A. DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiel var hominis dan produknya.faktor penunjang penyakit ini antara lain sosial
ekonomi rendah, hygiene buruk, sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan
perkembangan demografis serta ekologik.
B. ETIOLOGI
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai akibat
infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes
scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida,
ordo Acarina, super famili Sarcoptes (Djuanda, 2010).
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara
morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata. Ukurannya
yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan
lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk
melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang
jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat
perekat.
C. KLASIFIKASI SKABIES
a. Skabies pada orang bersih yang merupakan skabies pada orang dengan tingkat
kebersihannya cukup, bisa salah didiagnosis karena kutu biasanya hilang akibat
mandi secara teratur.
b. Skabies pada bayi dan anak lesi skabies yang mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan.
c. Skabies yang ditularkan oleh hewan dapat menyerang manusia yang pekerjaannya
berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala.
Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat
pada tempat-tempat kontak, dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut
dan mandi bersih-bersih.
d. Skabies Nodular terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering dikenai
adalah genitalia pria, lipatan paha, dan aksila.
e. Skabies Inkognito, obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan
tanda scabies, sementara infestasi tetap ada.
f. Skabies krustosa ( Norwegian Scabies), lesinya berupa gambaran eritodermi, yang
disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku.
D. CARA PENULARAN
Penularan biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi larva. Penyakit
scabies banyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat penduduknya, (2) lingkungan
kumuh, (3) lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Penularan penyakit scabies
dapat melalui 2 kontak yaitu langsung dan kontak tidak langsung yaitu:
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dll
E. PATOGENESIS
Kelainan kulit disebabkan tungau scabies dan garukan gatal akibat sensitisasi terhadap
secret dan ekskret tungau kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dll. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan.
Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal
yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko, 2001).
F. MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut:
a. Pruritus nokturnia (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yang lembab dan panas merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas.
b. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusi, misalnya mengenai seluruh anggota
keluarga.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang hebat terutama pada malam sebelum
tidur. Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas
garukan).
G. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan secara umum
Pada Klien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur setiap hari.
Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara teratur dan
bila perlu direndam dengan air panas. Secara umum meningkatkan kebersihan
lingkungan maupun perorangan dan meningkatkan status gizinya. Beberapa syarat
pengobatan yang harus diperhatikan:
1. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan secara
serentak.
2. Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu menggunakan sikat
untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
3. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur, selimut
harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa jam.
Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya mandi
dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit
mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan
tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang,
langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan
antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan seterika panas
untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering.
c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket.
d. Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab
Penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis
dini dan cara pengobatan penderita skabies dan orang-orang yang kontak dengan penderita
skabies,meliputi :
a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya. Laporan kepada Dinas
Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang dilakukan.
b. Isolasi santri yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam pondok sampai dilakukan
pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit diisolasi sampai dengan 24 jam
setelah dilakukan pengobatan yang efektif. Disinfeksi serentak yaitu pakaian dalam dan
sprei yang digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan dicuci
dengan menggunakan sistem pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan, hal ini
dapat membunuh kutu dan telur.
Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower dengan air yang telah
dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan lain adalah dengan
mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organic maupun non organic
pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan didiamkan selama 10 jam. Alternatif lain
adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan
antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi
kering.