Anda di halaman 1dari 20

DATA BORANG UKM

1. PROMKES
A. Pemberdayaan masyarakat
- Tanggal pelaksanaan: 30 Maret 2022
- Jenis UKBM: Pos pelayanan terpadu
- Judul laporan kegiatan: Penyuluhan tentang penyakit skabies di Poli Umum
Puskesmas Mempura
- Latar belakang:

Skabies merupakan salah satu infeksi parasit yang cukup banyak kejadiannya dan
menjadi isu penting terutama di daerah padat penduduk. Penyakit ini dapat
menyerang segala usia dan berbagai kalangan sosial. Beberapa penyebab tingginya
angka kejadian skabies adalah penularan yang cepat, siklus hidup Sarcoptes scabei
yang pendek, dan ketidakpatuhan pasien pada terapi.

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infetasi dan sensitisasi terahadap
Sarcoptes scabiei varian hominis dan telurny. Sinonim atau nama lain skabies adalah
kudis, the itch, gudig, budukan dan gatal agogo. Skabies terjadi baik pada laki-laki
maupun perempuan, di semua daerah, semua kelompok usia, ras, dan kelas sosial.
Skabies melalui kontak fisik langsung (skin to skin) ataupun tak langsung (pakaian,
tempat tidur yang dipakai bersama).

Skabies menjadi masalah utama pada daerah yang padat dengan masalah sosial,
sanitasi yang buruk, dan negara miskin. Angka kejadian skabies tinggi di negara
dengan iklim panas dan tropis. Skabies endemik terutama di lingkungan padat
penduduk dan miskin. Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara
lain: higiene buruk, salah diagnosis dan perkembangan demografik serta ekologi.
Penyakit ini dapat termasuk PHS ( Penyakit akibat Hubungan Seksual).

Pemilihan Intervensi

Oleh karena permasalahan diatas , maka diadakan penyuluhan tentang penyakit


skabies pada anak dan anggota keluarga sehingga dapat dilakukan pencegahan
penularan dan penatalaksanaan sedini mungkin sehingga masyarakat dapat
mengenal gejala dan tanda penyakit skabies lebih dini.

- Gambaran pelaksanaan:

Kegiatan ini dilakukan di Poli Umum Puskesmas Mempura pada tanggal 30 Maret
2022. Pada kegiatan ini disampaikan materi tentang skabies, penyebab skabies,
gejala dan tanda manusia yang tertular penyakit skabies, dan pencegahan dan
pengobatan penyakit skabies.

Pada edukasi disampaikan cara pencegahan dengan merendam semua pakaian dan
sprei dengan menggunakan air bersuhu tinggi atau hangat agar kutu penyebab
skabies langsung mati dan jangan lupa mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun
antiseptik. Pasien disarankan untuk menjemur kasur tepat dibawah sinar matahari,
serta membersihkan seluruh bagian rumah mulai dari lantai, karpet, lemari dan lain-
lain dengan menggunakan cairan yang mengandung desinfektan.

- Tanggal pelaksanaan: 14 Maret 2022


- Jenis UKBM: Pos pelayanan terpadu
- Judul laporan kegiatan: Konseling Kesehatan Lingkungan pada Pasien dengan Tinea
Korporis
- Latar belakang:

Dermatofitosis adalah salah satu infeksi yang paling sering terjadi di dunia. Distribusi,
spesies penyebab, dan bentuk infeksi yang terjadi bervariasi pada daerah geografis,
lingkungan dan budaya yang berbeda. Tinea korporis adalah infeksi dermatofita
superfisial yang ditandai lesi inflamasi maupun non inflamasi pada kulit yang tidak
berambut (glabrous skin) yaitu seperti pada bagian muka, leher, badan, lengan,
tungkai dan gluteal. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya tinea corporis
seperti sosial ekonomi rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak
bersih, perilaku yang tidak mendukung, pengetahuan, sikap, kesalahan diagnostik
dan perkembangan demografi serta ekologi. Infeksi dermatofitosis jarang
menimbulkan kematian, akan tetapi dapat memberikan efek yang besar terhadap
kualitas hidup. Penderita tinea corporis sering merasa terganggu dengan rasa gatal
yang disebabkan jamur tersebut. Rasa gatal juga dirasakan bertambah saat
penderita berkeringat. Personal higiene menjadi penting karena personal higiene
yang baik akan meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme dan pada
akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal higiene merupakan
langkah awal meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya
suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang
buruk. Selain personal higien, kebersihan dan kesehatan lingkungan menjadi hal
yang penting untuk mencegah terjadinya infeksi jamur, khususnya tinea korporis.

Permasalahan:
1. Kurangnya pemahaman pentingnya kebersihan diri dan lingkungan untuk
mencegah terjadinya infeksi tinea korporis.
2. Masih terdapat beberapa pasien tinea korporis di Puskesmas Mempura.

Perencanaan :
Memberikan konseling, informasi, dan edukasi mengenai cara penularan dan
pencegahan tinea korporis, salah satunya dengan menjaga kebersihan dan
kesehatan diri sendiri dan lingkungan.

- Gambaran pelaksanaan:

Kegiatan dilaksanakan pada :


Tanggal : Senin, 14 maret 2022
Jam : 08.00 – 12.00
Tempat : Poli Umum Puskesmas Mempura
Kegiatan yang dilakukan :
- Memberikan penjelasan mengenai apa itu infeksi jamur pada kulit, gejala dan tanda,
pengobatan dan pencegahan tinea korporis
- Memberian konseling, informasi, dan edukasi mengenai cara penularan dan
pencegahan tinea korporis, salah satunya dengan menjaga kebersihan dan
kesehatan diri sendiri dan lingkungan.

B. Advokasi
- Tanggal pelaksanaan : 31 Maret 2022
- Nama Keluarga: Seluruh masyarakat kabupaten Siak yang akan melewati Jembatan
Tengku Agung Sultanah Latifah
- Judul laporan kegiatan: Sosialisasi mengenai pentingnya vaksinasi Covid 19 pada
masyarakat Kabupaten Siak
- Latar belakang:
Vaksin merupakan produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau
zat yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga aman dan jika diberikan kepada
seseorang akan membuat kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit
tertentu. Pemerintah terus mengupayakan pelaksaan suntik vaksin Covid-19 untuk
seluruh masyarakat di Indonesia. Mulai dari awal tahun 2021 hingga saat ini vaksin
Covid-19 tengah didistribusikan ke seluruh masyarakat Indonesia. Pemberian vaksin
ini merupakan solusi yang dianggap paling tepat untuk mengurangi dan memutus
rantai penularan Covid-19. Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan
spesifik terhadap suatu penyakit tertentu sehingga jika suatu saat terpapar penyakit
tersebut maka hanya akan mengalami gejala yang ringan. Sebaliknya, apabila tidak
melakukan vaksinasi maka tidak akan memiliki kekebalan tubuh yang spesifik
terhadap penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan pemberian vaksin
tersebut. Apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata, maka akan terbentuk suatu
kekebalan kelompok (herd immunity). Selain itu, vaksinasi Covid-19 juga dapat
menjaga produktivitas dan mengurangi dampak sosial serta ekonomi. Vaksinasi
Covid-19 dilakukan setelah kepastian keamanan dan keampuhannya ada. Kelompok
prioritas penerima vaksin Covid-19 saat ini adalah tenaga kesehatan yang memiliki
risiko tinggi terpapar Covid-19, lansia (>50 tahun), dan orang dengan pekerjaan yang
memiliki risiko tinggi tertular. Kemudian vaksinasi akan dilanjutkan ke kelompok
penerima lainnya, mulai dari masyarakat usia 18 tahun keatas. Berdasarkan
rekomendasi terbaru dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI),
saat ini penyintas Covid-19 harus segera mendapatkan vaksin Covid-19 dengan
rentang waktu 3 bulan setelah dinyatakan bebas Covid-19. Hal tersebut dilakukan
untuk mencegah terinfeksi Covid-19 untuk kedua kalinya tetapi dengan varian yang
berbeda.

- Gambaran pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada :


Tanggal : 31 Maret 2022
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Tempat : Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah
Kegiatan yang dilakukan :

- Memberikan penjelasan mengenai pentingnya vaksin covid 19, jenis dan dosis
vaksin covid 19, pencegahan agar terhindar dari covid 19
- Memberian konseling, informasi, dan edukasi mengenai cara penularan dan
pencegahan covid 19, salah satunya dengan menggunakan masker setiap saat,
hindari kerumunan, dan apabila sudah ada tanda tanda terkena covid 19 agar
segera ke dokter

- Tanggal pelaksanaan : 05 April 2022


- Nama Keluarga: Calon pengantin Tn. AG dan Nn. L yang ingin melakukan konseling
pranikah dan cek kesehatan pranikah
- Judul laporan kegiatan: Sosialisasi mengenai pentingnya konseling pra nikah di
Puskesmas Mempura
- Latar belakang:
Pernikahan sama artinya dengan mempersatukan dua orang bahkan dua keluarga
dengan latar belakang yang berbeda. Maka dari itu dalam setiap pernikahan akan
selalu terjadi perubahan dan masalah akan serimg muncul. Hal yang paling penting
untuk menghadapinya adalah persiapan yang matang seperti saling memahami
motivasi, visi dan misi menikah, saling memahami latar belakang sosial, ekonomi,
adat istiadat serta budaya masing-masing pasangan.
Dalam membangun pernikahan, hal tersebut menjadi sesatu yang sangat penting
karena pernikahan yang bahagia bukan tingkat hanya tingkat kecocokan kita dengan
pasangan, akan tetapi seberapa besar kemampuan dan kesediaan kita untuk
mengatasi ketidak cocokan, menerima tiap kelemahan dan kekurangan masing-
masing, serta kemampuan untuk mengatasi setiap permasalahan yang muncul.
Konseling pra-nikah ini sangatlah penting sebagai wahana membimbing dua orang
yang berbeda untuk saling berkomunikasi, belajar menyelesaikan masalah dan
mengelola konflik. Keterampilan ini sangat penting dalam perjalanan kehidupan
rumah tangga. Pasangan muda sangat membutuhkan konseling terutama untuk
memperjelas harapan-harapan mereka pada pernikahannya dan memperkuat
hubungan sebelum menikah.
Dalam konseling pra-nikah, pasangan calon pengantin akan belajar mengenai
keterampilan yang bagaimana agar dapat tercipta komunikasi yang efektif dan dapat
meresolusi konflik. Hal ini sangat penting untuk menciptakan pernikahan yang
berhasil. Konseling pra-nikah memungkinkan pasangan untuk 5
melakukan diskusi yang aman, serius dan sukses mengenai keyakinan mereka, nilai-
nilai mereka, tujuan hidup mereka, harapan-harapan dalam hidup, anak-anak,
peran, keuangan dan mengungkapkan kebenaran tentang hal-hal pribadi yang harus
diketahui oleh masing-masing pasangan calon pengantin.
Konseling pra-nikah membantu para calon pengantin untuk menghadapi dan
mencari jalan keluar bagi setiap permasalahan yang serius sebelum melaksanakan
pernikahan. Hal itu tersebut akan dapat mendatangkan keuntungan yang sangat
besar bagi setiap pasangan calon pengantin untuk lebih siap dalam menciptakan,
memelihara dan mempertahankan sebuah pernikahan yang lebih bahagia dan saling
memuaskan.
- Gambaran pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada :


Tanggal : 05 April 2022
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Tempat : Puskesmas Mempura

Kegiatan yang dilakukan :

- Memberikan penjelasan mengenai pentingnya konseling pranikah


- Memberikan konseling, informasi, dan edukasi mengenai hasil cek kesehatan
seperti tes HIV, IMS, plano test dll

C. Kemitraan
- Tanggal pelaksanaan
- Nama UKS
- Judul laporan kegiatan
- Latar belakang
- Gambaran pelaksanaan
D. Penyuluhan
˗ Tanggal pelaksanaan: 19 Februari 2022
- Tema penyuluhan: Penyuluhan tentang penyakit diabetes melitus
˗ Judul laporan kegiatan: Penyuluhan tentang penyakit diabetes melitus pada
masyarakat di Poli Umum Puskesmas Mempura
˗ Latar belakang:

Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan


dibeberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Menurut American Diabetes
Association (ADA) 2005, Dibetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya.

Dua kategori utama DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes tipe 1 ditandai
dengan kurangnya produksi insulin sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan
penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh. DM tipe merupakan tipe
diabetes yang sering didapatkan dan biasanya timbul pada usia di atas 40 tahun, 90-
95% dari penderita diabetes adalah DM tipe 2. Faktor risiko dari diabetes adalah
riwayat keluarga, obesitas, kurang aktivita fisik, ras/etnik.

Estimasi terakhir International Diabetes Federation (IDF) terdapat 382 juta orang
yang hiduo dengan diabetes di dunia pada tahun 2013, pada tahun 2035 jumlah
tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan
darin382 juta orang tersebut 175 juta diantaranya belum terdiagnosis sehingga
terancam progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tapa pencegahan.

Prevalensi diabetes di Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 penduduk pada tahun


2000 yang di proyeksikan mencapai 21.257.000 penduduk pada tahun 2030, artinya
terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun. Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 terjadi peningkatan prevalensi penyakit diabetes dari
1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1 tahun 2013.

Berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI pusat data dan informasi tahun 2014.
Dari 6,9% penderita DM yang didapatkan 30,4% yang telah terdiagnosis sebelumnya
dan 69,6% tidak terdiagnosis sebelumnya. Jumlah proporsi penduduk di pedesaan
(7,0%) tidak lag lebih rendah dibandingkan perkotaan (6,8%). Berdasarkan
karakteristik tempat tinggal, proporsi GDP (Gula Darah Puasa) terganggu di pedesaan
lebih tinggi daripada di perkotaan.

PEMILIHAN INTERVENSI

- Penyakit DM perlu diupayakan pencegahan dengan pola hidup sehat, baik dari
segi pola makanan, olahraga rutin
- Melakukan pemeriksaan awal gula darah yang dilakukan di Puskesmas Mempura
sehingga dapat mendeteksi beberapa yang terdiagnosis penyakit DM, kemudian
dapat di tangani selanjutnya oleh dokter

˗ Gambaran pelaksanaan

Kegiatan ini dilakukan di Puskesmas Mempura pada tanggal 19 Februari 2022.


Peserta yang hadir adalah masyarakat Kecamatan Mempura

 Mengajak masyarakat terutama di Puskesmas Mempura untuk melaksanakan


senam yang dapat dilakukan 3x dalam seminggu.
 Melakukan pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi dini dan pengobatan
selanjutnya
 Mengajak masyarakat untuk mengubah pola makan dan gaya hidup.

- Tanggal pelaksanaan: 07 Maret 2022


- Tema Penyuluhan: Pengobatan dasar hipertensi
- Judul laporan kegiatan: Kegiatan pengobatan dasar hipertensi di Poli Puskesmas
Mempura
- Latar belakang:
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang dikarenakan adanya gangguan yang
terjadi pada pembuluh darah untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi keseluruh
tubuh sampai jaringan yang membutuhkannya. (Nurachmah & Gayatri, 2013).
Hipertensi saat ini diderita oleh satu miliar orang seluruh dunia dan WHO
memperkirakan bahwa tahun 2025 akan menjadi 1,5 miliar orang. Hipertensi atau
tekanan darah tinggi setiap tahun menyumbang kematian 9,4 juta orang akibat
penyakit jantung dan stroke, jika digabungkan kedua penyakit ini merupakan
penyebab kematian di dunia nomor satu (WHO, 2013). Hipertensi biasa disebut
dengan sebutan silent killer dan tidak hanya menyerang usia tua melainkan usia
muda juga berpengaruh. Prevalensi hipertensi diperkirakan akan meningkat, pada
tahun 2025 diprediksi sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia akan mengalami
hipertensi. Jumlah penderita tekanan darah tinggi di dunia berjumlah 972 juta ada
333 juta berada di negara maju dan 639 juta ada di negara berkembang termasuk
Indonesia (Ana, 2007 dalam Anggara, 2013).

- Permasalahan:
Masih Banyak Masyarakat yang tidak terkontrol minum obat hipertensi dan
menganggap bahwa jika tensi turun stop meminum obat tensi.

- Perencanaan:
Memberikan Pengobatan dan edukasi kepada masyarakat umumnya pada usia lanjut
bahwa harus tetap mengontrol tekanan darah setiap Bulannya.

- Gambaran pelaksanaan

Dilaksanakan pada :
Hari : Senin
Tanggal : 07 Maret 2022
Pukul : 08.00 - 12.00 wib.
Tempat : di Poli Puskesmas Mempura

Kegiatan:
Memberikan Pengobatan dan edukasi kepada masyarakat umumnya pada usia lanjut
bahwa harus tetap mengontrol tensi setiap bulannya.

Monitoring:
- Mengingatkan masyarakat bahwa orang tua yang memiliki penyakit seperti
hipertensi untuk rajin mengontrol tekanan darahnya walaupun ada pandemi
covid 19 . Untuk itu anggota keluarga disarankan tidak kontak dengan mereka
sebelum mencuci tangan.
- Mengajak masyarakat untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat, dengan rajin
mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah melakukan suatu kegiatan
terutama saat dari luar rumah, rajin berolahraga dan makan makanan yang
bergizi dan menggunakan masker saat pergi keluar rumah.

2. KESLING
A. Kesehatan keluarga
a. ANC, KB Suntik, KB Implan, Pasang IUD, IMD dan ASI, KB Pil
- Tanggal pelaksanaan: 14 februari 2022
- Judul laporan: Penyuluhan ASI eksklusif pada kegiatan posyandu Flamboyan
Desa Koto Ringin, Kecamatan Mempura
- Identitas pasien: Seluruh bayi yang datang ke Posyandu Flamboyan Desa Koto
Ringin, Kecamatan Mempura
- Latar belakang:

ASI dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupannya, bayi belum memiliki
enzim pencernaan sempurna. Sehingga bayi belum bias mencerna makanan
atau minuman selain ASI. Lebih dari itu, semua jenis nutrisi yang dibutuhkan
bayi sudah bias terpenuhi dari ASI. Jadi, selama enam bulan sejak pertama
dilahirkan, bayi sejatinya hanya membutuhkan ASI eksklusif tanpa tambahan
makanan ataupu minuman apapun.

Pemberian ASI ekslusif akan sangat bermanfaat bagi kesehatan bayi. Dengan
mengonsumsi ASI, bayi terlindung dari risiko infeksi akut seperti diare, infeksi
telinga, hemophilus influenza, infeksi saluran kemih. Sementara itu, menyusui
juga sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu. Dengan memberikan ASI eksklusif,
dapat mengurangi risiko perdarahan setelah melahirkan dan juga menunda
kembalinya kesuburan ibu (sebagai KB). Manfaat lainnya seperti penurunan
tekanan darah dan kolesterol serum total, serta penurunan prevalensi diabetes
mellitus tipe 2. Yang paling menakjubkan, menyusui bias mengurangi risiko
terkena kanker payudara dan kanker ovarium.

Permasalahan :

 Masih banyaknya warga yang belum mengerti arti pentingnya ASI eksklusif
bagi bayi
 Masih banyaknya warga yang belum mengerti manfaat ASI bagi ibu dan
keluarga
 Masih banyaknya warga yang belum tau peran ASI dalam pencegahan
stunting

- Gambaran pelaksanaan
 Kegiatan penyuluhan dilakukan pada :
 Hari/ Tanggal :
 Waktu : Pukul 09.15 – 09.30
 Tempat : Posyandu Flamboyan Desa Koto Ringin Kecamatan Mempura
 Warga diedukasi mengenai informasi pentingnya ASI eksklusif, manfaat
bagi bayi, ibu dan keluarga, serta perannya terhadap pencegahan stunting

 Kegiatan berlangsung kurang lebih 15 menit

Monitoring
 Kegiatan dimulai jam 09.15 – 09.30
 Peserta terdiri dari Ibu dari bayi yang datang ke posyandu
 Kegiatan berjalan lancar
b. ANC, KB Suntik, KB Implan, Pasang IUD, IMD dan ASI, KB Pil
- Tanggal pelaksanaan
- Judul laporan: Edukasi Pilihan KB di Poli Umum Puskesmas Mempura
- Identitas pasien
- Latar belakang:
Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu
keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator
pelayanan KB yaitu angka kesertaan ber-KB (CPR) dan unmet need. Kedua
indicator merupakan indicator tambahan pada tujuan kelima MDGs 2015 yaitu
peningkatan kesejahteraan ibu dimana indicator utamanya adalah persalinan
oleh tenaga kesehatan yang dihubungkan dengan Angka Kematian Ibu (AKI).
Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, maka akan semakin
rendah angka kematian ibu. Oleh karena itu, peningkatan pelayanan KB tidak
semata-mata untuk pengendalian penduduk namun akan berkontribusi dalam
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Kesehatan produksi dalam Program
Kependudukan Kelurga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) adalah
kegiatan peningkatan kualitas kesehata reproduksi yang didalamnya
menyangkut peningkatan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak. Kondisi saat
ini tentang kesehatan reproduk sangat mengkhawatirkan seperti kelangsungan
hidup Ibu, Bayi dan Anak di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini terlihat dari
masih tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Salah satu
program KB untuk menurunkan AKI yaitu dengan KB pasca persalinan. Adalah
penggunaan metode kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 6 minggu atau
42 hari setalah melahirkan.
- Perencanaan dan pemilihan
Dilakukan penyuluahan mengenai KB pasca persalinan, diharapkan masyarakat
mendapat informasi secara lengkap, jelas dan benar sebelum mendapatkan
pelayanan kontrasepsi.
- Gambaran pelaksanaan:

Pelaksanaan :

- Kegiatan dilakukan di Poli Umum Puskesma Mempura


- Waktu : 09.00 – 09.15

Monitoring

Setalah kegiatan, masyarakat diberikan buku KB, Agar dapat memilih KB yang
tepat.

c. ANC, KB Suntik, KB Implan, Pasang IUD, IMD dan ASI, KB Pil


- Tanggal pelaksanaan
- Judul laporan
- Identitas pasien
- Latar belakang
- Gambaran pelaksanaan

B. Kesehatan keluarga
a. Monitoring Bayi/anak
- Tanggal pelaksanaan: 14 Februari 2022
- Judul laporan: Xerophtalmia serta dampaknya untuk perkembangan balita di
Posyandu Flamboyan Desan Koto Ringin Puskesmas Mempura
- Identitas Bayi/ Anak/ Kelompok Sasaran: Balita di Posyandu Flamboyan Desa
Koto Ringin Puskesmas Mempura
- Latar belakang:
Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan konsumsi
makanan kita belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi
dari luar. Kekurangan vitamin A (KVA) akan meningkatkan kesakitan dan
kematian, mudah terserang penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru,
pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang paling serius dari
kekurangan vitamin A (KVA) adalah rabun senja yaitu betuk lain dari
xeropthalmia termasuk kerusakan kornea mata dan kebutaan. Vitamin A
bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan angka kematian, karena
vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi
seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) (Almatsier,
2009). Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan
vitamin A adalah kelompok bayi usia 6 – 11 bulan dan kelompok anak balita
usia 12 – 59 bulan, (1 – 5 tahun) (Pediatrik, 2006). Pada balita vitamin A
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi yang kuat, untuk
penglihatan yang normal, membantu memelihara kulit yang sehat dan
mencegah lapisan mulut, hidung, paru-paru dan saluran kencing dari kuman
penyakit. Vitamin A yang diberikan pada balita juga berfungsi untuk
mengatur sistem kekebalan (immunesystem), dimana sistem kekebalan
badan ini membantu mencegah atau melawan penyakit dengan membuat
sel darah putih yang menghapuskan bakteri dan virus. Akibat lain yang lebih
serius dari kekurangan vitamin A adalah buta senja dan xeropthalmia karena
terjadi kekeringan pada selaput lendir dan selaput bening kornea mata.
Upaya perbaikan status vitamin A harus dimulai pada balita terutama pada
anak yang menderita kekurangan vitamin A (Depkes RI, 2009). Strategi
penanggulangan kekurangan vitamin A masih bertumpuh dengan cara
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi (6 – 11 bulan) kapsul biru
yang mengandung vitamin A 100.000 SI diberikan sebanyak satu kali pada
bulan Februari atau Agustus, balita (1 – 5 tahun) kapsul merah yang
mengandung vitamin A 200.000 SI diberikan setiap bulan Februari dan
Agustus (Depkes, 2009).
Menurut UNICEF (2013), bahwa kekurangan vitamin A dalam makanan
sehari-hari menyebabkan setiap tahunnya sekitar satu juta anak balita
diseluruh dunia menderita penyakit mata tingkat berat (Xeropthalmia)
seperempat diantaranya menjadi buta dan 60% dari yang buta ini akan
meninggal dalam beberapa bulan. Kekurangan vitamin A menyebabkan anak
dalam resiko besar mengalami kesakitan, tumbuh kembang yang buruk dan
kematian dini. Terdapat perbedaan angka kematian sebesar 30% antara
anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A dengan rekanrekannya
yang tidak kekurangan vitamin A (Mirnawati, 2010).
- Gambaran pelaksanaan
Hari, Tanggal : Senin, 14 Februari 2022
Waktu : 09.00 WIB – selesai
Tempat : Posyandu Flamboyan Desan Koto Ringin Puskesmas
Mempura
Monitoring : Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk
mengetahui dan mencegah xeropthalmia

b. Deteksi stunting
˗ Tanggal pelaksanaan: 14 Februari 2022
˗ Judul laporan: Stunting serta dampaknya untuk perkembangan balita di
Posyandu Flamboyan Desan Koto Ringin Puskesmas Mempura
˗ Identitas Bayi/ Anak/ Kelompok Sasaran: Balita di Posyandu Flamboyan Desan
Koto Ringin Puskesmas Mempura
˗ Latar belakang:

Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang brdampak serius terhadap


kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah kekurangan gizi yang
masih cukup tinggi di Indonesia terutama masalah pendek (stunting) dan kurus
(wasting) pada balita serta masalah anemia dan kurang energy kronik (KEK)
pada ibu hamil. Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil ini dapat menyebabkan
berat badan bayi rendah (BBLR) dan kekurangan gizi pada balita, termasuk
stunting. Muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti
kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, sering menderita penyakit
secara berulang karena hygiene dan sanitasi yang kurang baik. 1 dari 3 anak
balita di Indonesia mengalami stunting (pendek) (RISKESDAS 2013)

Permasalahan :

- Masyarakat belum paham mengenai pengertian stunting


- Masyarakat belum paham mengenai penyebab dari stunting
- Masyarakat belum paham mengenai pengelolaan dan pencegahan dari stunting
- Masalah peran serta dari nakes dan kader dalam hal stunting

Perencanaan dan pemilihan

Pemberian penyuluhan tentang stunting serta dampaknya untuk perkembangan


balita dilakukan dihalaman puskesmas. Kegiataan penyuluhan ini ditujukan pada
ibu balita yang melakukan imunisasi.

˗ Gambaran pelaksanaan

˗ Hari, Tanggal : Senin, 14 Februari 2022


- Waktu : 09.00 WIB – selesai
- Tempat : Posyandu Flamboyan Desan Koto Ringin Puskesmas
Mempura
Monitoring : Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk
mengetahui dan mencegah stunting

˗ Tanggal pelaksa naan: 19 April 2022


˗ Judul laporan: Sosialisasi mengenai Stunting serta dampaknya untuk
perkembangan balita di Posyandu Kemuning Benteng Hulu
˗ Identitas Bayi/ Anak/ Kelompok Sasaran: Balita di Posyandu Kemuning
Benteng Hulu
˗ Latar belakang:

Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang brdampak serius terhadap


kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah kekurangan gizi yang
masih cukup tinggi di Indonesia terutama masalah pendek (stunting) dan kurus
(wasting) pada balita serta masalah anemia dan kurang energy kronik (KEK)
pada ibu hamil. Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil ini dapat menyebabkan
berat badan bayi rendah (BBLR) dan kekurangan gizi pada balita, termasuk
stunting. Muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti
kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, sering menderita penyakit
secara berulang karena hygiene dan sanitasi yang kurang baik. 1 dari 3 anak
balita di Indonesia mengalami stunting (pendek) (RISKESDAS 2013)

Permasalahan :

- Masyarakat belum paham mengenai pengertian stunting


- Masyarakat belum paham mengenai penyebab dari stunting
- Masyarakat belum paham mengenai pengelolaan dan pencegahan dari stunting
- Masalah peran serta dari nakes dan kader dalam hal stunting

Perencanaan dan pemilihan

Pemberian penyuluhan tentang stunting serta dampaknya untuk perkembangan


balita dilakukan dihalaman puskesmas. Kegiataan penyuluhan ini ditujukan pada
ibu balita yang melakukan imunisasi.

˗ Gambaran pelaksanaan

˗ Hari, Tanggal : Selasa, 19 April 2022


- Waktu : 09.00 WIB – selesai
- Tempat : Posyandu Kemuning Benteng Hulu Puskesmas Mempura

Monitoring : Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk


mengetahui dan mencegah stunting

c. Suplementasi Gizi
˗ Tanggal pelaksanaan
˗ Judul laporan
˗ Identitas Bayi/ Anak/ Kelompok Sasaran
˗ Latar belakang
˗ Gambaran pelaksanaan

C. PELAYANAN P2P
a. Vaksinasi dasar

˗ Tanggal pelaksanaan: 19 April 2022


˗ Judul laporan; Kegiatan imunisasi Campak di Posyandu Kemuning Benteng Hulu
˗ Identitas Bayi/ Anak/ Kelompok Sasaran: Bayi yang sudah memiliki usia yang
cukup untuk imunisasi Campak yang tinggal di Desa Kemuning Benteng Hulu
˗ Latar belakang:

Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih


menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus
golongan Paramyxovirus. Pada tahun 2013, di dunia terdapat 145.700 orang
meninggal akibat campak, sedangkan sekitar 400 kematian setiap hari sebagian
besar terjadi pada balita (WHO, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2015),campak merupakan penyakit endemik di
negara berkembang termasukIndonesia. Di Indonesia, campak masih menempati
urutan ke-5 penyakit yang menyerang terutama pada bayi dan balita. Pada tahun
2014 di Indonesia ada 12.943 kasus campak. Angka ini lebih tinggi dibandingkan
pada tahun 2013 sebanyak 11. 521 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 8 kasus
yang terjadi di 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau dan
Kalimantan Timur. Incidence rate (IR) campak pada tahun 2014 sebesar 5,13 per
100.000 penduduk.Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 4,64
per 100.000 penduduk. Kasus campak terbesar pada kelompok umur 5-9 tahun dan
kelompok umur 1-4 tahun sebesar 30% dan 27,6%. 2

Campak adalah penyakit menular dengan gejala prodomal. Gejala ini


meliputi demam, batuk, pilek dan konjungtivitis kemudian diikuti dengan munculnya
ruam makulopapuler yang menyeluruh di tubuh. Menurut Nugrahaeni (2012),
kejadian campak disebabkan oleh adanya interaksi antara host, agent dan
environment. Perubahan salah satu komponen mengakibatkan keseimbangan
terganggu sehingga terjadi campak. Berdasarkan penelitian Mujiati (2015) dan
Giarsawan dkk (2012), faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian campak
yaitu umur, status gizi, status imunisasi, pemberian vitamin A, pemberian ASI
eksklusif, kepadatan hunian, ventilasi, riwayat kontak,dan pengetahuan ibu.
Menurut Widagdo (2012) penyakit campak dapat mengakibatkan kematian.
Terjadinya kematian dapat dipicu dengan komplikasi penyakit yaitu
bronkhopneumonia yang timbul akibat penurunan daya tahan anak yang menderita
campak.
Cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu dengan imunisasi
balita pada usia 9 bulan. Selama periode 2000-2013, imunisasi campak berhasil
menurunkan 15,6 juta (75%) kematian akibat campak di Indonesia(Kemenkes RI,
2015). Imunisasi campak membuat anak akan terlindungi dan tidak terkena campak,
karena imunisasi dapat memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit termasuk
campak (Nugrahaeni, 2012). Menurut hasil penelitian Rahmayanti (2015), tidak ada
hubungan status imunisasi dengan kejadian campak (OR= 0,112). Namun, Giarsawan
dkk (2012) menyimpulkan bahwa anak yang tidak diimunisasi akan berisiko sebesar
16,92 kali terkena campak dibandingkan yang diimunisasi.

˗ Gambaran pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada :


Tanggal : Selasa, 19 April 2022
Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Tempat : Posyandu Kemuning Desa Benteng Hulu

Kegiatan yang dilakukan :

- Memberikan penjelasan mengenai pentingnya imunisasi campak dan pencegahan


agar terhindar dari penyakit campak.

˗ Tanggal pelaksanaan: Selasa, 19 April 2022


˗ Judul laporan; Kegiatan imunisasi Polio di Posyandu Kemuning Benteng Hulu
˗ Identitas Bayi/ Anak/ Kelompok Sasaran: Bayi yang sudah memiliki usia yang
cukup untuk imunisasi Polio yang tinggal di Desa Kemuning Benteng Hulu
˗ Latar belakang:
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi untuk mencapai
kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes RI, 2012). Jenis- jenis
imunisasi dasar, yaitu: BCG, yaitu imunisasi dasar yang diberikan untuk mencegah
penyakit TBC. Kemudian imunisasi dasar Hepatitis B, yang diberikan untuk mencegah
penyakit hepatitis B. Selanjutnya DPT, yaitu imunisasi dasar yang diberikan untuk
mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Kemudian imunisasi dasar
Campak, yang diberikan untuk mencegah penyakit campak dan yang terakhir
imunisasi dasar Polio, yang diberikan untuk mencegah penyakit polio (IDAI, 2014).
Imunisasi polio adalah suatu vaksin yang melindungi anak terhadap penyakit
Poliomyelitis. Poliomyelitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus polio. Virus polio yang masuk melalui makanan akan berkembang biak di
kelenjar getah bening saluran cerna, kemudian menyebar melalui darah ke sistem
syaraf, dan mengakibatkan kelumpuhan serta cacat seumur hidup (Hadinegoro,
2011). Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (Polio I, II, III, dan IV) dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung
ke mulut anak atau dengan menggunakan penetesan (dropper) yang baru
(Proverawati dkk, 2010). Pemberian jangka pendek vaksin masih bersifat aman,
namun dalam jangka panjang bisa berbahaya juga untuk tubuh, sehingga diberikan
vaksin kedua, ketiga dan seterusnya dengan maksud untuk memperpanjang khasiat
vaksin yang diberikan sebelumnya dan berguna untuk menghilangkan efek samping
dari vaksin sebelumnya (Ranuh dkk, 2011). Salah satu dari 8 tujuan MDGs pada poin
keempat adalah menurunkan angka kematian bayi dengan meningkatkan status
imunisasi terutama imunisasi dasar lengkap pada bayi karena imunisasi merupakan
hal yang wajib untuk melindungi bayi dari penyakit yang kerap menyerang. Namun,
cakupan imunisasi dasar masih di bawah target, salah satunya yaitu imunisasi dasar
polio (Priyono, 2010). Akibat kelengkapan imunisasi dasar polio masih dibawah
target, muncul kasus polio di beberapa negara di dunia.
˗ Gambaran pelaksanaan:

Tanggal : Selasa, 19 April 2022


Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Tempat : Posyandu Kemuning Desa Benteng Hulu

Kegiatan yang dilakukan :

- Memberikan penjelasan mengenai pentingnya imunisasi polio dan pencegahan


agar terhindar dari penyakit poliomielitis

˗ Tanggal pelaksanaan: Selasa, 19 April 2022


˗ Judul laporan; Kegiatan imunisasi DPT di Posyandu Kemuning Benteng Hulu
˗ Identitas Bayi/ Anak/ Kelompok Sasaran: Bayi yang sudah memiliki usia yang
cukup untuk imunisasi DPT yang tinggal di Desa Kemuning Benteng Hulu
˗ Latar belakang:
Imunisasi sangat penting untuk tubuh seseorang agar kebal dari penyakit. Imunisasi
adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit. Apabila kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan
menderita penyakit tersebut karena system imun tubuh mempunyai sistem memori
daya ingat, ketika vaksin masuk ke dalam tubuh maka dibentuk antibodi untuk
melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai pengalaman
(Butarbutar, 2018). Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu
tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, meningitis, polio dan
campak. Imunisasi dasar lengkap adalah imunisasi yang diberikan pada anak sebelum
berusia 1 tahun yang terdiri dari imunisasi HB 0, imunisasi BCG, imunisasi DPT-HB-
HIB, imunisasi polio, imunisasi IPV dan imunisasi campak (Kemenkes RI, 2018).
Imunisasi dasar lengkap dapat melindungi anak dari wabah penyakit, kecacatan dan
kematian. Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan kepada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan
oleh penyakit yang sering berjangkit (Kusumawati, 2017). Tujuan umum program
imunisasi dasar adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi
akibat PD3I sedangkan tujuan khusus dari program imunisasi dasar adalah
tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap ( Sarri, 2018). Menurut data WHO
(World Health Organitation) sekitar 194 negara maju maupun sedang berkembang
tetap melakukan imunisasi rutin pada bayi dan balitanya. Negara maju dengan
tingkat gizi dan lingkungan yang baik tetap melakukan imunisasi rutin pada semua
bayinya, karena terbukti bermanfaat untuk bayi yang diimunisasi dan mencegah
penyebaran ke anak sekitarnya. Setiap tahun sekitar 85-95% bayi di negara-negara
maju tersebut mendapat imunisasi rutin, sedangkan sisanya belum terjangkau
imunisasi karena menderita penyakit tertentu, sulitnya akses terhadap layanan
imunisasi, hambatan jarak, geografis, keamanan, sosial ekonomi dan lain-lain
(Hartati, 2019). Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena
berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi (Hartati, 2019).
Pada kurun waktu 2015-2019, Indonesia berada di urutan dua negara dengan
kejadian difteri terbesar di dunia yaitu 3.203 kasus setelah India (18.350) kasus.
˗ Gambaran pelaksanaan:

Tanggal : Selasa, 19 April 2022


Jam : 08.00 – 11.00 WIB
Tempat : Posyandu Kemuning Desa Benteng Hulu

Kegiatan yang dilakukan :

- Memberikan penjelasan mengenai pentingnya imunisasi DPT dan pencegahan agar


terhindar dari penyakit difteri dan tetanus

b. Vaksinasi covid

- Tanggal pelaksanaan : 14 Maret 2022


- Nama Keluarga: Seluruh pegawai yang bekerja di kabupaten Siak
- Judul laporan kegiatan: Sosialisasi mengenai pentingnya vaksinasi Covid 19 pada
pegawai yang bekerja di Kabupaten Siak
- Latar belakang:
Vaksin merupakan produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau
zat yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga aman dan jika diberikan kepada
seseorang akan membuat kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit
tertentu. Pemerintah terus mengupayakan pelaksaan suntik vaksin Covid-19 untuk
seluruh masyarakat di Indonesia. Mulai dari awal tahun 2021 hingga saat ini vaksin
Covid-19 tengah didistribusikan ke seluruh masyarakat Indonesia. Pemberian vaksin
ini merupakan solusi yang dianggap paling tepat untuk mengurangi dan memutus
rantai penularan Covid-19. Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan
spesifik terhadap suatu penyakit tertentu sehingga jika suatu saat terpapar penyakit
tersebut maka hanya akan mengalami gejala yang ringan. Sebaliknya, apabila tidak
melakukan vaksinasi maka tidak akan memiliki kekebalan tubuh yang spesifik
terhadap penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan pemberian vaksin
tersebut. Apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata, maka akan terbentuk suatu
kekebalan kelompok (herd immunity). Selain itu, vaksinasi Covid-19 juga dapat
menjaga produktivitas dan mengurangi dampak sosial serta ekonomi. Vaksinasi
Covid-19 dilakukan setelah kepastian keamanan dan keampuhannya ada. Kelompok
prioritas penerima vaksin Covid-19 saat ini adalah tenaga kesehatan yang memiliki
risiko tinggi terpapar Covid-19, lansia (>50 tahun), dan orang dengan pekerjaan yang
memiliki risiko tinggi tertular. Kemudian vaksinasi akan dilanjutkan ke kelompok
penerima lainnya, mulai dari masyarakat usia 18 tahun keatas. Berdasarkan
rekomendasi terbaru dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI),
saat ini penyintas Covid-19 harus segera mendapatkan vaksin Covid-19 dengan
rentang waktu 3 bulan setelah dinyatakan bebas Covid-19. Hal tersebut dilakukan
untuk mencegah terinfeksi Covid-19 untuk kedua kalinya tetapi dengan varian yang
berbeda.

- Gambaran pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada :


Tanggal : Senin, 14 Maret 2022
Jam : 08.00 – 12.00 WIB
Tempat : Kantor Bupati Siak

Kegiatan yang dilakukan :

- Memberikan penjelasan mengenai pentingnya vaksin covid 19, jenis dan dosis
vaksin covid 19, pencegahan agar terhindar dari covid 19
- Memberian konseling, informasi, dan edukasi mengenai cara penularan dan
pencegahan covid 19, salah satunya dengan menggunakan masker setiap saat,
hindari kerumunan, dan apabila sudah ada tanda tanda terkena covid 19 agar
segera ke dokter

- Tanggal pelaksanaan : 18 April 2022


- Nama Keluarga: Seluruh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Mempura dan
mendapatkan bantuan Blt
- Judul laporan kegiatan: Sosialisasi mengenai pentingnya vaksinasi Covid 19 pada
masyarakat Kecamatan Mempura
- Latar belakang:
Vaksin merupakan produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau
zat yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga aman dan jika diberikan kepada
seseorang akan membuat kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit
tertentu. Pemerintah terus mengupayakan pelaksaan suntik vaksin Covid-19 untuk
seluruh masyarakat di Indonesia. Mulai dari awal tahun 2021 hingga saat ini vaksin
Covid-19 tengah didistribusikan ke seluruh masyarakat Indonesia. Pemberian vaksin
ini merupakan solusi yang dianggap paling tepat untuk mengurangi dan memutus
rantai penularan Covid-19. Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan
spesifik terhadap suatu penyakit tertentu sehingga jika suatu saat terpapar penyakit
tersebut maka hanya akan mengalami gejala yang ringan. Sebaliknya, apabila tidak
melakukan vaksinasi maka tidak akan memiliki kekebalan tubuh yang spesifik
terhadap penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan pemberian vaksin
tersebut. Apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata, maka akan terbentuk suatu
kekebalan kelompok (herd immunity). Selain itu, vaksinasi Covid-19 juga dapat
menjaga produktivitas dan mengurangi dampak sosial serta ekonomi. Vaksinasi
Covid-19 dilakukan setelah kepastian keamanan dan keampuhannya ada. Kelompok
prioritas penerima vaksin Covid-19 saat ini adalah tenaga kesehatan yang memiliki
risiko tinggi terpapar Covid-19, lansia (>50 tahun), dan orang dengan pekerjaan yang
memiliki risiko tinggi tertular. Kemudian vaksinasi akan dilanjutkan ke kelompok
penerima lainnya, mulai dari masyarakat usia 18 tahun keatas. Berdasarkan
rekomendasi terbaru dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI),
saat ini penyintas Covid-19 harus segera mendapatkan vaksin Covid-19 dengan
rentang waktu 3 bulan setelah dinyatakan bebas Covid-19. Hal tersebut dilakukan
untuk mencegah terinfeksi Covid-19 untuk kedua kalinya tetapi dengan varian yang
berbeda.

- Gambaran pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pada :
Tanggal : Senin, 18 April 2022
Jam : 08.00 – 17.00 WIB
Tempat : Kantor Camat Mempura

Kegiatan yang dilakukan :

- Memberikan penjelasan mengenai pentingnya vaksin covid 19, jenis dan dosis
vaksin covid 19, pencegahan agar terhindar dari covid 19
- Memberian konseling, informasi, dan edukasi mengenai cara penularan dan
pencegahan covid 19, salah satunya dengan menggunakan masker setiap saat,
hindari kerumunan, dan apabila sudah ada tanda tanda terkena covid 19 agar
segera ke dokter
- Masyarakat yang ingin mendapatkan bantuan Blt harus vaksin booster

c. Tracing penyakit menular

d. Penapisan TB
- Tanggal pelaksanaan : 29 Maret 2022
- Judul laporan : Penapisan dalam menskrinning TB
- Identitas : Tn. S usia 55 tahun datang dengan keluhan yang
menunjukkan gejala Tuberkulosis seperti batuk berdahak yang sudah dialami 2
tahun
- Latar belakang :

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium Tuberculosis). Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan
di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Diperkirakan 95% kasus
TB dan 98% kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negara-negara
berkembang. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif
secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan sehingga berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Selain
merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara
sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat (Kementrian Kesehatan RI,
2011). Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian
global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan
kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan
masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada
tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita
tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh
penderita di dunia (WHO, 2015). Peningkatan tuberkulosis paru di tanggulangi
dengan beberapa strategi dari Kementrian Kesehatan, salah satunya yaitu
meningkatkan perluasan pelayanan DOTS (Directly Observed Treatment Short-
course). DOTS adalah salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai TB paru melalui penyuluhan sesuai dengan budaya
setempat, mengenai TB paru pada masyarakat miskin, memberdayakan
masyarakat dan pasien TB paru, serta menyediakan akses dan standar
pelayanan yang diperlukan bagi seluruh pasien TB paru. Studi sebelumnya
mengungkapkan bahwa pelayanan kesehatan khususnya pelayanan untuk
penyakit tuberculosis tidak efektif dan terbatas. Petugas kesehatan baik dari
pemerintah atau swasta kurang dilatih dalam diagnosis dan pengobatan
tuberculosis serta kurangnya keterampilan dan komunikasi yang dibutuhkan
untuk memotivasi pasien guna meningkatkan kepatuhan dalam upaya
penyembuhan tuberculosis (Mushtaqdkk, 2011). Target pembangunan
milenium Indonesia pada tahun 2015, angka prevalensi tuberkulosis di
Indonesia diharapkan dapat turun sebesar 50% dan pada tahun 2050
diharapkan eliminasi tuberkulosis sebagai masalah kesehatan masyarakat. Di
Kabupaten Siak penyakit TB masih merupakan masalah yang cenderung
fluktuatif. Berdasarkan situasi tersebut untuk menemukan kasus TB sedini
mungkin maka perlu dilakukan skrining TB.

- Gambaran pelaksanaan

Hari, Tanggal : Selasa, 29 Maret 2022


Waktu : 09.00 WIB – selesai
- Tempat : Kegiatan dilakukan di Poli Umum Puskesmas Mempura

Monitoring : Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk


mengetahui pencegahan tuberkulosis

e. Pengobatan TB
- Tanggal pelaksanaan: Rabu, 16 Maret 2022
- Judul laporan: Kegiatan pengobatan tuberkulosis di Poli Puskesmas Mempura
- Identitas: Tn. A usia 40 tahun dengan pengobatan OAT Kategori 1
- Latar belakang:

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam 20


tahun World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang tergabung
di dalamnya mengupayakan untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis paru
adalah suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh infeksi menular
oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB
BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila
tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2015).
Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global.
Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian
akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih
menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun
2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita
tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh
penderita di dunia (WHO, 2015). Peningkatan tuberkulosis paru di tanggulangi
dengan beberapa strategi dari Kementrian Kesehatan, salah satunya yaitu
meningkatkan perluasan pelayanan DOTS (Directly Observed Treatment Short-
course). DOTS adalah salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai TB paru melalui penyuluhan sesuai dengan budaya
setempat, mengenai TB paru pada masyarakat miskin, memberdayakan
masyarakat dan pasien TB paru, serta menyediakan akses dan standar
pelayanan yang diperlukan bagi seluruh pasien TB paru. Studi sebelumnya
mengungkapkan bahwa pelayanan kesehatan khususnya pelayanan untuk
penyakit tuberculosis tidak efektif dan terbatas. Petugas kesehatan baik dari
pemerintah atau swasta kurang dilatih dalam diagnosis dan pengobatan
tuberculosis serta kurangnya keterampilan dan komunikasi yang dibutuhkan
untuk memotivasi pasien guna meningkatkan kepatuhan dalam upaya
penyembuhan tuberculosis (Mushtaqdkk, 2011).

- Gambaran pelaksanaan

Hari, Tanggal : Rabu, 16 Maret 2022


Waktu : 09.00 WIB – selesai
Tempat : Kegiatan dilakukan di Poli Umum Puskesmas Mempura

Monitoring :
Memberikan Pengobatan dan Edukasi kepada masyarakat yang terkena
tuberkulosis bahwa harus selalu mengontrol kepatuhan pengobatan dan
keluhan setiap bulannya datang ke Puskesmas

EVALUASI

A. MINIPROJECT
B. EVALUASI PROGRAM PUSKESMAS

Anda mungkin juga menyukai