Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Pendidikan Kesehatan (Penkes)Mengenai Skabies Terhadap

Pengetahuan dan SikapSantri dalam Pencegahan Skabies di Pondok


PesantrenBaitul Burhan Jarakah Karawang

Yayat Suryati¹,Susilawati²,Murtiningsih³,Dina Trisnawati4


Program Studi Magister Keperawatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Bandung

e-mail : dinatrisnawati@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya prevalensi skabies dilingkungan


pondok pesantren. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian pendidikan kesehatan (Penkes) mengenai skabies terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap santri dalam pencegahan skabies dipondok pesantren.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen denganone group pretest
and posttest design, dan teknik dengan teknikpurposive sampling, terhadap 60
responden santri yang terkena skabies dari populasi seluruh santri pondok
pesantren Baitul Burhan Jarakah Karawang. Data penelitian diambil melalui
kuesioner pengetahuan dan sikap santri dalam pencegahan skabies, sebelum (pre
test) dan sesudah (post test) pemberian Penkes.Hasil penelitian menunjukan
adanyapeningkatan skor pengetahuan dan sikap santri dalam pencegahan skabies
sesudah pemberian Penkes mengenai skabiesdan dari uji Wilcoxon diperoleh: ada
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan (p: 0.000)dan terhadap
sikap (p: 0.000). Pondok Pesantren perlu kerjasama dengan Puskesmas
setempatguna melaksanakan program pencegahan dan pengobatan penyakit
skabies.

Kata kunci : skabies, pendidikan kesehatan, pengetahuan, sikap


Abstract

This research is motivated by the high prevalence of scabies in Islamic boarding


schools. The purpose of this study was to determine the effect of providing health
education (Penkes) on scabies on improving the knowledge and attitude of
students in preventing scabies in Islamic boarding schools. This study uses a
quasi-experimental method with one group pretest and posttest design, and a
technique with purposive sampling technique, for 60 respondents of students
affected by scabies from the population of all students of Baitul Burhan Islamic
Boarding School Jarakah Karawang. The research data was taken through a
questionnaire of the knowledge and attitudes of students in the prevention of
scabies, before (pre-test) and after (post-test) given by Health Educations. The
results showed an increase in the knowledge score and attitude of students in the
prevention of scabies after the administration of the Health Educations regarding
scabies and from the Wilcoxon test it was obtained: there was an influence of
health education on knowledge (p: 0,000) and on attitudes (p: 0,000). Islamic
boarding schools need to collaborate with local health centers to carry out
prevention and treatment programs.

Keywords: scabies, health education, knowledge, attitude

Pendahuluan lokasi tubuh manusia


Kulit adalah bagian tubuh yang tersebut1.Seperti halnya bagian tubuh
letaknya paling luar dari manusia. yang lain, kulit juga memiliki
Kulit merupakan organ esensial dan permasalahan yang rentan dengan
penting serta merupakan cerminan gangguan penyakit, salah satu penyakit
kesehatan yang sangat kompleks, kulit yang sering menjadi
elastis, sensitif, bervariasi pada permasalahan yaitu skabiesSkabies
keadaan cuaca, iklim, umur, jenis adalah penyakit menular yang
kelamin, ras dan juga bergantung pada disebabkan oleh adanya infestasi
sarcoptes scabiei var. hominis pada prevalensi skabies di Indonesia tahun
kulit yang ditandai dengan gatal dan 2013 yakni 3,9–6%. Walaupun terjadi
erupsi kulit. Biasanya onset gejala penuruan prevalensi namun dapat
klinis menandai terbentuknya respon dikatakan bahwa Indonesia belum
imun terhadap skabies dan produknya terbebas dari penyakit skabies dan
yang berada di stratum korneum2. masih menjadi salah satu masalah
penyakit menular di Indonesia 3.
Skabies dapat dijumpai di seluruh
dunia dan menyerang semua ras tanpa Di Indonesia skabies menduduki
membedakan kelompok umur. urutan ketiga dari 12 penyakit kulit
Organisasi Kesehatan Dunia atau yang paling banyak di derita (Depkes
World Health Organization (WHO) RI 2013). Penyakit ini banyak
menyatakan angka kejadian skabies ditemukan pada tempat dengan
pada tahun 2014 sebanyak 130 juta penghuni padat seperti penjara dan
orang di dunia. Tahun 2014 menurut pondok pesantren. Tempat yang
Internasional Alliance for the Control berpenghuni padat ditambah. Sesuai
Of Penyakit skabies (IACS) kejadian dengan hal tersebut hasil penelitian di
skabies bervariasi mulai dari 0,3% Jawa Barat menunjukan bahwa
menjadi 46%3. prevalensi skabies banyak terjadi di
pondok pesantren, Ia meneliti kejadian
Penyakit skabies juga banyak dijumpai skabies di beberapa pesantren di Jawa
di Indonesia, hal ini disebabkan karena Barat, dari 18 pesantren yang diteliti,
Indonesia merupakan Negara beriklim angka kejadian skabies tiap
tropis. Prevalensi skabies di Indonesia pesantren ditemukan sangat
menurut data Depkes RI prevalensi bervariasi dengan kejadian terendah
skabies di Indonesia sudah terjadi 10% dan kejadian tertinggi 88%
cukup penurunan dari tahun ke tahun dengan rata-rata 44% dari jumlah
terlihat dari data prevalensi tahun 2008 santri di setiap pesantren4.
sebesar 5,60% -12,96%, prevalensi
tahun 2009 sebesar 4,9-12,95% dan Di Kabupaten Karawang prevalensi
data terakhir yang didapat tercatat skabies belum diketahui secara pasti
menurut informasi dari Dinas santri yang kurang melakukan personal
Kesehatan Kabupaten Karawang, hygiene sebanyak 6 responden
tetapi dari hasil observasi pendahuluan (28,6%), kelembaban kamar 38
yang dilakukan peneliti di Pondok responden (79,2%),ventilasi kamar24
Pesantren Baitul Burhan Jarakah responden (53,3%),kepadatan hunian
Karawang, didapatkan dari 300 santri, 43 orang (74,1%)3.
138 santri (46%) menderita skabies. Selain itu di kalangan santri melekat
stigma negatif mengenai skabies,
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahwa skabies adalah penyakit wajib
tingginya angka kejadian skabies bagi santri, seorang santri belum
diantaranya pengetahuan, tingkat dikatakan santri jika belum mengalami
pendidikan, sikap dan perilaku yang skabies. Sehingga upaya penanganan
berhubungan dengan rendahnya dan pencegahan skabies menjadi
personal hygiene, serta sanitasi kurang maksimal, karena skabies
lingkungan. Hasil penelitian mengenai dianggap lumrah dan bukan ancaman
prevalensi, karakteristik dan faktor- yang serius.
faktor yang berhubungan dengan
penyakit skabies di pesantren Nurul Dalam rangka pencegahan terjadinya
Qarnain Kabupaten Jember, yang skabies, setiap santri harus dapat
menyimpulkan bahwa prevalensi mengetahui hal-hal apa saja yang harus
skabies berhubungan dengan jenis dilakukan dalam pencegahan skabies
kelamin, laki-laki lebih tinggi 24,89% tersebut,sehingga angka kejadian
dibandingkan perempuan 5,82% skabies di pondok pesantren Baitul
sedangkan prevalensi skabies Burhan Jarakah Karawang dapat
berdasarkan tingkat pendidikan ditekan. Oleh karena itu dibutuhkan
menunjukan 57,81% mayoritas adanya pemberian Pendidikan
berpendidikan Tsanawiyah5. kesehatan untuk meningkatkan
Kemudian hasil penelitianyang pengetahuan dan sikap pada
berjudul Analisis Faktor Kejadian santridalam pencegahan skabies6.
Penyakit Skabies di Pondok Pesantren
An-Nur Ciseeng Bogor 2017,bahwa Rendahnya pengetahuan dan sikap
santri menjadi faktor utama tingginya sanitasi lingkungan dan pentingnya
kejadian skabies di pondok pesantren. meningkatkan pengetahuan, sikap dan
Pengetahuan adalah hasil tahu, terjadi kesadaran tentang lebih baik mencegah
setelah orang melakukan pengindraan daripada mengobati, sehingga santri
terhadap suatu objek tertentu. dapat mengetahui dan mengenali
Pengindraan terjadi melalui pancaindra skabies, serta dapat melakukan upaya-
manusia. Sebagian besar pengetahuan upaya pencegahan sedini mungkin.
manusia diperoleh dari mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif Metode
merupakan domain yang sangat Jenis penelitian yang digunakan
penting untuk terbentuknya suatu dalam penelitian ini adalah quasi
tindakan seseorang (overt behaviour)7. experimentdengan desain
Sikap adalah reaksi atau respons penelitianone group pretest and
seseorang yang masih tertutup posttest design, sertamenggunakan
terhadap suatu stimulus atau objek. teknik pengambilan sampel purposive
Sikap belum merupakan suatu sampling. Penelitian ini dilaksanakan
tindakan ataupun aktivitas, namun di pondok pesantren Baitul Burhan
merupakan predisposisi tindakan atau Jarakah Karawang, denan waktu
perilaku7. penelitian pada bulan Oktober sampai
dengan Desember 2019. Dengan total
Salah satu upaya yang dapat dilakukan sampel penelitian sebanyak 60
untuk meningkatkan pengetahuan serta responden santri penderita
sikap santri mengenai pencegahan skabies,dari populasi seluruh santri
skabies adalah dengan memberikan pondok pesantren Baitul Burhan
edukasi ataupendidikan kesehatan Jarakah Karawang.
(Penkes). Pendidikan kesehatan
(Penkes) adalah suatu kegiatan atau Instrumen penelitian yang digunakan
usaha menyampaikan pesan kesehatan adalah kuesioner pengetahuan dan
kepada masyarakat, kelompok, atau sikap santri dalam pencegahan
individu7. Diantaranya berisi tentang skabies. Kemudian data yang
pentingnya menjaga personal hygiene, diperoleh dikumpulkan dan diolah
dengan menggunakan statistika uji kesehatan (Penkes) mengenai skabies
Wilcoxon. Hipotesis diuji dengan terhadap pengetahuan dan sikap santri
taraf kepercayaan α = 0,05 untuk dalam pencegahan skabies.
menguji pengaruh pendidikan

Hasil
Analisa Univariat

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan
Jenis Kelamin,Umur dan PendidikanSantri Ponpes Baitul Burhan Jarakah
Karawang 2019

No Variabel Katagori Jumlah Presentase (%)


1 Jenis Laki Laki 33 55,00
Kelamin Perempuan 27 45,00
2 Umur 07 – 12 30 51,67
13 – 15 21 33,33
16 – 19 9 15,00
3 pendidika MI (SD) 26 43,33
n MTs (SMP) 23 38,33
MA (SMA) 11 18,33

Sumber Data: Data Primer

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa: berumur 13-15 tahun s 20 orang


Sebagian besar responden adalah (33,33%), dan sisanya santri yang
santri laki-laki sebanyak 33 orang berumur 16-19 tahunsebanyak 9
(55,00%), sisanya santri perempuan orang (15,00%). Sebagian besar
sebanyak 27 orang (45,00%). responden pendidikannya adalah MI
Sebagian besar responden adalah sebanyak26 orang (43,33%), jenjang
santri yang berumur 7-12 tahun pendidikan MTs sebanyak23 orang
sebanyak 31 orang (51,67%), yang (38,33%), sisanya responden jenjang
pendidikan MA sebanyak11 orang (15,00%).

Tabel 2
Hasil Analisis DeskriptifPengetahuan
Santri Ponpes Baitul Burhan Jarakah Karawang 2019

Pengetahuan Min Max Mean STDev Kurva N


Sebelum Pen Kes (Pre Test) 40,00 72,00 57,53 9,26 Tidak Normal 60
Sesudah Pen Kes (Post Test) 36,00 96,00 72,10 13,29 Tidak Normal 60

Sumber Data: Data Primer


Dari hasil kuesioner pengetahuan 60 nilai minimum sebesar 36,00 dan
santri dalam pencegahan skabies, maksimum 96,00, dengan mean 72,10
sebelum (pre test) diberikan dan simpangan baku sebesar 13,29.
pendidikan kesehatan (Penkes) Dari hasil di atas terlihat terjadi
mengenai skabies, diperoleh nilai peningkatan mean pengetahuan santri
minimum sebesar 40,00 dan dalam pencegahan skabies sesudah
maksimum 72,00 dengan mean 57,53 pemberian pendidikan kesehatan
dan simpangan baku sebesar 9,26. (Penkes) mengenai skabies, artinya
Kemudian untuk hasil kuesioner pemberian pendidikan kesehatan
pengetahuan 60 santri dalam (Penkes) mengenai skabies dapat
pencegahan skabies, sesudah (post meningkatkan pengetahuan santri
test) diberikan pendidikan kesehatan dalam pencegahan skabies.
(Penkes) mengenai skabies, diperoleh
Tabel 3
Hasil Analisis DeskriptifSikap
Santri Ponpes Baitul Burhan Jarakah Karawang 2019

Sikap Min Max Mea STDev Kurva N


n
Sebelum Pen Kes (Pre Test) 31,00 72,00 51,85 10,22 Tidak Normal 60
Sesudah Pen Kes (Post Test) 35,00 92,00 69,50 12,47 Tidak Normal 60

Sumber Data: Data Primer


Dari hasil kuesioner sikap santri nilai minimum sebesar 35,00 dan
dalam pencegahan skabies, sebelum maksimum 92,00, dengan mean 69,50
(pre test) diberikan pendidikan dan simpangan baku sebesar 12,47.
kesehatan (Penkes) mengenai skabies, Dari hasil di atas terlihat terjadi
diperoleh nilai minimum sebesar peningkatan mean sikap santri dalam
31,00 dan maksimum 72,00 dengan pencegahan skabies sesudah
mean 51,85 dan simpangan baku pemberian pendidikan kesehatan
sebesar 10,22. Kemudian untuk hasil (Penkes) mengenai skabies artinya
kuesioner sikap santri dalam pemberian pendidikan kesehatan
pencegahan skabies, sesudah (post (Penkes) mengenai skabies dapat
test) diberikan pendidikan kesehatan meningkatkan sikap santri dalam
(Penkes) mengenai skabies, diperoleh pencegahan skabies.

AnalisaBivariat
Tabel 4
Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan (Penkes) mengenai Skabies terhadap
Pengetahuan Santri Ponpes Baitul Burhan Jarakah Karawang 2019
Pengetahuan Mean Beda Mean P Value
Sebelum PenKes (Pre Test) 57.53
14.57 0.000
Sesudah PenKes (Post Test) 72.10
Sumber Data: Data Primer
Mean pengetahuan santri terdapatperbedaan mean
dalam pencegahan skabies pengetahuan santri dalam
sebelum (pre test) dengan pencegahan skabies sebelum
pengetahuan sesudah (post (pre test) dan sesudah (post
test) pendidkan kesehatan test) pemberian pendidikan
mengenai skabies berturut- kesehatan (Penkes) mengenai
turut adalah 57,53 dan 72,10 skabies, artinya terdapat
dengan selisih atau beda mean pengaruh positif dan
sebesar 14.57; dan Dari Uji signifikan, pemberian
Wilcoxon diperoleh nilai P pendidikan kesehatan
sebesar 0.000 < α 0.05; (Penkes) mengenai skabies
sehingga Ho ditolak dan Ha terhadap pengetahuan santri
diterima artinya dalam pencegahan skabies.
Tabel 5
Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan (Penkes) mengenai Skabies terhadap
Sikap Santri Ponpes Baitul Burhan Jarakah Karawang 2019

Sikap Mean Beda Mean P Value


Sebelum PenKes (Pre Test) 51.85
17.65 0.000
Sesudah PenKes (Post Test) 69,50

Sumber Data: Data Primer

Dari tabel 4 terlihat mean sikap santri terdapat perbedaan mean sikap santri
dalam pencegahan skabies sebelum dalam pencegahan skabies sebelum
(pre test) dengan pengetahuan (pre test) dan sesudah (post test)
sesudah (post test) pendidkan pemberian pendidikan kesehatan
kesehatan mengenai skabies berturut- mengenai skabies, dengan kata lain
turut adalah 51,85 dan 69,50 dengan terdapat pengaruh positif dan
selisih atau beda mean sebesar 17,65; signifikan, pemberian pendidikan
dan dari Uji Wilcoxon diperoleh nilai kesehatan (Penkes) mengenai skabies
P sebesar 0.000 < α 0.05; sehingga terhadap sikap santri dalam
Ho ditolak dan Ha diterima artinya pencegahan skabies.
laki-laki (57,4%)9. Berdasarkan
Diskusi uraian di atas maka peneliti
Berdasarkan hasil penelitian analisa menyimpulkan bahwa responden
univariat karakteristik respondenpada sebagian besar berjenis kelamin laki-
tabel 1, menunjukkan bahwa sebagian laki hal ini terjadi karena responden
besar responden yang menderita berjenis kelamin laki-laki kurang bisa
skabies adalah santri laki-laki menjaga personal hygiene, sehingga
sebanyak 33 orang (55,00%). Sesuai lebih rentan terkena skabies.
dengan teori yang yang mengatakan
bahwa santri laki-laki lebih banyak Berdasarkan hasil penelitian analisa
menderita skabies dibandingkan univariat karakteristik respondenpada
santri perempuan karena santri laki- tabel 1, menunjukkan bahwa sebagian
laki tidak terlalu memperhatikan besar responden yang menderita
kebersihan diri maka lebih beresiko skabies adalah santri dengan umur 7-
terkena skabies8.Hasil penelitian 12 tahun sebanyak 31 orang
tersebut sejalan dengan hasil (51,67%). Hasil tersebut sesuai
penelitian yang berjudul Faktor dengan teori yang dikemukakan oleh
Resiko Skabies Pada Santri Pondok Noor (2013) dalam bukunya,
Pesantren, yang menyimpulkan beberapa penyakit menular tertentu
bahwa laki-laki lebih berisiko terkena menunjukkan bahwa umur muda
skabies (92,30%) dibandingkan mempunyai resiko yang tinggi, bukan
perempuan. Juga diperkuat oleh hasil saja karena tingkat kerentanannya,
penelitian Ratnasari (2014) yang melainkan juga pengalaman terhadap
berjudul Prevalensi Skabies dan penyakit tersebut yang biasanya
Faktor-faktor yang Berhubungan di sudah dialami oleh mereka yang
Pesantren X, Jakarta Timur, dengan berumur lebih tinggi. Hasil tersebut
kesimpulan bahwa jenis kelamin sejalan denganpenelitian yang
merupakan salah satu faktor berjudul Faktor-faktor yang
tingginya prevalensi skabies, dimana Berpengaruh Terhadap Kejadian
penderita skabies yang paling tinggi Penyakit Skabies pada Santri di
adalah santri yang berjenis kelamin Pondok Pesantren Qotrun Nada
Cipayung Depok Februari Tahun dengan pendidikan Madrasah
2016, kesimpulannya bahwa Ibtidaiyah (MI) atau setingkat
umur/usia merupakan salah satu Sekolah Dasar (SD) sebanyak 26
faktor tingginya prevalensi skabies, orang (43,33%). Sesuai dengan teori
dimana penderita skabies yang paling yang berbunyi bahwa, Pendidikan
tinggi adalah santri yang berusia 12- adalah proses pengembangan diri dari
14 tahun (usia terendah yang diteliti) individu dan kepribadian seseorang
sebanyak 56,20%10. Hasil tersebut yang dilaksanakan secara sadar dan
juga diperkuatdengan hasil penelitian penuh tanggung jawab untuk
yang berjudulPengaruh Modul Skin meningkatkan pengetahuan,
Personal Hygiene terhadap Sikap ketrampilan dan sikap serta nilai-nilai
dalam pencegahan Skabies, dengan sehingga mampu menyesuaikan diri
kesimpulan bahwa penderita skabies dengan lingkungannya, pada
di pondok pesantren Roudhotul umumnya semakin tinggi pendidikan
Muta’alimin Muta’alimat Jabon formal yang dicapai, maka semakin
Sidoarjo mayoritas berumur 12-13 baik pula proses pemahaman
tahun (usia terendah yang diteliti) seseorang dalam menerima sebuah
sebanyak 48,30%11. Berdasarkan informasi baru7. Hasil tersebut sejalan
uraian di atas peneliti menympulkan penelitian yang berjudulPrevalensi
bahwa sebagian besar responden Skabies dan Faktor-faktor yang
berumur 12-13 tahun, hal ini terjadi Berhubungan di Pesantren X, Jakarta
karena pada umur tesebut Timur, dengan kesimpulan bahwa
pengetahuan dan pengalaman santri pendidikan merupakan salah satu
tentang sesuatu hal masih sangat faktor tingginya prevalensi skabies,
kurang, termasuk dalam hal dimana penderita skabies yang paling
pencegahan penyakit skabies. banyak adalah santri dengan
Berdasarkan hasil penelitian analisa pendidikan MTs (pendidikan
univariat karakteristik responden terendah yang diteliti) sebanyak
padatabel 1, menunjukkan bahwa 67,10%12. Diperkuat hasil penelitian
sebagian besar responden yang yang berjudul Prevalensi Karakter-
menderita skabies adalah santri istik dan Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Penyakit (Penkes) mengenai skabies dengan
Skabies di Pesantren Nurul Qarnain nilai minimum sebesar 36,00 dan
Kabupaten Jember, hasilnya maksimum 96,00, dengan mean 72,10
menunjukan pendidikan merupakan dari skor maksimum ideal adalah 100.
salah satu faktor tingginya prevalensi Hal ini menunjukan terjadi
skabies, dimana penderita skabies peningkatan mean pengetahuan santri
mayoritas adalah santri dengan dalam pencegahan skabies sesudah
pendidikan MTs (jenjang pendidikan pemberian pendidikan kesehatan
terendah yang diteliti) sebanyak (Penkes) mengenai skabies, artinya
57,81%5.Sehingga berdasarkan uraian pemberian pendidikan kesehatan
di atas dapat disimpulkan bahwa (Penkes) mengenai skabies dapat
sebagian besar responden meningkatkan pengetahuan santri
berpendidikan MI (setingkat SD) hal dalam pencegahan skabies.Hasil
ini terjadi karenapada tingkat tersebut sesuai denga teori yang
Pendidikan MI pengetahuan dan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu,
pemahaman santri tentang bahaya terjadi setelah orang melakukan
penyakit skabies masih sangat kurang pengindraan terhadap suatu objek
dan belum mengerti terhadap dampak tertentu, pengindraan terjadi melalui
bagi kesehatannya. pancaindra manusia, sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh dari
Dari hasil penelitian tabel 2, mata dan telinga7. Hasil penelitian
didapatkan pengetahuan santri dalam sejalan dengan penelitian yang
pencegahan skabies sebelum (pre berjudul Pengaruh Pendidikan
test) diberikan pendidikan kesehatan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan
(Penkes) mengenai skabies dengan Sikap pada Penderita Skabies
nilai minimum sebesar 40,00 dan Tentang Penyakit Skabies di Desa
maksimum 72,00 dengan mean 57,53 Geneng Sari Kecamatan Kemusu
dari skor maksimum ideal adalah 100. Kabupaten Boyolali, dengan
Sedangkan pengetahuan santri dalam kesimpulan terjadi peningkatan
pencegahan skabies sesudah (post pengetahuan pada kelompok
test) diberikan pendidikan kesehatan perlakuan setelah menerima
pendidikan kesehatan dengan P value pengalaman dan pemahaman santri
= 0,00113. Selanjutnya sejalan dengan ketika memperoleh pendidikan
hasil penelitian yang berjudul tersebut.
Pendidikan Kesehatan dalam
Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Dari hasil penelitian pada tabel 3,
Keterampilan Keluarga Dengan didapatkan sikap santri dalam
Hipertensi - Pilot Study, dengan pencegahan skabies sebelum (pre
kesimpulan bahwa pendidikan test) diberikan pendidikan kesehatan
kesehatan (Penkes) dapat (Penkes) mengenai skabies dengan
meningkatkan pengetahuan keluarga nilai minimum sebesar 31,00 dan
dengan hipertensi (peningkatan mean maksimum 72,00 dengan mean 51,85
sebesar 23,24 dan P value = 0,001)14. dari skor maksimum ideal adalah 100.
Kemudian diperkuat oleh hasil Sedangkan sikap santri dalam
penelitian yang berjudul Efektifitas pencegahan skabies sesudah (post
Pendidikan kesehatan Terhadap test) diberikan pendidikan kesehatan
Pengetahuan, Sikap, dan (Penkes) mengenai skabies dengan
Keterampilan Ibu dalam Pemantauan nilai minimum sebesar 35,00 dan
Perkembangan Balita, dengan maksimum 92,00, dengan mean 69,50
kesimpulan bahwa pendidikan dari skor maksimum ideal adalah 100.
kesehatan (Penkes) efektif Hal ini menunjukan terjadi
meningkatkan pengetahuan ibu dalam peningkatan mean sikap santri dalam
pemantauan perkembangan balita pencegahan skabies sesudah
(dengan P value = 0,004)15. pemberian pendidikan kesehatan
Berdasarkan uraian di atas dapat (Penkes) mengenai skabies, artinya
disimpulkan bahwa pengetahuan pemberian pendidikan kesehatan
santri dalam pencegahan skabies (Penkes) mengenai skabies dapat
meningkat berbanding lurus dengan meningkatkan sikap santri dalam
pendidikan kesehatan (Penkes) pencegahan skabies.Hasil tersebut
mengenai skabies yang dia peroleh, sesuai dengan teori yang berbunyi
karena peningkatan pengetahuan bahwa sikap adalah reaksi atau
tersebut didasari oleh bertambahnya respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau penelitian yang berjudul Efektifitas
objek. Sikap belum merupakan Pendidikan kesehatan Terhadap
suatu tindakan ataupun aktivitas, Pengetahuan, Sikap, dan
namun merupakan predisposisi Keterampilan Ibu dalam Pemantauan
tindakan atau perilaku7. Juga sesuai Perkembangan Balita, dengan
dengan teori bahwa, sikap merupakan kesimpulan bahwa pendidikan
evaluasi umum yang dibuat manusia kesehatan (Penkes) efektif
terhadap dirinya sendiri, orang lain, meningkatkan sikap ibu dalam
objek atau isu-isu16. Hasil penelitian pemantauan perkembangan balita
ini sejalan dengan hasil penelitian (dengan P value = 0,005)15.
yang berjudul Pengaruh Pendidikan Berdasarkan uraian di atas dapat
Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan disimpulkan bahwa sikap santri
Sikap pada Penderita Skabies dalam pencegahan skabies meningkat
Tentang Penyakit Skabies di Desa sesuai dengan respon santri dalam
Geneng Sari Kecamatan Kemusu menerima rangsangan berupa
Kabupaten Boyolali, dengan pendidikan kesehatan (Penkes)
kesimpulan terjadi peningkatan sikap mengenai skabies, makin baik respon
pada kelompok perlakuan setelah santri dalam penerimaan pendidikan
menerima pendidikan kesehatan kesehatan (Penkes) mengenai skabies,
dengan P value = 0,00113. Selanjutnya maka sikapnya dalam pencegahan
hasil penelitian ini didukungoleh skabies akan semakin meningkat.
penelitian yang berjudul Pendidikan
Kesehatan dalam Peningkatan Dari hasil penelitian pada tabel 4,
Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan diperoleh nilai P pada uji Wilcoxon
Keluarga Dengan Hipertensi - Pilot adalah 0,00 < α = 0,05 hal ini
Study, dengan kesimpulan bahwa menunjukan bahwa pemberian
pendidikan kesehatan (Penkes) dapat pendidikan kesehatan (Penkes)
meningkatkan sikap keluarga dengan mengenai skabies berpengaruh positif
hipertensi (peningkatan mean sebesar dan signifikan terhadap pengetahuan
7,892 dan P value = 0,001)14. santri dalam pencegahan skabies.
Kemudian diperkuat oleh hasil Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori bahwa proses belajar dalam dipengaruhi oleh karakteristik santri
pendidikan kesehatan merupakan melainkan dipengaruhi oleh
proses terjadinya perubahan penyuluhan kesehatan dengan P value
kemampuan pada subjek belajar = 0,000117.Berdasarkan uraian di atas
dengan keluaran yang diharapkan maka peneliti menyimpulkan
adalah kemampuan sebagai hasil pengetahuan santri dalam pencegahan
perubahan perilaku dari sasaran didik. skabies dipengaruhi pendidikan
Peningkatan pegetahuan yang terjadi kesehatan (Penkes) mengenai skabies
setelah diberikan pendidikan yang dia terima, semakin baik
kesehatan merupakan salah satu pelaksanaan belajar dalam
aspek kemampuan yang dicapai oleh pendidikannya maka akan semakin
sasaran didik sebagai akibat adanya baik juga pengetahuannya.
proses belajar7. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian yang Dari hasil penelitian pada tebel 5,
berjudul Pengaruh Pendidikan diperoleh nilai P pada uji Wilcoxon
Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan adalah 0,00 < α = 0,05 hal ini
Sikap pada Penderita Skabies menunjukan bahwa pemberian
Tentang Penyakit Skabies di Desa pendidikan kesehatan (Penkes)
Geneng Sari Kecamatan Kemusu mengenai skabies berpengaruh positif
Kabupaten Boyolali, dengan dan signifikan terhadap sikap santri
kesimpulan Terdapat perbedaan dalam pencegahan skabies. Hasil
pengaruh pendidikan kesehatan penelitian ini sesuai dengan teori
terhadap pengetahuan antara bahwa salah satu faktor yang
kelompok perlakuan dan kelompok mempengaruhi sikap adalah
kontrol dengan p = 0,01213. pengalaman pribadi, pengalaman
Selanjutnya diperkuat dengan pribadi tersebut akan meninggalkan
penelitian yang berjudul Pengaruh kesan yang kuat dan menjadi dasar
Penyuluhan Terhadap Tingkap pembentukan sikap16.Hasil penelitian
Pengetahuan Santi Pesantren X ini sejalan dengan hasil penelitian
Jakarta Timur, menunjukan hasil berjudul Pengaruh Pendidikan
tingkat pengetahuan santri tidak Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan
Sikap pada Penderita Skabies memahami mengenai pencegahan
Tentang Penyakit Skabies di Desa skabies, sehingga dengan
Geneng Sari Kecamatan Kemusu pengetahuan dan pemahaman tersebut
Kabupaten Boyolali, dengan diharapkan menjadi pengalaman
kesimpulan bahwa Terdapat untuk perubahan sikap yang lebih
perbedaan pengaruh pendidikan baik dan dapat berperilaku hidup
kesehatan terhadap sikap antara sehat sehingga dapat mencegah
kelompok perlakuan dan kelompok terjadinya skabies.
kontrol dengan p =
0,00113.Selanjutnya diperkuat oleh Kesimpulan
hasil penelitian yang berjudul 1. Karakteristik responden
Pengaruh Pendidikan Kesehatan berdasarkan jenis kelamin
Personal Hygiene Terhadap Tingkat mayoritas laki-laki (55,00%),
Pengetahuan dan Sikap Masyarakat, mayoritas umur 7-12 tahun
dengan kesimpulan menunjukkan ada (51,67%) dan mayoritas
pengaruh pendidikan kesehatan pendidikan MI (43,33%).
Personal Hygiene terhadap tingkat
sikap masyarakat sebelum dan 2. Pengetahuan santri dalam
sesudah dilakukan intervensi, dengan pencegahan skabies di pondok
P value = 0,03818. pesantren Baitul Burhan Jarakah
Karawang meningkat secara
Berdasarkan uraian di atas maka signifikan setelah pemberian
peneliti menyimpulkan pendidikan pendidikan kesehatan (Penkes)
kesehatan (Penkes) mengenai skabies mengenai skabies (Beda mean
berpengaruh terhadap sikap santri 14,57).
dalam pencegahan skabies, hal ini
terjadi karena, pendidikan kesehatan 3. Sikap santri dalam pencegahan
(Penkes) mengenai skabies adalah skabies di pondok pesantren Baitul
kegiatan penyampaian pesan Burhan Jarakah Karawang
kesehatan mengenai skabies agar meningkat secara signifikan
santri lebih mengetahui dan setelah pemberian pendidikan
kesehatan (Penkes) mengenai
skabies (Beda mean 17,65). 2. Bagi Lembaga Pondok Pesantren
Pondok pesantren Baitul Burhan
4. Ada pengaruh pendidikan Jarakah Karawang diharapkan bisa
kesehatan (Penkes) mengenai menjalin kerjasama dengan
skabies terhadap pengetahuan institusi kesehatan yang ada di
santri dalam pencegahan skabies di lingkungan terdekat (Puskesmas)
pondok pesantren Baitul Burhan agar dapat sering memperikan
Jarakah Karawang (P value 0,000). penyuluhan tentang kesehatan
kepada para santrinya khususnya
5. Ada pengaruh pendidikan mengenai penyakit skabies yang
kesehatan (Penkes) mengenai sering terjadi di pondok pesantren
skabies terhadap sikap santri atau mengenai masalah kesehatan
dalam pencegahan skabies di lainnya. Jika memungkinkan dapat
pondok pesantren Baitul Burhan juga didirikan klinik kesehatan
Jarakah Karawang (P value 0,000). kecil yang dikelola lembaga
pondok pesantren bersama para
Saran santri dan masyarakat setempat.
1. Bagi Institusi Pendidikan Bisa juga mendirikan organisasi
Institusi diharapkan dapat kesehatan di lingkungan pondok
mengembangkan kurikulum pesantren dengan naungan institusi
pendidikan mengenai kesehatan kesehatan setempat yang kader-
(pendidikankesehatan), khususnya kadernya adalah para santri, yang
terkait dengan skabies yang sering tugasnya memberikan pelayanan
terjadi dipesantren. Promosi kesehatan pertama di lingkungan
kesehatan dapat disampaikan pondok pesantren.
dengan penggunaan metode yang
lebih menarik dan dapat lebih 3. Bagi Institusi Kesehatan
mudah dipahami oleh masyarakat Institusi kesehatan terdekat
dan disesuaikan dengan umur (Puskesmas) diharapkan dapat
santri pondok pesantren. mengadakan pendidikan kesehatan
(Penkes) secara berkala dan 1. Djuanda A. (2010). Ilmu Penyakit
berkelanjutan kepada santri Kulit danKelamin. Jakarta:
pondok pesantren Baitul Burhan Fakultas Kedokteran Universitas
Jarakah Karawang mengenai Indonesia.
penyakit skabies khususnya dan 2. Prendeville J S. (2011). Harper’s
umumnya penyakit yang lain. Textbook of Pediatric dermato-
Pendidikan kesehatan (Penkes) logy, Volume 1, 2, Third Edition.
yang berkala ini diperlukan Blackwell Publishing Ltd.
dikarenakan banyaknya santri 3. Riptifah S. dan Yamin M. (2018).
yang menderita skabies. Analisis Faktor Kejadian Penyakit
Pemeriksaan secara berkala juga Skabies di Pondok Pesantren An-
perlu dilakukan. Puskesmas juga Nur Ciseeng Bogor 2017. Jurnal
dapat memberikan naungan dan Kedokteran dan Kesehatan, Vol.
bekerjasama dalam membentuk 14, No. 2, Juli 2018 : 74-82.
organisai kesehatan di lingkungan 4. Putri, S.R.S. (2018). Hubungan
pondok pesantren dengan Angka Kejadian Scabies dengan
melakukan kaderisasi para santri Modul PHBS di Pesantren Kota
agar para santri berpartisipasi aktif Bandung. Jurnal Vol 5, No 1,
dan menjadi penggerak dalam Prosiding Pendidikan Dokter
bidang kesehatan di lingkungan UNISBA (Februari, 2019)
pondok pesantren. 5. Sutejo, I.R. et al.(2017).
Prevalensi, Karakteristik dan
4. Bagi peneliti selanjutnya Faktor-faktor yang Berhubungan
Peneliti selanjutnya diharapkan dengan Penyakit Skabies di
dapat meneliti variabel yang lainya Pesantren Nurul Qarnain
yang belum sempat diteliti oleh Kabupaten Jember. e-Jurnal
peneliti serta dapat menggunakan Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1),
media yang lebih baik dan Januari 2017.
bervariatif agar lebih mudah 6. Ramdani S., Triyani Y., et al.
dipahami oleh para responden (2019). Hubungan Angka
Daftar Pustaka Kejadian Scabies dengan Modul
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Modul Skin Personal Hygiene
(PHBS) di Pesantren Kota Terhadap Sikap dalam
Bandung pada Bulan Mei- Pencegahan Skabies. Jurnal
Desember Tahun 2018. Jurnal Ners dan Kebidanan, Vol.6, No.
Prosiding Pendidikan Dokter Vol. 1, April 2019, hlm. 077–083
5, No. 1, Tahun 2019 : 71-80. 12. Ratnasari, A. F., & Sungkar, S.
Bandung : FK UNISBA. (2014). Prevalensi Skabies dan
7. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Faktor-faktor yang
kesehatan dan Perilaku Berhubungan di Pesantren X,
Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta Jakarta Timur The Prevalence of
8. Sungkar, S. (2016).Skabies Scabies and Its Related Factors
Etiologi Patogenesis Pengobatan in Pesantren X, East Jakarta.
Pemberantasan dan Pencegahan. Prevalensi Skabies, 7(1).
Jakarta :Badan Penerbit FKUI. 13. Dewi, P.Y. (2013). Pengaruh
9. Al Audhah, N., et al. (2012). Pendidikan Kesehatan Terhadap
Faktor Resiko Skabies Pada Pengetahuan dan Sikap pada
Santri Pondok Pesantren (Kajian Penderita Skabies Tentang
di Pondok Pesantren Darul Penyakit Skabies di Desa
Hijrah, Kelurahan Cindai Alus, Geneng Sari Kecamatan
Kec.Martapura Kab. BanjarProv. Kemusu Kabupaten Boyolali.
Kalimantan Selatan. Jurnal Buski, Skripsi: Fakultas Ilmu
4(1), pp. 14–22. Kesehatan Universitas
10. Ibadurrahmi, H. (2016).Faktor- Muhammadiyah. Surakarta.
faktor yang Berpengaruh Tidak diterbitkan.
Terhadap Kejadian Penyakit 14. Mardhiah,A. (2016). Pendidikan
Skabies pada Santri di Pon Pes Kesehatan Dalam Peningkatan
Qotrun Nada Cipayung Depok Pengetahuan, Sikap Dan
Februari Tahun 2016. Jurnal Keterampilan Keluarga Dengan
Profesi Medika ISSN 0216-3438 Hipertensi - Pilot Study. Jurnal
Vol.10, No.1, Januari 2016 Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-
11. Wijayanti, L. (2019). Pengaruh 371.
15. Yurika. D. (2016). Efektifitas Jakarta Timur Mengenai Gejala
Pendidikan kesehatan Terhadap Klinis Skabies. Skripsi FK UI.
pengetahuan, Sikap, dan Depok. Tidak diterbitkan.
Keterampilan Ibu dalam 18. Livana, P.H. (2018). Pengaruh
Pemantauan Perkembangan Pendidikan Kesehatan Personal
Balita. Tesis: Magister Ilmu Hygiene Terhadap Tingkat
Keperawatan UI. Depok. Tidak Pengetahuan dan Sikap
diterbitkan Masyarakat. Jurnal Keperawatan
16. Azwar S. (2013). Sikap Manusia Komprehensif Vol. 4 No. 1,
Teori dan Pengukurannya. Januari 2018:1-6.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
17. Martiwi, D.T. (2010). Pengaruh
Penyuluhan Terhadap Tingkap
Pengetahuan Santi Pesantren X

Anda mungkin juga menyukai