Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri tentang Cara Penularan dan Pencegahan Skabies
di Pesantren Asad Jambi Tahun 2013
Titi Wulandari, Nindya Aryanti, Adrianto Ghazali Fakultas Kedokteran dan I lmu Kesehatan, Universitas J ambi
Abstrak Latar Belakang : Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei. Skabies dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan, semua geografi daerah, umur, ras, kelas sosial, daerah yang padat dan sanitasi yang buruk. Pesantren merupakan institusi yang menyediakan beberapa fasilitas asrama yang digunakan secara bersama, oleh karena itu santri rentan untuk tertular penyakit skabies. Tujuan : Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan santri tentang Skabies di Pesantren Asad Jambi tahun 2013. Metode : Dengan rancangan penelitian Deskriptif. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling. Sampelnya adalah santri MTSN yang menginap di Pondok Pesantren Asad tahun 2013 sebanyak 112 santri. Hasil : Penelitian ini memperlihatkan bahwa dari 112 sampel yang pengetahuannya tentang cara penularan skabies terdapat 72 (64,3%) berpengetahuan baik, 37 (33,0%) berpengetahuan cukup dan 3 santri (2,7%) berpengetahuan kurang dan gambaran pengetahuan tentang cara pencegahan skabies terdapat 70 (62,5%) berpengetahuan baik, 39 (34,8%) berpengetahuan cukup dan 3 santri (2,7%) memiliki pengetahuan kurang. Kesimpulan : Tingkat pengetahuan santri MTSN di Pesantren Asad Jambi tahun 2013 yaitu 78 (69,64%) berpengetahuan baik dan 34 santri (30,36%) berpengetahuan cukup. Kata Kunci : Pengetahuan tentang cara penularan dan pencegahan skabies.
Pendahuluan Skabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, dapat mengenai semua golongan di seluruh dunia yang disebabkan tungau (Sarcoptes scabiei) 1 . Skabies merupakan 1 dari 6 penyakit terbesar parasit kulit epidermis yang lazim pada populasi miskin, seperti yang dilaporkan dalam Buletin Organisasi Kesehatan Dunia pada bulan Februari 2009, angka kejadian tertinggi terdapat pada suku-suku asli di Australia, Afrika, Amerika Selatan dan negara berkembang lainnya di dunia 2 . Angka kejadian skabies sering terjadi pada orangorang yang tinggal bersama di fasilitas tertentu, seperti fasilitas asrama, pondok pesantren, rumah jompo, rumah sakit, rawat inap, rumah tahanan dan fasilitas lainnya 3,4 . Hal ini di sebabkan oleh kepadatan penghuni yang tinggi dapat mempengaruhi perkembangan skabies. Menurut Makigami 5 pada tahun 2009, angka kejadian skabies telah diperkirakan 300 juta kasus skabies terjadi secara epidemi di rumah jompo, rumah sakit, fasilitas rawat inap, dan lembaga lainnya. Pondok pesantren merupakan institusi yang menyediakan beberapa fasilitas asrama yang digunakan secara bersama, oleh karena itu santri rentan tertular penyakit skabies. Penularan skabies dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penularan skabies yaitu kontak langsung (kontak kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal,dan lain-lain 6 . Menurut handajani 7
pada tahun 2007 terhadap 70 santri, didapatkan 62,9% santri yang terkena skabies. Hal ini dikarenakan saling bertukar pakaian, selimut, handuk dan tidur bersama serta kebiasaan santri berwudhu tidak menggunakan air kran. Berdasarkan data Departemen kesehatan Republik Indonesia, prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1987 adalah 5,6% - 12,95% dengan menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering 8 . Berdasarkan data yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun 2011, kejadian skabies di 20 puskesmas menunjukkan bahwa kejadian terbanyak terdapat di daerah Olak Kemang dengan jumlah 571 kasus, urutan kedua terbanyak adalah di daerah Tahtul Yaman dengan jumlah 417 kasus dan urutan ketiga terbanyak terdapat di daerah Tanjung Pinang dengan jumlah 232 kasus. Kondisi lingkungan pesantren dan kepadatan hunian dapat mempengaruhi kesehatan santri, terutama diantaranya dalam penularan skabies. Salah satu faktor penularan skabies ini terjadi apabila santri tidak paham tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan maupun kebersihan pribadi. Para santri perlu mengetahui bagaimana cara penularan skabies sehingga dapat melakukan upaya preventif yang tepat 7 . Sesuai dengan teori Lawrence Green yang menyatakan bahwa perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan didukung oleh lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas dan sarana kesehatan. Oleh karena itu petugas kesehatan perlu melakukan intervensi dalam pencegahan skabies dengan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang skabies terhadap santri di lingkungan pesantren 9 .
Santri di Pondok Pesantren Asad terdiri dari santri MIN, MTSN dan MAN. Sedangkan yang menginap di Pesantren Asad sebagian besar adalah santri MTSN yang berusia 12 sampai 15 tahun yang tergolong dalam usia remaja. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan santri mengenai skabies. Adapun sampel penelitian berfokus pada usia 12 sampai 15 tahun yang berada pada Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi. Dimana pada tahap ini, remaja sudah mampu berpikir
secara sistematik dan mampu berpikir dalam memecahkan masalah sehingga remaja lebih mudah menerima informasi mengenai tindakan pencegahan dan pengobatan skabies 10,11 .
Metode Penelitian Penelitian yang digunakan adalah dengan rancangan penelitian Deskriptif 12,13 . Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi, waktu penelitian dilakukan pada Januari - April 2013 . Populasi dalam penelitian ini adalah semua santriwan dan santriwati MTSN yang menginap di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi tahun 2013. Sampel diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling 13 yang dibagi berdasarkan ruangan. Di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang terdapat 28 kamar (darul), setiap kamar diambil 4 santri dengan cara diundi. Sehingga seluruh subjek yang diambil sebanyak 112 santri. Instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner dengan 24 pernyataan ( pengetahuan tentang skabies satu pernyataan, pengetahuan tentang penyebab skabies dua pernyataan, pengetahuan tentang cara penularan skabies sebanyak tujuh pernyataan, pengetahuan tentang cara pencegahan skabies sebanyak delapan pernyataan dan pengetahuan tentang cara pengobatan skabies sebanyak enam pernyataan ). Kuesioner menggunakan uji validitas dan realibilitas. Dimana jumlah responden sebanyak 30 responden dengan tingkat kemaknaan 5%, didapatkan angka r tabel yaitu 0,361. Terlihat bahwa dari dua puluh empat pernyataan mempunyai nilai r hasil (Corrected item- Total Correlation) berada diatas dari nilai r tabel (r=0,361), sehingga kuesioner dengan dua puluh empat pernyataan tersebut dinyatakan valid. Dalam uji realibilitas nilai r Alpha harus lebih dari konstanta (0,8), maka pernyataan tersebut reliabel 14 . Peneliti hanya membahas mengenai pengetahuan santri tentang cara penularan skabies dan pengetahuan santri tentang cara pencegahan skabies di Pesantren Asad Jambi tahun 2013.
Hasil
4.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri tentang Cara Penularan Skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota J ambi Tahun 2013 Setelah dilakukan pengisian kuesioner dan pengolahan data penelitian dapat diketahui bahwa Gambaran Pengetahuan Santri tentang Cara Penularan Skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi Tahun 2013 adalah sebanyak 72 orang santri (64,3%) memiliki pengetahuan yang baik, 37 orang santri (33,0%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 3 orang santri (2,7%) memiliki pengetahun yang kurang (tabel 4.1).
Tabel 4.1 Tingkat Pengetahuan Santri tentang Cara Penularan Skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi Tahun 2013 Persentase Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) Baik 72 64,3% Cukup 37 33,0% Kurang 3 2,7% Total 112 100%
Pada penelitian ini bila dirinci menurut cara-cara penularannya ditemukan bahwa terdapat 74 (66%) santri tidak mengetahui bahwa tidur dalam satu ruangan yang ramai dan padat dapat menjadi risiko penularan penyakit skabies/kudis (tabel 4.2.3) dan ada 42 (37,5%) santri yang tidak tahu bahwa penyakit skabies/kudis dapat ditularkan melalui penggunaan sprei dan sarung bantal yang habis dipakai (tabel 4.2.7). 4.2 Gambaran pengetahuan santri terhadap cara penularan skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi Tahun 2013
Tabel 4.2.1 Penyakit skabies/kudis dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 104 92,8% 2. Tidak Pasti 5 4,5% 3. Tidak Setuju 2 1,8% 4. Sangat tidak setuju 1 0,9% Total 112 100
Tabel 4.2.2 Tidur bersentuhan kulit dengan seseorang yang menderita gatal-gatal dapat meningkatkan risiko penularan penyakit No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 93 83% 2. Tidak Pasti 16 14,3% 3. Tidak Setuju 1 0,9% 4. Sangat tidak setuju 2 1,8% Total 112 100
Tabel 4.2.3 Tidur dalam 1 ruangan yang ramai dan padat tidak menjadi risiko penularan penyakit skabies/kudis No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 46 41,1% 2. Tidak Pasti 28 25% 3. Tidak Setuju 27 24,1% 4. Sangat tidak setuju 11 9,8% Total 112 100
Tabel 4.2.4 Menggantung pakaian dengan cara menumpuk-numpuk dengan pakaian teman sekamar dapat menjadi risiko penularan penyakit skabies/kudis No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 95 84,8% 2. Tidak Pasti 11 9,8% 3. Tidak Setuju 3 2,7% 4. Sangat tidak setuju 3 2,7% Total 112 100
Tabel 4.2.5 Handuk yang dipakai secara bergantian dapat menjadi risiko penularan penyakit skabies/kudis No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 98 87,5% 2. Tidak Pasti 11 9,8% 3. Tidak Setuju 2 1,8% 4. Sangat tidak setuju 1 0,9% Total 112 100
Tabel 4.2.6 Sering berganti pakaian yang habis dipakai dengan teman-teman dapat meningkatkan risiko penularan skabies/kudis No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 70 62,5% 2. Tidak Pasti 34 30,4% 3. Tidak Setuju 7 6,2% 4. Sangat tidak setuju 1 0,9% Total 112 100
Tabel 4.2.7 Penyakit skabies/kudis dapat ditularkan melalui penggunaan sprei dan sarung bantal yang habis dipakai No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 92 82,1% 2. Tidak Pasti 16 14,3% 3. Tidak Setuju 3 2,7% 4. Sangat tidak setuju 1 0,9% Total 112 100
4.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri tentang Cara Pencegahan Skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota J ambi Tahun 2013 Setelah dilakukan pengisian kuesioner dan pengolahan data penelitian dapat diketahui bahwa Gambaran Pengetahuan Santri tentang Cara Pencegahan Skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi Tahun 2013 adalah sebanyak 70 orang santri (62,5%) memiliki pengetahuan yang baik, 39 orang santri (34,8%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 3 orang santri (2,7%) memiliki pengetahuan yang kurang (tabel 4.3).
Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Santri tentang Cara Pencegahan Skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi Tahun 2013 Persentase Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) Baik 70 62,5% Cukup 39 34,8% Kurang 3 2,7% Total 112 100%
Pada penelitian ini sekitar 20,77% santri masih tidak paham mengenai pakaian atau handuk yang tidak dijemur dapat dijadikan tempat perkembangan tungau, mencuci bersih pakaian, sprei dan sarung bantal dapat mencegah penularan skabies/kudis, menjemur pakaian tidak sampai kering dapat menularkan penyakit skabies/kudis, menjemur handuk hingga kering dapat mencegah penularan skabies/kudis, mengganti pakaian yang telah dipakai dapat mencegah penularan skabies/kudis dan pencegahan penyakit skabies/kudis dapat dilakukan pada semua anggota keluarga. Dengan mengeluarkan pertanyaan nomor delapan belas pada tabel di bawah ini.
4.4 Gambaran Pengetahuan Santri tentang Cara Pencegahan Skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi Tahun 2013
Tabel 4.4.1 Pakaian atau handuk yang tidak dijemur dapat dijadikan tempat perkembangan tungau No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 84 75% 2. Tidak Pasti 21 18,7% 3. Tidak Setuju 4 3,6% 4. Sangat tidak setuju 3 2,7% Total 112 100
Tabel 4.4.2 Mencuci bersih sprei dan sarung bantal dapat mencegah penularan skabies/kudis No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 92 82,1% 2. Tidak Pasti 17 15,2% 3. Tidak Setuju 0 0 4. Sangat tidak setuju 3 2,7% Total 112 100 Tabel 4.4.3 Mencuci bersih pakaian dapat mencegah penularan skabies/kudis No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 98 87,5% 2. Tidak Pasti 12 10,7% 3. Tidak Setuju 1 0.9% 4. Sangat tidak setuju 1 0,9% Total 112 100
Tabel 4.4.4 Menjemur pakaian tidak sampai kering dapat menularkan penyakit skabies/kudis No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 87 77,7% 2. Tidak Pasti 17 15,2% 3. Tidak Setuju 3 2,7% 4. Sangat tidak setuju 5 4,4% Total 112 100
Tabel 4.4.5 Menjemur handuk hingga kering dapat mencegah penularan skabies/kudis No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 90 80,4% 2. Tidak Pasti 16 14,3% 3. Tidak Setuju 5 4,4% 4. Sangat tidak setuju 1 0,9% Total 112 100
Tabel 4.4.6 Mengganti pakaian yang telah dipakai dapat mencegah penularan skabies/kudis No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 89 79,5% 2. Tidak Pasti 12 10,7% 3. Tidak Setuju 6 5,4% 4. Sangat tidak setuju 5 4,4% Total 112 100
Tabel 4.4.7 Pencegahan penyakit skabies/kudis dapat dilakukan pada semua anggota keluarga No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 81 72,3% 2. Tidak Pasti 28 25% 3. Tidak Setuju 3 2,7% 4. Sangat tidak setuju 0 0 Total 112 100
Tabel 4.4.8 Meningkatkan kebersihan lingkungan dan perorangan akan menularkan penyakit skabies/kudis No J umlah Responden J umlah % 1. Sangat setuju & Setuju 51 45,5% 2. Tidak Pasti 10 9% 3. Tidak Setuju 15 13,4% 4. Sangat tidak setuju 36 32,1% Total 112 100
Pembahasan 4.5 Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri tentang Cara Penularan Skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota J ambi Tahun 2013 Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 112 santri, menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan santri tentang cara penularan skabies yaitu sebanyak 72 orang santri (64,3%) dikategorikan berpengetahuan baik, sedangkan kategori pengetahuan cukup 37 orang santri (33,0%) dan 3 orang santri (2,7%) dikategorikan berpengetahuan kurang. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati 15 di Pondok Pesantren Almuayyad Surakarta tahun 2010 dari 190 santri didapatkan hasil 155 santri (81,58%) berpengetahuan kurang dan penelitian yang dilakukan oleh Muzakir 16 di Pesantren Kabupaten Aceh Besar tahun 2007 dari 154 santri didapatkan hasil 61 (61,0%) berpengetahuan kurang. Pada kuesioner didapatkan hasil bahwa 74 orang santri (66%) tidak mengetahui bahwa tidur dalam satu ruangan yang ramai dan padat dapat menjadi risiko penularan penyakit skabies/kudis dan ada 42 orang santri (37,5%) yang tidak tahu bahwa penyakit skabies/kudis dapat ditularkan melalui penggunaan sprei dan sarung bantal yang habis dipakai. Pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian Rohmawati 15 di Pondok Pesantren Almuayyad Surakarta tahun 2010 dari 190 santri didapatkan hasil 113 (59,5%) santri tidak mengetahui bahwa skabies dapat ditularkan melalui kutu sarcoptes scabiei betina dan jantan, ada 109 (57,4%) santri yang tidak mengetahui bahwa skabies dapat ditularkan melalui pemakaian pakaian atau alat sholat secara bergantian dan ada 104 (54,7%) santri yang tidak tahu bahwa berjabar tangan dapat menularkan penyakit skabies. Pengetahuan dapat diketahui jika seseorang telah berhubungan dengan objek tersebut, sebagian besar pengetahuan dapat diperoleh dari melihat dan mendengar. Pengetahuan merupakan awal pengenalan terhadap suatu objek yang diamati, sehingga jika pengetahuan kurang baik terhadap suatu objek maka akan mempengaruhi terhadap tindakan yang akan dilakukan 17 . Masih banyaknya santri yang tidak tahu mengenai cara penularan skabies maka penyakit ini tidak akan putus. Secara umum kondisi pesantren sudah cukup bersih dan rapi tetapi hal berbeda terlihat di lingkungan internal pondok, dimana keadaannya masih kurang memenuhi untuk suatu lingkungan yang sehat. Kondisi kamar tidur para santri yang bisa dibilang pengap, banyak pakaian yang menggantung dan sempit namun ditempati oleh banyak santri memungkinkan terjadi pertumbuhan kuman penyakit, jamur dan bakteri yang dapat menimbulkan berbagai penyakit diantaranya adalah penyakit skabies. selain lingkungan, prilaku santri juga menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya skabies. Maka bagi pihak pesantren dapat lebih memperhatikan keadaan ruangan atau asrama santri dilihat dari segi penataan ruang dalam kamar, masih terlihat pakaian yang menggantung di sepanjang dinding dalam kamar dan kepadatan hunian tersebut sangat berpotensi menimbulkan kejadian skabies.
4.6 Gambaran Pengetahuan Santri tentang Cara Pencegahan Skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota J ambi Tahun 2013 Pada penelitian ini dari 112 santri terdapat 70 orang santri (62,5%) dikategorikan berpengetahuan baik tentang cara pencegahan skabies, sedangkan kategori pengetahuan cukup 39 orang santri (34,8%) dan 3 orang santri (2,7%) dikategorikan berpengetahuan kurang. Dari penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar santri di Pondok Pesantren Asad memiliki pengetahuan baik tentag cara pencegahan skabies. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani 18 di Pondok Pesantren Ulumu Quran Stabat yang menyatakan bahwa dari 50 santri paling banyak diketahui berpengetahuan cukup sebanyak 28 santri (56%). Pada penelitian ini terdapat 20,77% santri masih tidak paham mengenai pakaian atau handuk yang tidak dijemur dapat dijadikan tempat perkembangan tungau, menjemur pakaian tidak sampai kering dapat menularkan penyakit skabies/kudis, mencuci bersih pakaian, sprei, sarung bantal dan menjemur handuk hingga kering serta mengganti pakaian yang telah dipakai dapat mencegah penularan skabies/kudis dan pencegahan penyakit skabies/kudis dapat dilakukan pada semua anggota keluarga. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Paramita 19 di Pondok Pesantren Darularafah Raya tahun 2010 menunjukkan hasil dari 50 responden hanya 19 (38%) santri yang memahami upaya pencegahan penyakit skabies yaitu mengenai mandi secara teratur dengan menggunakan sabun, mencuci pakaian sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal dua kali dalam seminggu, menjemur kasur dan bantal minimal dua minggu sekali, tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain dan hindari kontak dengan penderita skabies. Kebiasaan atau perilaku santri dalam hal mencuci dan menjemur pakaian, sprei, sarung bantal dan handuk tidak sampai bersih dan kering dan tidak mengganti pakaian yang telah dipakai mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kejadian skabies. Oleh karena itu pihak pesantren harus lebih meningkatkan kebersihan lingkungan dan perorangan kepada setiap santri dan memberikan pemahaman bahwa suatu penyakit terutama skabies dapat di tularkan melalui pakaian, sprei, sarung bantal dan handuk yang tidak bersih, tidak dijemur ataupun dijemur tetapi tidak sampai kering. Penyakit skabies dapat dicegah pada semua anggota keluarga santri yang terkena.
Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri tentang Cara Penularan Skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi adalah sebanyak 72 orang santri (64,3%) memiliki pengetahuan baik, 37 orang santri (33,0%) memiliki pengetahuan cukup dan 3 orang santri (2,7%) memiliki pengetahuan kurang. Terdapat 74 orang santri (66,0%) yang tidak mengetahui bahwa tidur dalam satu ruangan yang ramai dan padat dapat menjadi risiko penularan penyakit skabies/kudis dan ada 42 orang santri (37,5%) yang tidak tahu bahwa penyakit skabies/kudis dapat ditularkan melalui penggunaan sprei dan sarung bantal yang habis dipakai. 2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Santri tentang Cara Pencegahan Skabies di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi adalah sebanyak 70 orang santri (62,5%) memiliki pengetahuan baik, 39 orang santri (34,8%) memiliki pengetahuan cukup dan 3 orang santri (2,7%) memiliki pengetahuan kurang. Terdapat 20,77% masih tidak paham mengenai mencuci bersih pakaian, sprei, sarung bantal, handuk dan menjemur sampai kering pakaian, sprei, sarung bantal, handuk serta mengganti pakaian yang telah dipakai dapat mencegah penularan skabies dan pencegahan penyakit skabies atau kudis dapat dilakuka pada semua anggota keluarga.
Saran 1. Masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi agar mengalokasikan anggaran dan merencanakan program kerja untuk melakukan penyuluhan dan untuk menanggulangi penyakit skabies. 2. Bagi Puskesmas Olak Kemang agar dapat melakukan upaya yaitu memberikan pengobatan dan penyuluhan kepada penderita dan orang yang berisiko, melakukan pengobatan secara massal serta Penemuan kasus dilakukan secara serentak baik didalam keluarga dan di dalam pesantren. 3. Bagi peneliti lain, dapat melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penyakit skabies yang telah dilakukan oleh penulis. 4. Masukan bagi pihak pesantren asad agar bekerja sama dengan Puskesmas Olak Kemang Seberang Kota Jambi dalam upaya eradikasi penyakit penyakit skabies dan agar dapat memperhatikan santri seperti melarang santri untuk saling bertukar pakaian, handuk, bantal dan tempat tidur agar penularan skabies tidak terjadi. Melakukan pengobatan serentak untuk memutuskan mata rantai penyakit skabies dengan berkoordinasi bersama pihak Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Seberang Kota Jambi dan dapat meningkatkan mutu lingkungan yaitu antara lain melakukan kerja bakti sekali seminggu atau diadakan lomba kebersihan antar kamar dan menganjurkan santri untuk menjemur kasur dan bantal setiap minggu serta menyediakan tempat yang cukup seperti tempat menyimpan pakaian, tempat menjemur jemuran serta kamar asrama yg tidak terlalu sempit. 5. Bagi santri agar dapat mengetahui tentang skabies mulai dari penyebab, cara penularan, cara pencegahan sampai cara pengobatan.
Daftar Pustaka 1. Bukhart C. Scabies: An epidemiologic reassessment. Majalah kedokteran indonesia 47 (1). 1997. hal: 117-123. 2. McCarthy JS, Kemp DJ, Walton SF, Currie BJ. Scabies: more than just an irritation. Postgrad Med J. Jul 2004;80(945):382-7. 3. Fernawan N. Perbedaan angka kejadian skabies di kamar padat dan kamar tidak padat di pondok pesantren modern islam PPMI assalaam surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008. 4. Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Gramedia. 2008. hal: 100. 5. Makigami K, Ohtaki N, Ishii N, Yasumura S. Risk factors of scabies in psychiatric and long-term care hospitals: a nationwide mail-in survey in Japan. J Dermatol. Sep 2009;36(9):491-8. 6. Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. hal: 122-5. 7. Handajani S. Hubungan antara kebersihan diri dengan kejadian skabies di pondok pesantren nihayatul amal waled kabupaten cirebon. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2007. 8. Departemen Kesehatan. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan RI. Jakarta; 1987. 9. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2012. hal:193-200. 10. Aryani R. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika. 2010. hal: 1-7. 11. Wawan A, Dewi. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. 2010. hal: 16-64. 12. Arikunto. Manajemen penelitian dan pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. xi + 342 hlm. 13. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. hal: 35-37. 14. Riyanto A. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogjakarta: Nuha Medika. 2010. hal: 39-47. 15. Rohmawati R. Hubungan antara faktor pengetahuan dan perilaku dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Surakarta. 2010. Diunduh : URL: http://id.scribd.com/doc/130310770/ Skripsi-Skabies. 16. Muzakir. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Skabies pada Pesantren di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007. Medan. 2008. 17. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 2011. hal: 109-167. 18. Andayani L. Perilaku Santri dalam Upaya Pencegahan Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Ulumu Quran Stabat. Medan. 2007. 19. Paramita N. Tingkat Pengetahuan Santri terhadap Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Darularafah Raya. Medan. 2010.
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Orang Tua, Serta Pengetahuan Siswa Dengan Kejadian Kecacingan Di Sekolah Dasar Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Tahun 2014
Hubungan Pengetahuan Santri Tentang Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesanttren Al Hakimiyah Paringgonan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017