Sovian Pekei
Pembimbing:
Pada tahun 2009, WHO menyatakan skabies ini merupakan penyakit kulit yang
sering terabaikan.
Skabies kadang-kadang salah didiagnosis. Pada pemeriksaan didapatkan
pruritus pada malam hari, kontak dekat dengan orang yang memiliki gejala
serupa, dan riwayat pajanan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan garis putih serpiginous yang menunjukkan adanya
aktivitas tungau di area areola mamae pada wanita, atau alat kelamin laki-laki,
namun dapat ditemukan juga pada daerah tubuh yang lainya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji data demografis, jenis pengobatan,
keberhasilan perawatan, dan tingkat kesalahan diagnose skabies di klinik rawat
jalan dermatologi di Southeastern, Amerika Serikat
metode
Untuk scabies diperiksa juga apakah terdapat kesalahan diagnosis oleh centre
kesehatan yang lainya, kesalahan terapi, dan adanya gejala post pengobatan skabies.
Jika tempat tinggal tidak dicatat dalam grafik, diasumsikan bahwa pasien tinggal di
rumah. Jenis etnis tidak didokumentasikan dalam penelitian ini.
Rentang usia pasien yang di diagnosis skabies yaitu antara 5 minggu hingga 92
tahun, dengan usia rata-rata 27 tahun. Serta Kelompok usia pediatrik (0 - 18 tahun)
memiliki dioagnosis scabies yang terbanyak.
laki-laki lebih dominan dibandingkan dengan perempuan, yaitu sekitar (54% dan
46%). Hasil ini bertentangan dengan study retropeksi Pannell et al, yang menemukan
skabies lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki.
Figure 3. Age range and quartiles of patients diagnosed with scabies at
Wake Forest Baptist Medical Center.
Dari berbagai literatur tentang skabies, di negara-negara maju, scabies lebih sering temukan
pada penderita yang dirawat di fasilitas perawatan jangka Panjang seperti di rumah sakit,
Namun dalam penelitian ini penderita scabies ditemukan pada pasien yang tinggal dirumah.
Beberapa metode yang digunakan untuk mendiagnosa skabies dalam penelitian ini,
58% metode yang digunakan untuk mendiagnosa scabies yaitu dengan
menemukan tungau atau telur serta kotoran pada pemeriksaan mikroskopis dari
penggoresan kulit.
Metode selanjutnya yang digunakan adalah, secara history, Pemeriksaan fisik melalui
dermoscopy, sedangkan metode yang sangat sensitif untuk mendiagnosis scabies
adalah biopsi kulit. namun Hanya 2% yang terdiagnosa.
Figure 4. Methods used by providers to diagnose scabies.
• Sekitar 45% pasien di salah dignosa. Dalam rekam medik pasien, pasien awalnya di
diagnosis dengan eksim, dermatitis papular, dermatitis iritan, atau dermatitis kontak, dan
bahkan 1 pasien di diagnosis cutaneous T-cell lymphoma.
• Kesalahan diagnose ini sering dibuat di pelayana kesehatan primer, unit gawat darurat,
dan departemen dermatologists lainnya baik di dalam WFBMC. Pasien yang datang
dengan keluhan gatal di kulit harus ditanyakan tentang tempat tinggal dan juga tentang
sejarah perjalanan terakhirnya.
• Pada anak-anak, predileksi skabies sering ditemukan di daerah wajah, kulit kepala, dan
leher, dengan lesi nodular atau pustula.
• Dalam penelitian ini, ditemukan Dua pasien dalam mendapatkan obat siklosporin.
Penggunaan dermoscopy untuk mendiagnosa skabies dapat menurunkan tingkat diagnosis
negatif palsu bila dibandingkandengan kerokan kulit.
• Sebuah tes serologi yang spesifik untuk scabiei telah dikembangkan, dengan sensitivitas
100 % dan spesifitas 93,75%,
Pengobatan yang paling umum digunakan adalah permethrin topikal single dose (69%).
Meskipun ivermectin oral tidak disetujui oleh Food and Drug Administration AS untuk
pengobatan skabies, 30% dari pasien menerima ivermectin oral sendiri (7%) atau dalam
kombinasi dengan permethrin (23%). Hanya 1% dari pasien diobati dengan pengobatan lain;
Pada bayi yang paling sering diberikan topikal sulfur yang diendapkan karena
efek samping dari permetrin topical lebih berat. Resistensi terhadap kedua
ivermectin oral dan permethrin topical telah dijelaskan.
Dari penelitian ini, 23% telah menerima pengobatan skabies sebelum
dievaluasi di WFBMC; 18% dari pasien dalam studi yang dievaluasi oleh
WFBMC. Mayoritas pasien (69%) telah diobati dengan permethrin saja; lebih
dari seperempat pasien diberikan kombinasi permethrin dan ivermectin.
Hanya 1 pasien yang telah diobati dengan ivermectin oral saja, dan sisanya
hanya dievaluasi
Ada banyak kemungkinan alasan untuk kegagalan pengobatan. Jika semua orang yang
kontak dekat dengan pasien tidak diobati secara bersamaan, pasien mungkin menjadi
terinfeksi kembali. Pasien juga harus dekontaminasi semua selimut, handuk, dan
pakaian pada saat pengobatan
Figure 5. Scabies treatments.
Ketidakpatuhan terhadap regimen yang diresepkan adalah penyebab umum lain dari
kegagalan pengobatan. Penggunaan permethrin krim topikal dari leher ke bawah pada
anak-anak dan orang dewasa dan di seluruh tubuh, termasuk kepala, pada bayi.
Permetrin digosok 8 jam dan kemudian dibilas, diulangi kedua kalinya 1 minggu
kemudian. Meskipun permethrin adalah scabicidal, pemberian pengulangan
memberikan hasil yang lebih memuaskan. Ivermectin juga diresepkan untuk
dikombinasikan, tapi tidak seperti permetrin topikal, ivermectin bersifat scabistatic;
pengobatan kedua dimaksudkan untuk membunuh tungau yang telah menetas sejak
perawatan pertama.
Table 2. Age and Initial Treatment of Patients Who
Required Retreatment for Scabies at the Wake Forest Baptist Medical Center
Department of Dermatology
Gejala umum dari skabies adalah gatal terus-menerus. Ini telah dikaitkan
dengan kegagalan pengobatan, iritasi kulit, dan misdiagnosis. Dalam penelitian ini,
34% pasien memiliki keluhan postscabetic. Keluhan ini dikaitkan dengan
gatal-gatal postscabetic, reaksi autoeczemazi, atau perubahan dermatitic
disebabkan oleh iritasi dari obat topikal.
Permetrin krim memiliki reaksi elergen yang potensial, termasuk formaldehida, dan
komponen lain krim, yang dapat menyebabkan dermatitis kontak. Reaksi
hipersensitivitas setelah pengobatan scabies dengan ivermectin oral karena pelepasan
massa antigen yang disebabkan oleh kerusakan tungau merupakan penyebab dari
keluhan gatal-gatal yang dialami pasien post pengobatan.
Metode klasik untuk mendiagnosa skabies ialah keluhan gatal pada kulit.
Teknik diagnostic invasif, seperti dermoscopy, dapat digunakan
selama pemeriksaan.
Terimakasih