c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Manajemen
Fungsi manajemen. Menurut Muninjaya (2004), ada beberapa fungsi manajemen yaitu :
1. Perencanaan
Fungsi dari perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena fungsi ini akan
menentukan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya. Fungsi perencanaan adalah landasan dasar
dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan, tidak mungkin
perencanan lainnya berjalan dengan baik.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai peranan penting
seperti halnya fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang
dimiliki oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur penggunaannya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
3. Penggerakan dan pelaksanaan
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program untuk mencapai
tujuan program. Oleh karena itu fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana manajemen
mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya (manusia dan bukan manusia) untuk
mencapai tujuan yang disepakati.
3. Penyelenggaraan makanan
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan
menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan
makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan,
laporan serta evaluasi (Kemenkes, 2013).
Tujuan penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah untuk menyediakan makanan yang
berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh konsumen guna
mencapai status gizi yang optimal. Sasaran penyelenggaraan makanan dirumah sakit terutama
pasien yang rawat inap, sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan
penyelenggaraan makanan bagi karyawan. Ruang lingkup penyelenggaraan makanan rumah sakit
meliputiproduksi dan distribusi makanan (Kemenkes, 2013).
1. Sistem swakelola
Pada penyelenggaraan makanan RS dengan sistem swakelola, instalasi gizi atau unit gizi
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam
sistem swakelola ini, seluruh sumber daya yang diperlukan (tenaga, dana, metoda, sarana dan
prasarana) disediakan oleh RS. Pada pelaksanaannya instalasi gizi mengelola kegiatan gizi sesuai
fungsi manajemen yang dianut dan mengacu pada pedoman pelayanan gizi rumah sakit yang
berlakudan menerapkan standar prosedur yang ditetapkan.
Pada sistem diborongkan sebagian, pengusaha jasa boga selaku penyelenggara makanan
menggunakan sarana dan prasarana atau tenaga milik RS. Pada system diborongkan penuh,
makanan disediakan oleh pengusaha jasa boga yang ditunjuk tanpa menggunakan sarana dan
prasarana atau tenaga dari RS.
3. Sistem kombinasi
Sistem kombinasi adalah bentuk sistem penyelenggaraan makanan yang merupakan kombinasi
dari sistem swekelola dan sistem diborongkan sebagai upaya memaksimalkan sumber daya yang
ada. Pihak rumah sakit dapat menggunakan jasa boga atau catering hanya untuk kelas VIP atau
makanan karyawan, sedangkan selebihnya dapat dilakukan dengan swakelola
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan
menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan
makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan,
pelaporan serta evaluasi. Kegiatan penyelenggaraan makanan di rumah sakit meliputi penetapan
peraturan pemberian makanan rumah sakit, penyusunan standar bahan makanan rumah sakit,
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran bahan
makanan, pengadaan bahan makanan, pemesanan dan pembelian bahan makanan, penerimaan
bahan makanan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan, persiapan bahan makanan,
pemasakan bahan makanan, dan distribusi makanan (Kemenkes, 2013).
Perencanaan menu.
Kata “menu” berarti hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara makan, baik makan
siang maupun makan malam.
Namun, menu dapat juga disusun untuk untuk lebih dari satu kali makan, misalnya untuk satu
hari yang terdiri dari menu makan pagi, makan siang, dan makan malam, serta makanan selingan
jika ada. Dalam penyelenggaraan makanan institusi, menu dapat disusun untuk jangka waktu
yang cukup lama, misalnya untuk selama tujuh hari atau sepuluh hari. Menu yang disusun seperti
itu disebut menu standar (master menu). Menu induk (master menu) digunakan sebagai patokan
dalam penyelenggaraan makanan di rumah sakit (Moehyi, 1992).
Berdasarkan penelitian Muliawardani dan Mudayana (2016) dalam manajemen pelayanan gizi di
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta bahwa perencanaan menu di
rumah sakit tersebut dilakukan setiap enam bulan sekali dan menu akan dirubah jika dalam kurun
waktu tersebut ditemukan pasien yang tidak menyukai menunya atau jika ada masukan untuk
penggantian menu. Hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan susunan hidangan yang serasi
dan dapat memenuhi selera dan kebutuhan gizi pasien.
Menurut Kemenkes (2013) dalam Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, ada beberapa langkah-
langkah yang dilakukan dalam perencanaan menu. Adapun langkah-langkah dalam perencanaan
menu, meliputi :
1. Bentuk Tim Kerja Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari dietisien, kepala
masak (chef cook), pegawas makanan.
2. Menetapkan Macam Menu Mengacu pada tujuan pelayanan makanan rumah sakit, maka perlu
ditetapkan macam menu, yaitu menu standar, menu pilihan, dan kombinasi keduanya.
3. Menetapkan Lama Siklus Menu dan Kurun Waktu Penggunaan Menu Perlu ditetapkan macam
menu yang cocok dengan sistem penyelenggaraan makanan yang sedang berjalan. Siklus dapat
dibuat untuk menu 5 hari, 7 hari, 10 hari atau 15 hari. Kurun waktu penggunaan menu dapat
diputar selama 6 bulan-1 tahun.
4. Menetapkan Pola Menu Pola menu yang dimaksud adalah menetapkan pola dan frekuensi
macam hidangan yang direncanakan untuk setiap waktu makan selama satu putaran menu.
Dengan penetapan pola menu dapat dikendalikan penggunaan bahan makanan sumber zat gizi
dengan mengacu gizi seimbang.
5. Menetapkan Besar Porsi Besar porsi adalah banyaknya golongan bahan makanan yang
direncanakan setiap kali makan dengan menggunakan satuan penukar berdasarkan standar
makanan yang berlaku di rumah sakit.
Instalasi Gizi
Unit yang mengelola kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit sebagai wadah untuk melakukan
pelayanan makanan, pelayanan terapi diet dan penyuluhan/konsultasi gizi meliputi:
Sistem pengadaan makanan dimulai dari pemilihan bahan makanan mentah berkualitas baik
hingga menjadi makanan siap santap
Pelayanan gizi rawat inap: pemberian makan dilakukan setiap hari secara kontinyu dengan pola
makan yang sudah di tentukan berdasarkan standar kecukupan energi dan zat gizi serta kelas
perawatan.
Pelayanan Penyuluhan dan konsultasi gizi terdiri dari screening gizi, evaluasi makan dan
konsultasi gizi. Pelaksanaannya dibutuhkan data penunjang yang lengkap serta kerja sama dari
laboratorium, perawat dan dokter.
Pada Instalasi Gizi dilaksanakan pelayanan gizi secara efektif dengan kualitas yang optimal
dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan kesehatan pasien.
Asuhan Gizi RJ merupakan proses asuhan gizi berkesinambungan berupa intervensi gizi dan
monitoring evaluasi kepada pasien. secara umum disebut sebagai kegiatan konseling gizi atau
edukasi / penyuluhan gizi.
Asuhan Gizi RI merupakan asuhan gizi yang diberikan kepada pasien rawat inap guna
pengkajian gizi, berdasarkan diagnosis, kebutuhan gizi yang diperlukan bagi pasien untuk
perencanaan penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi dan konseling gizi serta monitoring dan
evaluasi gizi.
SUMBER
Departemen Keseshatan RI. (2000). Prinsip-Prinsip Higiene Sanitasi Makanan. Diakses dari
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2015/02/ HIGIENE-SANITASI-PANGAN-DIT-
GIZI1.pdf
Gobel, S, Y., Prawiningdyah, Y., & Budiningsari, R. D. (2011). Menu pillihan diet nasi yang
disajikan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien VIP di Rumah Sakit Umum Daerah
Sulawesi Tenggara. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 7(3), 136-145.
Jufri, J., Hamzah, A., & Bahar, B. (2012). Manajemen pengelolaan makanan di Rumah Sakit
Umum Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Janeponto. Jurnal Ilmiah Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin, 8(6), 49-60. Diakses dari http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/
24ac9c23a7982075502dbecb6c3ea538. pdf
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Diakses dari
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/ PMK%20No.%2078%20ttg%20PGRS.pdf
Moehyi, S. (1992). Penyelenggaraan makanan institusi dan jasa boga (Edisi ke- 1). Jakarta:
Bhratara.
Muliawardani, R., & Mudayana, A. A. (2016). Analisis manajemen pelayanan gizi di Rumah
Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(1),
25-34. Diakses dari http://journal.uad.ac.id/ index.php/KesMas/article/view/2270
RSUD dr. M. Ashari. Instalasi Gizi RSUD dr. M. Ashari Pemalang. Pemalang.
https://rsudashari.pemalangkab.go.id/penunjang/instalasi-gizi.html (diakses tanggal 28 Maret
2021)