Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan suatu penyakit dengan prevalensi cukup tinggi

di dunia. Kanker sebagai salah satu penyebab utama kematian di Negara-

negara yang kurang berkembang, dengan angka kematian sebanyak 8,2

juta orang pada tahun 2012 (Kusmiyati, 2013).

Kanker payudara adalah segolongan penyakit sebagai akibat

pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh pada payudara yang

bila tidak cepat ditangani dan diobati akan menyebabkan kematian

(Petandianan et al., 2015).

Kanker payudara atau carsinoma mammae adalah pertumbuhan sel

yang tidak dapat dikendalikan oleh kelenjar-kelenjar penghasil air susu

(lobular), saluran kelenjar dari lobular ke puting payudara (duktus), dan

jaringan penunjang payudara yang mengelilingi lobular, duktus, pembuluh

darah dan pembuluh limfe, tetapi tidak termasuk kulit (American Cancer

Society, 2014). Kanker payudara (carsinoma mammae) merupakan suatu

kondisi dimana penyakit ini sel nya telah kehilangan pengendalian dan

mekanisme normalnya, sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan yang

tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan

payudara (Sinaga & Ardayani, 2016).

1
2

Menurut WHO (2012) kejadian kanker payudara sebanyak

1.677.000 kasus. Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun

2014, jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap yang mengidap kanker

payudara berjumlah 12.014 orang (28,7%).

Di Indonesia, masalah kanker payudara menjadi lebih besar karena

lebih dari 70% penderita datang ke dokter pada stadium lanjut. Banyak

cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker payudara. Pemeriksaan

awal atau deteksi dini terhadap adanya gejala kanker payudara sangat

penting dilakukan (Putra, 2015).

Angka kejadian kanker payudara di Indonesia diperkirakan

terdapat 61.682 orang menderita kanker payudara. Resiko kanker payudara

meningkat sesuai bertambahnya usia bahkan usia muda tidak menjamin

aman dari kanker payudara. Setiap tahun lebih dari 185.000 wanita

didiagnosa menderita kanker payudara. Angka kejadian kanker payudara

di Provinsi Banten sebesar 2.252 kasus (Riskesdas, 2013).

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan deteksi dini

kanker payudara yang paling mudah dibanding dengan yang lain yaitu

pemeriksaan payudara oleh tenaga kesehatan dan pemeriksaan

mammografi. Umumnya, kanker payudara terdeteksi pertama kali oleh

penderitanya sendiri. Untuk itu, agar kanker tersebut dapat dideteksi lebih

awal, pemeriksaan payudara sendiri perlu dilakukan secara rutin setiap

bulan oleh para wanita, baik wanita yang beresiko tinggi maupun wanita

tanpa resiko. Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30
3

%. Sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara mencapai 26

%. Deteksi dini ini dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan payudara

sendiri, breast imaging dan pengujian mammografi.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah dibahas pada latar belakang diatas, maka

peneliti merumuskan sebagai berikut :

Hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara

dengan perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) di SMK X

Tahun 2019

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan remaja putri

tentang kanker payudara dengan perilaku SADARI (Pemeriksaan

Payudara Sendiri) di SMK X Tahun 2019

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri di SMK X

tentang kanker payudara

1.3.2.2 Untuk mengetahui perilaku SADARI remaja putri di

SMK X
4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi

Sebagai masukan dalam memberi informasi dan pengembangan

serta menambah referensi tentang penyakit kanker payudara dan

cara mendeteksi dini dengan cara SADARI

1.4.2 Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat merubah wawasan pengetahuan

remaja putri tentang penyakit kanker payudara dan cara mendeteksi

dini dengan cara SADARI sehingga dapat menerapkan dalam

kehidupan sehari-hari

1.4.3 Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan kanker payudara dan cara

mendeteksi dini dengan cara SADARI sehingga dapat menerapkan

dalam kehidupan sehari-hari

1.5 Keaslian Penelitian

1) Anugrah Dian Wardhani, Lintang Dian Saraswati dan Mateus

Sakundarno Adi (2017) dengan judul “Gambaran Pengetahuan

Remaja Putri Tentang SADARI dan Praktik Pemeriksaan Payudara

Sendiri”. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Deskritif

Analisis dengan rancangan Cross Sectional. Didapatkan hasil yang

memiliki tingkat pengetahuan mengenai SADARI yang cukup tahu

sebanyak 67,31%, yang memiliki tingkat pengetahuan tentang


5

SADARI yang tergolong tahu sebanyak 17,31% dan 15,38%

responden memiliki tingkat pengetahuan tentang SADARI yang

tergolong tidak tahu. Dan hasil penelitian pemeriksaan payudara

yang sering sebanyak 59,62% dan sisanya sebanyak 40,38%

responden tergolong memiliki intensitas pelaksanaan pemeriksaan

payudara yang jarang.

2) Ayu Pratiwi dan Kusumawati Pawellai (2018) denga judul

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Mengenai Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI) Terhadap Nilai Pengetahuan dan Sikap Remaja

Putri Di Pondok Pesantren Modern Daarul Muttaqien Tangerang

Tahun 2017”. Hasil penelitian yang dilakukan di Pondok Daarul

Muttaqien, Kabupaten Tangerang tahun 2017 terhadap 112

responden didapatkan hasil pengetahuan sebelum diberikan

pendidikan kesehtaan sebagian besar dalam kategoti cukup yaitu

50 responden dengan nilai rata-rata 10,65 dan dapat disimpulkan

bahwa hanya sekitar 44% responden yang bisa menjawab lembar

kuesioner. Sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebagian besar

sikap responden dalam kategori negatif yaitu sebesar 83 reponden

(93,8%) menunjukkan bahwa sikap responden dengan SADARI

masih rendah. Hasil penelitian uji statistik diperoleh nilai Sig dari

kedua variabel yaitu 0,001 dan dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh pendidikan kesehatan mengenai pengetahuan dan sikap


6

remaja putri di Pondok Pesantren Modern Daarul Muttaqien

Tangerang (Sig 0,001 < 0,05).

3) Reni Puspita Sari (2017) dengan judul “Hubungan Pengetahuan

Dengan Perilaku SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker

Payudara”. Desain penelitian yang digunakan adalah

Observasional Analitik dengan pendekatan Cross Sectional.

Pengambilan sampel dilakukan dengan total sample yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjadi 67 orang dari

populasi 69 orang. Dari hasil penelitian diperoleh distribusi

perilaku meliputi perilaku SADARI yang baik berjumlah 12

responden (17,9%), perilaku SADARI cukup baik berjumlah 45

responden (67,2%) dan perilaku SADARI kurang baik berjumlah

10 responden (14,9%).

4) Rizka Angrainy (2017) dengan judul “Hubungan Pengetahuan,

Sikap Tentang SADARI Dalam Mendeteksi Dini Kanker Payudara

Pada Remaja”. Jenis penelitian ini adalah penelitian Analitik

Kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross sectional. Sampel

dalam penelitian ini berjumlah 50 siswa dengan teknik

pengambilan sampel secara Purposive Sampling dengan

menggunakan Kuisioner. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa

ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan SADARI

sebanyak 32 responden (64%) yang memiliki pengetahuan kurang.


7

Dan didapatkan hasil bahwa ada hubungan sikap dengan

pelaksanaan SADARI sebanyak 31 responden (62%).

5) Susi Adelia, Darwis & Hasanuddin (2018) dengan judul

“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan SADARI Dalam

Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi DIII

Farmasi Angkatan 2017 StiKes Nani Hasanuddin Makassar”. Jenis

penelitian ini adalah penelitian dengan cara melakukan wawancara.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 84 responden dengan

jumlah sampel sebanyak 77 responden. Berdasarkan hasil

penelitian dari 77 responden (100%) diperoleh data bahwa

mahasiswi dengan pengetahuan cukup sebanyak 21 orang (27,3%)

dan dari 21 orang yang rutin melakukan SADARI sebanyak 16

orang (20,8%) dan 5 orang (6,5%) mahasiswi yang tidak rutin

melakukan SADARI. Sedangkan mahasiswi dengan pengetahuan

kurang sebanyak 56 orang (72,7%) dan dari 56 orang yang rutin

melakukan SADARI sebanyak 14 orang (18,2%) dan sebanyak 42

orang (54,5%) mahasiswi yang tidak rutin melakukan SADARI.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan

sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

2.1.2 Sumber-sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar

yaitu bersumber pada daya indrawi dan budi (intelektual)

manusia. Pengetahuan indrawi dimiliki oleh manusia melalui

kemampuan indranya tetapi bersifat relasional. Pengetahuan

diperoleh manusia juga karena ia juga mengandung kekuatan

psikis, daya indra memiliki kemampuan menghubungkan hal-hal

konkret material dalam ketunggalannya. Pengetahuan indrawi

bersifat parsial disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan

8
9

tiap indra. Pengetahuan intelektual adalah pengetahuan yang

hanya dicapai oleh manusia, melalui rasio intelegensia.

Pengetahuan intelektual mampu mennagkap bentuk atau kodrat

objek dan tetap menyimpan nya di dalam dirinya (Wawan &

Dewi, 2011).

2.1.3 Tingkat Pengetahuan

Menurut Wawan & Dewi (2011) pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu mengingat

suatu materi yang telak dipelajari sebelumnya. Termasuk

ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,


10

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan

sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui

dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar.

Orang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap suatau objek yang

dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

ataupun kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menyatakan materi atau suatau objek kedalam komponen-

komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.


11

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain yaitu :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka

dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin

tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula

pengetahuan yang dimilikinya.


12

Sebaliknya, jika perkembangan sikap seseorang

terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung.

3. Umur

Bertamahnya umur seseorang akan menyebabkan

terjadinya peruabahan pada aspek psikis dan psikologis

(mental). Pertumbuhan fisik secara garis beras ada empat

kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan

proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri

baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.

4. Minat

Minat merupakan suatu kecendurungan atau

keinganan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan

seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada

akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah

dialami seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang


13

kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan,

namun jika pengalaman terhadap objek tersebut

menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan

yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap

positif.

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya

untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat

mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk

selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan

yang baru.

2.2 Remaja

2.2.1 Definisi Remaja

Remaja adalah masa transisi dari masa anak ke dewasa,

yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral

dan agama. Remaja adalah suatu masa dimana individu

berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola


14

indentifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, serta terjadi

peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relatif mandiri. (Sarwono, 2011)

2.2.2 Tahap-tahap Perkembangan Remaja

Menurut Widyastuti dkk (2012) dibagi menjadi tiga

periode, yaitu :

1. Masa remaja awal (10-13 tahun), ciri khasnya adalah :

a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman

sebaya

b) Tampak dan merasa ingin bebas

c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan

mulai berpikir abstrak

2. Masa remaja tengah (14-16 tahun), ciri khasnya adalah :

a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada

lawan jenis

c) Timbulnya keinginan untuk kencan

d) Punya rasa cinta yang mendalam

e) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) semakin

berkembang

f) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

seksual
15

3. Masa remaja akhir (17-19 tahun), ciri khasnya adalah :

a) Pengungkapan kebebasan diri

b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap

dirinya

d) Dapat mewujudkan perasaan cinta

e) Memiliki kemampuan berpikir abstrak

2.3 Kanker Payudara

2.3.1 Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor (kanker) ganas yang

bermula dari sel-sel payudara. Kebanyakan kanker payudara

bermula dalam sel-sel yang adapada pembuluh-pembuluh atau

duct (kanker duktal), meski sebagian juga bermula pada lobula-

lobula (kanker lobula), dan sejumlah kecil bermula pada jaringan-

jaringan yang lain (Zaviera, 2011).

Kanker payudara merupakan pertumbuhan sel payudara

yang tidak terkontrol karena perubahan abnormal dari gen yang

bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel. Secara

normal, sel payudara tua akan mati dan digantikan oleh sel baru

yang lebih ampuh, regenerasi sel ini berguna untuk

mempertahankan fungsi payudara (Sitiatava, 2015).


16

2.3.2 Faktor-faktor Risiko Kanker Payudara

Menurut Astrid (2015) ada beberapa faktor risiko yang

dapat menyebabkan kanker payudara, yaitu :

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

a. Gender

Faktor risiko utama kanker payudara adalah wanita.

Tetapi pria juga bisa menderita kanker payudara, tetapi

penyakit ini sekitar 100 kali lebih umum dialami

wanita daripada pria. Mungkin penyebab nya karena

pria memiliki lebih sedikit hormon estrogen dan

progesteron yang menjadi pemicu tumbuhnya sel

kanker.

b. Usia

Semakin tua usia seorang wanita, semakin tinggi

risiko ia menderita kanker payudara. Lebih dari 80%

kanker payudara terjadi pada wanita berusia 50 tahun

ke atas dan telah mengalami menopause. Hanya

sekitar 1 dari 8 kasus kanker payudara invasif

(menyebar) ditemukan pada wanita berusia dibawah

45 tahun.
17

c. Genetik

Wanita yang memiliki one degree relatives

(keturunan di atas nya) yang menderita/ pernah

menderita kanker payudara memiliki risiko kanker

payudara yang lebih tinggi. Sekitar 5-10% kasus

kanker payudara diturunkan.

d. Riwayat Kanker Payudara Dari Keluarga

Risiko kanker payudara lebih tinggi pada wanita

yang memiliki kerabat dekat sedarah yang juga

menderita penyakit ini. Memiliki hubungan darah satu

tingkat pertama (ibu, saudara wanita, atau anak

wanita) yang menderita kanker payudara,

meningkatkan risiko sekitar dua kali lipat. Memiliki

hubungan darah dua tingkat pertama (nenek dan bibi)

meningkatkan risikonya menjadi sekitar tiga kali lipat.

Secara keseluruhan, hanya 15% wanita penderita

kanker payudara memiliki anggota keluarga dengan

penyakit ini.

e. Riwayat Pribadi Kanker Payudara

Dibandingkan dengan mereka yang sama sekali

tidak memiliki riwayat penyakit ini, wanita yang

pernah menderita kanker payudara cenderung

mengalami penyakit ini lagi suatu saat. Seorang wanita


18

dengan kanker pada satu payudara memiliki 3-4 kali

lipat peningkatan risiko mengembangkan kanker baru

pada payudara sebelahnya atau di bagian lain dari

payudara yang sama.

f. Riwayat Tumor

Wanita yang menderita tumor jinak (benign)

mungkin memiliki risiko kanker payudara.

g. Ras dan Etnis

Secara umum, wanita ras kulit putih (kaukasia)

memiliki risiko sedikit lebih tinggi menderita kanker

payudara dibandingkan wanita dari ras Afrika, Asia

dan Hispanik (Amerika Latin). Namun wanita dari ras

Afrika, Asia dan Hispanik yang menderita kanker ini

memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.

h. Paparan Hormon Estrogen

Produksi ini turun secara drastis ketika wanita

memasuki menopause. Wanita yang mulai mengalami

menstruasi dini (menarche) di usia yang sangat muda

atau memasuki masa menopause lebih lambat daripada

umumnya memiliki risiko lebih tinggi menderita

kanker payudara. Ini karena tubuh lebih lama terpapar

hormon estrogen.

i. Paparan Radiasi
19

Bekerja dengan peralatan sinar X dan sinar Gamma

bisa jadi meningkatkan risiko seorang wanita

menderita kanker payudara, meskipun sangat kecil

kemungkinannya. Selain itu, wanita yang pernah

terpapar radiasi dibagian dada (sebagai salah satu

terapi kanker yang dideritanya saat anak-anak/remaja)

juga berisiko menderita kanker payudara. Risiko

tertinggi kanker payudara terjadi jika radiasi diberikan

selama masa remaja, ketika payudara masih

berkembang. Pengobatan radiasi setelah usia 40 tidak

meningkatkan risiko kanker payudara.

j. Paparan Dietilstilbestrol

Pada tahun 1940-an hingga tahun 1960-an, ada

banyak wanita hamil yang diberi obat diethylstilbestrol

(DES). Obat ini dianggap dapat menguatkan rahim dan

menurunkan peluang keguguran. Beberapa tahun

kemudian, penelitian menunjukkan bahwa wanita-

wanita yang mendapatkan obat tersebut memiliki

peningkatan risiko terkena kanker payudara, walaupun

tidak terlalu tinggi. Wanita yang ibunya pernah

mengkonsumsi obat DES selama kehamilannya juga

mungkin memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena

kanker payudara.
20

2. Faktor risiko yang berkaitan dengan pilihan dan gaya hidup

a. Tidak Punya anak/ Tidak Menyusui

Wanita yang tidak pernah mempunyai anak dan

tidak pernah menyusui memiliki risiko lebih tinggi

terkena kanker payudara. Pasalnya masa menyusui

secara aktif menjadi periode bebas kanker dan

memperlancar sirkulasi hormonal. Pada masa

menyusui, peran hormon estrogen menurun dan

didominasi oleh hormon prolaktin.

b. Tidak Menikah/Berhubungan Seks

Wanita yang tidak menikah (tidak berhubungan

seks) atau wanita menikah yang jarang berhubungan

seksual juga berisiko tinggi terkena kanker payudara.

Apalagi secara genetis memiliki keluarga sedarah yang

pernah menderita kanker. Tingkat keseringan seorang

wanita melakukan hubungan seksual mempengaruhi

kelancaran sirkulasi hormonal.

c. Kehamilan Pertama Setelah Berumur 30 Tahun

Wanita yang memiliki anak pertama diusia 30 tahun

keatas memiliki risiko tinggi menderita kanker

payudara. Risiko ini meningkat sebanyak 3% setiap

kali ia bertambah usia. Semakin tua usia wanita saat


21

hamil dan melahirkan, semakin tinggi risikonya

menderita kanker payudara.

d. Kontrasepsi Hormonal

KB suntik yang diberikan setiap 3 bulan juga

diketahui memberikan efek terhadap risiko kanker

payudara. Wanita yang menggunakan KB suntik

cenderung memiliki peningkatan risiko kanker

payudara. Akan tetapi, risikonya menurun jika ia

berhenti menggunakan KB suntik lebih dari 5 tahun.

e. Obesitas

Wanita yang mengalami obesitas atau kelebihan

berat badan setelah memasuki masa menopause

memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker

payudara. Wanita menopause yang mengalami

obesitas memiliki tingkat estrogen yang jauh lebih

tinggi daripada seharusnya, dimana hal itu dianggap

menjadi peningkatan risiko kanker payudara.

Selain itu, wanita yang kelebihan berat badan

cenderung memiliki kadar insulin darah yang lebih

tinggi. Tingkat insulin yang lebih tinggi dikaitkan

dengan beberapa jenis kanker, termasuk kanker

payudara. Akan tetapi, kaitan antara berat badan dan


22

risiko kanker payudara sangat kompleks. Sebagai

contoh, wanita yang obesitas saat dewasa, risiko

kanker payudara meningkat. Namun, jika kelebihan

berat badan sudah di alami sejak kecil, risiko nya

cenderung menurun.

f. Konsumsi Alkohol

Semakin sering seorang wanita mengkonsumsi

alkohol semakin tinggi risiko ia menderita kanker

payudara. Wanita yang mengkonsumsi satu gelas

minuman beralkohol sehari memiliki peningkatan

risiko yang sangat kecil. Mereka yang minum 2-5

gelas setiap hari memiliki risiko sekitar 1 ½ kali

dibandingkan wanita yang tidak minum alkohol.

Konsumsi alkohol yang berlebihan juga diketahui

meningkatkan risiko mengembangkan beberapa jenis

kanker lainnya. Oleh karena itu, jika seorang wanita

harus minum alkohol, sebaiknya dibatasi dan tidak

lebih dari satu gelas sehari.

g. Asap Tembakau

Asap rokok dapat meningkatkan risiko kanker

payudara. Asap rokok juga mengandung bahan kimia

dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkan kanker

payudara. Bahan kimia dalam asap tembakau


23

mencapai jaringan payudara dan ditemukan dalam

ASI. Asap rokok juga dapat memiliki efek yang

berbeda terhadap risiko kanker payudara pada perokok

dan mereka yang hanya terpapar asap rokok.

Pada tahun 2005 sebuah laporan dari California

Environmental Protection Agency, sebuah institusi

kesehatan di Amerika, menyimpulkan bahwa bukti

tentang asap rokok dan kanker payudara sangat jelas

terjadi pada wanita muda, terutama mereka yang

berada pada rentang usia premenopause. Dalam kasus

apa pun, kanker payudara bisa menjadi salah satu

alasan kuat untuk menghindari asap rokok.

h. Terapi Hormon Setelah Menopause

Terapi penggantian hormon setelah menopause

telah digunakan selama bertahun-tahun untuk

membantu meringankan gejala menopause dan

membantu mencegah osteoporosis (penipisan tulang).

Ada dua jenis terapi hormon, yaitu yang menggunakan

hormon estrogen dan ada yang menggunakan

kombinasi estrogen-progesteron. Bagi wanita yang

masih memiliki rahim, dokter biasanya meresepkan

estrogen dan progesteron (dikenal sebagai terapi

hormon kombinasi). Bagi wanita yang tidak lagi


24

memiliki rahim (misalnya yang pernah menjalani

pengangkatan rahim), biasanya hanya menggunakan

estrogen saja.

Penelitian menunjukkan bahwa menggunakan terapi

hormon, baik hormon estrogen saja maupun hormon

kombinasi, setelah menopause dapat meningkatkan

risiko terkena kanker payudara dan juga kemungkinan

kematian akibat kanker payudara. Meskipun begitu,

kondisi setiap wanita berbeda sehingga peningkatan

risiko kanker payudara akibat terapi hormon setelah

menopause tidak selalu tinggi pada setiap orang.

2.3.3 Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Menurut Hamid (2014) teradapat tanda dan gejala kanker

payudara, yaitu :

1. Adanya benjolan pada payudara yang bisa diraba

Umumnya, benjolan ini tidak terasa nyeri. Awalnya,

benjolan ini kecil akan tetapi semakin lama benjolannya akan

semakin besar dan melekat pada kulit. Hal ini juga

menimbulkan perubahan pada kulit dan puting payudara.

2. Erosi/Eksema puting susu

Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi),

berwarna merah muda atau kecoklatan, sampai menjadi

oedema sehingga kulit payudara tampak seperti kulit jeruk


25

(peau d’orange), mengkerut dan timbul borok. Borok tersebut

semakin lama akan semakin melebar dan dalam sehingga bisa

menghancurkan seluruh bagian payudara, berbau busuk dan

mudah berdarah.

3. Perubahan bentuk dan ukuran payudara

4. Adanya luka di sekitar puting susu dan sekitarnya yang sukar

sembuh

5. Keluarnya cairan berupa darah atau nanah berwarna kuning

sampai kehijauan dari puting susu (nipple discharge) secara

spontan

6. Perubahan pada puting susu seperti gatal, terasa terbakar dan

tertarik ke dalam (retraksi)

7. Adanya kerutan-kerutan (seperti jeruk purut) pada kulit

payudara

8. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat

badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit

2.3.4 Pencegahan Kanker Payudara

Menurut Hamid (2014), ada beberapa tindakan pencegahan

lain yang bisa kita lakukan untuk memperkecil risiko terkena

kanker payudara. Tindakan-tindakan tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Mengkonsumsi buah dan sayur yang berwarna kuning atau

hijau. Buah dan sayur ini banyak sekali mengandung


26

vitamin, seperti beta karoten, vitamin C, mineral, klorofil

dan fitonutrien lainnya yang bisa melindungi tubuh dari

serangan kanker

b. Mengurangi makanan yang mengandung lemak. Makanan

yang mengandung lemak tinggi terbukti memiliki

pengaruh terhadap beberapa jenis kanker

c. Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat. Sebab,

serat akan menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan

lemak, yang kemudian dibawa keluar melalui feses

d. Mengkonsumsi olahan kedelai, misalnya tahu dan tempe.

Kandungan flavonoid pada kedelai dipercaya bisa

mencegah terjadinya kanker. Selain itu, kandungan

genestin di dalamnya juga memiliki fungsi sebagai

estrogen nabati (Fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan

menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran

kelenjar susu dan menghalangi estrogen asli untuk

menempel pada saluran susu yang akan merangsang

tumbuhnya sel kanker

e. Menghindari alkohol dan rokok

f. Mengontrol berat badan dengan diet seimbang dan

olahraga

g. Menghindari stress
27

h. Menggunakan obat atau alat kontrasepsi yang

mengandung hormon harus dengan petunjuk dokter

i. Menyusui bayi selama mungkin atau sampai sekitar 2

tahun

Selain tindakan pencegahan diatas, setiap wanita juga bisa

melakukan pemeriksaan mandiri untuk mengetahui adanya

perubahan pada payudara nya.

2.3.5 Pemeriksaan Secara Dini (SADARI)

Para ahli kesehatan dan juga para penggiat Breast Cancer

Awareness sangat menyarankan agar wanita melakukan

pemeriksaan payudara sendiri, karena mereka lah yang paling

mengenal struktur payudara nya sendiri. Jika ada benjolan atau

perubahan tidak normal lainnya pada payudara, maka mudah

untuk langsung meyadarinya.

Saat yang paling tepat untuk melaukan pemeriksaan ini

adalah pada hari ke 5-7 setelah menstruasi, saat payudara tidak

mengeras, membesar atau nyeri lagi. Bagi wanita yang telah

memasuki menopause atau tidak menstruasi lagi, SADARI dapat

dilakukan kapan saja. Lakukan pemeriksaan ini satu bulan sekali,

setiap awal atau akhir bulan.


28

Langkah-langkah SADARI

1. Didepan Cermin

Mulailah pemeriksaan dengan mengamati bentuk payudara

di depan cermin. Pastikan bahu lurus sejajar dan letakkan

tangan di pinggang dalam keadaan rileks. Perhatikan bentuk,

ukuran dan warna payudara. Kelainan yang mungkin

ditemukan seperti kerutan kulit, benjolan, lekukan, posisi

puting yang tidak normal, struktur kulit yang tidak normal

(merah, kasar dan berkerut), atau rasa nyeri. Angkatlah kedua

lengan untuk melihat payudara. Lihatlah apakah kedua

payudara terangkat bersama-sama.

2. Saat Mandi

Dengan menggunakan ujung jari, tekan perlahan

permukaan payudara dan rasakan apakah ada benjolan.

Rabalah sesuai dengan pola melingkar berikut : dari atas ke

bawah dan dari tengah ke samping sampai area ketiak.

Lakukan langkah ini pada kedua payudara. Selain pola

melingkar, kita jiga bisa melakukan pola diagonal.

3. Ketika Berbaring

Selain dengan berdiri, pemeriksaan payudara sendiri juga

dapat dilakukan dalam keadaan berbaring. Ganjal lah separuh

punggung pada sisi payudara yang akan diperiksa dengan

bantal. Taruh lah tangan anda dibelakang kepala. Lalu


29

gunakan ujung jari tangan yang berlawanan untuk memeriksa.

Gunakan tekanan ringan dan lembut untuk melakukan

pemeriksaan dengan gerakan melingkar. Kemudian peras

puting secara perlahan dan lihatlah apakah ada cairan

berwarna putih atau kekuningan atau bahkan darah dari putih.

2.4 Perilaku

2.4.1 Definisi Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan

atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respons

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)

(Notoatmodjo, 2010).

Perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus ->

Organisme -> Respond, sehingg teori oleh Skiner ini disebut teori

“S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons).
30

2.4.2 Klasifikasi Perilaku

Notoatmodjo (2010) mengklasifikasikan perilaku menjadi 2

yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka

(overt behavior).

Klasifikasi perilaku yang pertama adalah perilaku tertutup

(covert behavior), respons seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi

pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang

yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara

jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau

unsobservable behavior, misalnya seorang ibu hamil tahu penting

nya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS

dapat menular melalui hubungan seks dan sebagainya. Bentuk

perilaku tertutup lainnya adalah sikap yakni penilaian terhadap

objek.

Klasifikasi perilaku kedua adalah perilaku terbuka (overt

behavior), respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata dan terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan

mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu

disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktik misalnya ibu

memeriksakan kehamilannya atau ibu membawa anaknya ke


31

Puskesmas untuk di imunisasi, penderita TB paru minum obat

secara teratur dan sebagainya.

2.5 Kerangka Teori

Tabel 2.5

Kerangka Teori

Pengetahuan :
Perilaku :
 Tahu
 Tertutup (Covert
 Memahami
Behavior)
 Aplikasi
 Terbuka (Overt
 Sintesis
Behavior)
 Evaluasi

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

pengetahuan :

 Umur

 Pendidikan

 Informasi

 Minat

Sumber : Wawan & Dewi (2011), Notoatmodjo (2012)


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan,

agar bisa diamati konsep harus dijabarkan dalam variabel-variabel dan

variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian meliputi

variabel bebas (Independen) yaitu pengetahuan remaja putri tentang

kanker payudara dan variabel terikat (Dependen) perilaku SADARI.

Dengan menggunakan kerangka konsep penelitian dapat digambarkan

dalam bagan berikut ini :

Tabel 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan remaja putri


Perilaku SADARI
tentang kanker payudara

32
33

3.2 Hipotesis

Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada Hubungan Pengetahuan Remaja Putri

Tentang Kanker Payudara dengan Perilaku

SADARI di SMK X Tahun 2019

Hipotesis Keja (Ha) : Ada Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Kanker Payudara dengan Perilaku SADARI di

SMK X Tahun 2019

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah sebagai cara kerja penelitian,

menggambarkan informasi (Dahlan, 2010). Definisi operasional menurut

Notoatmodjo (2012) adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Di bawah

ini diuraikan mengenal variabel penelitian dalam bentuk definisi

oprasional.

Table 3.3

Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat & Cara Hasil Ukur Skala

Operasional Ukur

Variabel Pengetahuan hasil Alat ukur : Tinggi (Jika Ordinal

Independent dari tahu, yang Kuesioner jawaban


34

Pengetahuan diperoleh melalui Cara ukur : responden

remaja putri mata dan telinga Menggunakan mendapatkan

tentang skala Guttman skor lebih dari

kanker yaitu : mean yaitu >

payudara Benar = 1 20)

Salah = 0 Rendah (Jika

jawaban

responden

mendapatkan

skor kurang

dari mean

yaitu < 20)

Variabel Suatu tindakan Alat ukur : Baik (Jika Ordinal

Dependent atau aktivitas Kuesioner jawaban

Perilaku manusia Cara ukur : Responden

SADARI Menggunakan mendapatkan

skala Likert skor lebih dari

yaitu : mean yaitu >

Sangat Tidak 20) karena

Setuju (STS) datanya data

Tidak Setuju katagorik

(TS) Tidak baik

Setuju (S) (Jika jawaban


35

Sangat Setuju Responden

(SS) mendapatkan

skor kurang

dari mean

yaitu < 20)

karena datanya

data katagorik
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian

Kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan perilaku

SADARI di SMK X Kota Tangerang dengan menggunakan pendekatan

Cross Sectional yang mempelajari dan melihat pengaruh masalah dan

faktor daya ukur variabel dependent dan variabel independent pada waktu

yang bersamaan, selain itu juga dapat mendeskripsikan hubungan tingkat

pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan perilaku

SADARI di SMK X Kota Tangerang yang bertujuan untuk

mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel (Notoatmodjo, 2012).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMK X Kota Tangerang pada siswi

kelas XII.

36
37

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan (Notoatmodjo, 2012).

Populasi penelitian adalah siswi kelas XII SMK X Kota

Tangerang.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti

atau jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh peneliti

(Hidayat, 2013).

Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah total sampling yaitu teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan. Adapun sampel yang akan diambil

harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria dimana subjek

penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang akan

dilakukan seperti : 1) Siswi yang bersedia menjadi

responden kelas XII di SMK X Kota Tangerang, 2) Siswi

yang hadir kelas XII di SMK X Kota Tangerang.


38

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah karakteristik sampel yang

tidak dapat dimasukan atau tidak layak untuk diteliti.

Kriteria eksklusi dalam penelitian yang akan dilakukan

seperti : 1) Siswi yang tidak bersedia menjadi responden,

2) Siswi yang tidak hadir

4.4 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

Instrumen yang akan digunakan untuk variabel pengetahuan kanker

payudara adalah kuesioner dan responden hanya diminta untuk memilih

salah satu jawaban yang sesuai dengan tingkat pengetahuannya, dan cara

pengumpulan data nya menggunakan data primer : data yang akan

diperoleh dari hasil pengukuran yang akan dilakukan langsung kepada

responden dengan metode kuesioner. Sedangkan instrumen yang

digunakan untuk variabel perilaku SADARI adalah kuesioner dengan

skala likert.

4.5 Analisa Data

Data yang akan dikumpulkan melalui hasil kuesioner diolah dengan

analisa univariat dan bivariat untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara dengan perilaku

SADARI.
39

Analisa Univariat adalah analisa data yang dilakukan dengan

menggunakan daftar pertanyaan untuk distribusi frekuensi dari data

demografi responden dan masing-masing variabel independen dan

dependen kemudian di interprestasikan.

Analisa Bivariat adalah analisa data yang menggunakan analisa

statistik uji Chi-Square, guna mengetahui hubungan variabel penelitian.

4.6 Etika Penelitian

Prinsip dasar dan kaidah etika penelitian menurut Notoatmodjo

(2012), yaitu :

1) Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for

humandignity)

Pada peneliti ini perlu mempertimbangkan hak-hak

responden dan memberikan kesempatan kepada responden apakah

responden bersedia atau tidak untuk di ikut sertakan dalam

penelitian ini guna mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti

melakukan penelitian tersebut.

2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (Respect

for privacy and confidentiality)

Pada penelitian ini peneliti dapat menjaga identitas dan

kerahasiaan setiap responden. Responden mempunyai hak-hak

dasar individu termasuk privasi dan kebebasan responden dalam


40

memberikan informasi pada penelitian tersebut. Peneliti

menggunakan coding sebagai identitas.

3) Keadilan dan inklusi/keterbukaan (Respect for justice and

inclusiveness)

Pada peneliti ini peneliti mempertimbangkan aspek

keadilan hak responden untuk mendapatkan perlakuan yang sama

baik sebelum, selama maupun sesudah berpartisipasi dalam

penelitian. Peneliti telah menjelaskan prosedur penelitian tentang

dan tujuan penelitian dengan prinsip keterbukaan dan adil dengan

kejujuran dan kehati-hatian.

4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(Balancing harm and beneft)

Pada penelitian ini sebelum memberikan kuesioner terlebih

dahulu peneliti menjelaskan tujuan penelitian, manfaat dan

kerugian peneliti tersebut. Sehingga penelitian dapat memperoleh

manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umunya dan

responden penelitian pada khusunya.

4.7 Jalannya Penelitian

Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :

1. Tahap persiapan

a. Persiapan

1) Mengajukan judul penelitian


41

2) Melakukan studi pendahuluan

3) Membuat proposal untuk rencana penelitian

2. Uji coba instrument

Uji coba instrument dilakukan dengan cara mengetahui

validitas dan reabilitas instrument yang akan digunakan. Uji coba

dilaksankan pada tanggal X.

3. Pelaksanaan

Penelitian ini menggunakan data primer yang

dikumpulkan peneliti secara langsung dari responden. Peneliti

mengambil responden yaitu siswi kelas XII untuk mengisi lembar

kuesioner, sebagai acuannya adalah kuesioner yang diberikan

kepada subjek penelitian dan dibantu oleh teman seangkatan

semester 7 prodi S1 Keperawatan. Kuesioner yang telah berkumpul

langsung dilakukan cek ulang untuk melihat kelengkapan jawaban

responden. Setelah semua kuesioner terkumpul dilakukan tabulasi,

pengolahan data, dan analisis data.

4. Penutupan laporan

Menyusun laporan hasil penelitian dan dilanjutkan hasil

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai