Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Scabies atau penyakit kudis merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan
oleh investasi dan sensitisasi parasit Sarcoptes Scabiei Varietas Hominis. Sarcoptes
Scabiei adalah tungau yang termasuk famili sarcoptidae, ordo acaria, kelas arachnida.
Tungau hidup di dalam terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi seperti
jari tangan, pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan,
umbilikus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada laki-laki dan areola mammae
(area sekeliling puting susu) pada perempuan.1 Tungau Sarcoptes Scabiei tidak bisa
terbang atau melompat, melainkan dapat merangkak dengan kecepatan 2,5 cm per menit
pada kulit yang hangat. Tungau Sarcoptes Scabiei ini juga dapat bertahan selama 24-36
jam pada suhu kamar dengan kelembapan rata-rata.2
Tungau Sarcoptes Scabiei dapat hidup 2-3 hari di pakaian, seprei dan handuk.
Untuk bisa memastikan bahwa Sarcoptes Scabiei sudah mati atau belum, pakaian,
handuk dan alat-alat lain penderita harus dicuci menggunakan air panas. Selain itu, perlu
menghindari penggunaan pakaian, handuk, seprai dan alat-alat lain secara bergantian dan
dianjurkan agar mengobati seluruh anggota keluarga atau orang-orang terdekat dengan
penderita guna untuk memutus rantai penularan.3 Penyakit scabies ini dapat menular
dengan dua cara yaitu secara kontak langsung dan tidak langsung. Penularan secara
kontak langsung dapat terjadi ketika adanya kontak dengan kulit penderita misalnya
berjabat tangan, tidur bersama, dan berhubungan seksual. Sedangkan penularan tidak
langsung yaitu melalui benda yang telah dipakai oleh penderita seperti pakaian, handuk,
bantal.4
Scabies memang tidak berbahaya bagi kehidupan manusia, namun penyakit ini
dapat mengganggu rasa nyaman bagi penderita dan dapat menurunkan aktivitas serta
produktivitas akibat dari gejala utamanya berupa gatal yang hebat pada malam hari.
Maka dari itu, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit scabies
ini merupakan penyakit kulit yang sangat terabaikan. Penyakit kulit jenis ini dapat
dijumpai di lingkungan yang kepadatan penghuni, kumuh, dan lingkungan dengan
tingkat kebersihan yang sangat rendah. Scabies ini juga dapat menyerang semua
golongan usia dan jenis kelamin, diantaranya pada anak-anak usia sekolah, remaja
maupun orang dewasa.5
Menurut WHO (2023), diperkirakan 200 juta orang di seluruh dunia menderita
kudis pada satu waktu. Lebih dari 10% penduduk di daerah miskin terkena scabies. Di
seluruh dunia, scabies paling sering terjadi di negara-negara tropis yang panas dan di
daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.6 Penyakit scabies ini banyak dijumpai
di negara berkembang termasuk di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia
merupakan negara beriklim tropis. Prevalensi scabies yang ada di Indonesia berada
dalam angka yaitu 4,60% hingga 12,95%, penyakit kulit scabies sendiri menjadi penyakit
yang menduduki urutan ke 12 dari penyakit kulit yang paling sering diderita oleh
masyarakat.7
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jambi (2022), kejadian scabies di Provinsi
Jambi sebanyak 8769 kasus. Dimana jumlah 3 daerah tertinggi terjadi di Kabupaten
Tanjab Barat (1981 kasus), Tanjab Timur (1763 kasus) dan Muaro Jambi (1650 kasus).
Oleh sebab itu pemerintah setempat dan tenaga kesehatannya harus melakukan upaya
yang dapat menekan angka tersebut. Scabies sering terjadi pada remaja (Santri) yang ada
di Pesantren. Menurut Kemenkes RI (2023), para santri harus selalu menjaga kebersihan
diri sendiri dan lingkungan pesantren, diperlukan peran serta dari pihak Pesantren dan
Pemerintah Daerah untuk mengawasi kebersihan santri secara berkala agar para Santri
terbebas dari kudis (scabies).8
Menurut laporan Kemenag Provinsi Jambi (2022), jumlah Pondok Pesantren di
Provinsi Jambi itu sebanyak 341 Pondok Pesantren. Kabupaten Muaro Jambi, selain
menempati urutan ke-3 scabies terbanyak, kabupaten ini juga memiliki Pondok Pesantren
yang cukup banyak. Terdapat 16 Pondok Pesantren yang terdata di Muaro Jambi.
Puskesmas UPTD Rawat Inap Muara Kumpeh yang terletak di Kabupaten Muaro
Jambi memiliki angka kejadian scabies yang paling tinggi pada anak, yaitu tercatat
selama sepanjang tahun 2022 ini ada 112 kasus. Berdasarkan data tersebut penyakit
scabies banyak dialami oleh pelajar atau santri, yang salah satunya merupakan santri
Pondok Pesantren Jauharul Falah.
Faktor yang sangat berperan penting terhadap tingginya prevalensi scabies adalah
personal hygiene yang masih sangat kurang. Masih banyak masyarakat yang tidak bisa
memperhatikan personal hygiene nya hanya karena hal ini dianggap tergantung
kebiasaan seseorang masing-masing.9
Personal hygiene yang tidak baik dapat menyebabkan tubuh mudah terserang
berbagai penyakit seperti penyakit kulit, penyakit infeksi. Praktik personal hygiene
merupakan usaha pribadi seseorang untuk memelihara kebersihan dan kesehatan, baik
secara fisik maupun psikisnya.9
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan karena kebersihan dapat mempengaruhi kesehatan, kenyamanan,
keamanan dan kesejahteraan seseorang. Personal hygiene yang buruk merupakan faktor
utama yang bisa mempermudah infeksi masuk ke anggota tubuh baik ke kulit kepala dan
rambut maupun anggota tubuh lainnya pada manusia.10
Personal hygiene ini juga merupakan salah satu faktor yang dapat terjadi
penularan scabies. Personal hygiene yang tidak baik berisiko lebih tinggi tertularnya
penyakit scabies jika bertempat tinggal dalam satu lingkungan yang memiliki penderita
scabies dalam waktu yang lama.11 Personal hygiene dapat meliputi kebiasaan mencuci
tangan, perilaku mandi, kebersihan kulit dan kuku, kebersihan pakaian dan handuk,
kebersihan area genitalia, dan kebersihan tempat tidur.12 Scabies ini sering dikaitkan
penyakitnya anak pesantren, dikarenakan anak pesantren kurang bisa menjaga
kebersihan dirinya (personal hygiene), seperti suka bertukar barang, pinjam meminjam
pakaian, handuk, sarung, bahkan bantal, guling dan kasurnya kepada sesama, sehingga
disinilah faktor penyebab penyakit mudah tertular dari satu santri ke santri yang lain.13
Penyebab santri mengalami penyakit scabies juga dikarenakan kurangnya
pengetahuan santri terhadap penyakit scabies. Upaya cara pencegahan yang dapat
dilakukan pada santri dengan penderita scabies adalah memberikan pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan semua usaha untuk mendidik, memberikan
informasi, pengetahuan, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan kepada individu,
kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas kesehatannya.14 Pendidikan
kesehatan dalam bentuk penyuluhan perlu diberikan kepada masyarakat awam
khususnya subjek berisiko tinggi untuk meningkatkan pengetahuan terkait penyakit
scabies.2
Pendidikan kesehatan dapat mencakup pengetahuan mengenai penyakit scabies,
seperti cara penularan yang melalui kontak langsung dan tidak langsung kemudian gatal
yang sangat terasa pada malam hari serta tanda lesi khas yang terdapat di lipatan-lipatan
kulit, hal ini merupakan salah satu manifestasi klinis dari penyakit scabies, sehingga
penderita dapat lebih memperhatikan lagi kebersihan diri atau personal hygiene.2
Selain pendidikan kesehatan, pencegahan scabies pada santri yang dapat
dilakukan dengan cara menghindari kontak langsung dengan penderita dan menghindari
penggunaan barang secara bersama-sama dengan penderita. Pakaian dan benda berbahan
kain disarankan untuk disetrika terlebih dahulu sebelum digunakan, seprei penderita
harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali. Benda yang tidak dapat
dicuci menggunakan air seperti bantal, guling disarankan dimasukkan kedalam kantung
plastic, selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari sambil di bolak-balik minimal dua
puluh menit sekali.15
Berdasarkan hasil penelitian Liambana (2021) di Pondok Pesantren Immim Putra
Makassar dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Melalui Media Video
Terhadap Upaya Pencegahan Penyakit Scabies Di Pesantren Immim Putra Makassar”
dengan jumlah sampel 50 responden. Hasil ini menunjukkan ada pengaruh penyuluhan
kesehatan menggunakan media video terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan pada
santri dalam upaya pencegahan penyakit scabies.16
Penelitian Bintang Agustina Pratiwi, dkk (2021) di Pondok Pesantren Pancasila
Kota Bengkulu dengan judul “Pendidikan Kesehatan Terhadap Personal Hygiene
Jambi” dengan responden sebanyak 30 orang santri. Hasil ini menunjukkan sebelum
diberikan pendidikan kesehatan yaitu 42,17 dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan
yaitu 61,20. Simpulannya, ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap personal
hygiene.17
Penelitian Andri Setyorini, dkk (2022) di Pondok Pesantren Al I’tishom Gunung
Kidul Yogyakarta dengan judul “Pendidikan Kesehatan Berpengaruh Terhadap Sikap
Dalam Pencegahan Scabies Pada Santri” menggunakan responden 35 santri. Hasil ini
menunjukkan sikap pencegahan scabies santri sebelum pemberian pendidikan kesehatan
berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 31 responden (88,6%); sikap pencegahan
scabies santri setelah pemberian pendidikan kesehatan berada pada kategori baik yaitu
sebanyak 21 responden (60%). Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit
scabies terhadap sikap dalam pencegahan scabies pada santri di Pondok Pesantren Al
I’tishom Gunung Kidul Yogyakarta dengan menggunakan uji Wilcoxon dimana
memperoleh nilai Z yaitu sebesar -4,456 dengan nilai Asymp.sig sebesar 0,000.18
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 15 Maret 2023 di
Pondok Pesantren Jauharul Falah Sungai Terap Muaro Jambi diketahui bahwa saat ini
Santri berjumlah 914 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bidan Klinik Pondok
Pesantren bahwasannya setiap tahun banyak terdapat anak Santri yang mengalami
penyakit scabies dan penyakitnya datang hilang timbul, penyebab penyakit ini
dikarenakan kebersihan diri yang kurang pada santri, dan sering memakai barang-barang
secara bergantian. Upaya pengobatan yang dilakukan pada santri di pondok pesantren ini
adalah menggunakan obat salep. Saat dilakukan wawancara dengan 7 santri, 6 dari 7
santri tidak mengetahui apa itu scabies, tanda dan gejala, serta cara pencegahannya
dikarenakan pada Pondok Pesantren Jauharul Falah tidak mempunyai program
Pendidikan Kesehatan mengenai penyakit scabies ini.
Berdasarkan hasil wawancara belum ada program kesehatan di Pondok Pesantren
Jauharul Falah misalnya mengenai penyuluhan atau pendidikan kesehatan terkait
Personal Hygiene. Dan dari studi pendahuluan maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Personal Hygiene pada Remaja terhadap
Pencegahan Penyakit Scabies di Pondok Pesantren Jauharul Falah Sungai Terap”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas didapatkan rumusan masalah “Adakah pengaruh
pendidikan kesehatan tentang personal hygiene pada remaja terhadap pencegahan
penyakit scabies di Pondok Pesantren Jauharul Falah Sungai Terap?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
tentang personal hygiene pada remaja terhadap pencegahan penyakit scabies di
Pondok Pesantren Jauharul Falah Sungai Terap.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pencegahan penyakit scabies pada remaja sebelum diberikan
pendidikan kesehatan tentang personal hygiene.
2. Mengetahui pencegahan penyakit scabies pada remaja sesudah diberikan
pendidikan kesehatan tentang personal hygiene.
3. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang personal hygiene pada
remaja terhadap pencegahan penyakit scabies.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Remaja di Pondok Pesantren Jauharul Falah
Diharapkan remaja dapat menambah informasi mengenai scabies,
terutama pada pencegahan penyakit scabies santri di pondok pesantren
1.4.2 Bagi UPTD Rawat Inap Puskesmas Muara Kumpeh
Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran bagi program-program
pemberantasan penyakit scabies pada Pondok Pesantren terutama untuk
menentukan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program.

1.4.3 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi


Untuk memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan pada
masyarakat dan diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya dalam
pengerjaan tugas serta menambah ilmu pengetahuan tentang penyakit scabies
pada Pondok Pesantren.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya


Menambah pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan
selama perkuliahan dan mengetahui tentang hubungan personal hygiene
terhadap pencegahan penyakit scabies di Pondok Pesantren Jauharul Falah.

Anda mungkin juga menyukai