Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pediculosis Capitis adalah infestasi kulit dan rambut kepala yang

disebabkan oleh Pediculus humanus var capitis yang termasuk famili

Pediculiade. Parasit ini hidup di kulit kepala, predileksinya terutama pada

bagian belakang kepala (oksipital) dan belakang telinga (retroaurikular).

Telur-telurnya (nits) diletakkan pada dasar tangkai rambut kepala.

Biasanya parasit ini menyerang anak-anak dan wanita berambut panjang

(Salbiah, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) Pediculosis capitis

(infestasi kutu kepala) adalah masalah kesehatan masyarakat di seluruh

dunia yang mempengaruhi sebagian besar anak-anak sekolah dasar (M.

Albashtawy, 2012)

Anak usia sekolah dasar adalah suatu masa usia anak yang sedang

dalam periode belajar dan mendapatkan banyak permasalahan kesehatan

yang sangat menentukan kualitas anak dikemudian hari, salah satu masalah

kesehatan umum, dan gangguan belajar, permasalahan kesehatan tersebut

pada umumnya akan menghambat pencapaian prestasi pada peserta didik

disekolah. Pedikulosis ini merupakan salah satu masalah kesehatan pada

anak usia sekolah terutama pada tingkat pra sekolah, sekolah dasar, dan

sekolah menengah pertama (Jhons Fatriyadi Suwandi, 2017).


2

Dalam sebuah studi pada tahun 2009/2010, Ada perbedaan yang

signifikan dalam prevalensi antara anak perempuan (34,7%) dan anak laki-

laki (19,6%), penduduk desa (31,2%) dan penduduk kota (23,5%), dan

riwayat infestasi pada tahun sebelumnya (57,4%) versus tidak ada riwayat

(11,5) %), serta antara anak-anak dari berbagai usia (M. Albashtawy F. H.,

2012).

Berdasarkan penelitian Anggraini dkk tentang hubungan tingkat

pengetahuan dan personal hygiene terhadap kejadian pedikulosis kapitis

pada anak asuh di panti asuhan liga dakwa sumatera barat menunjukan

lebih dari setengah responden (58%) memiliki pedikulosis kapitis positif.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sukarmin dkk di pondok pesantren

miftahul khoir prawoto sukolilo 2017 dengan mewawancara awal dan

pemeriksaan fisik dari 10 santri terdapat 7 santri mengalami pediculosis

(Sukarmin, 2017).

Hasil penelitian Rumampuk tahun 2014 di sepuluh panti asuhan di

Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 106 anak (178,66%) yang memiliki

pediculus humanus capitis. Hasil uji statistik dengan chi-square diperoleh

nilai p<0,05 yang berarti ada hubungan antara panjang rambut, jenis yang

dipakai keramas, frekuensi keramas, penggunaan handuk, penggunaan sisir

rambut, tidur bersama, rasa gatal dikepala, iritasi kulit kepala dengan

prevalensi kutu pada rambut (Rumampuk, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 26

Februari 2019 di SDIT Darussalam Palopo oleh calon peneliti dengan 15


3

siswi dari 112 siswi didapatkan 9 siswi dengan personal hygiene kurang

baik dan 6 siswi dengan personal hygiene baik, dan 12 siswi mengatakan

mandi 2 kali sehari merupakan personal hygiene yang baik sedangkan 3

siswi mengatakan mandi 3 kali sehari merupakan personal hygiene yang

baik. Terdapat 11 siswi yang memiliki kutu (Pediculosis Capitis) di kepala

dan 4 siswi yang tidak memiliki kutu (Pediculosis Capitis) di kepala.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan Personal Hygiene Anak Dengan Kejadian

Pediculosis Capitis Pada Anak Usia Sekolah SDIT Darussalam Kota

Palopo tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan diteliti

adalah apakah ada “Hubungan Personal Hygiene Anak Dengan

Kejadian Pediculosis Capitis Pada Anak Usia Sekolah di SDIT

Darussalam Kota Palopo Tahun 2019”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah

terdapat hubungan antara personal hygiene anak dengan kejadian

pediculosis capitis pada siswi SDIT Darussalam Kota Palopo.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi personal hygiene anak siswi SDIT

Darussalam kota Palopo.


4

b. Untuk mengidentifikasi kejadian pediculosis capitis pada siswi SDIT

Darussalam kota Palopo.

c. Untuk mengetahui hubungan personal hygiene anak dengan kejadian

pediculosis capitis pada siswi SDIT Darussalam Kota Palopo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Manfaat ilmiah

Diharapkan dapat memberikan data-data ilmiah untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hubungan personal hygiene

anak dengan kejadian pediculosis capitis pada anak usia sekolah.

2. Bagi institusi

Penelitian ini dapat menemukan informasi dan bahan masukan bagi

tenaga kesehatan khususnya perawat tentang personal hygiene anak

dengan kejadian pediculosis capitis.

3. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan

dan dapat dijadikan salah satu bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pediculosis Capitis

1. Definisi Pediculosis Capitis

Pediculosis capitis adalah infeksi kutu kepala atau tuma. Tuma kutu

meletakkan telur (Nits) didekat kulit kepala dan melekat erat pada

batang rambut (Hetharia, 2009). Pediculosis Capitis adalah infeksi kulit

dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus var capitis

(Safar, 2009).

2. Epidemiologi

Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat

meluas dalam lingkungan hidup yang padat, misalnya di asrama dan

panti asuhan. Tambahan pula dalam kondisi hygiene yang tidak baik,

misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut yang relatif sulit

dibersihkan (rambut yang sangat panjang pada wanita). Cara penularan

biasanya melalui perantara (benda), seperti sisir, bantal, kasur dan topi

(Handoko, 2017).

3. Morfologi Pediculosis Capitis

Pediculosis capitis dari genus Pediculus, family Pediculidae, ordo

Anoplura, kelas Insekta. Bentuk tuma ini lonjong, pipih dorso-ventral,

berukuran 1,0-1,5 mm, warna kelabu, kepala berbentuk segitiga yang

mempunyai mata, sepasang antena yang terdiri dari 5 ruas, dan mulut
6

berbentuk tusuk isap. Torak terdiri dari 3 segmen yang menyatu dan

abdomen yang terdiri dari 9 ruas yang menyatu, mempunyai 3 pasang

kaki, yang setiap kaki dilengkapi dengan kuku yang dipergunakan

untuk berjalan dari satu helai rambut ke helai yang lain dengan menjepit

rambut dengan kukunya. Tuma ini dapat pindah dari satu hospes ke

hospes lain. Metamorfosis tidak sempurna. Telur (nits) berwarna putih

dilekatkan pada rambut dengan perekat kitin. Tuma ini menghisap

darah sedikit demi sedikit dalam waktu lama. Waktu yang diperlukan

untuk pertumbuhan dari telur – nimfa − dewasa kira-kira 18 hari dan

tuma dewasa dapat hidup selama 27 hari (Safar, 2009).

Gambar 2.1 Morfologi telur dan kutu dewasa.

4. Siklus hidup

Siklus hidup Pediculosis capitis yang dimulai dengan adanya

peletakan telur yang ditempelkan pada rambut kepala. Sesudah 3-4 hari,

telur menetas menjadi nimfa, nimfa mengalami tiga kali pengupasan

kulit, dan menjadi kutu dewasa. Dua puluh empat jam sesudah terjadi

perkawinan kutu jantan dan betina, serangga betina akan meletakkan

telur sebanyak 7-10 telur (nits) setiap hari. Lama hidup Pediculosis

capitis dapat mencapai 30 hari dan hidup dengan menghisap darah


7

manusia. Pediculosis capitis tidak dapat hidup tanpa darah dalam waktu

15-20 jam. Nimfa dan kutu dewasa menghisap darah dan dalam proses

ini penderita akan merasa gatal sehingga menggaruk kepala. Kaki

Pediculosis capitis di desain untuk mencengkeram rambut dan dapat

berjalan 2-3 cm permenit. Pediculosis capitis biasanya hanya dapat

hidup 1-2 hari diluar kepala sedangkan telurnya dapat bertahan hingga

10 hari (Rumampuk, 2014).

Gambar 2.2 Siklus Hidup Pediculosis Capitis.

5. Penularan Pediculosis capitis

a. Sisir

b. Wig

c. Perangkat tempat tidur (bantal, seprei dll)

d. Ikat rambut dan topi (Hetharia, 2009).


8

6. Gejala klinis

Gejala awal yang dominan hanya rasa gatal, terutama pada daerah

oksiput dan temporal serta dapat meluas keseluruh kepala. Kemudian

karena garukan, terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder (pus,

krusta). Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal disebabkan

oleh banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan disetai pembesaran

kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular). Pada

keadaan tersebut kepala memberikan bau yang busuk (Handoko, 2017).

Pediculosis capitis menyebabkan gatal dan iritasi di kulit kepala

karena tuma ini menghisap darah dikulit kepala, sementara rasa gatal itu

sendiri disebabkan saliva dan fessesnya. Kebiasaan menggaruk yang

intensif dapat menyebabkan iritasi, luka, mengganggu konsentrasi, serta

infeksi sekunder. Pada infestasi berat dapat terjadi infeksi sekunder oleh

jamur dan bakteri sehingga menimbulkan demam. di antara siswa

sekolah dapat menyebabkan anemia yang mengakibatkan menjadi lesu,

mengatuk dikelas dan mempengaruhi kinerja belajar dan fungsi

kognitif, selain itu yang terinfeksi juga mengalami gangguan tidur di

malam hari karena rasa gatal dan sering menggaruk kepala. Pediculosis

capitisjuga dapat menyababkan tekanan sosial, ketidaknyamanan,

kecemasan, dan memalukan (Yousefi, 2012).


9

7. Diagnosis

Cara untuk menegakkan diagnosis ialah menemukan kutu atau telur,

terutama dicari didaerah oksiput dan temporal. Telur berwarna abu-abu

dan berkilat (Safar, 2009).

8. Penatalaksanaan

a. Cuci rambut menggunakan sampo mengandung lindone (Kwell) cuci

yang bersih.

b. Sisir rambut menggunakan sisir bergigi halus (serit) yang telah

dicelupkan cuka agar telur/canglong terlepas dari batang rambut.

c. Pakaian handuk dan perangkat tempat tidur dicuci dengan air panas

kurang lebih 54°C.

d. Seluruh keluarga harus diobati.

e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik (Hetharia, 2009).

9. Faktor resiko infestasi Pediculosis capitis

Infestasi pedikulosis kapitis tidak lepas dari beberapa faktor resiko

yang mendukung menurut Nuqsah (2010) yaitu sebagai berikut :

a. Usia muda, terutama pada kelompok umur 3-11 tahun.

b. Jenis kelamin, perempuan lebih sering terkena penyakit pedikulosis

kapitis karena perempuan hampir semuanya memiliki rambut yang

lebih panjang dari pada laki-laki.

c. Menggunakan tempat tidur atau bantal bersama

d. Menggunakan sisir atau aksesoris rambut secara bersama, pada

keadaan menggunakan sisir secara bersamaan akan membuat telur


10

bahkan tungau dewasa menempel pada sisir, begitu juga dengan

aksesoris rambut seperti bando dan pita.

e. Panjang rambut, karena orang yang memiliki rambut yang lebih

panjang sulit untuk membersihkannya dibanding orang rambut

pendek.

f. Frekuensi cuci rambut yang jarang.

g. Tingkat sosial ekonomi yang rendah merupakan resiko yang sering

dikaitkan dengan terjadinya infeksi tungau, selain itu juga

dikarenakan ketidak mampuan untuk mengobati infestasi secara

efektif.

h. Bentuk rambut pada orang Afrika atau negro Afrika-Amerika yang

mempunyai rambut keriting jarang terinfeksi kutu kepala karena

kutu betina susah untuk meletakkan telurnya (Jhons Fatriyadi

Suwandi, 2017).

10. Pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan dan menghindari

kontak dengan pengandung tuma ini. Pemberantasan dilakukan dengan

tangan, sisir, atau dengan menggunakan insektisida golongan klorida

(BHC). Pengobatan dapat dengan salep, sulfur, dan antibiotika untuk

infeksi sekunder. Hal ini sebaiknya dilakukan setelah mencukur rambut

dikepala yang terinfeksi tersebut (Safar, 2009).


11

B. Tinjauan Umum Tentang Personal Hygiene Anak

1. Definisi

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata

Personal yang artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat. Dari

pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebersihan perorangan atau

personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun

psikisnya (Laily Isro'in, 2012).

2. Tujuan Personal Hygiene

Tujuan Personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan diri,

menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu

sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun

orang lain, baik secara sendiri/mandiri maupun dengan menggunakan

bantuan dari orang lain, serta menciptakan penampilan yang sesuai

dengan kebutuhan kesehatan (Haswita, 2017).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene

Perilaku menjaga kebersihan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain sebagai berikut :

a. Kebiasaan

Kebiasaan seseorang berpengaruh dalam kebersihan diri. Contohnya

setiap individu memiliki kebiasaan tersendiri kapan akan memotong

rambut, menggunting kuku, mencuci rambut, dan bahkan kebiasaan

tersendiri untuk mandi dua kali sehari, satu kali sehari, atau tidak
12

mandi. Kebiasaan juga berkaitan dengan penggunaan produk-produk

tertentu dalam melakukan perawatan diri, misalnya menggunakan

sabun padat atau sabun cair.

b. Budaya

Budaya memengaruhi kebersihan diri seseorang. Contohnya adalah

terdapat mitos yang mengatakan bahwa menggunting kuku pada

malam hari akan menyebabkan kesialan. Hal ini menyebabkan

beberapa orang menunda menggunting kuku hingga keesokan hari.

c. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang memengaruhi cara orang tersebut

merawat diri. Contohnya adalah untuk menjaga kebersihan gigi, kita

sebaiknya menggosok gigi dua kali sehari, yaitu setelah sarapan dan

sebelum tidur. Individu yang mengetahui hal ini akan berusaha untuk

mengikutinya.

d. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi memengaruhi kemampuan seseorang untuk

memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

mempertahankan kebersihan diri. Contohnya adalah kondisi keuangan

seseorang memengaruhi antara lain jenis sabun mandi, sampo, atau

sikat gigi yang mampu ia beli.


13

e. Status kesehatan serta kondisi fisik dan mental

Orang yang sedang sakit atau yang mengalami cacat fisik dan

gangguan mental akan terhambat kemampuannya untuk merawat diri

secara mandiri (saputra, 2013).

4. Jenis-jenis Personal Hygiene

a. Perawatan kulit

b. Perawatan kaki,tangan, dan kuku

c. Perawatan rongga mulut dan gigi

d. Perawatan rambut

e. Perawatan mata, telinga, dan hidung (Laily Isro'in, 2012).

C. Tinjauan Umum Tentang Anak Usia Sekolah

1. Definisi

Anak usia sekolah adalah seorang anak dengan rentang kehidupan

yang dimulai dari usia 6-12 tahun memiliki berbagai label, yang masing-

masing menguraikan karakteristik penting dari periode tersebut. Periode

usia pertengahan ini sering kali disebut usia sekolahatau masa sekolah.

Periode ini dimulai dengan masuknya anak kelingkungan sekolah, yang

memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak

dengan orang lain. Anak mulai bergabung dengan teman seusianya,

mempelajari budaya masa kanak-kanak, dan menggabungkan diri ke

dalam kelompok sebaya, yang merupakan hubungan dekat pertama diluar

kelompok keluarga (Cahyaningsih, 2011).


14

2. Karakteristik Anak Usia Sekolah

karakteristik perkembangan seseorang berbeda-beda, tergantung

faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Karakteristik

perkembangan anak usia sekolah berbeda dengan karakteristik

perkembangan remaja dan karakteristik perkembangan masa dewasa.

Karakteristik perkembangan anak usia sekolah meliputi perkembangan

fisik motorik, perkembangan intelektual, perkembangan bahasa,

perkembangan emosi, perkembangan sosial, dan perkembangan

kesadaran beragama. Ada banyak faktor yang mempengaruhi

perkembangan yang akan menimbulkan masalah dalam perkembangan.

Faktor tersebut meliputi faktor genetika dan faktor lingkungan. Dasam

proses perkembangan ketujuh aspek tersebut, terkadang menimbulkan

masalah, Masalah–masalah tersebut bisa diperbaiki dengan dukungan

dari orang-orang terdekatnya, terutama keluarga. Setiap orang memiliki

kelebihan dan kelemahan masing-masing, sehingga seorang anak tidak

boleh dipaksakan untuk menguasai seluruh aspek perkembangan (Latifa,

2017).

3. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah

a. Perkembangan biologis

Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan serata 5 cm pertahun untuk tinggi

badan dan meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia

tersebut anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran

tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi, anak perempuan


15

cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih

cepat perkembangannya dari pada otot.

b. Perkembangan psikososial

Pada masa ini terjadi perkembangan rasa industri yaitu dicapai usia 6

tahun dan masa remaja. Anak-anak usia sekolah ingin sekali

mengembangkan keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan

yang berarti dan berguna secara sosial.

c. Perkembangan kognitif

Ketika anak memasuki masa sekolah, mereka mulai memperoleh

kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian untuk

menggambarkan mental anak yang dapat di ungkapkan secara verbal

ataupun simbolik.

d. Perkembangan moral

Pada saat pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme kepola

pikir lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan

kesadaran diri dan standar moral.

e. Perkembangan spiritual

Anak-anak usia dini berfikir dalam batasan konkret tetapi merupakan

pelajar yang baik dan memiliki kemauan besar untuk mempelajari

Tuhan. Mereka tertarik pada konsep surga dan neraka, dan dengan

perkembangan kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan, anak

takut akan masuk neraka karena kesalahan dalam berperilaku.


16

f. Perkembangan sosial

Salah satu agen sosial penting dalam kehidupan anak usia sekolah

adalah kelompok teman sebaya. Selain orang tua dan sekolah,

kelompok teman sebaya memberi sejumlah hal yang penting pada

anggotanya. Anak-anak memiliki budaya mereka sendiri, disertai

rahasia, adat istiadat, dan kode etik yang meningkatkan rasa

solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari orang dewasa.

g. Perkembangan konsep diri

Istilah konsep diri merujuk pada pengetahuan yang disadari mengenai

berbagai presepsi diri, seperti karakteristik fisik, kemampuan, nilai,

ideal diri dan pengharapan serta ide-ide dirinya dalam hubungannya

dengan orang lain, konsep diri juga termasuk citra tubuh, seksualitas

dan harga diri seseorang.

f. Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan

fisiologis, karena selama bermain anak mengembangkan berbagai

keterampilan sosial sehingga memungkinkannya untuk menikmati

keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak (Cahyaningsih,

2011).

D. Kerangka Konsep

Personal Hygiene anak Pediculosis Capitis


17

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Konsep.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Tabel 2.1 Definisi operasional dan kriteria objektif

No. Vari Defenisi Alat Cara Hasil ( Skala

abel ukur ukur kriteria

objektif )

Variabel dependen

1. Pedi Pediculosis Lembar Observ 1) Ya = Ordin

culo capitis yang an asi Jika al

sis dimaksud ceklis hasil

Capi dalam observa observas

tis penelitian ini si i ada

adalah infeksi kutu

kutu kepala 2) Tidak =

dan rambut Jika

yang hasil

ditularkan observas

melalui i tidak
18

kontak fisik. ada kutu

Kutu dapat

dilihat

dengan

mengobserva

si siswi SDIT

Darussalam

Kota Palopo

Variabel indenpenden

1. Pers personal Lembar Observ Baik : ≥ 4 Ordin

onal hygiene yang an asi Kurang al

Hygi dimaksud ceklis Baik : < 4

ene dalam observa

Ana penelitian ini si

k adalah

tindakan

kebersihan

kulit, kaki,

tangan, kuku,

gigi, mulut,

rambut, mata,

telinga, dan

hidung.
19

F. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis nol (H0)

a. Tidak ada hubungan personal hygiene anak dengan kejadian

pedikulosis kapitis di SD Islam Terpadu Darussalam Kota Palopo

tahun 2019.
20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian korelasi analitik dengan

pendekatan cross sectional study yaitu penelitian analitik yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara variabel dimana variabel independen

dan variabel dependen diidentifikasi pada satu satuan waktu.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Darussalam Kota Palopo.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Agustus tahun 2019.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas V sebanyak

59 siswi dan kelas VI sebanyak 53 siswi di SDIT Darussalam kota

Palopo tahun 2019.

2. Sampel

Besar Sampel dalam penelitian ini yaitu 112 siswi putri SD Islam

Terpadu Darussalam kelas V dan VI. Pada penelitian ini sampel

diambil menggunakan total sampling yaitu dengan mengambil seluruh

populasi.
21

Pada penelitian ini sampel diambil menggunakan purposive

sampling yakni suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan

berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti

(Dharma, 2011). Adapun kriterianya, yaitu :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi :

1) Siswi kelas V dan kelas VI.

2) Siswi yang bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi :

1) Siswi kelas I – kelas IV.

D. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa lembar

observasi sebagai alat pengumpulan data dengan menggunakan skala

guttman dimana variabel independen personal hygiene anak menggunakan

alat ukur lembaran checklist observasi dengan cara ukur wawancara dan

observasi dengan kriteria objektif jika ≥ 4 berarti responden baik dalam

personal hygiene dan jika < 4 berarti responden kurang baik dalam

personal hygiene. Sedangkan variabel dependen kejadian pediculosis

capitis menggunakan alat ukur lembaran checklist observasi dengan cara

ukur wawancara dan observasi dengan hasil kriteria objektif jika 0 = tidak

Jika hasil observasi tidak ada kutu dan jika 1= ya Jika hasil observasi ada

kutu.
22

E. Pengumpulan Data

1. Data primer

Data yang diperoleh dari perawat pelaksana dengan menggunakan

kuesioner yang telah disiapkan kepada responden dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Sebelum kuesioner diserahkan kepada responden, peneliti

memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian.

b. Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka responden

diminta kesediannya untuk mengisi kuesioner.

c. Jika responden menyatakan telah bersedia, maka kuesioner

diberikan dan responden diminta untuk mempelajari terlebih

dahulu tentang cara pengisian kuesioner.

d. Setelah kuesioner selesai diisi oleh responden, selanjutnya di

kumpul dan dipersiapkan untuk diolah dan dianalisa.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari hasil wawancara siswi SDIT Darussalam

kota palopo tahun 2019.

F. Pengolahan Dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem komputer

melalui program SPSS, meliputi: (Ari Setiawan, 2011)


23

a. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah mengurangi

kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.

b. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari para responden ke

dalam kategori

c. Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang

perlu diberi penilaian atau skor.

d. Tabulating

Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban

yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel

2. Analisa data

Analisa data kuantitatif dimaksudkan untuk mengolah dan

mengorganisasikan data, serta menemukan hasil dapat dibaca dan

dapat di interpretasikan meliputi

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil

penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi,

sehingga menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap

variabel penelitian.
24

b. Analisis bivariat

Analisis data yang ditunjukan untuk menjawab tujuan penelitian

yakni menguji hipotesis penelitian untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen sebagai resiko dengan variabel sebagai

faktor akibat dengan kontinensi tingkat kemaknaan 0,05 menguji

hipotesis penelitian. Untuk maksud tersebut uji statistik yang

digunakan adalah chi square dengan menggunakan tabel tabulasi

silang 2x2.

G. Etika Penelitian

Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian

keperawatan (Rifqi Nugraha Pratama, 2011).

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respec for human dignity)

Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan informed consent yaitu

persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah

mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari penelitian

tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian. Penelitian melakukan

beberapa hal yang berhubungan dengan anatara lain :

a. Mempersiapkan formulir persetujuan yang akan ditandatangani

oleh subjek penelitian. Isi formulir informed consent mencakup :

1) Penjelasan tentang judul penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian

2) Permintaan kepada subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian

3) Penjelasan prosedur penelitian


25

4) Gambaran tentang resiko dan ketidaknyamanan selama

penelitian

5) Penjelasan tentang keuntungan yang didapat dengan

berpartisipasi sebagai subjek penelitian

6) Penjelasan tentang jaminan kerahasiaan dan anonimitas

7) Hak untuk mengundurkan diri dari keikutsertaan sebagai

subjek penelitian, kapanpun sesuai dengan keinginan subjek

8) Persetujuan penelitian untuk memberikan informasi yang jujur

terkait dengan prosedur penelitian

9) Pernyataan persetujuan dari subjek untuk ikut serta dalam

penelitian.

b. Memberikan penjelasan langsung kepada subjek mencangkup

seluruh penjelasan yang tertulis dalam formulir informed consent

dan penjelasan lain yang diperlukan untuk memperjelas

pemahaman subjek tentang pelaksanaan penelitian.

c. Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang

aspek-aspek yang belum dipahami dari penjelasan peneliti dan

menjawab seluruh pertanyaan subjek dengan terebuka.

d. Memberikan waktu yang cukup kepada subjek untuk menentukan

pilihan mengikuti atau menolak ikut serta sebagai subjek

penelitian.

e. Meminta subjek untuk menandatangani formulir informed

consent,jika ia menyetujui ikut serta dalam penelitian.


26

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan (respect for privacy and

confidentiality)

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi

untuk mendapatkan kerahasian infoirmasi. Namun tidak bisa

dipungkiri bahwa penelitian menyebabkan terbukanya informasi

tentang subjek. Sehingga peneliti perlu merahasiakan sebagai

informasi yang menyangkut privasi subjek yang tidak ingin identitas

dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip

ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan identitas seperti nama

dan alamat subjek kemudian diganti dengan kode tertentu. Dengan

demikian segala informasi yang menyangkut identitas subjek tidak

terekspos secara luas.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice

inclusiveness.

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa

peneliti dilakukan secara jujur, cepat, cermat, hati-hati dan dilakukan

secara profesional. Sedangkap prinsip keadilan mengandung makna

bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benefits).

SPrinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek


27

penelitiandan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan

(beneficience). Kemudian meminimalisir resiko/dampak yang

merugikan bagi subjek penelitian (non maleficience). Prinsip ini yang

harus diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan penelitian

untuk mendapatkan persetujuan atik dari komite etik penelitian.

Penelitian harus mempertimbangkan rasio antara manfaat dan

kerugian/resiko dari penelitian.


28

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dideskripsikan hasil penelitian sesuai dengan tujuan

penelitian yang di tetapkan. Penjelasan hasil penelitian ini dimulai dari

karakteristik demografi responden dan analisa variabel yang diteliti.

Penelitian ini telah dilakukan di SDIT Darussalam Kota Palopo dengan

jumlah sampel sebanyak 112 orang, menggunakan teknik pengambilan

sampel Total sampling. Analisis univariat menggambarkan masing-masing

variabel yang diteliti (personal hygiene dan pediculosis capitis), analisis

bivariat menghubungkan 2 variabel yang diteliti (personal hygiene

dihubungkan dengan pediculosis capitis). Analisis data menggunakan uji Chi

Square.

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Lokasi Penelitian
Gambar 4.1
Lokasi SD Islam Terpadu Darussalam Kota Palopo
29

b. Luas Lahan dan Identitas Sekolah

1) Luas Tanah Milik : 900 m2

2) Identitas Sekolah

a) Status Sekolah : Swasta

b) Jenjang Pendidikan : SD

c) Status Kepemilikan : Yayasan

d) Akreditasi :A

c. Sarana dan Prasarana

Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana Sekolah

NO Ruangan Jumlah

1 Ruang Kelas 17

2 Ruang Lab 0

3 Ruang Perpus 0

Total 17

d. Ketenagaan dan Siswa

1) Jumlah Guru : 28 orang

2) Jumlah Siswa

a) Laki-laki : 436 orang

b) Perempuan : 357 orang


30

2. Karakteristik Responden

Jumlah responden yang memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian sebanyak 112 responden. Pemaparan karakteristik responden

ini akan diuraikan dalam data umum yaitu umur responden.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Siswa di SDIT Darussalam Kota Palopo Tahun 2019

Umur Frekuensi (f) Persentase (%)

10 tahun 51 45,5
11 tahun 54 48,2
12 Tahun 7 6,2

Total 112 100,0


Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa siswi terbanyak berumur 11 tahun

yaitu 54 siswi (48,2%) dan terendah berumur 12 tahun yaitu 7 siswi

(6,2%) dari 112 siswi.

3. Hasil Analisis Univariat

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Personal Hygiene di SDIT
Darussalam Kota Palopo Tahun 2019.

Personal Hygiene Frekuensi (f) Persentase (%)


Baik 48 42,9
Kurang Baik 64 57,1
Total 112 100,0
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang personal hygiene

baik yaitu 48 siswi (42,9%) dan siswi yang personal hygiene kurang

baik yaitu 64 siswi (57,1%) dari 112 siswi.


31

Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pediculosis Capitis di SDIT
Darussalam Kota Palopo Tahun 2019.

Pediculosis Capiitis Frekuensi (f) Persentase (%)


Ya 74 66,1
Tidak 38 33,9
Total 112 100,0
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa siswi yang mempunyai

pediculosos capitis sebanyak 74 siswi (66,1%) dan yang tidak

mempunyai pediculosis capitis sebanyak 38 siswi (33,9%) dari 112

siswi.

4. Hasil Analisis Bivariat

Tabel 4.5
Hubungan Personal Hygiene anak dengan kejadian Pediculosis Capitis
pada anak usia sekolah di SDIT Darussalam Kota Palopo Tahun 2019.

Personal Pediculosis Capitis


Hygiene Ya Tidak Total
P value
n % n % n %
Baik 5 23,8 16 76,2 21 100
Kurang 0,003
57 62,6 34 37,4 91 100
Baik
Sumber : Uji chi-square, 2019

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa siswi yang

memiliki personal hygiene baik sebanyak 21 siswi diantaranya terdapat

5 siswi (23,8%) memiliki pediculosis capitis dan 16 siswi (76,2%) tidak

memiliki pediculosis capitis. Sedangkan yang menunjukkan bahwa

siswi yang memiliki personal hygiene yang kurang baik sebanyak 91

siswi diantaranya terdapat 57 siswi (62,6%) memiliki pediculosis


32

capitis dan 34 siswi (37,4) tidak memiliki pediculosis capitis dari 112

siswi.

Hasil analisis menggunakan uji chi square test diperoleh nilai p =

0,003 < nilai α = 0,05, berarti Hο ditolak atau ada hubungan antara

personal hygiene dengan kejadian pediculosis capitis pada anak usia

sekolah.

B. Pembahasan

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa siswi yang memiliki

personal hygiene baik sebanyak 21 siswi diantaranya terdapat 5 siswi

(23,8%) memiliki pediculosis capitis dan 16 siswi (76,2%) tidak memiliki

pediculosis capitis. Sedangkan yang menunjukkan bahwa siswi yang

memiliki personal hygiene yang kurang baik sebanyak 91 siswi

diantaranya terdapat 57 siswi (62,6%) memiliki pediculosis capitis dan 34

siswi (37,4) tidak memiliki pediculosis capitis.

Hal ini sejalan dengan teori bahwa personal hygiene merupakan cara

perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik

dan mental. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang

sangat penting dan harus diperhatikan kebersihan dan psikis seseorang.

Oleh karena itu, personal hygiene merupakan salah satu pencegahan

primer yang sepesifik. Personal hygiene menjadi aspek yang penting

dalam kesehatan individu karena personal hygiene dapat meminimalkan

masuknya mikroorganisme, terjadinya penyakit, baik penyakit kulit dan

penyakit infeksi (Hidayat, 2010).


33

Berdasarkan hasil penelitian dari (Sukarmin, 2017) Faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian pediculosis capitis antara lain personal hygiene

yang buruk,tempat tinggal yang sempit dan rapat dan lingkungan yang

memiliki populasi padat. Akan tetapi dari ketiga faktor tersebut personal

hygiene seseoranglah yang memiliki peranan penting dalam kejadian

pediculosis capitis. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat bahwa

kejadian pedikulosis capitis hampir selalu berhubungan dengan personal

hygiene seseorang yang buruk, antara lain perawatan diri yang kurang,

terutama rambut dan kulit kepala yang menyebabkan lingkungan yang

subur untuk berkembangnya kutu.

Pemenuhan kebutuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan

individu, keamanan dan kesehatan baik pada orang sehat maupun pada

orang sakit termasuk anak usia sekolah yang rentan terkena masalah

kesehatan dan hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dimana

kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi.

Kurang dalam personal hygiene adalah kondisi dimana seseorang tidak

mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Personal hygiene

yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit,

seperti penyakit kulit, infeksi, penyakit mulut, penyakit saluran cerna dan

dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Sukarmin, 2017) yang

menyatakan dalam hasil penelitianya didapatkan ada hubungan antara


34

personal hygiene dengan kejadian pediculosis capitis di Pondok Pesantren

Miftahul Khoir Prawoto Sukolilo dengan nilai p = 0,040 (α :0,05).

Menurut asumsi peneliti perubahan terjadi di sebabkan oleh faktor-

faktor dimana penyuluhan dilakukan metode ceramah serta didalam

pelaksanaan penyuluhan terdapat umpan balik atau feedback berupa

pertanyaan dari responden, pada penyuluhan terdapat hal yang

dipersentasikan dan mengobservasi langsung responden dengan

menggunakan alat ukur seperti lembar observasi untuk memudahkan

peneliti mengetahui personal hygiene responden beserta hal yang

disebabkan dari personal hygiene yang kurang baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 21 siswi yang memiliki

personal hygiene yang baik ada 5 siswi (23,8%) yang memiliki pediculosis

capitis, itu dikarenakan 5 siswi (23,8%) tersebut kurang di personal

hygiene rambutnya tetapi di personal hygiene lainnya baik seperti personal

hygiene kulit, mata, telinga, hidung, mulut, gigi, kaki, tangan, dan kuku.

Maka dari itu walaupun personal hygiene yang lainnya baik tetapi jika

personal hygiene rambutnya kurang baik besar kemungkinan seseorang itu

akan memiliki pediculosis capitis. Sedangkan dari 91 siswi yang memiliki

personal hygiene kurang baik ada 34 siswi (37,4%) yang tidak memiliki

pediculosis capitis, itu dikarenakan 34 siswi (37,4%) tersebut baik di

personal hygiene rambut tetapi di personal hygiene yang lainnya kurang

baik.
35

Hasil analisis menggunakan uji chi square test diperoleh nilai p = 0,003

< nilai α = 0,05, berarti Hο ditolak atau ada hubungan antara personal

hygiene anak dengan kejadian pediculosis capitis pada anak usia sekolah

di SDIT Sarussalam Kota Palopo Tahun 2019.

Jadi, kesimpulan dalam penelitian ini adalah personal hygiene anak

berhubungan dengan pediculosis capitis pada anak usia sekolah di SDIT

Darussalam Kota Palopo Tahun 2019.


36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan hasil Hubungan

Personal Hygiene anak dengan kejadian Pediculosis Capitis pada Anak

Usia Sekolah di SSIT Darussalam Kota Palopo Tahun 2019, dapat ditarik

kesimpulan bahwa Terdapat Hubungan Personal Hygiene anak dengan

kejadian Pediculosis Capitis pada Anak Usia Sekolah di SSIT Darussalam

Kota Palopo Tahun 2019, nilai p = 0,003 < nilai α = 0,05.

B. Saran

1. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data untuk

membuat metode khusus untuk meningatkan personal hygiene dan

status kesehatan pada anak.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru untuk

membantu mengembangkan personal hygiene anak di SDIT

Darussalam Palopo dengan memberikan pengarahan kepada siswa

untuk selalu menjaga kebersihan diri.


37

3. Bagi SDIT Darussalam Kota Palopo

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data bagi

pihak sekolah untuk dapat menyusun program-program guna

meningkatkan kondisi kesehatan anak.

4. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber data untuk

meningkatkan praktik personal hygiene anak dengan di dampingi orang

tua atau guru di sekolah.

5. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

informasi kesehatan khususnya tentang kualitas pemenuhan kebutuhan

dasar personal hygiene anak sekolah dan dapat juga digunakan sebagai

bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai