Anda di halaman 1dari 67

Disusun Oleh:

dr. HASANAH

Pembimbing Puskesmas :
dr. NICA FATMAWATI

PROGRAM INTERSHIP DOKTER INDONESIA


SERUYAN
2018
•Menyatakan angka kejadian skabies pada tahun 2014 sebanyak 130 juta orang didunia2
•Tahun 2014 menurut Internasional Alliance for the Control Of Scabies (IACS) kejadian skabies
bervariasi mulai dari 0,3% menjadi 46%.
WHO

•prevalensi skabies di Indonesia sudah terjadi cukup penurunan dari tahun ke tahun terlihat dari
data prevalensi tahun 2008 sebesar 5,60% -12,96%, prevalensi tahun 2009 sebesar 4,9-12, 95 %
dan data terakhir yang didapat tercatat prevalensi skabies di Indonesia tahun 2013 yakni 3,9–6%.
Walaupun terjadi penuruan prevalensi namun dapat dikatakan bahwa Indonesia belum terbebas
Depkes RI dari penyakit skabies dan masih menjadi salah satu masalah penyakit menular di Indonesia 6

•pravalensi skabies sekitar 6%-27% populasi umum, menyerang semua ras dan kelompok umur
serta cenderung tinggi pada anak anak dan remaja
Negara
Berkembang
Kejadian Skabies pada Tahun 2015 juga
Penyakit skabies banyak dijumpai di berprevalensi tinggi di beberapa Negara
Indonesia, hal ini disebabkan karena di antaranya Mesir diperoleh (4,4%),
Indonesia merupakan Negara beriklim Nigeria (10,5%), Mali (4%), Malawi (0,7%),
tropis dan Kenya (8,3%). Insiden tertinggi
terdapat pada anak-anak dan remaja
1. Berapa prevalensi skabies pada santri di
Pondok Lembaga Kesejahteraan Sosial dan
Perlindungan Anak Al Mustaghfirin pada bulan
November 2018?
2.Bagaimana tingkat pengetahuan santri
tentang skabies di Pondok Lembaga
Kesejahteraan Sosial dan Perlindungan Anak Al
Mustaghfirin, pada bulan November 2018?
 Diketahuinya prevalensi skabies pada santri
di Pondok Lembaga Kesejahteraan Sosial dan
Perlindungan Anak Al Mustaghfirin bulan
November 2018
 Diketahuinya pengetahuan santri tentang
skabies di Pondok Lembaga Kesejahteraan
Sosial dan Perlindungan Anak Al Mustaghfirin
bulan November 2018
 Memberikan informasi dan edukasi kesehatan
bagi santri
 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
data awal bagi penelitian selanjutnya
mengenai skabies di lingkungan Ponpes
tersebut khususnya.
 Puskesmas Kuala Pembuang I merupakan puskesmas rawat jalan.
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Kuala Pembuang I
terletak di Kelurahan Kuala Pembuang II Kecamatan Seruyan Hilir
Kabupaten Seruyan, tepatnya di perbatasan desa yakni
perbatasan sebelah Barat dengan Desa Sungai Undang dan
sebelah Timur dengan Kelurahan Kuala Pembuang II. UPTD
Puskesmas Kuala Pembuang I memiliki luas wilayah kerja ±
1.881 km², Keadaan geografis dataran rendah 50% dan perairan
50%,
Pernyataan Visi
 “Mewujudkan Masyarakat Seruyan Hilir Yang Sehat”

Pernyataan Misi
 Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi
masyarakat seruyan hilir.
 Mewujudkan mutu pelayanan kesehatan melalui upaya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif yang komprehensif.
 Mewujudkan kwalitas sumber daya kesehatan yang profesional.

 Meningkatkan peran serta masyarakat / lintas sektor untuk hidup sehat dan
mandiri.
Pernyataan Motto
 “ SEMANGAT DALAM BEKERJA DAN BERKUALITAS DALAM PELAYANAN “

Pernyataan Tata Nilai : SEHAT


 S Sopan Santun
 E Efektif
 H Harmonis
 A Aman
 T Tanggung Jawab
3500 3187

3000

2500

2000

1500
1124
974 926
1000
422
331 328 263
500 235 230

0
 Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan
produknya pada tubuh
 Acarus scabiei atau pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes
scabiei termasuk filum Arthropoda , kelas
Arachnida , ordo Acarina, super famili
Sarcoptes
Prevalensi penyakit skabies di Indonesia
adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan
cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja

Di Indonesia, kasus skabies cukup tinggi ketika


zaman penjajahan Jepang berlangsung. Penduduk
kesulitan memperoleh makanan, pakaian dan sarana
pembersih tubuh pada saat itu, sehingga kasus
scabies cepat menular dari anak-anak hingga
dewasa. Sebanyak 915 dari 1008 (90,8%) orang
terserang skabies di Desa Sudimoro, Kecamatan
Turen, Malang

Perbandingan penderita laki-laki dan


perempuan adalah 83,7% : 18,3%
•(kontak kulit dengan kulit), misalnya
berjabat tangan, tidur bersama dan
Kontak
langsung
hubungan seksual

•(melalui benda), misalnya pakaian,


Kontak tidak handuk, sprei, bantal dan lain-lain
langsung
 sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang
buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan
perkembangan demografik serta ekologik.
Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S.
(Penyakit akibat Hubungan Seksual).
 disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies,
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan.
Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sellkreta dan eksreta tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi.
 kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta dan infeksi sekunder.
 Pruritus nokturna
 Penyakit ini menyerang manusia secara
kelompok
 Adanya terowongan (kanalikulus)
 Menemukan tungau
 Lokasi paling sering di sela-sela jari tangan, telapak
tangan,
 pergelangan tangan, siku, ketiak, daerah payudara,
sekitar pusar
 dan perut bagian bawah, sekitar kelamin dan pantat.
 Sedangkan pada bayi dan anak-anak dapat mengenai
wajah, selasela
 jari kaki dan telapak kaki.
 Pada pria bisa mengenai ujung kemaluan bahkan
sekujur kemaluan
 Sulfur 2,5-4% (salep), dioleskan 3-4 hari dan
dapat diulang 1 minggu kemudian.
 Benzilbenzoat 25%.
 Benzene hexachlorid
 Monosulfiran 25%
 Permethrin 5%, dll

 Antibiotika dapat dipakai jika ada infeksi


sekunder.
 Antihistamin jika gatal.
 Periksakan ke Puskesmas, dokter, dokter
spesialis kulit atau Rumah sakit setempat bila
menjumpai penyakit ini untuk mendapatkan
pengobatan.
 Cuci semua baju dan alas tidur (sprei atau
sejenisnya) dengan air panas.
 Mandi teratur dengan sabun.
 Apabila ada yang sakit Skabies (gudik),
periksakan semua anggota keluarga yang
kontak dengan penderita. Jika ternyata
menderita skabies, obati semuanya secara
serempak agar tidak terjadi penularan ulang.
 Bagi para guru atau Ustadz yang mendapati murid
atau santrinya sakit Skabies (gudik) hendaknya
menganjurkan kepada murid atau santrinya untuk
berobat secara serempak di Puskesmas terdekat atau
poliklinik Kulit Rumah Sakit setempat.
1. Tahu (know)
 Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (Comprehension )
 Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasi materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplic ation )
 Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
 Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen - komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tertentu, dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
 Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungklan bagian bagian
dalam bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation )
 Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden.
 Terdapat hubungan faktor Pengetahuan
dengan Angka Kejadian Scabies di Pondok
Lembaga Kesejahteraan Sosial dan
Perlindungan Anak Al Mustaghfirin Wilayah
Kerja Puskesmas Kuala Pembuang I Bulan
November 2018
 Rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian
observasional analitik.
 berdasarkan waktu pelaksanaan, penelitian ini
termasuk ke dalam kategori penelitian jenis
cross-sectional, dimana jenis penelitian ini
menekan waktu pengukuran/observasi data
variabel independen dan dependen hanya satu
kali pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut
 Populasi target : Seluruh santri di Kuala
Pembuang
 Populasi terjangkau :Seluruh santri di Pondok
Lembaga Kesejahteraan Sosial dan
Perlindungan Anak Al Mustaghfirin di wilayah
kerja Puskesmas Kuala Pembuang I
 menggunakan quota sampling, yaitu dengan
menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang
harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dan
populasi (khususnya yang tidak terhingga atau
tidak jelas) kemudian dengan patokan jumlah
tersebut peneliti mengambil sampel secara
sembarang asal memenuhi persyaratan sebagai
sampel dan populasi target.
 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 45 sampel yang diambil
berdasarkan jumlah anak yang hadir saat
pengumpulan data sampel dari 58 orang
anak yang ada di LKPSA Al Mustaghfirin.
1. Kriteria Inklusi
 Penderita Scabies
 Tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kuala
Pembuang I
 Bersedia menjadi responden penelitian
2. Kriteria Eksklusi
 Pasien sakit mendadak
 Meninggal dunia
 Tidak berada di tempat atau keluar kota
 Variabel Bebas (Independen) : Pengetahuan

 Variabel Terikat (dependen) : Kejadian Scabies


 Kuesioner digunakan untuk memperoleh data
primer berupa pengetahuan baik, cukup baik dan
kurang baik yang berhubungan dengan angka
terjadinya Scabies di LKPSA Al Mustaghririn
diwilayah Kerja Puskesmas Kuala Pembuang I.
 Pemeriksaan fisik berupa inspeksi untuk
mengamati penderita scabies di antara anak-
anak di LKPSA Al Mustaghririn diwilayah Kerja
Puskesmas Kuala Pembuang I.
 Mengajukan surat ijin penelitian kepada Kepala UPT
Puskesmas Kuala Pembuang I untuk mengeluarkan
surat ijin pengambilan data primer dan penelitian di
LKPSA Al Mustaghririn diwilayah kerja puskesmas
Kuala Pembuang I
 Mengajukan surat ijin dari Kepala UPT Puskesmas
Puskesmas Kuala Pembuang I kepada pengurus di
LKPSA Al Mustaghririn perihal ijin pengambilan data
primer dan penelitian diwilayah kerja puskesmas
Kuala Pembuang I
 Memberikan informed consent kepada subjek
penelitian untuk meminta ijin menggunakan data
subjek.
 Memberikan kuesioner
 Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara
dan kuesioner akan di olah pada aplikasi
Statistical Program for Social Science (SPSS 22)
for windows.
1. Tatalaksana data
 Editing
 Coding
 Entry
 Cleaning
 tabulating
 Analisis data
1. Analisis data univariat (deskriptif)
Analisis univariat meliputi analisis untuk setiap
variabel penelitian. Analisis ini untuk mengetahui
distribusi frekuensi dari skabies dan pengetahuan,
data univariat akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
 Analisis bivariat digunakan untuk menguji
adanya hubungan antara pengethuan terhadap
kejadian skabies di LKPSA Al Mustaghfirin
diwilayah kerja Puskesmas Kuala Pembuang I
yaitu dengan menggunakan uji statistik Chi
Square pada α= 0.05 atau 5% dengan bantuan
proses Statistical product and Service Solution
(SPSS) for windows.
 Tempat penelitian :Penelitian ini dilaksanakan
di LKPSA Al Mustaghfirin diwilayah kerja
Puskesmas Kuala Pembuang I
 Waktu penelitian :Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Oktober-November 2018
 Information for consent
 Informed consent (persetujuan menjadi
subjek)
 Confidentiality (kerahasiaan)
 Anonimity (tanpa nama)
Variabel Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Usia 12-15 tahun 17 38

16-18 tahun 28 62

Total 45 100

menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan usia


diketahui dari jumlah anak 45 orang responden di kisaran usia
12-15 tahun terdapat 17 anak (38%) dan pada usia 16-18 tahun
terdapat 28 anak (62%)
Variabel Kategori Jumlah (n) Presentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 23 52

Perempuan 22 48

Total 45 100

menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan


jenis kelamin diketahui dari jumlah anak 45 anak responden
terdapat 23 (52%) anak laki-laki dan 22 (48%) anak perempuan
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Pengetahuan Baik 14 31

Cukup baik 26 58

Kurang Baik 5 11

Total 45 100

menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan


pengetahuan diketahui dari jumlah anak 45 anak responden
terdapat 14 (31%) anak pengetahuan baik, 26 (58%) anak
responden dengan pengetahuan yang cukup baik dan 5 anak
(11%) responden dengan pengeatahuan yang kurang baik.
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Jumlah responden Skabies 26 58

Normal 19 42

Total 45 100

menggambarkan distribusi frekuensi Status Skabies responden di


LKPSA Al-Mustaghfirin di Wilayah kerja Puskesmas Kuala Pembuang
I dimana terdapat 26 anak (58%) menderita scabies dan 19 anak
(42%) tidak menderita scabies.
Variabel Kategori Jumlah (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin

Laki-laki Skabies 23 (52%) 23 (52%)

Perempuan 3 (6%) 22 (48%)

Total 26 (58%) 45 (100%)

Dari hasil analisis Gambaran Jenis Kelamin Terhadap Angka Kejadian


Skabies di LKPSA Al-Mustaghfirin di Wilayah Kerja Puskesmas Kuala
Pembuang I pada tabel diatas bahwa semua responden berjenis
kelamin laki-laki yang menderita scabies adalah sebanyak 23 (52%)
anak laki-laki, terdapat 3 (6%) anak responden perempuan yang
menderita scabies, dan sebanyak 19 (42%) anak responden
 Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh hasil
p = 0,049 karena nilai p-value 0,049 < 0,05,
artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan
responden dengan kejadian skabies di LKPSA Al-
Mustaghfirin. Tingkat pengetahuan tentang
kesehatan lingkungan yang kurang baik mempunyai
risiko terhadap penyakit skabies, dibandingkan
dengan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
yang baik.
 Berdasarkan data yang diperoleh, dari 45 responden
terdapat penderita skabies sebanyak 26 anak (58%)
dan 19 anak (42%) yang tidak menderita skabies.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik semua
responden berjenis laki-laki yang menderita skabies
adalah sebanyak 23 anak (52%), terdapat 3 responden
perempuan (6%) yang menderita skabies dan 19
responden (42%) yang berjenis perempuan tidak
menderita skabies.
 Pengetahuan responden mengenai skabies berdasarkan
kuesioner dan data yang dikumpulkan, sebanyak 45
responden dengan 14 responden (31%) adalah dengan
pengetahuan baik mengenai skabies, 26 responden (58%)
dengan pengetahuan kurang baik dan pengetahuan kurang
baik hanya 5 responden (11%). Pengetahuan juga
merupakan faktor yang turut berperan dalam
berkembangnya penyakit skabies. Apabila pengetahuan
kurang, tentu saja seseorang tidak dapat melakukan
tindakan preventif agar tidak terkena skabies.
 Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara pengetahuan dengan kejadian skabies di LKPSA Al-
Mustaghfirin (p = 0,49). Pengetahuan sangat berpengaruh
terhadap terjadinya skabies, penelitian ini sesuai hasil penelitian
Andayani (2005) bahwa 15 responden (30%) berpengetahuan
jelek (kurang baik). Pengetahuan tentang skabies sangat
mempengaruhi kejadian skabies karena pengetahuan
merupakan sumber yang sangat penting untuk terbentuknya
suatu tindakan seseorang.
 pengetahuan kurang baik yaitu sebesar 4 orang
(80,0%), serta yang menderita skabies dengan
pengetahuan cukup baik sebesar 11 orang
(42,3%) dan yang menderita skabies dengan
pengetahuan baik yaitu sebesar 11 orang
(78,6%). Hal ini menunjukkan bahwa subjek
kurang memahami tentang cara pencegahan,
sumber penularan dan penyebab skabies.
 Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam

pelaksanaan dan pengumpulan data seperti

sulitnya mengumpulkan pasien yang akan

menjadi responden.
 Total responden sebanyak 45 anak, berusia 12-
18 tahun dengan usia terbanyak adalah 16 tahun.
 Responden yang menderita penyakit skabies
sebesar 58% dari total responden.
 Responden yang memiliki pengetahuan kurang
baik sebesar 11%.
 Adanya hubungan pengetahuan dengan kejadian
Scabies di LKPSA Al-Mustaghfirin dengan (p =
0,49)
 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak-
anak di LKPSA Al-Mustaghfirin mengenai penyakit
skabies, baik tanda dan gejalanya, pengobatan serta
pencegahannya dengan cara penyuluhan.
 Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala di
lingkungan LKPSA Al-Mustaghfirin serta pesantren
lain di wilayah kerja Puskesmas Kuala Pembuang I
 Mengadakan penelitian lebih lanjut tentang skabies di
pesantren lainnya yang berada di wilayah Puskesmas
Kuala Pembuang I.
 Siswono. 2008. Pedoman Umum Pemberantasan Penyakit Lingkungan. Jakarta. Departemen
Kesehatan RI.
 WHO. 2009. Epidemiology and management of common skin disease in children indeveloping
countries. (serial di internet). (http://www.who.int/bulletin/volumes/87/2/07-
047308/en/edit, diakses 5 November 2018)
 IACS.2014.Skabies.http;//www.controlscabies.org/about-scabies/.Tanggal 20 oktober 2018.
 Sungkar,s. 2011. Parasitologi kedokteran. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
 Notoatmojo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
 Prawira,Y. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies pada santri di
pondok pesantren Al-Makmur Tungkar. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
 Putri, A. 2011. Hubungan Higiene Perseorangan, Sanitasi Lingkungan Dan Status Gizi Terhadap
Kejadian Skabies Pada Anak (Studi Kasus Di Sekolah Dasar Negeri 3 Ngablak, Magelang).
Magelang : Universitas Diponegoro.
 Rohmawati, R.N. 2010. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan Dan Perilaku Dengan Kejadian
Skabies Pada Santri Di Pondok Pesantren Al- Muayyad Surakarta. Skripsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
 Puskesmas Kuala Pembuang I . 2018. Propil Puskesmas. Seruyan.
 Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
 Nafi, D. dkk. 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren, Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.
 Pratikya A.W. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
Rajawali Pers. Skabies Di Pondok Pesantren Al- Kautsa.Pekanbaru.jom .2(1):629-637.
 Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
 Djuanda. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Kelima, Cetakan Kedua. Jakarta : FKUI

Anda mungkin juga menyukai