Disusun oleh :
Thobagus Muhammad N (17051334015)
Diah Ayu Pitaloka (17051334017)
Yulia Anggraini (17051334020)
Syafrida Mahfudlotul Jannah (17051334026)
Mardiana Zardhari (17051334035)
S1 GIZI 2017
PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, Tuhan semesta
alam, yang telah melimpahkan berkat, kasih dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW serta iringan do’a untuk keluarga, sahabat, dan seluruh
pengikutnya yang selalu setia sampai akhir zaman.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah yang bertema Ibu menyusui dan
bayi 0-6 bulan, ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua dan teman-
teman, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Amalia Ruhana, S.P., M.P.H. selaku dosen pengajar Mata Kuliah Gizi Dalam
Daur Kehidupan yang telah memberikan tugas, petunjuk, sehingga kami termotivasi
dan menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga makalah ini selesai.
3. Teman-teman yang telah turut membantu baik saran maupun pengetahuan sehingga
laporan dapat selesai.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Aamiin.
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
ISI
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak.
Diameter payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang tidak hamil berat rata-rata
payudara sekitar 200 gram tergantung individu wanita tersebut.. Pada akhir kehamilan
beratnya berkisar 400-600 gram, sedangkan berat payudara pada masa menyusui
dapat mencapai 600-800 gram.
Payudara terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu korpus/badan yang merupakan
bagian yang besar, areola yang merupakan bagian tengah berwarna kehitaman, dan
papilla/puting yang merupakan bagian yang menonjol di puncak payudara. Struktur
payudara terdiri dan tiga bagian yaitu kulit, jaringan subkutan (jaringan di bawah
kulit), dan corpus mammae. Corpus mammae terdiri dari parenkim dan stroma.
Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari duktus laktiferus (duktus),
duktulus (duktuli), lobus, dan alveolus. Struktur duktulus dan duktus berpusat ke arah
puting susu.
Puting susu dan areola adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan menyusui. Pada daerah ini terdapat ujung-ujung saraf peraba yang
penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu terletak di bagian tengah
payudara. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat sampai hitam
dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Puting susu biasanya menonjol
keluar dari permukaan payudara. Meskipun demikian, kadang dijumpai puting yang
datar (flat nipples), atau masuk ke dalam (inverted nipples). : Bentuk tersebut tidak
selalu berpengaruh pada proses laktasi. Areola merupakan daerah berpigmen yang
mengelilingi puting susu. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak yang
dihasilkan oleh kelenjar Montgomery. Kelenjar ini bekerja untuk melindungi dan
meminyaki puting susu selama menyusui.
2.2 Pengertian ASI eksklusif komposisinya serta manfaat bagi Ibu dan bayinya
ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.
Semua kebutuhan nutrisi vaitu protein, karbohidrat, lemak. riamin, dan mineral sudah
tercukupi dari ASI. ASI awal mengandung zat lekebalan tubuh dari ibu yang dapat
melindungi bayi dari penyakit penyebab kematian bayi di seluruh dunia seperti diare,
ISPA dan radang paru-paru. Di masa dewasa, terbukti bahwa bayi yang diberi ASI
memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah
tinggi, diabetes tipe 2, dan obesitas. Sehingga WHO sejak 2001 merekomendasikan
agar bayi mendapat ASI eksklusif sampai umur 6 bulan. Dalam World Health
Assembly yang berlangsung 18 Mei 2001, WHO menyampaikan rekomendasi
pemberian ASI eksklusif 6 bulan dan MPASI setelahnya dengan tetap memberikan
ASI hingga 2 tahun. Keputusan tersebut telah diadopsi oleh pemerintah Indonesia
pada tahun 2004 melalui Kepmenkes RI No. 450/Menkes/SK/IV/ dengan menetapkan
target pemberian ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80 %.
ASI merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan mineral. Pada 6
bulan pertama pasca melahirkan rata-rata ASI yang diproduksi ibu adalah 780 ml/hari
dan menurun menjadi 600ml/hari pada 6 bulan kedua. Gizi ibu dapat memengaruhi
komposisi ASI. Aspek gizi ibu yang dapat memengaruhi komposisi ASI adalah
asupan ibu, cadangan zat gizi, dan kemampuan ibu dalam menyerap zat gizi. Meski
begitu ASI tetaplah makanan terbaik bagi bayi. Terdapat beberapa zat gizi tertentu
yang jumlahnya akan lebih rendah dalam ASI apabila ibu mengalami dehidrasi dan
malnutrisi.
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Komposisi ASI dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya stadium laktasi, status gizi, dan asupan ibu. Menurut
stadium laktasi, ASI terbagi menjadi kolostrum, ASI transisi/peralihan, dan ASI
matur. Komposisi ASI juga dipengaruhi oleh status gizi dan asupan gizi ibu karena
energi dan zat gizi dalam ASI berasal dari dua sumber, yaitu cadangan lemak tubuh
ibu dan asupan gizi ibu.
Kolostrum merupakan ASI yang kental berwarna kuning yang dihasilkan sejak hari
pertama sampai dengan ibu melahirkan. Warna kuning yang hari ke-7 hingga hari ke-
10 setelah dihasilkan berasal dari beta karoten. Komposisi zat gizi pada kolostrum
berubah dari hari ke hari. Bila dipanaskan, kolostrum akan menggumpal, sedangkan
ASI matur tidak. Keasaman kolostrum lebih alkalis/basa dibandingkan dengan ASI
matur. Volume kolostrum berkisar antara 2-20 ml dalam 3 hari pertama setelah
melahirkan. Rata-rata energi yang dapat diperoleh dari 100 ml kolostrum adalah 67
kalori. Kadar karbohidrat dan lemak pada kolostrum lebih rendah jika dibandingkan
dengan ASI matur, namun kadar natrium, kalium, dan klorinnya lebih tinggi. Total
kandungan protein pada kolostrum lebih tinggi dari lemak dan laktosa, dengan protein
utama yaitu globulin (gamma globulin).
ASI matur merupakan kandungan terbesar ASI yang disekresi pada minggu ke-2
setelah melahirkan dan seterusnya. ASI matur menghasilkan energi sekitar 75 Kal/100
ml. Komposisinya relative konstan (ada pula yang menyatakan bahwa komposisi ASI
relatif konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-5) dan seluruhnya larut air.
ASI matur berwarna putih kekuningan dikarenakan adanya garam Ca-caseinat,
riboflavin, dan karoten. ASI matur tidak menggumpal jika dipanaskan. Di dalamnya
terdapat faktor antimikrobial yaitu antibodi, bakteri dan virus, enzim (lisozim,
laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amilase, fosfodiesterase,
alkalinfosfatase), protein. Laktobasilus bifidus merupakan koloni kuman yang
memetabolisir laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan rendahnya pH
sehingga pertumbuhan bakteri patogen akan terhambat. Faktor lekosit dan pH ASI
mempunyai pengaruh mencegah pertumbuhan bakteri patogen.
Menurut informasi dari pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI yang
berisi kebijakan-kebijakan terkait peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, yaitu pada Pasal 30 ayat 3,
yang bunyinya yaitu Pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum
harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan atau memerah ASI sesuai
dengan kondisi kemampuan perusahaan, serta Pasal 34 yang berbunyi pengurus
tempat kerja wajib memberikan kesempatam kepada ibu yang bekerja untuk
memberikan ASI Eksklusif kepada bayi atau memerah ASI selama waktu ditempat
kerja.
Alergi tidak terjadi pada semua bayi, sehingga ibu dapat tetap
mengonsumsi makanan tersebut jika bayi tidak mengalami alergi.
2.9.2 Protein
Protein adalah komponen dasar pada protoplasma dalam sel, karena itu
asupan protein yang cukup penting untuk pertumbuhan normal bayi. Selama
masa pertumbuhan, protein dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan. Pada usia
6 bulan pertama, hampir 50% dari kecukupan protein bayi digunakan untuk
pertumbuhan. Sementara itu, pada 6 bulan ke-2, sekitar 40% kecukupan
proteinnya untuk pertumbuhan dan selebihnya untuk pemeliharaan tubuh
(maintenance) serta keperluan lain. Kecukupan gizi bayi menjelang usia 4 dan
6 bulan ditaksir berdasarkan konsumsi protein yang berasal dari ASI. Pada
usia bayi menjelang 6 bulan pertama, setiap 100 ml ASI rata-rata mengandung
67 Kalori dan 1,15 g protein ASI. Konsumsi ASI bayi yang sehat tanpa diberi
makanan tambahan lain berkisar antara 600 sampa 900 ml (rata-rata 750 ml)
per hari selama enam bulan pertama dan mengandung sekitar 6,9-10,4 g
protein senilai 2-3 butir telur.
Jumlah protein yang dibutuhkan pada 6 bulan pertama kehidupan
menurut AKG 2013 adalah 12 g/hari dan pada usia 6-12 bulan kebutuhannya
meningkat menjadi 18 g/hari. Peningkatan protein dalam tubuh rata-rata 3,5
g/hari pada 4 bulan pertama dan 3,1 g/hari untuk 8 bulan ke atas, dengan
peningkatan protein tubuh dari 11 % menjadi 14,6% dalam tahun pertama.
Bayi yang hanya mengonsumsi ASI pada 6 bulan pertama kehidupan (ASI
eksklusif) dengan jumlah yang tepat dapat memenuhi kebutuhan asam amino
yang diperlukan oleh bayi.
2.9.3 Lemak
Lemak merupakan sumber energi utama bagi bayi. Kebutuhan lemak tidak
jenuh cukup tinggi terutama untuk pembentukan sel saraf. ASI mengandung
50-55% lemak dan jumlah tersebut merefleksikan jumlah yang cukup untuk
bayi. Jumlah konsumsi lemak bagi bayi tidak dibatasi dan berbeda dengan
jumlah lemak yang dibutuhkan orang dewasa. Hal ini karena pada saat bayi
terjadi pertumbuhan otak yang membutuhkan asam lemak esensial yaitu
linoleat, alfa linoleat, dan arakhidonat. Alfa-linoleat merupakan asam lemak
dengan rantai karbon 18 (C18) dari golongan omega 3 sedangkan linoleat
yang berasal dari golongan omega 6. Kebutuhan. Kekurangan arakhidonat dan
linoleat bisa menyebabkan terjadinya kerontokan rambut, diare, kulit kering,
dan kesulitan dalam penyembuhan luka.
Lemak terdiri dari short, medium, dan long-chain-fats. Short dan
medium-chain-fats banyak terdapat pada ASI sedang long-chain-fat banyak
terdapat pada makanan formula bayi.
2.9.4 Karbohidrat
Sumber penting dari karbohidrat adalah gula dan karbohidrat
kompleks. Sejak glukosa dapat disintesa dari asam amino dan gliserol dari
lemak, tidak ada rekomendasi untuk asupan karbohidrat. Namun, dianjurkan
lebih dari setengah kecukupan energi pada bayi dipenuhi dari karbohidrat
kompleks. Menurut rekomendasi AKG 2013 bayi <6 bulan membutuhkan
sekitar 58 g karbohidrat per hari.
2.9.5 Fluor
Bayi kurang dari 6 bulan membutuhkan fluor sebesar 0,01 mg/ hari,
jumlah yang dibutuhkan meningkat menjadi 0,4 mg/hari pada usia 7-11 bulan.
Fluor berperan pernting dalam pembentukan enamel (email) gigi. Apabila bayi
kekurangan fluor maka bayi akan lebih berisiko untuk mengalami caries gigi
(gigi berlubang). Namun, asupan fluor yang berlebih juga dapat
mengakibatkan fluorosis.
2.9.6 Kalsium dan Fosfor
Kalsium dan fosfor berperan dalam pertumbuhan tulang dan gigi
Jumlah kalsium yang dibutuhkan bayi usia 0-6 bulan menurut AKG 2013
adalah 200 mg/hari, sedangkan fosfor yang dibutuhkan adalah 100 mg.
Sedangkan, untuk bayi berusia 7-11 bulan membutuhkan kalsium dan fosfor
masing-masing sebesar 250 mg/hari. Susu formula biasanya mengandung
kalsium dengan jumlah yang lebih banyak dari ASI, namun kalsium pada ASI
lebih mudah diserap usus bayi. Sekitar 61% kalsium pada ASI terserap dalam
usus bayi, sementara itu hanva 38% kalsium pada susu formula yang mampu
diserap usus.
2.9.7 Natrium
Natrium merupakan komponen utama pada cairan ekstraseluler dan
berperan penting untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Jumlah
natrium yang dibutuhkan bayi usia 0-6 bulan dalam sehari menurut AKG 2013
adalah 120 mg dan 200 mg untuk bayi berusia 7-11 bulan. Bayi tidak
membutuhkan tambahan garam pada makanannya untuk memenuhi kebutuhan
natriumnya
2.9.8 Zat Besi
Zat Besi Kebutuhan zat besi bayi dapat diperoleh dari simpanan zat
besi sejak masa janin dan asupan makanan. Pada trimester ke-3 kehamilan,
terjadi penyimpanan zat besi oleh janin, sehingga bayi yang lahir prematur
biasanya memiliki simpanan zat besi yang minim. Meski begitu bayi yang
lahir aterm (cukup bulan) juga memiliki risiko kadar zat besi yang rendah
karena adanya peningkatan volume darah (plasma darah) pada bayi.
Kadar Hb bayi baru lahir cenderung menurun hingga usia 8 minggu
akibat terjadinya peningkatan volume darah. Namun, pada usia 8 minggu
hingga 2 tahun terjadi peningkatan kadar Hb secara bertahap karena tubuh
bayi mulai dapat membentuk sel darah merah.
2.9.9 Vitamin
Pada usia 0-6 bulan dan 7-12 bulan bayi membutuhkan vitamin larut
lemak dalam jumlah yang relatif sama. Vitamin A memegang peran penting
dalam perkembangan saraf penglihatan. Menurut rekomendasi AKG 2013
sekitar 375-400 ug vitamin A dibutuhkan bayi setiap harinya. ASI merupakan
sumber vitamin A yang tepat karena kandungan vitamin A dalam ASI mampu
mencukupi kebutuhan bayi.
Menurut AKG 2013 bayi membutuhkan Vitamin D sebesar 5 ug/ hari.
Tubuh bayi hanya menyimpan vitamin D dalam jumlah yang sangat minim
dan ASI hanya mengandung sedikit vitamin D, maka bayi memerlukan banyak
paparan sinar matahari. Sinar matahari pagi (di bawah pukul 8) baik untuk
memaksimalkan pembentukan vitamin D dalam tubuh bayi. Keberadaan
vitamin D dalam tubuh bayi juga harus didukung oleh ketersediaan kalsium,
fosfor, dan protein untuk proses mineralisasi tulang.
Vitamin E dapat diperoleh dari ASI, bayi memerlukan sekitar 4-5 mg
vitamin E per hari. Vitamin larut lemak lainnya yang juga penting adalah
vitamin K. Jumlah vitamin K yang dibutuhkan adalah 5-101 g/hari. Proses
pembekuan darah memerlukan bantuan viamin K. Bayi yang menyimpan
vitamin K dalam jumlah yang minim berisiko mengalami perdarahan pada hari
ke-2 hingga ke-10 setelah lahir Oleh karena itu, saat bayi lahir disarankan
untuk diberikan suplemen vitamin K. V
itamin C yang cukup dapat menghindarkan bayi dari scurvy yaitu
kegagalan proses sintesis kolagen yang ditandai dengan gusi mudah berdarah,
serta pendarahan kulit. Menurut AKG 2013 bayi usia 0-12 bulan
membutuhkan 40-50 mg vitamin C dalam sehari. Dengan mengonsumsi ASI
saja pada 6 bulan pertama kehidupan, kebutuhan vitamin C bayi telah
terpenuhi.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Fikawati, Sandra. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Depok: PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S., 2010. Penuntun Diet, Edisi Baru, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA.
Jakarta.
Kemenkes RI. 2017. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Kemenkes RI. Jakarta.