ABSTRAK
Pediculosis capitis juga disebut sebagai kutu kepala, disebabkan oleh
Pediculus humanus capitis yang merupakan ektoparasit pada manusia yang
ditemukan di rambut dan kulit kepala. Pediculosis capitis sangat menular dan
umumnya sering terjadi pada anak usia 3 12 tahun. Pediculosis capitis
merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang terjadi pada
anak-anak di negara maju dan di negara berkembang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prevalensi dan
gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pediculosis capitis di Panti
Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
dengan desain cross sectional yang dilakukan pada bulan oktober 2015.
Populasinya adalah seluruh anak-anak Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial AlWashliyah. Sampel penelitian diambil dengan metode total sampling.
Hasil penelitian ini dari 87 anak Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial AlWashliyah yang hadir dan bersedia ialah ditemukan lebih banyak anak yang
menderita Pediculosis capitis yaitu sebanyak 52 orang (59,8%) dan terdapat 35
orang (40,2%) yang tidak menderita Pediculosis capitis. Anak laki-laki yang
menderita Pediculosis capitis yaitu sebanyak 27 orang (26,4%) dan sebanyak 25
orang (28,7%) anak perempuan yang menderita Pediculosis capitis.
Dari hasil penelitian ini ditemukan prevalensi dan berbagai gambaran
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Pediculosis capitis. Sebaiknya anakanak panti asuhan lebih menjaga kebersihan dan tidak saling berbagi atau
meminjamkan barang, dan segera dilakukan penangan.
Kata Kunci: Prevalensi, Pediculosis capitis, Panti Asuhan
ABSTRACT
Pediculosis capitis, called head lice, is caused by Pediculus humanus
capitis which is ectoparasite in human being found in hair and scalp. Pediculosis
capitis is highly contagious and most often affects children between the ages of 3
and 12. Pediculosis capitis is a worldwide public health problem that occurs in
children in developed countries and in developing countries.
The study aimed to determine the prevalence and the predisposing
factors of pediculosis capitis in Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Orphanage.
This study was a descriptive cross-sectional design conducted in October 2015.
The population was selected from all children in Yayasan Amal Sosial AlWashliyah Orphanage. Sample was taken with the total sampling method.
Results of this study found that, from 87 children in Yayasan Amal Sosial
Al-Washliyah Orphanage who were present and were available, there were more
children suffered from pediculosis capitis with the number of sufferer was 52
children (59.8%) and there were 35 children (40.2%) who did not suffer. Boys
who suffered from Pediculosis capitis were 27 (26.4%) and there were 25 (28.7%)
of girls who suffered from Pediculosis capitis.
From the results of this study, the prevalence and various predisposing
factors of Pediculosis capitis are found. It is recommended that the children of the
orphanage should keep the cleanliness, not to share their personal belongings,
and immediately take a medical treatment.
Keywords : Prevalence , Pediculosis capitis , Orphanage
PENDAHULUAN
Pediculosis capitis atau kutu kepala merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia yang terjadi pada anak-anak di negara maju dan di
negara berkembang (AlBashtawy & Hasna, 2012). Prevalensi dan insidensi
terjadinya pediculosis capitis di seluruh dunia cukup tinggi, diperikirakan dalam
setiap satu tahun sekitar ratusan juta orang yang terinfeksi pediculosis (Nutanson
et al., 2008).
Di Indonesia data mengenai pediculosis capitis masih kurang, namun
berdasarkan dari survei penelitian sebelumnya yang dilakukan pada sebuah
pesantren Muhammaddiyah di Surakarta ditemukan 72,1% terinfeksi pediculosis
capitis (Ansyah, 2013).
Pediculosis capitis banyak menyerang anak sekolah yang tinggal di
asrama karena banyak faktor pendukung, seperti kebersihan yang kurang dan
kebiasaan pinjam meminjam barang (Alatas & Linuwih, 2013). Kutu kepala juga
bisa menyebabkan gangguan psikologis dan mengganggu proses belajar pada anak
sekolah. Jenis kelamin, umur, frekuensi mandi dalam seminggu dan beberapa
faktor yang lainnya merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
pediculosis capitis. (Gulgun et a.l, 2013).
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan tersebut, penulis mengusulkan
untuk meneliti prevalensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
pediculosis capitis di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pediculosis capitis
dan mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
pediculosis capitis yaitu : jenis kelamin, penggunaan tempat tidur atau bantal
bersama, penggunaan sisir atau aksesoris bersama, jenis rambut, panjang rambut
dan frekuensi mencuci rambut di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial AlWashliyah.
METODE PENELITIAN
HASIL
Jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 87 orang, dimana dibagi
menjadi 50 anak laki-laki dan 37 anak perempuan.
Prevalensi terjadinya pediculosis capitis pada seluruh sampel ditemukan
anak yang menderita pediculosis capitis yaitu sebanyak 52 orang (59,8%) dan
menggunakan tempat tidur atau bantal bersama sebanyak 25 orang (28,7%). Tabel
3. menunjukkan distribusi frekuensi terjadinya pediculosis capitis berdasarkan
penggunaan tempat tidur atau bantal bersama.
Terjadinya pediculosis capitis berdasarkan penggunaan sisir atau aksesoris
rambut bersama telah ditemukan pada anak yang menggunakan sisir atau
aksesoris rambut bersama, yaitu sebanyak 49 orang (56,3%), sedangkan anak
yang mengalami pediculosis capitis tetapi tidak menggunakan sisir atau aksesoris
rambut bersama hanya terjadi pada 3 orang (3,4%). Tabel 4. menunjukkan
distribusi frekuensi terjadinya pediculosis capitis berdasarkan penggunaan sisir
atau aksesoris rambut bersama.
Terjadinya pediculosis capitis berdasarkan jenis rambut telah ditemukan
pada anak yang berjenis rambut lurus yaitu 30 orang (34,5%). Sedangkan pada
rambut keriting yang mengalami pediculosis capitis terjadi pada 22 orang
(25,3%). Tabel 5. menunjukkan distribusi frekuensi terjadinya pediculosis capitis
berdasarkan jenis rambut.
Terjadinya pediculosis capitis berdasarkan panjang rambut telah
ditemukan pada anak yang berambut pendek sebanyak 28 orang (32,2%), pada
anak yang berambut panjang sebanyak 17 orang (19,5%) dan pada anak berambut
sedang sebanyak 7 orang (8,0%). Tabel 6. menunjukkan distribusi frekuensi
terjadinya pediculosis capitis berdasarkan panjang rambut.
Terjadinya pediculosis capitis berdasarkan frekuensi mencuci rambut telah
ditemukan pada anak dengan frekuensi mencuci rambut lebih dari tiga kali dalam
seminggu yaitu 29 orang (33,3%) dan pada anak yang mencuci rambut dengan
frekuensi kurang dari tiga kali dalam seminggu yaitu 23 orang (26,4%). Tabel 7.
PEMBAHASAN
Prevalensi terjadinya pediculosis capitis pada penelitian ini lebih banyak
dibandingkan yang tidak mengalami pediculosis capitis. Hal ini sesuai dengan
penelitian Ansyah (2013), dimana ditemukan lebih banyak anak yang mengalami
pediculosis capitis yaitu 72,1% dan 27,9% yang tidak mengalami pediculosis
capitis. Hal ini terjadi karena menurut Handoko (2002),
bahwa pediculosis
capitis cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat, misalnya di asrama dan
panti asuhan. Ditambah kondisi higiene yang tidak baik, misalnya jarang
membersihkan rambut atau rambut yang relatif susah dibersihkan.
Terjadinya pediculosis capitis berdasarkan jenis kelamin dan didapatkan
lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan. Hal
ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakaria (2014)
di
Semarang dimana ditemukan lebih banyak terjadi pada anak perempuan. Begitu
juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Gulgun et al. (2013) di Turki yang
hasilnya lebih banyak terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.
Hal ini terjadi dikarenakan sampel pada anak laki-laki lebih banyak pada anak
perempuan dan penyebaran faktor yang mempengaruhi terjadinya pediculosis
capitis seperti penggunaan tempat tidur atau bantal bersama dan penggunaan sisir
atau aksesoris rambut bersama lebih banyak pada anak laki-laki.
Terjadinya pediculosis capitis berdasarkan pennggunaan tempat tidur atau
bantal bersama dan didapatkan pediculosis capitis lebih banyak terjadi pada anak
yang menggunakan tempat tidur atau bantal bersama daripada anak yang tidak
menggunakan tempat tidur atau bantal bersama. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Zakaria (2014) di semarang dimana didapatkan lebih banyak
terjadi pada anak yang menggunakan alas tidur bersama. Hal ini terjadi karena
Pediculus humanus capitis dapat menyebar melalui kontak fisik yang dekat.
Pediculus humanus capitis dapat bertahan hidup 1 2 hari apabila tidak di kepala
dan dalam keadaan terntentu dapat bertahan sampai 4 hari (Stone, Goldfarb &
Bacelieri, 2008). Sehingga apabila seseorang yang terinfeksi meletakkan
kepalanya di suatu tempat atau tempat tidur atau bantal maka kutu dapat terjatuh
dan orang lain dapat terinfeksi.
terjadinya Pediculosis capitis dan anak-anak di Panti Asuhan memiliki faktorfaktor lain yang berpengaruh terhadap terjadi Pediculosis capitis yang cukup
tinggi.
KESIMPULAN
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan saran bagi anak-anak di
Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah sebaiknya lebih menjaga
kebersihan diri dan kebersihan barang-barang pribadi dan juga mengurangi
kebiasan penggunaan alas tidur atau aksesoris rambut bersama. Saran bagi tenaga
medis bisa melakukan penyuluhan dan memberikan obat kutu gratis kepada anakanak dengan faktor resiko tinggi terjadinya pediculosis capitis.
DAFTAR TABEL
Persentase (%)
59,8
40,2
100
berdasarkan
berdasarkan
Total
n (n%)
52 (59,8%)
35 (40,2%)
87 (100,0%)
Total
n (n%)
52 (59,8%)
35 (40,2%)
87 (100,0)
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, S.S.S. & Linuwih, S., 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai
Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Pesantren X, Jakarta Timur.
eJKI Vol 1 No 1.
AlBashtawy, M & Hasna, F., 2012. Pediculosis capitis among primary-school children
in Mafraq Governorate, Jordan. EMHJ Vol 18 No 1. Available From :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22360010 [Accesed 6 April 2015].
Alzain, B., 2012. Pediculosis Capitis Infestation in School Children of a Low
Socioeconomic Area of the North Gaza Governote. Turk J Med Sci 42 (Sup.1) :
1286-1291. doi:10.3906/sag-1103-35.
Ansyah, A.N., 2013. HubunganPersonal Hygene dengan Angka Kejadian Pediculosis
Capitis pada Santri Putri Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta.
Surakarta : Universitas Muhammaddiyah Surakarta.
Goodheart, H.P., 2002. Diagnosis Fotografik dan Penatalaksanaan Penyakit Kulit.
Edisi III. Jakarta : EGC.
Gulgun, M., Balci, El., Karaoglu, A., Babacan, O., Turker, T., 2013. Pediculosis
Capitis : Prevalence and Its Associated Factors in Primary School Children Living
in Rural and Urban Areas in Kayseri, Turkey. Cent Eur J Public Health 21 (2) :
104-108. Available From :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24053067