Anda di halaman 1dari 4

A.

Definisi/pengertian

skabies merupakan penyakit kulit yang


endemis diwilayah beriklim tropis dan
dan subtropis, merupakan penyakit
kulit menular. Skabies dalam bahasa
Indonesia sering disebut kudis, orang jawa
menyebutnya gudig, sedangkan orang sunda
menyebutnya budug. Penyakit ini juga
sering disebut dengan kutu badan, budukan,
gatas agogo,yang disebabkan oleh
Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis
kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal,
terutama pada malam hari dan ditularkan
melalui kontak langsung atau tidak langsung
melalui alas tempat tidur dan pakaian.
Infestasi tungau ini mudah menyebar
dari orang ke orang melalui kontak fisik dan
sering menyerang seluruh penghuni dalam
satu rumah. Tungau betina membuat
terowongan di bawah lapisan kulit paling
atas dan menyimpan telurnya dalam lubang.
Beberapa hari kemudian akan menetas
tungau muda (larva). Infeksi menyebabkan
gatal-gatal hebat, mungkinan merupakan
suatu reaksi alergi terhadap tungau.

B. Penyebab scabes
Penyebab scabes adalah sanitasi yang buruk dan dapat menyerang manusia yang hidup
berkelompok, tinggal di asrama, barak-barak tentara, rumah tahanan dan pesantren maupun
panti asuhan serta tempat-tempat yang lembab dan kurang mendapat sinar matahari.
Menurut Notobroto, 2005 dalam
Astriyanti, 2010 menyatakan bahwa faktor
yang berperan dalam penyakit kulit adalah
sosial ekonomi yang rendah,hygiene
perorangan yang jelek, lingkungan yang
tidak saniter, dan perilaku yang tidak
mendukung kesehatan. Di beberapa negara termasuk Indonesia penyakit skabies yang
hampir teratas icenderung mulai bangkit dan merebak kembali. Laporan dari dinas
kesehatan dan dokter praktek
mengidikasikan bahwa penyakit skabies
telah meningkat di beberapa daerah.

C. Lokasi atau orang tubuh yang terserang

merupakan jenis penyakit yang terjadi karena adanya kutu yang menyerang pada bagian
bawah kulit pada seluruh tubuh terutama lipatan jari, hingga ke bagian genital alias
kemaluan.
D. Penyebab atau faktor penyakit
Banyak faktor yang menunjang
perkembangan penyakit skabies, antara lain :
keadaan sosial ekonomi yang rendah,
hiegenitas yang buruk, hubungan seksual
yang sifatnya promiskuitas (tidak memilih-
milih), dan perkembangan demografik serta
ekologi yang buruk merupakan hal-hal yang erat kaitannya dengan perkembangan penyakit
ini.
Faktor yang menyebabkan skabies adalah
keterkaitan antara faktor sosio demografi
dengan lingkungan,

a. Faktor sosio demografi


Faktor sosio demografi antara lain
kemiskinan, malnutrisi, personal
hygiene yang buruk, rendahnya Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
kepadatan pendudukDi Provinsi
NusaTenggara Barat skabies di sebabkan
karena kontak dengan hewan yang
terkena skabies
.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi kelembaban
yang tinggi dan sanitasi yang rendah
terutama di daerah kumuh.3,20,21,22 di luar kulit tungau dapat bertahan hidup 2
sampai 3 hari pada suhu kamar dengan
kelembaban 40% sampai 80%.

E. Masa inkubasi atau masa perjalanan penyakit.


Tanda dan gejala penyakit

Masa inkubasi berlangsung 2 sampai 6


minggu sebelum serangan gatal muncul pada orang yang sebelumnya belum pernah
terpajan. Orang yang sebelumnya pernah menderita skabies maka gejala akan muncul 1 – 4
hari setelah infeksi ulang.

Tanda dan gejala penyakit


Gejala penyakit skabies pada kulit
adalah warna merah, iritasi, gelembung
berair, dan gatal pada malam hari di bagian
kulit yang tipis seperti sela-sela jari tangan
dan kaki, siku, selangkangan dan sekitar
kelamin, lipatan paha, perut bagian bawah,
pantat, dan pinggang.Keluhan utama pada
penderita skabies (gudik) adalah rasa gatal
terutama waktu malam hari, tonjolan kulit
(lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang
sekitar 1 cm dan kadang disertai nanah
karena infeksi kuman akibat garukan.

Tanda penyakit skabies


Ciri scabies ini ditandai dengan nodul atau bintil berukuran 2-20mm yang muncul pada area
kulit yang sangat tipis, yaitu:

sekitar genital
bokong
pangkal paha
ketiak

F. komplikasi penyakit.
Komplikasi akibat skabies sangat jarang terjadi dan biasanya muncul akibat garukan hebat
yang menyebabkan rusaknya lapisan kulit. Kerusakan lapisan kulit dapat menjadi port de
entree bagi bakteri dan menyebabkan infeksi sekunder. Bakteri yang sering menjadi
penyebab infeksi sekunder adalah Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus.
Komplikasi juga dapat terjadi bila infestasi skabies mengeksaserbasi penyakit awal yang
telah diderita seperti dermatitis atopik, psoriasis, transient acantholytic dermatosis, serta
dermatitis lainnya.

G. Pemeriksaan diagnosis Labor rongen skabies


Diagnosis infestasi skabies biasanya dibuat berdasarkan penampilan dan distribusi ruam
dan adanya liang.

Bila memungkinkan, diagnosis skabies harus dikonfirmasi dengan mengidentifikasi tungau


atau telur tungau atau kotoran (scybala). Hal ini dapat dilakukan dengan mengeluarkan
tungau secara hati-hati dari ujung liangnya menggunakan ujung jarum atau dengan
menggores kulit untuk memeriksa tungau, telur, atau kotoran tungau (scybala) di bawah
mikroskop. Namun, seseorang masih dapat terinfestasi bahkan jika tungau, telur, atau
kotoran tidak dapat ditemukan; kurang dari 10-15 tungau mungkin ada pada orang yang
terinfeksi yang dinyatakan sehat.

H. Pengombatan
a. Secara umum
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur setiap hari.
Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara teratur dan
bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang
beresiko Tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara
umum meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan meningkatkan status
gizinya.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan:
1) Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan secara
serentak.
2) Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur, selimut
harus
dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa jam.

b. secara khusus.
obat-obat anti skabies yang tersedia
dalam bentuk topikal antara lain:
1) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim.
Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan
iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
2) Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang
makin gatal setelah dipakai.
3) Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau
losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan
jarang memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.
4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua
efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
5) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan,
efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh
diulangi setelah seminggu. Tidak anjurkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.
Evaluasi hasil dilihat dari penurunan infeksi (tingkat kesembuhan) yaitu 2 minggu setelah
dilakukan pengobatan.

I. Pencegahan

Anda mungkin juga menyukai