Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

Volume 8, Nomor 3, Juli 2019


Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Woro Nurmatialila, Widyawati, Aras Utami

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI PEDIKULOSIS


KAPITIS DAN PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DENGAN KEJADIAN
PEDIKULOSIS KAPITIS PADA SISWA SDN 1 TUNGGAK KECAMATAN TOROH
KABUPATEN GROBOGAN

Woro Nurmatialila1, Widyawati2, Aras Utami3


1
Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
3
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK
Latar belakang: Pedikulosis kapitis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
Pediculus humanus var. capitis. Anak usia sekolah merupakan prevalensi terbesar dalam
kejadian pedikulosis kapitis. Tingkat pengetahuan mengenai pedikulosis kapitis dan praktik
kebersihan diri merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya pedikulosis
kapitis pada anak. Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai
pedikulosis kapitis dan praktik kebersihan diri dengan kejadian pedikulosis kapitis pada siswa
SDN 1 Tunggak Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Metode: Penelitian observasional
analitik dengan desain cross-sectional. Responden penelitian adalah siswa usia 7-11 tahun
sebanyak 51 responden, dengan teknik sampling simple random sampling. Data diambil
dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang didapat berupa data
karakteristik responden, tingkat pengetahuan mengenai pedikulosis kapitis, praktik kebersihan
diri, dan data klinis. Analisis data dengan uji chi square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
sebanyak 18 responden (35,3%) menderita pedikulosis kapitis dari 51 responden. Analisis
statistik menunjukkan tingkat pengetahuan mengenai pedikulosis kapitis (p value 0,005) dan
praktik kebersihan diri (p value 0,011) terhadap kejadian pedikulosis kapitis. Simpulan:
Tingkat pengetahuan mengenai pedikulosis kapitis dan praktik kebersihan diri memiliki
hubungan yang bermakna dengan kejadian pedikulosis kapitis pada siswa SDN 1 Tunggak
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.
Kata kunci: Pedikulosis kapitis, tingkat pengetahuan, praktik kebersihan diri.

ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN THE LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT
PEDICULOSIS CAPITIS AND PERSONAL HYGIENE WITH THE OCCURRENCE
OF PEDICULOSIS CAPITIS TO STUDENTS OF SDN 1 TUNGGAK GROBOGAN
Background: Pediculosis capitis is skin disease caused by pediculus humanus var. capitis.
School age children is prevalence of the scene pedikulosis kapitis. The knowledge of
pediculosis capitis and personal hygiene, it should be noted to prevent the pediculosis capitis
on child. Objective: To investigate the correlation between the level of knowledge about
pediculosis capitis and personal hygiene with the occurrence of pediculus humanus capitis to
students of SDN 1 Tunggak Grobogan. Method: The study used observational analytic
research with cross-sectional approach. Respondents research were students aged 7-11 years
as many as 51 respondents, with simple random sampling technique. The data taken by the
questionnaire that has been tested the validity and reliability. The data available in the form of
characteristics of respondents, the knowledge of pediculosis capitis, cleanliness practices

1081 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1081-1091


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Woro Nurmatialila, Widyawati, Aras Utami

themselves, and data clinical. The data analysed by chi square test. Result: The research
results show as many as 18 respondents ( 35.3 % ) had pediculosis capitis from 51
respondents. Statistical analysis indicating the level of knowledge about pediculosis capitis ( p
value .005 ) and personal hygiene ( p value 0,011 ) to occurrence of pediculosis capitis.
Conclusion: The level of knowledge about pediculosis capitis and personal hygiene had a
significant relation to the occurrence of pediculus humanus capitis to students of SDN 1
Tunggak Grobogan.
Keywords: Pediculosis capitis, the level of knowledge, personal hygiene.

PENDAHULUAN negatif, mengurangi kualitas tidur dan


Pedikulosis kapitis merupakan konsentrasi, sehingga penderita mengalami
infestasi dari Pediculus humanus var. gangguan belajar.3
capitisatau kutu rambut kepala. Di Penularan pedikulosis kapitis
Indonesia sering disebut sebagai tuma atau mudah terjadi melalui kontak langsung
tungau. Pedikulosis kapitis dapat terjadi antar kepala. Penularan juga bisa terjadi
pada setiap individu dari kelompok usia, melalui barang-barang yang berhubungan
jenis kelamin, ras, maupun sosio-ekonomi dengan kepala yang dipakai bersama-sama
apapun.1,2 atau bergantian. Terlebih apabila
Prevalensi di Kecamatan Sukolilo kebersihan lingkungannya kurang. Faktor
Kabupaten Pati sebanyak 65,6% siswa yang memicu penularan pedikulosis kapitis
menderita pedikulosis kapitis. Menurut di antaranya faktor sosio-ekonomi, usia,
penelitian kasar yang dilakukan peneliti, kepadatan penduduk, karakteristik individu
siswa SDN 1 Tunggak juga banyak (panjang rambut dan tipe rambut), tingkat
menderita pedikulosis kapitis. 5,6,7 pengetahuan, dan kebersihan diri dan
Pedikulosis kapitis memiliki gejala lingkungan. Pengetahuan mengenai PHBS
berupa rasa gatal yang disebabkan dan pedikulosis kapitis di sekolah terbatas,
pengaruh liur kutu yang mengisap darah sedangkan tindakan pencegahan penularan
dengan cara menggigit di permukaan kulit. pedikulosis kapitis dapat dilaksanakan
Garukan untuk menghilangkan rasa gatal secara baik dan benar apabila memiliki
tersebut dapat menimbulkan ekskoriasi dan pengetahuan yang cukup mengenai hal
infeksi sekunder karena luka garukan. tersebut.
Infestasi kutu rambut juga mengakibatkan Berdasarkan data CDC tahun 2013,
masalah sosial seperti malu, berkurangnya pedikulosis kapitis banyak diderita anak
percaya diri karena stigma sosial yang yang berusia 3-11 tahun. Anak usia kurang

1082 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1081-1091


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Woro Nurmatialila, Widyawati, Aras Utami

dari 15 tahun rentan terhadap penularan dengan program komputer menggunakan


kutu rambut karena belum mengerti uji chi-square dengan tingkat kemaknaan
tentang kebersihan lingkungan dan untuk variabel uji bivariat p<0,05.
kebersihan diri yang baik, dan terbatasnya Kemudian dilakukan regresi logistik.
sumber pengetahuan mengenai pedikulosis Terdapat dua variabel bebas pada
kapitis. penelitian ini, yaitu tingkat pengetahuan
mengenai pedikulosis kapitis dan praktik
METODE kebersihan diri.Variabel tergantung pada
Penelitian ini merupakan penelitian penelitian ini adalah kejadian pedikulosis
observasional analitik dengan rancangan kapitis pada siswa SDN 1 Tunggak
cross-sectional.Penelitian ini dilaksanakan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan
pada bulan April hingga Oktober tahun Jawa Tengah.
2018 di SDN 1 Tunggak Kecamatan Toroh
Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. HASIL
Kriteria responden pada penelitian ini Subyek penelitian diambil dengan
adalah siswa yang berusia kurang dari 7 metode simple random sampling sebanyak
tahun dan kurang dari 11 tahun, tidak 51 sampel yang memenuhi kriteria inklusi
melakukan pengobatan pedikulosis kapitis dan eksklusi.
selama 7 hari terakhir, bersedia menjadi Tabel 1. Karakteristik Sampel
responden, dan mengisi kuesioner secara Karakteristik Frekuensi %
lengkap. Jenis Kelamin
Sampel diambil dengan cara simple Laki-laki 23 45.1
random sampling. Sampel yang Perempuan 28 54.9
dibutuhkan adalah sebanyak 51 responden. Usia
Data diambil dengan menggunakan 7 tahun 10 19.6
kuesioner yang sudah di validasi dan 8 tahun 8 15.7
observasi kepala dan rambut responden 9 tahun 11 21.6
untuk mendapatkan data kejadian 10 tahun 12 23.5
pedikulosis kapitis. Data yang tercatat pada Tingkat Pengetahuan
status penderita ditabulasi dan selanjutnya Rendah 17 33.3
dianalisissecara univariat dan bivariat

1083 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1081-1091


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Woro Nurmatialila, Widyawati, Aras Utami

Tinggi 34 66.7 Penelitian ini dilakukan pada 51


Praktik Kebersihan Diri subjek penelitian. Jenis kelamin subjek
Buruk 32 62.7 penelitian ini adalah 23 laki-laki dan 28
Baik 19 37.3 perempuan. Angka kejadian pedikulosis
Pedikulosis Kapitis kapitis sebesar 35,3 %.
Positif 18 35,3
Negatif 33 64,7

Tabel 2.Hubungan tingkat pengetahuan pedikulosis kapitis dengan kejadian pedikulosis kapitis

Tingkat Pengetahuan Pedikulosis Kapitis


P
tentang Pedikulosis Positif Negatif PR Nilai C CI 95%
Value
Kapitis f % f %
Rendah 11 61,1 6 18,2 1,488-
0,005 3,143 0,399
Tinggi 7 38,9 27 81,8 6,638

Titik potong optimum hygiene 0,005 (p<0,05) dan nilai CI (Convidence


perorangan ditentukan menggunakan Interval) 1,488 - 6,638 yang tidak
analisis ROC, yakni 12,5 (dikategorikan melewati angka 1 menunjukkan data yang
“hygiene baik” apabila skor >12,5 dan signifikan. Tingkat korelasi dilihat dari
dikategorikan “hygiene buruk” apabila Contingency Coefficient (nilai C) sebesar
skor <12,5) dengan sensitifitas 50% dan 0,399 menunjukkan antara tingkat
spesifisitas 60%. Sebanyak 11 karyawan pengetahuan mengenai pedikulosis kapitis
yang masuk “hygiene buruk”, 8 dengan kejadian pedikulosis kapitis
diantaranya terdiagnosis dermatitis memiliki tingkat korelasi
seboroik dan 11 karyawan yang masuk sedang.Prevalence Ratio (PR) 3,143 (PR
kategori “hygiene baik”, 9 diantaranya >1),menunjukkan pengetahuan yang
terdiagnosa dermatitis seboroik.Secara rendah mengenai pedikulosis kapitis
statistik terdapat hubungan bermakna berisiko 3,143 kali lebih besar terkena
antara pengetahuan yang rendah mengenai pedikulosis kapitis dibandingkan
pedikulosis kapitis dengan kejadian responden yang memiliki pengetahuan
pedikulosis kapitis, konsisten dengan nilaip tinggi mengenai pedikulosis kapitis.

1084 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1081-1091


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Woro Nurmatialila, Widyawati, Aras Utami

Tabel 3.Hubungan Praktik Kebersihan Diridengan Kejadian Pedikulosis Kapitis


Pedikulosis Kapitis
Praktik P
Positif Negatif PR Nilai C CI 95%
Kebersihan Diri Value
f % f %
Buruk 16 88,9 16 48,5 1,224-
0,011 4,750 0,371
Baik 2 11,1 17 51,5 18,432

Titik potong optimum durasi Tabel 4. Analisis multivariat menggunakan


terpapar keringat ditentukan menggunakan regresi logistik

analisis ROC, yakni 6,5 jam per hari Nilai


Variabel OR IK 95%
(dikategorikan “durasi panjang” apabila p
Durasi
terpapar keringat >6,5 jam per hari dan 0,643 –
terpapar 0,096 12,271
dikategorikan “durasi pendek” apabila 234,260
keringat
terpapar keringat <6,5 jam per hari) dengan
1,107 –
sensitifitas 65% dan spesifisitas 80%. Lama kerja 0,042 20,158
367.015
Sebanyak 12 karyawan yang masuk
“durasi panjang”, 11 diantaranya
Berdasarkan uji regresi logistik,
terdiagnosis dermatitis seboroik dan 10
diketahui variabel penelitian yakni lama
karyawan yang masuk kategori “durasi
kerja merupakan variabel independen
pendek”, 6 diantaranya terdiagnosa
terhadap infeksi dermatitis seboroik.
dermatitis seboroik.Nilai p sebesar 0,011
Didapatkan rasio prevalen sebesar 20,158
(p <0,05) dan nilai Confidence Interval
pada lama kerja yang dapat diartikan
(CI) 1,224 – 18,432menunjukkan
karyawan GO-JEK yang bekerja
hubungan bermakna antara praktik
menggunakan helm dalam waktu yang
kebersihan diri yang buruk dengan
lama 20,158 kali lebih berisiko terinfeksi
kejadian pedikulosis kapitis dengan tingkat
dermatitis seboroik dibandingkan yang
korelasi sedang (nilai C 0,371). Praktik
bekerja dalam kurun waktu sebentar RP=
kebersihan diri yang buruk berisiko 4,75
20,158 (IK = 1,107-367,015) p = 0,042
kali lebih besar terkena pedikulosis kapitis
dibandingkan dengan responden dengan
praktik kebersihan diri yang baik.

1085 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1081-1091


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Woro Nurmatialila, Widyawati, Aras Utami

PEMBAHASAN dengan kejadian pedikulosis kapitis


Hasil penelitian tingkat sebanyak 11 responden.
pengetahuan pedikulosis kapitis pada Terdapat hubungan yang signifikan
responden yang paling banyak adalah antara tingkat pengetahuan mengenai
pengetahuan tinggi sebanyak 34 orang pedikulosis kapitis dengan kejadian
(66,7%). Hal ini berhubungan dengan pedikulosis kapitis di SDN 1 Tunggak
penelitian Restiana dan Aminah (2016) Grobogan (p = 0,005; PR = 3,143), dengan
dengan hasil penelitian didapatkan tingkat tingkat korelasi sedang (C = 0,399).
pengetahuan yang tinggi mengenai Penelitian sebelumnya yang
pedikulosis kapitis lebih banyak dari pada dilakukan Yogyakarta dan Bandung
yang rendah yaitu sebanyak 56 orang mempunyai hasil hubungan yang
29
(70%). signifikan antara pengetahuan tentang
Pada hasil angket, responden infeksi kutu dengan kejadian pedikulosis
banyak yang salah menjawab pertanyaan kapitis dengan tingkat korelasi lemah.31,32
mengenai pedikulosis kapitis pada bagian Banyak faktor yang dapat
daur hidup, faktor risiko, penyebab, mempengaruhi terjadinya pedikulosis
komplikasi, cara penularan, dan cara kapitis, salah satunya adalah pengetahuan
pengobatan pedikulosis kapitis. yang rendah mengenai pedikulosis kapitis
Kondisi geografis mempengaruhi terutama mengenai gejala, cara penularan,
tingkat pengetahuan seseorang. SDN 1 serta pengobatan. Pengetahuan dapat
Tunggak Grobogan memiliki akses yang digunakan untuk mengubah keadaan dan
mudah menuju fasilitas kesehatan. Kondisi perilaku seseorang menjadi perilaku
tersebut memudahkan tenaga kesehatan positif. Memiliki pengetahuan mengenai
memberikan penyuluhan mengenai pedikulosis kapitis dan menerapkan
penyakit yang sering terjadi, sehingga pengetahuan tersebut dapat membantu
mayoritas responden memiliki tingkat mencegah serta mengobati pedikulosis
pengetahuan yang tinggi mengenai kapitis.3,4,32
pedikulosis kapitis. Penelitian praktik kebersihan diri
Responden yang memiliki pada responden menghasilkan data
pengetahuan buruk mengenai pedikulosis responden yang memiliki praktik
kapitis sebanyak 17 responden (33,3%), kebersihan diri yang buruk lebih

1086 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1081-1091


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Woro Nurmatialila, Widyawati, Aras Utami

mendominasi yaitu sebanyak 32 responden sebanyak 16 responden yang menderita


(62,7%). Hasil yang sama juga ditemukan pedikulosis kapitis.
pada penelitian Yulinda dan Rifqoh, di Praktik kebersihan diri dengan
mana lebih dari 50% responden memiliki kejadian pedikulosis kapitis pada siswa
praktik kebersihan diri yang buruk.7,30 SDN 1 Tunggak Grobogan memiliki
Praktik kebersihan diri yang masih hubungan yang bermakna (p value 0,011;
kurang pada responden dalam penelitian CI 1,224 – 18,432) dengan tingkat korelasi
adalah mengenai penggunaan bersama sedang (C = 0,371). Praktik kebersihan diri
barang yang berhubungan dengan kepala, yang buruk memiliki kemungkinan terkena
masih banyak yang menggunakan handuk pedikulosis kapitis 4,75 kali lebih besar
dan sisir secara bergantian dengan anggota daripada siswa dengan praktik kebersihan
keluarga lain. Hal lain yang dinilai dalam diri yang baik.
penelitian ini adalah kebiasaan tidur Penelitian dengan hasil yang serupa
bersama, mencuci rambut, pemakaian sisir, ditemukan pada penelitian di SD
topi, handuk, dan pemakaian baju secara Temanggung dan Kota Banjarbaru dengan
bergantian, serta frekuensi mengganti alas tingkat korelasi rendah dan sedang.7,30
tempat tidur. Praktik kebersihan diri adalah suatu
Lingkungan mempengaruhi tindakan yang dilakukan seseorang untuk
perilaku seseorang. Anak usia sekolah memelihara kebersihan dan kesehatan
dasar belum dapat menentukan sikap yang dirinya untuk memperoleh kesejahteraan
terbaik untuk dirinya sendiri, sehingga fisik dan psikologis. Pedikulosis kapitis
hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh mudah menyerang anak sekolah karena
orangtuanya. Lingkungan responden anak-anak tidak terlalu serius
merupakan masyarakat dengan sosial- memperhatikan kebersihan tubuhnya.
ekonomi rendah. Menggunakan barang Adanya infestasi pediculosis kapitis sangat
secara bergantian merupakan perilaku yang erat hubungannya dengan tingkat
biasa terjadi pada masyarakat ini, kesadaran responden untuk menjaga
dikarenakan membutuhkan biaya yang kebersihan dirinya, dimana kurangnya
lebih untuk membeli barang. kesadaran untuk menjaga kebersihan diri
Responden yang memiliki praktik dapat meningkatkan resiko terjadinya
kebersihan diri yang buruk didapatkan infestasi pedikulosis kapitis.4,9,25

1087 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1081-1091


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Woro Nurmatialila, Widyawati, Aras Utami

Kualitas mencuci rambut dapat kapitis, menjadikan responden tidak


memengaruhi infestasi pedikulosis kapitis. memahami bahwa pedikulosis kapitis
Rambut perlu dicuci teratur minimal dua dapat menular dengan menggunakan
kali sehari dalam seminggu dengan secara bergantian barang yang
memakai sampo. Pada orang yang sering berhubungan dengan kepala.4,7,26
mencuci rambut setiap hari membuat kulit Faktor lain yang mempengaruhi
kepala menjadi bersih, hal itu terjadinya pedikulosis kapitis adalah
memungkinkan kutu mendapatkan suplai kebersihan dan kepadatan lingkungan.
makanan yang optimal, dan seringnya Serumah dengan penderita pedikulosis
mencuci rambut pada penderita pedikulosis kapitis dalam lingkungan yang sangat
kapitis akan membuat kondisi kulit kepala padat dan tidak melakukan pengobatan
menjadi lembab dan kondisi itu sangat pedikulosis kapitis secara bersamaan, akan
menguntungkan bagi telur kutu untuk membuat penularan pedikulosis kapitis
perkembanganya, sehingga orang yang selalu terjadi.4,7,8,14
rajin mencuci rambutnya setiap hari juga Angka kejadian pedikulosis kapitis
bisa mendapatkan pedikulosis kapitis.7,20,28 pada siswa SDN 1 Tunggak Grobogan
Praktik kebersihan dirimengenai sebesar 35,3%, yaitu dari 51 siswa yang
pedikulosis kapitis juga disebabkan oleh menjadi responden, sebanyak 18 siswa
kebiasaan berbagi sisir, topi, bantal, SDN 1 Tunggak Grobogan menderita
handuk, dan barang-barang lain yang pedikulosis kapitis. Angka kejadian ini
berhubungan dengan kepala. Kutu rambut tergolong rendah karena pada penelitian
memiliki kaki yang dapat membuatnya sebelumnya menghasilkan angka kejadian
berpindah dan menempel dari rambut lebih dari 50%. Penelitian di SDN 1
kepala ke barang-barang yang menempel Bendungan dan SD Kertasari didapatkan
pada kepala, sehingga barang-barang yang angka kejadian sebesar 62,4% dan
dipakai bersamaan dapat mempermudah 52,1%.7,31
terjadinya penularan pedikulosis Infestasi pedikulosis kapitis dapat
kapitis.Sesuai dengan tingkat pengetahuan disebabkan oleh faktor pengetahuan dan
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa praktik kebersihan diri, selain itu juga
responden masih banyak yang tidak dipengaruhi oleh faktor umur, jenis
mengetahui cara penularan pedikulosis kelamin, sosial-ekonomi, kepadatan

1088 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1081-1091


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Woro Nurmatialila, Widyawati, Aras Utami

lingkungan, tingkat pengetahuan, dan penyebab dermatitis seboroik juga dapat


kebersihan diri seseorang.4,7,8 menyebabkan infeksi pada bagian tubuh
selain di kepala.
SIMPULAN DAN SARAN c. Perlu melakukan homogenitas umur,
Simpulan status imunitas dan gizi.
Lama kerja merupakan faktor d. Perlu mendata waktu kerja total
resiko dari dermatitis seboroik. Hygiene karyawan (sejak mulai hingga penelitian).
perorangan dan durasi terpapar keringat
bukan merupakan faktor resiko dermatitis DAFTAR PUSTAKA
seboroik. 1. Departemen Kesehatan. Profil
Saran Kesehatan Indonesia [Internet]. 2011
Perlunya dilakukan penyuluhan dan [cited :2018 Feb 14]. Available from :
pelatihan pada para penderita dermatitis http://www.depkes.go.id/resources/do
seboroik dan orang-orang yang beresiko wnload/pusdatin/profil-kesehatan-
menderita dermatitis seboroik tentang indonesia/profil-kesehatan-indonesia-
pencegahan dan penatalaksanaan yang baik 2011.pdf
dan benar, mengingat angka kejadian 2. Selden S, Travers R, Vinson R,
penyakit jamur kulit di Indonesia termasuk Meffert J.[Internet]. 2014 [cited 2018
tinggi. Feb 14]. Available from:
Perlunya menambah jumlah sampel untuk http://emedicine.medscape.com/article
kepentingan statistik pada penelitian /1108312-overview#aw2aab6b2b3aa.
selanjutnya. 3. Kurniati DD. Dermatitis seboroik,
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada: gambaran klinis. In: Rihatmaja R,
a. Kelompok kerja lain yang beresiko editor. Metode diganostik dan
terkena dermatitis seboroik atau penalaksanaan psoriasis dan dermatitis
dermatofitosis lainnya, seperti Polisi dan seboroik. Jakarta: Balai Penerbit
Tukang Becak dikarenakan pemakaian FKUI; 2003. p. 53-59.
pelindung kepala yang kedap dengan 4. Wasitaatmadja SM. Ketombe. Dalam :
durasi yang lama. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik.
b. Kejadian dermatitis seboroik pada Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
bagian tubuh yang lain, mengingat agen (UI-Press), 2003:209-12.

1089 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1081-1091


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Woro Nurmatialila, Widyawati, Aras Utami

5. Pohan SS, Erlan JS. Faktor-faktor overview. American Family


penyebab ketombe. Dalam: Sugito T, Physicians. 2006; 74.
Dwikarya M, Amzafi P, Dwihastuti P, 11. Cohen. 1999. DE. Occupational
Wasitaatmadja SM, ed. Ketombe dan Dermatosis, Handbook of
penanggulangannya. Jakarta : Tira Occupational Safety and Helth, second
Pustaka, 1989:8-11. edition
6. Burton. AL. Eczema, lichenification, 12. HSE. 2000. The Prevalance of
prurigo and erythroderma. Dalam: Occupational Dermatitis among Work
Champion RH, Burton AL, Ebling in The Printing Industry and Yout
FJB. ed. Textbook of Dermatology, ed Skin dalam www.hsebooks.co.uk.
ke : 8. London: Blackwell Scientific, Diakses tanggal 27 September 2018.
2010:537-57 13. Suryani, Febria. 2011. Faktor-Faktor
7. Degreef H, Jacobs PH, Rosenberg yang Berhubungan dengan Dermatitis
EW, Shuster S, ed. Aetio-pathogenesis Kontk pada Pekerja Bagian Processing
of seborrhoeic and dermatitis and dan Filling pt. Cosmar Indonesia
dandruff. Dalam : Ketoconazole in Tangerang Selatan Tahun 2011.
seborrhoeic dermatitis and dandruff, a Skripsi Univeristas Islam Negeri
review. Manchester : ADIS Press Jakarta.
International, 1989:1-11. 14. Cronin E. 1980. Contact Dermatitis.
8. Shuster S. The aetiology of dandruff Ediburgh. London dan New York;
and the mode of action or therapeutic Churchill Livingstone.
agents. Br J Dervatol 1984;111:235- 15. Podewils LJ, Holtz T. Riekstina,
42. Skripconoka Zarovska E, Kirvelaite G
9. Fritsch PO, Reider N.Other et al. Impact of malnutrition on
eczematous eruptions. In: Bolognia, clinical presentation, clinical course,
Joziono, Rapini, editors. Dermatology. and mortality in MDR-TB patienls.
New York: Mosby Elsevier; 2008. p. Epidemiol infect. 2011;139(1):I 13-20.
197-200. 16. Papathakis P. Piwoz E. editors.
10. Schwartz RA, Janusz CA, Janninger Nutrition and Tuberculosis: A Review
CK.Seborrheic dermatitis: an of the Literature and Considerations
for TB Control Programs. Chapter 3,

1090 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1081-1091


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Woro Nurmatialila, Widyawati, Aras Utami

Malnutrition, Immunity, and TB. 19. Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B,


Washington: United States Agencv for Paller A, Leffel D, Wolff K.
International Developmental: 2008. p. Fitzpatrick’s dermatology in general
11-7. medicine. USA : Mc Graw-Hill
17. Gupta KB. Gupta R. Atreja Verma M. Companies;2012
Vishvkama S. Tuberculosis and 20. Kurniawati RD. Faktor-faktor yang
nutrition. Lung India. 2009:26(1):9- berhubungan dengan kejadian tinea
16. pedis pada pemulung di TPA
18. Dheda K, Schwander SK, Zhu B, van Jatibarang Semarang. Semarang
Zyl Smit RN. Zhang Yi. The (Indonesia) : Ilmu Kesehatan
imunology of tuberculosis: from bench Lingkungan Universitas Diponegoro;
to bedside. Respirology. 2010: 15 :433 2006.
-50.

1091 JKD : Vol. 8, No. 3, Juli 2019 : 1081-1091

Anda mungkin juga menyukai