Anda di halaman 1dari 12

KARYA TULIS ILMIAH

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA RUSUNAWA TENTANG


PENCEGAHAN SKABIES DI RUMAH SUSUN
PENJARINGANSARI SURABAYA

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya

OLEH :

SALDA AISYAH HEDIANI


NIM.P27820118050

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
2020
PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA RUSUNAWA TENTANG
PENCEGAHAN SKABIES DI RUMAH SUSUN
PENJARINGAN SARI SURABAYA

Oleh:

Salda Aisyah Hediani


Prodi DIII Keperawatan Soetomo, Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Email: saldaaisyahh@gmail.com

ABSTRAK

Skabies adalah penyakit kulit yang ditimbulkan oleh parasit S.scabiei varietas hominis.
Skabies menular melalui kontak langsung maupun tidak langsung dan juga sering terjadi di
lingkungan yang sempit dengan padat penduduk. Seseorang yang mempunyai pengetahuan
dan sikap yang kurang tentang pencegahan penularan skabies akan beresiko tertular
skabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja rusunawa
tentang pencegahan skabies. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Pengumpulan data menggunakan teknik Total Sampling dengan jumlah sampel 60 remaja
yang dilakukan pada bulan Mei 2021, dengan instrumen kuisioner google form. Hasil
penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang pencegahan penularan
skabies lebih dari setengahnya memiliki pengetahuan baik (58%), sikap remaja tentang
pencegahan penularan skabies lebih dari setengahnya (60%) memiliki sikap positif. Untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap yang baik tentang pencegahan penularan skabies
yang bisa dilakukan adalah dengen memberikan penyuluhan yang terstruktur di Rusunawa
Penjaringan Sari Surabaya.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja, Skabies


KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF TEENAGERS ABOUT THE PREVENTION OF
SCABIES IN THE FLATS PENJARINGAN SARI SURABAYA
ABSTRACT

Scabies is a skin infestation caused by the Sarcoptes scabiei mite. Scabies is


transmitted through direct or indirect contact and often occurs in narrow, densely
populated environments. A person who has insufficient knowledge and attitude about the
prevention of scabies transmission will be at risk of contracting scabies. The purpose of this
research is that we know knowledge and attitudes of young people in the apartment on the
prevention of scabies. This type of research is a descriptive study. Data collection using
Total Sampling technique with a sample size of 60 adolescents conducted in May 2021,
with a google form questionnaire instrument. The results showed that the level of
knowledge of adolescents about the prevention of transmission of scabies more than half
had good knowledge (58%), more than half of adolescents' attitudes about the prevention of
transmission of scabies (60%) had a positive attitude. To increase knowledge and a good
attitude towards the prevention of scabies transmission that can be done is by providing
structured counseling at the Penjaringan Sari Flat in Surabaya.

Keywords: Knowledge, Attitude, Teenager, scabies


PENDAHULUAN perhitungan persyaratan kepadatan hunian
rumah sehat berdasarkan keputusan
Penyakit skabies di negara
menteri kesehatan, 1 lantai yang terdiri
berkembang termasuk di Indonesia
dari 16 kamar dengan total luas 336 cm2
berhubungan dengan kemiskinan dan juga
seharusnya hanya dapat dihuni 32 orang
tingkat kebersihan yang rendah,
dan 1 kamar dengan luas 21m2 seharusnya
keterbatasan akses air bersih, kepadatan
hanya dapat dihuni 2 orang. Kondisi
hunian, dan kontak fisik antar individu
rumah yang terlalu padat, kumuh dan
memudahkan transmisi dan infestasi
situasi udara ruang yang lembab dapat
tungau skabies (Mading, 2015). Pada
menyebabkan ruang hunian pengap,
penyakit skabies kepadatan hunian adalah
kurangnya sinar matahari yang masuk
salah satu syarat untuk kesehatan
dapat menyebabkan suhu ruangan rendah
perumahan, kepadatan hunian yang tinggi
dan sanitasi lingkungan menjadi buruk.
terutama kamar tidur akan memudahkan
penularan secara kontak langsung dari Setelah dilakukan perhitungan kepadatan
satu orang ke orang lain (Ratnasari & hunian rumah sehat, tingkat kepadatan
Saleha, 2014). Dan hal tersebut terjadi hunian di Rusunawa Penjaringan Sari
pula pada rumah susun. dapat menimbulkan permasalahan
kesehatan pada warga rusunawa terutama
Rumah susun adalah salah satu
penyakit kulit skabies.
tempat beresiko menularkan skabies,
dijalankan pemerintah untuk mengatasi Skabies sering ditularkan melalui
pemukiman yang kumuh. Kepadatan kontak langsung dari kulit penderita yang
hunian rumah sehat menurut keputusan berlangsung lama atau berkepanjangan.
menteri kesehatan Transimisi skabies dari penderita ke
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang orang lain membutuhkan 15-20 menit
persyaratan kesehatan rumah, satu orang setelah adanya kontak langsung (Shimose
minimal menempati luas rumah 8m2. & Munoz-Price, 2013). Biasanya sering
Kepadatan penghuni diukur dengan terjadi antara teman dekat atau anggota
membandingkan luas rumah dengan keluarga. Skabies bisa menular melalui
jumlah penghuni dalam rumah. Menurut kontak dengan pakaian penderita atau
tempat tidur yang biasa di gunakan Untuk melakukan penelitian di
bersama (Nugraheni, Intan, & Dhega, Rumah susun Penjaringansari Surabaya
2016). Penyebab memilih remaja sebagai diawali dengan mengurus surat izin dan
responden ialah dikarenakan sikap dan mengajukan surat pada UPTD rusunawa.
tindakan remaja lebih beresiko untuk Setelah mendapat izin, langkah
terkena skabies, selanjutnya adalah melakukan
pengambilan data dengan memberikan
Menurut Notoatmodjo 2012, untuk
kuesioner yang dibagikan melalu google
pencegahan skabies dapat dilakukan
form secara online.
dengan cara meningkatkan perilaku
pencegahan terhadap penyakit skabies, Kuisioner pengetahuan dan sikap
Salah satu faktor yang dapat dikembangkan dengan memodifikasi
mempengaruhi perilaku pencegahan kuisioner yang telah dikembangkan dan
skabies adalah pengetahuan seseorang, telah dimodifikasi peneliti. Kuisioner
karena munculnya perilaku baru diawali pengetahuan diberikan 18 pernyataan
dengan pengetahuan yang didapat. yang membahas mengenai pengertian,
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik penularan, pencegahan pengobatan, dan
untuk meneliti pengetahuan dan sikap penyebab penyakit skabies. Pilihan
remaja rusunawa tentang pencegahan jawaban benar (B) dan salah (S) .
skabies. Kuesioner sikap diberikan 12 pernyataan
yang terdiri dari 7 pernyataan Favorabel
BAHAN DAN METODE
dan 5 pernyataan Unfavorable. Untuk
Jenis penelitian ini adalah deskriptif pernyataan kategori favorable pilihan
dengan metode rancangan survey. sangat setuju (SS); setuju (S); tidak setuju
Populasi dan sampel dalam penelitian ini (TS); sangat tidak setuju (STS). Untuk
adalah semua total populasi yaitu 60 pernyataan kategori unfavorable pilihan
remaja yang bertempat tinggal di rumah sangat setuju (SS); setuju (S); tidak setuju
susun Penjaringan Sari Surabaya dan (TS); sangat tidak setuju (STS). Skor
telah bersedia menjadi partisipan dalam minimal pada penilaian ini berjumlah 12
penelitian. dan skor maksimal pada penelitian ini
berjumlah 48. Setelah dilakukan penilaian penelitian ini menggunakan bentuk tabel
maka akan dikategorikan baik, cukup, serta dilengkapi narasi.
dan kurang. Penyajian data dalam

HASIL
1. Data Umum
Tabel 1 Distribusi Frekuensi data umum remaja tentang Pengetahuan dan Sikap Remaja
Rusunawa Tentang Pencegahan Skabies di Rumah Susun Penjaringansari
Surabaya Bulan Mei 2021

No Karakteristik Jumlah Presentase Total


1 Usia
a. Remaja awal 7 12% 60
b. Remaja tengah 22 37%
c. Remaja akhir 31 51%

2 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 26 43% 60
b. Perempuan 34 57%

3 Pendidikan
a. SMA 25 42% 60
b. SMK 14 23%
c. Mahasiswa 21 35%

4 Mendapatkan Informasi tentang


Skabies
a. Pernah 45 75% 60
b. Belum 15 25%

5 Sumber Informasi
a. media 45 75% 60
b. petugas kesehatan 9 15%
c. orang tua 3 5%
d. pengalaman teman 3 5%

6 Menderita scabies
a. Pernah 10 17% 60
b. Belum pernah 50 83%

7 Waktu menderita scabies


a. >1 tahun yang lalu 10 100% 10

8 Lokasi saat terkena scabies


a. rumah susun 6 60% 10
b. lingkungan luar rumah susun 4 40%
9 Keluarga/teman yang
mengalami scabies 17 28% 60
a. ada 43 72%
b. tidak ada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5%, dan pengalaman teman 5%.
lebih dari setengahnya dengan presentase Frekuensi remaja yang pernah menderita
51% adalah remaja akhir, 37% remaja skabies yaitu sebanyak 10 remaja (17%)
tengah/madya dan sebagian kecil yaitu dan yang belum pernah menderita skabies
12% remaja awal. Jenis kelamin remaja sebanyak 50 remaja (83%). Waktu
perempuan sebanyak 57% dan laki-laki menderita skabies dari seluruh remaja
43%. Pendidikan SMA sebanyak 42%, adalah lebih dari 1 tahun yang lalu
SMK 23%, dan Mahasiswa 35%. Remaja (100%) untuk lokasinya berada di
yang pernah mendapatkan infomasi rusunawa 60% dan diluar lingkungan
tentang skabies sebanyak 75% dan belum rusunawa 40%. Saat ini keluarga atau
mendapat informasi sebanyak 25%, teman yang mengalami skabies yaitu 28%
informasi tersebut didapatkan dari media dari 60 remaja.
75%, petugas kesehatan 15%, orang tua

2. Data Khusus

Tabel 2 Distribusi Pengetahuan Remaja Rusunawa Tentang Pencegahan Penyakit


Skabies di Rumah Susun Penjaringansari Surabaya Bulan Mei 2021.

Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)


Cukup 19 32%
Baik 35 58%
Kurang 6 10%
Jumlah 60 100%
Hasil penelitian didapatkan bahwa lebih (32%) dan sebagian kecil memiliki
dari setengahnya (58%) memiliki pengetahuan kurang tentang pencegahan
pengetahuan baik, kurang dari penularan skabies (10%).
setengahnya memiliki pengetahuan cukup
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Rusunawa Tentang Pencegahan Penyakit
Skabies di Rumah Susun Penjaringansari Surabaya Bulan Mei 2021.

Sikap Frekuensi Presentase (%)


Positif 53 88%
Negatif 7 12%
Jumlah 60 100%

Hasil penelitian didapatkan bahwa Kebiasaan yang ada di


sebagian besar (88%) memiliki sikap lingkungan kita untuk meminjam
positif dan sebagian kecil (12%) memiliki benda pribadi seperti baju, alat sholat,
sikap negatif tentang pencegahan serta tidur bersama merupakan
penularan skabies. sesuatu yang perlu dihilangkan karena
PEMBAHASAN dapat menyebabkan penularan
1. Pengetahuan skabies.
Pengetahuan pencegahan skabies KESIMPULAN
sangat penting diberikan pada remaja 1. Lebih dari setengahnya remaja
agar mereka dapat mencegah skabies memiliki pengetahuan baik tentang
di lingkungan rumah susun. pencegahan penularan skabies.
Diharapkan kepada pihak rumah 2. Sebagian besar remaja memiliki
susun agar dapat memberikan sikap positif tentang pencegahan
penyuluhan kesehatan yang efektif penularan skabies.
dengan mengagendakan kegiatan SARAN
penyuluhan yang dilakukan oleh 1. Bagi Remaja
pihak tenaga kesehatan serta Remaja dianjurkan untuk lebih
dilakukan evaluasi secara terstruktur memanfaatkan fasilitas internet seperti
setiap bulan untuk mengetahui google atau media sosial untuk
keefektifan dari kegiatan penyuluhan mendapatkan informasi tentang
tersebut. pencegahan penularan skabies. Selain itu
2. Sikap diharapkan dapat mulai melakukan
perilaku yang baik seperti menjaga
kebersihan diri dan lingkungan dalam sebelum dan setelah dilakukan
melakukan pencegahan penularan pendidikan kesehatan tentang skabies
skabies. untuk mengukur keefektifan dari
2. Bagi Tempat Penelitian dilakukannya penyuluhan kesehatan.
Diharapkan kepada pihak rusunawa
untuk memberikan penyuluhan kesehatan DAFTAR PUSTAKA
yang efektif. Hal itu dapat dilakukan
dengan mengagendakan secara khusus
untuk kegiatan penyuluhan dan
bekerjasama dengan dinas kesehatan
setempat ataupun puskesmas.
Menerapkan peraturan untuk tetap
menjaga kebersihan lingkungan dengan
membuat poster dan yang lainnya.
Mendata dan memantau warga yang
terkena penyakit kulit skabies agar
mengerti bagaimana langkah yang harus
dilakukan agar dapat dilakukan
pencegahan penularan skabies. Pihak
rumah susun dapat melakukan evaluasi
setiap minggu/bulan untuk mengetahui
keefektifan dari peraturan yang dibuat
dan diharapkan dengan adanya peraturan
tersebut perlahan-lahan dapat merubah
kebudayaan dalam rusunawa.
3. Bagi Peneliti
Untuk peneliti selanjutnya
diharapkan bisa melanjutkan penelitian
ini serta mengembangkan penelitian
dengan membandingkan perilaku remaja
Ahmad, K. (2014). Promosi Kesehatan. Jakarta: RajaGrafindo.
Aisyah, S., & Balgies, S. (2017). Transformasi Kesehatan Santri. Surabaya: Raziev Jaya.
Al Audhah, N., Sitti, R., & Agnes, S. (2012). Scabies risk factor on students of islamic
boarding school (study at darul hijrah islamic boarding school, cindai alus village,
martapura subdistrict, banjar district, south kalimantan. Jurnal Buski, Vol. 04 No.
01. 15-19.
Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 6. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, S. (2011). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya edisi kedua. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
.(2013). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
. (2015). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Budiman & Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika pp 66-69.
Dahro, A. (2012). Psikologi Kebidanan Analisis Perilaku Wanita Untuk Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Djuanda. (2010). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: penerbit FKUI.
. (2015). lmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Fitriyani, N. (2017). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Tentang Skabies Terhada Tingkat
Pengetahuan Santri Pesantren Ashiddiqiyah Jakarta. Skripsi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Gustia, R., & Anas, E. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies
di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2015. Jurnal
Kesehatan Andalas, Vol. 07 No. 01. 52-56.
Hanifah, F. 2013. Hubungan Kontrol Sosial Orang Tua dengan Perilaku Seks Pranikah
Remaja Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan. Padang : Spektrum
PLS
Hamzah, M., & Aisah, S. (2011). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Hilma, U., & Ghazali, L. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Skabies Di
Pondok Pesantren Mlangi Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. Vol.06 No.03.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC.
Kulsum, U., & Jauhar, M. (2014). Penghantar Psikologi Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Lubis, D. A. (2015). Pengaruh komponen fisik rumah susun, sanitasi lingkungan dan
perilaku terhadap penyakit skabies di rumah susun sederhana sewa di kota Medan
tahun 2015. Universitas Sumatra Utara.
Mading, I. (2015). Kajian Aspek Epidemologi Skabies Pada Manusia. Vol.02 No.02. 9-17.
Marsha, K., Michael, S., & Franklind. (2020). Diagnosis dan Terapi Skabies. Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya, Vol.57 No.02. 104-105.
Maryatun. (2013). Peran Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual Pra Nikah Pada Remaja
di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. GASTER. Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES). Vol 10 No 1 Februari 2013.
Menaldi, S., Bramono, K., & Indriatmi, W. (2015). Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mubarak. W. I. (2011). Promosi kesehatan. Jogyakarta : Graha ilmu.
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2012). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta.
. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugraheni, A., Intan, P., & Dhega, A. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan santri dengan
perilaku pencgahan scabies di pondok pesantren Darut Taqwa Semarang tahun
2016. Jurnal Kedokteran Diponegoro, Vol. 05 No. 04. 1064-1073.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba medika.
. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Orion E, M. B. (2006). Itch and scratch: scabies and pediculosis. Clinics inDermatology,
168-75.
Paramita, K., & Sawitri. (2015). Profil Skabies Pada Anak. BIKKK, Vol. 19. 42.
Ratnasari, A., & Saleha, S. (2014). Prevalensi skabies dan faktor-faktor yang berhubungan
di pesantren x. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Vol. 02 No. 01
Rohmawati, R. (2010). Hubungan antara faktor pengetahuan dan perilaku dengan
kejadian skabies di pondok pesantren A-Muayyad. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan penelitian kuantitatif: Quantitative research Approach.
Yogyakarta: Deepublish.
Saleha, S., DAP, & E, M. (2016). Skabies. Jakarta: FKUI.
Sarwono, Wirawan Sarlito, 2012. Psikologi Remaja: Definisi Remaja, Jakarta:
Rajagrafindo Persada
Setyaningrum, T., Listiawan, M., & Zulkarnain, I. (2007). Kadar imunoglobulin E-spesifik
tungau debu rumah pada penderita skabies non atopi anak. BIKKK, Vol.19. 99-108.
Shimose, L., & Munoz-Price, L. (2013). Diagnosis, prevention, and treatment of scabies.
Curr Infect Dis Rep, Vol. 15 No. 05. 426-431.
Sitorus, F. D. (2014). Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku siswi SMA kelas XII
terhadap skabies di asrama putri santa clara Pematangsiantar. Skripsi. Medan:
Fakultas Kedokteran HKBP Nonmensen.
Syaifuddin, Z., Imam, G., & Heru, S. (2018). adaptasi ruang terhadap perilaku penghuni
pada rusun penjaringan sari surabaya. Jurnal Environtek, Vol. 09 No. 01. 32-33.
Syailindra, F., & Mutiara, H. (2016). Skabies. Majority, Vol. 05. 37-42. 37-42.
Triwibowo, Cecep, & Mitha, E. (2015). Pengantar Dasar Ilmu kesehatan Masyarakat:
Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Keperawatan dan Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Walton, S., & Currie, B. (2007). Problems in diagnosing scabies, a global disease in human
and animal population. Clin Microbiol Rev, Vol.20 No.02. 268–79.
Widiasih, D., & Budiharta, S. (2012). Epidemiologi zoonosis di Indonesia. Yogyakarta:
Gadja Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai