Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP REMAJA

TENTANG SKABIES DI PONDOK PESANTREN


AL-FURQON GRESIK

Cicilia Wahju Djajanti, Magdalena Astrid, Resa Dwi Kartika


STIKES Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya
e-mail: yanti_stikesrkz@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Skabies merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.
hominis (penyakit gatal-gatal akibat kutu). Penyebaran skabies banyak terjadi di lingkungan padat
penduduk dan kebersihan diri yang buruk, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah sikap.
Sikap merupakan sumber yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Fenomena
yang terjadi di pondok pesantren al-furqon menunjukkan bahwa masih banyak santri yang saling
bertukar pakaian dan menjemur handuk didalam kamar sehingga dapat menularkan penyakit
skabies. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap
remaja tentang skabies. Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini pra eksperimental
dengan rancangan one group pre-post test design. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pendidikan kesehatan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap. Populasi pada
penelitian ini adalah remaja yang tinggal di asrama pondok pesantren. Sampel pada penelitian ini
sebanyak 31 responden yang diambil dengan teknik simple random sampling. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner. Hasil: Hasil penelitian sebelum diberikan pendidikan kesehatan 45%
remaja memiliki sikap positif dan 55% remaja memiliki sikap negatif. Sesudah diberikan
pendidikan kesehatan 65% remaja memiliki sikap positif dan 35% remaja memiliki sikap negatif.
Hasil uji wilcoxon sign rank test menunjukkan hasil nilai p < α, α = 0,05, maka Ho di tolak yang
berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap remaja tentang skabies. Diskusi:
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan saran kepada ketua yayasan pondok
pesantren untuk bekerja sama dengan puskesmas driyorejo dalam memberikan pendidikan
kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat untuk menurunkan angka kejadian skabies.

Kata kunci: Sikap, Pendidikan Kesehatan, Remaja, Skabies

ABSTRACT
Introduction: Scabies is the skin infection caused by Sarcoptes Scabiei Var. Hominis (itch disease
caused by louse). Scabies spread mostly happened in high-density environment and bad higienity
caused by attitude. Attitude is the only source that can affect the behavior. Phenomena which
happened in Al-Furqon boarding school shows that there are many students still exchanges their
clothes and towel each other that can caused the spread of Scabies disease. This study was
purposed to knowing the influence of health education towards teenager behavior about Scabies.
Methods: The design used pre-experimental with one group pre-post test design. Independent
variable in this study is health education. Dependent variable of this study is behavior. Population
of this research is the student who lived in boarding school. Sample of this research are 31
correspondent which are taken by simple random sampling technique. The instrument used in this
study is a questionnaire. Results The result before health education is given shows that 45% of the
teenager have better attitude than 55% other. After health education is given show that 65% of the
teenager have better attitude than 35 % other. The test result of Wilcoxon sign rank test shows that
the score of P < α, α = 0,05, Furthermore, the rejected “Ho” means that the given health
education of Scabies was successfully applicated. Discucussions: According to result of the
research, the reseacher give suggestions for the headmaster of boarding school to being
cooperative with driyorejo clinic in order to give the health education about healthy habit. The
education purposed to decrease towards boarding school students.

Key words: Attitude, Health Education, Teenager, Scabies


PENDAHULUAN hari, gatal yang terjadi terutama di bagian
sela-sela jari tangan, di bawah ketiak,
Skabies merupakan infeksi pada kulit pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, dan
yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. permukaan depan pergelangan, sehingga
hominis (penyakit gatal-gatal akibat kutu) akan timbul perasaan malu karena pada usia
(Zulkoni, 2011). Beberapa faktor yang dapat remaja timbulnya skabies sangat
membantu penyebarannya adalah mempengaruhi penampilan juga penilaian
kemiskinan, hygiene personal yang buruk, masyarakat tentang Pondok Pesantren yang
dan lingkungan yang padat (Bilotta, 2011). kurang terjaga kebersihannya.
Menurut penelitian Ratnasari dan Sungkar Berdasarkan beberapa hal tersebut
(2014), menjelaskan bahwa penyakit skabies diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
sering terjadi pada orang–orang yang tinggal penelitian mengenai pengaruh pendidikan
bersama di fasilitas tertentu, seperti fasilitas kesehatan terhadap sikap remaja tentang
asrama, pondok pesantren, rumah jompo, skabies di pondok pesantren al-furqon gresik.
rumah sakit, rawat inap, rumah tahanan dan
fasilitas lainnya. Fenomena yang terjadi METODE
masih banyak santri di pondok pesantren al-
furqon yang mengalami skabies. Sebagai Jenis dalam penelitian ini adalah pra
santri baru yang belum tahu kehidupan di eksperimental dengan rancangan one group
pesantren membuat mereka luput dari pre-post test design yaitu yaitu
kesehatan, mandi secara bersama-sama, mengungkapkan hubungan sebab akibat
saling bertukar pakaian, tidur bersama, dengan cara melibatkan satu kelompok
pakaian kotor yang digantung atau ditumpuk subyek. Kelompok subyek diobservasi
di kamar merupakan salah satu contoh sebelum dilakukan intervensi, kemudian
perilaku yang menunjukkan sikap negatif diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam,
remaja sehingga dapat menimbulkan skabies. 2011). Populasi pada penelitian ini adalah
Berdasarkan Hasil penelitian Ratna remaja yang tinggal di asrama pondok
(2013) di Pondok Pesantren Sukahideng pesantren.
Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan Adapun variabel dalam penelitian ini adalah,
prevalensi penyakit skabies pada santri untuk variabel terikat (dependen) adalah
sebesar 86 orang dari 230 orang. Berdasarkan sikap, variabel bebas (independen) adalah
pengamatan peneliti di Pondok Pesantren Al- pendidikan kesehatan. Sampel pada
Furqon Gresik menunjukkan banyaknya penelitian ini sebanyak 31 responden yang
santri yang mengalami penyakit skabies diambil dengan teknik simple random
sebesar 30 orang dari 152 orang (91 sampling. Sikap remaja yang ada di pondok
perempuan, 61 laki-laki). Terjadi pesantren diukur sebelumnya dengan
peningkatan angka kejadian skabies dari diberikan pre test sebelum perlakuan dan
tahun ke tahun, skabies dianggap sebagai post test setelah satu bulan diberikan
penyakit yang tidak harus dilaporkan, perlakuan kemudian dilakukan analisa ada
sehingga data-data penyakit ini sulit perubahan sikap atau tidak. Pengumpulan
didapatkan. data dilaksanakan pada tanggal 7 April
Status kesehatan dipengaruhi oleh sampai 7 Mei 2016 di pondok pesantren al-
beberapa faktor diantaranya adalah sikap furqon gresik. Data dikumpulkan dengan
seseorang dalam merespon suatu penyakit, menggunakan kuesioner.
salah satunya skabies yang umumnya Uji statistik yang digunakan dalam penelitian
merupakan jenis penyakit menular. Sikap ini adalah dengan uji Wilcoxon tingkat
santri sangat penting peranannya dalam signifikansi α = 0,05. Penarikan kesimpulan
pencegahan skabies di lingkungan Asrama pada penelitian ini didasarkan pada hasil
Pondok yang membutuhkan kebersihan analisis statistik yaitu p = 0,005 pada hasil p
perorangan serta perilaku yang sehat. Sikap < α, dimana α = 0,05 maka H0 ditolak dalam
yang dimiliki oleh santri diharapkan dapat hal ini berarti bahwa ada perbedaan sikap
berpengaruh terhadap perilaku mereka guna remaja sebelum dan sesudah diberikan
mencegah terjadinya skabies di lingkungan pendidikan kesehatan tentang skabies.
Pondok tempat mereka tinggal. Penderita
selalu mengeluh gatal, terutama pada malam
HASIL Ranks).). Menurut Lawrence Green (1980)
yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012) bahwa
Hasil pengukuran terhadap sikap pendidikan atau promosi kesehatan ditujukan
remaja sebelum dan sesudah diberikan untukk menggugah kesadaran, memberikan
pendidikan kesehatan tergambar pada atau meningkatkan pengetahuan masyarakat
diagram 1. tentang pemeliharaan dan peningkatan
17 20 kesehatan baik bagi dirinya sendiri,
14 keluarganya maupun masyarakat. Terdapat
20 11
kesesuaian antara teori dan fakta dimana
10 terjadi perubahan sikap ke kearah positif
sesudah diberikan pendidikan kesehatan
0 tentang skabies. Selain itu penggunaan alat
sebelum sesudah
peraga yaitu slide yang berisi teks dan
gambar, leaflet,, serta video untuk
Diagram 1 Sikap Remaja Sebelum Dan menstimulasi penerimaan visual responden
Sesudah Diberikan dalam membaca dan mendengarkan sehingga
Pendidikan Kesehatan mempermudah
ermudah responden dalam memahami
Tentang Skabies informasi yang disampaikan, juga adanya
kesempatan responden untuk berpatisipasi
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan dalam diskusi sehingga terjadi komunikasi 2
bahwa dari 31 responden terdapat remaja arah sehingga dapat meningkatkan
dengan sikap positif sebelum diberikan pengetahuan seseorang untuk memelihara
pendidikan kesehatan sebanyak 17 (45%) dan kesehatannya. Hal ini membuktikan
uktikan bahwa
sesudah diberikan pendidikan kesehatan pemberian pendidikan kesehatan dapat
meningkat menjadi 20 (65%). Sikap negatif memberikan kontribusi pada perubahan sikap
sebelum diberikan pendidikan kesehatan seseorang sebagai upaya menggugah
sebanyak 17 (55%) setelah diberikan kesadaran responden untuk melakukan upaya
pendidikan kesehatan berkurang menjadi 11 agar tidak terjadi penyakit skabies berulang.
(35%).
SIMPULAN DAN SARAN
PEMBAHASAN
Hasil penelitian bahwa
ahwa ada pengaruh
Hasil penelitian sikap rema remaja positif dalam pemberian pendidikan
sebelum diberikan pendidikan kesehatan kesehatan untuk merubah sikap remaja yang
didapatkan hasil bahwa sebelum diberikan ada di pondok pesantren al-furqon
furqon (p=0.000).
pendidikan kesehatan sebanyak 14 responden Hal ini bermakna bahwa pendidikan
memiliki sikap positif dan meningkat kesehatan dapat meningkatan sikap positif
menjadi 20 responden sesudah diberikan remaja tentang skabies.
pendidikan kesehatan, sebelum diberikan Mempertimbangkan hasil penelitian
pendidikan kesehatan
ehatan sebanyak 17 responden tersebut maka peneliti memberikan saran
berkurang menjadi 11 responden sesudah bagi ketua yayasan pondok pesantren al- al
diberikan pendidikan kesehatan. Berdasarkan furqon untuk bekerja sama dengan
uji statistika menggunakan Wilcoxon sign puskesmas driyorejo dalam memberikan
rank test dengan tingkat signifikansi α = 0,05 pendidikan kesehatan tentang perilaku hidup
didapatkan nilai p = 0,000 maka Ho di tolak. bersih dan sehat untuk menurunkan angka
Hal ini menunjukkan
unjukkan ada pengaruh kejadian skabies.
pendidikan kesehatan terhadap sikap remaja
tentang skabies di Pondok Pesantren Al Al- DAFTAR PUSTAKA
Furqon Gresik. Memberikan pendidikan
kesehatan memberikan perbedaan yang Azwar, S. (2005). Sikap Manusia Teori Dan
Positive Ranks
bermakna positif (Positive Ranks) sebanyak Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
31 responden, tidak ada responden yang ya Pelajar.
mengalami peningkatan maupun penurunan Bilotta, K. A. J. (2009). Kapita Selekta
sikap (Ties Ranks),
), dan tidak ada responden Penyakit dengan Implikasi
yang mengalami penurunan sikap ((Negative Keperawatan Edisi 2. Alih Bahasa:
Dwi Widiarti et al,. 2011.Jakarta:
EGC.
Fitriani, S. (2011). Promosi
Kesehatan.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan
dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis,
Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Ratna I., Tinni R., Rulijanto W. (2015).
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Perilaku Santri Dengan Kejadian
Skabies di Pondok Pesantren
Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya
Periode Januari-Desember 2013.
Prosiding Penelitian SpeSIA. Diakses
dari
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.p
hp/dokter/article/download/840/pdf.
Ratnasari, A. F., Sungkar S. (2014).
Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor
yang Berhubungandi Pesantren X,
Jakarta Timur. eJurnal Kedokteran
Indonesia, 2 (1). Diakses dari
http://Journal.ui.ac.id/index.php/eJKi/a
rticle/viewFile/3177/3401
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik
Penulisan Riset Keperawatan Edisi
2.Yogyakarta: Graha Ilmu.
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK
RETARDASI MENTAL
Pujiani*, SitiMuniroh**
Fakultas IlmuKesehatan
Universitas PesantrenTinggi Darul ‘Ulum Jombang
E-mail : pujiani_88@yahoo.com
sitimuniroh52@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Anak dengan Retardasi Mental akan mengalami gangguan perilaku adaptasi sosial
yaitu dimana anak mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya, tingkah
laku kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya. Semakin bertambahnya umur anak Retardasi
Mental maka para orang tua harus mengadakan penyesuaian terutama dalam pemenuhan kebutuhan
tersebut sehari-harinya. Agar nantinya mereka tidak mempunyai ketergantungan yang
berkepanjangan sehingga akan menimbulkan permasalahan baik mengenai isolasi sosial yang tidak
menyenangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis hubungan peran orang tua dengan
tingkat kemandirian anak Retardasi mental. Metode:Jenis penelitian ini adalah korelasional dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasinya adalah seluruh orang tua yang mempunyai anak Retardasi
mental di SDLB Muhammadiyah Jombang. Sampelnya adalah sebagian orang tua yang mempunyai
anak Retardasi Mental di SDLB Muhammadiyah Jombang.Teknik sampling yang digunakan
Purposive sampling. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
dan wawancara terstruktur pada kedua variabel. Uji statistik yang digunakan korelasi spearman
dengan tingkat kemaknaan (ρ ≤ 0,05). Hasil: Bila hasil yang diperoleh ≤ 0,05 maka hipotesa
penelitian diterima berarti ada hubungan peran orang tua dengan tingkat kemandirian anak
Retardasi mental. Hasil uji statistik didapatkan α=0,025 yang berarti ada hubungan antara peran
orang tua dengan tingkat kemandirian anak di SDLB Muhammadiyah. Diskusi: Peran orang tua
sangat diperlukan untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan asah, asih dan asuh untuk
meningkatkan tingkat kemandirian anak dengan retardasi mental.

Kata kunci : Peran orang tua, tingkatkemandirian, Retardasi mental

ABSTRACT
Introductions: Children with mental retardation will experience interruption adaptation of
social behavior in which children find difficulties in adjusting to their sorroundings, they behave
childish which is not in accordance with their age. As they grow up, the parents must make the
adjustment especially in fulfilling their daily needs. In order that they have no reliance prolonged
that it will cause problems about unpleasant social isolation. The objective of this study is to
analyze the correlation between the parent’s role and the independence level of children with
mental retardation. Methods; A correlational with cross sectional approach is used in this
research. The population was all parents who have child with mental retardation in school for
disable children (SLB) MuhammadiyahJombang. The samples are partly parents who have a
child with mental retardation in SLB MuhammadiyahJombang. Sampling technique used
Purposive sampling. The Instruments of collecting data in this research is by giving questionnaire
and structured interview on both variables. Result: The statistics test used by spearman correlation
with significance levels (ρ ≤ 0,05). If the results obtained ≤ 0,05 so the research hypotheses
is taken which means there is a correlation between the parent’s role and the self-reliance level
of children with mental retardation. The temporary results of the research found that there is
a correlation between the parent’s role and the self-reliance level of children with mental
retardation in SLB Muhammadiyah Jombang. Discussions: Expected that parents give more
attention in nurturing, guiding and lead the children to be independent in their subsequent
development.

Keyword: parent’s role, self-reliance level, mental retardation


PENDAHULUAN mempunyai anak cacat akan memberikan
suatu perlindungan yang berlebihan pada
Menurut Carter CH ( dikutip dari anaknya sehingga anak mendapatkan
Toback) mengatakan Retardasi mental adalah kesempatan yang terbatas untuk
suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi mendapatkan pengalaman yang sesuai
yang rendah yang menyebabkan dengan tingkat perkembangannya. Semakin
ketidakmampuan individu untuk belajar dan bertambahnya umur anak Retardasi Mental
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat maka para orang tua harus mengadakan
atas kemampuan yang dianggap normal ( penyesuaian terutama dalam pemenuhan
Soetjiningsih, 2000). Anak tidak mampu kebutuhan anak tersebut sehari-harinya. Agar
belajar dan beradaptasi karena intelegensi nantinya mereka tidak mempunyai
yang rendah, biasanya IQ dibawah 70. Anak ketergantungan yang berkepanjangan
dengan Retardasi Mental akan mengalami sehingga akan menimbulkan permasalahan
gangguan prilaku adaptasi sosial yaitu baik mengenai isolasi sosial yang tidak
dimana anak mengalami kesulitan menyenangkan (Soetjiningsih, 2000). Peran
menyesuaikan diri dengan masyarakat keluarga secara optimal diharapkan dapat
sekitarnya, tingkah laku kekanak-kanakan memenuhi kebutuhan Retardasi Mental
tidak sesuai dengan umurnya (Soetjiningsih, dalam hal memenuhi kebutuhan dirinya
2000). sendiri.
Prevalensi penduduk di Indonesia yang Pembentukkan kemandirian tentunya
mengalami retardasi mental menurut data akan lebih mudah jika dilatihkan sejak anak
semua propinsi yang ada di Indonesia dan usia dini. Dan orang tua yang ingin
jenis kecacatannya pada tahun 2000 adalah mempunyai anak mandiri, selain harus
189.625 anak (12,72%).4 insiden sakit memahami konsep perkembangannya juga
diketahui karena retardasi mental tahap perlu memiliki mental yang kuat, karena
ringan. Insiden tertinggi pada masa sekolah cukup banyak orang tua yang gagal walaupun
muncul dengan puncak umur 10-14 tahun ( dalam tata cara konseptual sudah
Profil kesehatan Indonesia, 2000:27). Dalam mengetahui. Salah satu sikap yang perlu
penelitian terdahulu pada tahun 2007 dikembangkan adalah tidak mudah khawatir.
didapatkan sejumlah 20 orang anak Akan tetapi biasanya salah satu tindakan
menderita retardasi mental, mereka sangat yang paling sering dilakukan orang tua
sulit bahkan tidak dapat belajar secara adalah menemani anak, memberikan
akademik, akan tetapi masih dapat dididik pertolongan ketika dinilai anak butuh
mengurus diri sendiri (Ernawati,2007). pertolongan dan melarang anak melakukan
Masalah Retardasi Mental ini terkait kegiatan sendiri. Hal ini akan berdampak
dengan semua pihak terutama pada anak, yakni seorang anak tidak mampu
keluarganyadanorang tuanya. Keluarga mengembangkan sikap mandiri apabila orang
merupakan tempat tumbuh kembang seorang tua selalu berada di dekat anaknya dan tidak
individu, maka keberhasilan pembangunan pernah membiarkan anak mengeksplorasi
sangat ditentukan oleh kualitas dari individu lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
yang terbentuk dari norma yang dianut dalam Artinya, dalam hal ini orang tua harus berani
keluarga sebagai patokan berperilaku setiap belajar dalam batasan tertentu membiarkan
hari (Sacharin Rosa, 1990). Lingkungan anak untuk mandiri(Ernawati, 2007).
keluarga secara langsung berpengaruh dalam Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik
mendidik seorang anak karena pada saat lahir untuk mengetahui peran orang tua dalam
dan untuk masa berikutnya yang cukup memberikan asuhan untuk kemandirian anak
panjang anak memerlukan bantuan dari Retardasi Mental dalam memenuhi
keluarga dan orang lain untuk kebutuhan anak sehari-hari pada anak yang
melangsungkan hidupnya (Nelson, 2000). bersekolah di SLB muhamadiyah Jombang.
Banyak faktor dalam keluarga yang
mempengaruhiperkembangan kemandirian METODE
anak. Diantaranya adalah faktor peran pola
asuh orang tua, faktor genetika. Keluarga Desain penelitian ini memakai desain
anak Retardasi Mental perilaku dan studi korelasional (hubungan/asosiasi)
pemenuhan kebutuhan anak. Keluarga yang dengan pendekatan Cross Sectional yakni
jenis penelitian yang menekankan pada Peran orang tua dalam pemenuhan
waktu pengukuran observasi data variabel kebutuhan emosi/kasih sayang (Asih)
independen dan dependen hanya satu kali, Tabel 2. Peran orang tua dalam pemenuhan
pada suatu saat. (Nursalam, 2003). Variabel kebutuhan emosi/ kasih sayang
independen dalam penelitian ini adalah peran (Asih), di SDLB Muhammadiyah
orang tua ( asah, asih, asuh) Variabel Jombang tahun 2014
dependen adalah tingkat kemandirian anak No Peran Frekuensi Prosentase
Retardasi mental . Populasi dalam penelitian Orang tua %
ini adalah seluruh orang tua yang mempunyai 1 Baik 26 47,27
anak Retardasi mental di SDLB 2 Cukup 21 38,18
Muhammadiyah Jombang. Sampel yang 3 Kurang 8 14,54
diambil adalah sebagianorang tua yang Total 55 100
mempunyai anak Retardasi mental di SDLB Sumber : Data dari kuesioner
muhammadiyah Jombang dengan besasar Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa
sampel 55 responden. Teknik sampling yang peran orang tua dalam pemenuhankebutuhan
digunakan purposive sampling.Pengumpulan emosi/ kasih sayang (Asih), di SDLB
data dengan kuesioner kemudian ditabulasi Muhammadiyah Jombang, adalah dalam
dan diberi penilaian dengan menggunakan kategori baik (47,27 persen)
skala likert. Data dianalisis dengan Uji
statistik yang digunakankorelasi spearman Peran orang tua dalam pemenuhan
dengan tingkat kemaknaan (ρ ≤ 0,05). Bila kebutuhan stimulasi mental (Asah)
hasil yang diperoleh ≤ 0,05 maka hipotesa Tabel 3. Peran orang tua dalam pemenuhan
penelitian diterima berarti ada hubungan kebutuhan stimulai mental (Asah),
peran orang tua( asah, asih, asuh ) terhadap di SDLB Muhammadiyah Jombang
kemandirian anakRetardasi mental di SDLB tahun 2014
muhamadiyah Jombang No Peran Frekuensi Prosentase
Orang tua (%)
HASIL 1 Baik 36 65,45
2 Cukup 15 27,27
Peran orang tua dalam pemenuhan 3 Kurang 9 16,36
kebutuhan fisik - biomedis (Asuh) Total 55 100
Tabel 1. Peran orang tua dalam pemenuhan Sumber : Data dari kuesioner
kebutuhan fisik- biomedis (Asuh), Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa
di SDLB Muhammadiyah Jombang peran orang tua dalam pemenuhan kebutuhan
tahun 2014 stimulai mental (Asah), di SLB
No Peran Frekuensi Prosentase Muhammadiyah Jombang, adalah dalam
Orang tua (%) kategori baik (65,45 persen).
1 Baik 45 81,81
2 Cukup 10 18,18 Tingkat Kemandirian anak Retardasi
3 Kurang 5 9,09 Mental
Total 55 100 Dari hasil penelitian sementara ini
Sumber : Data dari kuesioner didapatkan data tentang tingkat kemandirian
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan diketahui anak Retardasi mental di SDLB
bahwa peran orang tua dalam pemenuhan Muhammadiyah adalah sebagai berikut
kebutuhan fisik- biomedis (Asuh), di SDLB Tabel 4. Tingkat Kemandirian anak Retardasi
Muhammadiyah Jombang, adalah dalam Mental di SLB Muhammadiyah
kategori baik (81,81 persen). Jombang Pada tahun 2014
No Tingkat kemandirian anak Frekue Prosent
nsi ase (%)
1 Mandiri 25 45,45
2 Ketergantunagan ringan 15 27,27
3 Ketergantungan sedang 15 27,27
4 Ketergantungan berat 0 00,00
Total 55 100
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dengan retardasi mental. Orang tua
tingkat kemandirian anak retardasi mental di menyadari adanya kelemahan pada anak
SDLB Muhammadiyah Jombang, adalah retardasi mental dimana rata-rata tingkat
dalam kategori mandiri (45,45 persen) kemandiriannya mengalami keterbatasan
karena adanya keterbelakangan mental yang
Hubungan peran orang tua dengan tingkat menerangkan keadaan fungsi intelektual
kemandirian anak umum bertaraf subnormal yang dimulai
Tabel 5. Crostabulasi Hubungan Peran dalam masa perkembangan dengan
Orang Tua Dengan Tingkat terbatasnya kemampuan belajar maupun
Kemandirian Anak di SDLB penyesuaian diri proses pendewasaan
Muhammadiyah Jombang, 2014 individu tersebut atau kedua-duanya (Nelson,
2000). Sehingga kebutuhan asuh pada anak
tingkat kemandirian Tot retardasi mental banyak yang tidak terpenuhi
al yang menyebabkan anak tersebut lebih sering
man ringan sed mendapatkan bantuan dari orang lain untuk
diri ang memenuhi kebutuhannya.
Peran tinggi 17 10 10 37
ortu
sedang 7 1 6 14
Peran orang tua dalam pemenuhan
rendah 3 0 1 4 kebutuhan emosi/kasih sayang (Asih)
Total 27 11 17 55 Peran orang tua dalam
α=0 pemenuhankebutuhan emosi/ kasih sayang
,025 (Asih), di SDLB Muhammadiyah Jombang,
adalah dalam kategori baik (47,27 persen).
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa Hal ini mungkin disebabkan karena ibu yang
nilai α=0,025 ( 0,025 < 0,05) dapat tidak bekerja ( 60 persen), sehingga ibu
disimpulkan bahwa ada hubungan antara mempunyai banyak kesempatan untuk
peran orang tua dengan tingkat kemandirian meluangkan waktu bersama anak dan ibu
anak retardasi mental di SDLB dapat memberikan perhatian serta kasih
Muhammadiyah Jombang. sayang lebih intensif kepada putra putrinya
yang mengalami keterlambatan dalam
Pembahasan perkembangan.
Kebutuhan dasar emosi/ kasih sayang (Asih)
Peran orang tua dalam pemenuhan adalah kebutuhan akan hubungan yang erat,
kebutuhan fisik - biomedis (Asuh) mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu
Berdasarkan penelitian didapatkan dengan anak merupakan syarat mutlak untuk
Peran orang tua dalam pemenuhan kebutuhan menjamin tumbuh kembang yang selaras baik
fisik- biomedis (Asuh), di SDLB fisik, mental maupun psikososial.
Muhammadiyah Jombang adalah dalam Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya
kategori baik (81,8 persen). Kebutuhan dasar sedini dan selanggeng mungkin, akan
fisik biomedis (asuh) meliputi : 1) menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini
Pangan/gizi merupakan kebutuhan diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata)
terpenting. 2) Perawatan kesehatan dasar, dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan
antara lain imunisasi, pemberian ASI, menyusui bayi secepat mungkin segera
penimbangan bayi/anak yang teratur, setelah lahir. Kekurangan kasih sayang ibu
pengobatan kalau sakit. 3) Papan/pemukiman pada tahun-tahun pertama kehidupan
yang layak. 4) Hygiene perorangan, sanitasi mempunyai dampak negatif pada tumbuh
lingkungan. 5) Sandang. 6) Kesegaran kembang anak baik fisik, mental maupun
jasmani, rekreasi (Soetjiningsih, 1994). sosial emosi, yang disebut “Sindrom
Beberapa faktor yang mempengaruhi orang Deprivasi Maternal”. Kasih sayang dari
tua dalam memberikan pemenuhan orang tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan
kebutuhan fisik –biomedis adalah ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan
karakteristik orang tua diantaranya 1) tingkat dasar (basic trust) (Soetjiningsih, 1994).
pendidikan dan informasi yang sudah
diperoleh orag tua dalam memberikan
pemenuhan kebutuhan fisik pada anak
Peran orang tua dalam pemenuhan Hubungan Peran Orang Tua Dengan
kebutuhan stimulai mental (Asah). Tingkat Kemandirian Anak Retardasi
Peran orang tua dalam pemenuhan Mental
kebutuhan stimulai mental (Asah), di SDLB Berdasarkan tabel 5menunjukkan
Muhammadiyah Jombang, adalah dalam bahwa hubungan peran orang tua dengan
kategori baik (65,45 persen).Stimulasi mental tingkat kemandirian anak adalah 0,025 . hal
merupakan cikal bakal dalam proses belajar ini menunjukkan bahwa ada hubungan peran
(pendidikan dan latihan) pada anak. Stimulasi orang tua dengan tingkat kemandirian anak
mental (Asah) ini mengembangkan retardasi mental di SDLB Muhammadiyah
perkembangan mental, psikososial, Jombang, didapatkan α=0,025 artinya Ho
kecerdasan, keterampilan, kemandirian, diterima artinya ada hubungan/antara peran
kreatifitas, agama, kepribadian, moral-etika, orang tua dengan tingkat kemandirian anak.
produktifitas (Soetjiningsih, 1994). Peran Perhatian dan kedekatan orang tua sangat
orang tua juga dipengaruhi oleh informasi mempengaruhi keberhasilan anak dalam
yang diperoleh yang mencapai apa yang diinginkan. Anak
dilakukanolehpihakterkaitsebesar (61,2%)dan memerlukan kasih sayang dan perlakuan
yang pernah mendapatkan informasi tentang yang adil dari orang tuanya.Tapi, kasih
perawatan anak retardasi mental sebesar sayang yang diberikan secara berlebihan akan
(83,3 %). Selain banyak mendapatkan mengarah memanjakan, bahkan dapat
informasi tentang cara merawat anak menghambat dan mematikan perkembangan
retardasi mental, orang tua juga mempunyai kepribadian anak. Akibatnya anak menjadi
motivasi dan dukungan kuat untuk belajar manja, kurang mandiri dan ketergantungan
meningkatkanketrampilancara merawat pada orang lain (Soetjiningsih, 2000: 9).
putra-putrinya menjadilebih baik. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam
perkembangan psikologi anak. Orang tua
Tingkat Kemandirian anak Retardasi merupakan pemberi motivasi dan membantu
Mental dalam kecemasan dan mencari tahu apa yang
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan mesti dilakukan untuk terus mengembangkan
bahwa tingkat kemandirian anak retardasi identitas dan kemandirian anak, sehingga
mental di SDLB Muhammadiyah Jombang, diharapkan orang tua dapat memberikan
adalah dalam kategori mandiri (45,45 perhatian dan kasih sayang sepenuhnya pada
persen). Kemandirian pada anak berawal dari anak. Kedekatan anak dan orang tua
keluarga serta peran dari orang tua. Di dalam memiliki makna dan peran yang sangat
keluarga, orang tualah yang berperan dalam dalam setiap aspek kehidupan keluarga dan
mengasuh dan membimbing dan membantu para orang tualah yang nantinya akan
mengarahkan anak untuk menjadi mandiri ( menjadikan anak-anak mereka seseorang
Soetjiningsih,2000). yang memiliki kepribadian baik atau buruk
Peran terbesar dalam mendidik dan (Darwis, 2010)
mengasuh anak adalah ibu. Dari data
didapatkan banyak ibu yang tidak bekerja SIMPULAN DAN SARAN
sehingga ibu mampu meluangkan waktu
dalam memberikan perhatian pada anaknya. Hasil penelitian didapatkan bahwa
Selain ibu sebagai pengurus rumah tangga, peran orang tua dalam pemenuhan kebutuhan
pengasuh dan pendidik anak, juga berperan fisik biomedis (asuh) adalah baik, peran
sebagai pelindung bagi keamanan anak dalam orang tua dalam pemenuhan kebutuhan kasih
mengawasi aktivitas sehari hari. sayang (asih) adalah baik, peran orang tua
Dari data juga didapatkan bahwa orang tua dalam pemenuhan kebutuhan stimulasi
sering menerima informasi bagaimana mental (asah) adalah baik. Sedang tingkat
memberikan perawatan pada anak dengan kemandirian anak retardasi mental di SDLB
retardasi mental. Sehingga membuat orang Muhammadiyah adalah termasuk kategori
tua bertambah pengalaman dan mandiri. Hasil uji statistik didapatkan
pengetahuannya. Oleh karena itu pola α=0,025 yang berarti ada hubungan antara
pengasuhan orang tua, sikap orang tua, peran orang tua dengan tingkat kemandirian
kebiasaan orang tua juga akan mempengaruhi anak.di SDLB Muhammadiyah.
kemandirian anak sejak dini.
Peran orang tua sangat diperlukan untuk
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan asah,
asih dan asuh untuk meningkatkan tingkat
kemandirian anak dengan retardasi mental.

DAFTAR PUSTAKA
Darwis , (2010) HubunganPeran Orang
TuaDengan Tingkat
KemandirianAnakRetardasi Mental
usia 10-14 tahun di SLB prof. Dr. Sri
Soedewimasjschun Sofwan. Jambi
Ernawati.(2008). Gambaran Tingkat
Kemandirian Anak Retardasi Mental.
Skripsi. Jombang
Mardiyati I (2010), Rancangan Program
pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan ibu dalam mengajarkan
keterampilan bantu diri area
berpakaian pada anak retardasi mental
tingkat berat, Tesis. Bandung.
Nelson, (2000), Ilmu Kesehatan Anak Bagian
I, Alih Bahasa Mulia Raja Siregar,
Penerbit EGC, Jakarta.
Notoatmojo, S (2003). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta :
Salemba Medika
Pusdiknakes(1994), Pedoman Umum
Pelayanan Anak cacat Ganda dan
Majemuk, Pusat Pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan,
Badan Penelitian dan Pengembangan
Depdikbud, Jakarta.
Sacharin M. Rosa (1990), Prinsip
Keperawatan Pediatrik, Edisi ke 2
Penerbit EGC, Jakarta.
Soetjiningsih (2000), Tumbuh Kembang
Anak, Bagian Kesehatan Anak FK
Udayana, Penerbit EGC, Jakarta.
Wasis. 2008. Kuesioner Penelitian
Hubungan Peran orang tua terhadap
Tingkat Kemandirian Anak Retardasi
Mental usia 10-14 tahun di SDLB

Anda mungkin juga menyukai