Anda di halaman 1dari 22

SKABIES

Hardianti, S.Ked
105505405618

Pembimbing
dr. H. A. Amal Alamsyah M, Sp.KK, M.Si
PENDAHULUAN

Skabies merupakan penyakit infeksi kulit menular yang


disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varieta
hoominis yang dapat ditularkan secara langsung dari
orang ke orang melalui kontak langsung, tetapi dapat
juga secara tidak langsung. Skabies banyak ditemukan
pada panti asuhan, asrama (pondok pesantren), penjara,
serta tempat dengan sanitasi buruk.
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama :G
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 16 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Periksa : 21 Februari
Alamat : Makassar
RESUME

Pasien laki-laki berusia 16 tahun di poli kulit dan kelamin


RSKD Dadi Sul-Sel dengan keluhan bintil-bintil di sela jari
tangan lengan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai
dengan rasa gatal terutama pada malam hari. Pasien tinggal
di pesantren dan sering bergantian handuk dengan teman
sekamarnya. Pasien mengatakan bahwa teman sekamarnya
juga mengalami keluhan yang sama. Riwayat pengobatan(-).
Riwayat penyakit terdahulu dengan penyakit yang sama (-).
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-).
STATUS
DERMATOLOGIS

Lokasi : sela-sela
jari tangan, lengan
tangan

Effloresensi : Papul
eritema, vesikel,
bentuk bulat,
berbatas tegas,
multiple.
LAPORAN KASUS

Diagnosis
• Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien di
diagnosa dengan Skabies.

Penatalaksanaan
∫ Medscab® salep 5%
∫ Desoxymethason krim 0,25%
∫ Asam Salisilat 3%
∫ Sulfur 10%
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


Sarcoptes scabiei varian hominis, yang penularannya
terjadi secara kontak langsung dan tidak langsung.
Ditandai gatal pada malam hari, mengenai sekelompok
orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang
tipis, hangat dan lembab.

• Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W(Editors). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7.
Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2016. Hal.137-40
• Maskur HZ. Infeksi Parasit dan Gangguan Serangga. Harahap M(Editor). Ilmu Penyakit Kulit. Edisi 1. Jakarta: Hipokrates. 2000. Hal.
109-13
TINJAUAN PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI

Skabies merupakan penyakit endemi yang dapat mengenai


semua ras dan golongan diseluruh dunia. Penyakit ini
banyak dijumpai pada anak-anak dan orang dewasa muda,
tetapi dapat mengenai semua umur. Insiden sama pada
pria dan wanita. Cara penularan:
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit)
2. Kontak tak langsung (melalui benda)

Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W(Editors). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta
: Badan Penerbit FKUI. 2016. Hal.137-40
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien adalah seorang anak yang


tertular penyakit skabies secara langsung (berjabat
tangan dan tidur bersama temannya yang
mempunyai penyakit yang sama) serta secara
tidak langsung melalui pakaian, handuk, dan alas
tidur.
TINJAUAN PUSTAKA

ETIOLOGI

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas


Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes.
Tungau ini translusen, berwarna putih, tanpa mata, dan
berbentuk oval dengan 4 pasang kaki. Tungau betina
dewasa berukuran 0,4 x 0,3 mm, sedangkan yang
jantan lebih kecil.

Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies, Other Mites, and Pedikulosis. Lession in: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, et all(Editors).
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th Ed. McGraw-Hill Companies. New York, 2012. p. 2569-573
TINJAUAN PUSTAKA MANIFESTASI
KLINIS

1 2
Pruritus Nokturna Menyerang secara
kelompok

 Gatal pada malam Dalam sebuah keluarga,


hari sehingga seluruh
 Muncul biasanya 4-6 keluarga terkena infeksi,
minggu setelah di asrama, atau pondokan
pajanan pertama
3  Pada ujung terowongan ditemukan papul
Terowongan (kunikulus) atau vesikel, dan seringkali dikelilingi
eritema ringan.
 Predileksi: tangan dan kaki bagian samping
jari tangan dan jari kaki, sela-sela jari,
pergelangan tangan, dan punggung kaki.
 Bayi: terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, dan bisa juga terdapat pada badan,
kepala dan leher.
4
Menemukan tungau

• Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W(Editors). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI. 2016. Hal.137-40
• Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies, Other Mites, and Pedikulosis. Lession in: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, et all(Editors). Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th Ed. McGraw-Hill Companies. New York, 2012. p. 2569-573
• Brown RG, Burns T. Infeksi Ektoparasit. Dalam: Lecture Notes Dermatology. Edisi 8. Jakarta: Erlangga. 2005. Hal. 42-7
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien merasa gatal pada malam


hari, pasien tertular tungau dari teman
sekamarnya di pesantren, lesi yang didapat berupa
papul eritem, vesikel, bentuk bulat, multiple.
Predileksi lesinya terdapat di sela-sela jari dan
lengan.
TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Carilah mula-mula terowongan kemudian pada


ujung yang terlihat papul atau vesikel dikerok
dengan menggunakan skalpel tumpul. Hasil kerokan
tersebut diletakkan di atas kaca mikroskop,
kemudian ditetesi KOH 10%. Tutupi dengan kaca
penutup, kemudian lihat dibawah mikroskop.
DIAGNOSIS BANDING

• biasanya berupa papul, gatal, predileksi


Prurigo ekstensor ekstremitas

• timbul setelah ada gigitan serangga, berupa


Gigitan Serangga urtikaria dan papul.

Folikulitis • nyeri, pustular miliar dikelililngi eritema.


PENATALAKSANAAN

• Dioleskan diseluruh tubuh sesudah mandi dan dipakai 3-4


Sulfur hari berturut-turut kecuali wajah
presipitatum • Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun
4-20% • efektif jika dicampur dengan asam salisilat 2%.

• dioleskan dari dagu hingga ujung jari kaki, diberikan setiap


Emulsi benzil- malam selama 3 hari. Terapi jangan diulang tanpa ada
benzoat (20-25%) anjuran lebih lanjut karena dapat terjadi iritasi dan
sensitisasi yang semakin hebat pada pemakaian berulang
• aplikasi hanya sekali, dan dibersihkan dengan mandi
Permetrin 5% setelah 8-10 jam. Pengobatan diulangi setelah seminggu.
Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.

• mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan


Krotamiton 10% antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan
uretra

Gama benzena • tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan ibu
hamil karena toksis terhadap susunan saraf pusat.
heksa klorida Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala,
1% diulangi seminggu kemudian
PEMBAHASAN

Obat topikal yang pertama diberikan adalah permetrin


5% krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari
selama 10 jam, satu kali seminggu. Pada teori yang
dikemukaan bahwa obat topikal permetrin paling baik
diberikan pada anak-anak. Obat topikal kedua yang
diberikan adalah campuran desoxymethason krim
0,25%, sulfur 10% dan asam salisilat 3%, salep
diberikan selama 3-4 hari pada malam hari setelah
mandi dan dioleskan keseluruh badan kecuali wajah
EDUKASI

1. Semua keluarga dan teman yang memiliki gejala yang


sama harus diobati
2. Semua pakaian, sprei, dan handuk dicuci dengan air
panas
3. Kasur dan bantal sering dijemur
4. Mandi dua kali sehari dan pakai sabun
5. Tidak menggunakan pakaian dan handuk secara
bersamaan
6. Tidak tidur bersama penderita skabies
PROGNOSIS

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian


obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor
predisposisi, antara lain higiene, serta semua orang yang
berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit
ini dapat diberantas dan memberi prognosis baik
DAFTAR PUSTAKA

• Parman, Hamdani, Rachman I, Pratama A. Faktor Risiko Hygiene Perorangan Santri


Terhadap Kejadian Penyakit Kulit Skabies di Pesantren Al-Baqiyatushshalihat Tanjung
Jabung Barat Tahun 2017. Universitas Batanghari Jambi. 2017 Mei; 17(3):243. Diakses
Tanggal 27 Februari 2019
• Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W(Editors).
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2016. Hal.137-
40
• Ratnasari AF, Sungkar S. Prevalensi Skabies dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di
Pesantren X Jakarta Timur. 2014 April; 2(1):8. Diakses Tanggal 27 Februari 2019
• Hilma UD, Ghazali L. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Skabies di Pondok
Pesantren Mlangi Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta. JKKI. 2014 September-
Desember; 6(3):154. Diakses Tanggal 27 Februari 2019
• Maskur HZ. Infeksi Parasit dan Gangguan Serangga. Harahap M(Editor). Ilmu Penyakit
Kulit. Edisi 1. Jakarta: Hipokrates. 2000. Hal. 109-13
• Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies, Other Mites, and Pedikulosis. Lession
in: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, et all(Editors). Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th Ed. McGraw-Hill Companies. New
York, 2012. p. 2569-573
• Brown RG, Bourke J, Cunliffe T. Infeksi dan Infestasi. Dalam: Dermatologi
Dasar Untuk Praktik Klinik. Jakarta: EGC. 2010. Hal. 235-37
• Soetomo. Infeksi Parasit. Dalam: Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 2.
Surabaya: Dep./SMF Kesehatan Kulit Dan Kelamin. 2007. Hal. 61-3
• Brown RG, Burns T. Infeksi Ektoparasit. Dalam: Lecture Notes
Dermatology. Edisi 8. Jakarta: Erlangga. 2005. Hal. 42-7
• Wolff K, Johnson RA. Arthropod Bites, Stings, and Cutaneus Infection.
Lession in: Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology.
6th. McGraw-Hill. New York, 2009. p. 868-76
• Siregar RS. Penyakit Kulit Karena Parasit dan Insekta. Dalam: Saripati
Penyakit Kulit. Hartanto H(Editor). Edisi 2. Jakarta: EGC. 2004, Hal. 164-67

Anda mungkin juga menyukai