Anda di halaman 1dari 19

Pemasaran Sosial

“Segmenting, Targeting Positioning (STP) dan


Implementasi Program ASI Ekslusif di Kota Padang”

Oleh :
Kelompok 1

1. Nadhiyatul Alhamda 1911213007


2. Hafizhah Nurul Hidayah 1911213012
3. Rahma Wahyuni 1911213002
4. Nadia Fironika 1911213042
5. Evan Riyadi 1911213016
6. Naufal Agil Nasher 1911213033

Dosen Pengampu: Anggela Pradiva Putri, S.K.M., M.K.M.

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas
2022
2.1 Definisi ASI Ekslusif
ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana
sifat ASI (Air Susu Ibu) bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia
0 bulan sampai 6 bulan. Dalam fase ini harus diperhatikan dengan benar mengenai
pemberian dan kualitas ASI, supaya tak mengganggu tahap perkembangan si kecil selama
enam bulan pertama semenjak hari pertama lahir (HPL), mengingat periode tersebut
merusakan masa periode emas perkembangan anak sampai menginjak usia 2 tahun. Air
Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu, serta berguna sebagai
makanan bayi yang merupakan sumber gizi utama bayi. ASI mengandung zat-zat gizi
berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi/anak serta
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Selain itu ASI juga
mudah dicernaserta sangat kaya akan nutrisi yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak
dan perkembangan sistem saraf.

2.2 Manfaat ASI Ekslusif


2.2.1 Manfaat Asi Ekslusif Bagi Bayi
Ada beberapa manfaat ASI Eksklusif untuk bayi 0-6 bulan pertama, sebagai
berikut :
 Mencegah Terserang Penyakit
ASI eksklusif untuk bayi yang diberikan ibu ternyata mempunyai
peranan penting,yakni meningkatkan ketahanan tubuh bayi. Karenanya
bisa mencegah bayi terserang berbagai penyakit yang bisa mengancam
kesehatan bayi.
 Membantu Perkembangan Otak dan Fisik Bayi
Manfaat ASI eksklusif paling penting ialah bisa menunjang
sekaligus membantu proses perkembangan otak dan fisik bayi. Hal
tersebut dikarenakan, di usia 0 sampai 6 bulan seorang baui tentu saja
sama sekali belum diizinkan mengonsumsi nutrisi apapun selain ASI. Oleh
karenanya, selama enam bulan berturut-turut, ASI yang diberikan pada
sang buah hati tentu saja memberikan dampak yang besar pada
pertumbuhan otak dan fisik bayi selama ke depannya.
 ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Saat ibu menyusui, bayi berada sangat dekat dalam dekapan ibunya
sehingga semakin sering disusui maka bayi akan semakin merasakan kasih
sayang ibunya. Bayi juga merasa aman, nyaman dan tentram karena masih
dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenalnya sejak dalam
kandungan. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi
dasar perkembangan psikomotor maupun emosi bayi lebih baik.

2.2.2 Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu


 Mengatasi rasa trauma
Dapat menghilangkan trauma saat persalinan sekaligus dengan kehadiran buah
hati pertama kalinya bisa menjadi penyemangat hidup seorang ibu. Pasca melahirkan
biasanya ibu rentan mengalami baby blues syndrome, terlebih lagi hal tersebut
biasanya terjadi pada sang ibu yang belum terbiasa bahkan tidak bersedia
memberikan ASI eksklusifnya untuk bayi mereka. Namun dengan menyusui, secara
perlahan rasa trauma pun akan hilang sendirinya dan ibu pun akan terbiasa menyusui
bayinya.
 Mencegah kanker payudara
Selain membuat kondisi kesehatan dan mental ibu menjadi lebih stabil, ASI
eksklusif juga bisa meminimalkan timbulnya resiko kanker payudara. Sebab salah
satu pemicu penyakit kanker payudara pada ibu menyusui ialah kurangnya pemberian
Asi eksklusif untuk bayi mereka sendiri.

2.3 Jenis-Jenis ASI Ekslusif


Komposisi ASI dapat berubah dan berbeda dari waktu ke waktu sesuai dengan
kebutuhan bayi sesuai usianya. Berdasarkan waktunya, ASI dibedakan dalam tiga
stadium yaitu kolostrum, ASI masa transisi dan ASI matur.
1. Kolostrum (ASI hari 1-7)
Kolostrum merupakan susu pertama keluar, berbentuk cairan kekuningan
yang diproduksi beberapa hari setelah kelahiran dan berbeda dengan ASI transisi
dan ASI matur. Kandungan kolostrum terdiri dari protein 8,5%, sedikit
karbohidrat 3,5%, lemak 2,5%, garam dan mineral 0,4%, air 85,1%, dan vitamin
larut lemak. Kandungan protein kolostrum lebih tinggi dan kandungan laktosanya
lebih rendah dibandingkan ASI matang. Selain itu, kolostrum kaya akan
imunoglobulin A (IgA) sekretorik, laktoferin, leukosit, serta faktor pertumbuhan
seperti faktor pertumbuhan epidermal. Kolostrum juga dapat berfungsi sebagai
pencahar yang dapat membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. Jumlah
kolostrum yang diproduksi ibu hanya sekitar 7,4 sendok teh atau 36,23 mL per
hari. Pada hari pertama bayi, kapasitas perut bayi sekitar 5-7ml (atau sebesar
kelereng kecil), pada hari kedua mencapai 12-13 ml, dan pada hari ketiga 22-27
ml (atau sebesar kelereng besar/gundu). Karenanya, meskipun jumlah kolostrum
sedikit tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir.
2. ASI transisi (ASI hari 7-14)
ASI ini merupakan transisi dari kolostrum ke ASI matur. Kandungan
protein dan imunoglobulin semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa,
vitamin larut air, dan volume ASI akan semakin meningkat. Peningkatan volume
ASI dipengaruhi oleh lamanya menyusui yang kemudian akan digantikan oleh
ASI matur.
3. ASI matur
ASI matur merupakan ASI yang disekresi dari hari ke-14 dan seterusnya
dimana komposisinya relatif konstan. ASI matur dibedakan menjadi dua yaitu
ASI awal atau foremilk, dan ASI akhir atau hindmilk. Foremilk adalah ASI yang
keluar pada setiap awal menyusui, sedangkan hindmilk adalah ASI yang keluar
pada setiap akhir menyusui. ASI awal menyediakan pemenuhan kebutuhan bayi
akan air. Jika bayi memperoleh ASI awal dalam jumlah banyak, maka semua
kebutuhan air akan terpenuhi. ASI akhir memiliki lebih banyak lemak daripada
ASI awal, hal ini menyebabkan ASI akhir terlihat lebih putih dibandingkan
dengan ASI awal. Lemak memberikan banyak energi, oleh sebab itu bayi harus
diberi kesempatan menyusu lebih lama agar bisa mendapatkan ASI akhir yang
kaya lemak dengan optimal.

2.4 Capaian ASI Ekslusif di Indonesia


Kementerian Kesehatan mencatat, persentase pemberian ASI eksklusif bayi berusia 0-5
bulan sebesar 71,58% pada 2021. Angka ini menunjukkan perbaikan dari tahun sebelumnya yang
sebesar 69,62%. Namun, sebagian besar provinsi masih memiliki persentase pemberian ASI
ekslusif di bawah rata-rata nasional. Gorontalo tercatat sebagai provinsi dengan persentase
terendah yakni hanya 52,75%. Diikuti Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara sebesar 55,98%
dan 57,83%. Persentase pemberian ASI eksklusif di Papua Barat dilaporkan sebesar 58,77%.
Sementara, di Kepulauan Riau sebesar 58,84%. DKI Jakarta juga termasuk provinsi yang
persentasenya di bawah nasional, yaitu sebesar 65,63%.

Persentase Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan Yang Mendapatkan Asi Eksklusif Menurut
Provinsi (Persen), 2019-2021
2.5 Capaian ASI Ekslusif di Kota Padang
Di Indonesia, target cakupan ASI ekslusif adalah 80%, pencapaian ASI ekslusif di
Provinsi Sumatera Barat adalah 73,6 %, cakupan pemberian ASI esklusif di Kota Padang
adalah 70,74%, sedangkan Puskesmas Nanggalo salah satu cakupan ASI ekslusif terendah
59,38% di Kota Padang.

2.6 STP (segmenting targeting positioning) ASI Ekslusif


1. Segmenting
a. Ekonomi
Kota Padang sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-19 telah mengalami
pertumbuhan ekonomi cepat yang didorong oleh tingginya permintaan kopi
dari Amerika. Akibatnya pada tahun 1864 telah berdiri salah satu
cabang Javaansche Bank yakni bank yang bertanggung jawab terhadap mata
uang di Hindia Belanda serta telah mengikuti standar selaras dengan yang ada
di negara Belanda. Seiring itu pada 1879 juga telah muncul bank simpan
pinjam. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat peredaran uang di kota ini.
Kota ini menempatkan sektor industri, perdagangan dan jasa menjadi andalan
dibandingkan dengan sektor pertanian dalam mendorong perekonomian
masyarakatnya. Hal ini terjadi karena transformasi ekonomi kota cenderung
mengubah lahan pertanian menjadi kawasan industri. Walaupun di sisi lain
industri pengolahan di kota ini telah memberikan kesempatan lapangan
pekerjaan yang cukup berarti.
Di kota ini terdapat sebuah pabrik semen yang bernama PT Semen
Padang dan telah beroperasi sejak didirikan pada tahun 1910. Pabrik semen ini
berlokasi di Indarung dan merupakan pabrik semen yang pertama di
Indonesia, dengan kapasitas produksi 5.240.000 ton per tahun. Hampir 63%
dari produksinya (baik dalam bentuk kemasan zak maupun curah)
didistribusikan melalui laut dengan memanfaatkan pelabuhan Teluk Bayur.
Selepas reformasi politik dan ekonomi, masyarakat Minang umumnya
menuntut pemerintah pusat untuk melaksanakan spin off (pemisahan) PT
Semen Padang dari induknya PT Semen Gresik, yang mana sejak tahun 1995
telah di merger (penggabungan) secara paksa oleh pemerintah pusat, walau
tuntutan akuisisi PT Semen Padang menjadi perusahaan yang mandiri lepas
dari PT Semen Gresik telah dikabulkan Pengadilan Negeri Padang, namun
penyelesaian persoalan tersebut masih belum jelas sampai sekarang. Apalagi
ditengarai terjadi kemerosotan kinerja perusahaan sejak penggabungan
tersebut. Hal ini karena pemerintah pusat masih menganggap restrukturisasi
beberapa BUMN melalui pembentukan holding terhadap beberapa BUMN
yang memiliki keterkaitan atau kesamaan usaha merupakan penyelesaian
terbaik untuk membangun keunggulan daya saing BUMN tersebut agar lebih
menjamin perolehan laba di atas rata-rata perusahaan pesaing lainnya.
Pusat perdagangan di Kota Padang adalah Pasar Raya Padang yang
dibangun pada zaman kolonial Belanda oleh seorang kapiten Cina bernama
Lie Saay. Dalam perkembangannya, pasar tradisional ini pernah menjadi
sentra perdagangan bagi masyarakat di Sumatera
Barat, Riau, Jambi dan Bengkulu pada era 1980-an. Selain itu, aktivitas
perniagaan di Padang juga didukung oleh 16 pasar satelit yang tersebar di
seluruh pelosok kota, sembilan di antaranya dimiliki oleh Pemerintah Kota
Padang yaitu Pasar Alai, Pasar Bandar Buat, Pasar Belimbing, Pasar Bungus,
Pasar Lubuk Buaya, Pasar Simpang Haru, Pasar Siteba, Pasar Tanah Kongsi,
dan Pasar Ulak Karang. Tidak seperti kebanyakan kota besar di Indonesia,
pertumbuhan pusat perbelanjaan modern di Kota Padang terbilang cukup
lamban. Pada tahun 1990-an terdapat setidaknya lima permohonan izin
pendirian mal di Kota Padang yang ditolak oleh Zuiyen Rais, walikota Padang
saat itu, karena mengambil lokasi di pusat kota. Pusat perbelanjaan modern
yang beroperasi saat ini di Kota Padang di antaranya yaitu Plaza
Andalas, Basko Grand Mall, Rocky Plaza, dan SPR Plaza. Untuk melindungi
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Pemerintah Kota Padang juga
tidak memberi izin jaringan ritel waralaba berbentuk minimarket
seperti Indomaret dan Alfamart yang sudah menjamur di berbagai kota di
Indonesia. Sebagai gantinya, jaringan minimarket Minang Mart dibentuk
oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Grafika Jaya Sumbar yang
bekerja sama dengan PT Sentra Distribusi Nusantara.
Perekonomian Kota Padang juga ditopang oleh sektor pariwisata dan
industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition atau
Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran). Hal ini didukung oleh
keberadaan sederet hotel dan gedung pertemuan di kota ini. Hingga saat ini
Kota Padang telah memiliki puluhan hotel berbintang, termasuk di antaranya
satu hotel bintang 5 dan delapan hotel bintang 4. Minangkabau International
Convention Center (MICC) yang saat ini dalam tahap konstruksi akan menjadi
gedung pertemuan terbesar di Kota Padang.
b. Demografis
Sebaran dan Kepadatan Penduduk:
Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan luas wilayah keseluruhan
sejumlah 694, 96 km2. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu wilayah
Kecamatan Koto Tengah (232,25 km2) atau sepertiga luas wilayah Kota
Padang dan wilayah kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Padang
Barat (7 km2). Dari data sensus penduduk tahun 2003, jumlah penduduk Kota
Padang yaitu sejumlah 765.450 jiwa. Wilayah dengan jumlah penduduk
terbesar yaitu Kecamatan Koto Tengah (141.638 jiwa), kemudian disusul
Kecamatan Kuranci (105.370 jiwa) dan Lubuk Begalung (93.203 jiwa).
Sedangkan wilayah kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu
Kecamatan Bungus Teluk Bungus (22.164 jiwa).
Kepadatan penduduk rata-rata Kota Padang pada tahun yang sama, yaitu
sebesar 1.101 jiwa/km2. Kecamatan dengan rata-rata kepadatan tinggi yaitu
terutama pada bagian pusat kota, yakni Kota Lama yaitu Kecamatan Padang
Timur (9.744 jiwa/km2), Padang Utara (8.599 jiwa/m2), Padang Barat (8.140
jiwa/km2). Sedangkan wilayah kecamatan dengan rata-rata kepadatan
penduduk rendah yaitu Kecamatan Bungus Teluk Bangus (220 jiwa/km2),
Pauh (328 jiwa/km2). Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut.
Tenaga Kerja:
Komposisi penduduk menurut lapangan kerja di Kota Padang terbanyak
adalah perdagangan yaitu sebesar 39,11 %, pelayanan jasa sebesar 25,5 % dan
pertanian sebesar 10,49 %. Sedangkan yang terkecil adalah pertambangan dan
galian sebesar 0,74 %. Dengan struktur mata pencaharian tersebut
menunjukkan bahwa Kota Padang telah tumbuh dan berkembang sebagai
pusat kota perdagangan dan pelayanan jasa, dimana kecenderungan tersebut
akan memberikan implikasi terhadap kebutuhan kota akan sarana dan
prasarana yang memadai. Mengingat kecilnya mata pencaharian penduduk di
bidang pertambangan dan galian menunjukkan bahwa sumberdaya alam
kurang menjanjikan umtuk menunjang perekonomian kota.
c. Geografis
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional telah ditetapkan Kota
Padang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) disamping itu Kota Padang
Kota juga sebagai ibukota dan pusat pendidikan tinggi di Propinsi Sumatera
Barat. Berdasarkan PP No 17 tahun 1980, luas wilayah Kota Padang secara
administratif adalah 165,35 Km. Menurut Perda No. 10 Tahun 2005 tentang
luas Kota Padang diketahui terjadi penambahan luas administrasi menjadi
1.414,96 Km2, dimana penambahan wilayah lautan/perairan seluas 720,00
km2. Secara geografis, Kota Padang berada di antara 00 44 00 dan 1 08 35
Lintang Selatan serta antara 100 05 05 dan 100 34 09 Bujur Timur.
Kota Padang yang membujur dari Utara ke Selatan memiliki pantai
sepanjang 68,126 km dan terdapat deretan Bukit Barisan dengan panjang
daerah bukit (termasuk sungai) 486,209 Km2. Perpaduan kedua letak tersebut
menjadikan Kota Padang memiliki alam yang sangat indah dan menarik.
Ketinggian wilayah daratan Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 –
1853 m diatas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan
Lubuk Kilangan. Batas-batas wilayah Kota Padang :
Sebelah Utara : Kabupaten Padang Pariaman
Sebelah Selatan: Kabupaten Pesisir Selatan
Sebelah Timur : Kabupaten Solok
Sebelah Barat : Samudera Hindia
Secara Administratif, Kota Padang memiliki 11 Kecamatan dan 104
Kelurahan. 11 Kecamatan tersebut adalah :
1. Bungus Teluk Kabung
2. Lubuk Kilangan
3. Lubuk Begalung
4. Padang Selatan
5. Padang Timur
6. Padang Barat
7. Padang Utara
8. Nanggalo
9. Kuranji
10. Pauh
11. Koto Tangah

Di samping memiliki wilayah daratan, Kota Padang juga memiliki wilayah


perairan yang dihiasi oleh 19 pulau kecil yang masuk dalam wilayah
administrasi Kota Padang. Kesembilan belas pulau tersebut tersebar pada 3
Kecamatan. Dimana yang terbesar adalah Pulau Bintangur seluas 56,78 ha,
kemudian pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 48,12 ha
dan Pulau Toran di Kecamatan Padang Selatan seluas 33,67 ha. Selain Pulau
Kota Padang juga memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai
kecil. Sungai yang terpanjang adalah sungai Batang Kandis.
d. Psikologis
Penyuluhan, penyebaran informasi mengenai asi ekslusif di media sosial dan
menggunakan media cetak melalui poster, leaflet, banner, dll.
2. Targeting
Target dari asi ekslusif : keluarga yang memiliki bayi (ayah, ibu, dan bayi), tenaga
kesehatan, masyarakat.
3. Positioning
Positioning menjelaskan apa yang seharusnya target sasaran rasakan dan pikirkan
tentang target perilaku dan manfaat perilaku. Positioning yang dapat diterapkan yaitu
nutrisi ASI yang terbaik dan gratis. Dibantu dengan marketing mix ialah : Produk inti
adalah ASI eksklusif, agar produk dapat dijangkau, petugas puskesmas mendatangi
lokasi sasaran sebagai bentuk strategi harga dan tempat. Promosi menggunakan
media komunikasi menyesuaikan sasaran.

2.7 Implementasi Program ASI Ekslusif


1) Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu indikator program pemerintah
dalam melaksanakan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka
seribu hari pertama kehidupan (Gerakan 1000 HPK), gerakan ini dimulai dari
masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun.
2) Pemerintah telah menggalakkan berbagai program edukasi untuk
memperkenalkan ASI eksklusif melalui berbagai media. Tetapi pada
kenyataannya, masih banyak ibu yang tidak melakukannya, hal ini dikarenakan
tidak mau dan atau tetap memilih memberikan susu formula karena berbagai
mitos yang salah di masyarakat serta gencarnya promosi susu formula oleh
produsen susu di media sosial. Padahal pemberian ASI eksklusif sangat penting
karena memiliki berbagai manfaat bagi bayi dan ibu.
3) Upaya dalam meningkatan pemberian ASI yang sudah banyak dilakukan
berdasarkan hasil kajian adalah konseling, disamping itu ada juga pendampingan
oleh keluarga dan hipnolaktasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa konseling atau
penyuluhan/edukasi tentang pemberian ASI eksklusif menjadi upaya yang paling
banyak dilakukan yaitu sebanyak disamping pendampingan oleh keluarga dan
tenaga kesehatan. Upaya berupa konseling akan lebih efektif dilakukan sejak pre-
natal hingga ibu menyusui.
4) Kebijakan ASI eksklusif di Indonesia sudah sejak lama dibuat oleh pemerintah.
Kebijakan itu antara lain Permenkes RI No. 240/MENKES/PER/V/1985 yang
mengatur tentang pengganti ASI, Kemenkes RI No. 237/Menkes/SK/IV/1997
tentang pemasaran pengganti ASI, kemudian Peraturan Pemerintah No. 69 tahun
1999 tentang label dan iklan pangan. Selanjutnya dikeluarkan lagi Kemenkes RI
No. 450/Menkes/SK/IV2004 tentang pemberian ASI eksklusif di Indonesia yang
kemudian diterbitkan lagi PP No. 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI ekslusif.
Peraturan pemerintah No. 33 ini kemudian ditunjang oleh peraturan baru melalui
Permenkes RI No. 39 tahun 2013 tentang susu formula dan produk bayi lainnya
dan Permenkes RI No. 15 tahun 2013 tentang penyediaan fasilitas khusus
menyusui dan/atau memerah ASI agar melindungi para ibu yang meninggalkan
bayinya bekerja di luar rumah masih dapat memberikan ASI pada bayinya baik
memberikan secara langsung ataupun dengan memerah ASI.
5) Peraturan Pemerintah No 33 tahun 2012 bertujuan untuk melindungi, mendukung
dan mempromosikan pemberian ASI eksklusif melalui dukungan dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan,
serta pemberdayaan masyarakat dan keluarga terdekat dari ibu dan bayi. Dalam
PP tersebut pemerintah memberikan dukungan berupa jaminan untuk pemenuhan
hak bayi atas ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan usia 6 bulan dengan
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya, memberikan dukungan
kepada ibu dalam memberikan ASI ekslusif dan meningkatkan peran dan
dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah pusat
terhadap pemberian ASI ekslusif.
6) Selama ini dukungan yang diberikan baik dari WHO maupun dari pemerintah
pusat dan pemerintah daerah terhadap peningkatan pemberian ASI eksklusif
sebenarnya telah memadai. Hal ini terbukti dengan adanya rekomendasi dari
WHO dan UNICEF (2002) yang dibuat untuk peningkatan cakupan ASI
eksklusif, yaitu (1) inisiasi menyusu dini pada satu jam setelah kelahiran,
(2) memberikan secara eksklusif, kolostrum kepada bayi dan menghindari
makanan/minuman lainnya sebelum pemberian ASI dan makanan lain pada masa
awal kehidupan bayi, (3) ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan
bayi, (4) memberikan nutrisi makanan tambahan yang hygienis setelah umur 6
bulan. Dukungan politis dari pemerintah antara lain, telah dicanangkannya
GNPP-ASI (Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu) pada
tahun 1990. Ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada
bayi di Indonesia, yang memuat sepuluh langkah menuju keberhasilan
menyusui diantaranya berisi tentang semua institusi pelayanan kesehatan
mempunyai kebijakan tertulis mengenai pemberian ASI yang secara berkala
dikomunikasikan kepada semua petugas kesehatan, melatih semua petugas
kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan kebijakan
tersebut, memberi informasi mengenai manfaat ASI dan menyusui kepada
semua ibu hamil, membantu ibu menyusui sedini mungkin dalam waktu
setelah lahir sampai satu jam (Siregar, 2004), memberikan ASI kepada bayi
tanpa dijadwal dan tidak memberikan dot serta beberapa langkah lainnya.
7) Melalukan Pembinaan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu).
Kelompok pendukung adalah kumpulan dari beberapa orang yang
mengalami situasi yang sama atau memiliki tujuan yang sama, yang bertemu
secara rutin untuk saling menceritakan kesulitan, keberhasilan, informasi dan
ide berkaitan dengan situasi yang dihadapi atau upaya mencapai tujuan yang
diinginkan. Pertemuan kelompok pendukung dilaksanakan dalam suasana
bersahabat, nyaman, saling mempercayai dan menghargai. Melalui
pertemuan-pertemuan tersebut, peserta sebuah Kelompok Pendukung dapat
saling memberi dan menerima dukungan, baik berupa dukungan teknis, moral
maupun emosional untuk sukses mengatasi situasi yang dihadapi atau mencapai
tujuan yang diinginkan. Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) secara khusus
diselenggarakan untuk para ibu yang ingin berhasil melaksanakan pemberian air
susu ibu secara optimal, yang meliputi inisiasi menyusu dini, ASI ekslusif 6
bulan, dan meneruskan pemberian ASI hingga dua tahun atau lebih dengan
makanan pendamping yang bergizi. Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu)
merupakan kelompok sebaya yang beranggotakan 6-12 ibu hamil dan ibu bayi
bawah dua tahun yang bertemu secara rutin 2 minggu sekali atau setidaknya
sebulan sekali termasuk kunjungan rumah untuk saling bertukar pengalaman,
berdiskusi dan saling memberi dukungan terkait kesehatan ibu dan anak
khususnya seputar kehamilan, menyusui dan gizi, dipandu/difasilitasi oleh
motivator. Peserta KP Ibu diutamakan ibu hamil serta ibu ibu yang memiliki
bayi usia 0-6 bulan. Walaupun demikian, kelompok ini terbuka untuk orang
orang lain yang memiliki minat yang sama. Suami atau anggota keluarga
lain dari seorang ibu hamil/menyusui, seorang perempuan yang belum hamil
tapi sudah berkeinginan untuk menyusui bayinya suatu saat, atau tenaga
kesehatan yang ingin belajar dari dan berbagi informasi dengan para ibu
hamil/menyusui dapat dilibatkan dalam pertemuan KP Ibu.
Diskusi di pertemuan KP Ibu diutamakan pada isu seputar ASI dan
menyusui. Walaupun demikian, bila diskusi berkembang dengan baik tidak
tertutup kemungkinan untuk mencakup isu isu lain yang berhubungan dengan
situasi peserta KP Ibu, misalnya perawatan ibu pada masa kehamilan, proses
persalinan dan pemulihan pasca persalinan, pemberian makanan tambahan pada
anak dan lain lain (Karuniawati, 2012). Kelompok Pendukung Ibu perlu
dibentuk di tengah masyarakat dengan memberdayakan masyarakat itu
sendiri khususnya para ibu dengan didampingi oleh motivator dari tenaga
kesehatan. Dengan saling bertukar informasi dan mendukung satu sama lain
diharapkan ibu dapat terus meningkatkan pengetahuannya dan termotivasi untuk
memberikan ASI eksklusif. Pembinaan yang baik oleh Puskesmas akan
menjadikan kelompok ini bisa terus berkembang dan menarik lebih banyak ibu
untuk bergabung di dalamnya. Kegiatan konseling ASI di puskesmas belum
berjalan dengan optimal, dilihat dari pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
langkah keterampilan konseling ASI, upaya sosialisasi belum maksimal,
ketersediaan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang belum
mencukupi (Santi et al, 2015).
8) Sosialisasi PP No. 33 Tahun 2012
Pada akhir Maret 2012, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 33 tahun 2012 untuk melaksanakan ketentuan Pasal 129 ayat
(2) Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. PP ini mengatur
Pemberian ASI eksklusif yang menjamin pemenuhan hak bayi untuk
mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai berusia 6 (enam) bulan dan
perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayi serta
meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah
dan pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif. Bab IV (Pasal 15-29)
menjelaskan tentang penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya.
Pemberian susu formula diperbolehkan pada kondisi dimana pemberian ASI
eksklusif tidak dimungkinkan berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu indikasi
medis, ibu tidak ada dan ibu terpisah dari bayi. Setiap tenaga kesehatan
dilarang memberikan susu formula bayi dan/atau produk bayi lainnya yang
dapat menghambat pemberian ASI eksklusif kecuali dalam hal khusus yang
diperbolehkan.
Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan juga dilarang menerima
dan/atau mempromosikan susu formula. Begitu juga dengan distributor susu
formula dilarang melakukan kegiatan yang menghambat program pemberian ASI
eksklusif termasuk diantaranya dengan menggunakan tenaga kesehatan untuk
memberikan informasi tentang susu formula kepada masyarakat. Diatur juga
mengenai sanksi administratif terhadap tenaga kesehatan, penyelenggara
fasilitas pelayanan kesehatan, pihak-pihak terkait termasuk produsen serta
distributor susu formula yang tidak melaksanakan ketentuan yang telah
diatur. Peraturan Pemerintah ini juga mengatur tentang perlunya tempat kerja
dan tempat sarana umum mendukung program ASI eksklusif dan ini diatur pada
Bab V (Pasal 30-36). Setiap tempat kerja dan tempat sarana umum seperti
fasilitas pelayanan kesehatan, hotel dan penginapan, tempat rekreasi,terminal
angkutan darat, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, pusat perbelanjaan,
gedung olahraga, lokasi penampungan pengungsi dan tempat umum lainnya
harus menyediakan fasilitas khusus untuk memudahkan ibu menyusui dan/atau
memerah ASI yaitu ruang untuk tempat ibu menyusui bayinya atau memerah
ASI (ruang ASI). Pengurus tempat kerja juga diwajibkan memberi
kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan ASI kepada bayi atau
memerah ASI selama waktu kerja di tempat kerja serta membuat peraturan
internal yang mendukung keberhasilan program pemberian ASI eksklusif.
Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012 sangat membantu untuk mendukung
program ASI eksklusif tetapi masih belum banyak pihak yang mengetahui
tentang hak tersebut. Perlu juga dibuat Peraturan Gubernur dan perda khusus
untuk mendukung PP tersebut sehingga mempunyai kekuatan hukum. Aprillia
(2009) menyimpulkan bahwa kebijakan sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan program IMD dan ASI eksklusif, selain juga perlu adanya
petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis) serta protap agar bisa
mengajukan anggaran serta sosialisasi tentang hal tersebut. Sosialisasi
diperlukan agar setiap pihak yang terkait dengan program IMD dan ASI
eksklusif mengetahui, mematuhi dan melaksanakannya. Dinas Kesehatan juga
dapat melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan tersebut dengan
menerapkan sanksi kepada pihak yang melanggar. Selama peraturan
pemerintah ini belum disosialisasikan tentu akan sulit untuk memberlakukan
sanksi dan upaya meningkatkan cakupan ASI eksklusif menjadi terhambat.
9) Konselor ASI
Konselor ASI adalah orang yang dibekali keterampilan untuk
membantu ibu memutuskan apa yang terbaik untuknya dan menumbuhkan
kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI kepada bayi (Roesli, 2005).
Konselor ASI dipilih dari tenaga kesehatan yang kemudian mendapatkan
pelatihan khusus konseling menyusui dengan jumlah jam pelatihan yang telah
distandarkan oleh badan kesehatan dunia (World Health Association) yaitu 40
jam. Melalui pelatihan ini setiap calon konselor belajar tentang ASI dan segala
faktor yang terkait dengan pemberian ASI baik secara medis/teknis, sosial
budaya. Para konselor yang sudah terlatih ini dapat memberikan pelayanan
konseling bagi setiap ibu mulai dari masa kehamilan, mendampingi saat
persalinan untuk membantu dan mendukung proses IMD serta selanjutnya
selama ibu menyusui anaknya karena para konselor selain dapat ditemui
langsung juga dapat dihubungi melalui telepon ataupun sms (short message
system) kapan saja ibu membutuhkan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
telah mengadakan pelatihan konselor ASI bagi tenaga kesehatan yang bekerja
di Puskemas dengan pelaksanaan pelatihan diserahkan kepada tiap-tiap Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk Kota Yogyakarta, pelatihan sudah dimulai
tahun 2009 dan terus berlanjut sehingga saat ini semua Puskesmas di wilayah
Kota Yogyakarta sudah memiliki tenaga konselor ASI. Bidan konselor ASI
yang bekerja di Puskesmas Perawatan mempunyai tugas pokok dan tugas
tambahan yang sangat kompleks sehingga tidak jarang mengalami kesulitan
untuk melaksanakan setiap tugasnya dengan baik dan berdampak terhadap
kinerjanya yang tidak maksimal (Santi, 2014).
Kehadiran konselor ASI diharapkan akan dapat mengurangi
permasalahan tentang rendahnya dukungan tenaga kesehatan dalam hal pemberian
ASI eksklusif. Dengan adanya dukungan, para ibu akan meningkat kepercayaan
dirinya yang sudah terlatih ini dapat memberikan pelayanan konseling bagi
setiap ibu mulai dari masa kehamilan, mendampingi saat persalinan untuk
membantu dan mendukung proses IMD serta selanjutnya selama ibu menyusui
anaknya karena para konselor selain dapat ditemui langsung juga dapat
dihubungi melalui telepon ataupun sms (short message system) kapan saja ibu
membutuhkan. Hasil penelitian Albernaz et al (2003) di Brazil mendapatkan
kesimpulan bahwa dukungan konselor ASI dapat memperlambat masa
penyapihan terhadap bayi yang disusui. Ini tentunya akan sangat bermanfaat
untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif karena ibu-ibu akan lebih lama
waktu untuk menyusui bayinya. Perilaku pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan pemberian ASI eksklusif baik oleh ibu maupun petugas kesehatan
terutama bidan, semuanya sangat dipengaruhi terutama oleh faktor sikap,
motivasi, maupun pengetahuan, baik sikap, motivasi, dan pengetahuan ibu,
maupun petugas kesehatan khususnya bidan (Hector et al, 2005). Kelompok
Pendukung Ibu dengan melibatkan Puskesmas yang tersebar di wilayah
kerjanya, melakukan kerjasama dengan institusi pendidikan, perusahaan-
perusahaan, dan tempat-tempat fasilitas umum dalam upaya melaksanakan
ketentuan yang sudah ditetapkan oleh PP No. 33 tahun 2012 serta
memberikan reward dan punishment terhadap tenaga kesehatan, fasilitas
pelayanan kesehatan yang diketahui melakukan pelanggaran atau menghambat
program IMD dan ASI eksklusif.
10) Pemerintah Kota Padang, Sumatera Barat, mewajibkan kantor instansi pemerintah
dan mengimbau sarana umum seperti mal dan perkantoran swasta menyediakan
ruang laktasi. Upaya tersebut sebagai cara memberikan hak kepada ibu menyusui.
Selain mewajibkan penyediaan ruang laktasi juga menggelar perlombaan ruangan
yang dinilai paling baik dan lengkap fasilitasnya.
11) Memperingati Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember, Dompet Dhuafa
Singgalang bersama Komunitas Sumbar Peduli Asi (KSPA) menggelar kampanye
“ASI Yes, Susu Formula No!” di GOR Agus Salim Padang, Minggu (21/12).
KSPA on the Road memuat rangkaian kegiatan berupa konsultasi ASI, konsultasi
kandungan, konsultasi kesehatan Ibu/anak, konsultasi parenting, bazar dan aksi
dukungan tandatangan oleh masyarakat Sumbar. “Dengan Jargon mengispirASI,
mengedukASI, mengASIhi, kami bersama KSPA akan terus melakukan kegiatan-
kegiatan edukasi dan mendukung pemberian ASI kepada anak minimal dua
tahun,” Manager Relief and Charity Dompet Dhuafa Singgalang, Karsini.
Volunteer Spesialis Kesehatan Dompet Dhuafa Singgalang, Dr. Yessi Elsandra,
juga mengungkapkan bahwa gerakan edukasi dan kampanye terus menerus dapat
mendorong tingkat kesadaran masyarakat khususnya para ibu. “Menyusui selama
dua tahun itu amat penting,” katanya. Ketua Panitia KSPA on The Road, Windi
Dutria, mengatakan kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan sosialisasi
kepada masyarakat Sumbar khususnya Kota Padang tentang keberadaan
Komunitas Sumbar Peduli ASI sekaligus sebagai bentuk bakti sosial KSPA
dengan memberikan dukungan konseling secara gratis kepada Ibu Hamil, Ibu
Menyusui dan Para Orang Tua. Keberadaan KSPA sendiri merupakan salah satu
langkah untuk dapat menginisiasi pembentukan AIMI Cabang Sumatera Barat.
Hadir dalam acara tersebut, Ibu Walikota Padang, Harnelli Bahar. Peserta tidak
hanya para ibu, tapi juga para ayah yang mendukung pemberian ASI kepada anak.
(w/can)

Anda mungkin juga menyukai