sehingga interaksi sosial hanya terjadi
dengan orang-orang yang sama.8
Angka kejadian pedikulosis capitis merupakan penyakit tertinggi kedua setelah scabies dan
banyak terjadi di pondok pesantren mengingat para siswanya tinggal bersama, kejadian ini sebagian
besar ditularkan secara langsung yaitu melalui sisir, bantal, kasur, kerudung, dan topi karena
kebiasaan dari penderita yang tidak memperhatikan personal hygiene sehingga terinfeksi
pedikulosis humanus kapitis.9
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dengan
kejadian pedikulosis kapitis pada santri Pondok Pesantren Khazanah Kebajikan Palembang.

Metode Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan observasi analitik dengan metode cross sectional yang
dilakukan di Pondok Pesantren Khazanah Kebajikan Kecamatan Sako Kota Palembang pada bulan
Juni hingga Desember 2019. Rancangan pada penelitian ini dengan pengambilan sampel pediculosis
kapitis dan pengisian kuisioner pada santri yang menderita Pedikulosis di Pondok Pesantren
Khazanah Kebajikan Palembang yang memenuhi kriteria inklusi. Status pediculosis kapitis
diperoleh dari pemeriksaan mikroskop dan personal hygiene diperoleh melalui kuesioner. Sampel
pada penelitian ini berjumlah 56 responden yang diambil secara total sampling. Kriteria inklusi
pada penelitian ini adalah seluruh santriwati yang sering merasa gatal dan menggaruk kulit kepala
dan menderita Pedikulosis berdasarkan hasil diagnosis dokter. Kriteria eksklusi pada penelitian ini
adalah santriwati yang tidak menyetujui informed consent, menderita dermatitis seboroik, psoriasis
dan menderita infeksi jamur (tinea kapitis). Analisis data secara bivariat.

Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Desember 2019 di Pondok Pesantren Khazanah
Kebajikan, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Data penelitian ini diperoleh dengan cara pengisian
kuesioner dan pemeriksaan langsung terhadap santri putri pondok pesantren tersebut. Penelitian ini
melibatkan 56 orang santri.
Tabel 1. Distribusi Persentase Pedikulosis Kapitis
Variabel Frekuensi Persentase
Usia
12 24 42,9 Dari tabel diatas, mayoritas responden
13 8 14,3
14 6 10,7
dikategorikan pada usia 12 tahun sebanyak 24
15 9 16,1 santriwati (42,9%), kelas 7 sebanyak 26
16 4 7,1
santriwati (46,4%), memiliki higienitas baik
17 5 8,9
Total 56 100 sebanyak 30 santriwati (53,6%) dan pediculosis
Kelas
7 26 46,4 48 santriwati (85,7%).
8 8 14,3
9 5 8,9 Tabel 2. Hubungan Personal Hygiene dengan
10 9 16,1 Pedikulosis
Pedikulosis
11 3 5,4 Total
12 5 8,9 Nil
Ya Tidak
Total 56 100 ai p
Higienitas n % n % n %
Baik 30 53,6
Higie Ba 2 39 8 14 30 53. 0,0
Tidak Baik 26 46,4 nitas ik 2 .3 .3 6 04
Total 56 100
Pedikulosis Ti 2 46 0 0 26 46.
Ya 48 85,7 da 6 .4 4
Tidak 8 14,3 k
Total 56 100 Ba
ik

To 4 85 8 14 56 10
tal 8 .7 .3 0

Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa lebih dari 20% sel mempunyai expected value yang
kurang dari lima, sehingga tidak memenuhi syarat uji Chi Square. Sebagai alternatif, kedua variabel
tersebut dianalisis menggunakan metode uji Fisher. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara higienitas dengan kejadian pedikulosis (p value 0,004).

Pembahasan
Hasil penelitian ini di dapat bahwa dari 56 orang santri yang diteliti terdapat 48 orang santri
(85,7%) yang manderita Pedikulosis Kapitis. santri yang Personal Hygiene nya tidak baik dan
menderita Pedikulosis Kapitis sebannyak 26 orang santri (46,4%), santri yang Personal Hygiene
nya baik dan menderita Pedikulosis Kapitis sebanyak 22 orang santri (39,3%), serta ada juga 8
orang santri (14,3%) yang Personal Hygiene baik dan tidak menderita Pedikulosis Kapitis. Hal ini
dapat di lihat bahwa kejadian Pedikulosis Kapitis masih banyak terjadi di pondok pesantren
Khazanah Kebajikan kota Palembang. Skor Personal Hygiene menunjukan mayoritas memiliki
Personal Hygiene yang baik. Skor tersebut didapatkan dari perhitungan jawaban kuisioner yang
telah disebarkan kepada subjek penelitian. Pada dasarnya Personal Hygiene atau perawatan diri
merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara
fisik maupun psikologis.10 Hasil penelitian tersebut sejalan dengan sebuah penelitian di Pondok
Pesantren Mahadut Tholabah, Tegal, Jawa Tengah, pada tahun 2014. Penelitian tersebut
menyatakan bahwa mayoritas santri pesantren (57,5%) tersebut memiliki higienitas yang baik. 11
Penelitian di pondok pesantren An-Nuriyah, Surabaya, Jawa Timur, tahun 2017 dan penelitian di
pondok pesantren Miftakhul Khoir Prawoto, Pati, Jawa Tengah, tahun 2017 juga menyatakan
bahwa mayoritas santri di pondok pesantren tersebut memiliki higienitas yang baik.12,13 Meskipun
demikian, kedua penelitian tersebut menyatakan bahwa persentase kejadian pedikulosis kapitis di
masing-masing pesantren tersebut sangat tinggi, hingga melebihi 70%, sama dengan penelitian ini
yang angkanya mencapai 85,7%. Kejadian Pedikulosis Kapitis merupakan penyakit yang banyak
menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas pada lingkungan yang padat. Pondok pesantren
Khazanah Kebajikan berdasarkan observasi peneliti merupakan salah satu komunitas yang lumayan
padat, dimana dihuni oleh 6-12 orang santri dalam satu ruangan sehingga sangat rentan terhadap
penularan penyakit termasuk Pedikulosis.
Menurut Barbara et al (2002) dan Djuanda (2007), “Penyakit pedikulosis lebih sering
menyerang anak perempuan dikarenakan kondisi rambut yang panjang dan sering memakai
aksesoris rambut”.14,15 Kondisi kebersihan yang tidak baik membuat seseorang lebih rentan terkena
penyakit ini, seperti halnya jarang membersihkan dan merawat rambut secara teratur. Penyakit ini
menyerang semua golongan ras dan semua tingkatan sosial, namun golongan dengan tingkat sosial
ekonomi yang rendah lebih rentan terkena penyakit ini. Proses penularannya dapat melalui kontak
langsung dengan penderita dan melalui perantara lain seperti topi, bantal, kasur, sisir, dan kerudung.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara higienitas dengan kejadian
pedikulosis (p 0,004). Dengan kata lain, higienitas yang baik akan mencegah terjadinya pedikulosis.
Hasil tersebut menjadi unik karena penelitian ini dan ketiga penelitian tersebut sebelumnya
mendapati bahwa santri di masing-masing pondok pesantren tersebut mayoritas memiliki higienitas
yang baik, tetapi juga mayoritas mengalami pedikulosis. Peneliti menduga terdapat faktor lain yang
juga mempengaruhi terjadinya pedikulosis pada santri, selain kebersihan. Sebuah penelitian di
Banjar, Kalimantan Selatan, pada tahun 2019 meyimpulkan bahwa kebiasaan mengganti alas
tempat tidur, menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak meminjamkan barang pribadi akan
mempengaruhi kejadian pedikulosis pada santri pondok pesantren. 16 Penelitian di Pekanbaru, Riau,
pada tahun 2010 meyimpulkan bahwa panjang rambut, kebiasaan keramas, kebiasaan memakai alat-
alat rambut, dan kebiasaan membersihkan sisir akan mempengaruhi pedikulosis pada siswa SD
yang tinggal di asrama.17 Selain itu, kepadatan hunian dan tingkat pengetahuan juga terbukti
berhubungan dengan kejadian pedikulosis kapitis pada santri pondok pesantren.11,13 Pedikulosis
kapitis adalah infeksi kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh Pediculus humanus var.
kapitis.1
Menurut Handoko (2007), “keluhan utama yang ditimbulkan oleh Pedikulosis Kapitis berupa
rasa gatal yang hebat, terutama pada daerah oksiput dan temporal serta dapat meluas keseluruh
kepala. Pada keadaan tersebut kepala memberikan bau yang busuk”. 18 Infeksi Pedikulus humanus
var.capitis ini dapat menimbulkan berbagai dampak pada penderitanya, antara lain yaitu anemia.
Anak-anak yang terinfeksi juga mengalami gangguan tidur dimalam hari karena rasa gatal dan
sering menggaruk.19

Kesimpulan
Hasil penelitian didapatkan terdapat hubungan antara personal hygiene dengan kejadian
pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren Khazanah Kebajikan Palembang.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang yang telah menyetujui jurnal ini dan terima kasih kepada dr. Thia Prameswarie,
M. Biomed serta Ibu Indri Ramayanti, M. Sc selaku dosen pembimbing untuk menyusun jurnal ini,
dan terimakasih kepada pondok pesantren Khazanah Kebajikan yang telah memberikan izin untuk
pengambilan data penelitian.

Daftar Pustaka
1. Gunning, K. 2017. ‘Pediculosis and scabies: treatment update’, American Family Physician,
86(3).
2. Falagas, M. 2008. ‘Worldwide prevalence of head lice’, Stacks CDC, 20(1), pp. 12–15.
3. Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.
4. Hardiyanti, N. .2016. ‘Hubungan Personal Hygiene Terhadap Kejadian Pediculosis
Capitis Pada Santriwati di Pesantren Jabal An-Nur Al-Islam Kecamatan Teluk Betung Barat
Bandar Lampung’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(1), pp. 12–17.
5. WHO. 2018. Hygiene, Topics: Hygiene. Available at:
https://www.who.int/topics/hygiene/en. Diakses tanggal 4 Agustus 2019.
6. Perry P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC. Hlm.23-25.
7. Rampal, L. 2018. Recurrent Infestation With Pediculosis Capitis Among Aged 10-11
Students In Hulu Langat.Selangor.International Journal of Public Health and Clinical
Sciences, 5(4).
8. Albashtawy, M .2017. Pediculosis in School Sitting. What Is the Role of School Nurses?.
Iranian journal of public health 46(8): 1201–1207.
9. Leung AK FJ, Pinto-Rojas A. 2005. Pediculosis Capitis. Canada: Department of Pediatrics,
the University of Calgary.
10. Potter, Perry. 2016. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika
11. Pratamawati, T., & Hanif, A. (2014). Hubungan Kebersihan Pribadi Dan Kepadatan Hunian
Dengan Kejadian Kutu Kepala Santriwati Di Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah
Babakan Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah. Diambil Dari
Http://Jurnal.Unswagati.Ac.Id/Index.Php/Tumed/Article/View/1736
12. Sukarmin, Fanani, Z., Tetuka, A. 2017. Hubungan personal hygiene dengan kejadian
pedikulosis di pondok pesantren miftahul khoir prawoto sukolilo pati. STIKES
Muhammadiyah Kudus : Jawa Tengah
13. Wahyuni, S. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Personal Hygiene
(Kebersihan Rambut) Dengan Kejadian Pedikulosis Kapitis Di Pondok Pesantren Putri An-
Nuriyah Wonocolo Surabaya.
14. Barbara L. Frankowski, Leonard B. Weiner.2002. Commite on school health and committee
on infectious diseases. Head lice. Pediatrics. 110; 638
15. Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S.2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
16. Zahrotul, A. (2019). Model Perilaku Pencegahan Pediculus Humanus Capitispada Santriwati
Di Pondok Pesantren.
17. Zahrotul, A. (2019). Model Perilaku Pencegahan Pediculus Humanus Capitispada Santriwati
Di Pondok Pesantren.
18. Handoko RP.2007. Pedikulosis, Dalam: Djuanda A,edisi V Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Jakarta: Balai penerbit FKUI. Hlm. 119-120.
19. Stone SP.,Goldfarb JN., Bacelieri RE.2012. Scabies, Other Mites, and Pediculosis, In:
Freedberg IM, Editors. Fitzpatrick Dermatology in General Medicine volume 2 eight
edition. USA : The Mcgraw-Hill.Pp.2573-8.

Anda mungkin juga menyukai