Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG


PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT
SKABIES DI PESANTREN AL HAKIMIYAH
PARINGGONAN KECAMATAN
ULU BARUMUN
TAHUN 2017

NUR SAHARA HASIBUAN


NIM : 130102096

Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan USM Indonesia

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Scabies merupakan penyakit kulit yang bersifat global. Diperkirakan Sekitar

300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap tahunnya. Di negara

berkembang lebih dari seprempat populasi bisa terinfeksi penyakit skabiest.

Sedangkan dibeberapa negara berkembang prevalensi skabiest sekitar 6-27 % dari

populasi umum dan tercenderung tinggi pada anak anak dan remaja (Syailindra &

mutiara, 2016).

Menurut world health organization (WHO) angka kejadian skabies pada

tahun 2014 sebanyak 130 juta jiwa orang di dunia menurut international alliance for

the control scabiae (IACS) kejadian skabies bervariasi 0.3 % menjadi 46% prevalensi

skabies sangat tinggi dengan tnigkat kepadatan penghuni yang tinngi dengan

kebersihan yang kurang memadai.skabies di nagara berkembang berkisar antara 6% -

27% dari populasi umum. Skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit

tersering.

Menurut data KEMENKES tahun 2013 prevalensi skabies di Indonesia sudah

terjadi cukup penurunan dari tahun ke tahun terlihat dari data prevalensi tahun 2008

sebesar 5,60% - 12,96%, prevalensi tahun 2009 sebesar 4,9-12, 95 % dan data

terakhir yang didapat tercatat prevalensi skabies di Indonesia tahun 2013 yakni 3,9

6 %. Walaupun terjadi penuruan prevalensi namun dapat dikatakan bahwa Indonesia

1
2

belum terbebas dari penyakit skabies dan masih menjadi salah satu masalah penyakit

menular di Indonesia.

Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim tropis

dan subtropis, seperti Afrika, Amerika selatan, Karibia, Australia tengah dan selatan,

dan Asia. Prevalensi skabies pada anak berusia 6 tahun di daerah kumuh di

Bangladesh adalah 23-29% dan di Kamboja 43%. Studi di rumah kesejahteraan di

Malaysia tahun 2010 menunjukkan prevalensi 30%5 dan di Timor Leste prevalensi

skabies 17,3% ( Ratnasari & Sungkar, 2014).

Data pola 10 penyakit terbesar di Kota Medan tahun 2010 menunjukkan

bahwa penyakit kulit infeksi dengan jumlah penderita 39.267 orang atau 5,90%

menduduki urutan kelima setelah penyakit infeksi akut lain pada saluran pernafasan

bagian atas, hipertensi, penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat serta penyakit

lain pada saluran pernafasan atas.

Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies di negara

berkembang terkait dengan kemiskinan yang diasosiasikan dengan rendahnya tingkat

kebersihan, akses air yang sulit, dan kepadatan hunian. Tingginya kepadatan hunian

dan interaksi atau kontak fisik antar individu memudahkan transmisi dan infestasi

tungau skabies. Oleh karena itu, prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan

di lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal tinggi seperti

penjara, panti asuhan, dan pondok pesantren.( Ratnasari & Sungkar, 2014).
3

Survei awal yang dilakukan peneliti di pondok pesantren Al Hakimiyah

Paringgonan kecamatan Ulu barumun , bahwa dari 100 jumlah santri, 50% dari

jumlah santri ada yang mempunyai riwayat penyakit skabies, ada juga sebagian santri

yang sedang menderita penyakit skabies, dan pada santri ada juga yang sedang

menderita penyakit skabies serta mempunyai riwayat penyakit tersebut. Dari hasil

wawancara terhadap 10 santri didapatkan (70%) dari 10 santri mengatakan sedang

menderita penyakit skabies karena faktor higiene yang buruk seperti tukar handuk

atau tukar pakaian dengan sesama teman. Sedangkan(30%) dari 10 santri mengatakan

menderita penyakit ini karena faktor kepadatan penghuni yang tinggi yaitu seperti

tidur bersama dalam 1 kamar dengan berhimpitan.

Mengingat masih banyak remaja yang tidak mengetahui bagaimana tindakan

melakukan personal hygiene yang benar,maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene

dengan kejadian skabies di pesantren Al Hakimiyah paringgonan kec ulu barumun

kab padang lawas tahun 2017

1.2. Rumusan masalah

Dari hal tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada

hubungan antara pengetahuan, kebiasaan buruk dan hygiene perorangan dengan

kejadian penyakit scabies di pesantren Al hakimiyah paringgonan kecamatan ulu

barumun
4

1.3. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kebiasaan buruk remaja putri tentang

personal hygiene di pesantren Al hakimiyah paringgonan kecamatan ulu

barumun.

2. untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian scabies di pesantren Al

hakimiyah paringgonan kecamatan ulu barumun.

3. untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang personal

hygiene dangan kejadian scabies.

1.4. Manfaat penelitian

1. Bagi responden

Dengan adanya penelitian ini responden dapat mengetahui tentang personal

hygiene sebagai antipasi untuk terhindar dari penyakit scabies dan menambah

wawasan responden tentang penyakit scabies dan personal hygiene.

2. Bagi tempat

Sebagai bahan masukan dan imformasi bagi pesantren Al hakimiyah

paringgonan kecamatan ulu barumun dalam memberikan pendidikan tentang

personal Hygiene dengan kejadian penyakit scabies.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Memberi informasin tentang hubungan pengetahuan remaja putri tentang

hygiene perorangan dengan kejadian penyakit Scabies yang dapat digunakan

dalam program pencegahan dan penanggulangan penyakit Scabies.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Skabies

2.1.1. Pengertian skabies

Pengetahuan dasar tentanf penyakit ini diletakkan oleh oleh VON

HEBRA,bapak dermatologi modren.penyebabnya ditemukan pertama kali oleh

BENOMO pada tahun 1687,kemudian oleh MELLANBY dilakukan percobaan

induksi sukarelawan selam perang dunia ke II.

Skabies diartikan the itch,gudik, budukan,gatal agogo. Skabies adalah

penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap sarcoptesscabiei

var,hominis dan sejanisnya (ronny P. Handoko)

Penyakit ini telah ditemukan hampir pada semua Negara diseluruh dunia

dengan angka prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa Negara berkembang

prevalensinya dilaporkan berkisar antara 6-27% dari populasi umum dan insidens

tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan remaja. Dinegara maju, termasuk USA,

prevalensinya sama untuk semua kelompok usia, (Farida Tabri, 2003).

2.1.2. Epidemiologi skabies

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak

faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang

rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan

5
6

diagnosis,dan perkembangan dermografikserta ekologik. Lpenyakit ini dapat di

masukkan dalam P.H.S. (penyakit akibat hubungan seksual).(ronny P. Handoko)

2.1.3 Etiologi skabies

Sarcoptes skabiei termasuk filum arthropoda, kelas arachnida,ordo ackarima,

super famili sarcoptes. Pada manusia disebut sarcoptes scabiei var. Hominis. Selain

itu terdapat S.scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.

Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya

cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini tranlusen, berwarna putih kotor, dan

tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350

mikron. Sedangkan yang jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.

Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki,2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk

melekat dan dua pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan

pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir

dengan alat perekat.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut setelah kopulasi (perkawinan) yang

terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang kadang masih dapat hidup

beberapa hari dalam terowongan yang digalih oleh yang betina. Tungau betina yang

telah dibuahi menggali terowongan dalam staratum korneum, dengan kecepatan 2-3

milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai

mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan

lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang

mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat
7

juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai dua bentuk,

jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur

sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.(Ronny P. Handoko)

2.1.4 Faktor resiko terkena skabies

Faktor resiko scabies adalah:

a. Sistem imun tubuh

Semakin rendah imunitas seseorang maka, akan semakin besar kemungkinan

orang tersebut untuk terjangkit atau tertular penyakit scabies. Namun,

diperkirakan terjadi kekebalan setelah infeksi. Orang yang pernah terinfeksi

akan lebih tahan terhadap infeksi ulang walaupun tetap masih bisa terkena

infeksi dibandingkan mereka (orang-orang) yang sebelumnya belum pernah

terinfeksi scabies.

b. Lingkungan dengan hygiene sanitasi yang kurang

Lingkungan yang dimungkinkan sangat mudah terjangkiti scabies adalah

lingkungan yng lembab, terlalu padat, dan dengan sanitasi buruk.

c. Semua kelompok umur

Semua kelompok umur, baik itu anak-anak, reaja, dewasa, dan tua

mempunyai resiko untuk terjangkiti penyakit scabies.

d. Kemiskinan

e. Seksual promiskuitas (berganti-ganti pasangan)

f. Diagnosis yang salah

g. Demografi
8

h. Ekologi

i. Derajat sensitasi individual

2.1.5. Cara penularan skabies

Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak

langsung, adapun cara penularannya adalah:

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit),misalnya berjabat tangan,tidur

bersama dan hubungan seksual

2. Kontak tak langsung (melalui benda) misalnya pakaian,handuk, sprei,bantal,

dan lain lain.

Penularannya biasanya oleh sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau

kadang kadang oleh bentuk larva. Diketahui pula sarcoptes scabiei var.animalis yang

kadang kadang dapat menulari manusia,terutama pada mereka yang banyak

memelihara binatang peliharaan misalnya anjing. (Ronny P.Handoko)

Skabies adalah penyakit kulit yang sering menyerupai penyakit kulit lainnya

sehingga disebut sebagai The great imitator. Terdapat beberapa bentuk-bentuk

skabies yang mana bentuk-bentuk tersebut mempunyai ciri-ciri yang berbeda antara

lain.

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)

Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bias

salah didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu

biasanya hilang akibat mandi secara teratur.


9

2. Skabies pada bayi dan anak

Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh

kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder

berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi,

lesi terdapat dimuka.

3. Skabies yang ditularkan oleh hewan

Sarcoptes scabiei varian canis dapt menyerang manusia yang pekerjanya

berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternka dan gembala.

Gejala ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama

terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi

hewan tersebut dan mandi secara teratur.

4. Skabies noduler

Nodul terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering dikenai

adalah genitelia pria, lipat paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa

minggu, beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat

pengobatan anti scabies.

5. Skabies inkognito

Obat steroid topical atau sistematik dapat menyamarkan gejala dan tanda

scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaiknya, pengobatan denga steroid

topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini

mungkin disebabkan oleh karena respon imun seluler.


10

6. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden)

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat

tidur dapat menderita scabies yang lesinya terbatas.

7. Skabies krustosa (Norwegian scabies)

Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama, genralisata,

eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali. Krusta ini

melindungi Sarcoptes scabiei dibawahnya. Bentuk ini mudah menular karena

populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol.

2.1.6. Patogenesis skabies

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya tungau skabies, tetapi juga oleh

penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi

terhadap sekreta dan eksekrata tuungau yang memerlukan waktu kira kira sebulan

setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan

ditemukannya papul pesikel, urtika, dan lain lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,

ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.(Ronny P. Handoko)

2.1.7. Diagnosis dan gambaran klinik

Ada 4 tanda kardinal:

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karna

aktivitas tungau inin lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula

dalam sebuah perkampungan yang padat lpenduduknya, sebagian tetangga


11

yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.dikenal keadaan

hiposesitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun

mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini

bersifat sebagai pembawa (carrier)

3. Adanya terowongan ( kunikulus) pada tempat tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata

rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu kditemukan papul atau vesikel.

Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,

ekskoriasi, dan lain lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempata

dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela sela jari tangan, pergelangan

tangan bagian polar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan areola mame

(wanita),umbilikus, bokong, genitelia eksterna (pria), dan perut bagian bawah.

Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan

satu atau lebih stadium tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

(Ronny P. Handoko)

2.1.8. Pengobatan skabies

Penyakit ini bisa diatasi dengan mengoleskan krim yang mengandung

permetrin atau larutan lindane. Kedua obat tersebut efektif, tetapi lindane cenderung

mengiritasi kulit, lebih toksik dan tidak boleh diberikan kepada anak-anak.
12

Kadang digunakan krim yang mengandung corticosteroid (misalnya

hydrocortisone) selama beberapa hari setelah pemberian permetrin atau lindane,

untuk mengurangi gatal-gatal sampai semua tungau mati. Pengobatan juga harus

dilakukan terhadap seluruh penghuni rumah (Farid lamakarate, 2010).

2.1.9. Pencegahan scabies

Untuk mencegah penyebaran tungau pada orang lain, ambil langkah berikut :

1. Cuci semua pakaian dan kain yang anda gunakan menggunakan sabun dan air

panas.

2. Tempatkan benda-benda yang tidak bisa anda cuci pada kantong plastic

tertutup dan diamkan selama dua minggu. Tungau akan mati jika mereka tidak

mendapatkan makanan dalam seminggu (Farid lamakarate, 2010)

2.2. Personal Hygiene

2.2.1. Pengertian Personal Hygiene

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Hygiene perorangan adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan kebersihan pribadi, kehidupan bermasyarakat, dan

kebersihan kerja. Kebersihan merupakan suatu perilaku yang diajarkan dalam

kehidupan manusia untuk mencegah timbulnya penyakit karena, pengaruh lingkungan

serta membuat kondisi lingkungan agar terjaga kesehatannya.( Notoatmojo 2010)

Seseorang dikatakan hygienenya baik bila yang bersangkutan dapat menjaga

kebersihan tubuhnya yang melipiti kebersiahan kulit, kuku, rambut, mulut dan gigi,
13

pakaian, mata, hidung, telinga alat kelamin, dan handuk, serta alas tempat tidur.

Personal hygiene yang mempengaruhi kejadian skabies meliputi :

a. Kebersihan kulit

Integumen (kulit) adalah massa jaringan terbesr di tubuh kulit bekerja melindungi

dan mengisulasi struktur struktur dibawahnya dan berpungsi sebagai cadangan

kalori. Kulit mencerminkan emosi dan stres yang kita lami.

Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain

lian. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh parasit skabies (Lathifa 2014).

Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan

kulit. Mandi yang baik adalah:

1) Satu sampai dua kali sehari, khususnya didaerah tropis.

2) Bagi yang terlibat dalam kegiatan olahraga atau pekerjaan lain yang

mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setekah selesai

kegitan tersebut.

3) Gunakan sabun yang lembut seperti sabun antiseptik

4) Membersihkan anus dan genetalia dengan baik karena pada kondisi tidak

bersih, sekresi normal dari anus dan genetalia akan menyebabkan iritasi dan

infeksi.

b. Kebersihan tangan dan kuku

Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan

tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya.

Bagi penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah


14

tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan

tangan dan kuku sebelum dan sesudah beraktivitas.

c. Kebersihan genitalia

Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja

putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan,

apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea tertentu maka

garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies,

karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari.

Kebersihan genitelia lain,selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian

celana dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam

keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan

meningkat dan itu menudhkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu, seringlah

mengganti celana dalam ( lathifa 2014)

d. Kebersihan pakaian

Mennurut penelitan Mushallina (2014) menunjukkan bahwa perilaku kebersihan

perorangan yang buruk sangat mempengaruhi sesorang menderita skabies,

sebaliknya, pada orang yang perilaku kebersihan dirinya baik maka tungau lebih

sulit menginfestasi individu karena tungau dapat dihilangkan dengan mandi dan

menggunakan sabun, pakaian dicuci dengan sabun cuci dan kebersihan alas tidur.

Hal ini sejalan dengan penelitan Trisnawati (2009), bahwa ada hubungan antara

praktik mandi memakai sabun, kebiasaan bertukar pakaian dengan santri lain
15

dengan kejadian skabies di pondok pessantren Al Itqon Kelurahan Tlogosari

Wetan.

e. Kebersihan handuk

Berdasarkan penelitan Muslih (2012), di Pondok Pesantren Cipasung

Tasikmalaya menunjukkn kejadian skabies lebih tinggi pada responden yang

menggunakan handuk bersama (66,7%) dibandingkan dengan responden yang

tidak menggunakan handuk bersama (30,4%), dan dari hasil uji statistik perilaku

ni mempunyai hubungan dengan kejadian skabies.

f. Kebersihan tempat tidur dan sprei

Penularan skbies secara tidak langsung dapat disebabkan melalui perlengkapan

tidur, dan menurut hasil penelitian Muslih (212), kejadian skabies lebih tinggi

terjadi pada responden yang tidan menjemur kasur (54,5%) dan menunjukkan

adanya hubungan antara menjemur kasur minimal 2 minggu sekali dengan

kejadian skabies.

2.2.2 Tujuan hygiene perorangan

1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

2. Memelihara kebersihan diri seseorang

3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang

4. Mencagah penyakit

5. Menciptakan keindahan

6. Meningkatkan rasa percaya diri, (Hidayat, 2009).


16

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut prof.Dr. soekidjo Notoatmojo 2010 faktor faktor yang

mempengaruhi personal hygiene adalah :

1. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli

terhadap kebersihannya.

2. Praktik social

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan

akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene

3. Status sosial-ekonomi

Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat

gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya

4. Pengetahuan

Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik

dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus

menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
17

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan

dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

7. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu

bantuan untuk melakukannya (Hidayat, 2009).

2.2.4. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hyiene

1. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya

kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah

gangguan kulit seperti : skabies, prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis, dan

lain lain.

2. Dampak Psikososial

Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial

2.2.5. Hubungan personal hygiene dengan tingkat kejadian scabies

Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak

langsung, yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui

alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula

ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan,
18

atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang

relatif sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan

masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani

kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh

pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta

kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan

menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.Penularan

skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama disatu tempat tidur yang sama di

lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan

pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas.

2.2.6. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil Tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadapa suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (S. Notoatmodjo, 2007) :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah menigkatkan kembali (Recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang telah dipelajari antara lain : menyebeutkan, menguraikan, mendefenisikan,

dan menyatakan.
19

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek / materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang telah

dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum rusmus, metode,

prinsip, dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adala suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-kompenen, tetapi masih didalam sesuatu struktur organisasi,

dan masih ada lainnya satu sama lain. Seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis dapat menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata bain sinleris adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasi

baru dari format yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,

meyesuaikan terhadap suatu teori atau merumuskan rumusan yang telah ada.
20

6. Evalusi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian ini

didasarkan pada mutu kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penilaian atau responden.

2.2.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Bebrapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang ( S.

Notoatmojo 2010)

1. Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang

diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan.

2. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat

yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan

berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.

3. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami. Suatu objek psikologis

cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar

pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang

kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
21

tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan

lebih mendalam dan lama membekas.

4. Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum

cukup tinggi kedewasaannya.

5. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

dalam pembentukan sikap.

7. Imformasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu imformsi dapat membantu mempercepat

sesorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.3. Tinjauan penelitian terdahulu

Dari hasil penelitian Asrul Hamonangan Pasaribu 2013 mengenai Hubungan

sanitasi lingkungan dan higiene perorangan dengan kejadian skabies di Rutan Cabang
22

Sibuhuan kabupaten padang lawas tahun 2013. Metode penalitian analitik dengan

pendekatan cross sectional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sanitasi lingkungan, yaitu

kondisi lantai (p = 0,001) memiliki korelasi dengan kejadian kudis. ventilasi,

kelembaban, pencahayaan dan ketersediaan air murni tidak dianggap karena

memenuhi persyaratan dengan kepadatan pusat penahanan tidak memenuhi

persyaratan kesehatan. Variabel kebersihan pribadi, yaitu bersih kelamin (p = 0,029)

dan pakaian dan handuk bersih (p = 0,014) memiliki korelasi dengan kejadian kudis.

Sementara variabel kulit dan rambut bersih (p = 0.286), tangan, kaki dan bersih kuku

(p = 0.636) dan kebersihan penutup buruk dan buruk (p = 0.654) belum korelasi

dengan kejadian kudis.

2.4. Kerangka konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul hubungan

pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian skabiesdi

pesantren Al hakimiyah paringgonan kecematan ulu barumun kabupaten padang

lawas tahun 2017dapat dilihat pada bagian dibawah ini.

Variabel independen (X) Variabel dependen (X)

Pengetahuan remaja Kejadian skabies


tentang personal
hygiene

Gambar 3.1 kerangka konsep


23

2.5 Hipotesa

Hipotesa dalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat

praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesa dalam penelitian ini

adalah:

Ha : Ada hubungan pengetahuan santri tentang personal hygiene dengan kejadian

skabies di psantren Al Hakimiyah Paringgonan Kecamatan Ulu Barumun

Kabupaten Padang Lawas tahun 2017

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan santri tentang personal hygiene dengan

kejadian skabies di psantren Al Hakimiyah Paringgonan Kecamatan Ulu

Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2017.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Jenis penelitian adalah survei analitik,dengan ini menggunakan metode

pendekatan crossectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan

remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian skabies.

3.2. Tempat dan waktu penelitian

3.2.1. Tempat

Lokasi penelitian adalah pesantren Al Hakimiyah Paringgonan Kecamatan

Ulu Barumun Kabupaten Padang Lawas.Penelitian di lokasi ini berdasarkan

pertimbangan bahwa sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang

hubungan pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian

skabies.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2017

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santriwati yang ada di pesantren

Al Hakimiyah Paringgonan Kecamatan Ulu Barumun sebanyak 150 orang

24
25

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian santri yang berada di pesantren

Al Hakimiyah Paringgonan Kecamatan Ulu Barumun. Untuk menentukan jumlah

sample dalam penelitian ini, digunakan rumus slovin (Riduwan, 2012).

N
n=
1 + (2 )

150
n=
1 + 150 (0,1)2

150
n=
1,5

n = 100

Keterangan :

n = Besarnya sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)

Jadi, jumlah sampel berdasarkan perhitungan rumus yang diperoleh besar

sampel sebanyak 50 orang.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).


26

a. Kriteria inklusi

Seluruh santri penghuni asrama yang tinggal di asrama tersebut dan bersedia

mengikuti penelitian.

b. Kriteria esklusi

Santri yang menunjukkan gejala gejala atau ciri- ciri skabies yaitu:

1. Gatal di sela-sela jari dan pergelangan tangan.

2. Gatal pada permukaan luar siku dan di ketiak.

3. Gatal di sekitar perut dan pusar.

4. Gatal Pada bagian bokong dan selangkangan

5. Gatal di sekitar puting susu, garis bra, dan sisi payudara (pada wanita).

6. Gatal Pada alat kelamin (pada pria).

7. Pada bayi dan anak-anak kecil, gatal-gatal dan iritasi kulit juga dapat terjadi

pada kulit kepala, leher, dan wajah dan telapak tangan dan telapak kaki.

3.5 Defenisi operasional

Tabel 3.1: Defenisi Operasional

Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil pengukuran Kategori Skala


bebas ukur
Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner 20 a. baik: apabila 3
diketahui oleh santriwati soal benar 1 responden
mengenai personal hygiene salah 0 menjawab benar 16-
meliputi defenisi personal 20
hygiene yang baik
b. kurang: apabila 2 Ordinal
responden
menjawab benar 1
Kejadian Penyakit kulit yang Kuesioner dan a. tidak menderita 0
skabies disebabkan oleh parasit wawancara skabies Nomin
S.scabiei, yang diketahui b. menderita skabies 1 al
berdasarkan hasil obsevasi
yaitu gatal terutama malam
27

hari, lesi kulit berupa


terowongan, benjolan
kecil, bintik merah,
terutama pada tempat
dengan lapisan kulit yang
tipis,seperti sela-sela jari
tangan, siku bagian luar
(sikut), lipat ketiak, sekitar
payudara, telapak kakidan
telapak tangan.

3.5 Aspek Pengukuran

3.5.1 Pengetahuan

Untuk mengetahui pengetahuan santri tentang personal hygiene diajukan 20

pertanyaan. Apabila jawaban benar diberikan skor 1 dan apabila jawabannya salah

skornya 0. Maka nilai tertinggi adalah 20 dan nilai terendah 0.

Untuk pengkategorian variabel ini berdasarkan distribusi frekuensi, peneliti

menggunakan metode statistik menurut (setiadi, 2011) sebagai berikut:

Rumus:


skor = X 100%

Baik : Jika responden menjawab soal benar 16-20

Kurang : Jika responden menjawab soal benar < 11


28

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara dan lembar kuesioner yang telah

dibagikan pada santri di pesantren al hakimiyah yang di lakukan secara langsung

pada responden. Tujuan wawancara untuk mengetahui yang menderita skabies dan

tidak menderita skabies,

3.6.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh atau dikumpulkandengan metode dokumentasi

berupa laoran dari UKS pesantren Al Hakimiyah. Data intansi dari pesantren Al

Hakimiyah berupa jumlah santri yang tinggal di asrama.

3.7. Teknik pengolahan data

Pengolahan data secara komputerisasi dengan langkah- langkah sebagai

berikut:

1. Collecting

Collecting adalah mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket

maupun observasi.

2. Checking

Checking dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

data memberikan hasil dan realiabel terhindar dari bias


29

3. Coding

Coding ini pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada

variabel- variabel yang diteliti.

4. Entering

Entering yaitu jawaban jawaban dari masing masing yang masih dalam

bentuk kode (angka atau huruf) masukkan kedalam program komputer yang

digunakan peneliti yaitu yaitu program spss for windows.

5. Data processing

Data processing ini sumber data yang telah diinput kedalam aplikasi komputer

akan diolah sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.

3.8. Analisa data

3.8.1. Analisa Univariat

Analisa data dengan mendistribusikan variabel pengetahuan remaja putri

tentang personal hygiene dengan kejadian skabies yang disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

3.8.2. Analisa bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

pengetahuan remaja tentang personal hygiene dengan kejadian skabies. Dalam analisi

bivariat dilakukan dengan bentuk frekuensi dan persen dengan menggunakan statistic

chi-square.

Anda mungkin juga menyukai