Scabies atau penyakit kudis merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi parasit Sarcoptes Scabiei Varietas Hominis. Sarcoptes Scabiei adalah tungau yang termasuk famili sarcoptidae, ordo acaria, kelas arachnida. Tungau hidup di dalam terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi seperti jari tangan, pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, umbilikus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada laki-laki dan areola mammae (area sekeliling puting susu) pada perempuan.1 Tungau Sarcoptes Scabiei tidak bisa terbang atau melompat, melainkan dapat merangkak dengan kecepatan 2,5 cm per menit pada kulit yang hangat. Tungau Sarcoptes Scabiei ini juga dapat bertahan selama 24-36 jam pada suhu kamar dengan kelembapan rata-rata.2 Tungau Sarcoptes Scabiei dapat hidup 2-3 hari di pakaian, seprei dan handuk. Untuk bisa memastikan bahwa Sarcoptes Scabiei sudah mati atau belum, pakaian, handuk dan alat-alat lain penderita harus dicuci menggunakan air panas. Selain itu, perlu menghindari penggunaan pakaian, handuk, seprai dan alat-alat lain secara bergantian dan dianjurkan agar mengobati seluruh anggota keluarga atau orang-orang terdekat dengan penderita guna untuk memutus rantai penularan.3 Penyakit scabies ini dapat menular dengan dua cara yaitu secara kontak langsung dan tidak langsung. Penularan secara kontak langsung dapat terjadi ketika adanya kontak dengan kulit penderita misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan berhubungan seksual. Sedangkan penularan tidak langsung yaitu melalui benda yang telah dipakai oleh penderita seperti pakaian, handuk, bantal.4 Scabies memang tidak berbahaya bagi kehidupan manusia, namun penyakit ini dapat mengganggu rasa nyaman bagi penderita dan dapat menurunkan aktivitas serta produktivitas akibat dari gejala utamanya berupa gatal yang hebat pada malam hari. Maka dari itu, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit scabies ini merupakan penyakit kulit yang sangat terabaikan. Penyakit kulit jenis ini dapat dijumpai di lingkungan yang kepadatan penghuni, kumuh, dan lingkungan dengan tingkat kebersihan yang sangat rendah. Scabies ini juga dapat menyerang semua golongan usia dan jenis kelamin, diantaranya pada anak-anak usia sekolah, remaja maupun orang dewasa.5 Menurut WHO (2023), diperkirakan 200 juta orang di seluruh dunia menderita kudis pada satu waktu. Lebih dari 10% penduduk di daerah miskin terkena scabies. Di seluruh dunia, scabies paling sering terjadi di negara-negara tropis yang panas dan di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.6 Penyakit scabies ini banyak dijumpai di negara berkembang termasuk di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Prevalensi scabies yang ada di Indonesia berada dalam angka yaitu 4,60% hingga 12,95%, penyakit kulit scabies sendiri menjadi penyakit yang menduduki urutan ke 12 dari penyakit kulit yang paling sering diderita oleh masyarakat.7 Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jambi (2022), kejadian scabies di Provinsi Jambi sebanyak 8769 kasus. Dimana jumlah 3 daerah tertinggi terjadi di Kabupaten Tanjab Barat (1981 kasus), Tanjab Timur (1763 kasus) dan Muaro Jambi (1650 kasus). Oleh sebab itu pemerintah setempat dan tenaga kesehatannya harus melakukan upaya yang dapat menekan angka tersebut. Scabies sering terjadi pada remaja (Santri) yang ada di Pesantren. Menurut Kemenkes RI (2023), para santri harus selalu menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan pesantren, diperlukan peran serta dari pihak Pesantren dan Pemerintah Daerah untuk mengawasi kebersihan santri secara berkala agar para Santri terbebas dari kudis (scabies).8 Menurut laporan Kemenag Provinsi Jambi (2022), jumlah Pondok Pesantren di Provinsi Jambi itu sebanyak 341 Pondok Pesantren. Kabupaten Muaro Jambi, selain menempati urutan ke-3 scabies terbanyak, kabupaten ini juga memiliki Pondok Pesantren yang cukup banyak. Terdapat 16 Pondok Pesantren yang terdata di Muaro Jambi. Puskesmas UPTD Rawat Inap Muara Kumpeh yang terletak di Kabupaten Muaro Jambi memiliki angka kejadian scabies yang paling tinggi pada anak, yaitu tercatat selama sepanjang tahun 2022 ini ada 112 kasus. Berdasarkan data tersebut penyakit scabies banyak dialami oleh pelajar atau santri, yang salah satunya merupakan santri Pondok Pesantren Jauharul Falah. Faktor yang sangat berperan penting terhadap tingginya prevalensi scabies adalah personal hygiene yang masih sangat kurang. Masih banyak masyarakat yang tidak bisa memperhatikan personal hygiene nya hanya karena hal ini dianggap tergantung kebiasaan seseorang masing-masing.9 Personal hygiene yang tidak baik dapat menyebabkan tubuh mudah terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit, penyakit infeksi. Praktik personal hygiene merupakan usaha pribadi seseorang untuk memelihara kebersihan dan kesehatan, baik secara fisik maupun psikisnya.9 Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan dapat mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, keamanan dan kesejahteraan seseorang. Personal hygiene yang buruk merupakan faktor utama yang bisa mempermudah infeksi masuk ke anggota tubuh baik ke kulit kepala dan rambut maupun anggota tubuh lainnya pada manusia.10 Personal hygiene ini juga merupakan salah satu faktor yang dapat terjadi penularan scabies. Personal hygiene yang tidak baik berisiko lebih tinggi tertularnya penyakit scabies jika bertempat tinggal dalam satu lingkungan yang memiliki penderita scabies dalam waktu yang lama.11 Personal hygiene dapat meliputi kebiasaan mencuci tangan, perilaku mandi, kebersihan kulit dan kuku, kebersihan pakaian dan handuk, kebersihan area genitalia, dan kebersihan tempat tidur.12 Scabies ini sering dikaitkan penyakitnya anak pesantren, dikarenakan anak pesantren kurang bisa menjaga kebersihan dirinya (personal hygiene), seperti suka bertukar barang, pinjam meminjam pakaian, handuk, sarung, bahkan bantal, guling dan kasurnya kepada sesama, sehingga disinilah faktor penyebab penyakit mudah tertular dari satu santri ke santri yang lain.13 Penyebab santri mengalami penyakit scabies juga dikarenakan kurangnya pengetahuan santri terhadap penyakit scabies. Upaya cara pencegahan yang dapat dilakukan pada santri dengan penderita scabies adalah memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan semua usaha untuk mendidik, memberikan informasi, pengetahuan, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan kepada individu, kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas kesehatannya.14 Pendidikan kesehatan dalam bentuk penyuluhan perlu diberikan kepada masyarakat awam khususnya subjek berisiko tinggi untuk meningkatkan pengetahuan terkait penyakit scabies.2 Pendidikan kesehatan dapat mencakup pengetahuan mengenai penyakit scabies, seperti cara penularan yang melalui kontak langsung dan tidak langsung kemudian gatal yang sangat terasa pada malam hari serta tanda lesi khas yang terdapat di lipatan-lipatan kulit, hal ini merupakan salah satu manifestasi klinis dari penyakit scabies, sehingga penderita dapat lebih memperhatikan lagi kebersihan diri atau personal hygiene.2 Selain pendidikan kesehatan, pencegahan scabies pada santri yang dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak langsung dengan penderita dan menghindari penggunaan barang secara bersama-sama dengan penderita. Pakaian dan benda berbahan kain disarankan untuk disetrika terlebih dahulu sebelum digunakan, seprei penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali. Benda yang tidak dapat dicuci menggunakan air seperti bantal, guling disarankan dimasukkan kedalam kantung plastic, selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari sambil di bolak-balik minimal dua puluh menit sekali.15 Berdasarkan hasil penelitian Liambana (2021) di Pondok Pesantren Immim Putra Makassar dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Melalui Media Video Terhadap Upaya Pencegahan Penyakit Scabies Di Pesantren Immim Putra Makassar” dengan jumlah sampel 50 responden. Hasil ini menunjukkan ada pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan media video terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan pada santri dalam upaya pencegahan penyakit scabies.16 Penelitian Bintang Agustina Pratiwi, dkk (2021) di Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu dengan judul “Pendidikan Kesehatan Terhadap Personal Hygiene Jambi” dengan responden sebanyak 30 orang santri. Hasil ini menunjukkan sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu 42,17 dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan yaitu 61,20. Simpulannya, ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap personal hygiene.17 Penelitian Andri Setyorini, dkk (2022) di Pondok Pesantren Al I’tishom Gunung Kidul Yogyakarta dengan judul “Pendidikan Kesehatan Berpengaruh Terhadap Sikap Dalam Pencegahan Scabies Pada Santri” menggunakan responden 35 santri. Hasil ini menunjukkan sikap pencegahan scabies santri sebelum pemberian pendidikan kesehatan berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 31 responden (88,6%); sikap pencegahan scabies santri setelah pemberian pendidikan kesehatan berada pada kategori baik yaitu sebanyak 21 responden (60%). Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit scabies terhadap sikap dalam pencegahan scabies pada santri di Pondok Pesantren Al I’tishom Gunung Kidul Yogyakarta dengan menggunakan uji Wilcoxon dimana memperoleh nilai Z yaitu sebesar -4,456 dengan nilai Asymp.sig sebesar 0,000.18 Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 15 Maret 2023 di Pondok Pesantren Jauharul Falah Sungai Terap Muaro Jambi diketahui bahwa saat ini Santri berjumlah 914 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bidan Klinik Pondok Pesantren bahwasannya setiap tahun banyak terdapat anak Santri yang mengalami penyakit scabies dan penyakitnya datang hilang timbul, penyebab penyakit ini dikarenakan kebersihan diri yang kurang pada santri, dan sering memakai barang-barang secara bergantian. Upaya pengobatan yang dilakukan pada santri di pondok pesantren ini adalah menggunakan obat salep. Saat dilakukan wawancara dengan 7 santri, 6 dari 7 santri tidak mengetahui apa itu scabies, tanda dan gejala, serta cara pencegahannya dikarenakan pada Pondok Pesantren Jauharul Falah tidak mempunyai program Pendidikan Kesehatan mengenai penyakit scabies ini. Berdasarkan hasil wawancara belum ada program kesehatan di Pondok Pesantren Jauharul Falah misalnya mengenai penyuluhan atau pendidikan kesehatan terkait Personal Hygiene. Dan dari studi pendahuluan maka peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Personal Hygiene pada Remaja terhadap Pencegahan Penyakit Scabies di Pondok Pesantren Jauharul Falah Sungai Terap”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas didapatkan rumusan masalah “Adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang personal hygiene pada remaja terhadap pencegahan penyakit scabies di Pondok Pesantren Jauharul Falah Sungai Terap?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang personal hygiene pada remaja terhadap pencegahan penyakit scabies di Pondok Pesantren Jauharul Falah Sungai Terap. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui pencegahan penyakit scabies pada remaja sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene. 2. Mengetahui pencegahan penyakit scabies pada remaja sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene. 3. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang personal hygiene pada remaja terhadap pencegahan penyakit scabies.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Remaja di Pondok Pesantren Jauharul Falah Diharapkan remaja dapat menambah informasi mengenai scabies, terutama pada pencegahan penyakit scabies santri di pondok pesantren 1.4.2 Bagi UPTD Rawat Inap Puskesmas Muara Kumpeh Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran bagi program-program pemberantasan penyakit scabies pada Pondok Pesantren terutama untuk menentukan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program.
1.4.3 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Untuk memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan pada masyarakat dan diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya dalam pengerjaan tugas serta menambah ilmu pengetahuan tentang penyakit scabies pada Pondok Pesantren.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Menambah pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan dan mengetahui tentang hubungan personal hygiene terhadap pencegahan penyakit scabies di Pondok Pesantren Jauharul Falah.
SKRIPSI PENGARUH EDUKASI PERILAKU PERSONAL HYGIENE TERHADAP PENURUNAN TANDA DAN GEJALA SKABIES SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM BEGAS KAB SEMARANG Revisi