BAB I
DASAR TEORI
sarcoptes scabei tahun 1687 yang biasanya berkumpul pada tangan dan pergelangan
.Kutu betina menggali stratum korneum dan bertelur 2-3 butir tiap hari yang kemudian
oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau (mite) sarcoptes scabei.Penyakit ini dikenal
juga dengan nama the itch ,gudik,atau gatal agogo,kutu badan.Pertama kali penyebab
penyakit ini ditemukan oleh Benomo pada tahun 1687 kemudian oleh Mellanby dilakukan
Cara Penularan.
kalau secara kontak langsung terjadi ketika adanya kontak dengan kulit penderita
sedangkan secara kontak tidak langsung melalui benda yang telah dipakai oleh penderita
seperti pakaian ,handuk ,bantal dll dan penyakit ini mudah menular dari manusia ke
manusia ,dari hewan ke manusia dan sebaliknya . Scabies dapat dikategorikan sebagai PHS
(penyakit hubungan seksual).Banyak factor penunjang melusnya penyakit ini diantaranya :
social ekonomi yang rendah ,hygiene yang buruk ,hubungan seksual yang sifatnya
menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela-sela jari ,siku dan selangkangan
.Scabies identik dengan penyakit anak pondok. Penyebabnya adalah kondisi kebersihan
yang kurang terjaga ,sanitasi yang buruk ,kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab
dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung .Penyakit kulit scabies menular
dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya
harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada
komunitas yang terserang scabies karena apabila dilakukan pengobatan secara individual
,ordo Ackarima , super famili sarcoptes .Pada manusia disebut Sarcoptes scabei
var.hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes Scabei yang lain misalnya pada kambing dan
babi .Secara morfologik merupakan tungau kecil brbentuk oval,punggungnya cembung dan
pada bagian perut rata .Tungau ini translusen ,berwarna putih kotor dan tidak bermata
.Ukuran betina kira-kira 330-450 mikron x 250-350 mikron,sedangkan yang jantan lebih
kecil yaitu 220-240 mikron x 150-200 mikron . Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki,2
pasang kaki depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina
berakhir dengan rambut sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
(2005),siklus hidup tungau ini sebagai berikut : Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi diatas kulit ,jantan akan mati ,kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari
dalam terowongan yang digali oleh yang betina .Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk
betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya .Telur akan menetas biasanya dalam
waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.Larva ini dapat tinggal
terowongan tetapi dapat juga keluar setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk jantan dan betina dengan 4 pasang kaki .Seluruh siklus hidupnya
mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari .Akibat
terowongan yang digali Sarcoptes scabei betina yang memakan sel-sel di lapisan
infeksi ektoparasit dan berbentuk kerak berwarna coklat keabuan yang berbau anyir .
cardinal berikut :
Pruritus nokturna artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau
meningkat pada suhu lembab dan panas ,iritasi pada kulit dan muncul gelembung berair
pada kulit .
Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.Begitu pula dalam sebuah perkampungan
yang padat penduduknya sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh
tungau tersebut .
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
dengan stratum korneum yang tipis yaitu sela-sela jari tangan ,pergelangan tangan bagian
volar ,siku bagian luar ,lipat ketiak bagian depan ,areola marne (wanita) ,umbilicus ,bokong
,genetalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah . Pada bayi akan menyerang telapak
Menemukan tungau dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang berwarna kemerahan
dan terasa gatal .Kerokan yang dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah
1.2 Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau ,tidak menimbulkan
iritasi dan tidak toksik ,tidak berbau atau kotor ,tidak merusak atau mewarnai pakaian
Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim .Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif
.Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur ,berbau ,mengotori pakaian ,dan dapat menimbulkan iritasi .
Emulsi benzil-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium ,diberikan setiap malam
selama 3 kali .Obat ini sulit diperoleh ,sering memberi iritasi ,dan kadang-kadang makin
Gama benzene heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio ,termasuk obat
pilihan karena efektif terhadap semua stadium ,mudah digunakan ,dan jarang memberi
iritasi .Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena
toksik terhadap susunan saraf pusat .Pemberiannya cukup sekali selama 8 jam .Jika masih
Kromiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal
.Harus dijauhkan dari mata ,mulut ,dan uretra .Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60%
pemakaian terakhir .
Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan
untuk parasit S .skabiei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia .Seluruh anggota
keluarga dan pasangan seksual harus diobati ,termasuk pasien dengan hiposensitisasi .
c.Riwayat Kesehatan Dahulu
pasien yang kulitnya sensitive mudah terkena scabies biasanya orang yang terkena penyakit
ini maka kulitnya kesensitivan kulit
Pola aktivitas latihan pasien skabies tergantung pada derajat keparahan skabies dengan
keterangan:
0 = Mandiri
2 = Menggunakan alat bantu
3 = Dibantu orang lain
4 = Tergantung penuh / total
e. Pola Eliminasi
Pada pasien scabies tidak ada gangguan pada pola eliminasi
f. Pola Kognitif Perseptual
Saat pengkajian pada pasien scabies dalam keadaan sadar ,bicara lancer dengan
menggunakan bahasa Indonesia ,pendengaran masih bagus dan penglihatan tidak kabur
,wajah pasien tampak meringis menahan gatal-gatal pada seluruh tubuhnya ,pasien tampak
lemah ,pasien kelihatan tidak paham tentang penyakit yang dialaminya .
h. Pola Koping
Bila pasien mempunyai masalah pertama kali ,pasien menceritakan pada suaminya
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda – tanda vital :
- TD : 120/80 MmHg
- Nadi : > 100 x/menit
- Suhu : 38oC
- RR : > 24 x/menit
b. Keadaan Umum
Pada pasien scabies derajat kesadarannya dari
komposmentis,apatis,somnolen,delirium,spoor sampai koma
c. Kulit,Rambut,Kuku
Inspeksi : warna kulit pasien sawo mateng,rambut pasien berwarna hitam dengan persebaran
tidak merata ,kuku normal
Palpasi: turgor kulit jelek,kulit teraba hangat terdapat nyeri tekan pada kulit,terdapat kemerahan
pada kulit,ada rupture kulit,pada pasien scabies keluar pus pada kulit .
d. Kepala
Bentuk wajah simetris ,bentuk tengkorak bulat ,rambut hitam serta tidak terdapat nyeri
tekan ,adanya lesi pada kulit kepala .
e. Mata
Bola mata berbentuk bulat,konjungtiva pucat,sclera putih serta pergerakan bola mata
normal ,pupil normal
f. Telinga
Inspeksi : daun telinga normal,liang telinga terdapat serumen.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada prosesus mastoideus.
g. Hidung
Bentuk hidung normal ,tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan .
h. Mulut
Bentuk bibir normal ,gigi lengkap dan bersih,mukosa bibir kering,lidah bersih
i. Leher
Bentuk leher normal tidak terdapat bendungan vena jogularis,tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid serta nyeri tekan tidak ada.
j. Dada
Bentuk dada normal,pergerakan otot dada simetris,tidak terdapat nyeri tekan
k. Abdomen
Pada pasien CKB bentuk abdomen simetris,tidak terdapat nyeri tekan,tidak terdapat
benjolan /massa,terdapat kemerahan pada bagian perut bagian bawah dan umbilicus
m. Alat Kelamin
Pada pasien scabies terdapat kemerahan pada genetalia
n. Ekstremitas
Atas : terkoordinasi dengan baik
Bawah : terkoordinasi dengan baik
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Cara menemukan tungau :
a. Carilah mula-mula terowongan ,kemudian pada ujung dapat terlihat
papul atau vesikel.Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca objek ,lalu
tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya .
b. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar .
c. Dengan membuat biopsy irisan .Caranya :jepit lesi dengan 2 jari
kemudian buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop
cahaya .
d. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE .
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Data Fokus
Data Objektif :
- Skala nyeri 4
- Pasien lemah
- Perubahan selera makan
- Penurunan intake nutrisi
- Konjungtiva pucat
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak gelisah
- Adanya stratum korneum tipis di seluruh bagian tubuh
- Wajah pasien tampak meringis menahan gatal-gatal pada kulitnya
- Pasien tidur tampak sering terbangun
- Adanya lesi pada kulit kepala
- Pasien kelihatan tidak paham tentang penyakit yang dialaminya
- Ada rupture pada kulit
- Keluar pus pada kulit
- Terdapat nyeri tekan pada kulit
- Turgor kulit jelek
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
- Penurunan berat badan
- Terdapat kemerahan pada genetalia
- Terdapat kemerahan pada daerah umbilicus dan pada perut bagian bawah
- TTV:
- TD : 120/80 MmHg
- Nadi: > 100 x/menit
- RR : > 24 x/menit
- Suhu: 38 oC
2. ANALISA DATA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan skala nyeri 4,pasien
tampak lemah,terdapat nyeri tekan pada kulit ,pasien tampak meringis kesakitan karena
menahan gatal-gatal pada kulitnya
2. Hipertermi berhubungan dengan trauma sel ditandai dengan mukosa bibir kering ,badan
teraba hangat, turgor kulit jelek , suhu: 38 oC,RR : >24 x/menit ,nadi : >100 x/menit ,TD :
120/80 MmHg
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu
dalam memasukkan ,mencerna dan mengabsorbsi makanan ditandai dengan penurunan
berat badan,perubahan selera makan,penurunan intake nutrisi ,pasien lemah,mukosa bibir
kering, turgor kulit jelek
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal pada kulit ditandai dengan suhu : 38
oC ,pasien tampak lemah ,pasien tampak sering terbangun ,konjungtiva pucat .
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan udara lembab adanya scabies ditandai
dengan pasien tampak lemah,turgor kulit jelek,adanya stratum korneum tipis diseluruh
tubuh ,adanya lesi pada kulit kepala ,adanya rupture pada kulit ,keluar pus pada kulit
6. Resiko infeksi berhubungan dengan rupture membrane amneotik/kulit tidak utuh ditandai
dengan terdapat kemerahan pada genetalia ,terdapat kemerahan pada daerah umbilicus dan
perut bagian bawah ,adanya lesi pada kulit kepala
7. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan gambaran diri ditandai dengan
pasien tampak cemas ,pasien tampak lemah ,pasien tampak gelisah
8. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri ditandai dengan pasien tampak
lemah ,pasien tampak cemas ,pasien tampak gelisah , pasien tampak sering terbangun
9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan ditandai dengan pasien
kelihatan tidak paham tentang penyakit yang dialaminya, pasien tampak cemas ,pasien
tampak gelisah
B. PERENCANAAN
3.1 KESIMPULAN
1. Skabies adalah penyakit kulit yang menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap tungau (mite) sarcoptes scabei.
2. Tidak semua diagnosa keperawatan yang sesuai dengan scabies dapat muncul pada
kasus.Diagnosa yang muncul yang sesuai dengan kasus ,dengan kondisi klien adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
2. Hipertermi berhubungan dengan trauma sel
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam memasukkan ,mencerna ,mengabsorbsi makanan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal pada kulit
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan udara lembab adanya scabies
6. Resiko infeksi berhubungan dengan rupture membrane amneotik/kulit tidak utuh
7. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan gambaran diri
8.Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
9.Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
3. Pola intervensi keperawatan yang direncanakan semua dapat dilakukan dan rencana yang
dibuat tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai pada rencana keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut
Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang paling sering
dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa
gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%.
Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari
dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi
putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan jenis jamur yang
menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM,
yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis
jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C.
krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan
jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi
oportunistik.
Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada
neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88%
pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang
menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan jamur itu
thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan infeksi pada saat
dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840) berkesimpulan bahwa alat
minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam
penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama
Oidium Albicans. Nama oidium kemudian berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba
mempelajarinya, antara lain Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout
(1923) menamakan jamur itu dalam genus candida.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Sistem Integumen
dan menambah wawasan Mahasiswa tentang penyakit Candidiasis serta asuhan keperawatan secara
teoritis pada penderita candidiasis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI CANDIDIASIS
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. Candida
merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari
populasi (Silverman S, 2001).
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C.albicans.
Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS),
perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang
(Stedman, 2005).
Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus
(Silverman S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa
terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa
kering atau serostomia (Greenberg M. S. , 2003). Pada umumnya infeksi tersebut dapat di
tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan
mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang menyertainya. (Silverman S, 2001).
Perleche
Infeksi jamur ini merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan retakan dan sayatan
kecil. Bisa berasal dari gigi palsu yang letaknya bergeser dan menyebabkan kelembaban di sudut mulut
sehingga tumbuh jamur.
Infeksi vagina (vulvovaginitis)
Vulvovaginitis sering berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina disertai
Kandidiasis mukokutan kronis (CMC) mengacu pada sekelompok gangguan heterogen yang ditandai oleh
infeksi superfisial berulang atau persisten pada kulit, membran mukosa, dan kuku yang disebabkan
oleh Candida albicans. Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi leukosit atau sistem
hormonal, biasanya terdapat pada penderita dengan bermacam-macam defisiensi yang bersifat genetik,
umumnya terdapat pada anak-anak. Gambaran klinisnya mirip dengan penderita dengan
defek poliendokrin.
b. Candidiasis kutis
Candidiasis intertriginosa
Kelainan ini sering terjadi pada orang-orang gemuk, menyerang lipatan-lipatan kulit yang besar. Lesi di
daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis
dan umbilikalis, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa. Lesi tersebut
dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah
meninggalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
Kandidiasis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.
Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga pada lipat payudara, intergluteal dan umbilikus. Sering
disertai glositis, stomatitis dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-
pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau
mungkin karena gangguan imunologik.
Infeksi jamur ini terjadi pada kuku dan jaringan sekitarnya ini menyebabkan rasa nyeri dan peradangan
sekitar kuku. Kadang-kadang kuku rusak dan menebal. Hal ini sering diderita oleh orang-orang
yang pekerjaannya berhubungan dengan air.
c. Candidosis Sistemik
Endokarditis
Infeksi ini sering disebabkan oleh penumpukan dan pertumbuhan ragi dan pseudohifa /vegetasi pada
katub jantung buatan juga pada morfinis sebagai akibat penyuntikan sendiri.
Meningitis
Reaksi id (kandidid)
Reaksi ini terjadi karena adanya metabolit Candida. Klinisnya berupa vesikel – vesikel yang bergerombol
,terdapat pada sela jari tanganatau bagian badan yang lain ,mirip dermatofitid. Di tempat tersebut tidak
adaelemen jamur. Bila lesi candidosis diobati , kandidid akan sembuh. Jikadilakukan uji kulit dengan
kandidin (antigen kandida) memberi hasil positif
2.3 ETIOLOGI
Faktor predisposisi terjadinya infeksi Candida meliputi faktor endogen maupun eksogen, antara lain
:
1. Faktor endogen :
a. Perubahan fisiologik
Debilitas
Iatrogenik
b. Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna.
2. Faktor eksogen :
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan
masuknya jamur.
1. Pada bayi
Timbul bercak putih pada lidah dan sekitar mulut
Menimbulkan nyeri
Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut gusi danamandel (tonsil)
Nyeri
2.5 PATOFISIOLOGI
Jamur candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit
sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan
sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan berpoliferasi dan
menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit
yang disebabkan jamur candida albicans ini yang pertumbuhannya
dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya pertumbuhan
candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-
obatan yang menekan sistem imunserta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immuno
deficiency Sindrome (AIDS).
Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya
dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan
tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan normal tidak
memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun
manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosa dari candidiasis biasanya berdasarkan dari gejala klinis yang ditimbulkan. Selain itu, dapat
dilakukan pemeriksaan langsung dan pemeriksaan biakan.
1. Pemeriksaan langsung kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau
dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu. Pemeriksaan biakan: bahan yang
akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik
(kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau
lemari suhu 37ºC, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida
albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.
2. Pemeriksaan biakan dilakukan dengan menanam bahan ke dalam agar dekstrosa glukosa Sabouroud,
setelah itu dapat ditambahkan dengan antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Kemudian disimpan dalam suhu kamar 37ºC. Setelah 24-24 jam, koloni akan tumbuh.
Identifikasi untuk Candida albicans dilakukan dengan membiakkannya pada corn meal agar. Pada media
ini, akan membentuk Chlamydoconidia dan pada serumnya akan membentuk germ tube.
Germ tube test merupakan test yang dilakukan untuk membedakan Candida albicans dengan
candidia lainnya secara ekonomis dan efisien. 0,3 ml serum (bisa serum manusia, kelinci, domba)
dicampur dengan sel yeast. Lalu diinkubasi dengan suhu 35-37 oC selama 2-3 jam. Serum diambil dengan
usa dan diletakkan pada objek glass dan ditutup dengan deck glass. Bila terbentuk germ tube maka
kesimpulannya adalah Candida albicans. Germ tube merupakan filament yang dibentuk oleh
Blastoconidia dengan ciri khas tidak ada konstriksi pada perbatasan antara Germ Tube dan Blastoconida.
2.7 PENATALAKSANAAN
Dalam menanganinya dapat dilakukan pengobatan yang bervariasi, tergantung pada daerah mana yang
terkena dampak dari timbulnya Kandidiasis tersebut, seperti:
Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada klien. Selain itu, pengobatan yang paling
sering digunakan saat ini adalah pemakaian Nistatin drop. Nistatin ini akan diteteskan pada mulut bayi
untuk mengobati kandidiasisnya. Ada juga yang menyarankan cara pemakaian yang lain, yaitu tangan ibu
dicuci sampai bersih, teteskan 2 tetes ke ujung jari ibu dan oleskan ke lidah dan mulut bayi secara merata.
Cara ini menjamin obat teroleskan dengan lebih merata namun harus dilakukan dengan hati-hati, jangan
sampai membuat bayi muntah.
a. Bila menderita candidiasis sebaiknya segera mengkonsumsi obat-obatan antifungal seperti
Nistatin dan clotrimazole. Untuk kasus-kasus yang lebih parah, ketoconazole atau flukonazol
dapat diminum sekali sehari.
b. Bila menderita candida esophagitis dapat di obati dengan ketoconazole, itraconazole (Sporanox)
atau flukonazol. Kandidiasis cornu dapat diobati dengan dengan antifungal powders dan krim.
c. Sedangkan bagi candidiasis yang terjadi pada vagina dan menyebabkan infeksi dapat diobati
dengan obat antifungal seperti butoconazole, clotrimazole, miconazole, Nistatin, tioconazole dan
terconazole.
Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus.
Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.
2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan pemberian flukonazol.
3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab ataukumur.
Cara Penularan melalui kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina dan tinja, dari penderita
ataupun “carrier”, atau tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan, penularan endogen.
2.11CARA PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara lain :
1. Pencegahan Pada bayi biasakan mencuci bersih dan mensterilkan botol/dot/pacifier yang digunakan dan
menyimpan pada tempat yang bersih dan kering.
A. PENGKAJIAN
1. SYSTEM KARDIOVASKULER
2. SYSTEM PERNAFASAN
Turgor tidak elastis, terasa gatal dan mukosa oral adanya lesi, pecah-pecah dan kemerahan pada sudut
mulut
4. SYSTEM MUSCULOSKELETAL
Badan terasa lemas dan sulit untuk bergerak karena kurang asupan nutrisi
5. SYSTEM PERSYARAFAN
Kadang-kadang nyeri pada bagian mulut atau bagian lain yang terinfeksi dan kesadaran penuh
6. AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Tanda :Tidur kurang, mata tampak mengantuk, sklera berwarna putih kemerahan, garis
7. SIRKULASI
Tanda : Timbul bercak putih pada mulut dan kemerahan pada kulit yang terinfeksi
8. INTEGRITAS EGO
Gejala : Perasaan cemas dan takut. Putus asa dan tidak berdaya
9. MAKANAN / CAIRAN
10. KEAMANAN
Gejala : Riwayat defisiensi imun, Kulit lecet / kemerahan, Lesi kulit / ulkus pada kulit, Riwayat berulangnya
infeksi jamur.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d proses infeksi yang menghasilkan bentukan warna merah dan eksudat berwarna putih
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nafsu makan menurun
INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN / KRITERIA
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Untuk mengobati
nyeri
2 Hipertermi b.d suhu Setelah dilakukan Kaji ttv klien terutama suhu tubuh
Mengetahui keadaan
tubuh meningkat tindakan keperawatan klien umum klien
1x24 jam diharapkan suhu
tubuh klien kembali
Dengan
menghangatkan
normal. Berikan kompres hangat di sekitar
seluruh permukaan
lipatan misalnya ketiak dan
Dengan kriteria hasil klien kulit, terjadi pelebaran
lipatan paha
mampu : pembuluh darah
disekitar kulit sehingga
Suhu tubuh kembali
aliran darah
normal
bertambah dan panas
Tidak ada perubahan kulit tubuh makin cepat
dibuang keudara
Tidak ada pusing
Menjaga kecukupan
cairan dalam tubuh
dan mencegah
timbulnya panas lebih
tinggi
Pakaian tipis
membantu
mengurangi
penguapan tubuh
Beri minum air putih atau susu <
dari 1000 cc/hr Membantu
menurunkan demam
klien
3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan Kaji pola nutrisi klien Mengetahui pola
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan nutrisi klien
tubuh b.d nafsu makan 1x24 jam diharapkan
Memberikan nutrisi
menurun status nutrisi klien
yang adekuat
membaik.
Beri nutrisi dalam keadaan lunak,
Mencegah kerusakan
Dengan kriteria hasil klien porsi sedikit tapi sering
integritas pada
mampu :
Hindari makanan dan obat- mukosa mulut
Mampu mengidentifikasi obatan yang dapat menimbulkan
kebutuhan nutrisi reaksi alergi pada rongga mulut
Perkembangan nutrisi
Adanya peningkatan Anjurkan keluarga untuk
klien sangat penting
berat badan sesuai melaporkan tentang
diperlukan untuk
dengan tujuan perkembangan nutrisi klien
intervensi selanjutnya
Tidak ada tanda
malnutrisi
Kolaborasi pemasangan NGT jika
Menunjukan peningkatan Membantu klien untuk
fungsi pengecapan dari tidak dapat makan dan minum memenuhi kebutuhan
menelan peroral nutrisi
4 Kerusakan integritas Setelah kaji kerusakaan lesi mukosa oral mengetahui derajat
dilakukan
mukosa oral b.d tindakan keperawatan kerusakan
inflamasi 1x24 jam diharapkan
mengurangi kerusakan
kerusakan berikan kebersihan pada alat-alat
integritas
integritas mukosa
mukosa oral teratasi yang digunakan klien
3.1 KESIMPULAN
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C.albicans. Penyakit ini
biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis,
pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005).
Cara Penularan melalui kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina dan tinja, dari penderita
ataupun “carrier”, atau tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan, penularan endogen.
Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus.
Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.
3.2 SARAN
Dengan kita mengetahui apa itu candidiasis dan bagaimana asuhan keperawatan secara teoritis pada
pasien penderita candidiasis sehingga kita bisa mengaplikasikan nya, dan bisa menambah wawasan kita
tentang candidiasis
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, huda. Asuhan keperawatan berdasarkan dignosa medis & nic-noc. Edisi revisi 2015, penerbit
mediaction : Jakarta
Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17, Cetakan II, Penerbit CV. Infomedika,
Jakarta, 2006
Greenberg L. Michael. 2005. Teks- Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Jilid 2.Jakarta : Erlangga
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35555-Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-
Askep%20Candidiasis.html