Abstract. Scabies disease, or better known as scabies, an infectious skin disease. This disease
is caused by mites, Sarcoptes scabei who live and grow under the skin and make a tunnel
under the skin. The disease causes a very severe itching, especially when night day on the
sidelines of the fingers, around the genitals and groin. Scabies disease is a communal disease
(disease community) that often occurs in the boarding school, this disease was junior high
age. Today, the disease scabie snot receive special attention from the parties engaged in
health, because it is not dangerous, but if left unchecked, this disease will become very
dangerous. Many of the people who also do not understand about this disease, they do not
understand the causes, good management and prevention for this disease scabies. Therefore,
education of physicians related to the handling and prevention is good and true for patients
with scabies are indispensable and must be understood by patients, patient families, and those
who live with the patient.
1. PENDAHULUAN
Penyakit Scabies, atau yang lebih dikenal masyarakat luas sebagai penyakit kudis merupakan
penyakit kulit yang menular. Penyakit scabies ini merupakan penyakit kulit yang endemis di
wilayah yang tropis dan subtropis seperti Indonesia. Penyakit kulit ini disebabkan oleh tungau yaitu
Sarcoptes scabiei. Spesies ini diklafisikasikan ke dalam filum Arthropoda yang masuk ke dalam
kelas Arachnida, sub kelas Acari (Acarina), ordo Astigma, dan famili Sarcoptidae. Spesies
Sarcoptes scabiei ini merupakan spesies yang dapat menular dari satu penderita ke penderita lain,
melalui kontak fisik maupun melalui perantara pakaian dan kasur. Tungau betina ini membuat
terowongan di bawah lapisan kulit paling atas dan menyimpan telurnya di dalam lubang, yang
beberapa hari kemudian telur tersebut akan menetas tungau muda (larva). (Mading, Majematang.
Sopi, 2015).Infeksi ini lah yang menyebabkan gatal-gatal hebat, yang kemungkinan merupakan
suatu reaksi alergi terhadap tungau.
Selain tungau spesifik Sarcoptes scabiei var. hominis, manusia juga dapat terinfeksi dari
spesies yang berasal dari hewan. Hewan domestik dan liar di seluruh dunia yang rentan terhadap
Sarcoptes scabiei menyebabkan penyakit yang disebut tungau sarcoptic. Telah dilaporkan skabies
yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian selain hominis, diantaranya berasal dari anjing, babi,
kuda,beruang hitam, unta, monyet, dan rubah.(Hafner, 2009). Ciri khas penyakit scabies ini adalah
gatal-gatal yang sangat hebat, terutama semakin parah saat malam hari. Gatal-gatal ini paling sering
dirasakan di sela-sela jari tangan, pada pergelangan tangan, ketiak, sikut, di sekitar putting payudara
wanita, alat kelamin pria (penis dan kantung zakar), di bokong bagian bawah dan di sepanjang garis
ikat pinggang. Infeksi ini jarang terjadi di sekitar wajah.
Penyakit scabies ini umum terjadi di lingkungan yang ditinggali oleh banyak orang. Di
Indonesia sendiri, banyak ditemukan para penderita scabies adalah santri di sebuah pondok
pesantren. Hal ini dikarenakan lingkungan pondok pesantren terkadang cenderung tidak begitu
memperhatikan aspek kesehatan karena banyaknya santri yang tinggal bersama-sama. Subjek yang
penting dalam permasalahan scabies ini adalah santri pondok pesantren, karena berdasarkan data
yang didapatkan, sebagian besar merupakan santri di pondok pesantren. (Akmal & Semiarty, 2013).
Kebiasaan hidup di pondok pesantren juga terkadang tidak memperhatikan kebersihan dan
kesehatan, seperti jarang mencuci sprai, jarang menjemur kasur, jarang menguras bak mandi, dan
sering saling meminjam baju.
Penyakit ini terkadang tidak terlalu mendapatkan perhatian khusus dari segala pihak, Karena
dianggap sebagai penyakit yang sudah biasa terjadi di pondok pesantren.(Setyaningrum, 2013)
bahkan ada mitos yang mengatakan bahwa seorang santri belum dikatakan santri jika belum terkena
penyakit ini. Oleh karena hal itu, penyakit ini masih sering terjadi di pondok pesantren. Menurut
WHO, bahwa angka kejadian scabies di dunia terdapat kurang lebih 300 juta kasus pertahun.
(Zalicha, 2015). Selain di pondok pesantren jarang ditemukan penyakit ini di rumah-rumah ataupun
terhadap personal masing-masing.
Pada dasarnya, pengetahuan masyarakat tentang factor penyebab scabies masih sangat
kurang, sehingga penyakit scabies ini dianggap sebagai penyakit yang biasa saja karena secara
umum tidak membahayakan jiwa. Masyarakat tidak mengetahui bahwa luka akibat garukan dari
penderita scabies menyebabkan infeksi sekunderdari bakteri Stapilococos sp ataupun jamur kulit
yang berakibat kerusakan jaringan kulit yang akut.(Kunci, 2019). Siklus hidup Sarcoptes scabiei dari
telur hingga menjadi tungau dewasa memerlukan waktu 10-14 hari, sedangkan tungau betina dapat
bertahan di inangnya selama 30 hari. (Griana, 2013). Pencegahan penyakit scabies dapat dilakukan
dengan memperhatikan kebiasaan sehari-hari, dimulai dari kebiasaan kebersihan dan kesehatan.
Seperti membuang sampah pada tempatnya, rajin mencuci sprai dan sarung bantal, rajin menjemur
kasur dan tidak saling pinjam meminjam pakaian. Kebiasaan-kebiasaan ini pun harus dilakukan oleh
seluruh penghuni dalam sebuah lingkungan yang tinggal bersama-sama agar tidak ada lagi yang
dapat menularkan tungau scabies.
Jika sudah terkena penyakit scabies, harus segera dilakukan penanganan terhadap penderita.
Penanganan dapat dilakukan dengan mengoleskan salep khusus ke bagian tubuh yang terkena,
pembersihan media-media yang dapat menyebabkan penyakit ini. Pakaian, sprei dan sarung bantal
pun kalau bisa harus dicuci dengan air panas, agar dapat menghilangkan tungau-tungau yang
menempel di barang-barang tersebut. Penanganan ini pun harus dilakukan secara bersama-sama
agar tidak lagi muncul penyakit ini. Dalam kasus penyakit ini, masih banyak dari masyarakat yang
belum tahu apa penyebab penyakit scabies secara khusus. Bagaimana pencegahan penyakit ini dan
bagaimana penanganan yang tepat bagi penderita, keluarga penderita dan orang-orang yang berada
di lingkungan penderita. Agar tidak lagi terjadi hal yang dapat menyebabkan penyakit scabies ini.
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah penulis dan pembaca dapat memahami
penyebab penyakit scabies. Dan mengetahui bagaimana edukasi yang baik dan benar tentang
pencegahan dan penanganan yang tepat bagi penderita penyakit scabies, bagi keluarga penderita dan
bagi orang-orang yang berda di lingkungan yang sama dengan penderita. Analisis ini pun
didapatkan dari data wawancara dari seorang dokter yag terkait.
2. METODE
Metode yang dilakukan pada penulisan artikel ini merupakan metode kualitatif. Penulis akan
melakukan pengamatan dan wawancara secara langsung kepada pasien yang notabene nya
merupakan seorang santri SMP di sebuah pondok pesantren yang sedang berobat ke klinik Kasih
Ibu, Karanganyar. Yang menderita penyakit scabies (jika ada pasien) dan atau jika tidak ada pasien,
penulis akan melakukan wawancara secara langsung kepada Dokter umum yang sedang bertugas di
klinik tersebut terkait tentang apa yang menjadi rumusan masalah dalam artikel ini.
Tabel 1. Pilihan terapi scabies (Kusuma Dewi & Wathoni, 2017). Diambil dari jurnal.
6. DAFTAR PUSTAKA
Akmal, S. C., & Semiarty, R. (2013). Artikel Penelitian Hubungan Personal Hygiene Dengan
Kejadian Skabies Di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum , Palarik Air Pacah ,
Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(3), 164–
167.
Griana, T. P. (2013). Scabies : Penyebab, Penanganan Dan Pencegahannya. El–Hayah, 4(1).
https://doi.org/10.18860/elha.v4i1.2619
Hafner, C. (2009). Skabies. Hautarzt, 60(2), 145–161. https://doi.org/10.1007/s00105-009-
1708-2
Kunci, K. (2019). Pengaruh Modul. 77–83. https://doi.org/10.26699/jnk.v6i1.ART.p077
Kusuma Dewi, M., & Wathoni, N. (2017). Artikel Review: Diagnosis dan Regimen
Pengobatan Skabies. Farmaka: Jurnal Unpad, 15, 123–133.
Mading, Majematang. Sopi, I. P. B. (2015). KAJIAN ASPEK EPIDEMIOLOGI SKABIES
PADA MANUSIA Aspects of Epidemiology Studies Scabies in Human. Penyakit
Bersumber Binatang, 2, 9–17.
Setyaningrum, Y. I. (2013). Skabies Penyakit Kulit yang Terabaikan: Prevalensi, Tantangan
dan Pendidikan Sebagai Solusi Pencegahan. Http://Jurnal.Fkip.Uns.Ac.Id, 3(1), 63–67.
Retrieved from http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/2152/1182
Zalicha, B. N. (2015). Tingkat Pengetahuan Mengenai Gejala Klinis Skabies Dan
Hubungannya Dengan Karakteristik Demografi Santri Di Pesantren X , Jakarta Timur.