Anda di halaman 1dari 13

Lab/SMF Dermatologi dan Venereologi Refleksi Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

HALAMAN JUDUL

SKABIES

Oleh:
Anindhita Anestya
NIM. 1710029046

Pembimbing:
dr. M. Darwis Toena, Sp.KK., FINSDV, FAADV

LABORATORIUM/SMF DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA
2019

DAFTAR ISI

i
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………...… i
DAFTAR ISI . ……………………………………………………………………..... ii
1. Abstrak ……………………………………………………………………… 3
2. Pendahuluan …………………………………………………………….….. 5
3. Kasus ………………………………………………………………….…….. 8
4. Pembahasan ……..…………………………………………………………. 10
5. Kesimpulan ………………………………………………………..……… 13
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..………. 14

ii
SKABIES
Anindhita Anestya
Laboratorium Ilmu Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman/ RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

ABSTRAK
Skabies merupakan suatu penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infeksi
tungau Sarcoptes scabiei. Infeksi tungau ini dapat menyebabkan gatal-gatal yang
sangat hebat. Skabies ditandai dengan lesi. Terdapat dua lesi pada skabies yaitu
lesi spesifik (liang atau terowongan) dan lesi nonspesifik (papula, vesikel dan
ekskoriasi). Tempat khas dari tubuh yang biasanya tekena skabies adalah jari-jari,
pergelangan tangan, lipatan aksila, perut, bokong, dan alat kelamin. Riview artikel
ini bertujuan untuk mengetahui beberapa macam metode diagnosis dan pilihan
terapi yang tepat pada skabies. Diagnosis pasti dapat dilakukan dengan cara
preparasi KOH, biopsi, dermoskopi dan pembesaran fotografi digital, serta burrow
ink test (BIT). Pengobatan skabies dapat dilakukan secara oral maupun topikal.
Ivermektin digunakan secara oral sedangkan permetrin, lindane, benzyl benzoate,
crotamiton dan sulfur yang diendapkan digunakan secara topikal. Berdasarkan
beberapa penelitian, pengobatan lini pertama skabies adalah dengan obat topikal
krim permetrin 5%
Kata kunci: Skabies, Sarcoptes scabei var hominis, Permetrin 5%

ABSTRACT
Scabies, an infectious skin disease caused by mite infection Sarcoptes scabiei can
cause intense itching. Scabies is marked with lesions, such as are specific lesions
(burrows or tunnels) and nonspecific lesions (papules, vesicles and excoriations).
In general, the part of body with scabies infection are fingers, wrists, axillary
folds, stomach, buttocks, and genitalia. This article review aims to find out some
of the different diagnostic methods and treatment options in scabies. A definite
diagnosis can be made by KOH preparation, biopsy, dermoscopy and digital photo
enlargement, as well as an ink radish test. Scabies treatment can be done orally or
topically. Ivermektin is used orally while permetrin, lindane, benzyl benzoate,
crotamiton and sulfur are deposited topically. Based on several studies, first-line
treatment of scabies is topical with 5% permethrin cream.
Keywords : Scabies, Sarcoptes scabei var hominis, Permetrin 5%

3
PENDAHULUAN

Skabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh


Sarcoptes scabei var hominis. Merupakan penyakit kulit menular, penularannya
terjadi secara kontak langsung. (Hick dan Elson, 20009)
Insiden scabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi atau
peningkatan. Di Indonesia pada tahun 2011 didapatkan jumlah penderita scabies
sebesar 6.915.135 (2,9%) dari jumlah penduduk 238.452.952 jiwa. Jumlah ini
mengalami peningkatan pada tahun 2012 yang jumlah penderita skabies
diperkirakan sebesar 3,6 % dari jumlah penduduk. Penyakit skabies disebabkan
oleh tungau Sarcoptes scabiei akan berkembang pesat jika kondisi lingkungan
buruk dan tidak didukung dengan perilaku hidup bersih dan sehat (Depkes RI,
2012).

4
Sarcoptes scabiei menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela jari,
siku, selangkangan. Skabies banyak menyerang pada orang yang hidup dengan
kondisi personal hygiene di bawah standar atau buruk, sosial ekonomi rendah,
kepadatan penduduk, dan perkembangan demografik serta ekologik. Scabies dapat
diderita semua orang tanpa membedakan usia dan jenis kelamin, akan tetapi lebih
sering ditemukan pada anak-anak usia sekolah dan dewasa muda/remaja. Masa
inkubasi skabies 4-6 minggu. Penyakit skabies ditandai dengan gatal pada malam
hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang
tipis, hangat, dan lembab.
Untuk mendiagnosa skabies dengan menemukan tanda cardinal, seperti
adanya pruritus nocturnal yaitu gatal pada malam hari, adanya seluruh anggota
keluarga terkena infeksi tersebut atau mengeluhkan hal yang sama, adanya
terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau keabu-abuan dan pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel. Tempat predileksi yaitu pada lapisan
kulit yang tipis, seperti sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar,
lipatan ketiak, pinggang, punggung, pusar, dada termasuk daerah sekitar alat
kelamin, dan dapat menemukan tungau.
Ada beberapa cara untuk memastikan diagnosis kerja tujuannya untuk
menemukan tungau, pertama dapat mencari terowongan, yang kemudian pada
ujung-ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan
diletakkan di atas kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu dilihat dengan
mikroskop cahaya, cara lain dengan menyikat dengan sikat dan ditampung di atas
selembar kertas putih, kemudian dilihat dengan kaca pembesar, dapat pula dengan
membuat biopsi irisan, dan dengan biopsi eksisional dan diperiksakan dengan
pewarnaan H.E. Diagnosis banding pada skabies yaitu Prurigo Hebra, merupakan
peradangan kronis di kulit dimulai sejak bayi atau anak. Gejala pada prurigo
Hebra biasanya sangat gatal, terdiri atas papul-papul miliar berbentuk kubah
disertai vesikel kecil di puncaknya. Sedangkan pada skabies ditemukan sarcoptes
scabiei di bagian teratas epidermis yang mengalami akantosis penyebabnya belum
jelas. Namun dalam beberapa kasus terjadinya melalui mekanisme alergi
campuran tipe I dan IV sebagai reaksi gigitan serangga. Sedangkan pada skabies
disebabkan adanya tungau sarcoptes scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-

5
Eosin (H.E). Diagnosis banding lain yaitu Dermatitis Atopik, peradangan kulit
berupa dermatitis kronik residif yang disertai rasa gatal, dan mengenai bagian
tubuh tertentu lebih sering di fosa kubiti dan poplitea, fleksor pergelangan tangan,
kelopak mata, dan leher, dan tersebar simetrik. Lesi dermatitis cenderung menjadi
kronis disertai hyperkeratosis, hiperpigmentasi, ekskoriasi, krusta dan skuama.
Dan rasa gatal lebih hebat saat beristirahat, udara panas dan berkeringat.
Sedangkan pada skabies rasa gatal lebih hebat pada malam hari. pada dermatitis
atopik harus ada kulit yang gatal (tanda garukan), riwayat perubahan kulit/kering
di fosa kubiti, fosa poplitea, bagian anterior dorsum pedis, atau seputar leher,
riwayat asma atau hay fever pada anak, riwayat kulit kering sepanjang akhir
tahun. diagnosis banding lainnya pediculosis korporis, infeksi kulit disebabkan
oleh pedukulis humanis var corporis, biasanya ditemukan kelainan berupa bekas
garukan pada bada, gatal dan baru berkurang dengan digaruk.
Pada pengobatan skabies ada dua cara yaitu non medikamentosa dan
medikamentosa. Pada pengobatan non medikamentosa yaitu dengan menjelaskan
kepada psien mengenai penyakit dan cara penularannya, dan untuk
medikamentosa yang paling efektif adalah krim Permetrin 5% karena efek
toksisitasnya sangat rendah. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang
terabsorbsi dancepat dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin (Menaldi,
2017). Gamexan 1% untuk semua stadium kutu, mudah digunakan jarang adanya
iritasi kulit. Pemekaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh tubuh, dan dapat
diulang satu minggu, jika belum sembuh. Krotamiton 10% krim termasuk obat
pilihan karena selain memiliki efek anti-skabies juga bersifat anti gatal.
Ivermectin merupakan obat oral anti parasite yang struktur mirip antibiotik,
digunakan untuk penggobatan penyakit filaria terutama oncocerciasis dan
dilaporkan efektif untuk skabies, di luar negeri obat ini dianjurkan terutama pasien
yang resisten terhadap permethrin. Pemakaian dosis tunggal 200 ꭎg/kgBB selama
10-14 hari.
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada
individu yang immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu.
Investasi skabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi skabies,

6
jika diobati dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan
eksema akan sembuh.

KASUS

Seorang perempuan berusia 14 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan


Kelamin RSUD Aji Muhammad Parikesit Tenggarong diantar oleh orangtuanya
dengan keluhan gatal-gatal pada bagian tangan, pergelangan tangan, ketiak, kaki
bagian lutut bagian dalam dan di daerah selangkangan yang sudah dirasakan sejak
2 minggu ini. Awalnya hanya adanya bintik merah dan gatal di daerah sela jari
tangan, lalu bintik merah dan gatal menyebar di daerah pergelangan tangan dan
siku bagian dalam, namun semakin lama gatal dirasakan di daerah ketiak, kaki,
hingga di selangkangan terutama pada malam hari. Sebelumnya keluhan gatal ini
dialami oleh adik pasien selang kurang lebih satu bulan keluhan dirasakan oleh

7
pasien dan ibunya. Tidak ada riwayat alergi. Pasien sebelumnya belum ada
berobat ke dokter ataupun puskesmas
Dari pemeriksaan fisik, pasien dalam keadaan umum tampak sehat,
kesadaran komposmentis, nadi 85 kali/menit, frekuensi nafas 19 kali/menit. Pada
status dermatologis didapatkan Papul multiple milier diskret dan dengan adanya
krusta pada jari, daerah siku bagian dalam, dan pada lutut bagian dalam. Pasien di
diagnosa dengan skabies.

Gambar 1. Tampak papul eritem yang tersebar diskret, dengan


bercak putih disekitarnya pada sela jari

Gambar 2. Papul multiple milier disket dengan krusta di daerah lutut bagian dalam,
Gambar 3. Papul multiple milier diskret di daerah siku bagian dalam

8
Terapi non medikamentosa pada pasien ini berupa edukasi mengenai
penyakit dan cara penularannya. Terapi medikamentosa yang diberikan pada
pasien adalah tablet Klorfenirat maleat 1 x 4mg, salep Permetrin 5%

PEMBAHASAN

Pada pasien perempuan usia 14 tahun, didapatkan anamnesis dengan keluhan


utama gatal pada sela jari, lipatan siku, ketiak dan selangkangan sejak 2 minggu
ini. Awalnya hanya adanya bintik merah dan gatal di daerah sela jari tangan, lalu
bintik merah dan gatal menyebar di daerah pergelangan tangan dan siku bagian
dalam, namun semakin lama gatal dirasakan di daerah ketiak, kaki, hingga di
selangkangan terutama pada malam hari. Berdasarkan teori, gejala skabies gatal
pada malam hari dan tempat predileksi yaitu lipatan kulit yang tipis, hangat dan
lembab yaitu pada (sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, aerolla mamae, umbilikum, bokong, genitalia
eksterna, perut bagian belakang).
Sebelumnya keluhan gatal ini dialami oleh adik pasien selang kurang lebih
satu bulan keluhan dirasakan oleh pasien dan ibunya. Berdasarkan teori bahwa
skabies ini mengenai sekelompok orang misalnya dalam sebuah keluarga, ataupun
dalam perkampungan padat penduduk yang sebagian tetangganya berdekatan dan
masa inkubasi dari s.scabiei 4-6 minggu.

9
Pada pemeriksaan efloresensi tampak Papul multiple milier diskret dan
dengan adanya krusta pada jari, daerah siku bagian dalam, dan pada lutut bagian
dalam. Dimana dalam teori adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule,
ekskoriasi dan lain-lain).
Diagnosis pada pasien ini dapat ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan pada pasien ini dapat didiagnosis banding dengan
pedikulosis corposis, Dermatitis Atopik, Prurigo
Pada pedikulosis corposis didapatkan kelainan kulitnya berupa papul milier
disertai bekas garukan yang menyeluruh pada tubuh pasien, prurigo dapat di
diagnosis banding dengan skabies karena pada tanda klinisnya prurigo ditandai
dengan papul dengan vesikel kecil diatasnya, disertai rasa gatal, dan sering
mengenai anak anak. Dapat di diagnosis banding dengan dermatitis atopik karena
pada dermatitis gejala klinis berupa gatal yang hebat dan tempat predileksi di
fossa cubiti dan poplitea, fleksor pergelangan tangan dan lesi cenderung menjadi
kronis, disertai erosi, ekskoriasi, krusta, dan skuama
Penatalaksanaan Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah
dengan memberikan obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan
adalah Permetrin 5% krim dioleskan keseluruh tubuh pada malam hari selama 10
jam, satu kali dalam seminggu. Pada teori yang telah dikemukakan bahwa obat
topikal yang paling baik diberikan berupa permetrin 5% mengingat efektif pada
semua stadium scabies dan toksisitasnya yang rendah. Serta penggunaannya yang
mudah dan dapat diperoleh dengan mudah di apotek. Selain itu untuk mengurangi
gatal yang dialami pasien terutama pada malam hari juga diberikan obat
antihistamin yaitu Klorfenirat maleat 4 mg 1 kali sehari pada malam hari
Berbagai obat anti scabies, di antaranya yang paling efektif adalah krim
permetrin, obat pilihan lainnya adalah krotamiton (Menaldi, 2017). Permethrin
merupakan insektisida sintetik pyrethoid turunan dari chrysanthemums yang
mudah ditoleransi dan toksisitasnya rendah, sedikit diabsorbsi oleh kulit dan yang
terabsorbsi langsung dimetabolisme oleh tubuh. Aplikasi topikal lebih baik
efeknya dibanding dengan oral. Dari program pemberantasan skabies secara masal

10
pada suku Aborigin di Australia utara, menunjukkan bahwa permethrin dapat
menyembuhkan 90% penderita (Walton, et al, 2000). Pengobatan skabies selama 2
minggu dengan pemberian aplikasi ganda dari permethrin 2.5% cream sama
efektifnya dengan pemberian aplikasi tunggal Tenutex emulsion (Goldus, et al,
2013).
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila
diobati dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan
predisposisi, demikian juga sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan
pengobatan kepada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang
sama.Bila dalam perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat
maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia
merupakan host definitive dari Sarcoptes scabiei. Dengan memperhatikan
pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan
faktor predisposisi, antara lain hygiene, serta semua orang yang berkontak erat
dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini dapat diberantas dan prognosis
baik (Menaldi, 2017).

11
KESIMPULAN

skabies merupakan suatu penyakit kulit menular yang disebabkan oleh


infeksi tungau Sarcoptes scabiei. Infeksi tungau ini dapat menyebabkan gatal-
gatal yang sangat hebat. Skabies ditandai dengan lesi. Terdapat dua lesi pada
skabies yaitu lesi spesifik (liang atau terowongan) dan lesi nonspesifik (papula,
vesikel dan ekskoriasi). Tempat khas dari tubuh yang biasanya tekena skabies
adalah jari-jari, pergelangan tangan, lipatan aksila, perut, bokong, dan alat
kelamin pengobatan pada skabies paling efektif dengan Permetrin 5% krim
prognosis pada skabies baik bila diobati dengan benar dan juga menghindari
faktor pencetus dan predisposisi
pada kasus telah dilaporkan seorang perempuan berumur 14 tahun datang
ke rumah sakit dengan keluhan keluhan gatal-gatal pada bagian tangan,
pergelangan tangan, ketiak, kaki bagian lutut bagian dalam dan di daerah
selangkangan yang sudah dirasakan sejak 2 minggu ini. Pada status dermatologis
didapatkan papul multiple milier diskret dan dengan adanya krusta pada jari,
daerah siku bagian dalam, dan pada lutut bagian dalam. Pasien didiagnosis dengan
skabies. Terapi yang diberikan kepada pasien adalah krim permetrin 5% dan obat
antihistamin Klorfenirat maleat 4 mg 1 kali sehari pada malam hari.

12
DAFTAR PUSTAKA
Androphy, E., & Lowy, D. (2008). Warts in Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. New York: Mc Graw-Hill Companies.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2010). Parasite-Scabies.
from Centers for Disease Control and
Prevention:http://www.cdc.gov/parasites/scabies
Djuanda, Adhi. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Menaldi, S. L. (2017). Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.
Goldust, M, Rezaee, E, Raghifar, R, & Naghavi-Behzad, M. (2013). Comparison
of permethrin 2.5 % cream vs. Tenutex emulsion for the treatment of
scabies.Annual of Parasitology. 59 (1):31-35.
Siregar, R.S., (2005). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC
Walton, S, Myerscough, M, dan Currie, B. (2000). Studies in vitro on the relative
efficacy of current acaricides for Sarcoptes scabiei var. hominis. Trans R
Soc Trop Med Hyg. 94 (1):92-96.

13

Anda mungkin juga menyukai