FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2022
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
HEALTH TALKSHOW ON AIR BERSAMA
RADIO MANDALA, BANDAR LAMPUNG, RADIO IDOLA TULANG BAWANG,
RADIO BASUMI KOTABUMI, RADIO ANGKASA BIRU LAMPUNG
TOPIK : SKABIES : MASALAH & PENANGGULANGANNYA
KAMIS, 4 AGUSTUS 2022
1. LATAR BELAKANG
Skabies merupakan penyakit infestasi parasit yang umum terjadi, disebabkan tungau
Sarcoptes scabiei var hominis. Penyakit ini sering diabaikan, sehingga menjadi salah satu
masalah di dunia, termasuk Indonesia.
Angka kejadian skabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun
Insiden skabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi dan bervariasi,
prevalensinya dilaporkan 6-27% Skabies merupakan penyakit kulit yang bersifat global
dan meningkat serta memberat pada daerah tropis.
Skabies umumnya terjadi pada penduduk dengan ekonomi menengah ke bawah yang
kurang menjaga kebersihan diri, higiene yang buruk . Kepadatan penduduk / kondisi
tempat tinggal yang ramai → kos, asrama,pondok, panti, penjara, bangsal dsb.
Penularan bisa terjadi secara langsung seperti :Kontak personal yang dekat (kulit
dengan kulit), berjabat tangan, tidur bersama, kadang seksual dan dapat juga secara tidak
langsung seperti : Berbagi benda (sering pada anak-anak), Seprai, bantal guling, pakaian,
handuk, alat sholat, lantai, korden dan kursi-kursi.
Pada satu studi : tungau hidup ditemukan pada sampel debu yang diambil dari lantai
kamar, bantalan kursi, dan tempat tidur pada setiap rumah pasien.
Infestasi terjadi saat tungau Sarcoptes scabiei membuat liang pada kulit. Manifestasi
penyakit ini berupa lesi kulit yang sangat gatal. Siklus hidup tungau seutuhnya terjadi
pada kulit manusia. Tungau betina dapat mengunyah dan badannya bergerak untuk
menggali liang dalam stratum korneum sampai batas dari stratum granulosum. Sepanjang
jalur ini, dimana dapat sepanjang 1 cm, tungau betina meletakkan 3 telur sehari selama
hidupnya yaitu 4 sampai 6 minggu. Bagaimanapun, kurang dari 1% telur berkembang
menjadi tungau dewasa. Telur-telur ini menetas dalam 3 sampai 4 hari dan akan
meninggalkan liang untuk menjadi dewasa pada permukaan kulit.
Gejala Klinik Skabies mempunyai gejala yang dikenal sebagai 4 Cardinal Sign yang
terdiri dari :
1. Rasa gatal nokturnal. Gatal → 4-6 minggu setelah infestasi pertama kali. Reinfestasi
→ gejala akan muncul dalam 1-4 hari. Individu yang asimtomatis walaupun
terinfestasi oleh skabies → Karier
2. Rasa gatal di area predileksi
3. Riwayat kontak dan gatal pada 1 komunitas (1 rumah, 1 sekolah, 1 tempat kerja, 1
tetangga)
4. Diagnosis pasti → identifikasi mikroskopis dari tungau skabies, telur atau butiran
feses (skibala)
Pruritus atau rasa gatal merupakan manifestasi yang paling nyata dari skabies.
Pruritus semakin parah pada malam hari.Pada pemeriksaan fisik,terdapat lesi
papulovesikular ertematosa atau bintil kemerahan, ekskoriasi atau lecet bekas garukan yang
lebih sering terdapat pada kulit yang tipis yaitu pada selaput di daerah antara jari, sisi jari-jari,
pergelangan tangan bagian dalam dan sisi samping telapak tangan, siku, ketiak, dan
kemaluan. Kepala dan leher biasanya tidak terkena pada orang dewasa yang sehat, akan tetapi
pada bayi, orang tua dan orang deman imunitas yang lemah dapat terkena pada seluruh
permukaan kulit. Diagnosis dapat ditegakkan cukup dengan ditemukan 2 Cardinal Sign
Sebelum menentukan pengobatan, dokter melakukan diagnosis dengan memeriksa
kulit tubuh, mulai dari kulit kepala hingga ujung kaki. Keberadaan tungau bisa diidentifikasi
melalui tampilan kulit. Supaya lebih akurat, dilakukan mengambil sampel kerokan kulit dan
melakukan pemeriksaan lebih lanjut di bawah mikroskop.
6. KESIMPULAN
Skabies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabei, banyak ditemukan pada anak-anak yang hidup berkelompok seperti di asrama, kosann
dan santri yang mondok di Pesantren. Pengobatan skabies harus segera diobati untuk
mencegah penularan pada teman santri yang lain. Pencegahan yang paling penting adalah
menerapkan pola hidup sehat dimanapun mereka bereada.
7. \DAFTAR PUSTAKA
1. Retha R, Sawitri RH. Scabies in Children : A Retrospective study. Berkala
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2020 ; vol. 32 (1) : 55-61
2. Mcali G, Lacarrubba F, Verzi Ae, Chosidow O, Schwartz RA. Scabies in Noninvasive
Diagnosis. Ploa Megl Trop Dis 2-16 Jun ; 10 96) : e0004699
3. Stamm LV, Strowd LC. Ignoring the “Itch” : The Global Health Problem of Scabies.
Am J Trop Med Hyg. 2017 Dec;97(6): 1647-1649.
4. Vasanwala FF, Ong CY, Aw CWD, How CH. Managemeb of Scabies.
Singapore Med J. 2019 jun ; 60(6) : 281-285.
5. Anderson Kl, Strowd LC. Epidemiology, Diagnosis and Treatment of Scabies in
Dermatology Office. J Am Board Fam Med. 2017 Jan 02;30(1) : 78-84.
6. Kurniawan M, Sie SL M, Fanklind. Diagnosis dan Terapi Scabies. Cermin
Dunia Kedokteran. 2020 ; vol. 47 no.2.
" SKABIES M a sala h
&
Penanggulangannya"
Spesialis Kulit
RS. Advent Bandar Lampung
d io
2§.§F l':3
----
- c :cl -
- _.....
, .....
--- .....-
- -...............
....,....,_..
....
◄ WhatsApp ,II -:- 20.05 t O 83%r.li
Q Search
-
Close Participants (34)
<t WhatsApp ,, 1 20.05 I O 82%-., ,
I ■4
,.
MarinceSalea
dr.Syafei Hamzah, SpKK (Co-Host) l sarlita lP ., n
f
I ■4 I Sartika Nurfitriza murni
,
Ester Sadino (Co-Host)
l sehat . f 114
I
f I ,
NenekM ar
I I ■4
SetiawanIOlva
,.,. .
Penny Yati
Pipit
,
,.
Stella_Kau nang (Co-Host) ';I
I
Sopan
Tarkus
,.
sulle
Tina simbolon ,f ,ii
Redmi9A
,.
Asri Nur
vivo1901 f !li
,
Rita Tjendra
I
,. ,..
l vusak ,f Rizky
I I
.
Em il riady ZulaikhaKhoiro Rolindo Tambunan f !li
I AngkasaBiruFm88.9Mhzl.AMTIM . Sarlita lP
-
I nvite
Invite
Invite