PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Mayang & Nasrul, 2017). Skabies juga dikenal sebagai kudis dalam
bahasa indonesia dan gudik dalam bahasa jawa. Menurut WHO (World
beriklim panas dan tropis yang memiliki potensi endemik suatu penyakit
mengganggu.
rasa gatal yang mengganggu pada malam hari. Faktor yang mempengaruhi
hygiene. Menurut (Parman, dkk, 2017) kebersihan kulit yang kurang baik
dengan kulit yang terjaga kebersihannya, hal tersebut juga berlaku pada
1
dan memiliki kebersihan yang buruk. Menurut (Mading & Indriaty, 2015)
lingkungan buruk.
dibawah lapisan terluar kulit penjamu. Satu bulan atau lebih setelah tungau
memasuki tubuh, kulit pejamu akan terasa gatal secara intens, terutama
jika kulit sudah tetutupi banyak tungau. Akan muncul titik merah, dengan
setengah inci dengan vesikel kecil dan area depresi. Skabies terutama
pergelangan tangan, bagian depan siku tangan, titik siku tangan, lipatan
Tungau dapat hidup berbulan - bulan atau bertahun - tahun pada tubuh
individu yang tidak mendapatkan terapi atau yang memiliki hygiene yang
skabies (WHO, 2017). Selain itu skabies juga ditemukan pada semua
2
indonesia tahun 2016 adalah 7,4% - 12,9. Di Bantul tahun 2015
Skabies dapat menjangkit semua orang pada semua umur, ras dan level
skabies terjadi secara sporadik atau dalam bentuk endemik yang panjang.
penghuni.
faktor yang dapat menyebarkan penyakit kulit seperti skabies (Mading dan
Sopi, 2015).
scabies varietas hominis (Walton SF & Currie BJ, 2007) dan (Ko JC &
3
parasitik epidermal yang insidensi dan prevalensinya bervariasi sekitar 0,2
- 71,4% terkait lokasi dan populasi (Romani, dkk, 2015) dan (Gunning K,
dkk, 2012).
adanya kutu, telur, atau cangkang telur pada sedian tersebut (Kemkes RI,
2015).
Menurut (Akmal SC, dkk, 2013) dan (Ratna I, dkk, 2015) mengemukakan
penghuni rumah yang padat lebih dari 5 orang, penggunaan barang pribadi
4
lingkungan yang buruk. Dari faktor tersebut, ditemukan bahwa personal
Penyakit skabies yang dialami oleh santri ternyata dapat berdampak pada
prestasi belajarnya. Hal ini disebabkan manifestasi klinis dari skabies yang
dirasakan langsung oleh penderita adalah rasa gatal terutama pada malam
hari atau saat cuaca panas dan penderita berkeringat. Kondisi ini
harinya tampak dan lesu. Gangguan tidur yang berlangsung lama dapat
Salah satu masalah kesehatan yang banyak dialami oleh sebagian besar
perlindungan tubuh paling luar, yaitu kulit. Kulit adalah organ tubuh yang
terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia dan
organ yang ensensial dari vital serta merupakan cermin kesehatan dan
(Harahap, 2018).
lingkungan dan kebiasaan hidup sehari - hari. Lingkungan yang sehat dan
bersih akan membawa efek yang baik pula bagi kulit. Demikian juga
5
sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya
berbagai macam penyakit, selain itu kulit juga mempunyai nilai estetika.
Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani
dan lain - lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit
Pondok pesantren memiliki kegiatan yang sangat padat terdiri dari formal
dan non formal. Kepadatan jadwal kegiatan yang ada dalam pondok
sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan yang lebih tinggi.
6
Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan kulit pasien atau tidak
panti asuhan, panti jompo, dan sekolah asrama. Penyebab skabies antara
tubuh akibat HIV, sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk,
kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan yang
Penyakit kulit skabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang
7
penggunaan barang - barang penderita secara bersama - sama. Pakaian,
harus diisolasi dan dicuci dengan air panas. Pakaian dan barang-barang
harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali. Benda -
benda yang tidak dapat dicuci dengan air (bantal, guling, selimut)
terhadap warga masyarakat dalam satu rukun warga (Mading dan Sopi,
2015).
seseorang mengenai suatu penyakit baik berupa deteksi dini hingga upaya
8
Hal ini dikarenakan masyarakat tidak mengetahui bahwa kejadian skabies
tangan dan kuku, rambut, dan juga badan serta dipengaruhi pula oleh
sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun
Sedangkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku
Perilaku hidup bersih dan sehat mempunyai banyak manfaat bagi sekolah
atau pesantren yaitu terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga
9
terlindungi dari penyakit, meningkatkan semangat belajar, citra sekolah
cara penyebaran penyakit skabies, tanda dan gejala penyakit skabies, dan
kali setiap harinya, yang sehat maupun yang sakit mereka tidur dalam satu
handuk sering bersama - sama. Ada beberapa santri yang mengeluh gejala
mereka mengatakan rasa gatal pada seluruh tubuh biasanya terjadi pada
malam hari, cuaca panas, atau ketika berkeringat. Gatal terasa di sekitar
kelamin, lutut, telapak kaki. Dan jika mencuci pakaian tidak menggunakan
10
air yang mengalir, tidur berdesak - desakan, mandi 1 kali setiap harinya,
bersama - sama, sering tukar menukar pakaian dengan orang lain, tidak
pernah menjemur kasur, tidak menjaga kebersihan tangan, kaki, kuku, dan
B. Rumusan Masalah
3 Karawang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Karawang.
2. Tujuan Khusus
11
a. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan tentang pencegahan
Karawang.
Karawang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
terutama pada kelompok khusus yaitu para santri pondok pesantren dan
dilembaga pendidikan.
2. Bagi pendidikan
12
Sebagai bahan masukan dalam rangka perbaikan pelayanan kesehatan,
pesantren.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Skabies
dibawah lapisan terluar kulit penjamu. Satu bulan atau lebih setelah
tungau memasuki tubuh, kulit pejamu akan terasa gatal secara intens,
terutama jika kulit sudah tertutupi banyak tungau. Akan muncul titik
berbulan - bulan atau bertahun - tahun pada tubuh individu yang tidak
13
Secara khas, individu mengalami skabies terutama melalui kontak
waktu yang lama tanpa pejamu dan biasanya aka nada di seprai dan
terapi pilihan untuk anak berusia diatas 2 bulan dan orang dewasa yang
kaki, area genital, dan celah antara bokong. Informasikan klien untuk
2. Etiologi
14
varietas itu hanya menimbulkan dermatitis sementara, tidak menular,
pasang kaki di bagian depan dan dua pasang kaki di bagian belakang.
rambut dan pada tungau jantan hanya pasangan kaki ketiga saja yang
3. Patogenesis
15
obligat yang membutuhkan cairan ekstraselular hospes yang merembes
Sarcoptes scabiei telah lama hidup bersama manusia dan mamalia lain
ekskreta, saliva, dan cairan sekresi lain seperti enzim dan hormon,
16
Sarcoptes scabiei memproduksi banyak saliva saat membentuk
serta sel imun seperti sel langerhans, makrofag, sel mast dan limfosit.
Diduga sel langerhans dan sel dendritik lain memproses antigen tungau
limfosit B.
4. Cara Penularan
tungau dewasa dari kulit penderita ke kulit orang lain namun dari
oleh tungau dewasa betina terutama yang gravid. Tungau tidak dapat
kulit. Kontak langsung adalah kontak kulit ke kulit yang cukup lama
17
misalnya pada saat tidur bersama. Kontak langsung jangka pendek
skabies, kedua stimulus tersebut harus adekuat dan cukup lama yaitu
tidur di kasur yang sama dengan penderita skabies atau pada saat
didapat dari orang tua atau temannya. Anak - anak berpeluang lebih
sama dan dengan orang tuanya saat kontak fisik normal seperti ketika
18
Penyakit skabies sering ditularkan melalui kontak langsung dari kulit
orang yang tinggal bersama – sama disatu tempat yang relatif sempit
(Nugraheni, 2016)
Gatal merupakan gejala klinis utama pada skabies. Rasa gatal pada
masa awal infestasi tungau biasanya terjadi pada malam hari (pruritus
Masa inkubasi dari infestasi tungau hingga muncul gejala gatal sekitar
14 hari.
19
Sarcoptes scabiei biasanya memilih lokasi epidermis yang tipis untuk
lesi berupa garis halus yang berwarna putih keabu - abuan sepanjang 2
sela - sela jari tangan, pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Pustul
infestasi ringan, lokasi yang harus diperiksa adalah sela jari tangan dan
genitalia eksterna.
Pada orang dewasa, lesi skabies jarang ditemukan di leher, wajah, kulit
kepala yang berambut, punggung bagian atas, telapak kaki dan tangan;
namun pada bayi daerah tersebut sering terinfestasi bahkan lesi dapat
kepala namun pada anak kecil dan bayi dapat ditemukan pustul yang
gatal. Gejala skabies pada anak biasanya berupa vesikel, pustul, dan
20
nodus, anak menjadi gelisah dan nafsu makan berkurang. Gambaran
klinis skabies pada anak - anak sering sulit dibedakan dengan infantile
menggaruk dan timbul luka lecet yang diikuti dengan infeksi sekunder
lesi pustular atau krusta di daerah predileksi skabies dan pada anak -
21
likenifikasi dan berwarna lebih gelap hiperpigmentasi (Prof. dr. Saleha
Sungkar, 2016).
6. Klasifikasi Skabies
Scholastica, 2018) :
a. Skabies cultivated
b. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal.
genetalia laki - laki, inguninal, dan aksila. Nodus ini dapat menetap
beberapa minggu hingga lebih dari satu bulan bahkan satu tahun,
seluruh kepala, leher, telapak tangan, dan telapak kaki. Akan tetapi,
22
sekunder berupa impetigo atau eksim. Pada bayi, lesi terdapat di
muka.
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal
e. Skabies incognito
biasa, distribusi atopic, dan lesi yang luas. Pemakaian obat steroid
tetapi tanda - gejala tetap ada dan dapat pula menyebabkan lesi
ringan, sedikit rasa gatal, tidak timbul terowongan, dan lesi timbul
pada tempat - tempat kontak. Skabies ini akan sembuh sendiri bila
23
dan hyperkeratosis yang tebal. Biasanya terdapat pada kulit kepala
kaki. Lain halnya dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita
7. Diagnosa Skabies
menjadi sulit ditegakkan. Gejala klinis yang khas adalah keluhan gatal
hebat pada malam hari (pruritus nokturna) atau saat udara panas dan
stadium lanjut dan tidak memiliki gejala klinis khas lagi karena telah
dapat menyerupai gejala penyakit kulit lain atau tertutup oleh penyakit
24
tersebut tidak praktis sehingga jarang digunakan. Kesalahan diagnosis
lingkungannya.
yang menetap dan apabila diagnosis klinis telah ditegakkan maka dapat
25
menyingkirkan penyakit kulit lain yang bukan skabies dan respons
dapat ditetapkan apabila pada penderita terdapat dua dari empat tanda
a. Pruritus nokturna.
8. Pengobatan Skabies
diikuti dengan perilaku hidup bersih dan sehat baik pada penderita
26
murah karena penderita skabies umumnya dari golongan ekonomi
lemah.
skabisida. Pada bayi dan anak kecil absorbsi obat lebih tinggi sehingga
Telur tungau menetas pada hari ketiga dan memerlukan waktu sekitar
delapan hari untuk menjadi tungau dewasa yang akan bertelur lagi.
Bila terapi hanya bersifat skabisida dan tidak ovisida maka telur yang
27
dan ovisida, maka terapi akan efektif membunuh semua stadium
perlu diulang pada hari ketiga atau keempat sehingga dapat membunuh
tungau dari telur yang baru menetas dan belum sempat terbasmi pada
terapi pertama.
harus dipatuhi oleh penderita, tenaga kesehatan, atau orang lain yang
orang lain bila lokasi lesi sulit dijangkau misalnya di punggung atau
membantu mengoleskan.
hanya tangan, wajah, ketiak dan alat kelamin; lalu dibilas dengan
permukaan kulit dari leher sampai ujung jari kaki. Perhatian khusus
28
diberikan ke lesi di tempat predileksi misalnya sela-sela jari tangan,
tangan maka obat harus dioleskan lagi. Setelah mencapai waktu yang
bersih dan kering lalu handuk dijemur di bawah terik sinar matahari.
Pada bayi, anak di bawah lima tahun, orang berusia lanjut, dan
mencakup dahi, alis, kulit kepala, dan area belakang telinga. Kulit
terutama bila terapi awal gagal atau pada kasus skabies krustosa.
berbentuk krim yang dikemas dalam tube berisi 30gram dan 60gram.
29
sama dengan 0,5 gram dan dapat digunakan untuk area kulit seluas dua
telapak tangan. Pada bayi dan balita, proporsi tubuhnya tidak seperti
lengket di kulit dan memiliki efek samping (misalnya rasa panas atau
obat. Pada skabies klasik target terapi adalah penderita dan semua
harus menerapkan gaya hidup bersih dan sehat terutama mandi dua
kali sehari memakai sabun, baik dengan sabun biasa atau antiseptik.
dan telur yang tersisa di permukaan kulit penderita. Sabun biasa dapat
30
aktif triklosan dengan konsentrasi 0,1% dan 0,45% berat/volume.
Sungkar, 2016).
9. Prognosis
31
B. Konsep Pengetahuan
1. Pengetahuan/Kognitif (Knowledge)
stimulus bagi dirinya. Trial adalah tahap saat seseorang mulai tertarik
32
menyimpulkan bahwa proses adopsi atau perubahan perilaku tidak
panas.
2) Tidak baik, bila < nilai rata - rata (Mizal Tawi, 2008)
dan evaluasi.
1) Tahu (Know)
2) Memahami (Comprehension)
33
3) Aplikasi (Aplication)
nyata.
4) Analisis (Analysis)
objek kedalam bagian - bagian yang lebih tetapi masih dalam satu
mengelompokkan.
5) Sintesis (Synthesis)
6) Evaluasi (Evaluation)
34
dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada
oleh :
1) Pendidikan
menerima pengetahuan.
2) Usia
banyak pengalaman.
3) Sumber Informasi
4) Sumber Pengetahuan
35
upaya serta cara - cara tersebut yang dipergunakan dalam
b. Indra
c. Akal
d. Intuisi
3. Hasil riset
36
Kota Bengkulu. Distribusi frekuensi pengetahuan santri dapat
Tabel 2.1
Baik 30 39,5
C. Konsep Perilaku
37
pengetahuan masyarakat melalui kegiatan yang disebut pendidikan
kesehatan.
mempengaruhi.
1. Pengertian perilaku
Dilihat dari sisi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar.
rangsangan dari luar. Pengertian itu dikenal dengan teori S-O-R atau
38
menjadi dua jenis, yaitu respondent response (reflektif) dan operant
sangatlah kecil.
39
Oleh sebab itulah, untuk membentuk jenis respons atau perilaku
yaitu:
yang diinginkan
40
Pembagian perilaku jika dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus
ada dua, yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku tertutup
kesadaran, dan sikap yang terjadi pada oaring yang menerima stimulus
- lain.
dan perilaku peran sakit perilaku hidup sehat adalah perilaku yang
Selain itu, perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
lingkungan.
41
penyakit, pengobatan penyakit, dan usaha - usaha untuk mencegah
orang sakit mempunyai peran yang meliputi hak dan kewajiban orang
sakit.
3. Domain perilaku
stimulus atau rangsangan dari luar organisme atau orang, tetapi dalam
- faktor lain dari oarng yang bersangkutan. Hal tersebut berarti bahwa
determinan perilaku.
42
Determinan perilaku dapat dibedakan menjadikan dua macam, yaitu
dan lain - lain), bakat bawaan, tingkat kecerdasan, dan jenis kelamin.
43
Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor
- faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Menurut (Green,
sudah membudaya.
penderita skabies.
44
Adalah faktor - faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
b. Dukungan keluarga
(Friedman, 1998).
5. Hasil riset
45
Kota Bengkulu. Distribusi frekuensi perilaku pencegahan penyakit
rata - ratanya.
Tabel 2.2
Baik 31 40,8
Skabies
46
penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia
skabies.
E. Kerangka Teori
sebagai berikut :
47
Kerangka Teori
Bagan 2.1
Faktor Predisposisi
(Predisposing factor)
- Pengetahuan
- Tingkat Pendidikan
- Sikap
- Kepercayaan
- Persepsi
Faktor Pemungkin
(Enabiling Factor) Perilaku
Pencegahan
- Ketersediaan fasilitas Penyakit Skabies
- Ketersediaan sarana
kesehatan
48
BAB III
A. Kerangka Konsep
ini terdapat dua variabel yaitu : variabel independen (bebas) dan variabel
dependent (terikat).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan 3.1 dibawah ini :
Perilaku
Pencegahan
49 Penyakit Skabies
Pengetahuan
B. Hipotesis
C. Definisi Operasional
Variabel Dependen
Pengetahuan Pemahaman Kuesioner Angket 1 = Kurang Ordinal
responden Baik, jika
terhadap skor < rata -
penyakit rata (70,3)
skabies yang
meliputi : 2 = Baik, jika
- Pengertian skor > rata -
skabies rata (70,3)
- Penyebab
- Cara
penyebaran
- Tanda dan
gejala
- Cara
pencegahan
Variabel Independen
50
Perilaku Aktivitas para Kuesioner Angket 1 = Kurang Ordinal
Pencegahan santri dalam Baik, jika
Penyakit menjaga skor < rata -
Skabies kebersihan diri, rata (38,76)
yang meliputi :
- Kebersihan 2 = Baik, jika
kulit skor > rata -
- Kebersihan rata (38,76)
tangan dan
kuku
- Kebersihan
kaki
- Kebersihan
genetalia
51
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang metode penelitian atau cara yang akan digunakan
dalam penelitian berupa langkah - langkah teknis dan operasional pada penelitian
populasi dam sampel, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, alat
pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas instrument, pengumpulan data dan
analisa data.
A. Desain Penelitian
menggunakan alat ukur kuesioner. Jenis penelitian ini adalah korelasi atau
52
mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan menguji
penyakit skabies.
1. Populasi
Populasi adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh
2. Sampel
53
a. Teknik pengambilan sampel
b. Besar sampel
inklusi :
D. Etika Penelitian
Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak
54
Karawang. Responden diperkenankan membatalkan persetujuan kapan saja
1. Prinsip manfaat
apapun.
55
2) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang di berikan (right
to full disclosure)
3) Informed consent
56
E. Prosedur Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kualitatif, yang diperoleh dari
57
r =N ¿ ¿
a. Uji Validitas
b. Uji Reliabilitas
(Sugiyono, 2012).
2017).
58
Observasi langsung yaitu dengan melihat langsung keadaan dan
kebersihan tidur, kamar mandi, bak mandi saluran air limbah, dan tempat
sampah.
Responden dibagi menjadi dua kelas, peneliti dibantu oleh staf Pondok
dahulu tentang maksud dan tujuan serta cara pengisian kuesioner. Dan
dan kebersihan tidur, kamar mandi, bak mandi saluran air limbah, dan
tempat sampah.
F. Pengolahan Data
Pengolahan data yang diperoleh dari kuesioner yang terstruktur atau tertutup
1. Editing
yang dibutuhkan.
59
2. Coding
berupa angka.
3. Scoring
lembar kuesioner.
4. Tabulasi
Adalah proses penyusunan data ke dalam tabel. Pada tahap ini data
dianggap telah selesai diproses sehingga harus segera disusun dalam satu
G. Analisa Data
Analisis data merupakan bagian yang penting untuk mencapai tujuan dari
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
x 2=¿
60
Keterangan :
kedua variabel yang diuji menggunakan uji Chi Square. Analisa yang
artinya apabila nilai P.value kurang dari 0.05 (P≤0.05) berarti secara
dependent, dan apabila P.value lebih dari 0.05 (P≥0.05) berarti tidak ada
61