Anda di halaman 1dari 9

J. Kesehat. Masy. Indones.

10(1): 2015 ISSN 1693-3443

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN, SANITASI


LINGKUNGAN DANRIWAYAT KONTAK DENGAN
KEJADIAN SKABIES
1 1
Mu’linatu Sa’adatin , Toto Suyoto Ismail
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK
Latar belakang :.Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
kutuSarcotes Scabieivarianhominis. Penularan terjadi karena higiene
perorangan yang terdiri dari kebiasaan mandi, kebiasaanwudhu, kebiasaan
penggunaan alat mandi dan kebiasaan berpakaian, sanitasi lingkungan dan
riwayat kontak. kondisi tersebut ditemukan dilingkungan pondok pesantren
tradisional.Metode : Penelitian kasus kontrol ini dilakukan pada sntri mukim di
Pondok Pesantren AlItqon, populasi kasus sebanyak 66 santriyang mengalami
skabies dan kontrol sebnyak 66 santri sehat. Faktor resiko yang dileti adalah
higiene perorangan yang terdiri dari kebiasaan mandi, kebiasaan wudhu,
kebiasaan penggunaan alat mandi dan kebiasaan berpakaian, sanitasi
lingkungan dan riwayat kontak. Hasil :higiene perorangan yang terdiri dari,
kebiasaan penggunaan alat mandi dan kebiasaanberpakaian yang berhubungan
dengan kejadian skabies (p masing-masing 0,005, 0,000, 0,008) sedangak
kebiasaan mandi, kebiasaan wudhu dan riwayat kontak tidak berhubungna
dengan kejadian skabies (p masing-masing 0,222, 0,379, 0,080). Kesimpulan:
higiene perorangan yang terdiri dari, kebiasaan penggunaan alat mandi
dankebiasaan berpakaian merupakan faktor risiko kejadian skabies dengan OR
(2,934. 6,500. 2,734). Kata Kunci: kejadian Skabies, faktor penyebaran Skabies,
Skabies di Pondok Pesantren.

RELATIONSHIP OF PERSONAL HYGIENE,


SANITATION AND ENVIRONMENTAL HISTORY OF
CONTACT WITH EVENTS scabies

ABSTRACT
Background:. Scabies is a skin disease caused by mitesSarcotes
scabieivariantHominis.Transmission occurs due to personal hygiene habits
consisting of bath, ablution habits, usage habits and customs dressed toiletries,
sanitary environment and contact history. these conditions are found within the
traditional boarding school.Methods: This case-control study carried out at
mukim sntri in Pondok Pesantren Al Itqon, apopulation of as many as 66 cases of
scabies and control santriyang experience sebnyak 66 healthy students. Dileti
risk factors are personal hygiene habits consisting of bath, ablution habits, usage
habits and customs dressed toiletries, sanitary environment and history of
contact Results: personal hygiene comprising, bath appliance usage habits and
customs of dressassociated with the incidence of scabies (respectively p 0.005,
0.000, 0.008) bathing habits, customs and history ablution berhubungna not
contact with the incidence of scabies (respectively p 0.222, 0.379, 0.080)
Conclusion: personal hygiene, which consists of the use of a custom shower
and dress habitsare risk factors for the incidence of scabies with OR (2.934.
6,500. 2,734). Keywords: incidence of scabies, factors spread of scabies,
scabies in boarding school

38
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015

PENDAHULUAN pondok pesantren di 33 provinsi di


seluruh Indonesia mencapai 3,65
Skabies adalah penyakit kulit akibat juta yang tersebar di 25.000 pondok
investasi dan sensitisasi oleh pesantren. Sedangkan penyakit
tungauSarcoptes scabei. yang menular yang sering ditemukan di
diserang adalah bagian kulit yang pondok pesantren adalah
tipis dan lembab, contohnyalipatan tuberkulosis paru, infeksi saluran
kulit pada orang dewasa. Pada bayi, pernapasan atas, diare dan penyakit
karena seluruh kulitnya masih tipis, kulit. Penyakit ini mudah menular
maka seluruh badan dapat dan banyak factor yang membantu
1
terserang. penyebarannya antara lain, hygiene
Akibat yang dapat individu yang jelek dan lingkungan
ditimbulkan dari masuknya yang tidak sehat, pada umumnya
penyakit tungau skabies ini akan penyakit skabies menyerang pada
menimbulkan ruam-ruam dan rasa individu yang hidup berkelompok
gatal yang parah terutama pada seperti diasrama, pesantren,
malam hari atau setelah mandi gatal lembaga permasyarakatan, rumah
yang terjadi disebabkan oleh sakit, perkampungan padat dan
sensitisasi terhadap sekret dan rumah jompo.
6
sekret tungau yang memerlukan Berdasarkan penelitian di
waktu kira-kira sebulan setelah Pondok Pesantren Assalam
infestasi.2 Pada saat itu kelainan Kranggan masalah sanitasi
kulit akan tampak menyerupai lingkungan dan higiene perorangan
dermatitis dengan ditemukannya masih kurang memadai sehingga
papul, vesikel, urtika dan lain-lain. prevalensi penyakit kulit skabies
Kelainan kulit dan gatal yang terjadi masih tinggi (25%). Dari hasil
dapat lebih luas dari lokasi tungau penelitian didapatkan adanya
3
itu sendiri. perbedaan kondisi fisik air dan
Prevalensi penyakit skabies higiene perorangan terhadap
di Negara maju pada tahun 2008 timbulnya penyakit skabies. Riris
jauh lebih tinggi dibandingkan Nur Rohmawati di Pondok
dengan prevalensi penyakit skabies Pesantren Al-Muayyad Surakarta
di Negara berkembang yang hanya menunjukkan tingkat pengetahuan
6-27% atau prevalensi penyakit (74,74%), bergantian pakaian atau
skabies di Indonesia sebesar 4,60- alat shalat (84,21%), bergantian
4
12,95% saja. handuk (82,11%), dan tidur
Berdasarkan data yang berdesak desakan (91,58%) dengan
terdapat di Dinas Kesehatan kejadian skabies di Pondok
Provinsi Jawa Tengah tahun 2011, Pesantren Al-Muayyad Surakarta.7
kejadian skabies di 20 puskesmas Jumlah pondok pesantren di
menunjukkan bahwa kejadian Kota Semarang berjumlah 70
terbanyak terdapat di daerah pesantern, perkembangan pondok
Cilacap dengan jumlah 46,8% pesantren modern dan salafi sangat
kasus, urutan kedua terbanyak berbeda, hal ini dapat terlihat dari
adalah di daerah Bukateja dengan sistem pembelajaran, fasilitas,
jumlah 34,2% kasus dan urutan sarana dan prasarananya, pada
ketiga terbanyak terdapat di daerah umumnya pondok pesantren
Semarang dengan jumlah 19% salafiah lebih condong ke arah
kasus.5 tradisional sehingga mempengaruhi
Data di Pusat pola kehidupan para santrinya6,8.
Pengembangan Penelitian dan Pondok Pesantren Al Itqon
Pendidikan Pelatihan Kementerian terletak di Kota Semarang,
Agama tahun 2011, jumlah santri
39
J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443

berdasarkan data yang ada di untuk berwudhu, fasilitas tempat


Pondok Pesantren Al Itqon pada tidur santri biasanya mengunakan
tahun 2013 terdapat 625 santri kasur lantai yang biasanya
dengan perbandingan santri laki- ditempati oleh 1 sampai 2 orang
laki sebanyak 36,4% dengan rincian santri dan ada juga yang hanya
32,2% santri mukim dan 4,2% sekedarmemakai tikar saja, bahkan
santri tidak mukim, sedangkan ada yang memilih tidak
santri perempuan sebanyak 63,5% menggunakan alas sama
dengan rincian santri mukim sekali,dantak jarang pula ditemui
sebanyak 51% dan santri yang tidak bergantian fasilitas tempat tidur
mukim sebanyak 12,5%.7 antar santri, Hal tersebut berakibat
Data Pos Kesehatan pada terjadinya kontak langsung
Pesantren/ POSKESTREN Pondok antara kulit dengan kulit antara
Al Itqon penyakit yang menyerang penderita skabies dengan yang
para santri antara lain demam, bukan penderita skabies yang
ISPA, batuk, pilek dan penyakit berujung pada penularan terjadinya
kulit seperti skabies. Penyakit penyakit skabies.
tersering yang dialami santri dari Berdasarkan data yang
tahun ketahun yang jumlahnya telah diuraikan di atas, maka perlu
masih cukup tinggi adalah skabies. diteliti “Hubungan higiene
Pada tahun 2009 sebanyak perorangan, sanitasi lingkungan dan
sebanyak 45 (10,37%) dengan riwayat kontak yang berkaitan
rincian pada santri yang tinggal di dengan kejadian skabies di Pondok
asrama sebanyak 41 dan yang tidak Pesantren Al Itqon Kota
tinggal di asrama 3 santri, penderita Semarang”.
mengalami peningkatan pada tahun
2010 sebanyak 79 (18,20%) pada METODE PENELITIAN
64 yang tinngal di asrama dan yang
tidak tinggl di asrama sebanyak 15 Penelitian ini merupakan penelitian
santri dan pada tahun 2011 yaitu analitik yaitu penelitian yang
sebanyak 74(17,05%) penderita mencoba menggali bagaimana dan
dengan rincian 70 santri tinggal di mengapa fenomena kesehatan itu
asrama dan 4 santri tidak tinggal terjadi. Rancangan penelitian ini
diasrama. Jumlah kasus skabies menggunakan metode survei
pada tahun 2012 sebanyak 82 wawancara dengan kuesioner
(18,89%) penderita pada santri yang dengan pendekatan casecontrol
tinggal di asrama sebanyak 75 yang bersifat observasi terhadap
santri sedangkan santri yang tidak risiko yang telah terjadi di masa
tinggal di asrama sebanyak 7 santri. lalu. Subjekpenelitian merupakan
Dari data tersebut menunjukkan
subjek yang telah terdata di masa
kejadian terbesar dialami oleh santri
lampu terdiri dari kelompok kasus
yang tinggal di Pondok. Hal ini
(case) yaitu kelompok yang
menunjukkan tingginya jumlah
terpajan serta kelompok kontrol
kasus skabies di Pondok Pesantren
yaitu kelompok yang tidak terpajan.
tersebut. 7 Kedua kelompok ini ditelusur
Berdasarkan observasi pada secara retrospektif.
8
bulan Desember 2013 di pondok
pesantren Al Itqon didapatkan hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
pada sarana sanitasi yaitu terdapat 1
sumber air menggunakan air Higiene perorangan
arthesis sedangkan untuk sarana menunjukkan mayoritas santri
berwudhu terdapat kran dan kolam higiene perorangan dalam kategori

40
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015

kurang baik yaitu 56,8%, yang sekebiasaan bersamaan dengan


ditunjukkan oleh 4 faktor antara lain penderita, mencuci pakaian, handuk
: Kebiasaan mandi sebagian besar dan sprei sekebiasaan rutin,
responden memiliki kebiasaan menjemur kasur dan bantal dibawah
9
mandi kurang baik yaitu 52,0%, sinar matahari sekebiasaan berkala.
kebiasaan wudhu sebagian besar Personal hygiene yang
responden memiliki kebiasaan tidak baik akan mempermudah
wudhu baik yaitu 57,6%, Kebiasaan tubuh terserangberbagai penyakit,
penggunaan alat mandi responden seperti penyakit kulit yaitu skabies,
sebagian besar dalam kategori penyakit infeksi, penyakitmulut dan
kurang baik sebesar 57,6% dan gigi, dan penyakit saluran cerna
kebiasaan berpakaian responden atau bahkan dapat menghilangkan
sebagian besar responden dalam fungsi bagian tubuh tertentu, seperti
10
kategori kurang baik yaitu 56,1%. halnya kulit
Berdasarkan sanitasi lingkungan Penelitian ini sesuai dengan
mayoritas melakukan penilain penelitian yang dilakukan di SD 1
dalam kategori memenuhi syarat Banjarharjo yang menyebutkan ada
sebesar 78,8% dan pada riwayat hubungan antara praktik kebersihan
11
kontak responden menunjukkan diri dengan kejadian skabies.
sebagian besar responden ada Pada penelitian ini yang
riwayat kontak yaitu 53,8%. berkaitan dengan higiene
perorangan responden digunakan 4
1. Hubungan Antara Higiene faktor antara lain:
Perorangan dengan Kejadian
Skabies 2. Hubungan Antara Kebiasaan
Hasil analisis statistik Mandi dengan Kejadian Skabies
menunjukkan ada hubungan antara
kebiasaan higiene perorangan Hasil analisis chi square
dengan kejadian skabies yang menunjukkan bahwa tidak ada
ditunjukkan oleh uji chi square hubungan antara kebiasaan mandi
p=0,005 dimana nilai p<0,05. dengan kejadian skabies di Pondok
Dalam penelitian ini, higiene Pesantren Al Itqon Semarang (p =
perorangan merupakan faktor yang 0,222). Pada penelitian ini
memiliki risiko terhadap kejadian ditunjukkan bahwa responden kasus
skabies, hal tersebut ditunjukkan sebagian besar mempunyai
dengan (OR=2,934) yang artinya kebiasaan mandi baik (53,0%) dan
responden dengan higiene responden kontrol juga mempunyai
perorangan kurang baik mempunyai kebiasaan mandi kurang baik
risiko terkena skabies 2,934 kali (59,1%).
lipat dari pada responden yang Berdasarkan analisis data
memiliki higiene perorangan baik. responden kasus yang mandi tidak
Hasil penelitian tersebut bersamaan dengan santri lain
sesuai dengan teori yaitu penyakit sebesar (54,5%). Hal tersebut
skabies sangat erat kaitannya dikarenakan kondisi kamar mandi
dengan kondisi higiene perorangan Pondok pesantren fasilitas kamar
sehingga pencegahan penyakit ini mandi yang memadai jumlahnya
dapat dilakukan dengan menjaga sehingga santri jika mandi tidak
menjaga kebersihan diri antara lain bersamaan dengan santri lain.
dengan kebiasaan : mandi, Kebiasaan mandi bukan
menghindari penggunaan pakaian risiko terhadap kejadian skabies hal
dan handuk sekebiasaan bergantian, ini ditunjukkan oleh responden
menghindari penggunaan sprei kasus mandi bersama dengan

41
J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443

penderita skabies yaitu sebesar 57,6% berwudhu. Hal tersebut terjadi


sedangkan responden kontrol 53% dikarenakan banyaknya santri
tidak mandi dengan dengan penderita Pondok Pesantren Al Itqon,
skabies, namun pada frekuesnsi sehingga pada saat sholat jama’ah
mandi dengan penderita skabies tempat kran untuk wudhu kurang
responden kasus 51,5% 1 kali mandi sehingga mereka harus berwudhu
dengan penderita sedangkan pada dari kolam. Namun demikian
responden kontrol mayoritas 69,7% jumlah santri yang menggunakan
>1 kali mandi dengan penderita kran untuk berwudhu lebih banyak
skabies, hal dari santri yang menggunakan
tersebut menunjukkan bahwa kolam, yakni sebesar 57,6%. Hal ini
kebiasaan mandi bukan merupakan dikarenakan fasilitas pondok
faktor terjadinya penyakit skabies. pesantren yang cukup memadai
Hasil penelitian ini tidak sehinggasebagian besar santri
sesuai dengan teori yang menggunakan kran untuk
menyatakan bahwa salah satu berwudhu.
penyebab buruknya kualitas Pada ditribusi frekuensi
Kehidupan santri pondok pesantren didapat kan mayoritas responden
di Indonesia karena pondok kasus yaitu 83,3% menggunakan
pesantren memiliki perilaku yang kolam wudhu untuk berwudhu
sederhana sesuai dengan tradisi dan begitu juga dengan responden
sub-kultur yang berkembang sejak kontro mayoritas responden yaitu
awalnya berdirinya pesantren, 75,8% menggunakan kolam wudhu
ditambah jugadengan fasilitas untuk berwudhu hal tersebut
kebanyakan pondok pesantren yang menunjukkan bahwa kebiasaan
kurang untuk menunjangkehidupan berwudhu bukan merupakan faktor
sehari-hari termasuk juga fasilitas terjadinya skabies karena pada
kesehatannya. masih sering ditemui responden kasus dan kontrol
santri mandi sekebiasaan bersama- menunjukkan nilai yang sama yaitu
sama dan menggunakan peralatan berwudhu dengan menggunakan
mandi sekebiasaan bersamaan kolam.
11 Keterbatasan fasilitas dan
juga.
sarana di dalam pesantren yang
3. Hubungan Antara Kebiasaan tidak seimbang dengan dengan
Wudhu dengan Kejadian semangat hidup para santri dalam
Skabies pelaksanaan pola kebiasaan sehari-
hari Kesederhanaan dan kesahajaan
Berdasarkan hasil analisis serta kurangnya fasilitas dan sarana
statistik diketahui bahwa kebiasaan di pondok pesantren menjadi salah
wudhu tidak mempunyai hubungan satu faktor yang mempengaruhi
yang berarti terhadap kejadian perilaku kesehatan santri di pondok
skabies di Pondok Pesantren Al pesantren. Disamping itu terdapat
Itqon Semarang. Hal tersebut dapat pula faktor-faktor lain yang
dilihat dari p= 0,379 dan OR 1,453, mempengaruhiperilaku kesehatan
sehingga kebiasaan wudhu bukan santri di Pondok pesantren, antara
merupakan faktor risiko kejadian lain budaya yang sudah melekat
skabies pada santri Pondok pada masing-masing santri yaitu
Pesantren Al Itqon Semarang. pada berwudhu santri dapat
Hasil penelitian dipengaruhi oleh ketersediaan
menunjukkan bahwa sebesar jumlah air dan fasilitas yang ada.12
(45,5%) responden kasus
menggunakan kolam untuk 4. Hubungan Antara Kebiasaan

42
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015

Menggunakan Alat Mandi terjadinya penyakit skabies.


dengan Kejadian Skabies Hasil Penelitian sesuai
dengan teori yang menyatakan
Berdasarkanhasil analisis kebiasaan pinjammeminjam alat
statistik diketahui bahwa kebiasaan pribadi seperti pakaian dan handuk
menggunakanalat mandi merupakan kebiasaan buruk yang
mempunyai hubungan yang berarti dapat terjadi di rumah tangga.
terhadap kejadian skabies di Pondok Mikroorgisme penyebab penyakit
Pesantren Al Itqon Semarang. Hal kulit akan tetap hidup dan berada
tersebut dapat dilihat dari (p= pada alat-alat yang tersentuh atau
0,000) dan OR = melekat paada kulit orang lain. Oleh
6,500), sehingga kebiasaan karena itu diusahakan agar tidak
menggunakan alat mandi pinjam meminjam pakaian, handuk
merupakan merupakan faktor risiko dan alat-alat lain yang berpotensi
13
kejadian skabies di Pondok menularkan penyakit kulit.
Pesantren Al Itqon Semarang. Sesuai juga dengan
Kebiasaan penggunaan alat mandi penelitian sebelumnya yang
responden yang kurang baik dilakukan di Puskesmas Gemuh
mempunyai risiko 6,5 kali lipat Kabupaten Kendal pada anak SD
terkena skabies dibandingkan yang berobat di Puskesmas yang
dengan responden yang memiliki menyebutkan bahwa ada hubungan
kebiasaan penggunaan alat mandi praktik kebersihan diri dengan
baik. kejadian skabies10 yang salah
Dari hasil kuesioner satunya yaitu ada hubungan antara
diketahui bahwa (16,7%) responden kebiasaan menggunakan alat mandi
kasus tidak menggunakan handuk dengan kejadian skabies.
sendiri. Sebanyak (19,7%)
responden tidak menggunakan 5. Hubungan Antara Kebiasaan
sabun sendiri. Serta (37,9%) Berpakaian dengan Kejadian
responden pernah mengunakan Skabies
sabun batang penderita skabies. Hal
tersebut terjadi dikarenakan Berdasarkan hasil
seringnya para santri mandi penelitian diketahui bahwa
bersama sehingga memungkinkan kebiasaan berpakaian mempunyai
terjadi pertukaran alat mandi seperti hubungan yang berarti terhadap
handuk dan sabun batang. kejadian skabies di Pondok
Sedangkan pada responden Pesantren Al Itqon Semarang. Hal
kontrol menunjukkan bahwa 83,3% tersebut dapat dilihat dari (p=
menggunakan handuk sendiri, 0,008) dan OR=2,734 sehingga
80,3% menggunakan sabun sendiri, kebiasaan berpakaian merupakan
54,5% pernah bergantian handuk faktor risiko kejadian skabies di
dengan penderita skabies dan 62,1% Pondok Pesantren Al Itqon
tidak pernah bergantian Semarang. Kebiasaan berpakaian
menggunakan sabun batang dengan responden yang kurang baik
penderita skabies. mempunyai risiko 2,734 kali lipat
Dari data diatas didapatkan terkena skabies dibandingkan
kebiasaan mandi yang tidak sesuai dengan responden yang memiliki
dengan ketentuan menggunakan alat kebiasaan berpakaian baik.
mandi yaitu menggunakan Hasil penelitian ini sesuai
handuk secara bergantian, dengan penelitian yang dilakukan di
menggunakan sabun batang secara Pondok Pesantren Lamongan
bergantian sehingga menyebabkan bahwa perilaku yang mendukung

43
J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443

terjadinya skabies adalah sering pakaian, yang termasuk parasit


3
bergantian pakaian dengan teman14. adalah Sarcoptesscabei.
Penularan skabies secara tidak Hasil penelitian ini sesuai
langsung dapat disebabkan melalui dengan penelitian sebelumnya yang
perlengkapan tidur, pakaian atau dilakukan di SD Negri 3 Ngablak
.15
handuk Magelang yang menyebutkan
Berdasarkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara
penelitian di Pondok Pesantren Al sanitasi lingkungan dengan kejadian
Itqon santri, yang pernah bertukar skabies.16
pakaian sesama teman sebesar
(36,4%), sebesar (21,2%) pernah 7. Hubungan Antara Riwayat
bertukar pakaian dengan pakaian Kontak dengan Kejadian
penderita skabies, sebanyak Skabies
(74,2%) tidak langsung mencuci
pakaian kotor mereka. Hal tersebut Berdasarkan hasil analisis
terjadi karena kegiatan di Pondok statistik diketahui bahwa riwayat
Pesantren dan sekolah terkadang kontak tidak mempunyai hubungan
harus menunggu sampai hari libur, terhadap kejadian skabies di Pondok
jadi kadang seminggu sekali. Pesantren Al Itqon Semarang. Hal
Alasan lain dikarenakan tempat tersebut dapat dilihat dari p=0,080
mencuci yang terbatas dan santri dan OR = 1,968 sehingga riwayat
dalam jumlah banyak sehingga kontak bukan merupakan faktor
harus bergantian mencuci. risiko kejadian skabies pada santri di
Pondok Pesantren Al Itqon
6. Hubungan Antara Sanitasi Semarang.
Lingkungan dengan Kejadian Penelitian ini tidak sesuai
Skabies dengan teori yaitu Penularan
langsung dapat terjadi melalui
Berdasarkan hasil analisis kontak fisik langsung atau kontak
statistik diketahui bahwa sanitasi langsung orang per orang, Seperti
lingkungan tidak mempunyai bersentuhan dengan tangan yang
hubungan terhadap kejadian skabies terkontaminasi, sentuhan kulit
di Pondok Pesantren Al Itqon dengan kulit , berciuman atau
Semarang. Hal tersebut dapat dilihat seksual.17 dan juga pada teori
dari p=0,832 dan OR = 0,834 Penularan tidak langsung
sehingga sanitasi lingkungan bukan dilakukanmelalui beberapa
merupakan faktor risiko kejadian kebiasaan penularan sebagai berikut
skabies pada santri di Pondok ; Penularan airborne (melalui
Pesantren Al Itqon Semarang. droplet atau partikel debu),
Sebesar 97,7% responden vehicleborne, atau penularan
melakukan penilaian bahwa sanitasi 2
vectorborne.
lingkungan yaitu air di Pondok
pesantren Al Itqon Semarang tidak
berbau, dan 93,9% responden KESIMPULAN DAN SARAN
menyatakan air tidak berasa, tidak
berwarna dan tidak berbau. Faktor yang berhubungan
Hal ini sesuai dengan teori dengan kejadian skabies pada
penyakit yang ditimbulkan oleh higiene perorangan yang terdiri dari
insekta pada kulit sangat ditentukan kebiasaan penggunaan alat mandi
oleh tersedianya air bersih yang dan kebiasaan berpakaian
ditunjukkan untuk mencegah invasi sedangakan faktor yang tidak
insekta parasit pada tubuh dan berhubungan dengan kejadian

44
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015

skabies yaitu pada higiene Yogyakarta. Nuha Medika 2005.


perorangan adalah kebiasaan mandi,
5.
kebiasaan wudhu, sanitasi Badan Penelitian dan
lingkungan dan riwayat kontak. Pengembangan Kesehatan
Bagi pondok pesantren, Kemenkes RI. Riset
terutama untuk Pemilik diharapkan KesehatanDasar 2007.
dapat memperhatikan kurikulum Kementrian Kesehatan RI. 2008
yang diajarkan pada santri yaitu
6.
kurikulum yang berkaitan dengan Departemen agama , Pusat
kesehatan sehingga santri dapat Pengembangan Penelitian dan
menerapkan pola PHBS dalam Pendidikan Pelatihan
keseharian mereka. Kementerian Agama, :Departement
Bagi santri, perlu adanya agama RI ; 2011.
tindakan pencegahan skabies
dengan menjaga kebersihan diri dan 7. POSKESTREN . data santri
lingkungan. yang berobat. Pondok Pesantren
Bagi tenaga kesehatan, Al Itqon. Semarang. 2013
diharapkan bukan hanya kegiatan
kuratif yang terdapat pada 8. Depkes RI.Buku Pedoman
POSKESTREN Al itqon namun Pelaksanaan Program. Jakarta:
Depkes RI. 2000
lebih pada tindakan preventif
sehingga dapat menekan angka
9. Purwanto. H.Pengantar
terjadinya penularan pada santri. Perilaku Manusia, Catatan V.
Bagi penelitian selanjutnya, Yogyakarta: Pustaka pelajar;
karena di pondok pesantren Al 2000.
Itqon terdapat santri yang mukim
dan non mukim sehingga perlunya 10.Boediardja S. Skabies pada Bayi
dilakukan penelitian kejadian dan Anak. Fakultas Kedokteran
skabies pada santri yang mukim dan Universitas Indonesia.2003.
non mukim sehingga dapat
diketahui sumber penularan skabies 11.Potter & Perry, 2005, Buku Ajar
dari dalam pondok pesantren atau Fundamental Keperawatan Edisi
dari luar pondok pesantren. 4, EGC Jakarta.
12.Ulumuddin, M. Ihya. 2004 .
Risalah Wudhu, Tuntunan
DAFTAR PUSTAKA
MemperbaikiWudhu.Surabaya:
1. Santoso L. Ikhtisar Vde Press
Penyakit 13.
Noor N. Pengantar
Tropik, Semarang, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Undip: Epidemiologi Penyakit Menular.
1997. Jakarta: Rineke Cipta; 1997.
14.
Ma’rufi, Isa. Faktor-Faktor
2. Juanda. A, Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Jakarta, Yang Berhubungan Dengan
Fakultas Kedokteran, 1999. Penyakit Skabies DiPondok
Pesantren Kecamatan Wanayasa
3. Sungkar. S, Skabies. Kabupaten Banjarnegara.
Yogyakarta. Gajah Mada UniversitasDiponegoro. 2004
University Press. 2003. 15.
Mansjoer A., Savitri R.,
4. Hembing,Mencegahdan
Setiowulan W., Triyanti K.,
MengatasiPenyakitKulit..

45
J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443

Wardhani W.I. Kapita GiziTerhadap Kejadian Skabies


SelektaKedokteran. Jakarta: Pada Anak (Studi di kasus di
Media Aesculapius.2009 Sekolah Dasar Negeri 3 Ngablak,
Magelang.UNDIP.2011
16.Sekar. B. Hubungan Higiene
17.
Perseorangan, Sanitasi Harahap M. Penyakit Seksual.
Lingkungan Dan Status Jakarta: PT Gramedia; 1990.

46

Anda mungkin juga menyukai