Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SCABIES

DENGAN FOKUS STUDI KURANGNYA PENGETAHUAN


TENTANG PERSONAL HYGIENE DI PUSKESMAS SECANG 2
Irfan Allam Naufa1, Sunarko2, Heru Supriyatno2, Sunarmi2
1
Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Magelang
2
Dosen Jurusan Keperawatan Magelang
irfanallam23062000@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang : Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan sarcoptes scabiei,
kutu parasit yang dapat membuat terowongan dalam kulit. Pasien akan mengalami gatal-gatal
hebat, biasanya terjadi pada malam hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan
penerapan asuhan keperawatan pada pasien scabies. Metode : Metode yang digunakan dalam
penelitian kasus ini merupakan metode deskriptif dilakukan dengan pendekatan melalui proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi keperawatan. Hasil : Hasil penelitian didapatkan masalah keperawatan defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang personal hygine ditandai
dengan pasien pasien belum tahu cara menjaga kebersihan dengan baik. Simpulan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x defisit pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil
yang diharapkan.
Kata Kunci : Scabies, defisit pengetahuan, personal hygine.

NURSING CARE FOR SCABIES PATIENTS


WITH A LACK OF KNOWLEDGE STUDY FOCUS
ABOUT PERSONAL HYGIENE AT SECANG 2 HEALTH CENTER

ABSTRACT

Background : Scabies is an infectious skin disease caused by Sarcoptes scabiei, a parasitic tick
that can tunnel through the skin. The patient will experience intense itching, usually occurring at
night. The purpose of this study was to describe the application of nursing care to scabies patients.
Methods : The method used in this case study is a descriptive method carried out with an approach
through the nursing process which includes assessment, nursing diagnoses, planning,
implementation, and nursing evaluation. Results : The results showed that the nursing problem of
knowledge deficit was related to a lack of knowledge about personal hygiene, which was
characterized by patients who did not know how to maintain good hygiene. Conclusion : After
nursing actions 3 times the knowledge deficit can be resolved with the expected outcome criteria.
Keywords : scabies, knowledge deficit, personal hygiene.

1
2

PENDAHULUAN mendukung pola hidup sehat.(Setiyani,


Scabies merupakan penyakit kulit 2017)
menular yang disebabkan sarcoptes scabiei, Berdasarkan data dari Dinas
kutu parasit yang dapat membuat terowongan Kesehatan Provinsi Jawa Tengah di 20
dalam kulit. Pasien akan mengalami gatal- puskesmas menunjukan bahwa kejadian
gatal hebat, biasanya terjadi pada malam hari. terbanyak ada di daerah Cilacap 46,8%
Penyakit scabies di Indonesia disebut kasus, kemudian di urutan kedua ada di
penyakit kudis, gudik, atau buduk. Beberapa daerah Bukateja 34,2%, dan urutan
gejala klinis yang ditimbulkan sarcoptes ketiga terdapat di daerah Semarang yaitu
scabiei yaitu pruritus nokturnaatau gatal di dengan jumlah 19%.
malam hari, ditemukan dalam sekelompok Berdasarkan sampel yang
manusia, terbentuknya terowongan di tempat dilakukan pada 1.250 pelajar berusia 10
predileksi, dan ditemukanya tungau. - 16 tahun di beberapa asrama di
Lingkungan yang padat, tingkat kemiskinan Kabupaten Magelang, sebanyak 1.073
tinggi, dan kurangnya ilmu pengetahuan pelajar (85,8%) memiliki setidaknya satu
penyakit ini sering dijumpai (Abdillah, penyakit kulit. Sebanyak 1.073 kasus
2020). dari 27 jenis penyakit kulit yang berbeda
Angka kejadian scabies sudah ditemukan salah satunya scabies pada
mencapai lebih dari 130 juta orang didunia, para pelajar tersebut.(Rayinda et al.,
data tersebut menurut World Health 2019)
Organization (WHO). Pada tahun 2020 Ditinjau dari penelitian
diperkirakan kurang lebih 200 juta orang sebelumnya tingginya angka kejadian
dengan perkiraan prevalensi 5-10% pada scabies didasari dari beberapa faktor
anak-anak. Kemudian menurut Internasional antara lain : personal hygiene yang
Alliance for the control Of Scabies (IACS) buruk, kepadatan hunian, sanitasi yang
kejadian scabies mulai dari 0,3% menjadi kurang, dan kurangnya pengetahuan
46% bebrapa negara yang berkembang mengenai penyakit scabies. Penanganan
prevalensi scabies sekitar 6%-27% populasi diatas belum mampu mengurangi angka
umum, menyerang ras dan kelompok umur kejadian scabies terutama di Kabupaten
serta cenderung pada anak-anak dan remaja Magelang. Berdasarkan hal di atas, maka
(Ridwan et al., 2017). penulis tertarik untuk mengangkat studi
Penyakit ini menjadi masalah kasus Asuhan Keperawatan Pada Pasien
umum terjadi di seluruh dunia dengan Scabies dengan Fokus Studi Kurangnya
prevalensi 300 juta individu yang Pengetahuan Tentang Personal Hygiene
terserang. Prevalensi scabies di Di Puskesmas Secang 2.
Indonesia menurut Departemen METODE PENELITIAN
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Secang
RI) dari data seluruh puskesmas di 2pada tanggal 17 Mei-20 Mei 2022 pada Ny.
Indonesia tahun 2018 adalah 5,6-12,95% S yang bersedia menjadi responden. Metode
dan menduduki urutan ketiga dari 12 yang digunakan dalam studi kasus ini
penyakit kulit terbanyak. Beberapa merupakan metode deskriptif yang dilakukan
penyebab tingginya prevalensi scabies dilakukan dengan pendekatan proses
anatar lain rendahnya sanitasi, keperawatan yang meliputi pengkajian,
kepadatan, personal hygiene yang buruk, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pengetahuan, dan perilaku kurang pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan
dengan kasus yang dipilih “Asuhan
3

Keperawatan pada Pasien Scabies dengan dan data objektif maka muncul diagnosis
Fokus Studi Kurangnya Pengetahuan tentang keperawatan defisit pengetahuan
Personal Hygine di Puskesmas Secang 2”. berhubungan dengan kurang terpapar
HASIL PENELITIAN informasi ditandai dengan pasien belum
1. Pengkajian tahu cara menjaga kebersihan dengan
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas baik.
Secang 2pada tanggal 17 Mei-20 Mei 3. Intervensi Keperawatan
2022 pada Ny. S didapatkan data gatal- Setelah dilakukan tindakan keperawatan
gatal. Pasien datang ke Puskesmas selama 3x kunjungan rumah diharapkan
Secang 2 mengeluh gatal-gatal sejak 3 masalah defisit pengetahuan dapat
bulan karena tertular anaknya yang teratasi dengan kriteria hasil : Perilaku
pulang dari pondok pesantren, pasien sesuai anjuran verbalisasi minat dalam
mengatakan jika obat habis penyakitnya belajar meningkat, Kemampuan
kambuh lagi, pasien merasakan gatal- menjelaskan pengetahuan tentang
gatal di malam hari, pasien mengatakan sesuatu topik meningkat, Kemampuan
belum tahu cara menjaga kebersihan diri menggambarkan pengalaman
dengan baik. Hasil pemeriksaan fisik sebelumnnya yang sesuai dengan topik
pasein yang diperoleh kesadaran mengingkat, Perilaku sesuai dengan
composmentis, keadaan umum sedang. pengetahuan meningkat.
Tanda-tanda vital : tekanan darah 110/85 Intervensi keperawatan yang dilakukan
mmHg, nadi 87x/menit, pernapasan yaitu : Identifikasi kesiapan dan
22x/menit, suhu 36℃, tinggi badan 160 kemampuan menerima informasi,
cm, berat badan 55 kg. Pada pemeriksaan Identifikasi kemampuan menjaga
ektremitas : didapatkan hasil keadaan kebersihan diri dan lingkungan, Monitor
kulit terdapat lesi dan nanah di kedua kemempuan melakukan dan
sela-sela jari tangan dan kaki , berwana mempertahankan kebersihan diri dan
kemerah-merahan, turgor kulit baik. lingkungan, Sediakan materi dan media
2. Dignosa Keperawatan pendidikan kesehatan, Jadwalkan
Hasil pengkajian yang dilakukan pada pendidikan kesehatan sesuai
tanggal 17 Mei 2022 didapatkan data kesepakatan, Berikan kesempatan untuk
subjektif dan data objektif. Data subjektif bertanya, Praktikan bersama keluarga
: pasien mengatakan gatal-gatal sejak 3 cara menjaga kebersihan diri dan
bulan karena tertular anaknya yang lingkungan, Jelaskan masalah yang dapat
pulang dari pondok pesantren, pasien timbul akibat tidak menjaga kebersihan
mengatakan jika obat habis penyakitnya diri dan lingkungan, Ajarkan cara
kambuh lagi, pasien merasakan gatal- menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
gatal di malam hari, pasien mengatakan 4. Implementasi Keperawatan
belum tahu cara menjaga kebersihan diri Tindakan yang dilakukan pada tanggal 18
dengan baik. Data objekrtif : tekanan Mei 2022 pukul 09.00 WIB yaitu
darah : 110/85 mmHg, nadi : 87x/menit, melakukan pengukuran tanda-tanda vital
pernapasan : 22x/menit, suhu : 36℃, dan menanyakan keluhan pasien. Respon
tinggi badan 160 cm, berat badan 55 kg, subjektif : mengeluh gatal-gatal sejak 3
terdapat lesi dan nanah di kedua sela-sela bulan pada tangan dan kaki disertai
jari tangan dan kaki, berwana kemerah- dengan nanah, pasien mengatakan masih
merahan, pasien tampak sesekali belum paham menjaga kebersihan diri
menggaruk. Berdasarkan data subjektif dengan baik. Respon objektif : pasien
4

tampak sesekali menggaruk, tekanan lingkungan, respon objektif : pasien


darah : 110/85 mmHg, nadi : 87x/menit, kooperatif. Tindakan yang dilakukan
pernapasan : 22x/menit, suhu : 36℃, pada tanggal 19 Mei 2022 pukul 09.00
Mengidentifikasi kesiapan dan WIB yaitu pengukuran tanda-tanda vital
kemampuan menerima informasi, dan menanyakan keluhan pasien. Respon
Respon subjektif : pasien mengatakan subjektif : pasien mengatakan gatal-gatal
bersedia diberikan informasi, Respon pada malam hari. Respon objektif : hasil
objektif : Pasien kooperatif, tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi :
Mengidentifikasi kemampuan menjaga 89x/menit, pernapasan : 20x/menit, suhu
kebersihan diri dan lingkungan, Respon : 36,3℃. Pukul 09.10 WIB Memonitor
subjektif : Pasien mengatakan belum kemampuan melakukan dan
paham cara menjaga kebersihan diri dan mempertahankan kebersihan diri dan
lingkungan, Respon objektif : Pasien lingkungan, Respon subjektif : pasien
tampak belum paham, Memonitor mengatakan sudah mengganti sprei
kemempuan melakukan dan tempat tidur, respon objektif : pasien
mempertahankan kebersihan diri dan sudah mempertahankan kebersihan diri
lingkungan, Respon subjektif : Pasien dan lingkungan, pukul 09.25 WIB sampai
mengatakan hanya rutin mengganti 09.40 Memberikan materi dan media
handuk. Respon objektif : pasien tampak pendidikan kesehatan tentang scabies dan
belum mempertahankan kebersihan diri personal hygiene, respon subjektif :
dan lingkungan, Menjadwalkan pasien menyebutkan pengertian scabies,
pendidikan kesehatan sesuai respon objektif : pasien mampu
kesepakatan, Respon subjektif : pasien menyebutkan pengertian scabies,
mengatakan bersedia diberikan penkes selanjutnya pukul 10.00 WIB.
hari selanjutnya, Respon objektif : pasien Mengajarkan pasien dan keluarga cara 6
kooperatif. Memberikan kesempatan langkah cuci tangan yang benar, respon
untuk bertanya. Respon subjektif : pasien subjektif : pasien dan keluarga
mengatakan apa pengertian penkes. mengatakan belum bisa cara cuci tangan
Respon objektif : pasien tampak belum 6 langkah, respon objektif : pasien dan
paham. Mempraktikan bersama keluarga keluarga belum bisa mempraktikkan
cara menjaga kebersihan diri dan sendiri. Tindakan yang dilakukan pada
lingkungan ( cuci tangan 6 langkah ), tanggal 20 Mei 2022 pukul 08.30 WIB
Respon subjektif : pasien dan keluarga yaitu pengukuran tanda-tanda vital dan
mengatakan belum mengatahui cara cuci menanyakan keluhan pasien. Respon
tangn 6 langkah, Respon objektif : pasien subjektif : pasien mengatakan gatal-gatal
dan keluarga belum paham. Menjelaskan muncul pada malam hari. Respon objektif
masalah yang dapat timbul akibat tidak : hasil tekanan darah : 110/90 mmHg,
menjaga kebersihan diri dan lingkungan, nadi : 88x/menit, pernapasan : 20x/menit,
Respon subjektif : pasien mengatakan Selanjutnya pukul 08.45 mempraktikan
belum paham akibat tidak menjaga dengan pasien dan keluarga cara cuci
kebersihan diri dan lingkungan, respon tangan dengan 6 langkah, Respon
objektif : pasien tampak belum paham. subjektif : pasien dan keluarga
Mengajarkan cara menjaga kebersihan mengatakan sudah bisa melakukan 6
diri dan lingkungan, Respon subjektif : langkah cuci tangan, respon objektif :
pasien mengatakan bersedia diajarkan pasien dan keluarga mampu
cara menjaga kebersihan diri dan mempraktikan 6 langkah cuci tangan.
5

Mengevaluasi pengetahuan pasien dan keluarga mengatakan sedikit paham


mengenai materi penkes yang diberikan, cara cuci tangan 6 langkah. Data objektif
Respon subjektif : pasien menyebutkan : Pasien sedikit paham cara menjaga
pengertian, tanda gejala, dan cara kebersihan diri, hasil tekanan darah :
pencegahan penyakit scabies, Respon 120/80 mmHg, nadi : 89x/menit,
objektif : pasien mampu menyebutkan pernapasan : 20x/menit, suhu : 36,3℃.
tentang penkes yang diberikan. Assesment keperawatan masalah defisit
Menganjurkan pasien untuk minum obat pengetahuan teratasi sebagian.
teratur dan kontrol rutin, Respon (kemampuan menjelaskan pengetahuan
subjektif : pasien menagatakan bersedia tentang suatu topik meningkat) Planning
kontrol rutin dan minum obat teratur yang dilakukan yaitu Mengevaluasi
Respon objektif : pasien diberikan terapi pasien mengenai materi penkes yang
obat (oral) chlorpheniramine 4 mg 3 x 1, diberikan, Mengevaluasi pasien dan
prednisone 5 mg 3 x 1, salep 2-4 30 gr keluarga cara cuci tangan dengan 6
(topikal). langkah, Menganjurkan pasien untuk
5. Evaluasi Keperawatan minum obat teratur dan kontrol rutin.
Hasil evaluasi pada tanggal 18 Mei 2022 Hasil evaluasi tanggal 20 Mei 2022
didapatkan data subjektif : pasien didapatkan data subjektif : pasien
mengatakan mengeluh gatal-gatal sejak 3 mengatakan gatal-gatal mulai hilang,
bulan pada tangan dan kaki disertai pasien menyebutkan pengertian, tanda
dengan nanah dan pasien mengatakan gejala, dan cara pencegahan penyakit
belum paham sepenuhnya cara menjaga scabies , pasien mengatakan sudah paham
kebersihan diri dan lingkungan. Data cara 6 langkah mencuci tangan dan
objektif : pasien tampak sesekali menjaga kebersihan diri. Respon objektif
menggaruk tangan, pasien tampak belum : Pasien tampak sudah paham, hasil
mempertahankan kebersihan diri dan tekanan darah : 110/90 mmHg, nadi :
lingkungan tekanan darah : 110/85 88x/menit, pernapasan : 20x/menit,
mmHg, nadi : 87 x/menit, pernapasan : 22 pasien diberikan terapi obat (oral)
x/menit, suhu : 36℃. Assesment chlorpheniramine 4 mg 3 x 1, prednisone
keperawatan masalah defisit pengetahuan 5 mg 3 x 1, salep 2-4 3(topikal).
belum teratasi (kriteria hasil belum Assesment keperawatan masalah defisit
tercapai). Planning yang dilakukan yaitu pengetahuan sudah teratasi (perilaku
Memonitor kemampuan melakukan dan sesuai anjuran verbalisasi minat dan
mempertahankan kebersihan diri dan belajar meningkat, kemampuan
lingkungan, Memberikan materi dan menjelaskan pengetahuan tentang
media pendidikan kesehatan tentang sesuatu topik meningkat, kemampuan
scabies dan personal hygiene, menggambarkan pengalaman
Mengajarkan pasien dan keluarga cara 6 sebelumnnya yang sesuai dengan topik
langkah cuci tangan yang benar. mengingkat, perilaku sesuai dengan
Hasil evaluasi pada tanggal 19 Mei 2022 pengetahuan meningkat), Planning
didapatkan data subjektif : pasien hentikan intervensi.
mengatakan gatal-gatal pada malam hari PEMBAHASAN
dan pasien mengatakan sudah mengganti 1. Pengkajian
sprei tempat tidur, pasien menyebutkan Pengkajian yang dilakukan pada tanggal
pengertian scabies, pasien mengatakan 17 Mei 2022 didapatkan data pasien
sedikit paham mengenai scabies, pasien bernama Ny. S usia 37 tahun, jenis
6

kelamin perempuan, diagnosis medis frekuensi mengganti pakaian untuk


scabies. Didapatkan data pasien mencegah penularan scabies (Pravogi &
mengatakan gatal-gatal sejak 3 bulan Kurniawan, 2016).
karena tertular anaknya yang pulang dari Penulis menegakkan diagnosis
pondok pesantren, pasien mengatakan keperawatan defisit pengetahuan ditandai
jika obat habis penyakitnya kambuh lagi, dengan kurangnya terpapar informasi
pasien merasakan gatal-gatal di malam karena didapatkan data subjektif yaitu
hari, pasien mengatakan belum tahu cara belum tahu cara menjaga kebersihan diri
menjaga kebersihan diri dengan baik. Ciri dengan baik. Beberapa penyebab
khas dari scabies adalah gatal-gatal hebat, tingginya prevalensi scabies anatar lain
yang biasanya semakin memburak pada rendahnya sanitasi, personal hygiene
malam hari. Kondisi lingkungan yang yang buruk, pengetahuan, dan perilaku
kurang memadai tentunya menjadi faktor kurang mendukung pola hidup sehat
risiko timbulnya berbagai penyakit (Setiyani, 2017). Maka dari itu penyakit
menular salah satunya adalah scabies scabies harus diatasi dengan cara
(Ubaidillah, 2021). Gejala yang dialami menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
sama dengan teori tersebut. Pasien 3. Intervensi Keperawatan
tertular dari anaknya yang pulang dari Tujuan dilakukan tindakan keperawatan
pondok pesantren, yang sama disebutkan selama 3x kunjungan rumah diharapkan
dengan teori (Sivalingam, 2017), yaitu masalah defisit pengetahuan dapat
penyakit scabies sering berjangkit pada teratasi dengan kriteria hasil : Perilaku
daerah yang padat penduduknya, dengan sesuai anjuran verbalisasi minat dalam
kondisi sanitasi lingkungan dan perilaku belajar meningkat, Kemampuan
hygiene perorangan yang tidak baik. menjelaskan pengetahuan tentang
Penularan penyakit ini dapat terjadi sesuatu topik meningkat, Kemampuan
secara langsung yaitu kontak erat dengan menggambarkan pengalaman
pasien maupun secara tidak langsung sebelumnnya yang sesuai dengan topik
yaitu dengan benda yang terinvestasi mengingkat, Perilaku sesuai dengan
sehingga menyebabkan penyakit scabies. pengetahuan meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan Intervensi pertama yang dilakukan yaitu :
Fokus diagnosis keperawatan : Defisit Identifikasi kesiapan dan kemampuan
pengetahuan berhubungan dengan menerima informasi, Identifikasi
kurangnya terpapar informasi ditandai kemampuan menjaga kebersihan diri dan
dengan belum tahu cara menjaga lingkungan, Monitor kemempuan
kebersihan dengan baik. melakukan dan mempertahankan
Menurut (SDKI, 2017) Defisit kebersihan diri dan lingkungan, Sediakan
pengetahuan merupakan ketiadaan atau materi dan media pendidikan kesehatan,
kurangnya informasi kognitif yang Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
berkaitan dengan topik tertentu.Menjaga kesepakatan, Berikan kesempatan untuk
kebersihan pada pasien scabies sangat bertanya, Praktikan bersama keluarga
penting untuk mencegah penularan cara menjaga kebersihan diri dan
kepada orang lain. Pasien scabies dapat lingkungan, Jelaskan masalah yang dapat
menerapkan menjaga kebersihan kulit, timbul akibat tidak menjaga kebersihan
kebiasaan mencuci tangan dan kuku, diri dan lingkungan, Ajarkan cara
mengganti sprei tempat tidur, pemakaian menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
benda pribadi seperti handuk, dan 4. Implementasi Keperawatan
7

Implementasi pertama yang dilakukan selanjutnya menganjurkan pasien minum


adalah melakukan pengukuran tanda- obat secara teratur dan kontrol rutin.
tanda vital dan menanyakan keluhan Pasien diberikan obat (oral)
pasien. Data yang didapat yaitu mengeluh chlorpheniramine 4 mg 3 x 1 yang
gatal-gatal sejak 3 bulan pada tangan dan berfungsi meredakan gejala alergi yang
kaki disertai dengan nanah. pasien dipicu oleh gigitan serangga, prednisone
merasakan gatal-gatal di malam hari, 5 mg 3 x 1 yang berfungsi untuk
pasien mengatakan belum tahu cara mengurangi peradangan pada penyakit
menjaga kebersihan diri dengan baik. kulit, salep 2-4 30 gr (topikal) yang
Data objektif : pasien tampak sesekali berfungsi mengobati gatal-gatal.
menggaruk, tekanan darah : 110/85 5. Evaluasi
mmHg, nadi : 87x/menit, pernapasan : Evaluasi perkembangan Ny. S setelah
22x/menit, suhu : 36℃. Pasien sering dilakukan tindakan keperawatan selama
menggaruk karena terdapat lesi yang 3x kunjungan rumah diperoleh data
dapat dapat menimbulkan rasa tidak subjektif dari hasil observasi hari terakhir
nyaman akibat dari rasa sangat gatal ( yaitu pasien mengatakan gatal-gatal
Mifta Rahman et al., 2021). mulai hilang, pasien mengatakan sudah
Implementasi selanjutnya yaitu paham cara 6 langkah mencuci tangan
mengidentifikasi kemampuan menjaga dan menjaga kebersihan diri. Data
kebersihan diri dan lingkungan. Menjaga objektif : Pasien tampak sudah paham,
kebersihan diri bertujuan untuk hasil tekanan darah : 110/90 mmHg, nadi
meningkatkan derajat kesehatan individu, : 88x/menit, pernapasan : 20x/menit,
mencegah penyakit pada diri sendiri pasien diberikan terapi obat (oral)
maupun orang lain, menciptakan chlorpheniramine 4 mg 3 x 1, prednisone
keindahan dan rasa nyaman dan 5 mg 3 x 1, salep 2-4 gr (topikal). Hasil
meningkatkan rasa percaya diri (Kasiati yang didapatkan sudah tercapai sesuai
& Rosmalawati, 2016). dengan kriteria hasil yang diharapkan
Implementasi selanjutnya memberikan yaitu pasien paham tentang penyakit
materi dan media pendidikan kesehatan scabies dan mampu menjaga kebersihan
tentang scabies dan 6 personal hygiene diri dan lingkungan dengan cara 6
(langkah cuci tangan) yang bertujuan langkah cuci tangan dengan benar,
memutus rantai penyakit akibat kontak sehingga masalah keperawatan defisit
langsung dengan pasien maupun dengan pengetahuan sudah teratasi dan intervensi
benda yang terinfestasi. Implementasi dihentikan.

DAFTAR PUSTAKA Indonesia, J. K., Journal, T. I., & Xi, V.


Abdillah, K. Y. (2020). Hubungan tingkat (2021). Jurnal Kesehatan Indonesia
pengetahuan dengan kejadian skabies (The Indonesian Journal of Health),
di pondok pesantren. Jurnal Medika Volume XI , No. 3, Juli 2021. XI(3),
Hutama, 02(01), 261–265. 148–152.

Bowman, D., Fogarty, E., & Barr, S. C. Rayinda, T., Susetiati, D. A., & Febriana, S.
(2014). Sarcoptes Scabiei. A. (2019). Profil penyakit kulit pada
Parasitology, 48–49. pelajar sekolah asrama di Kabupaten
https://doi.org/10.1201/b16181-22 Magelang, Jawa Tengah. Journal of
Community Empowerment for Health,
8

1(2), 79. TESIS OLEH : AFRIDA ARYANI


https://doi.org/10.22146/jcoemph.3831 NASUTION. (2021).
2 Ubaidillah, U. (2021). Pencegahan Penyakit
Scabies di Lembaga Pemasyarakatan
Ridwan, A. R., Sahrudin, S., & Ibrahim, K. Perempuan Kelas II B Yogyakarta.
(2017). Hubungan Pengetahuan, Jurnal SOLMA, 10(1), 189–193.
Personal Hygiene, Dan Kepadatan https://doi.org/10.22236/solma.v10i1.5
Hunian Dengan Gejala Penyakit 432
Skabies Pada Santri Di Pondok
Pesantren Darul Muklisin Kota Kendari Ulfa, E. H. (2020). No Title‫تتتت‬. SELL
2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Journal, 5(1), 55.
Kesehatan Masyarakat Unsyiah, 2(6),
1–8. Sungkar S. Skabies : Etiologi, Patogenesis,
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKES Pengobatan, Pemberantasan, dan
MAS/article/view/2914 Pencegahan. Jakarta : Badan Penerbit FKUI;
2016.
S. Pratami. (2020). Konsep Risiko
Gangguan Integritas Kulit. 12–26.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017).
Sari & A. Ulfa. I. M dan Daulay. (2005). Standar Diagnosis Keperawatan
Desan Sistem Kerusakan Jaringan Indonesia Definisi dan Indikator
Dermis dari Citra Mikroskop Digital Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus
Menggunakan Eksraksi Fitur. Hilos PPNI
Tensados, 1, 1–476.
Herdman, T. H. dan S. K. (2018). Nanda
Setiyani, R. (2017). Faktor yang Internasional Diagnosis Keperawatan:
berhubungan dengan kejadian. Media Definisi dan Klasifikasi 2018-2020
Gizi Indonesia, 1(1), 13–19. (Edisi 11). Jakarta: EGC.

Sivalingam, S. (2017). Skabies, Gambaran Murlistyarini, Prawitasari, Setyowatie.


Kejadian Klinis, Gejala Desa, Anak- (2018).Intisari Ilmu Kesehatan Kulit
anak Marelan, Kecamatan Medan. dan Kelamin. Malang: UB Press.
Skabies, Gambaran Kejadian Klinis,
Gejala Desa, Anak-Anak Marelan, Puspasari, Scholastica Fina Aryu. (2018).
Kecamatan Medan, 23–24. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
file:///C:/Users/DELL/AppData/Local/ Gangguan Sistem Integumen. Yogyakarta :
Temp/140100268.pdf Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai