Anda di halaman 1dari 48

PENATALAKSANAAN HOLISTIK SKABIES DENGAN INFEKSI

SEKUNDER PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA 16 TAHUN MELALUI


PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CAMPANG RAYA

(Manuskrip Kasus Pembinaan Keluarga)

Oleh:
Luthfia Romadhoni
2118012238

Pembimbing:
dr. Syahrul Hamidi, S.Ked. M. Kes
dr. Joice Asa Causa, S. Ked

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
PENATALAKSANAAN HOLISTIK SKABIES DENGAN INFEKSI
SEKUNDER PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA 16 TAHUN MELALUI
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAMPANG RAYA

(Manuskrip Kasus Pembinaan Keluarga)

Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Dalam Mengikuti Kepaniteraan Di Bagian


Kedokteran Komunitas Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung

Oleh:
Luthfia Romadhoni
2118012238

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
Manuskrip Kasus Keluarga Binaan

Judul Makalah : PENATALAKSANAAN HOLISTIK SKABIES DENGAN


INFEKSI SEKUNDER PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA 16
TAHUN MELALUI PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CAMPANG RAYA

Disusun oleh : Luthfia Romadhoni


NPM : 2118012238

Bandar Lampung, Agustus 2023


Mengetahui dan Menyetujui Dosen
Pembimbing,

dr. Syahrul Hamidi, S. Ked., M. Epid


PENATALAKSANAAN HOLISTIK SKABIES DENGAN INFEKSI
SEKUNDER PADA REMAJA LAKI-LAKI USIA 16 TAHUN MELALUI
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAMPANG RAYA

Luthfia Romadhoni
2118012238
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak

Latar Belakang: Skabies adalah infestasi parasit Sarcoptes scabiei var homini pada kulit
yang ditandai dengan keluhan gatal dan presentasi klinis yang beragam. Skabies seringkali
diabaikan dan penanganan yang kurang tepat menyebabkan keadaan kronis. Oleh karena
itu, penanganan yang tepat secara holistik menggunakan pendekatan kedokteran keluarga
diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi

Tujuan : Penerapan pelayanan dokter keluarga berbasis evidence based medicine dengan
mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, serta penatalaksanaan pasien berdasarkan
kerangka penyelesaian masalah pasien dengan pendekatan patient centered dan family
approach.

Metode : Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan kunjungan ke rumah. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik secara kualitiatif
dan kuantitatif.

Hasil : Pasien An. R usia 16 tahun mengeluhkan gatal di kedua tangan, tungkai bawah dan
bokong terutama pada bagian sela jari dan bokong sejak ±2 minggu yang lalu. Gatal
dirasakan sepanjang hari dan memberat pada malam hari. Secara klinis pasien didiagnosis
dengan skabies dengan infeksi sekunder (ICD 10: B86, ICPC-2: S72). Resiko internal
berupa kurangnya hygiene personal, dan pengetahuan. Resiko eksternal meliputi keluhan
serupa di lingkungan rumah dan keluarga, pengetahuan keluarga yang kurang tepat,
hygiene rumah yang kurang baik dan tidak adanya ventilasi di rumah pasien. Pada evaluasi,
didapatkan peningkatan pemahaman mengenai penyakit berdasarkan pre test dan post test
dan perubahan perilaku.

Kesimpulan : Penatalaksanaan secara holistik dengan pendekatan kedokteran keluarga


diperlukan untuk pasien dengan penyakit skabies untuk tercapainya keberhasilan terapi dan
pencegahan penularan ke komunitas.

Kata Kunci: Dokter Keluarga, Diagnosis Holistik, Skabies.


HOLISTIC MANAGEMENT OF A 16 YEAR BOY WITH SKABIES THROUGH
FAMILY MEDICINE APPROACH IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS
CAMPANG RAYA

Luthfia Romadhoni
2118012238
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstract

Background: Scabies is an infestation of the parasite Sarcoptes scabiei var homini on the
skin which is characterized by itching complaints and various clinical presentations.
Scabies is often ignored and inappropriate treatment causing a chronic condition.
Therefore, holistically appropriate treatment using a family medicine approach is needed
to achieve therapeutic success.

Objectives: Family doctor practice are evidence based medicine by identifying risk factors,
clinical problems, and patient management based on patient problems with a patient
centered and family approach.

Method : This study is a case report. Primary data were obtained through history taking,
physical examination, labs exam and home visits to assess the physical environment.
Assessment based on a holistic diagnosis from the beginning to the end.

Results: Patient An. R, aged 16 years, complained of itching in both hands, both leg, andhis
gluteal especially between the fingers and gluteal since ±2 weeks ago. Itching is felt
throughout the day and worse at night. Clinically the patient was diagnosed with scabies
with secondary infection (ICD 10 B.86, ICPC:2 S72). Internal risk factors are lack of
personal hygiene, and inaccurate knowledge. External risk factors are similar complaints
in family environment, inappropriate family knowledge, poor hygiene in home and there
are no ventilation in his house. In evaluation, there was an increase in understanding of
the disease based on score in pre test dan post test and changes in behavior.

Conclusion : holistic management with family medicine approach is needed for patiens
with scabies to achieve successful theraphy and prevent transmission to the community.

Keywords: Family Doctor, Holistic Diagnosis, Scabies


LATAR BELAKANG kesalahan diagnosis, dan perkembangan
Penyakit kulit menjadi salah satu masalah demografik seperti keadaan penduduk dan
kesehatan masyarakat di negara berkembang ekologi.8 Selain itu, faktor lain seperti kepadatan
seperti Indonesia. Salah satu infestasi parasit hunian kamar juga dinilai memiliki pengaruh
pada kulit yang sangat menular yaitu skabies.1 terhadap kejadian skabies. Keadaan tersebut
Skabies atau di Indonesia disebut juga dengan memudahkan transmisi dan infestasi Sarcoptes
penyakit kudis, gudik, atau buduk adalah scabiei. 9
penyakit kulit yang disebababkan oleh infestasi
dan sensitasi oleh tungau yaitu Sarcoptei scabei Skabies seringkali diabaikan karena tidak
varietas hominis. Skabies ditularkan melalui mengancam jiwa sehingga prioritas
beberapa cara, yaitu kontak langsung dengan penanganannya lebih rendah. Namun,
kulit atau secara tidak langsung melalui pakaian, penanganan yang kurang tepat pada penyakit
sprei, kasur, dan peralatan mandi.2 menyebabkan keadaan kronis dan berat serta
menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Skabies diperkirakan menginfeksi sekitar 150- Sensitasi terhadap sekreta dan eksreta tungau
200 juta orang secara global dengan estimasi skabies dapat menimbulkan ketidaknyamanan
prevalensi pada anak sebesar 5-10%.3 Prevalensi karena lesi yang sangat gatal. Akibatnya,
skabies di negara berkembang masih tinggi pada penderita sering menggaruk dan menyebabkan
kelompok usia anak pra-sekolah hingga remaja, suatu infeksi sekunder terutama yang
menurun pada usia dewasa dan kembali diakibatkan oleh bakteri Group A Streptococci
meningkat pada usia lanjut.4 Kasus tertinggi (GAS) serta Staphylococcus aureus.10
terjadi pada negara beriklim tropis, komunitas
ekonomi rendah dan pemukiman padat Rendahnya pengetahuan mengenai skabies dapat
5
penduduk. Di Indonesia, penyakit skabies menurunkan motivasi dan partisipasi dalam
merupakan penyakit kulit terbanyak ketiga yang penanggulangan dan pemberantasan skabies di
sering ditemui di puskesmas. Penelitian dari komunitas. Terapi yang tidak tepat atau
Wibianto dan Santoso menyatakan jumlah kasus terlambat diberikan mempengaruhi kualitas
skabies di Puskesmas Ciwidey Jawa Barat dalam hidup penderita dan meningkatkan penularan.
periode 2015-2020 sebanyak 1725 kasus dengan Jika tidak ditangani, skabies dapat
prevalensi terbanyak pada usia 0-16 tahun.6 mempengaruhi kualitas hidup akibat kesulitan
Kasus scabies di Provinsi Lampung pada tahun tidur, ketidakhadiran di sekolah, dan isolasi
2014 berjumlah 7960 orang, hal ini mengalami sosial terutama pada anak-anak.11 Pelayanan
peningkatan signifikan apabila dibandingan kesehatan primer memiliki peran yang sangat
pada tahun 2012 yaitu berjumlah 2.941.7 penting pada penyakit skabies, terutama dalam
hal pencegahan penyakit ke komunitas,
Faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan penegakan diagnosis, terapi yang tepat, eradikasi
penyakit ini diantaranya adalah keadaan sosial total dan pencegahan terjadinya rekurensi. Oleh
ekonomi yang rendah, kebersihan yang buruk, karena itu, penanganan yang tepat secara holistik
pada kasus ini dengan menggunakan pendekatan menjadi tidak masuk sekolah nyeri dan bengkak
kedokteran keluarga diperlukan.12 sehingga tidak dapat memegang pena dan juga
duduk. Selain itu, pasien juga merasa malu
TUJUAN PENULISAN dengan teman sekolahnya karena kondisinya
1. Mengidentifikasi faktor resiko dan masalah saat ini, dan mengaku sulit tidur akibat rasa gatal
klinis yang terdapat pada pasien. yang semakin parah ketika malam hari.
2. Menerapkan prinsip pelayanan dokter
sesuai masalah yang ditemukan pada pasien Menurut ibu pasien, teman bermain pasien juga
dan melakukan penatalaksanaan secara pernah mengalami gatal-gatal disertai bintil-
holistic dan komprehensif yang meliputi bintil berisi cairan bening di sela jari tungkai
patient-centered dan family approach dan bawah dan tangan, namun tidak pernah sampai
community-oriented yang berbasis pada bernanah pada beberapa minggu sebelum
Evidence Based Medicine. keluhan ini muncul pada pasien. Menurut
keterangan ibu pasien, teman pasien juga sudah
ILUSTRASI KASUS diberikan obat permethrin atas saran dari seorang
Pasien An. R, seorang laki-laki berumur 16 dokter. Saat ini teman pasien sudah tidak merasa
tahun datang ke Puskesmas Campang Raya pada gatal lagi, dan bintik-bintik pada sela jari tangan
tanggal 7 Agustus diantar oleh ibunya dengan dan tungkai bawah sudah tidak ada lagi. Riwayat
keluhan gatal pada area sela-sela jari tangan, keluhan serupa pada pasien sebelumnya sudah
tungkai bawah, selangkanga, dan bokong sejak 2 pernah yaitu 3 bulan yang lalu, pasien mengaku
minggu yang lalu. Keluhan gatal dirasakan temannya juga memiliki keluhan serupa saat itu,
sepanjang hari namun terasa lebih berat pada tetapi pasien hanya mengobatinya dengan obat
malam hari dan saat berkeringat, terkadang bubuk dari warung, kemudian keluhannya
pasien menangis karena tidak kuat menahan rasa menghilang. Penyakit lain seperti alergi
gatal yang dialaminya. makanan atau obat, asma dan bersin berulang
disangkal. Riwayat kontak dengan bahan-bahan
Pada mulanya terdapat bintil-bintil kecil tertentu sebelum munculnya keluhan disangkal.
seukuran jarum pentul berisi cairan bening di
sela-sela jari tangan kanan dan kiri pasien yang Ibu pasien belum mengobati keluhan anaknya
kemudian bertambah banyak dan meluas ke dengan obat apapun. Ibu pasien memiliki
tungkai bawah dan selangkangan hingga bokong keinginan untuk mengetahui penyakit yang
pasien. Berdasarkan keterangan ibu pasien, diderita anaknya dan ingin sembuh. Ibu pasien
pasien sering menggaruk bintil-bintil pada kulit memiliki kekhawatiran penyakit pasien akan
tersebut hingga luka dan pecah. Pada lima hari bertambah parah dan semakin melebar. Menurut
terakhir ini bekas bintil-bintil yang digaruk orangtua pasien, penyakit yang dialami pasien
tersebut menjadi bernanah. Karena banyaknya merupakan penyakit akibat karena jarang mandi
bentol disertai nanah pada sela tangan pasien, karena pasien terkadang hanya mandi sekali
tungkai bawah dan bokong, membuat pasien sehari karena susahnya air dirumah.
mengaku hanya pergi berobat apabila
Berdasarkan keterangan ibunya, aktivitas pasien mengalami keluhan. Pasien dan keluarganya
sehari-hari adalah seorang siswa sekolah telah mendaftarkan diri ke jaminan kesehatan,
menengah pertama. Pasien sering bermain sehingga ketika berobat ke puskesmas
bersama teman-temannya di area rumahnya, dan menggunakan BPJS. Pasien dan keluarga
ada teman pasien yang memiliki gejala yang biasanya makan makanan utama dua sampai tiga
sama dengannya. Ibu pasien juga mengeluhkan kali dalam sehari. Makanan yang dimakan cukup
gejala yang sama. Ibu pasien mengalami gatal bervariasi. Dalam satu kali makan, mengambil
pada sela sela jari tangan, lipat paha, dan nasi sebanyak 1 centong nasi dan satu sayur
selangkangan. Kedua adik pasien yang tinggal (bayam, kangkong, kentang, papaya, nangka)
Bersama tidak memiliki keluhan serupa dan terkadang diselingi lauk (ayam, telur, tahu
berdasarkan keterangan ibu pasien, Lingkungan atau tempe). Pasien sering jajan sembarangan.
dalam rumah pasien kurang terkena sinar Jajanan yang dikonsumsi seperti telur gulung,
matahari dan lembab serta kurang terjaga cireng, es, dll. Pasien dan keluarga jarang
kbersihannya. Pasien mandi terkadang 1 hari mengonsumsi buah & sayur. Pasien tidur
sekali, Untuk mengeringkan badan, pasien dimalam hari pukul 21.00 WIB.
terkadang menggunakan handuk yang sama
dengan anggota keluarga lain. Pasien jarang Pasien tinggal di rumahnya yang berukuran
mandi sore, pasien hanya berganti pakaian saja 3,5x9 meter. Dinding papan, langsung
setelah pulang sekolah, kemudian sorenya berbatasan dengan rumah tetangga kanan dan
pasien bermain dan tidak ganti baju walaupun sebelah kirinya pekaranangan dan kendang
setelah berkeringat, hingga malam hari pasien ayam, tidak terdapat halaman yang memisahkan
tidur. Pasien jarang mencuci tangan antara rumahnya dan rumah tetangganya.
menggunakan sabun dan tidak memotong kuku Menurut ibu pasien, tetangganya juga pernah
secara rutin. Pasien tidak pernah menggunakan mengalami gatal-gatal, tetapi tidak ada yang
pakaian yang ketat. Menurut ibu pasien, di sampai bernanah seperti yang dialami anaknya.
rumahnya jarang menjemur kasur, bantal dan Lantai rumah terbuat dari semen, teras rumah
guling, dan jarang mencuci selimut, sprei, sarung untuk menerima tamu terdapat 2 buah bangku
bantal, dan guling. Mencuci sprei terkadang plastik, masuk kebagian depan rumah digunakan
dilakukan 1 bulan sekali. Pasien memelihara untuk tidur pasien dengan Kasur lantai, dan
kucing liar dirumahnya, kucing tersebut secara disekat dengan lemari sebagai area tempat tidur
bebas dapat masuk ke rumah. ibu dan adik-adik pasien. Kemudian terdapat 1
buah dapur sekaligus tempat cuci dan disamping
Pasien tinggal berempat bersama Ibunya Ny. S terdapat kamar mandi dengan jamban jongkok.
35 tahun, adik perempuannya usia 11 tahun dan Jendela terdapat di bagian depan rumah dan di
usia 6 tahun. Ayahnya kerja di luar pulau dan samping, jendela berupa kaca tembus pandang
hanya pulang 2 bulan sekali. Pola pengobatan yang dapat dibuka, tetapi sama sekali tidak
keluarga pasien bersifat kuratif, Ibu pasien disertai ventilasi rumah di bagian atasnya.
sehingga sangat minim penerangan secara masuk sekolah nyeri dan bengkak sehingga tidak
langsung dari sinar matahari, cahaya hanya dapat memegang pena dan juga duduk. Selain
berasal dari satu lampu yang redup dan sirkulasi itu, pasien juga merasa malu dengan teman
udara sangat kurang. pertukaran udara pada sekolahnya karena kondisinya saat ini, dan
ruangan tersebut dinilai kurang baik. Keadaan mengaku sulit tidur akibat rasa gatal yang
rumah secara keseluruhan terlihat kurang bersih, semakin parah ketika malam hari.
sangat minim penerangan matahari.
Menurut ibu pasien, teman bermain pasien juga
METODE pernah mengalami gatal-gatal disertai bintil-
Analisis studi ini adalah laporan kasus. Data bintil berisi cairan bening di sela jari tungkai
primer diperoleh melalui anamnesis bawah dan tangan, namun tidak pernah sampai
(autoanamnesis dan alloanamnesis dari anggota bernanah pada beberapa minggu sebelum
keluarga), pemeriksaan fisik dan kunjungan keluhan ini muncul pada pasien. Menurut
rumah, untuk melengkapi data keluarga, data keterangan ibu pasien, teman pasien juga sudah
psikososial dan lingkungan. Penilaian dilakukan diberikan obat permethrin atas saran dari seorang
berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dokter. Saat ini teman pasien sudah tidak merasa
dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif. gatal lagi, dan bintik-bintik pada sela jari tangan
dan tungkai bawah sudah tidak ada lagi. Riwayat
DATA KLINIS keluhan serupa pada pasien sebelumnya sudah
Anamnesis pernah yaitu 3 bulan yang lalu, pasien mengaku
Pasien An. R, seorang laki-laki berumur 16 temannya juga memiliki keluhan serupa saat itu,
tahun datang ke Puskesmas Campang Raya tetapi pasien hanya mengobatinya dengan obat
dengan keluhan gatal pada area sela-sela jari bubuk dari warung, kemudian keluhannya
tangan sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan gatal menghilang. Penyakit lain seperti alergi
dirasakan sepanjang hari namun terasa lebih makanan atau obat, asma dan bersin berulang
berat pada malam hari dan saat berkeringat. Pada disangkal. Riwayat kontak dengan bahan-bahan
mulanya terdapat bintil-bintil kecil seukuran tertentu sebelum munculnya keluhan disangkal.
jarum pentul berisi cairan bening di sela-sela jari Ibu pasien belum sempat memberikan obat
tangan kanan dan kiri pasien yang kemudian apapun kepada pasien. Saat ditanyakan
bertambah banyak dan meluas ke tungkai bawah mengenai definisi, penyebab, penularan,
dan selangkangan hingga bokong pasien. pengobatan dan pengendalian penyakit yang
Berdasarkan keterangan ibu pasien, pasien diderita pasien belum mengetahuinya. Saat ini
sering menggaruk bintil-bintil pada kulit tersebut pasien masih dapat beraktivitas sehari-hari
hingga luka dan pecah. Pada 5 hari terakhir ini seperti sebelum sakit. Ibu pasien memiliki
bekas bintil-bintil yang digaruk tersebut menjadi keinginan untuk mengetahui penyakit yang
bernanah. Karena banyaknya bentol disertai diderita anaknya dan ingin sembuh. Ibu pasien
nanah pada sela tangan pasien, tungkai bawah memiliki kekhawatiran penyakit pasien akan
dan bokong, membuat pasien menjadi tidak bertambah parah dan semakin melebar. Menurut
orangtua pasien, penyakit yang dialami pasien sembarangan. Jajanan yang dikonsumsi seperti
timbul karena pasien jarang mandi karena pasien telur gulung, cireng, es, dll. Pasien dan keluarga
hanya mandi sekali sehari. jarang mengonsumsi buah & sayur. Pasien tidur
dimalam hari pukul 21.00 WIB.
Berdasarkan keterangan ibunya, aktivitas pasien
sehari-hari adalah seorang siswa sekolah Pasien tinggal berempat bersama Ibunya Ny. S
menengah pertama. Pasien sering bermain 35 tahun, adik perempuannya usia 11 tahun dan
bersama teman-temannya di area rumahnya, dan usia 6 tahun. Ayahnya kerja di luar pulau dan
ada teman pasien yang memiliki gejala yang hanya pulang 2 bulan sekali. Pola pengobatan
sama dengannya. Ibu pasien juga mengeluhkan keluarga pasien bersifat kuratif, Ibu pasien
gejala yang sama. Ibu pasien mengalami gatal mengaku hanya pergi berobat apabila
pada sela sela jari tangan, lipat paha, dan mengalami keluhan. Pasien dan keluarganya
selangkangan. Kedua adik pasien yang tinggal telah mendaftarkan diri ke jaminan kesehatan,
Bersama tidak memiliki keluhan serupa sehingga ketika berobat ke puskesmas
berdasarkan keterangan ibu pasien, Lingkungan menggunakan BPJS.
dalam rumah pasien kurang terkena sinar
matahari dan lembab serta kurang terjaga Pemeriksaan Fisik
kebersihannya. Pasien mandi terkadang 1 hari Keadaan umum: Tampak sakit ringan; frekuensi
sekali, Untuk mengeringkan badan, pasien nadi: 87 x/menit; frekuensi nafas: 20 x/menit;
terkadang menggunakan handuk yang sama suhu: 36,6 oC; berat badan 40 kg dan tinggi
dengan anggota keluarga lain. Pasien jarang badan 145 cm. Hasil IMT pasien adalah 19,02
mandi sore, pasien hanya berganti pakaian saja kg/m2. Pengukuran status gizi menggunakan
setelah pulang sekolah, kemudian sorenya indikator indeks massa tubuh, kesan status gizi
pasien bermain dan tidak ganti baju walaupun normal.
setelah berkeringat, hingga malam hari pasien
tidur. Pasien jarang mencuci tangan Status Generalis
menggunakan sabun dan tidak memotong kuku Telinga, hidung, kesan dalam batas normal. Pada
secara rutin. Pasien tidak pernah menggunakan pemeriksaan leher, tidak terdapat pembesaran
pakaian yang ketat. Menurut ibu pasien, di KGB, kesan dalam batas normal. Pemeriksaan
rumahnya jarang menjemur kasur, bantal dan paru, gerak dada dan fremitus taktil simetris,
guling, dan jarang mencuci selimut, sprei, sarung tidak didapatkan rhonki dan wheezing, kesan
bantal, dan guling. Mencuci sprei terkadang dalam batas normal. Jantung, batas kanan pada
dilakukan 1 bulan sekali. Pasien memelihara linea sternalis kanan, batas kiri tepat pada linea
kucing liar dirumahnya, kucing tersebut secara midclavicula, ICS 5, kesan batas jantung normal.
bebas dapat masuk ke rumah. Pasien dan Abdomen, tampak datar, supel, tidak didapatkan
keluarga biasanya makan makanan utama dua organomegali ataupun asites, kesan dalam batas
sampai tiga kali dalam sehari. Makanan yang normal. Ekstremitas tidak didapatkan edema,
dimakan cukup bervariasi. Pasien sering jajan
kesan dalam batas normal. Muskuloskeletal dan pasien hampir selalu bersama dengan adik
status neurologis dalam batas normal. terkecil pasien yang belum bersekolah. Ayah
pasien bekerja sebagai buruh di luar pulau dan
selalu menghubungi setiap hari, sedangkan
Status Dermatologi: ibupasien sebagai ibu rumah tangga. Keluarga
Pada regio plantar et interdigitalis manus pasien sering berkumpul bersama pada saat
bilateral, regio cruris sinistra et dekstra, regio malam tiba, dan ayah pasien juga sering
gluteal sinistra et dekstra, tampak pustul diatas menghubungi keluarga pada malam hari.
dasar eritem, multiple, ukuran miliar hingga Pemecahan masalah di keluarga pasien melalui
lentikular, bentuk bulat, batas sirkumskripta, diskusi antara ayah dan ibu. Keputusan keluarga
tersebar diskret disertai krusta berwarna kuning biasanya ditentukan oleh ibu.
pada pustul yang sudah pecah.
Tn. RS 41 tahun adalah anak kedua dari lima
bersaudara. Ayah dan ibu Tn. RS sudah
meninggal. Ny. S merupakan anak ketiga dari
enam bersaudara, ayah Ny. S sudah meninggal
dunia karena hipertensi dan ibu Ny. S tinggal di
kabupaten lain. Ny. S tidak dekat dengan
saudara-saudaranya yang saat ini semuanya
tinggal di daerah yang berbeda-beda.

Pendapatan rumah tangga pasien tidak menentu


yaitu dalam kisaran Rp. 1.000.000,00 sampai
dengan Rp. 1.500.000,00 per bulan dari hasil
bekerja ayah. Dalam mencukupi kebutuhan
primer cukup sedangkan untuk pemenuhan
kebutuhan sekunder dan tersier kurang cukup.
Gambar 1. Status Dermatologis
Kebutuhan pendidikan masih kurang dengan
pendidikan tertinggi di keluarga yaitu SD (ayah
Pemeriksaan Penunjang
pasien yaitu Tn. RS Dan pasien An. R).
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada
pasien ini.
Dukungan keluarga untuk segera berobat jika
terdapat anggota keluarga yang sakit masih
Data Keluarga
kurang, keluarga sering melakukan pengobatan
Pasien anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien
mandiri sebelum berobat ke pelayanan
tinggal bersama ibu, dan kedua adik
kesehatan. Keluarga hanya memeriksakan diri
perempuannya. Bentuk keluarga pasien adalah
ke layanan kesehatan bila keluhan sangat
keluarga nuclear. Komunikasi dalam keluarga
mengganggu kegiatan sehari-hari dan bila usaha
berjalan lancar antar anggota keluarga. Ibu
pengobatan sendiri gagal. Pasien jika sakit Gambar 3. Hubungan antar keluarga
diantar oleh ibu pasien. Keluarga pasien berobat
ke puskesmas menggunakan sepeda motor. Jarak Family mapping keluarga An. R satu sama lain
rumah ke puskesmas ±1 kilometer. tidak ada yang memiliki hubungan renggang.
Ny. S memiliki hubungan yang paling erat
Genogram Keluarga dengan An. RI, karena An. RI belum sekolah dan
Genogram keluarga pasien dibuat pada 12 paling sering bersama dengan ibunya. Ny. S juga
Agustus 2023 dapat dilihat pada Gambar 1. memiliki hubungan erat dengan kedua anak dan
suaminya. Sedangkan, Tn. RS memiliki
hubungan erat dengan istrinya dan hubungan erat
dengan ketiga anaknya. Walaupun Tn. RS sering
menghabiskan sebagian besar waktunya di luar
rumah untuk bekerja, Tn. RS tetap menyediakan
waktunya untuk berinteraksi dengan ketiga
anaknya ketika malam hari setelah pulang
Keterangan: bekerja melalui video telepon. Hubungan An. R
: Laki- Laki : Penyakit Jantung sama erat dengan ibu, ayah dan saudara
: Perempuan : Hipertensi perempuannya.

: Meninggal : Skabies
Family Apgar Score
: Perokok : Katarak
Berikut merupakan Family APGAR Score pada
: Kanker : Pasien
keluarga An. R
Tabel 1. APGAR Keluarga
Gambar 2. Genogram
APGAR Skor

Saya merasa puas


Family Map karena saya dapat
Adaptation

meminta pertolongan 2
kepada keluarga saya
ketika saya menghadapi
permasalahan

Saya merasa puas


dengan cara keluarga
Partnership

saya membahas 2
berbagai hal dengan
saya dan berbagi
masalah dengan saya
Saya merasa puas
karena keluarga saya
Growth menerima dan
mendukung keinginan- 2
keinginan saya untuk
memulai kegiatan atau
tujuan baru dalam hidup
saya

Saya merasa puas


dengan cara keluarga
saya mengungkapkan
Affection

kasih sayang dan 2


menanggapi perasaan-
perasaan saya, seperti
kemarahan, kesedihan
dan cinta

Saya merasa puas


Resolve

dengan cara keluarga 2


saya dan saya berbagi
waktu bersama

Total 10

Interpretasi: Keluarga berfungsi dengan baik


Keterangan :
0-12 = Fungsi keluarga kurang
13-24 = Fungsi keluarga cukup
Family SCREEM 25-36 = Fungsi keluarga baik

Fungsi patologi pada keluarga dapat dinilai


Family Lifecycle
dengan menggunakan SCREEM, dengan hasil
Berdasarkan siklus hidup keluarga An. R dapat
fungsi keluarga cukup (skor 24).
dilihat bahwa keluarga An. R berada dalam
Tabel 2. SCREEM Keluarga
tahap keluarga anak usia pra-sekolah, anak usia
sekolah, anak usia remaja, dan usia
pertengahan.
Keluarga Keluarga
langsung dari sinar matahari, cahaya hanya
Lanjut Usia Pemula
berasal dari satu lampu yang redup dan sirkulasi
udara sangat kurang. Pertukaran udara dan
Keluarga Usia Keluarga Child pencahayaan sinar matahari pada ruangan
Pertengahan Bearing
tersebut dinilai kurang baik. Pasien tidur
sendiri, dan ibunya tidur bersama kedua adik
perempuannya.
Keluarga Keluarga
dengan Anak dengan Anak
Dewasa Pra-Sekolah
Sumber air berasal dari sumur pompa listrik
Keluarga
Keluarga
dengan yang digunakan untuk mandi dan mencuci, air
dengan Anak
Anak Usia
Remaja sumur berwarna jernih dan tidak berbau. Limbah
Sekolah

Gambar 4. Family Lifecycle rumah tangga dialirkan ke got di belakang


rumah. Keluarga ini memiliki 1 kamar mandi
Data Lingkungan Rumah dengan jamban jongkok. Kamar mandinya

Pasien tinggal di rumah ukuran 3,5x9 meter. berada di dekat dapur. Tempat sampah berada di
Jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah luar rumah maupun di dapur. Lingkungan tempat
adalah empat orang. Rumah terdiri dari teras tinggal pasien tidak cukup padat. Fasilitas dapur

rumah, satu ruangan yang disekat menjadi dua menggunakan kompor gas, air minum diperoleh

kamar tidur, satu dapur, dan satu toilet dengan dari air galon, sumber air diperoleh dari air
WC jongkok berada di dalam rumah. Atap sumur dan saluran air dialirkan ke septik tank.

rumah terbuat dari asbes, dengan dinding papan Jarak sumur ke septik tank sekitar 6 m . Jarak
langsung berbatasan dengan rumah tetangga antara depan rumah dan jalan sekitar ± 6 m.

kanan dan sebelah kiri dengan kendang ayam,


tidak terdapat halaman yang memisahkan antara Keadaan rumah secara keseluruhan terlihat
rumahnya dan rumah tetangganya. Menurut ibu kurang bersih, sangat minim penerangan
pasien, tetangganya juga pernah mengalami matahari dan pertukaran udara kurang baik pada

gatal-gatal, tetapi tidak ada yang sampai bagian ruang utama. Selain itu, tingkat kerapihan

bernanah seperti yang dialami anaknya. Lantai secara keseluruhan pada keadaan rumah tampak
rumah terbuat dari semen pada teras digunakan kurang rapi karena terdapat banyak barang yang

sebagai ruang tamu, bagian ruangan depan diletakkan di sisi sisi ruang, dimeja terutama

digunakan sebagai kamar tidur yang dipisahkan tumpukan pakaian pakaian yang kurang tertata

dengan lemari pakaian, dan toilet dan dapur. karena keterbatasan tempat.

Jendela terdapat di bagian depan rumah, dan


bagian samping ruangan utama, jendela berupa
kaca tembus pandang yang dapat dibuka. Setiap
jendela tidak terdapat ventilasi sama sekali
sehingga sangat minim penerangan secara
menggunting kuku secara teratur dan
gemar menggaruk lesi.
- Pasien terkadang menggunakan handuk
secara bersamaan.

4. Aspek Resiko Eksternal


- Teman bermain pasien dengan riwayat
keluhan yang serupa.
- Keluarga pasien dengan riwayat keluhan
Kamar
Mandi
yang serupa.
Dapur
- Pengetahuan keluarga kurang mengenai
Keterangan:
Keterangan : penyakit pasien, cara pengobatan dan
Kamar
:: Jendela
Jendela
Tidur
: Pintu
upaya pencegahan dan pemutusan rantai
: Ventilasi
penularan untuk membantu proses
Gambar 3. Denah Rumah Pasien
Ruang penyembuhan penyakit, seperti mencuci
Tamu

pakaian, sprei, handuk dengan air panas


DIAGNOSTIK HOLISTIK AWAL
dan menjemur kasur, sprei, pakaian,
1. Aspek Personal
handuk di bawah terik sinar matahari.
- Alasan kedatangan: gatal dan terdapat
- Tidak ada jendela dan ventilasi pada
bintil-bintil disertai nanah di tangan
setiap ruang, sehingga tidak ada sama
sejak 5 hari yang lalu.
sekali cahaya matahari yang masuk ke
- Kekhawatiran: ibu pasien khawatir
dalam kamar secara langsung dan
keluhan akan bertambah banyak dan
pertukaran udara yang sangat buruk.
menyebar dan membuat pasien semakin
- Pola pengobatan penyakit dalam
tidak nyaman untuk duduk.
keluarga tergolong pengobatan kuratif.
- Persepsi: Ibu pasien merasa keluhan dan
- Lingkungan tempat tinggal pasien
rasa gatal dan timbul nanah yang dialami
kurang bersih karena bersebelahan
anaknya dikarenakan pasien jarang
dengan kendang ayam.
mandi.
- Sosio-ekonomi keluarga dengan
- Harapan: Keluhan yang dirasakan dapat
penghasilan rendah.
sembuh dan beraktivitas seperti biasa.
2. Aspek Klinik 5. Derajat Fungsional
Skabies dengan infeksi sekunder (ICD 10: Derajat fungsional 2 yaitu pasien masih bisa
B86, ICPC-2: S72) beraktivitas sehari-hari seperti sebelum
sakit, namun pasien izin sakit dari sekolah
3. Aspek Resiko Internal karena bengkak dan luka pada bagian
- Personal Hygiene kurang baik, pasien bokong sehingga tidak dapat duduk.
mandi sekali sehari dan jarang mencuci
tangan menggunakan sabun, tidak
RENCANA INTERVENSI penularan, dan komplikasi penyakit bila
Intervensi yang diberikan pada pasien ini adalah tidak diobati.
tatalaksana non medikamentosa berupa edukasi 2. Pasien harus selalu menjaga kebersihan
dan konseling mengenai penyakitnya, serta tubuhnya terutama tanganya ketika sedang
tatalaksana medikamentosa. Intervensi gatal agar selalu memotong kuku, tidak
medikamentosa bertujuan untuk mengurangi menggaruk bagian yang gatal, tidak
keluhan, mencegah penularan dan mencegah bermain tanah dan harus mencuci tangan
komplikasi sehingga dapat meningkatkan menggunakan sabun terutama ketika
kualitas hidup pasien. Intervensi dilakukan setelah beraktivitas fisik di luar, sebelum
dengan patient centered, family focused dan makan, dan setelah dari kamar mandi. Serta
community oriented. menjaga kebersihan tubuh dengan mandi
dua kali sehari.
Patient Centered 3. Pemutusan penularan dengan cara
Medikamentosa menghindari kontak langsung maupun tidak
Tatalaksana medikamentosa yang diberikan langsung dengan teman atau orang lain di
adalah: lingkungan rumah dan pergaulan yang
1. Salep-24 (mengandung 2% asam salisilat memilki keluhan yang sama untuk
dan 4% sulfur precipitatum) dioleskan 1 menghindari infeksi berulang.
kali sehari pada malam hari setelah semua 4. Pencegahan, termasuk memperbaiki
badan sudah dibersihkan. Kemudian personal hygiene dan mengonsumsi
didiamkan selama 8-10 jam, pengobatan makanan bergizi seimbang.
dilakukan pada seluruh tubuh tiga hari
berturut-turut. Family focused

2. Anti histamin berupa chlorpheniramine Memberikan edukasi mengenai :

maleat tablet 0,1 mg/kgBB/kali (4 mg→ 1 1. Eradikasi penyakit skabies dengan cara

tablet 4 mg) 3 kali sehari jika merasa gatal. edukasi mengenai penyebab, tanda dan

3. Memberikan antibiotik berupa amoxicillin gejala, penularan, dan penatalaksanaannya

20-40 mg/kgBB/hari terbagi menjadi 3 dengan menggunakan media poster dan

dosis (800 mg s/d 1600 dibagi menjadi 3 stiker.

dosis = 266 mg – 533 mg →1 tab 500 mg) 2. Edukasi keluarga mengenai pentingnya

selama 5 hari untuk mengobati infeksi kebersihan diri dan lingkungan sekitar
sekunder. rumah.

Non medikamentosa 3. Menyarankan keluarga pasien agar


Memberikan edukasi mengenai : sebaiknya membuat jendela tambahan di
1. Penyakit skabies meliputi penyebab, faktor rumahnya, dengan luas jendela minimal
risiko, cara penularan, pengobatan, upaya 3600 cm2 (90 cm x 40 cm), disertai ventilasi
yang harus dilakukan untuk membantu dengan luas minimal 90 cm → Jika
penyembuhan penyakit, pemutusan keluarga belum bisa membuat jendela
tersebut, maka sarankan untuk menjemur dan meminta pasien menyebarkan ke
kasur 1-2 minggu sekali. keluarga atau tetangga lainnya.
4. Edukasi keluarga mengenai cara - Eradikasi lengkap kepada teman bermain
penanganan linen infeksius, meliputi atau tetangga untuk segera memeriksakan
mencuci alas tidur dan handuk lebih sering diri ke fasilitas pelayanan kesehatan
(1-2 minggu sekali) dengan cara yang benar terdekat apabila muncul gejala klinis
yaitu merendam dengan air panas dan serupa.
dijemur dibawah terik matahari; menjemur
kasur dan bantal di bawah sinar matahari; DIAGNOSTIK HOLISTIK AKHIR
menghindari penggunaan barang pribadi 1. Aspek Personal
bersamaan dengan anggota keluarga lain; - Alasan Kedatangan: Keluhan bintil-
memisahkan pencucian baju pasien dengan bintil, nanah dan gatal sudah berkurang.
keluarga yang lain. - Kekhawatiran: kekhawatiran sudah
5. Edukasi keluarga mengenai perilaku berkurang dengan peningkatan
pengobatan, yaitu dengan berobat ke pengetahuan terhadap penyakit yang
puskesmas atau pelayanan kesehatan lain diderita dan nanah pada tangan pasien
ketika sakit, jika pasien sudah ke pelayanan sudah mengering sehingga pasien sudah
kesehatan dan keluhan belum membaik kembali nyaman ketika menulis.
segera kembali untuk kontrol. - Persepsi: Ibu pasien telah mengetahui
6. Eradikasi lengkap kepada anggota keluarga tentang penyakit anaknya yaitu skabies
untuk segera memeriksakan diri atau bukan karena jarang mandi. Pasien dan
memakai pengobatan yang sama dengan keluarga juga mengetahui apa saja yang
pasien apabila muncul gejala klinis serupa. perlu dilakukan sebagai pencegahan
7. Mengenai modifikasi makanan yang dapat penyakit agar keluhan tidak berulang.
memperberat penyakit. - Harapan: sebagian besar harapan telah
8. Menyarankan keluarga pasien untuk ikut terpenuhi karena keluhan sudah
program Jaminan Kesehatan Nasional dan membaik.
pentingnya pola pengobatan preventif.
2. Aspek Klinis
Community oriented Skabies dengan infeksi sekunder (ICD 10:
- Edukasi mengenai cara penularan dan B86, ICPC-2: S72)
pencegahan penyakit skabies yang dapat
menular ke anggota keluarga lainnya serta 3. Aspek Risiko Internal
teman bermain atau tetangga dengan media - Hygiene pribadi dan lingkungan sudah
poster dan stiker → Pemberian media mulai berubah menjadi lebih baik.
edukasi berupa poster kepada orang sekitar Pasien tidak menggunakan handuk
dapat dilakukan melalui aplikasi whatsapp bersamaan dengan orang lain. Pasien
mengerti dan mau melakukan perubahan
terkait hygiene, pasien menjadi rajin 5. Derajat Fungsional
menggunting kukunya dan tidak Satu, pasien dapat melakukan aktivitas
menggaruk lesi (ketika masih ada). sehari-hari seperti keadaan sebelum sakit
- Pasien mengingatkan ibunya untuk (tidak ada kesulitan).
mencuci dan menjemur pakaian,
handuk, dan sprei miliknya setelah PEMBAHASAN
mendapatkan intervensi. Studi kasus dilakukan pada pasien An. R usia 16
- Pasien mulai memahami mengenai tahun dengan keluhan timbul bintil-bintil
penyakit yang dialami. kemerahan disertai nanah dan gatal sejak 5 hari
yang lalu. Awalnya keluhan ini pertama kali
4. Aspek Risiko Eksternal muncul pada 2 minggu yang lalu berupa bintil-
- Keluarga pasien sudah mengetahui bintil kecil seukuran jarum pentul yang
mengenai definisi, penyebab, penularan, dirasakan pada sela-sela jari tangan, kemudian
pengobatan dan pengendalian mengenai menyebar ke tangan, tungkai bawah, dan
penyakit yang diderita. bokong. Keluhan disertai gatal terutama pada
- Saat ini, keluarga pasien sudah tidak ada malam hari, sehingga pasien sering menggaruk
yang mengeluh hal serupa. dan bintil menjadi pecah dan timbul nanah pada
- Hygiene lingkungan rumah sudah mulai masing-masing bintil tersebut. Gejala yang
baik. Ibu sudah mencuci pakaian, sprei, dialami pasien sesuai dengan gejala klinis
sarung bantal, dan selimut serta skabies dengan infeksi sekunder yang
merendamnya di air panas. Serta mulai merupakan suatu penyakit kulit yang disebabkan
rutin menjemur kasur dan bantal jika oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
cuaca sedang terik. scabei var hominis dan produknya.
- Pencahayaan secara langsung dari sinar
matahari dan pertukaran udara pada Keluhan gatal pada sela-sela jari yang semakin
ruangan utama anggota keluarga masih parah terasa pada malam hari seperti ini pernah
sangat kurang karena belum dibuatnya dialami oleh teman bermain pasien beberapa
jendela tambahan dan ventilasi pada, minggu yang lalu, , namun keluhan yang dialami
oleh karena itu, keluarga pasien tidak sampai bernanah. Berdasarkan keterangan
mengusahakan untuk lebih sering ibu pasien, teman bermain pasien sudah diobati
menjemur kasurnya yaitu 1-2 kali dalam dengan permethrin, sehingga saat ini keluhan
seminggu bergantung cuaca. tersebut sudah tidak dialami oleh temannya lagi.
- Keluarga pasien sudah terdaftar pada Pasien tidur sendiri, tetapi saat siang hari pasien
jaminan Kesehatan, tetapi kesadaran sering tidur Bersama sama dengan anggota
keluarga akan pola pengobatan keluarga keluarga yang lain. Ibu pasien mengalami hal
belum sepenuhnya beralih ke preventif. serupa tersebut dan terkadang memakai handuk
secara bersamaan dengan pasien.
Apabila rasa gatal pada malam hari dibiarkan, tanda kardinal skabies yaitu pruritus nokturna
rasa gatal tersebut dapat mengganggu tidur dan menyerang secara berkelompok, sedangkan
bahkan aktivitas sehari-hari. Selain itu, penyakit dua tanda kardinal lainnya tidak dapat ditemukan
skabies adalah penyakit kulit yang mudah dikarena diperlukannya pemeriksaan yang lebih
menular baik melalui kontak langsung atau tidak lanjut secara mikroskopis dengan larutan KOH
langsung. Sehingga pada kasus ini, apabila tidak 10%, namun pemeriksaan ini tidak dapat
dieradikasi secara tuntas dapat menyebabkan dilakukan karena tidak tersediaannya sarana dan
anggota keluarga lain memiliki potensi tinggi prasarana di Puskesmas Campang Raya.
untuk tertular kembali. Oleh karenanya perlu
dilakukan pembinaan terhadap keluarga agar Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
anggota keluarga dapat ikut serta dalam umum tampak sakit ringan, kesadaran compos
pencegahan penularan dan pengobatan penyakit. mentis, berat badan 40 kg, tinggi badan 145 cm.
Penyakit ini sangat mudah menular dan ditandai Pengukuran status gizi menggunakan indikator
adanya gatal pada malam hari, mengenai indeks massa tubuh kesan status gizi normal.
sekelompok orang, dengan tempat predileksi di
lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab. Pada pemeriksaan status dermatologis
Transmisi terjadi melalui perpindahan tungau didapatkan pada Pada regio plantar et
dewasa dari satu individu yang terinfeksi ke interdigitalis manus bilateral, regio cruris
orang lain dengan kontak langsung kulit ke kulit sinistra et dekstra, regio gluteal sinistra et dekstra
dan secara tidak langsung melalui pakaian, tampak pustul diatas dasar eritem, multiple,
handuk, sprei atau barang-barang lainnya yang ukuran miliar hingga lentikular, bentuk bulat,
telah terkontaminasi. Daerah predileksi batas sirkumskripta, tersebar diskret disertai
penyakit ini pada tempat dengan stratum krusta berwarna kuning pada pustul yang sudah
korneum tipis, yaitu sela jari tangan, pergelangan pecah. Hal ini sesuai dengan teori yang
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat menyatakan predileksi terjadinya skabies pada
ketiak, areola mammae, umbilicus, bokong, daerah dengan lipatan kulit yang tipis, seperti
genitalia eksterna, dan perut bagian bawah.13 salah satunya pada sela jari tangan. Lesi yang
tampak pada pasien juga sesuai dengan teori
Penegakkan diagnosis pada kasus skabies yang menyatakan bahwa pada skabies dapat
berdasarkan, ditemukannya minimal dua dari ditemukan adanya papul, vesikel dan lain-lain,
empat tanda kardinal yaitu pruritus nokturna, dapat ditemukan pula pustul bila terjadi infeksi
menyerang secara berkelompok, ditemukannya sekunder. Pasien gemar menggaruk lesi yang
terowongan (kunikulus) berbentuk garis lurus gatal, hal ini dapat membuat lesi pada kulit yang
atau berkelok warna putih atau abu-abu dengan gatal terinfeksi oleh bakteri Group A
ujung papul atau vesikel, dan ditemukan parasit Streptococci (GAS) serta Staphylococcus aureus
Sarcoptes scabei. Apabila terdapat infeksi sehingga terjadilah infeksi sekunder pada
sekunder dapat ditemukan adanya pustul atau pasien.11
nodul.6 Pada pasien ini ditemukan dua kriteria
Diagnosis pasti pada skabies adalah dan keluarga menyetujui secara lisan, lalu
ditemukannya tungau, larva, telur atau feses komunikasi dilanjutkan melalui telepon dan
Sarcoptes scabiei secara mikroskopis dengan media whatsapp. Pada saat kunjungan pertama
KOH 10%. Pemeriksaan penunjang penemuan yaitu 12 Agustus 2023, dilakukan anamnesis
tungau pada pasien dianjurkan jika kondisi holistik termasuk didalamnya mengidentifikasi
pasien masih meragukan. Pemeriksaan dengan family map, fungsi biologis, psikososial,
uji tetrasiklin dan burrow ink test (uji tinta) yang ekonomi, perilaku kesehatan, sarana dan
sederhana jarang dilakukan karena sering prasarana kesehatan, dan lingkungan rumah.
menunjukkan hasil negatif palsu. Hal ini terjadi Dari hasil anamnesis dan kunjungan ini,
karena biasanya pasien datang dalam keadaan didapatkan daftar masalah yang ada pada pasien
penyakit yang lanjut sehingga terowongan telah dan keluarga sehingga selanjutnya dapat
ditutupi oleh krusta dan tidak dapat dimasuki direncanakan jenis intervensi yang akan
tinta atau salep. Uji diagnositik skabies lainnya diberikan, sehingga pada kunjungan kedua dapat
adalah dermoskopi yang memiliki tingkat dilakukan intervensi yang sesuai dengan media
sensitivitas 95%. Pada pasien ini tidak dilakukan poster dan stiker.
pemeriksaan tungau karena anamnesis dan
pemeriksaan fisik sudah dapat menegakkan Saat di puskesmas, pasien diberikan terapi
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding, berupa salep 2-4, antihistamin CTM 4 mg (3x½
serta karena terdapat keterbatasan sarana dan tablet) dan Amoxicillin 500 mg (3x½ tablet). Hal
14, 15
prasarana di puskesmas. ini telah sesuai dengan tatalaksana khusus pada
pasien skabies yaitu menggunakan obat-obatan
Pengobatan skabies harus memperhatikan untuk membunuh tungau scabies dan
beberapa hal khusus yaitu pemeriksaan dan menggunakan obat antihistamin untuk
pengobatan seluruh anggota keluarga secara mengurangi gejala gatal. Belerang endap (sulfur
bersamaaan serta perbaikan personal hygiene presipitatum), dengan kadar 3-6% tersedia
untuk meningkatkan modalitas penyembuhan. dalam bentuk salep, 5-40% petrolatum.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan Penggunaannya dalam 8-15 jam selama 3 hari
kedokteran keluarga melalui pembinaan dan berturut-turut. Tidak menimbulkan iritasi. Dapat
intervensi. dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun,
Pertemuan pertama dengan pasien dilakukan ibu hamil dan ibu menyusui.16 Terapi
ketika pasien datang ke FKTP Puskesmas medikamentosa lainnya yaitu pemberian obat
Campang Raya pada 7 Agustus 2023 untuk untuk meredakan gatal yang dirasakan pasien
memberi pengobatan. Pada pertemuan pertama berupa antihistamin yaitu chlorpheniramin
ini dilakukan anamnesis secara holistik dan maleat yang berfungsi untuk mengurangi gatal
pemeriksaan fisik, dan selanjutnya dilakukan yang dirasakan sehingga pasien merasa lebih
informed consent kepada pasien dan untuk nyaman dan tidak mengganggu tidur. Untuk
meminta persetujuan melakukan pembinaan mengobati infeksi skunder pada penyakit skabies
keluarga beserta maksud dan tujuannya. Pasien dapat diberikan antibiotik topical ataupun
sistemik. Asam fusidat 2% merupakan antibiotic jendela tambahan. Pencahayaan yang baik dan
topical pilihan utama yang dianjurkan untuk cukup di dalam ruangan akan mengurangi
mengobati lesi infeksi, namun karena kelembaban ruangan sehingga tungau tidak
ketersediaan obat tersebut yang terbatas di mampu bertahan lebih lama di luar kulit. Pasien
puskesmas, sehingga pasien diberikan juga diedukasi untuk membersihkan kipas angin
amoxicillin dengan dosis ½ tablet 500 mg/8 jam yang digunakan. Ventilasi sangat penting untuk
dan diberikan selama 5 hari. 17 mencegah kekambuhan pada skabies. Ventilasi
yang baik akan mengurangi kelembaban pada
Pada family map, fungsi sosial, dan sarana ruangan. Skabies berkembang pada ruangan
prasarana tidak ditemukan adanya masalah yang yang kelembabannya tinggi dan tidak terkena
berkaitan dengan kondisi pasien. Pada aspek sinar matahari.
fungsi biologis, didapatkan masalah berupa
keluhan bintil kemerahan disertai gatal pada sela Pada aspek psikososial, didapatkan masalah
jari tangan, tungkai bawah dan bokong. Keluhan berupa kurangnya pengetahuan anggota
ini sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. keluarga yang lain terhadap keluhan pasien.
Pasien tidak mengetahui jenis penyakit yang Keluarga tidak mengetahui bahwa penyakit ini
diderita dan faktor penyebab penyakitnya. dapat dengan mudah menular ke orang sekitar.
Pasien mengira keluhannya muncul akibat Pasien juga tidur siang Bersama anggota
jarang mandi dan tidak menjaga kebersihan keluarga yang lain dimana ibu pasien pernah
tubuhnya. Masalah ini mendasari intervensi mengalami hal yang sama dan terkadang
yang akan dilakukan yang mencakup menggunakan handuk yang sama untuk
pengetahuan mengenai penyakit skabies, mengeringkan badan. Selain itu, personal hygine
penularan, faktor risiko, dan pengobatan yang dari pasien yang jarang mencuci tangan dengan
benar serta pentingnya higienitas personal sabun, tidak rutin memotong kuku, dan gemar
maupun lingkungan. menggaruk lesi juga menjadi masalah yang dapat
menimbulkan komplikasi berupa infeksi
Keluarga tidak mengetahui pentingnya menjaga sekunder. Masalah-masalah tersebut mendasari
higienitas lingkungan rumah terhadap proses intervensi yang akan dilakukan.
penyembuhan pasien. Pasien ventilasi sama
sekali pada rumahnya, hanya terdapat dua Dari aspek ekonomi, pasien berasal dari keluarga
jendela pada bagian depan dan samping ruang dengan taraf ekonomi menengah kebawah.
utama, sehingga pencahayaan sinar matahari Pasien merupakan siswa SMP kelas 3. Ibu pasien
secara langsung ke kasur sangat kurang, dan sebagai ibu rumah tangga dan Ayah bekerja
pasien yang jarang menjemur kasur di luar dikala sebagai buruh pabrik dengan pendapatan sekitar
terik. Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 1.500.000,00. Pada
Untuk edukasi pada aspek lingkungan keluarga fungsi perilaku kesehatan keluarga, pasien dan
diberikan edukasi untuk memperbaiki keluarga masih mengutamakan pengobatan
penerangan dan ventilasi dengan membuat secara kuratif dibandingkan preventif serta
pengetahuan yang dimiliki mengenai penyakit langsung maupun tidak langsung dengan teman
yang diderita masih kurang. atau orang lain di lingkungan rumah yang
memilki keluhan yang sama untuk menghindari
Pertemuan kedua dilakukan di rumah pasien infeksi berulang.
pada hari Senin, 16 Agustus 2023. Tujuan
kunjungan yaitu untuk melakukan intervesi Pada family-focused, dilakukan edukasi
sesuai dengan masalah yang diidentifikasi. mengenai penyakit skabies yang dialami pasien
Intervesi dilakukan dengan menggunakan media kepada keluarganya. Akan tetapi, saat intervensi
berupa poster berisi tentang penyakit scabies dilakukan, ibu pasien mengaku sedang
meliputi penyebab, penularan penyakit, waktu mengalami hal yang sama, dan setelah penulis
pengobatan, kepatuhan pengobatan, pemberian melakukan pemeriksaan sederhana kepada
pengobatan kepada seluruh anggota keluarga, setiap anggota keluarga yang ada di rumahibu
pentingnya kebersihan rumah dalam memutus pasien memiliki lesi yang mengarah ke penyakit
rantai penularan. skabies, sehingga pengobatan medikamentosa
diberikan kepada ibu pasien. Namun, tetap perlu
Intervensi dilakukan pada pasien dan ibu pasien dijelaskan pula kepada keluarga untuk segera
yang sedang berada dirumah dan memiliki resiko memeriksakan diri ke fasilitias kesehatan apabila
penularan penyakit scabies dengan tujuan untuk muncul gejala klinis pada kedua adik pasien.
merubah perilaku hidup pasien dan keluarga agar Peran keluarga dalam menjaga higienitas
menjadi perilaku hidup bersih dan sehat serta lingkungan rumah merupakan hal yang penting.
mengurangi resiko penularan dan berulangnya Perlu adanya kerjasama dalam dekontaminasi
penyakit. Intervesi yang diberikan pada pasien tungau yang berada di luar tubuh hospes karena
berupa medikamentosa dan non-medikamentosa tungau dapat hidup diluar tubuh hospes sekitar
dengan pendekatan patient-centered, family tiga hari. Tungau paling banyak ditemukan di
focused, dan community oriented. Tatalaksana tempat tidur, sofa, dan kursi. Oleh karena itu,
medikamentosa telah diberikan kepada pasien dekontaminasi sangat penting dalam
sebagaimana telah disebutkan di atas. pemberantasan scabies dan mencegah reinfeksi.
Dekontaminasi lingkungan dapat dilakukan
Tatalaksana non-medikamentosa patient- dengan mengganti atau menjemur karpet, kasur,
centered meliputi edukasi mengenai penyakit bantal, guling, sofa, furniture dan barang-barang
skabies meliputi penyebab, faktor risiko, berbulu lainnya dibawah sinar matahari dan
penularan, upaya yang harus dilakukan untuk dilakukan minimal 2 kali seminggu. Pakaian,
membantu penyembuhan penyakit, serta cara sprei, sarung bantal dan sarung guling, mukena,
pencegahan, edukasi kepada pasien untuk kerudung, dan sarung harus dicuci dengan air
menjaga hygiene pribadi dan lingkungan. Selain panas. Setelah dekontaminasi, barang-barang
itu, diberikan edukasi pula mengenai cara tersebut sebaiknya tidak langsung digunakan
penanganan linen infeksius untuk memutus kembali karena tungau masih dapat hidup setelah
rantai penularan, serta menghindari kontak lepas dari hospes selama kurang leih 3 hari
walaupun tunagu umumnya mati setelah 36 jam mulai mongering dan meninggalkan bekas luka.
di luar tubuh hospes pada suhu ruang. Oleh Penilaian peningkatan pengetahuan pasien
karena itu, barang-barang yang telah di setelah edukasi dilakukan dengan memberikan
dekontaminasi sebagiknya baru digunakan post test kepada pasien, ibu, dan adik pertama
dalam 2 hari sampai 3 minggu setelah pasien. Hasilnya yaitu terjadi perubahan dalam
dekontaminasi4. pengetahuan yang dinilai dengan menggunaan
post test dengan jawaban yang lebih tepat
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, dibandingkan pre test sebelumnya, serta terjadi
penyakit skabies merupakan penyakit yang perubahan pola hidup keluarga pasien seperti
menyerang secara berkelompok terutama orang lebih sering membersihkan rumah, mengganti
yang tinggal bersama atau dalam satu sprei, dan menjemur kasur. Untuk mencuci baju
lingkungan. Sehingga, penting untuk melakukan menggunakan air panas juga dilakukan pada
tatalaksana dengan pendekatan community- keluarga pasien sesekali. Namun untuk jendela
oriented yang meliputi pemberian edukasi dan ventilasi masih belum ada karena terkendala
tentang skabies pada warga sekitar terutama biaya, untuk menyiasatinya, ibu pasien sudah
kepada tetangga pasien yang rumahnya lebih sering menjemur kasur dibawah terik sinar
berdempetan dengan pasien dan kepada teman- matahari. Secara keseluruhan, tujuan
teman bermain pasien, mengenai cara menjaga
intervensi dari berbagai aspek ini dinilai
higienitas personal maupun lingkungan, serta
sudah cukup baik dari segi pengetahuan dan
memberikan dorongan kepada masyarakat yang
perubahan perilaku.
memiliki keluhan serupa untuk segera mencari
pengobatan ke layanan kesehatan terdekat
KESIMPULAN
sebagai upaya untuk memutus rantai penularan
1. Remaja laki-laki usia 16 tahun, dengan
skabies. Karena kendala dalam mengumpulkan
keluhan terdapat bintil-bintil disertai nanah
komunitas di sekitar tempat tinggal pasien, maka
pada kedua sela jar, tungkai bawah dan
kegiatan pembinaan dilakukan melalui pasien ke
bokong. Pasien didiagnosis dengan skabies
orang sekitar dengan memberikan media edukasi
dengan infeksi sekunder berdasarkan
berupa poster dan stiker anti skabies. Pemberian
keluhan yang dialami pasien dan hasil
media edukasi berupa poster kepada orang
pemeriksaan fisik.
sekitar juga dapat dilakukan melalui aplikasi
2. Faktor risiko internal pada pasien yaitu
whatsapp dan meminta pasien menyebarkan
pengetahuan yang kurang mengenai
ke keluarga atau tetangga lainnya.
penyakit yang dialami, sering menggaruk
bintil dan tidak memotong kuku dengan
Kunjungan ketiga di rumah pasien dilakukan
rutin dan personal hygine yang kurang baik
pada tanggal Jumat, 18 November 2022. Pasien
sehingga menyebabkan terjadinya infeksi
mengatakan keluhan sudah tidak dirasakan.
sekunder, jarang menjemur kasur pada
Bintil-bintil pada tangan sudah tidak ada. Bintil
kamar yang tidak mempunyai jendela, serta
bintil pada tungkai bawah dan bokong sudah
pengunaan handuk secara bersamaan
dengan anggota keluarga lain. hidup sehat di tatanan rumah tangga.
3. Telah dilakukan intervensi kepada pasien
dan keluarga berupa edukasi dan dengan DAFTAR PUSTAKA
media poster mengenai penyakit skabies, 1. Mitchell E, Bell S, Thean LJ, Sahukhan A,
dari definisi, penyebab, pencegahan Kama M, et al. Community Perspective on
penularan, dan cara pengobatan. Scabies, Impetigo, and Mass Drug
Selanjutnya pasien diberi edukasi dan Administration in Fiji: A Qualitative Study.
konseling agar tidak menggaruk bintil dan PLoS Negl Trop Dis. 2020; 14(12):1-19
minum obat, serta mencuci tangan dengan 2. Chandler DJ, Fuller LC. A Review of
sabun dan air mengalir. Scabies: An Infestation More than Skin
4. Setelah dilakukan penatalaksanaan holistik Deep. Dermatology. 2019;235(2):79-90.
dan komprehensif, pasien dan keluarga 3. WHO. 2019. Neglected Tropical Diseases:
mengalami peningkatan pengetahuan Scabies. Tersedia di
mengenai penyakit dan terjadi perubahan https://www.who.int/neglected
perilaku pasien. diseases/diseases/sc
4. Hay R, Steer A, Engelman D, Walton S.
SARAN
2012. Scabies in the developing world: its
Bagi Pasien:
prevalence, complications, and
1. Rutin melakukan pengobatan sesuai anjuran.
management. Clin Microbiol Infect. 18(4):
2. Melakukan deteksi dini dan pengobatan
313-323.
secara mandiri saat dirasakan keluhan yang
5. Kemenkes. Badan Penelitian dan
sama.
Pengembangan Kesehatan Republik
3. Mengurangi faktor-faktor resiko yang dapat
Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar
menimbulkan penyakit seperti kontak dengan
(RISKESDAS). Badan Penelitian dan
orang lain dengan keluhan serupa dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian
menjaga kebersihan lingkungan rumah.
Kesehatan RI.
6. Wibianto A, Santoso ID. Prevalensi
Bagi Keluarga
Penderita Skabies di Puskesmas Ciwidey
1. Membantu memberikan dukungan dan
Jawa Barat dalam Periode 5 Tahun (2015-
bantuan dalam upaya pengobatan pasien
2020): Studi Retrospektif. Jurnal Impelenta
2. Memberikan motivasi dan dukungan baik
Husada. 2020; 1(3): 281-90.
secara moral dan finansial kepada pasien
7. Farid AFM, Wulan D, Busman H,
dalam menjalani pengobatannya
Rahmayani F. 2019. Perbedaan
3. Membantu ikut serta dalam mengubah
Pengetahuan Tentang Pencegahan Penyakit
kebiasaan pola hidup bersih dan sehat.
Sekabies antara Sebelum dan Sesudah
Bagi Puskesmas Promosi Kesehatan pada Siswa Kelas 7
1. Perlu meningkatkan kegiatan promosi MTS di Pondok Pesantren Madarijul Ulum
kesehatan kepada masyarakat mengenai pola
Bandar Lampung. Medical Profession 15. Linden N van der, Gool K van, Gardner K,
Journal Of Lampung. 8(2): 1-10 Dickinson H, Agostino J, Regan DG, et al.
8. Mutiara H, Syailindra F. 2016. Skabies. J 2019. A systematic review of scabies
Major. 5(2): 37-42 transmission models and data to evaluate
9. Yunita S, Gustia R, Anas E. Faktor-Faktor the costeffectiveness of scabies
yang Berhubungan dengan Kejadian interventions. PLoS Negl Trop
Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Dis;13(3):e0007182.
Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2015. 16. Kang S, Amagai M, Bruckner Al, et al.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1): 51- 2017. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th
8. Edition. USA: McGraw-Hill.
10. Golant AK, Levitt JO. Scabies: a review of 17. Aninda M. 2020. Perbandingan efektivitas
diagnosis and management based on mite antara krim permethrin 5% dan krim asam
biology. Pediatr Rev. 2012; 33:e1-e12. 2. fusidat 2% dengan krim permethrin 5% dan
Gilmore SJ. Control strategies for endemic placebo pada pengobatan skabies
childhood scabies. PloS One . 2011; impetigenisata. [Tesis]. Jakarta: FK UI.
6:e15990.
11. Sungkar S. Jakarta. Skabies: Etiologi,
Patogenesis, Pengobatan, Pemberantasan,
dan Pencegahan. Badan Penerbit FKUI;
2016.
12. Jasmine IA, Rosida L, Marlinae L.
Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
Tentang Personal Higiene Dengan Perilaku
Pencegahan Penularan Skabies Studi
Observasional pada Narapidana Anak di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA
Martapura. J Publ Kesehat Masy Indonesia.
2017; 3(1).
13. Kumarayanti NKD, Hapsari Y, dan
Kusuma DR. Penatalaksaan Skabies
Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga
Pada Pasien Dewasa. Jurnal Kedokteran
Unram. 2020: 9(2):220-8
14. Gilson, R. L., & Crane, J. S. (2022).
Scabies. StatPearls.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK
544306/
LAMPIRAN
Family Folder

Pasien
Kedudukan dalam Usia
No. Nama L/P Pendidikan Pekerjaan klinik Keterangan
keluarga (tahun)
(Y/T)
Tidak
1. Tn. RS Kepala keluarga L 41 SD Buruh Pabrik T
Skabies

SD (Tidak
2. Ny. S Ibu P 36 IRT T Skabies
Lulus)

3. An. R Anak P 16 SMP Pelajar Y Skabies


Tidak
4 An. N Anak L 11 SD Pelajar T
Skabies
Tidak
5. An. S Anak P 6 - - T
Skabies
Genogram Keluarga An. R dibuat pada 12 Agustus 2023

Hubungan Antar Keluarga

Keterangan Gambar:
: hubungan erat
: hubungan sangat erat
Denah Rumah

Familly Life Cycle

Keluarga Keluarga
Lanjut Usia Pemula

Keluarga Usia Keluarga Child


Pertengahan Bearing

Keluarga Keluarga
dengan Anak dengan Anak
Dewasa Pra-Sekolah

Keluarga
Keluarga
dengan
dengan Anak
Anak Usia
Remaja
Sekolah
Lampiran soal Pretest dan Postest

1. Apa nama penyakit yang dialami saat ini?


a. Panu
b. Skabies (Kutu Badan)
c. Alergi

2. Apa penyebab penyakit yang dialami saat ini?


a. Kutu
b. Bakteri
c. Jamur

3. Bagaimana cara penularan penyakit yang dialami saat ini?


a. Kontak langsung dengan penderita
b. Melalui makanan
c. Melalui udara

4. Apakah penyakit yang dialami saat ini dapat menular ke anggota keluarga lainnya?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

5. Bagaimana cara pengobatan penyakit yang dialami saat ini?


a. Dengan mandi secara teratur dengan air bersih 2 kali sehari
b. Menggunakan salep secara teratur dan rutin, membersihkan rumah dan barang barang seperti
sprei, bantal, handuk dan menjemur kasur
c. Hanya meminum obat secara teratur dan tidak menggaruk bagian yang gatal

6. Bagaimana cara menggunakan salep 24?


a. Dioleskan ke seluruh badan pada malam hari, didiamkan selama 8-10 jam, dibilas pada besok
harinya, diulangi tiap satu minggu sekali
b. Dioleskan pada tempat yang gatal hanya pada saat gatal saja dan diulang tiga kali sehari
selama 3 hari
c. Dioleskan ke seluruh badan pada malam hari, didiamkan selama 8-10 jam, dibilas pada besok
harinya, diulangi dalam 3 hari berturut-turut

7. Apakah pengobatan hanya dilakukan kepada anggota keluarga yang sakit saja?
a. Ya, hanya kepada pasien yang berobat saja
b. Tidak, diberikan kepada seluruh anggota keluarga dengan gejala yang sama
c. Tidak tahu

8. Bagaimana cara agar tidak tertular penyakit tersebut?


a. Menghindari kontak langsung dengan penderita yang memiliki keluhan serupa, menjaga
kebersihan diri sendiri dan lingkungan rumah
b. Menjaga higienitas tubuh, tidak bermain di tempat tempat kotor, serta mandi minimal dua kali sehari
dengan air yang bersih
c. Tidak berada dalam satu ruangan dengan penderita dan selalu memakai masker ketika
bertemu dengan penderita

Hasil Pembinaan Keluarga


Tanggal
Kegiatan Peserta Hasil Evaluasi
No. Kunjungan
1. 07 Agustus • Pertemuan Pasien dan S: Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2023 pertama di poli Ibu pasien Pasien An. R, laki-laki berusia 16 tahun yang
umum datang pada tanggal 07 Agustus 2023 ke
Puskesmas Puskesmas Campang Raya dengan keluhan
Campang Raya gatal pada area sela-sela jari tangan, tungkai
• Informed consent bawah dan bokong sejak 2 minggu yang lalu.
untuk menjadi Keluhan gatal dirasakan sepanjang hari
pasien binaan namun terasa lebih berat pada malam hari dan
• Anamnesis dan saat berkeringat. Gatal memberat 5 hari
pemeriksaan fisik terakhir hingga mengganggu tidur pasien.
Keluhan disertai adanya bintil-bintil kecil
seukuran jarum pentul berisi cairan bening di
sela-sela jari tangan pasien yang kemudian
bertambah banyak dan meluas tangan, tungkai
bawah dan bokong pasien. Pasien sering
menggaruk bagian yang gatal hingga menjadi
luka dan pecah lalu bernanah. Karena
banyaknya bentol disertai nanah pada kedua
telapak tangan dan bokong pasien membuat
pasien menjadi tidak masuk sekolah akibat
nyeri dan terasa lengket dan bengkak bila ia
memegang pena dan tidak dapat duduk karena
bengkak. Pasien juga menjadi sulit tidur pada
malam hari karena merasa gatal.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


Riwayat keluhan serupa sebelumnya pernah
ada 3 bulan yang lalu tetapi tidak disertai
nanah, riwayat eksim, asma disangkal,
riwayat alergi obat dan makanan disangkal,
riwayat gigitan serangga sebelumnya
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)


Ibu pasien mengalami mengalami keluhan
yang serupa dengan pasien.

Riwayat Pribadi (RP)


Pasien merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara. Pasien memiliki dua adik
perempuan, yang tinggal dalam satu rumah.
Pasien tidur siang bersama anggota keluarga
yang lain dan kadang menggunakan handuk
secara bersamaan. Pasien juga gemar
menggaruk lesi dan jarang mencuci tangan
memakai sabun.

O: Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran: Compos Mentis (E4V5E6)
BB:40 kg
TB: 145 cm
Status Gizi : IMT (Status gizi baik)

Status Generalis
Kesan dalam batas normal.

Status Dermatologis
- Pada regio plantar et interdigitalis manus
bilateral, regio cruris sinistra et dekstra,
regio gluteal sinistra et dekstra tampak
pustul diatas dasar eritem, multiple, ukuran
miliar hingga lentikular, bentuk bulat, batas
sirkumskripta, tersebar diskret disertai
krusta berwarna kuning pada pustul yang
sudah pecah.
A: Skabies dengan infeksi sekunder (ICD 10:
B86, ICPC-2: S72)
P: • Salep-24 10%
• CTM 3x 2,6 mg/hari
• Amoxicillin 3x250 mg/hari (untuk 5 hari)
2. 12 Agustus • Kunjungan - Pasien S: Keluhan gatal masih diraskan tapi sudah
2023 rumah pertama - Ibu sangat berkurang, nanah pada bintil-bintil di
• Pengisian berkas pasien sela jari. Tungkai bawah, dan bokong sudah
keluara (Family - Adik mulai mengering, rasa lengket dan bengkak
folder) perem pada tangan dan bokong sudah tidak ada,
• Menilai aspek puan pasien sudah bisa tidur dengan nyenyak dan
personal, aspek pasien sudah mulai dapat memegang pena dan duduk
tetapi tidak dalam waktu yang lama.
klinis, risiko O: Pemeriksaan Fisik
internal, risiko Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
eksternal, Kesadaran: Compos Mentis (E4V5E6)
psikososial dan
derajat Status Generalis
fungsional Kesan dalam batas normal.
• Diberikan soal
pretest kepada Status Dermatologis
pasien dan Pada regio plantar et interdigitalis manus
ibunya bilateral, regio cruris sinistra et dekstra, regio
gluteal sinistra et dekstra tampak papul,
multiple, ukuran lentikular, bentuk bulat,
batas sirkumskripta, tersebar diskret disertai
krusta yang sudah tampak mengering.
A: Aspek 1. Aspek Personal
- Alasan kedatangan: terdapat bintil-
bintil yang gatal disertai nanah di
tangan, tungkai bawah, dan bokong
sejak 5 hari yang lalu.
- Kekhawatiran: ibu pasien khawatir
keluhan akan bertambah banyak dan
menyebar dan membuat pasien tidak
dapat duduk dan menulis.
- Persepsi: Ibu pasien merasa keluhan
ini timbul karena pasien jarang mandi,
hanya mandi sekali dalam sehari.
- Harapan: Keluhan yang dirasakan
dapat sembuh dan beraktivitas seperti
biasa.

Aspek 2. Diagnosis Klinis Awal


- Skabies dengan infeksi sekunder
(ICD 10: B86, ICPC-2: S72)

Aspek 3. Risiko internal


- Personal hygiene kurang baik pasien
tidak mandi setelah pulang sekolah,
dan bermain. Hanya mandi pagi sekali
dalam sehari. Pasien sering
berkeringat dan tidak langsung
mengganti pakaiannya.
- Pasien menggunakan pakaian yang
sudah pernah digunakan tanpa dicuci
terlebih dahulu
- Pasien sering bertukar handuk dengan
anggota keluarga yang lain.
- Kebersihan lingkungan sekitar kurang
jarang menjemur kasur dan bantal,
jarang mencuci sprei, sarung bantal,
dan handuk.
- Pengetahuan pasien kurang mengenai
penyakit yang dialami, faktor risiko,
pengobatan, serta risiko
penularannya.
- Perilaku pengobatan kurang tepat,
karena membeli obat bubuk dari
warung.
- Pola pengobatan kuratif.

Aspek 4. Risiko Eksternal


- Adanya keluhan serupa di lingkungan
sosial yaitu pada teman bermain
pasien.
- Adanya keluhan serupa di keluarga
yaitu ibunya, sehingga jika tidak
melakukan upaya pengobatan
bersamaan, rantai penularan tidak
akan terputus.
- Pengetahuan keluarga kurang
mengenai penyakit pasien, cara
pengobatan dan upaya pencegahan
dan pemutusan rantai penularan untuk
membantu proses penyembuhan
penyakit, seperti mencuci pakaian,
sprei, handuk dengan air panas dan
menjemur kasur, sprei, pakaian,
handuk di bawah terik sinar matahari.
- Perilaku pengobatan keluarga tidak
tepat dan pola pengobatan bersifat
kuratif.

Aspek 5. Derajat Fungsional


Derajat fungsional 1 (satu), yaitu, pasien dapat
melakukan aktivitas sehari–hari seperti
keadaan sebelum sakit.
P: CTM 3x2,6mg/hari
Amoxicilin 3x250 mg/hari (hari ke 4)

Pasien dan ibunya diberikan soal pre test


dengan skor:
Pasien = 37,5 (benar 3)
Ibu pasien = 25,0 (benar 2)
Adik pasien = 62,5 (benar 5)
3. 16 Agustus - Kunjungan rumah Pasien, S: Keluhan gatal sudah tidak diraskan, nanah
2023 kedua ibu pada bintil-bintil di sela jari, tungkai bawah,
- Anamnesis dan pasien, dan bokong sudah tidak ada, keropeng yang
pemeriksaan fisik adik ada pada tangan sudah tidak ada.
- Intervensi dengan perempu O: Pemeriksaan Fisik
memberikan an Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
edukasi dengan Kesadaran: Compos Mentis (E4V5E6)
menggunakan
media poster dan Status Generalis
pemberian stiker Kesan dalam batas normal.
Melakukan post-
test setelah Status Dermatologis
intervensi Pada regio plantar et interdigitalis manus
bilateral, regio cruris sinistra et dekstra, regio
gluteal sinistra et dekstra sudah tidak tampak
lesi, hanya tersisa beberapa titik skuama pada
bekas krusta.
P: Patient Centered
1. Farmakologi
- Pasien sudah tidak diberikan terapi
farmakologi karena keluhan sudah
membaik/

2. Non farmakologi
Memberikan edukasi mengenai:
- Edukasi personal hygine, mencuci
tangan menggunakan sabun, rajin
memotong kuku, tidak menggaruk
bagian yang gatal, tidak
menggunakan handuk secara
bersamaan, seta menjaga kebersihan
tubuh dengan mandi minimal 2 kali
sehari.
- Pemutusan penularan dengan cara
menghindari kontak langsung
maupun tidak langsung dengan teman
atau orang lain di lingkungan rumah
dan pergaulan yang memilki keluhan
yang sama untuk menghindari infeksi
berulang.

Family Focused
Memberikan informasi dan edukasi kepada
keluarga dengan media poster mengenai:
- Eradikasi penyakit dengan cara
edukasi keluarga mengenai definisi,
faktor penyebab dan tatacara
penularan skabies menggunakan
media poster dan stiker.
- Edukasi keluarga mengenai
pentingnya kebersihan diri dan
lingkungan sekitar rumah.
- Menyarankan keluarga pasien agar
sebaiknya membuat jendela
tambahan pada setiap kamar yang
ada di rumahnya, dengan luas jendela
minimal 3600 cm2 (90 cm x 40 cm),
disertai ventilasi dengan luas
minimal 90 cm → Jika keluarga
belum bisa membuat jendela
tersebut, maka sarankan untuk
menjemur kasur 1-2 minggu sekali.
- Edukasi keluarga mengenai cara
penanganan linen infeksius, meliputi
mencuci alas tidur dan handuk lebih
sering (1-2 minggu sekali) dengan
cara yang benar yaitu merendam
dengan air panas dan dijemur
dibawah terik matahari; menjemur
kasur dan bantal di bawah sinar
matahari; menghindari penggunaan
barang pribadi bersamaan dengan
anggota keluarga lain; memisahkan
pencucian baju pasien dengan
keluarga yang lain.
- Edukasi keluarga mengenai perilaku
pengobatan, yaitu dengan berobat ke
puskesmas atau pelayanan kesehatan
lain ketika sakit, jika pasien sudah ke
pelayanan kesehatan dan keluhan
belum membaik segera kembali
untuk kontrol.
- Eradikasi lengkap kepada anggota
keluarga untuk segera memeriksakan
diri atau memakai pengobatan yang
sama dengan pasien apabila muncul
gejala klinis serupa.
- Mengenai modifikasi makanan yang
dapat memperberat penyakit.
- Menyarankan keluarga pasien untuk
ikut program Jaminan Kesehatan
Nasional dan pentingnya pola
pengobatan preventif.

Community Oriented
Memberikan edukasi dan informasi kepada
konunitas sekitar mengenai:
- Edukasi mengenai cara penularan
dan pencegahan penyakit skabies
yang dapat menular ke anggota
keluarga lainnya serta teman bermain
atau tetangga dengan media poster
dan stiker → Pemberian media
edukasi berupa poster kepada orang
sekitar dapat dilakukan melalui
aplikasi whatsapp dan meminta
pasien menyebarkan ke keluarga atau
tetangga lainnya.
- Eradikasi lengkap kepada teman
bermain atau tetangga untuk segera
memeriksakan diri ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat apabila
muncul gejala klinis serupa.

Pasien dan ibunya diberikan soal pos test


dengan skor:
Pasien = 87,5 (benar 7)
Ibu pasien = 62,5 (benar 5)
Adik pasien = 87,5 (benar 7)
4. 20 Agustus • Konjungan Pasien, S: Pasien sudah tidak ada keluhan
2023 rumah ketiga ibu O: Pemeriksaan Fisik
• Evaluasi pasien, Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
adik Kesadaran: Compos Mentis (E4V5E6)
perempu
an Status Generalis
Kesan dalam batas normal.

Status Dermatologis
Pada regio plantar et interdigitalis manus
bilateral, regio cruris sinistra et dekstra, regio
gluteal sinistra et dekstra sudah tidak tampak
lesi.
A: 1. Aspek Personal
a. Alasan Kedatangan: Keluhan sudah
berkurang.
b. Kekhawatiran: Kekhawatiran ibu
pasien sudah berkurang dengan
peningkatan pengetahuan terhadap
penyakit dan nanah sudah mengering
sehingga pasien sudah kembali
nyaman ketika menulis.
c. Persepsi: Ibu pasien telah
mengetahui tentang penyakit
anaknya yaitu skabies penyebab
utamanya bukan karena jarang
mandi. Pasien dan keluarga juga
mengetahui apa saja yang perlu
dilakukan sebagai pencegahan
penyakit agar keluhan tidak
berulang.
d. Harapan: sebagian besar harapan
telah terpenuhi karena keluhan sudah
membaik.

2. Aspek Klinis
- Skabies dengan infeksi sekunder
(ICD 10: B86, ICPC-2: S72)

3. Aspek Risiko Internal


- Hygiene pribadi dan lingkungan
sudah mulai berubah menjadi lebih
baik. Pasien tidak menggunakan
handuk bersamaan dengan orang lain.
Pasien mengerti dan mau melakukan
perubahan terkait hygiene, pasien
menjadi rajin menggunting kukunya
dan tidak menggaruk lesi (ketika
masih ada).
- Pasien mengingatkan ibunya untuk
mencuci dan menjemur pakaian,
handuk, dan sprei miliknya setelah
mendapatkan intervensi.
- Pasien mulai memahami mengenai
penyakit yang dialami.

Aspek 4. Risiko Eksternal


- Keluarga pasien sudah mengetahui
mengenai definisi, penyebab,
penularan, pengobatan dan
pengendalian mengenai penyakit
yang diderita.
- Saat ini, keluarga pasien sudah tidak
ada yang mengeluh hal serupa.
- Hygiene lingkungan rumah sudah
mulai baik. Ibu sudah mencuci
pakaian, sprei, sarung bantal, dan
selimut serta merendamnya di air
panas. Serta mulai rutin menjemur
kasur dan bantal jika cuaca sedang
terik.
- Pencahayaan secara langsung dari
sinar matahari dan pertukaran udara
pada ruang utama rumah masih sangat
kurang karena belum dibuatnya
jendela tambahan dan ventilasi pada
kamar, oleh karena itu, keluarga
pasien mengusahakan untuk lebih
sering menjemur kasurnya yaitu 1-2
kali dalam seminggu bergantung
cuaca.
- Keluarga pasien sudah menghubungi
ketua RT untuk mendaftarkan
keluarganya pada Program Jaminan
Kesehatan, namun pola pengobatan
keluarga belum sepenuhnya beralih
ke preventif.

6. Derajat Fungsional
Satu, pasien dapat melakukan aktivitas
sehari-hari seperti keadaan sebelum sakit
(tidak ada kesulitan).
P: 1. Pasien dianjurkan untuk melakukan
pengobatan ke dokter jika keluhan
dirasakan muncul kembali.
2. Dianjurkan untuk tetap menjaga dan
memelihara higienitas personal dan
lingkungan.
3. Dianjurkan untuk kontrol kesehatan secara
rutin atau mengubah pola pengobatan
menjadi preventif.
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk
melakukan pengobatan juga meski tidak
bergejala untuk memutus rantai penularan.
5. Keluarga pasien dianjurkan untuk tetap
memberikan dukungan serta motivasi
kepada pasien
Lampiran Rumah dan Dokumentasi Kegiatan

Rumah Tampak Depan Rumah Tampak Samping

Ruang Utama Sebagai Kamar Tidur 1

Sebagai Kamar Tidur 2 Dapur


Kamar Mandi

Kegiatan Pengisian Berkas Keluarga

Kegiatan Pelaksanaan Pre Test


Kegiatan Intervensi dan Protest

Lampiran Saat Pertama Kali datang ke Puskesmas (07 Agustus 2023)

Lampiran Sebelum Intervensi (12 Agustus 2023)

Lampiran Saat Intervensi ( 16 Agustus 2023)


Lampiran Saat Evaluasi (20 Agustus 2023)
Lampiran Poster dan Stiker
LAPORAN EBM (Evidence Based Medicine)

No Langkah EBM Hasil


1. Ringkasan kasus Anamnesis
Pasien An.R usia 16 tahun, anak laki-laki datang ke Puskesmas Campang Raya
dengan keluhan bintil-bintil kemerahan disertai nanah dan rasa gatal pada sela
jari tangan dan telapak tangan sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan gatal
dirasakan memberat saat malam hari. Keluhan serupa pernah dialami oleh ayah
dan kakak pasien yang serumah. Riwayat alergi obat dan makanan disangkal,
riwayat gigitan serangga sebelumnya disangkal.

Pemeriksaan Fisik
Penampilan sesuai usia, keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos
mentis, berat badan 40 kg, tinggi badan 145 cm. Pengukuran status gizi dengan
IMT didapatkan kesan status gizi normal.

Status Dermatologis:
Pada regio plantar et interdigitalis manus bilateral, regio cruris sinistra et
dekstra, regio gluteal sinistra et dekstra tampak pustul diatas dasar eritem,
multiple, ukuran miliar hingga lentikular, bentuk bulat, batas sirkumskripta,
tersebar diskret disertai krusta berwarna kuning pada pustul yang sudah pecah.

Diagnosis Klinis : Skabies dengan infeksi sekunder.

Tatalaksana :
- Salep 2-4
- CTM 3x1 mg
- Amoxicillin 3x1 mg
- Edukasi terkait hygine dan pencegahan penularan skabies

2. Formulasi Apakah pemberian terapi medikamentosa menggunakan salep 24 sudah tepat?


Pertanyaan
(Answerable
Question)
3. PICO P : Skabies
I :Pemberian obat topikal salep 24 (2% asam salisilat dan 4% sulfur
precipitatum)
C : Obat topikal jenis lain
O : Evaluasi keberhasilan terapi
4. Searching Pada praktikum EBM ini, database yang digunakan adalah Pubmed. Berikut
Guidance langkah-langkah mencari sumber bukti yang relevan dengan foreground
question yang diberikan.
• Buka google
• Tulis di search engine:pubmed.ncbi.nlm.nih.gov
• Lalu pilih Clinical Queries
• Setelah terbuka pilih Clinical Study Categories
• Pada kotak search engine, ketik: “sulfur OR sulphur” AND
“scabies”
• Pada kotak Category, pilih Therapy
• Pada kotak Scope, pilih Broad
5. Eliminate • Eliminasi jurnal yang diatas dilakukan dengan cara memilih jurnal yang
sesuai
• Pada akhirnya dipilih jurnal yang berjudul; “The efficacy of oral
ivermectin vs. sulfur 10% ointment forthe treatment of scabies”
6. Critical Validity :
Appraisal Desain penelitian ini merupakan randomized trial. Penelitian ini
membandingkan efikasi obat ivermectin oral dan sulfur 10% salep pada
penyakit scabies. Peneliti membagi menjadi 2 kelompok terapi, yaitu kelompok
yang diberikan terapi ivermectin oral 200 μg/kg dosis tunggal dan kelompok
yang diberikan Salep Sulfur.

Selanjutnya dilakukan telaah jurnal dengan hasilnya sebagai berikut:


a) Judul Jurnal
“The efficacy of oral ivermectin vs. sulfur 10% ointment forthe treatment
of scabies”Judul jurnal terdiri dari 13 kata dan cukup menggambarkan
isi jurnal.

b) Pengarang dan Institusi


Pengarang merupakan bagian dari “Tabriz University of Medical
Sciences, Aras Branch, Tabriz, Iran dan Young Researchers and Elite
Club, Qaemshahr Branch, Islamic Azad University, Qaemshahr, Iran”
Pengarang terdiri dari 2 orang. Nama pengarang sudah mengikuti
standar baku penulisan.

c) Abstrak
Abstrak ditulis secara terstruktur dan lengkap dimulai dari background,
introduction, methods, results dan conclusions. Jumlah kata di dalam
abstrak jurnal 215 kata, hal ini sesuai dengan aturan penulisan abstrak
yaitu 250 kata.

d) Pendahuluan
Pendahuluan menjelaskan mengenai etiologi scabies, cara
penyebarannya, gejala dan patofisiologinya serta keamanan dan tingkat
cost effective pengobatan scabies dengan menggunakan salep sulfur dan
ivermectin.

e) Metode
Penelitian berupa single blind dan randomized trial pada pasien scabies,
laki-laki dan perempuan, berusia >2 tahun dengan disgnosis scabies yang
sesuai dengan kriterian inklusi dan eksklusi. Terdiri dari 480 pasien (60
pasien tidak kembali kontrol) sehingga tersisa 420 pasien (240 laki-laki
dan 180 perempuan) usia 4 sampai 72 tahun. Dibagi dalam dua kelompok
yaitu : grup pertama diberikan Ivermetrin oral 200 μg/kg dosis tunggal
dan grup kedua diberikan Salep Sulfur. Kedua kelompok tidak
diperbolehkan mengkonsumsi obat antipruritus ataupun obat topikal
lainnya. Seluruh pasien di follow up mulai dua hingga empat minggu.

f) Hasil
Pada minggu kedua follow up, pengobatan efektif pada 61,9% kelompok
ivemectin dan 45,3% pada kelompok salep sulfur 10% dengan tidak ada
perbedaan secara statistik diantara dua grup. Selanjutnya, pengobatan
diulangi pada 195 pasien yang masih memiliki gejala. Pada follow up
kedua setelah 4 minggu penelitian, hanya 45 dari 80 pasien grup
ivermektin yang sembuh, dibandingkan dengan 85 dari 114 pasien grup
salep sulfur. 130 pasien yang tersisa dan belum sembuh, diberikan
pengobatan open-label dengan permethrin krim.
g) Kesimpulan
Ivermectin leih efektif daripada pemberian salep sulfur 10%, selain itu
ivermectin juga lebih cost-efective dan dapat diberikan kepada orang-
orang dengan tingkat kepatuhan lebih baik tanpa pengawasan.

h) Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun sesuai dengan aturan jurnal yang baku. Semua
footnote pada naskah dijelaskan di daftar pustaka. Semua footnote
merujuk pada sumber yang jelas.

Importance :
Hasil penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas
pengobatan scabies antara ivermectin oral dan salep sulfur 10%. Hal ini
penting mengingat skabies merupakan penyakit menular yang masih banyak
diderita masyakarat dan dapat menyerang komunitas secara cepat, dan
mengganggu aktivitas pasien terutama dimalam hari sehingga diperlukan
tatalaksana yang tepat untuk dapat mengurangi keluhan tersebut. Hasil dari
studi ini dapat menjadi evidence based medicine untuk para klinisi baik
bidang dermatologi maupun dokter keluarga dalam menentukan pilihan
terapi scabies yang sudah ada.

Applicability :
Temuan di jurnal ini menjelaskan bahwa penggunaan Ivermectin menunjukan
efektifitas pengobatan yang sama pada minggu ke dua follow up dengan salep
sulfur, tetapi memiliki efek yang lebih baik pada minggu ke empat follow up..
Temuan ini dapat diterapkan pada setting Puskesmas ataupun rumah sakit
dalam menatalaksana pasien skabies yang datang berobat namun tetap dengan
menyesuaikan ketersediaan obat dan karakteristik pasien yang ditemui.

Apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada pasien kasus ini?
Jawab: Ya, mengingat pada kasus ini pasien sudah diberikan salep 24 selama
3 hari berturut-turut dan didapatkan perbaikan pada manifestasi penyakit
pasien setelah dua minggu pemaiakaian. Namun obat ivermectin belum
tersedia di Puskesmas Campang Raya sehingga belum dapat diaplikasikan.

7. Apply Penerapan evidence ini dapat dilakukan oleh dermatologi dan dokter keluarga
sebagai referensi untuk menatalaksana pasien dengan skabies.
8. Assesment • Langkah 1 adalah Asking dengan metode PICO sehingga dapat
merumuskan answerable question.

• Langkah 2 adalah Acquiring, mencari literatur di Pubmed, dengan


menggunakan Boolean Logic : and, yaitu “sulfur OR sulphur” AND
“scabies” Sehingga ditemukanlah jurnal “The efficacy of oral ivermectin
vs. sulfur 10% ointment forthe treatment of scabies”

• Langkah 3 adalah Appraising dengan menggunakan metode VIA. Jurnal


tersebut merupakan clinical trial dan membahas permasalahan yang telah
dirumuskan dalam PICO. Metode penelitian dengan membandingkan 2
kelompok pasien skabies yang diberikan Ivermectitin 200 μg/kg dosis
tunggal dan salep Sulfur 10%.
• Langkah 4 adalah Applying. Dalam penerapannya, dapat dilakukan oleh
dermatologi dan dokter keluarga sebagai referensi variasi pilihan
pengobatan untuk menatalaksana pasien dengan skabies, karena kedua
obat menunjukan hasil efektifitas yang sama pada followup minggu ke dua
dan lebih efektif ivermectin pada followup minggu ke empat.

• Langkah 1 hingga langkah 4 telah dilakukan sesuai prosedur EBM yang


ditetapkan dan terlihat jelas bahwa EBM membantu dalam menentukan
pilihan pengobatan scabies dengan tepat .

Anda mungkin juga menyukai