Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

A DENGAN SCHABIES
DI WISMA DAHLIAPANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 1
CIPAYUNG

Disusun Oleh :
MAHASISWA PROFESI NERS

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversible serta menunjukkan
adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun social akan saling berinteraksi satu sama
lain. Proses menua yang terjadi pada lansia dapat digambarkan melalui tiga tahap,
yaitu: kelemahan (Impairment), keterbatasan fungsional (Fungtional Limitation),
ketidakmampuan (Disability) dan hambatan (Handicap) yang akan dialami bersamaan
dengan proses kemunduran (Bondan, 2009).
Salah satu organ yang mengalami kemunduran adalah kulit. Kulit merupakan
organ terluar dari tubuh manusia yang memiliki banyak fungsi. Sebagai system organ
tubuh yang paling luas, kulit tidak bias terpisahkan dari kehidupan manusia. Kulit
membangun sebuah barrier yang memisahkan organ organ internal dengan
lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital. Selain
sebagai pelindung terhadap cedera fisik, kekeringan, zat kimia, kuman penyakit, dan
radiasi, kulit juga berfungsi sebagai pengindera, pengatur suhu tubuh, dan ikut
mengatur peradaran darah.Kulit bersambungan dengan membrane mukosa pada
ostium externa system digestivus, respiratorius dan urogenitalis. Karena kelainan kulit
mudah terlihat, keluhan dermatologic umumnya menjadi alasan utama mengapa
pasien mencari pelayanan kesehatan.
Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Tungau Sarcoptes
Scabie tipe humanus yang merupakan sejenis family Anthropoda yang benyak
menyerang pada orang-orang yang hidup dengan kondisi hygiene dibawah standard
dan orang-orang yang seksual aktif atau hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas
(dengan siapa saja, tidak memilih – milih), sosial ekonomi rendah, kesalahan
diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik. Sarcoptes Scabiei
menginvasi kulit pada bagian epidermis tepatnya pada Scratum Corneum. Dimana
lapisan ini merupakan lapisan sel  yang  sangat gepeng penuh keratin tanpa inti tanpa
organel sitoplasma. Pada sel-sel lapisan Scratum Corneum saling melekat erat dengan
dermosom yang telah dimodifikasi. Pada lapis-lapis luar Scratum Corneum yang telah
mengalami kereatinisasi sempurna, sel-selnya akan mati, melonggar dan akhirnya
akan dilepaskan.Sarcoptes Scabie masuk kedalam Scratum Corneum membentuk
kanali kulit  atau terowongan yang lurus atau berkelok-kelok sepanjang 0,6-1,2 cm,
sehingga penyakit ini menimbulkan rasa gatal dan eksema yang disebabkan oleh
garutan.
Scabies atau Kudis dapat menyerang  dan paling banyak ditemukan pada
anak-anak dan lansia. Scabies ini juga sering menjangkit dikomunitas yang padat,
pusat asuhan-asuhan, asrama dan panti-panti.Tempat – tempat predileksinya yaitu ;
sela – sela jari tangan, pergelangan tangan bagian dalam, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), pusat, bokong, alat kelamin luar (pria) dan
perut bagian bawah. 
PSTW Budi Mulia 1 merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas
Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan
sosial lanjut usia terlantar.PSTW Budi Mulia 1 memiliki beberapa wiswa, salah
satunya adalah Wisma Dahlia. Wisma Dahlia ditujukan untuk para lansia yang
memiliki kebutuhan khusus. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan sebesar 39,3 %
lansia mengalami gatal-gatal yang disebabkan oleh scabies.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan schabies
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan schabies
b. Mahasiswa mampu memberikan diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
dengan schabies
c. Mahasiswa memberikan intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien
dengan schabies
d. Mahasiswa mampu memberikan evaluasi yang dapat dilakukan pada pasien
dengan schabies.

C. Metode penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi
kepustakaan dan studi kasus.
D. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
3. Ruang Lingkup
4. Metoda Penulisan
5. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Dasar
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patologi
d. Manifestasi Klinik
e. Komplikasi
f. Pemeriksaan Umum
g. Pemeriksaan Penunjang
h. Penatalaksanaan
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
d. Implementasi
e. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Sa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Scabies  merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor
tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda ,
kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei
var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada kambing oleh S. scabiei var
caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var ovis.                         
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma
gatal Sarcoptes scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk
kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Kecil ukurannya, hanya bisa dilihat dibawah lensa mikroskop, yang hidup didalam
jaringan kulit penderita, hidup membuat terowongan yang bentuknya memanjang
dimalam hari. Itu sebabnya rasa gatal makin menjadi-jadi dimalam hari, sehingga
membuat orang sulit tidur. Dibandingkan penyakit kulit gatal lainnya, scabies
merupakan penyakit kulit dengan rasa gatal yang lebih dibandingkan dengan penyakit
kulit lain.
Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal
agogo.  Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3
sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung
alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu
jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila
kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam
waktu tujuh sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat berubah
menjadi nimfa, selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Hal yang paling disukai kutu
betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari
longlegs dan tangan, siku, pergelangan tangan, bahu, dan daerah kemaluan. Pada bayi
yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka, dan kulit kepala sering
diserang kutu tersebut.
Faktor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene
buruk, sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
demografis serta ekologik. Penularan penyakit skabies inidapat terjadi scara langsung
maupun tidak langsung, karenanya tak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat
dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di pesantren. 

B.  Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei varian
hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis.
Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara
morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan
yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2pasang longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat
dan 2pasang longlegs kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada
yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir
dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih
dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi
dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari
telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas
menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan
masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan
menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,
sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup
diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian
kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi,
karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit
skabies ini.
C. Pengklasifikasian Skabies
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut
antara lain (Sungkar, S, 1995):
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan lesi
berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar
ditemukan.
2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan
kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada
dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan
gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.
Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki,
inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap
tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang
ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu
tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies
adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat
terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya
terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang
kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek
dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan
dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan
siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang
luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat
predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut,
telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies
biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini
sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).
Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh
tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering
terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang
tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang
lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).

D. Manifestasi Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :
1. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
2. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seliruh
anggota keluarga.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang
1cm, pada uung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya
daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae
dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh
permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan
wajah.
4.   Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
5. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga
diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jia penyakit berlangsung lama, dapat
timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.

E. Patofisiologi Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan
sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan
tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret
tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

F. Pemeriksaan Penunjang
Cara menemukan tungau :
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau
vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan
aca penutup dan lhat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan
dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari kemudian buat irisa
tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.

G. Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau
mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada
bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan
efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena
tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat
menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan
kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio,
termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6
tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya
cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
4. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies
dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya
efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan
dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6.  Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya
bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Resume
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Januari 2015. Ny.A berusia ... tahun
tinggal di Wisma Dahlia kurang lebih ... tahun yang lalu. Ny.A mengatakan sering
merasa gatal-gatal disekujur tubuhnya sejak 2 minggu yang lalu. Berdasarkan
pengkajian tampak adanya lesi disertai dengan puss di kedua telapak tangan. Ny.A
mengatakan tangannya terasa gatal yang menyengat-nyengat. Gatal timbul pada
malam hari, dimana gatal yang dirasakan membuatnya tidak bisa tidur. Pemeriksaan
TTV didapatkan TD 120/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 12x/menit, Suhu 36 0 C.
Tampak adanya bintik-bintik merah pada badan dan ektremitas. Ny.A mengatakan
apabila gatal-gatal muncul digaruk dengan menggunakan kukunya. Pemeriksaan
tonus otot didapatkan adanya penurunan fungsi pada ektremitas bawah. Ny.A
mengatakan dalam sehari mandi hanya 1 kali dibantu oleh petugas (caregiver) yang
ada di Wisma Dahlia.

B. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif

1. Ny.A mengatakan sering merasa 1. Berdasarkan pengkajian tampak


gatal-gatal disekujur tubuhnya sejak adanya lesi disertai dengan puss di
2 minggu yang lalu. kedua telapak tangan.
2. Ny.A mengatakan tangannya terasa 2. Tampak adanya bintik-bintik merah
gatal yang menyengat-nyengat. pada badan dan ektremitas.
3. Ny.A mengatakan gatal timbul pada 3. Pemeriksaan TTV didapatkan TD
malam hari, dimana gatal yang 120/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR
dirasakan membuatnya tidak bisa 12x/menit, Suhu 360 C.
tidur. 4. Turgor kulit tidak elastis, kulit kering.
4. Ny.A mengatakan apabila gatal- 5. Tampak adanya kulit yang
gatal muncul digaruk dengan mengelupas di seluruh tubuh.
menggunakan kukunya. 6. Pemeriksaan tonus otot didapatkan
5. Ny.A mengatakan dalam sehari adanya penurunan fungsi pada
mandi hanya 1 kali dibantu oleh ektremitas bawah.
petugas (caregiver) yang ada di 7. Ny.A tampak memijat- mijat lututnya
Wisma Dahlia. yang nyeri.
6. Ny.A mengatakan sering mengeluh 8. Persendian Ny.A tampak kaku-kaku
nyeri pada persendiannya. 9. Ny.A mengalami kesulitan dalam
7. Nyeri timbul ketika pagi hari dan melakukan mobilisasi, dikarenakan
cuaca dingin. penyakit yang diderita.
8. Ny.A mengatakan tidak bisa 10. Sehari- hari Ny.A mobilisasi dengan
berjalan. merangkak.
9. Ny.A mengatakan tidak bisa 11. Kekuatan tonus otot
berjalan sejak 6 bulan.
10. Ny.A mengatakan takut jatuh
apabila beraktifitas.
11. Ny.A mengatakan untuk makan, 12. Berdasarkan hasil Morse Fall Scale
minum, dan kebutuhan lainnya (MFS) Ny.A dikategorikan resiko
harus dibantu oleh petugas. tinggi dimana score dalam
12. Ny.A mengatakan tidak bisa pemeriksaan MFS >51
berjalan. 13. Berdasarkan pengkajian kondisi
13. Ny.A mengatakan ketika akan panti, tidak adanya pegangan tangan
berpindah harus dibantu oleh untuk para WBS ketika akan ke
caregiver kamar mandi.
14. Ny.A mengatakan takut jatuh 14. Berdasarkan pengkajian, musim hujan
apabila beraktifitas. mengakibatkan lantai tempat WBS
15. Ny.A mengatakan semua aktivitas beraktifitas basah dan licin sehingga
harus dibantu oleh caregiver. beresiko untuk terjatuh.

C. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
Data Subjektif Kerusakan integritas Pruritus,
1. Ny.A mengatakan sering merasa kulit personal higiene
gatal-gatal disekujur tubuhnya sejak tidak efektif,
2 minggu yang lalu.
2. Ny.A mengatakan tangannya terasa
gatal yang menyengat-nyengat.
3. Ny.A mengatakan gatal timbul pada
malam hari, dimana gatal yang
dirasakan membuatnya tidak bisa
tidur.
4. Ny.A mengatakan apabila gatal-
gatal muncul digaruk dengan
menggunakan kukunya.
5. Ny.A mengatakan dalam sehari
mandi hanya 1 kali dibantu oleh
petugas (caregiver) yang ada di
Wisma Dahlia.
Data Objektif
1. Berdasarkan pengkajian tampak
adanya lesi disertai dengan puss di
kedua telapak tangan.
2. Tampak adanya bintik-bintik merah
pada badan dan ektremitas.
3. Pemeriksaan TTV didapatkan TD
120/70 mmHg, Nadi 80 x/menit,
RR 12x/menit, Suhu 360 C.
4. Turgor kulit tidak elastis, kulit
kering.
5. Tampak adanya kulit yang
mengelupas di seluruh tubuh.

Data Subjektif Gangguan Mobilisasi athritis


1. Ny.A mengatakan sering mengeluh fisik
nyeri pada persendiannya.
2. Nyeri timbul ketika pagi hari dan
cuaca dingin.
3. Ny.A mengatakan tidak bisa
berjalan.
4. Ny.A mengatakan tidak bisa
berjalan sejak 6 bulan.
5. Ny.A mengatakan takut jatuh
apabila beraktifitas.
6. Ny.A mengatakan untuk makan,
minum, dan kebutuhan lainnya
harus dibantu oleh petugas.

DATA OBJEKTIF
1. Ny.A tampak memijat- mijat
lututnya yang nyeri.
2. Persendian Ny.A tampak kaku-
kaku
3. Ny.A mengalami kesulitan dalam
melakukan mobilisasi, dikarenakan
penyakit yang diderita.
4. Sehari-hari Ny.A mobilisasi
dengan merangkak.
5. Kekuatan tonus otot

Data Subjektif Resiko jatuh Proses penyakit


1. Ny.A mengatakan tidak bisa
berjalan.
2. Ny.A mengatakan ketika akan
berpindah harus dibantu oleh
caregiver
3. Ny.A mengatakan tidak bisa
berjalan sejak 6 bulan.
4. Ny.A mengatakan takut jatuh
apabila beraktifitas.
5. Ny.A mengatakan semua aktivitas
harus dibantu oleh caregiver.

Data Objektif
1. Berdasarkan hasil Morse Fall
Scale (MFS) Ny.A dikategorikan
resiko tinggi dimana score dalam
pemeriksaan MFS >51
2. Berdasarkan pengkajian kondisi
panti, tidak adanya pegangan
tangan untuk para WBS ketika
akan ke kamar mandi.
3. Berdasarkan pengkajian, musim
hujan mengakibatkan lantai
tempat WBS beraktifitas basah
dan licin sehingga beresiko untuk
terjatuh.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d pruritus, personal higiene yang kurang.
2. Gangguan mobilisasi fisik b.d athritis
3. Risiko Jatuh b.d proses penyakit
E. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Kerusakan Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk
integritas kulit b.d tindakan keperawatan menggunakan pakaian yang
pruritus, personal selama 6x8 jam longgar.
higiene yang diharapkan kerusakan 2. Hindari kerutan pada tempat
kurang. integritas kulit tidak tidur.
terjadi dengan kriteria 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
hasil : bersih dan kering.
a. Integritas kulit 4. Monitor kulit akan adanya
yang baik bisa kebersihan.
dipertahankan 5. Oleskan lotion atau minyak/
(sensasi, baby oil pada daerah yang
elastisitas, tertekan.
temperatur, hidrasi 6. Observasi luka: lokasi,
dan pigmentasi) dimensi, kedalaman luka,
b. Tidak ada luka/lesi karakteristik, warna cairan,
pada kulit. granulasi, jaringan nekrotik,
c. Perfusi jaringan tanda-tanda infeksi.
baik. 7. Lakukan perawatan luka
d. Mampu dengan teknik yang benar.
melindungi kulit 8. Monitor aktivitas dan
dan mobilisasi pasien.
mempertahankan 9. Monitor status nutrisi pasien.
kelembapan kulit 10. Anjurkan pasien mandi dengan
dan perawatan sabun dan air hangat.
alami. 11. Inspeksi kulit terutama pada
tulang – tulang yang menonjol
dan titik-titik tekanan ketika
merubah posisi pasien.
12. Pantau kebersihan alat tenun
seperti seprei, sarung bantal
dan selimut.
13. Jaga kuku pasien tetap pendek.
14. Ajarkan teknik menggaruk
yang benar.
15. Kolaborasi : pemberian salep
topikal dan oral.
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Pantau TTV
mobilisasi fisik tindakan keperawatan 2. Kaji kemampuan klien dalam
b.d athritis selama 6x8 jam melakukan mobilisasi
diharapkan gangguan 3. Bantu pasien pasien dalam
mobilisasi fisik tidak memenuhi kebutuhan ADLs
terjadi dengan kriteria secara mandiri sesuai
hasil : kemampuan.
a. Mampu 4. Dampingi dan bantu pasien
meningkatkan saat mobilisasi dan bantu
aktivitas fisik pemenuhan ADLs
b. Memperagakan 5. Konsultasi dengan terapi fisik
penggunaan alat tentang rencana ambulasi
bantu untuk sesuai dengan kebutuhan.
mobilisasi 6. Bantu klien untuk
(kruk/tongkat/wal menggunakan
ker) kruk/tongkat/walker saat
c. Mampu berjalan dan cegah terhadap
melakukan ROM cedera.
aktif 7. Ajarkan dan bantu pasien
dalam melakukan aktifitas fisik
seperti senam dan ROM.
3 Risiko Cedera b.d Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan yang
proses penyakit tindakan keperawatan aman untuk pasien
selama 6x8 jam 2. Identifikasi kebutuhan
diharapkan resiko keamanan pasien, sesuai
resiko cedera tidak dengan kondisi fisik dan fungsi
terjadi dengan kriteria kognitif klien dan riwayat
hasil : penyakit terdahulu klien.
a. Klien terbebas dari 3. Menghindarkan lingkungan
cedera yang berbahaya (misalnya
b. Klien mampu memindahkan perabotan)
menjelaskan 4. Memberikan penerangan yang
cara/metode untuk cukup
mencegah cedera. 5. Mengontrol lingkungan dari
c. Mampu kebisingan.
menggunakan 6. Letakkan barang-barang yang
tongkat/kruk/walk dibutuhkan pasien berada
er dengan baik dan dalam jangkauan pasien.
tidak 7. Pastikan lantai tidak licin
menimbulkan 8. Ajarkan penggunaan
cedera tongkat/kruk/walker yang
aman.
9. Kolaborasi pemasangan
pegangan tangan di tempat
yang diperlukan seperti di
kamar mandi.
10. Anjurkan pasien tidak
mengangkat barang yang berat.
11. Hindari olahraga yang
berlebih.
12. Perhatikan alaskaki yang
digunakan klien.
F. Implementasi
No Hari/Tgl Dx Implementasi dan Hasil
Jam
Kep
1 Selasa, 10 07.00 Memberi makan pagi. Hasil : Ny.A makan
Februari sendiri, makan habis 1 porsi
2015 08.30 Perawatan Luka : lesi disertai puss pada kedua
tangan.
09.00 Kolaborasi pemberian obat topikal (gentamicin
salep)
10.00 Pengkajian pada Ny.A (hasil pada format
pengkajian)
11.30 Pemeriksaan fisik pada Ny.A
12.00 Memberi makan siang. Hasil : Ny.A makan
sendiri, makan habis 1 porsi.
12.30 Perawatan Luka : lesi disertai puss pada kedua
tangan.
2 Rabu, 11 07.00 Memberi makan pagi. Hasil : Ny.A makan
Februari sendiri, makan habis 1 porsi
2015 08.00 TTV (TD : 110/70 mmHg, 80x/menit, 12x/menit)
09.00 Perawatan Luka : lesi disertai puss pada kedua
tangan.
Kolaborasi pemberian obat topikal (gentamicin
salep)
09.45 ROM
12.00 Memberi makan siang. Hasil : Ny.A makan
sendiri, makan habis 1 porsi.
3 Kamis, 12 07.00 Memberi makan pagi. Hasil : Ny.A makan
Februari sendiri, makan habis 1 porsi
2015 08.00 TTV (TD : 110/70 mmHg, 80x/menit, 12x/menit)
Dx 1 09.00 Perawatan Luka : lesi disertai puss pada kedua
tangan.
Kolaborasi pemberian obat topikal (gentamicin
salep)
09.45 ROM
12.00 Memberi makan siang. Hasil : Ny.A makan
sendiri, makan habis 1 porsi.

4 Jumat, 13 07.00 Memberi makan pagi. Hasil : Ny.A makan


Februari sendiri, makan habis 1 porsi
2015 08.00 TTV (TD : 110/70 mmHg, 80x/menit, 12x/menit)
09.00 Perawatan Luka : lesi disertai puss pada kedua
tangan.
Kolaborasi pemberian obat topikal (gentamicin
salep)
09.45 ROM
12.00 Memberi makan siang. Hasil : Ny.A makan
sendiri, makan habis 1 porsi.
G. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai