Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN KELAYAKAN FISIK DAN PERSONAL HIGIENE

DENGAN KUALITAS HIGIENE SANITASI KANTIN DI PT.


SUMBER GRAHA SEJAHTERA CABANG LUWU
KECAMATAN BUA KABUPATEN LUWU

Megawati,¹ Resty Ryadinency,² Rosdiana³


¹Prodi Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKES Mega Buana Palopo (Megawatiyuspa08@gmail.com)
²Dosen STIKES Mega Buana Palopo
³Dosen STIKES Mega Buana Palopo

ABSTRAK

Latar belakang: kualitas higiene dan sanitasi kantin memiliki hubungan erat dengan
kelayakan fisik yang meliputi fasilitas bangunan, tempat pembuangan air limbah,
toilet, tempat sampah, tempat pencucian tangan, tempat pencucian peralatan, tempat
pencucian bahan makanan, pencegahan serangga, dapur, ruang makan, bahan
makanan, tempat pengolahan makanan dan pembersihan. Tujuan: untuk mengetahui
hubungan kelayakan fisik dan personal higiene dengan kualitas higiene sanitasi kantin
di PT. Sumber Graha Sejahtera Cabang Luwu Tahun 2019. Metode: penelitian ini
menggunakan metode penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjamah makanan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik total sampling, didapatkan 35 responden. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi. Data yang
telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis menggunakan program statistik
SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji chi square. Hasil: diperoleh bahwa terdapat
hubungan kelayakan fisik (p=,008), personal higiene (p=,022) terhadap kualitas
higiene sanitasi kantin. Kesimpulan: kualitas higiene dan sanitasi kantin dipengaruhi
oleh faktor kelayakan fisik kantin dan personal higiene penjamah makanan.

Kata Kunci: Kelayakan Fisik, Personal Higiene, Kantin

PENDAHULUAN Menteri Kesehatan Republik


Rumah makan seperti restoran Indonesia mengeluarkan peraturan
merupakan tempat dimana orang atau tentang higiene sanitasi jasaboga yang
masyarakat dapat membeli makanan dan menimbang bahwa masyarakat perlu
minuman yang dapat dimakan atau dilindungi dari makanan dan minuman
diminum di tempat tersebut, sehingga yang dikelola jasaboga yang tidak
sangat penting untuk dipandang dari segi memenuhi persyaratan higiene sanitasi,
kesehatan karena dapat memicu agar tidak membahayakan kesehatan.
timbulnya berbagai permasalahan, baik Adapun persyaratan teknis higiene
masalah keracunan maupun masalah sanitasi jasaboga meliputi bangunan,
penyakit infeksi (Santoso, 2015). fasilitas sanitasi, peralatan, ketenagaan,

1
makanan dan pemeriksaan higiene tempat pengolahan makanannya masih
sanitasi (Kementerian Kesehatan RI, dibawah target renstra seperti provinsi
2011) Sulawesi Tenggara (16,55%), Sulawesi
Ada banyak faktor yang berperan Utara (16,24%), Bali (7,93%) Sumatera
dalam kurangnya penyehatan makanan Selatan (7,78%) dan Sumatera Utara
diantaranya rendahnya kualitas sanitasi (5,95%) (Kementerian Kesehatan RI,
berupa tempat, tenaga pengelola, 2017).
perlengkapan dan faktor makanannya itu Berdasarkan Profil Dinas
sendiri. Hal inilah yang memungkinkan Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
timbulnya keracunan dan penyakit tahun 2015 diperoleh data tempat
bawaan makanan (Mundiatun dan pengolahan makanan yang tidak
Daryanto, 2018). Keracunan diartikan memenuhi syarat seperti jasaboga
sebagai gangguan pada gastrointestinal sebanyak 187, rumah makan/restoran
yang mendadak dalam waktu 2-40 jam sebanyak 1.646, dan makanan jajanan
setelah makan dengan gejala muntah sebanyak 4.593. Adapun untuk tingkat
disertai buang air besar yang disebabkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Luwu
penyakit bawaan makanan melalui air memperoleh jumlah pengolahan tempat
yang terkontaminasi mikroba patogen makan yang tidak memenuhi syarat
(Alamsyah dan Muliawati, 2013). seperti jasaboga yakni 5, rumah makan
Kurangnya penerapan higiene dan sebanyak 94, dan pada makanan jajanan
sanitasi pada tempat pengolahan makanan sebanyak 22 (Dinas Kesesehatan Sul-Sel,
dapat pula memperburuk keamanan 2016).
makanan, hal tersebut tentu berpeluang Laporan dari Dinas Kesehatan
terhadap terjadinya suatu kasus seperti Kabupaten Luwu tercatat pada mulai
keracunan. Sentra Informasi Keracunan tahun 2017 tempat pengolahan makanan
(SIKer) Nasional melalui BPOM yang tidak memenuhi syarat status
mengeluarkan hasil laporan kasus higiene sanitasi yakni pada jasaboga
keracunan yang disebabkan oleh berjumlah 21, rumah makan/restoran
makanan sebanyak 1.068 kasus (BPOM, berjumlah 53, dan pada makan jajanan
2016). berjumlah 506 (Dinkes Kabupaten Luwu,
Kondisi sanitasi higiene pada 2017).
tingkat global yang dilansir oleh World Laporan kondisi rumah
Health Organization terdapat 2,3 miliar makan/kantin di PT. Sumber Graha
penduduk dunia masih belum memiliki Sejahtera Cabang Luwu diperoleh data
sanitasi dasar seperti toilet dan jamban, dari 3 kantin. Pada kantin 1 dari segi
begitupun pada bagian wilayah Eropa bangunan, fasilitas dan penjamah
diketahui 62 juta orang tidak memiliki makanan masih kurang dalam pemenuhan
fasilitas sanitasi yang memadai (WHO, syarat higiene sanitasi, pada kantin 2
2015). kondisi langi-langit bangunan yang tidak
Permasalahan sanitasi juga memadai dan pada kantin 3 tempat cuci
merupakan hal yang tak luput dari tangan tidak disertai sabun serta dinding
negara-gerara berkembang seperti yang belum memenuhi syarat (PT. SGS,
Indonesia, terbukti dengan laporan 2018).
Kementrian Kesehatan tahun 2017 Kualitas higiene dan sanitasi
menunjukkan sanitasi tempat-tempat kantin memiliki hubungan erat dengan
umum yang memenuhi syarat hanya kelayakan fisik yang meliputi fasilitas
54,01%, sedangkan sanitasi tempat bangunan, tempat pembuangan air
pengolahan makanan yang memenuhi limbah, toilet, tempat sampah, tempat
syarat kesehatan hanya berkisar 18,04%. pencucian tangan, tempat pencucian
Ada beberapa provinsi yang sanitasi peralatan, tempat pencucian bahan

2
makanan, pencegahan serangga, dapur, langit-langit yang rusak dan kurangnya
ruang makan, bahan makanan, tempat alat penghalang serangga, dinding pada
pengolahan makanan dan pembersihan kantin yang tidak memiliki bahan kedap
(Arisman, 2012). air setinggi 2 m, sampah yang berserakan,
Penelitian yang dilakukan oleh tempat sampah tanpa dilengkapi penutup
Akib (2018) terhadap 2 buah kantin di serta para penjamah makanan yang masih
STIK Bina Husada Palembang diperoleh kurang menerapkan prinsip higiene
untuk pemenuhan persyaratan peralatan, pengolahan makanan. Kondisi tersebut
kantin A mendapat ketidaksesuaian sangat mendukung dalam buruknya
sebanyak 67% dan kantin B sanitasi kantin dan keamanan makanan.
ketidaksesuaiannya sebanyak 87%. Berdasarkan uraian latar belakang,
Sehingga diperoleh dari hasil tersebut maka ingin dilakukan penelitian
bahwa kedua kantin belum memenuhi mengenai “Hubungan Kelayakan Fisik
syarat dari segi peralatan. Kemudian dan Personal Higiene dengan Kualitas
untuk persyaratan tempat, pada kantin A Higiene Sanitasi Kantin di PT. Sumber
diperoleh ketiksesuaiannya sebanyak Graha Sejahtera Cabang Luwu Tahun
60% dan kantin B ketidaksesuaiannya 2019” sebagai bahan masukan untuk
juga sebanyak 60% sehingga dapat meningkatkan penyehatan dan
disimpulkan bahwa dari segi persyaratan pengamanan makanan.
tepat, kedua kantin tersebut belum
memenuhi persyaratan. METODE PENELITIAN
Faktor lain terkait kualitas dari Desain penelitian yang digunakan
higiene sanitasi kantin adalah personal adalah penelitian observasional dengan
higiene penjamah makanan yang meliputi pendekatan cross sectional yang
sikap dan upaya dalam memelihara bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
kebersihan badan, kebersihan pakaian dan hubungan kelayakan fisik kantin dan
kebersihan rumah (Maryunani, 2013). personal higiene penjamah makanan
Perilaku personal higeine penjamah dengan kualitas higiene dan sanitasi
makanan berupa sikap dari penjamah kantin di PT. Sumber Graha Sejahtera
makanan seperti mencuci tangan sesudah Cabang Luwu Tahun 2019. Penelitian ini
dari WC, menyentuh atau menggaruk dilaksanakan di PT. Sumber Graha
bagian tubuh, menjilat jari tangan, Sejahtera Cabang Luwu Kec. Bua Kab.
meniup ke wadah, menyentuh barang Luwu. Penelitian ini dimulai pada
yang tidak steril dan tidak boleh dalam tanggal 19 Juni – 09 Agustus tahun 2019.
keadaan sakit (Rauf, 2013). Pada penelitian ini populasinya
Penelitian yang dilakukan di kantin adalah seluruh penjamah makanan di
Sekolah Dasar Kecamatan Medan kantin PT. Sumber Graha Sejahtera
Belawan menunjukkan bahwa terdapat Cabang Luwu, sebanyak 35 orang.
hubungan signifikan antara sikap Sampel pada penelitian ini menggunakan
kebersihan pengelola kantin dengan tekhnik total sampling yakni seluruh
kelayakan kantin sehat (Rismawati, jumlah populasi sebanyak 35 orang
2018). karyawan penjamah makanan di PT.
Higiene dan sanitasi kantin Sumber Graha Sejahtera Cabang Luwu.
berperan dalam status kesehatan setiap Data primer dala penelitian ini
konsumennya, begitupun dengan personal diperoleh melalui wawancara langsung
higiene penjamah makanan itu sendiri. terhadap penjamah makanan yang
Kondisi kantin pada PT. Sumber Graha dijadikan sebagai sampel penelitian
Sejahtera Cabang Luwu yang masih dengan menggunakan kuesioner, serta
belum memenuhi syarat Kepmenkes RI observasi langsung di kantin PT. Sumber
No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 seperti Graha Sejahtera Cabng Luwu untuk

3
menilai persentase kelayakan kantin ki-laki 20 9
menggunakan lembar observasi. Adapun Per 57,
proses pengambilan data yakni dimulai empuan 1
dengan mengajukan permohonan izin To 35 10
kepada pihak perusahaan untuk turun tal 0
langsung ke lapangan melakukan Sumber: Data Primer, 2019
pengumpulan data terhadap penjamah
makanan dikantin, kemudian Umur
pengumpulan data dilakukan dengan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 35
melakukan wawancara seputar personal (100%) responden yang diteliti, dimana
higiene dan kelayakan fisik kantin sesuai jumlah persentase umur yang paling
dengan variabel yang diteliti. tinggi yaitu umur 18-23 tahun berjumlah
Teknik analisis data menggunakan 20 (57,1%) responden dan persentase
analisis univariat dan bivariat. Analisis umur yang paling rendah yaitu umur 36-
univariat bertujuan untuk menjelaskan 41 tahun berjumlah 1 (2,9%). Tabel 2
atau mendeskripsikan karakteristik dapat dilihat sebagai berikut:
responden seperti jenis kelamin, Tabel 4.2
pendidikan, lama kerja serta kategori Distribusi Karakteristik Responden
umur serta variabel penelitian (variabel Berdasarkan Kategori Umur pada
independen yaitu kelayakan fisik dan Kantin di PT. Sumber Graha Sejahtera
personal higiene penjamah makanan) Cabang Luwu Tahun 2019 (N=35).
dengan (variabel dependen yaitu kualitas
higiene sanitasi kantin). Analisis bivariat U Fre Perse
dilakukan untuk mengetahui hubungan mur kuensi ntase (%)
kelayakan fisik dan personal higiene 1 20 57,1
penjamah makanan dengan kualitas 8-23 7 20,0
higiene sanitasi kantin di PT. Sumber 2 3 8,6
Graha Sejahtera Cabang Luwu 4-29 1 2,9
menggunakan uji chi-square. 3 2 5,7
0-35 2 5,7
HASIL 3
Jenis Kelamin 6-41
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 35 4
(100%) responden yang diteliti, dimana 2-47
jumlah responden yang berjenis kelamin 4
laki-laki sebanyak 15 (42,9%) dan yang 8-53
berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 T 35 100
(57,1%) responden. Tabel 1 dapat dilihat otal
sebagai berikut: Sumber: Data Primer, 2019
Tebel 1
Distribusi Karakteristik Responden Pendidikan
Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kantin Tabel 3 menunjukkan bahwa dari
di PT. Sumber Graha Sejahtera Cabang 35 (100%) responden yang diteliti,
Luwu Tahun 2019 dimana jumlah yang berpendidikan SD
(N=35). yaitu berjumlah 5 (14,3%) responden dan
jumlah responden yang berpendidikan
Je Fr Pe SMP yaitu berjumlah 7 (20,0%) serta
nis ekuensi rsentase jumlah responden yang berpendidikan
Kelamin (%) SMA yaitu berjumlah 23 (65,7%). Tabel
La 15 42, 3 dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3

4
Distribusi Karakteristik Responden (71,4%) responden. Tabel 5 dapat dilihat
Berdasarkan Pendidikan pada Kantin di sebagai berikut:
PT. Sumber Graha Sejahtera Cabang Tabel 5
Luwu Tahun 2019 (N=35). Distribusi Responden Berdasarkan
Syarat Kualitas Higiene Sanitasi Kantin
Pen Fr Pe di PT. Sumber Graha Sejahtera Cabang
didikan ekuensi rsentase Luwu Tahun 2019 (N=35)
(%)
SD 5 14, Kualitas Frekuensi Persentase
SM 7 3 Higiene (%)
P 23 20, Sanitasi
SM 0 Kantin
A 65, Memenuhi 10 28,6
7 Tdk
Tot 35 10 Memenuhi 25 71,4
al 0 Total 35 100
Sumber: Data Primer, 2019 Sumber: Data Primer, 2019

Kelayakan Fisik Kantin


Pelatihan Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 35
Tabel 4 di atas menunjukkan responden yang diteliti, dimana jumlah
bahwa dari 35 (100%) responden yang responden yang menyatakan bahwa
diteliti dan dari jumlah ke-35 responden kelayakan fisik kantin memenuhi syarat
tersbut tidak pernah mengikut pelatihan sebanyak 15 (42,9%) responden dan yang
terkait higiene sanitasi. Tabel 4 dapat menyatakan tidak memenuhi syarat
dilihat sebagai berikut: sebanyak 20 (57,1%) responden. Tabel 6
Tabel 4 dapa dilihat sebagai berikut:
Distribusi Karakteristik Responden Tabel 6
Berdasarkan Mengikuti Pelatihan pada Distribusi Responden Berdasarkan
Kantin di PT. Sumber Graha Sejahtera Kelayakan Fisik Kanti di PT. Sumber
Cabang Luwu Tahun 2019 (N=35). Graha Sejahtera Cabang Luwu Tahun
2019 (N=35)
P F Pers
elatihan rekuensi entase (%) Kel F Per
P 0 00,0 ayakan rekuensi sentase
ernah 35 100, Fisik (%)
Ti 0 La 15 42,
dak yak 20 9
Pernah Tid 57,
T 35 100 ak Layak 1
otal Tot 35 100
Sumber: Data Primer, 2019 al
Sumber: Data Primer, 2019
Kualitas Higiene Sanitasi Kantin
Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 35 Personal Higiene
responden yang diteliti, dimana jumlah Tabel 7 dapat dilihat bahwa dari 35
responden yang menjawab bahwa kantin responden yang diteliti, dimana jumlah
yang memenuhi syarat sebanyak 10 responden yang memiliki personal
(28,6%) responden dan yang menjawab higiene yang baik sebanyak 20 (57,1%)
tidak memenuhi syarat sebanyak 25 responden dan yang memiliki personal

5
higiene yang buruk sebanyak 15 (42,9%) syarat dan tidak memenuhi syarat
responden. Tabel 7 dapat dilihat sebagai terdapat 11 (55,0%), sedangkan untuk
berikut: kategori personal higiene buruk terhadap
Tabel 7 kualitas higiene sanitasi kantin yang
Distribusi Responden Berdasarkan memenuhi syarat terdapat 1 (6,7%) dan
Personal Higiene di PT. Sumber Graha yang tidak memenuhi syarat terdapat 14
Sejahtera Cabang Luwu Tahun 2019 (93,3%).
(N=35) Berdasarkan hasil analisis statistik
P Fr Per dengan menggunakan uji chi-square
ersonal ekuensi sentase diperoleh nilai p = ,022 (p<,05) sehingga
Higiene (%) Ho ditolak berarti ada hubungan
B 20 57, signifikan antara personal higiene dengan
kualitas higiene sanitasi kantin di PT.
aik 15 1
Sumber Graha Sejahtera Cabang Luwu.
B 42,
uruk 9 Adapun tabel dapat dilihat sebagai
T 35 100 berikut:
otal
Sumber: Data Primer, 2019

Hubungan Kelayakan Fisik dengan


Kualitas Higiene Sanitasi Kantin
Pada tabel 8 menunjukkan bahwa
dari 35 responden yang diteliti, untuk
kategori kelayakan fisik layak terhadap
kualitas higiene sanitasi kantin terdapat 8
(53,3%) yang memenuhi syarat dan 7
(46,7%) yang tidak memenuhi syarat,
sedangkan untuk kategori kelayakan fisik
tidak layak terhadap kualitas higiene
sanitasi kantin terdapat 2 (10,0%) yang
memenuhi syarat dan 18 (90,0%) yang
tidak memenuhi syarat.
Berdasarkan hasil analisis statistik
dengan menggunakan uji chi-square
diperoleh nilai p = ,008 (p<0,05)
sehingga Ho ditolak berarti ada
hubungan signifikan antara kelayakan
fisik kantin dengan kualitas higiene
sanitasi kantin di PT. Sumber Graha
Sejahtera Cabang Luwu.

Hubungan Personal Higiene


dengan Kualitas Higiene Sanitasi
Kantin
Pada tabel 9 di atas menunjukkan
bahwa dari 35 responden yang diteliti,
untuk kategori personal higiene baik
terhadap kualitas higiene sanitasi kantin
terdapat 9 (45,0%) yang memenuhi

6
Tabel 8
Hubungan Kelayakan Fisik dengan Kualitas Higiene Sanitasi Kantin di PT. Sumber
Graha Sejahtera Cabanng Luwu Tahun 2019 (N=35)
Kualitas Higiene
Sanitasi Kantin

Kelayakan Memenuhi Tidak Total P


Fisik Kantin Syarat Memenuhi
Syarat

n % N % N %
Layak 8 53,3 7 46,7 15 100 ,008
Tidak Layak 2 10 18 90 20 100
Sumber: Uji Chi-Square, 2019

Tabel 9
Hubungan Personal Higiene dengan Kualitas Higiene Sanitasi Kantin di PT. Sumber
Graha Sejahtera Cabanng Luwu Tahun 2019 (N=35)
Kualitas Higiene
Sanitasi Kantin

Personal Higiene Memenuhi Total P


Tidak Memenuhi
Syarat
Syarat

N % N % N %
Baik 9 45,0 11 55,0 20 100,0 ,022
Buruk 1 6,7 14 93,3 15 100,0
Sumber: Uji Chi-Square, 2019

PEMBAHASAN observasi langsung terhadap


Hubungan Kelayakan Fisik kondisi bangunan, ruang makan,
terhadap Kualitas Higiene dapur dan ruang penyajian yang
Sanitasi Kantin di PT. Sumber masih kurang dalam pemenuhan
Graha Sejahtera Cabang sayarat berlaku.
Luwu. Idealnya tempat pengolahan
Berdasarkan hasil uji statistik yang dan penyajian makanan harus pada
menunjukkan bahwa ada hubungan lingkungan yang bersih, bebas debu,
signifikan antara kelayakan fisik bau tidak sedap dan jauh dari tempat
dengan kualitas higiene sanitasi pembuangan sampah. Lingkungan
kantin (p = ,008 < ⍺ = ,05). Higiene memang dapat dikatakan turut
sanitasi kantin yang tidak sesuai dalam higiene sanitasi kantin sebab
Permenkes RI penelitian yang dilakukan oleh
No.1096/Menkes/Per/2011 Swamilaksita dan Pakpahan (2016)
seperti yang diperoleh dari membuktikan bahwa terdapat

7
hubungan antara lingkungan kantin Permenkes RI
terhadap higiene sanitrasi kantin (p No.1096/MENKES/PER/VI2011.
= ,001 < ,05).
Layak atau tidaknya sebuah Hubungan Personal Higiene
kantin dapat dinilai dari keadaan terhadap Kualitas Higiene
fasilitas/sarana prasarana sanitasi Sanitasi Kantin
yang terdapat pada kantin, sebab Dari penelitian ini diperoleh
fasilitas sanitasi merupakan media hasil analisis yang menunjukkan
utama diterapkannya tindakan bahwa ada hubungan signifikan
higiene sanitasi. Sehingga diperoleh antara personal higiene dengan
penelitian yang relevan dengan hal kualitas higiene sanitasi kantin (p = ,
tersebut bahwa ada hubungan yang 022 < ⍺ = ,05). Hasil ini berikaitan
signifikan antara sarana prasaran dengan kebiasaan responden yang
terhadap higiene dan sanitasi kantin merokok saat mengolah makanan,
dengan nilai p = ,012 < ,05 (Efendi, kuku yang panjang, kebiasaan
Andriyani dan Mustakim, 2018). menggaruk anggota tubuh saat
Secara umum pelaksanaan mengolah makanan dan menyentuh
tindakan higiene sanitasi di kantin langsung makanan tanpa alat.
didukung dengan kelengkapan Tindakan menyimpang
fasilitas sanitasi seperti tempat cuci terkait personal higiene yang
tangan, toliet, loker, cerobong asap dilakukan oleh penjamah makanan
dapur, pembuangan sampah dan lain tak luput dari kurangnya
sebagainya. Penelitian Yuasadam pemahaman dan pengetahuan,
(2018) pada kantin Dharma Wanita diperoleh pada tabel 4.4 bahwa 35
menunjukkan bahwa memang (100,0%) penjamah makanan yang
fasilitas sanitasi kantin masih belum belum pernah mengikuti pelatihan
memenuhi syarat yang berlaku yakni tentang bagaimana pengolahan
dengan nilai 45,34%. makanan yang baik dan benar.
Pemenuhan syarat higiene Personal higiene termasuk
sanitasi kantin yang diperoleh pada dalam sikap penjamah pada saat
lokasi penelitian juga tergolong mengolah makanan, sikap yang
dalam keadaan sama yakni tidak dimaksud seperti pemeliharaan
memadai dan kurang dari kata kebersihan lingkungan, sanitasi
memenuhi syarat sebab masih ada
tempat dan peralatan, sesuai
beberapa aspek penilaian yang tidak
mencapai nilai standar, hingga penelitian yang dilakukan oleh
didapat bahwa hanya 28,6% yang Sari (2017) menunjukkan bahwa
memenuhi syarat sanitasi kantin. ada hubungan antara sikap
Tidak terciptanya penerapan tentang keamanan pangan dengan
higiene sanitasi pada kantin tidak perilaku penjamah makanan (p =
lain karena kebanyakan kantin 0,036 < 0,05).
sangat kurang dalam pengadaan Sikap buruk penjamah
fasilitas sanitasi. Terlihat dari 10 makanan yang tidak menggunakan
katering yang diamati dan diteliti alat pelindung diri saat mengolah
oleh Sawong, Andrias, dan Muniroh makanan karena alasan tidak
(2016) dari segi penerapan higiene nyaman, menghalangi saat bekerja
sanitasinya diperoleh bahwa dari 10 dan merepotkan. Kondisi ini selaras
kantin tersebut, hanya 1 katering dengan penelitian Rismawati, 2018)
yang memenuhi syarat sesuai yang menunjukkan bahwa memang
ada hubungan dari sikap pengolah

8
makanan terhadap kelayakan kantin rumah makan yang penjamah
sehat (p = 0,003 < 0,05). makanannya memiliki buku
Kebersihan kantin dan kesehatan.
keamanan makanan tergantung pada KESIMPULAN
sikap penjamah makanannya. Mulai 1. Ada hubungan antara kelayakan
dari penanganan dan pengolahan fisik dengan kualitas higiene
makanan, penggunaan alat sanitasi kantin di PT. Sumber
pelindung diri sampai pada Graha Sejahtera Cabang Luwu
penyajian makanan. Penelitian yang Tahun 2019.
menunjukkan bahwa hal tersebut 2. Ada hubungan antara personal
sejalan dilihat dari nilai (β = 0,478 p higiene dengan kualitas higiene
<0,001) artinya kebersihan pribadi sanitasi kantin di PT. Sumber
memang berkontribusi kontibusi Graha Sejahtera Cabang Luwu
(Ismail, Chik, Muhammad & Mat, Tahun 2019.
2016).
Salah satu syarat penjamah
makanan yakni harus dalam keadaan
sehat, tidak memiliki luka dan tidak
menderita penyakit meular.
Penelitan terkait higiene tenaga
kerja penjamah makanan oleh
Rachmatina (2018) diperoleh dari 10
rumah makan, tidak ada penjamah
makanan yang divasksinisasi
chotypa/thypoid dan tidak ada

DAFTAR PUSTAKA

Akib, M. (2018). Aplikasi Dinas Kesesehatan Sul-Sel.


Sanitasi Makanan di Kantin (2016). Profil Kesehatan
Lingkungan STIK Prov . Sulawesi Selatan
Palembang. Jurnal Ilmiah Tahun 2016. Sulawesi
Science Kesehatan, 9, 53–68. Selatan: Dinas Kesehatan.

Alamsyah, dan Muliawati, R. Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu.


(2013). Pilar Dasar Ilmu (2017). Profil Kesehatan
Kesehatan Masyarakat. Kanupaten/Kota.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Efendi, R., Andriyani, dan
Arisman. (2012). Buku Ajar Ilmu Mustakim. (2018). Analisis
Gizi Keracunan Makanan. Faktor-Faktor Yang
Jakarta: EGC. Berhubungan Dengan Higiene
Dan Sanitasi Di Kantin
BPOM. (2017). Kasus Keracunan Universitas Muhammadiyah
NASIONAL Yang Terjadi di Jakarta, 121–127.
Tahun 2016 berdasarkan K
Penyebab. Badan Pusat Obat Ismail, F., Chik, C., Muhammad,
dan Makanan. Retrieved R., dan Mat, N. (2016). Food
from Safety Knowledge and
http://ik.pom.go.id/v2016/ Personal Hygiene Practices
amongst Mobile Food

9
Handlers in Shah Alam , new/index.php/jikm/article/vie
Selangor. Procedia - Social w/121
and Behavioral Sciences, 222,
290–298. Santoso. (2015). Inspeksi Sanitasi
https://doi.org/10.1016/j.sbspr Tempat-Tempat Umum.
o.2016.05.162 Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Kementerian Kesehatan RI. (2017).
Profil Kesehatan. Jakarta: Sari, M. H. (2017). Pengetahuan dan
Kementrian Kesehatan RI. Sikap Keamanan Pangan
dengan Perilaku Penjaja
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Makanan Jajanan Anak
Peraturan Menteri Kesehatan Sekolah Dasar, 2(2), 163–170.
Republik Indonesia No
1096/MENKES/PER/VI/2011. Sawong, K., Andrias, D. R., dan
In Higiene Sanitasi Jasaboga. Muniroh, L. (2016). Penerapan
Jakarta: Kementrian Kesehatan Hhigiene Sanitasi Jasaboga
RI. Pada Katering Golongan A2
dan Golongan A3 di Kota
Maryunani, A. (2013). Perilaku Palangka Raya Provinsi
Hidup Bersih dan Sehat Kalimantan Tengah. Media
(PHBS). Jakarta Timur: CV. Gizi Indonesia, (2012), 1–10.
Trans Info Media.
Swamilaksita, P dan Pakpahan, S.
Mundiatun, dan Daryanto. (2018). R. (2016). Faktor – Faktor
Sanitasi Lingkungan. yang Mempengaruhi Personal
Yogyakarta: Gava Media. Higiene Sanitasi di Kantin
Universitas Esa Unggul Tahun
PT. SGS. (2018). Data Inspeksi 2016.
Sanitasi Kantin.
WHO. (2015). Sanitation. World
Rachmatina, L. D. (2018). Analisis Health Organization.
Hygiene Sanitasi Rumah
Makan di Sekitar Kampus Yuasadam, N. Z. (2011). Fasilitas
Universitas Muhammadiyah Sanitasi dan Personal Higiene
Surakarta. Surakarta. Karyawan Kantin Dharma
Retrieved from Wanita Persatuan Universitas
http://eprints.ums.ac.id/69063/ Airlangga. Kesehatan
1/NASKAH PUBLIKASI.pdf Lingkungan, 10, 175–180.
Retrieved from https://e-
Rauf, R. (2013). Sanitasi Pangan journal.unair.ac.id/JKL/article/
dan HACCP. Yogyakarta: view/10177
Graha Ilmu.

Rismawati. (2018). Faktor-Faktor


yang Berhubungan dengan
Kelaikan Kantin Sehat di
Sekolah Dasar Kecamatan
Medan Belawan. Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 7(3),
131–140. Retrieved from
http://journals.stikim.ac.id/ojs_

10

Anda mungkin juga menyukai