Anda di halaman 1dari 197

GAMBARAN IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN

PEDULI REMAJA (PKPR) DI DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

SELATAN DAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN

2017

Skripsi

Oleh:

Sofiyulloh

NIM.1113101000048

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

1
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

GAMBARAN IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN

PEDULI REMAJA (PKPR) DI DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

SELATAN DAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN

2017

Disusun Oleh:
Sofiyulloh
NIM.1113101000048

Telah disetujui, diperiksa dan untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Agustus 2017


Pembimbing

dr. Yuli Prapanca Satar, MARS


NIP. 19530730 198011 1 001

ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN

iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, September 2017
Sofiyulloh, NIM: 1113101000048
GAMBARAN IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN
PEDULI REMAJA (PKPR) DI DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG
SELATAN DAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN
2017
xvii+150 halaman, 31 tabel, 1 gambar, 6 bagan, 6 lampiran
ABSTRAK

Masalah kesehatan remaja masih tinggi, sehingga pada tahun 2003,


Kementerian Kesehatan Indonesia mengembangkan PKPR sebagai upaya solusi
permasalahan tersebut. Dan pada tahun 2016 targetnya sebanyak 30% Puskesmas
mampu melaksanakan PKPR. Di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan terdapat 4
Puskesmas PKPR terstandarisasi dari 25 Puskesmas PKPR, sedangkan di Kabupaten
Tangerang ada 5 Puskesmas PKPR terstandarisasi dari 44 Puskesmas.
Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan
telaah dokumen selama bulan Juni sampai Agustus 2017. Dengan informannya adalah
Staf Kementerian Kesehatan, PJ Kesehatan Remaja di Dinas Kesehatan Kab/Kota,
dan PJ PKPR Puskesmas dan Guru/Siswa Sekolah PKPR sebanyak 4 masing-
masingnya menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2017 masih terdapat 6
Puskesmas PKPR yang belum terstandarisasi di Kota Tangerang Selatan dari total 26
Puskesmas PKPR. Sedangkan di Kabupaten Tangerang hanya ada 8 Puskesmas PKPR
dengan 5 sudah terstandarisasi dari 44 Puskesmas yang ada. Pemantauan SN PKPR di
keduanya belum berkala dan sistematis seperti yang ada di Pedoman SN PKPR,
meskipun Kota Tangerang Selatan lebih rutin melakukan pemantauan setiap tahunnya.
Selain itu, pelatihan Petugas PKPR oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tidak
rutin seperti Kota Tangerang Selatan, meskipun pada awal pembentukan sudah
dilakukan pelatihan. Serta keduanya belum mengembangkan kerjasama dengan LSM
terkait pelaksanaan PKPR di wilayah kerjanya pada tahun 2016-2017, hanya lintas
program dan lintas sektoral.

Kata Kunci: Kesehatan Remaja, Dinas Kesehatan, Manajemen, Pelayanan Kesehatan


Daftar Bacaan: 52 (2004-2017)

v
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
HEALTH CARE MANAGEMENT CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, September 2017
Sofiyulloh, NIM: 1113101000048
IMPLEMENTATION OF ADOLESCENT FRIENDLY HEALTH SERVICES
(AFHS) PROGRAM AT SOUTH TANGERANG CITY HEALTH OFFICE AND
TANGERANG DISTRICT HEALTH OFFICE, 2017: A DESCRIPTIVE STUDY
xvii+150 pages, 31 tables, 1 pictures, 6 charts, 6 appendixes
ABSTRACT

Adolescent health problem still occur from year to year, so that in 2003
Indonesian Ministry of Health develop AFHS in solution to improve these problems.
And in 2016, target by as much as 30% of Community Health Center able to carry out
AFHS. In South Tangerang City Health Office there were 4 AFHS standardized
Community Health Center from 25, whereas in Tangerang District there were 5 AFHS
standardized Community Health Center from 44 Community Health Center.
This was descriptive-qualitative research with case study design at Health
Office workplace areas of South Tangerang City and Tangerang District used in-depth
interviews, observations, and documents review on June till August 2017. The
informants were Staff of Health Family of Health Ministry, Adolescent Health PIC of
Health Office and Adolescent Health PIC of Community Health Center, then
Teachers/Students of AFHS Schools at both Health Offices workplace areas used
purposive sampling technique.
Results showed that in 2017 there were 6 AFHS Community Health Center had
not standardized in South Tangerang City from 26. Whereas, in Tangerang District
there were 8 AFHS Community Health Center with 5 AFHS standardized from 44
Community Health Center. Monitoring of AFHS-NS in both not periodic and
systematic as it guideline, although South Tangerang City more routine monitoring
every year. In addition, AFHS Officer training by Tangerang City Health Office wasn’t
routine such as South Tangerang City, although at the beginning of development the
training has done. And both hadn’t develop cooperation with NGOs in their workplace
areas about the implementation of AFHS in 2016-2017, they just doing cross programs
and cross sectors.

Keywords: Adolescent Health, Management, Health Office, Community Health


Center.
Bibliography: 52 (2004-2017)

vi
RIWAYAT PENULIS

Nama : Sofiyulloh
NIM : 1113101000048
Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 31 Desember 1994
Alamat : Dsn. Kalangan, Ds. Keplaksari RT/RW: 06/02,
Kec. Peterongan, Kab. Jombang, Jawa Timur, 61481
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Mahasiswa S1
Telepon : 08561930761 / 082112442368
Email : sofiyulloh.piyul@gmail.com

Riwayat Pendidikan
2013 – sekarang Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Program Studi Kesehatan Masyrakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010 – 2013 MA PP AMANATUL UMMAH (Program MBI Pacet)
Mojokerto, Jawa Timur
2007 – 2010 SMPN 3 Peterongan – PP Darul Ulum
Jombang, Jawa Timur
2001 – 2007 MIN Rejoso – PP Darul Ulum
Jombang, Jawa Timur
2000 – 2001 RA Al-Hidayah
Jombang, Jawa Timur

Pengalaman Organisasi
2016 – 2017 Wakil Koordinator Wilayah II – Ikatan Senat Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI)
2016 Kepala Departemen Kajian dan Aksi Strategi –
Dewan Eksskutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2015 – 2017 Anggota Divisi Marketing and Communication -
Health Care Management Association (HACAMSA)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2015 – 2016 Koordinator Daerah Jakarta Raya – Ikatan Senat Mahasiswa

vii
Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI)
2015 – 2016 Kepala Departemen Public Relations - Himpunana Mahasiswa
Program Studi (HMPS) Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014 – 2015 Anggota Departemen Kemahasiswaan – Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prestasi dan Pengalaman Kerja


2017 Delegasi Malaysia World Health Assembly (MyWHA) 2017 -
Kuala Lumpur, Malaysia
2017 Surveyor Kawasan Dilarang Merokok (KDM) DKI Jakarta -
LSM Smoke Free Jakarta (SFJ)
2017 Magang/PKL di Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang,
(Januari – Februari) Jawa Timur
2015 Salah satu author di situs anaksehatindonesia.com
2015 Peserta Pertukaran oleh AIESEC dengan Projek “Experience
Karachi” – Karachi, Pakistan

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah, dan anugerah kuasa-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tanggung jawab penulisan Skripsi yang berjudul “Gambaran
Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun
2017”. Penyusunan skripsi ini merupakan persyaratan untuk mendapatkan gelar Strata
Satu bagi setiap mahasiswa di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan pesan
terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan kelancaran dalam setiap
proses yang dilewati oleh penulis sehingga dapat menyelesaikan tanggung
jawab laporan;
2. Kedua orang tua yang selelu mendoakan, memberi dukungan moril dan
materil, serta motivasi semangat dan kasih sayang tulus, juga ridhonya untuk
penulis. Juga kakak-kakak yang selalu menyemangati dan menasihati adiknya;
3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta;
4. Ibu Fajar Ariyanti, M. Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta;
5. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM selaku Penanggungjawab Peminatan
Manajemen Pelakanan Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta;
6. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Pembimbing Fakultas yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya selama proses studi perkuliahan
magang berlangsung;

ix
7. Ibu Fase Badriah, M.Kes, Ph.D, Bapak Baequni, Ph.D, dan Ibu Susanti
Tungka, SKM, MARS, selaku penguji dalam proses pemantasan skripsi ini;
8. Keluarga Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta angkatan 2013 “Pathisity”,
terkhusus Geng MPK 2013 yang semoga selalu dimudahkan dan diberkahi
jalannya dalam menyelesaikan setiap urusannya;
9. Teman-teman pamrih, Bolan9, yang selalu pamrih dalam setiap hal, terima
kasih dan semoga kalian selalu pamrih;
10. Keluarga ISMKMI dimanapun kalian berada yang memberikan doa,
dukungan, dan semangat, semoga kalian bisa memajukan kesehatan
masyarakat di belahan bumi manapun, geng ISMKMI UIN Jakarta, ISMKMI
Jakarta Raya, ISMKMI Wilayah II SOLID!;
11. Dan tidak lupa untuk ACHMAD FAUZAN MAULANA dan
WIHDATURRAHMAH yang memperkenalkanku dengan KESGA DINKES
Kab. Tangerang, semoga kita bisa jalan-jalan bareng lagi. Amin.

Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna di dunia ini, termasuk hasil
penulisan skripsi ini, baik dari segi konten materi, bahasa dan teknik penulisan.
Apabila terdapat sepenggal kata yang salah dan kurang berkenan mohon dimaafkan,
dan kritik serta saran yang membangun, penuis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya juga bagi para pembaca, baik untuk menambah
pengetahuan ataupun referensi.

Tangerang Selatan, September 2017

Penulis

x
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii


LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................................ vi
RIWAYAT PENULIS ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvi
DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8
1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 8
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 8
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9
1.5.1 Bagi Peneliti ............................................................................................ 9
1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ......................................... 10
1.5.3 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang ...................................... 10
1.5.4 Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ................................... 10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian............................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI .................................. 12
2.1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ............................................................... 12
2.1.1 Tipelogi Dinas Kesehatan ..................................................................... 12
2.1.2 Rumpun Fungsi ..................................................................................... 14
2.1.3 Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan ...................................................... 14
2.2 Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)............................... 17
2.2.1 Ruang Lingkup Pelayanan PKPR ......................................................... 20
2.2.2 Pelaksanaan Pelayanan PKPR .............................................................. 22
2.2.3 Jenis Penyelenggaraan Pelayanan/Kegiatan PKPR .............................. 23

xi
2.2.4 Standar Nasional PKPR ........................................................................ 25
2.2.5 Manajemen PKPR di Kabupaten/Kota ................................................. 29
2.3 Teori Pendekatan Sistem.............................................................................. 37
2.3.1 Definisi Sistem ...................................................................................... 37
2.3.2 Konsep Pendekatan Sistem ................................................................... 39
2.4 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 50
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................ 54
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ....................................... 56
3.1 Kerangka Pikir ............................................................................................. 56
3.2 Definisi Istilah .............................................................................................. 57
BAB IV METDOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 60
4.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 60
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 60
4.3 Informan Penelitian ...................................................................................... 60
4.4 Sumber Data Penelitian................................................................................ 61
4.5 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 62
4.6 Manajemen dan Analisis Data ..................................................................... 64
4.7 Keabsahan Data ........................................................................................... 65
BAB V HASIL .......................................................................................................... 68
5.1 Gambaran Umum ......................................................................................... 68
5.1.1 Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ............................................ 68
5.1.2 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang ............................................... 70
5.2 Karakteristik Informan ................................................................................. 72
5.3 Gambaran Sumber Daya Manusia Program Pelayanann Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang .................................................................................. 73
5.4 Gambaran Fasilitas Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.... 79
5.5 Gambaran Remaja Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.... 85
5.6 Gambaran Jejaring Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.... 98
5.7 Gambaran Manajemen Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang .................................................................................................. 102

xii
5.8 Gambaran Proses Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang ................................................................................ 107
5.9 Gambaran Output Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.. 114
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................................ 120
6.1 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 120
6.2 Gambaran Sumber Daya Manusia Program Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang ................................................................................ 120
6.3 Gambaran Fasilitas Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang .................................................................................................. 122
6.4 Gambaran Remaja Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.. 124
6.5 Gambaran Jejaring Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang .................................................................................................. 125
6.6 Gambaran Manajemen Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang .................................................................................................. 127
6.7 Gambaran Proses Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang ................................................................................ 129
6.8 Gambaran Output Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.. 140
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 142
7.1 SIMPULAN ............................................................................................... 142
7.2 SARAN ...................................................................................................... 144
7.2.1 Untuk Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ............................... 144
7.2.2 Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang .................................. 145
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 146
LAMPIRAN ............................................................................................................. 150

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Target Kegiatan Pembinaan Kesehatan Remaja Tahun 2015-2019........ 18
Tabel 2.2 Komponen Standar SN-PKPR ................................................................ 28
Tabel 3.1 Definisi Istilah ......................................................................................... 57
Tabel 4.1 Informan Penelitian ................................................................................. 61
Tabel 4.2 Triangulasi Data Penelitian ..................................................................... 67
Tabel 5.1 Daftar Puskesmas di Kabupaten Tangerang ........................................... 71
Tabel 5.2 Karakteristik Informan Penelitian ........................................................... 72
Tabel 5.3 Gambaran SDM PKPR di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang Tahun 2017............................................................................ 73
Tabel 5.4 Tugas SDM PKPR Puskesmas di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang Tahun 2017............................................................................ 76
Tabel 5.5 Gambaran Fasilitas PKPR di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang Tahun 2017............................................................................ 79
Tabel 5.6 Daftar Puskesmas PKPR di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 .......... 80
Tabel 5.7 Daftar Puskesmas PKPR di Kabupaten Tangerang Tahun 2017 ............. 81
Tabel 5.8 Kondisi Ruang Pelayanan Remaja di Puskesmas di Kota Tagerang Selatan
dan Kota Tangerang Tahun 2017 ............................................................ 81
Tabel 5.9 Daftar Pedoman PKPR di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang Tahun 2017............................................................................ 83
Tabel 5.10 Daftar Sarana Prasarana Puskesmas PKPR di Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang Tahun 2017 ......................................................... 84
Tabel 5.11 Gambaran Remaja di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang
Tahun 2017 .............................................................................................. 86
Tabel 5.12 Daftar Sekolah PKPR di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017............... 86
Tabel 5.13 Daftar Sekolah PKPR di Kabupaten Tangerang Tahun 2017 .................. 89
Tabel 5.14 Konselor Sebaya di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang
Tahun 2017 .............................................................................................. 94
Tabel 5.15 Kegiatan KIE di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang
Tahun 2017 .............................................................................................. 95
Tabel 5.16 Gambaran Jejaring PKPR di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang Tahun 2017............................................................................ 98
Tabel 5.17 Gambaran Manajemen PKPR di Kota Tangerang Selatn dan Kabupaten
Tangerang Tahun 2017.......................................................................... 102
Tabel 5.18 Jadwal Pelayanan Konseling Remaja di Puskesmas Wilayah Kota
Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang Tahun 2017.................. 104
Tabel 5.19 Pelaksanaan Matriks Aksi PKPR di Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang ........................................................................... 108
Tabel 5.20 Daftar Kegiatan Program Kesehatan Remaja Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan Tahun 2014-2016 ................................................... 112
Tabel 5.21 Daftar Agenda dan Realisasi Kegiatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan dalam Program PKPR Tahun 2017 .......................................... 113
Tabel 5.22 Daftar Agenda Kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
dalam Program PKPR Tahun 2017 ....................................................... 114

xiv
Tabel 5.23 Pencapaian Puskesmas PKPR Terstandar di Kota Tangerang Selatan
dan Kabupaten Tangerang Tahun 2017 ................................................ 115
Tabel 5.24 Hasil Penilaian SN PKPR Puskesmas di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2017 ............................................................................................ 117
Tabel 5.25 Hasil Penilaian SN PKPR Puskesmas di Kabupaten Tangerang Tahun
2017 ....................................................................................................... 119
Tabel 6.6.1 Pelaksanaan Matriks Aksi SN PKPR di Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang ........................................................................... 130

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Alur Pelayanan Satu Pintu PKPR ........................................................ 127

xvi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Teori Sistem Kellogg ............................................................................... 41


Bagan 2.2 Kerangka Teori ........................................................................................ 55
Bagan 3.1 Kerangka Pikir ......................................................................................... 56
Bagan 5.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun
2017 ......................................................................................................... 68
Bagan 5.2 Daftar Puskesmas di Kota Tangerang Selatan ......................................... 69
Bagan 5.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun
2017 ......................................................................................................... 70

xvii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-19 tahun dan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.

25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan

belum menikah (Kemenkes, 2015). Terdapat 1,2 miliyar jumlah usia 15-19 tahun

di dunia dan diperkirakan pada tahun 2030 terjadi penambahan 7% yang

mendekati jumlah 1,3 miliyar (UN, 2015). Sedangkan di Indonesia

diproyeksikan pada tahun 2017 jumlah penduduk Indonesia dengan usia 10-19

tahun sebanyak 44,296 juta jiwa (BPS, 2013).

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologi maupun intelektual. Sifat

khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar serta cenderung berani

menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului pertimbangan yang

matang. Sifat dan perilaku berisiko pada remaja tersebut memerlukan

ketersediaan pelayanan kesehatan peduli remaja yang dapat memenuhi

kebutuhan kesehatan remaja. Adapun dari permasalahan kesehatan yang ada

tersebut di antaranya adalah jumlah HIV-AIDS yang meningkat, Infeksi

Menular Seksual (IMS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), dan

penyalahgunaan NAPZA serta perilaku merokok (Kemenkes, 2015).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), pada tahun 2014

terdapat lebih dari 200 ribu kasus baru laki-laki berusia 15-24 tahun yang

terinfeksi HIV dan lebih dari 300 ribu kasus baru pada perempuan berusia 15-

1
2

24 tahun yang terinfeksi HIV (WHO, 2016). Di Indonesia pada tahun 2015,

jumlah infeksi yang dilaporkan untuk rentang usia 15-19 tahun sebanyak 1.119

kasus. Dan untuk kasus AIDS, dilaporkan pada tahun 2015 terdapat sebanyak

110 kasus untuk rentang usia 15-9 tahun (Ditjen P2P, 2015). Pada tahun 2016

diestimasikan terdapat infeksi pada usia 0-14 tahun sebesar 5.007 kasus dan pada

usia ≥15 tahun sebesar 68.857 kasus (NAC, 2014)

Pada tahun 2015, terdapat 19.081 kasus penyalahgunaan narkotika,

1.729 kasus psikotropika, dan 7.917 bahan adiktif lainnya. Pada tahun 2012,

tercatat sebanyak 132 tersangka narkoba dengan usia kurang dari 16 tahun dan

sebanyak 2.106 tersangka dengan rentang usia 16-19 tahun. Juga tercatat

sebanyak 54 pasien narkoba dengan rentang usia 16-19 tahun yang berada di

Rumah Sakit Ketergantungan Obat pada tahun 2013 (Kemenkes, 2014).

Sama halnya dengan kasus penyalahgunaan narkoba yang cenderung

meningkat, perilaku konsumsi rokok juga mengalami peningkatan. Data

Kementerian Kesehatan RI menunjukkan peningkatan prevalensi perokok dari

27% pada tahun 1995, meningkat menjadi 36,3% pada tahun 2013. Lebih

memprihatinkan lagi adalah perilaku merokok juga meningkat pada usia remaja.

Data Kemenkes menunjukkan bahwa prevalensi remaja usia 16-19 tahun yang

merokok meningkat 3 kali lipat dari 7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% pada

tahun 2014. Juga perokok pemula usia 10-14 tahun meningkat lebih dari 100%,

yaitu dari 8,9% pada tahun 1995 menjadi 18% di tahun 2013 (Kemenkes, 2016).

Dari berbagai permasalahan kesehatan yang ada pada remaja, sangat

dibutuhkan program yang dapat menanggulangi permasalahan tersebut. Program


3

tersebut diharapkan mampu menjadi solusi terkait permasalahan yang ada dan

dapat menyelesaikan masalah tersebut. Sejak tahun 2003, Kementerian

Kesehatan menghadirkan strategi untuk menanggulangi permasalahan kesehatan

pada remaja melalui program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).

Program tersebut bertujuan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat serta

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi remaja (Kemenkes,

2016).

Pada tahun 2016, Kementerian Kesehatan RI menetapkan target melalui

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI sebesar 30% puskesmas yang ada

di Indoensia melaksanakan kegiatan kesehatan remaja dan pada tahun 2016.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2016, sudah terdapat

42,67% atau sebanyak 4.164 Puskesmas yang ada di Indonesia

menyelenggarakan PKPR, meskipun masih terdapat beberapa provinsi yang

masih di bawah target nasional (30%) yaitu Provinsi Sumatra Utara, DKI

Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat,

Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Sedangkan untuk Provinsi Banten sudah

mencapai 36,91% (Kemenkes, 2017).

Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Bina Kesehatan Anak pada

tahun 2014 membuat rancangan Standar Nasional PKPR yang bertujuan untuk

terselenggaranya PKPR yang berkualitas di Puskesmas dan tempat pelayanan

remaja lainnya, yang mampu menghargai dan memenuhi hak-hak serta

kebutuhan remaja sebagai individu, dalma upaya mewujudkan derajat


4

kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi remaja sesuai

dengan potensi yang dimiliki. Dan pada tahun 2015 Standar Nasional PKPR

tersebut disosialisasikan dan diimplementasikan di beberapa provinsi yang ada

di Indonesia oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes, 2014).

Di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun

2015 terdapat 25 puskesmas yang sudah melakukan pelayanan kesehatan remaja

dan berdasarkan penilaian pedoman Standar Nasional PKPR, namun hanya ada

empat Puskesmas yang sudah terstandar, sedangkan 20 lainnya belum terstandar.

Sedangkan untuk hasil capaian program, pada tahun 2014, dari 25 puskesmas

tersebut dihasilkan cakupan pelayanan kesehatan remaja sebesar 72,22%

(Dinkes, 2015). Dan pada tahun 2015, cakupan yang didapatkan meningkat dari

tahun sebelumnya, yaitu sebesar 87,5%, yang sudah melebihi target yang sebesar

80% pertahun (Dinkes, 2016).

Pada tahun 2014, terdapat empat puskesmas yang mampu melaksanakan

PKPR di Kabupaten Tangerang sedangkan pada tahun 2015, terbentuk 5

puskesmas yang melaksanakan PKPR dan sudah terstandar dari total 44

puskesmas yang ada. Pada tahun 2014, capaian yang ada masih tergolong rendah

dibandingkan jumlah sasarannya (75%), yaitu presentase kunjungan remaja ke

puskesmas yaitu sebesar 10,56% dan remaja yang memanfaatkan konseling ke

klinik remaja (layanan PKPR) adalah sebesar 23,37% dari total presentase

remaja yang berkunjung ke puskesmas (Dinkes, 2015). Pada tahun 2015,

kunjungan remaja ke puskesmas masih rendah yaitu 13,63% dan yang

memanfaatkan layanan PKPR sebesar 35,93% dari total presentase remaja yang

berkunjung ke puskesmas (Dinkes, 2016).


5

Meskipun sudah terdapat PKPR di kedua Dinas Kesehatan Kab/Kota,

masih terdapat permasalahan kesehatan remaja di kedua wilayah tersebut. Di

Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2014 didapatkan sebanyak 20446 kasus

merokok, 10993 kasus anemia pada remaja, dan 910 kasus kehamilan usia <19

tahun (Dinkes, 2015). Dan pada tahun 2015, terdapat 19.884 kasus merokok di

usia remaja dan sebanyak 574 kasus kehamilan usia remaja (Dinkes, 2016).

Untuk Kabupaten Tangerang, pada tahun 2014, kunjungan kasus tertinggi adalah

gangguan haid sebanyak 2182 kemudian 616 kunjungan kasus anemia (Dinkes,

2015). Pada tahun 2015, didapatkan sebanyak 3721 kunjungan kasus merokok

dan 2442 kunjungan kasus gangguan haid (Dinkes, 2016).

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Mildiana (2017)

mengenai evaluasi pelaksanaan program PKPR di puskesmas wilayah

Kabupaten Jombang, didapatkan bahwa pelaksanaan program PKPR di

Kabupaten Jombang masih belum sesuai pedoman yang ada, seperti: 1) tenaga

pelaksana memiliki beban kerja yang banyak dan belum mendapatkan pelatihan

khusus PKPR; 2) alokasi dana belum memadai sehingga program belum

dilaksanakan sesuai pedoman, seperti tidak adanya insentif, pelatihan PKPR,

sosialisasi eksternal; 3) sarana prasarana program sebagian besar belum tersedia;

4) perencanaan program belum dilakukan sesuai pedoman; 5) pengorganisasian

pembagian tupoksi belum jelas; 6) pelaksanaan KIE tidak dilakukan di dalam

gedung karena dianggap sama dengan konseling dan konseling sebatas keluhan

dari penyakit yang diderita; dan 7) monitoring evaluasi belum ada umpan balik

(Mildiana, 2017). Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan Anggela

(2013) di Puskesmas Nanggalo Kota Padang menunjukkan bahwa SDM yang


6

menjadi pelaksana sudah berpendidikan, sarana dan prasarana sudah memadai,

iklim kerja kondusif. Sedangkan dari faktor manajemen belum terlaksana karena

masih minimnya sarana untuk akses informasi kinerja pegawai dan dana yang

tidak memadai dalam pelaksanaan program PKPR, dan juga yang menjadi

kendala dalam evaluasi kinerja Puskesmas Nanggalo yaitu masih belum

tersedianya tenaga yang memiliki kemampuan untuk peduli dalam pemberian

pelayanan kepada remaja. Hal ini menyebabkan evaluasi kinerja Puskesmas

Nanggalo menurun dibandingkan pada tahun 2007-2010 (Anggela, 2013).

Hasil pemantauan standar PKPR berdasarkan SN PKPR yang berbeda di

kedua Dinas Kesehatan, yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dan Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, membuat peneliti ingin melihat gambaran

perbedaan implementasi program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

di kedua Dinas Kesehatan tersebut. Merujuk pada tipologi Dinas Kesehatan,

kedua Dinas Kesehatan tersebut tidak ada perbedaan, yaitu sama-sama Dinas

Kesehatan dengan tipologi A. Adapun pendekatan yang akan digunakan dalam

meneliti implementasi program dilihat dari komponen masukan (input), proses,

dan luaran (output) dengan melihat berdasarkan Pedoman Standar Nasional

PKPR tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah


Perbedaan hasil SN PKPR untuk Puskesmas PKPR di dua wilayah kerja

Dinas Kesehatan, yaitu Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang, padahal memiliki tipologi sama yaitu Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota tipologi A. Dimana pada tahun 2015, Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan terdapat dua Puskesmas PKPR dengan


7

kategori Paripurna dan dua Puskesmas PKPR dengan kategori Optimal dari 25

Puskesmas PKPR yang ada, sedangkan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

terdapat dua Puskesmas PKPR dengan kategori Optimal dan tiga Puskesmas

PKPR dengan kategori Minimal dari 5 Puskesmas PKPR yang ada. Hal tersebut

kemudian menjadikan peneliti ingin melihat gambaran perbedaan implementasi

program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di dua Dinas Kesehatan

tersebut.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana gambaran implementasi program Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2017?

2. Bagaimana gambaran implementasi program Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang berdasarkan standar sumber daya

manusia?

3. Bagaimana gambaran implementasi program Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang berdasarkan standar fasilitas kesehatan?

4. Bagaimana gambaran implementasi program Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang berdasarkan standar remaja?

5. Bagaimana gambaran implementasi program Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang berdasarkan standar jejaring?


8

6. Bagaimana gambaran implementasi program Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang berdasarkan standar manajemen

kesehatan?

7. Bagaimana gambaran implementasi program Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang berdasarkan proses aksi pemenuhan SN-

PKPR?

8. Bagaimana hasil penilaian pemenuhan SN-PKPR Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran implementasi program Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2017.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya gambaran implementasi program Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

berdasarkan standar sumber daya manusia.

2. Diketahuinya gambaran implementasi program Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

berdasarkan standar fasilitas kesehatan.


9

3. Diketahuinya gambaran implementasi program Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

berdasarkan standar remaja.

4. Diketahuinya gambaran implementasi program Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

berdasarkan standar jejaring.

5. Diketahuinya gambaran implementasi program Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

berdasarkan standar manajemen kesehatan.

6. Diketahuinya gambaran implementasi program Pelayanan

Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

berdasarkan proses aksi pemenuhan SN-PKPR.

7. Diketahuinya hasil penilaian pemenuhan SN-PKPR Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari

proses belajar terkait manajemen pelayanan kesehatan, terkhusus

implementasi program kesehatan.


10

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat


Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah, dapat menambah relasi dan jaringan terkait penelitian

dan menambah koleksi penelitian.

1.5.3 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang


Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam

implementasi program PKPR ke depannya bagi Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang.

1.5.4 Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan


Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam

implementasi program PKPR ke depannya bagi Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya gambaran implemetasi

program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2017.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif yang akan dilakukan

pada rentang waktu bulan Juni sampai Agustus 2017 di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam kepada

informan ahli, informan kunci dan informan pendukung, juga dilakukan

observasi serta telaah dokumen untuk diperolehnya data primer dan data

sekunder sesuai informasi dan data yang dibutuhkan. Adapun informan kunci

adalah Seksi Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja Luar Sekolah – Dir.
11

Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI, Penanggung Jawab Program

PKPR di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang, sedangkan untuk informan pendukung adalah Pemegang

Program PKPR di Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, serta Guru

Pendamping PKPR atau Konselor Sebaya Sekolah PKPR di masing-masing

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang dipilih sebagai tempat penelitian karena kedua Dinas

Kesehatan tersebut berada di satu wilayah kerja yang sama, yaitu Dinas

Kesehatan Provinsi Banten dan merupakan Dinas Kesehatan dengan tipologi A.

Namun, keduanya memiliki hasil penilaian pemenuhan program yang berbeda.

Oleh sebab itu peneliti ingin melihat implementasi yang ada di antara kedua

Dinas Kesehatan tersebut.


2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Berdasarkan PMK No.49 tahun 2016 tentang Pedoman Teknis

Pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksana Urusan Pemerintahan

yang menjadi kewenangan Daerah. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dipimpin

oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalaui Sekretaris Daerah.

2.1.1 Tipelogi Dinas Kesehatan


Berdasarkan PMK No. 49 tahun 2016, Dinas Daerah dbedakan

menjadi tiga tipe. Adapun dalam penentuan kriteria tipologi Perangkat

Daerah untuk menentukan tipe Perangkat Daerah didasarkan atas

variabel:

1. Umum dengan bobot 20%; dan

2. Teknis dengan bobot 80%.

Kriteria variabel umum ditetapkan berdasarkan karakteristik

daerah yang terdiri atas indikator:

a. Jumlah penduduk;

b. Luas wilayah; dan

c. Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Kriteria variabel teknis ditetapkan berdasarkan beban tugas

utama pada setiap urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

12
13

daerah Kabupaten/Kota serta fungsi penunjang urusan pemerintahan.

Kriteria variabel teknis terdiri atas indikkator:

a. Jumlah penduduk; dan

b. Kepadatan penduduk.

Adapun tipe-tipe tersebut adaah sebagai berikut:

1. Dinas tipe A mewadahi pelaksanaan fungsi Dinas Kabupaten/Kota

dengan beban kerja yang besar. Dalam hal jumlah unit kerja pada

tipe ini mempunyai unit kerja yang terdiri atas:

a. 1 (satu) sekretariat dengan paling banyak 3 (tiga) sub bagian;

b. 4 (empat) bidang dengan masing-masing bidang paling banyak

3 (tiga) seksi.

2. Dinas tipe B mewadahi pelaksanaan fungsi Dinas Kabupaten/Kota

dengan beban kerja yang sedang. Dalam hal jumlah unit kerja pada

tipe ini mempunyai unit kerja yang terdiri atas:

a. 1 (satu) sekretariat dengan paling banyak 2 (dua) sub bagian;

b. 3 (tiga) bidang dengan masing-masing bidang paling banyak 3

(tiga) seksi.

3. Dinas tipe A mewadahi pelaksanaan fungsi Dinas Kabupaten/Kota

dengan beban kerja yang kecil. Dalam hal jumlah unit kerja pada

tipe ini mempunyai unit kerja yang terdiri atas:

a. 1 (satu) sekretariat dengan paling banyak 2 (dua) sub bagian;

b. 2 (dua) bidang dengan masing-masing bidang paling banyak 3

(tiga) seksi.
14

2.1.2 Rumpun Fungsi


Pengelompokan rumpun fungsi menjadi acuan dalam penetapan

besaran struktur organisasi Dinas Kesehatan. Pengelompokkan fungsi

dasar yang diturunkan dari kewenangan setiap urusan dilakukan

dengan memperhatikan karakteristik layanan yang dihasilkan. Berikut

rumpun fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang diatur pada

PMK No.49 tahun 2016:

1. Rumpun Upaya Kesehatan

a. Penyelenggaraan upaya kesehatan primer;

b. Penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan;

c. Pelayanan penerbitan izin dan klasifikasi Rumah Sakit Kelas C

dan D serta Fasyankes daerah Kabupaten/Kota.

2.1.3 Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan


1. Dinas Kesehatan Tipe A

a. Tugas:

Dinas kesehatan Kabupaten/Kota mempunyai tugas

membantu Bupati/Wali Kota melaksanakan Urusan

Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan

Daerah dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Daerah

Kabupaten/Kota.

b. Fungsi:

1) Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan

kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan Perbekalan


15

Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) serta sumber daya

kesehatan;

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan

kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan perbekalan

kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya

kesehatan;

3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan

masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit,

pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan

perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber

daya kesehatan;

4) Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup

tugasnya; dan

5) Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Kepala Daerah

terkait dengan bidang kesehatan.

2. Dinas Kesehatan Tipe B

a. Tugas:

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mempunyai tugas

membantu Bupati/Walikota melaksanakan Urusan

Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan

Daerah dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Daerah

Kabupaten/Kota.

b. Fungsi:
16

1) Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan

kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta

sumber daya kesehatan;

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan

kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta

sumber daya kesehatan;

3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan

masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit,

pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan

PKRT serta sumber daya kesehatan;

4) Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup

tugasnya; dan

5) Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Kepala Daerah

terkait dengan bidang kesehatan.

3. Dinas Kesehatan Tipe C

a. Tugas:

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mempunyai tugas

membantu Bupati/Walikota melaksanakan Urusan

Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan

Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah

Kabupaten/Kota.

b. Fungsi:
17

1) Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan

kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta

sumber daya kesehatan;

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan

kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta

sumber daya kesehatan;

3) Pelaksanaan evalusasi dan pelaporan di bidang kesehatan

masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit,

pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan

PKRT serta sumber daya kesehatan;

4) Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup

tugasnya; dan

5) Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Kepala Daerah

terkait dengan bidang kesehatan.

2.2 Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


Pada Renstra Kemenkes 2015-2019, disebutkan bahwa diharapkan

puskesmas yang dapat menyelenggrarakan kegiatan remaja sebesar 45% dari

seluruh puskesmas yang ada di Indonesia pada tahun 2019 (Kemenkes, 2015).

Berikut tabel 2.1, mengenai target Kegiatan Pembinaan Kesehatan Remaja

dengan indikator Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja

berdasarkan Renstra Kesehatan Kemenkes RI tahun 2015-2019:


18

Tabel 2.1 Target Kegiatan Pembinaan Kesehatan Remaja Tahun 2015-2019


Program/ Target
No. Indikator Cara Perhitungan
Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019
1. Pembinaan Presentase (Jumlah Puskesmas 25% 30% 35% 40% 45%
Kesehatan Puskesmas memenuhi kriteria
Remaja yang menyelenggarakan
menyeleng kegiatan kesehatan
garakan remaja di suatu
kegiatan wilayah kerja
kesehatan dalam 1
remaja tahun/jumlah
seluruh Puskesmas
di suatu wilayah
kerja dalam 1
tahun) x 100%

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah Pelayanan

Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja serta berkesan

menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai, menjaga

rahasia, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatan remaja, serta efektif,

efisien dan komperhensif dalam memenuhi kebutuhan tersebut (Depkes, 2008).

Puskesmas yang memiliki program PKPR memberikan layanan baik di dalam

maupun di luar gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja berbasis sekolah

ataupun masyarakat. Hal ini dilakukan agar layanan yang diberikan dapat

menjangkau semua kelompok remaja (usia 10-18 tahun). Kriteria yang

ditetapkan bagi puskesmas yang mampu melaksanakan PKPR yaitu (Kemenkes,

2016):

1. Melakukan pembinaan pada minimal satu sekolah (sekolah umum,

sekolah berbasis agama) dengan melaksanakan kegiatan

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) di sekolah binaan

minimal dua kali dalam setahun;


19

2. Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal sebanyak 10%

dari jumlah murid di sekolah binaan; dan

3. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang

memerlukan konseling yang kontak dengan petugas PKPR.

Layanan PKPR merupakan pendekatan yang komperhesif dan

menekankan pada upaya promotif/preventif berupa pembekalan kesehatan dan

peningkatan keterampilan psikososial dengan Pendidikan Keterampilan Hidup

Sehat (PKHS). Layanan konseling menjadi ciri dari PKPR mengingat

permasalahan remaja yang tidak hanya berhubungan dengan fisik tetapi juga

psikososial. Upaya penjangkauan terhadap kelompo remaja juga dilakukan

melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), Focus Group

Discussion (FGD), dan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan kelompok remaja

lainnya.

Fenomena peer groups (kelompok sebaya) juga menjadi perhatian pada

program PKPR. Oleh karena itu, program ini juga memberdayakan remaja

sebagai konselor sebaya yang diharapkan mampu menjadi agen pengubah (agent

of change) di kelompoknya. Konselor sebaya ini sangat potensial karena adanya

kecenderungan pada remaja untuk memilih teman sebaya sebagai tempat

berdiskusi dan rujukan informasi.

Selain pemberian informasi, edukasi, dan kegiatan seperti disebutkan

sebelumnya, pelayanan kesehatan sekolah tersebut juga meliputi pemeriksaan

kesehatan, pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemeriksaan imunisasi,

penemuan kasus-kasus dini yang mungkin terjadi, pengobatan sederhana,


20

pertolongan pertama serta rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat

ditanggulangi di sekolah.

2.2.1 Ruang Lingkup Pelayanan PKPR


Berikut ruang lingkup pelayanan PKPR (Kemenkes, 2014):

1. Pengguna Pelayanan PKPR

Berdasarkan UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anah bahwa sasaran pengguna layanan PKPR adalah kelompok

remaja usia 10-18 tahun. Walaupun demikian, mengingat batasan

usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun, maka Kementerian

Kesehatan menetapkan sasaran pengguna layanan PKPR meliputi

remaja berusia 10 sampai 19 tahun, tanpa memandang status

pernikahan. Adapun fokus sasaran layanan puskesmas PKPR

adalah berbagai kelompok remaja, antara lain:

a. Remaja di sekolah: sekolah umum, madrasah, pesantren,

sekolah luar biasa;

b. Remaja di luar sekolah: karang taruna, saka bakti husada,

palang merah remaja, panti yatim piatu/rehabilitasi, kelompok

belajar mengajar, organisasi remaja, rumah singgah, kelompok

keagamaan;

c. Remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa

mempermasalahkan status pernikahan;

d. Remaja yang rentan terhadap penularan HIV, remaja yang

sudah terinfeksi HIV, remaja yang terkena dampak HIV dan

AIDS, remaja yang menjadi yatim/piatu karena AIDS;


21

e. Remaja berkebutuhan khusus, yang meliputi kelompok remaja

sebagai berikut:

 Korban kekerasan, korban traficking, korban eksploitasi

seksual;

 Penyandang cacat, di lembaga permasyarakatan (LAPAS),

anak jalanan, dan remaja pekerja;

 Di daerah konflik (pengungsian), dan di daerah terpencil.

2. Paket Pelayanan Remaja yang Sesuai Kebutuhan

Meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif yang harus diberikan secara komperhensif di semua

tempat yang akan melakukan pelayanan remaja dengan pendekatan

PKPR. Intervensi meliputi:

 Pelayanan kesehatan reproduksi remaja (meliputi infeksi

menular seksual/IMS, HIV&AIDS) termasuk seksualitas dan

pubertas;

 Pencegahan dan penanggulangan kehamilan pada remaja;

 Pelayanan gizi (anemia, kekurangan dan kelebihan gizi)

termasuk konseling dan edukasi;

 Tumbuh kembang remaja;

 Skrining status TT pada remaja;

 Pelayanan kesehatan jiwa remaja, meliputi: masalah

psikososial, gangguan jiwa, dan kualitas hidup;

 Pencegahan dan penanggulangan NAPZA;

 Deteksi dan penanganan kekerasan terhadap remaja;


22

 Deteksi dan penanganan tuberkulosis; serta

 Deteksi dan penanganan kecacingan.

2.2.2 Pelaksanaan Pelayanan PKPR

Adapun pelayanan yang ada dalam program PKPR adalah

sebagai berikut (Depkes, 2008):

1. Pemeriksaan Kesehatan

a. Dilaksanakan pemeriksaan kesehatan secara umum;

b. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya bila perlu;

c. Pemeriksaan kesehatan dapat dilaksanakan antara lain:

1) Di puskesmas di setiap ruangan pemeriksaan gigi, KIA, KB,

BP bagi setiap remaja yang datang ke ruangan tersebut

dilakukan pemeriksaan dan anamnesa lengkap;

2) Di rumah tinggal/di tempat-tempat lain yang dipakai tempat

berkumpul anak remaja; dan

3) Di sekolah saat penjaringan anak sekolah oleh kader dan

petugas puskesmas.

2. Pengobatan

a. Semua penyakit yang ditemukan diobati sesuai dengan

penyakitnya;

b. Pengobatan dilaksanakan di puskesmas; dan

c. Apabila diperlukan rujukan, dapat dirujuk ke rumah sakit.

3. Konseling

a. Merupakan kegiatan pembinaan kepada remaja yang

mempunyai kasus kesehatan reproduksi remaja atau kasus yang


23

memerlukan dialog. Tempat konseling dapat dilaksanakan di

puskesmas, sekolah atau tempat pelayanan khusus konseling

kesehatan remaja;

b. Pelaksana adalah petugas baik medis maupun non medis dan

kader kesehatan yang telah dilatih.

4. Penyuluhan

Peyuluhan kesehatan remaja dilaksanakan pada setiap

kesemapatan, misalnya: pada saat penerimaan murid baru di

sekolah, atau pada saat seminar remaja.

2.2.3 Jenis Penyelenggaraan Pelayanan/Kegiatan PKPR

Pada dasarnya, apabila dilihat dari jenis pelayanan/kegiatan

yang diselenggarakan, puskesmas dibedakan menjadi puskesmas yang

memberikan layanan minimal dan puskesmas yang memberikan

layanan paripurna. Berikut penjelasannya (Depkes, 2008):

1. Puskesmas dengan layanan minimal, mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Puskesmas memberikan layanan konseling, walaupun belum

memberi pelayanan remaja secara tersendiri/terpisah;

b. Puskesmas melaksanakan pemeriksaan fisik maupun

laboratorium sederhana. Misalnya Hb, Tes Hamis, Virus

penyakit kelamin, Tinggi Badan dan Berat Badan;

c. Puskesmas melaksanakan kegiatan KIE di sekolah;

d. Puskesmas melaksanakan survei perilaku remaja kepada

sasaran remaja di wilayahnya;


24

e. Puskesmas melaksanakan rujukan klinik medis ke fasilitas

kesehatan yang lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan klien.

2. Puskesmas dengan layanan paripurna, mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Puskesmas dengan layanan konseling dan sudah dapat memberi

pelayanan remaja secara tersendiri/terpisah;

b. Puskesmas dengan klinik kesehatan reproduksi (termasuk IMS,

HIV-AIDS) yang lengkap, sehingga mendukung pelaksanaan

rujukan internal;

c. Puskesmas melaksanakan pelatihan konselor sebaya di tingkat

sekolah lanjutan;

d. Puskesmas melaksanakan pelatihan konselor sebaya pada

kelompok remaja di luar sekolah (pramuka, karang taruna,

pesantren atau institusi berbasis agama lainnya, anak jalanan,

pekerja remaja, dll);

e. Puskesmas melaksanakan KIE pada kelompok-kelompok

remaja di luar sekolah (pramuka, karang taruna, pesantren atau

institusi berbasis agama lainnya, anak jalanan, pekerja remaja,

dll);

f. Puskesmas melaksanakan layanan rujukan sosial (misalnya

menyalurkan ke lembaga pelatihan keterampilan kerja, merujuk

ke lembaga rehabilitasi mental) dan pranata hukum sesuai

dengan kebutuhan klien;


25

g. Puskesmas mengembangkan inovasi kegiatan dengan

memanfaatkan sarana komunikasi atau teknologi yang ada,

misalnya pelayanan konseling melalui hot-line service/SMS

atau pemberian informasi melalui website dan media elektronik

seperti radio, televisi;

h. Puskesmas mengembangkan lokasi kegiatan yang melibatkan

remaja, misalnya pelatihan Peer Counselor/Konselor Sebaya

atau kegiatan KIE secara outbound/luar ruangan, di mall, cafe,

dan lokasi-lokasi yang disukai remaja.

2.2.4 Standar Nasional PKPR


Bagian penting dari suatu pelayanan kesehatan adalah tersedia

dan dipatuhinya standar, karena pelayanan kesehatan yang bermutu

adalah bila pelayanan tersebut dilaksanakan sesuai dengan standar yang

ada. Suatu standar pelayanan haruslah valid, artinya ada kaitan yang

kuat antara standar dengan hasil yang diinginkan. Apabila standar

dipatuhi, maka hasil yang diingnkan akan tercapai. Standar harus ditulis

dengan jelas, sehingga petugas tidak salah menterjemahkannya ke

dalam pelayanan. Apa yang tercantum dalam standar pelayanan harus

realistis, artinya tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan oleh petugas

(Bustami, 2011).

Adapun pengertian standar menurut Slee (1974) adalah

rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu

dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan. Sedangkan,

menurut Clinical Practice Guideline (1990) pengertian standar adalah


26

keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang

digunakan sebagai batas penerimaan minimal. Berdasarkan pernyataan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa standar menunjuk pada tingkat

ketercapaian ideal yang diinginkan dan merupakan tujuan yang ingin

dicapai (Bustami, 2011).

Dalam pelaksanaannya, agar standar yang sudah ditetapkan bisa

dicapai, maka diperlukan pedoman/petunjuk pelaksanaan, prosedur

tetap, atau standard operating procedure (SOP). Untuk mengukur

tercapai atau tidaknya standar, maka digunakan indikator atau tolak

ukur yang menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang

telah ditetapkan. Adapun standar dibedakan atas (Bustami, 2011):

1. Standar Masukan

Standar masukan (input atau structure) dapat berupa tenaga,

peralatan, fasilitas, sumber dana, bahan, dan organisasi.

2. Standar Proses

Standar proses berfokus pada interaksi profesi dengan

pasien/konsumen/masyarakat dan digunakan untuk menilai

pelaksanaan proses pelayanan kesehatan dan merupakan kinerja

pelayanan kesehatan. Standar proses biasanya dinyataan sebagai

kebijaksanaan atau prosedur kerja.

3. Standar Keluaran

Standar keluaran merupakan ketentuan ideal yang

menunjuk pada hasil langsung pelayanan. Karena menunjuk pada


27

hasil keluaran, maka standar keluaran sering juga disebut dengan

standar penampilan.

4. Standar Hasil

Standar hasil merupakan ukuran hasil intervensi pelayanan

kesehatan terhadap pasien/konsumen/masyarakat. Standar hasil

biasanya ditentukan oleh pihak ketiga, bukan oleh pemberi

pelayanan atau sarana pelayanan kesehatan.

Standar Nasional PKPR adalah dokumen tertulis yang berisi

berbagai persyaratan mutu PKPR, yang meliputi persyaratan mutu

masukan (input), proses, maupun luaran (output). Standar Nasioanl

PKPR dikembangkan untuk digunakan sebagai pedoman dalam

mengarahkan dan menilai mutu PKPR. Jadi pada dasarnya Standar

Nasional PKPR adalah pedoman pengendalian mutu yang digunakan

oleh fasilitas kesehatan untuk meningkatkan dan menjamin mutu PKPR

yang telah dilaksanakan. Untuk dapat menggunakan standar tersebut,

fasilitas kesehatan harus terlebih dahulu mampu dalam melaksanakan

pelayanan/kegiatan PKPR. Adapun kriteria Puskemas mampu

melaksanakan pelayanan/kegiatan PKPR sebagai berikut (Kemenkes,

2014):

a. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang

memerlukan konseling yang kontak dengan petugas PKPR;

b. Melakukan pembinaan pada minimal 1 (satu) sekolah dalam 1

(satu) tahun di sekolah umum atau sekolah berbasis agama, dengan


28

minimal melakukan kegiatan KIE di sekolah binaan minimal 2 kali

dalam setahun;

c. Melatih konselor sebaya di sekolah minimal sebanyak 10% dari

jumlah murid sekolah binaan.

Selanjutnya, untuk meningkatan kualitas penyelenggaraan

PKPR, Puskesmas harus meningkatkan mutu masukan dan proses

kegiatannya. Terdapat 5 aspek/komponen yang diatur dalam Standar

Nasional PKPR yang berkaitan dengan penyelenggaraannya, yaitu

(Kemenkes, 2014): 1) Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan; 2)

Fasilitas Kesehatan; 3) Remaja; 4) Jejaring; dan 5) Manajemen

Puskesmas. Berikut komponen tersebut:

Tabel 2.2 Komponen Standar SN-PKPR

Standar Komponen Standar


Standar 1 Pengetahuan dan Kompetensi Petugas
SDM Kesehatan Pelayanan Konseling Remaja
Standar 2 Paket Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Kesehatan Prosedur, Tata Laksana dan Alur Pelayanan
Standar 3 Kegiatan Pemberian Informasi (Pelayanan KIE)
Remaja Kegiatan Konselor Sebaya
Standar 4 Pemetaan Pemangku Kepentingan
Jejaring Peningkatan Partisipasi Remaja
Kegiatan Advokasi
Standar 5 Pencatatan dan Pelaporan
Manajemen Kesehatan Kegiatan Supervisi, Pemantauan, dan Evaluasi
Sistem Rujukan

Sedangkan, untuk hasil penilaian, diinterpretasikan ke dalam

tiga tingkat pemenuhan SN-PKPR, yaitu

1. Paripurna : mencapai ≥ 80%

2. Optimal : mencapai 60% - 79,99%

3. Minimal : <60%
29

Setelah diperoleh tingkat pemenuhan Standar Nasional PKPR,

Puskesmas dengan bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

membuat rencana aksi upaya perbaikan terhadap komponen-komponen

yang tidak memenuhi standar. Pemantauan Standar Nasional PKPR

dilaksanakan 2 kali dalam setahun, dengan demikian diperoleh 2

laporan hasil evaluasi tingkat pemenuhan standar.

Implementasi Standar Nasional PKPR merupakan tanggung

jawab berbagai stakeholder yang terkait pada berbagai tingkat

administrasi. Di lingkungan sektor kesehatan, Kementerian Kesehatan,

Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan

Puskesmas memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam

memenuhi Standar Nasional PKPR (Kemenkes, 2014)

2.2.5 Manajemen PKPR di Kabupaten/Kota


Kebijakan dan penganggaran untuk pelaksanaan suatu program

atau kegiatan di suatu wilayah, termasuk pelaksanaan PKPR

merupakan domain dan kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Oleh sebab itu, pelaksanaan PKPR baik di Puskesmas dan FKTP

lainnya, maupun di Rumah Sakit Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Provinsi Kabupaten/Kota dan FKRTL lainnya, harus difasilitasi dan

diinisiasi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Kemenkes,

2015). Berikut tahapan yang dapat dilakukan di tingkat

Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan PKPR di wilayahnya berdasarkan

Pedoman Manajemen PKPR yang dirancang oleh Direktorat Bina Anak

Kementerian Kesehatan RI tahun 2015:


30

1. Persiapan

Untuk memulai pelaksanaan PKPR di suatu Kabupaten/Kota, perlu

dilakukan berbagai langkah persiapan yang dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Kajian awal

Langkah awal yang harus dilakukan sebelum mengembangkan

PKPR adalah pengumpulan dan analisis data yang terkait

dengan remaja dengan menggunakan berbagai sumber, dan

hasilnya diharapkan mampu menggambarkan seluruh

permasalahan yang terkait dengan kesehatan remaja di wilayah

Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Data tersebut dapat berupa

Profil remaja; data demografi; masalah kesehatan dan perilaku;

informasi tentang peraturan dan hukum kebijakan terkait

kesehatan remaja; dan identifikasi sektor dan institusi yang

dapat terlibat dalam program kesehatan remaja.

b. Advokasi dan Konsolidasi

Advokasi diperlukan untuk mendapatkan komitmen dan

dukungan pengambil keputusan, penentu kebijakan dan

pemangku kepentingan terkait, dan dilakukan dengan

menggunakan informasi yang akurat dan teknik yang tepat.

Hasil yang diharapkan adalah adanya komitmen dan kebijakan

untuk melaksanakan PKPR, yang diaktualisasikan dengan

penyediaan sumber daya untuk pelaksanaannya berupa sumber

daya manusia, sarana, dan dana.


31

c. Pembentukan Tim/Satgas PKPR dan Jejaring Kemitraan PKPR

Tahap berikutnya, adalah pengembangan kemitraan yang dapat

dilakukan dengan berbagai cara sesuai situasi masing-masing

Kabupaten/Kota. Pilihannya antara lain dengan membentuk

Tim atau Satgas atau membuat Nota kesepahaman

(Memorandum of Understanding [MoU]) antar

mitra/pemangku kepentingan. Apapun pilihannya, tidak

masalah, asal semua pemangku kepentingan berkomitmen

untuk memenuhi dan melaksanakan secara sungguh-sungguh

peran, fungsi dan tanggung jawab sesuai dengan kesepakatan

pada saat konsolidasi. Yang paling penting adalah bahwa

semuanya ini harus diikuti dengan pembentukan dan

pengembangan jejaring kemitraan PKPR yang kuat dalam

pelaksanaannya.

Agar kemitraan dapat berlanjut secara berkesinambungan, perlu

dikembangkan forum komunikasi secara berkala antar anggota

jejaring melalui tatap muka (pertemuan, rapat koordinasi) atau

menggunakan media elektronik dan sosial yang ada. Frekuensi,

jadwal, pokok bahasan, pelaksana, penanggung jawab setiap

kali dilaksanakan forum komunikasi, dapat disepakati bersama

oleh semua anggota jejaring.

d. Pembuatan Plan of Action (POA)

Penyusunan POA ini dilakukan bersama oleh semua

mitra/pemangku kepentingan melalui forum komunikasi atau


32

bahkan dengan melaksanakan lokakarya perencanaan PKPR

Kabupaten/Kota. Semua kegiatan yang sudah disepakati

dituangkan secara jelas dalam suatu matriks yang antara lain

berisikan: Nama Kegiatan, Tujuan Kegiatan, Waktu

Pelaksanaan, Mitra Yang Terlibat, Penanggung Jawab, Sumber

Dana, dan lain-lain.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan PKPR di wilayah Kabupaten/Kota awalnya dapat

dilakukan pada satu atau lebih Puskesmas yang ada di wilayahnya,

kemudian dikembangkan di Puskesmas dan FKTP lainnya secara

bertahap sampai semua Puskesmas dan FKTP yang ada, mampu

melaksanakan PKPR. Selanjutnya untuk pelayanan rujukan medis

bagi remaja mau tidak mau haruslah dikembangkan juga sedikitnya

di salah satu Rumah Sakit Pemerintah Daerah atau FKRTL lainnya

yang ada di Kabupaten/Kota tersebut.

a. Mimilih Puskesmas Pelaksana PKPR

Puskesmas yang dipilih bisa berdasarkan hasil kajian awal yang

sudah dilakukan. Dalam pemilihan tersebut perhatian dan minat

Kepala Puskesmas, potensi ketersediaan tenaga pelaksana,

besaran permasalahan kesehatan remaja, adanya kelompok

sasaran yang relatif mudah di intervensi, serta adanya dukungan

masyarakat, harus dijadikan acuan utama dalam

mempertimbangkan penentuan Puskesmas yang akan

dikembangkan menjadi Puskesmas PKPR. Selanjutnya,


33

pengembangan PKPR dilakukan secara bertahap, sesuai dengan

situasi dan kondisi serta kemampuan Kabupaten/Kota, sehingga

pada akhirnya semua Puskesmas dan FKTP yang ada di wilayah

Kabupaten/Kota tersebut dapat dikembangkan menjadi

Puskesmas dan FKTP PKPR.

b. Menjajaki Pembentukan PKPR Rumah Sakit

Keberadaan RS dan atau FKRTL PKPR menjadi suatu

keharusan, ketika Puskesmas dan atau FKTP lainnya sudah

memberikan layanan PKPR. Kasus-kasus medis yang tidak

tertangani di Puskesmas dan FKTP lainnya harus dirujuk ke RS

atau FKRTL PKPR terdekat, sehingga dengan demikian RS dan

FKRTL juga harus mampu memberikan pelayanan kesehatan

remaja sesuai standar pelayanan kesehatan PKPR. Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, harus secepatnya menjajagi

kemungkinan untuk menfasilitasi RS Pemerintah/Pemerintah

Daerah setempat atau FKRTL lainnya untuk dikembangkan

menjadi RS PKPR.

c. Melatih Petugas

Salah satu syarat pengembangan PKPR baik di Puskesmas dan

FKTP lainnya, maupun di Rumah Sakit Pemerintah/Pemerintah

Daerah atau FKRTL lainnya, adalah tersedianya tenaga

pelaksana pelayanan kesehatan remaja yang terlatih PKPR

termasuk konseling. Oleh karena itu sebelum pengembangan

PKPR dilakukan, sesuai dengan tanggung jawabnya Dinas


34

Kesehatan Kabupaten/Kota harus melaksanakan pelatihan

terhadap tenaga pelaksana dimaksud. Pelatihan dapat dilakukan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bersangkutan, bisa

juga menjadi bagian atau bergabung dengan pelatihan yang

bakal diadakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi.

d. Menyiapkan Sarana Prsarana

Pengadaan sarana prasarana untuk mengembangkan PKPR

khususnya di Puskesmas, merupakan tanggung jawab Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu berdasarkan

permintaan Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dapat menganggarkan biaya untuk pengadaan sarana dan

prasarana yang dibutuhkan Puskesmas dalam pengembangan

PKPR ini. Sedangkan penyiapan sarana dan prasarana di RS,

merupakan tanggung jawab Manajemen RS yang bersangkutan.

Khusus untuk RS Kabupaten/Kota penyediaan anggaran untuk

pengadaan sarana prasarana ini menjadi tanggung jawab jajaran

manajemen dengan mengusulkannya melalui APBD

Kabupaten/Kota atau menganggarkannya melalui anggaran

internal Rumah Sakit untuk RS yang berstatus Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD).

e. Konsolidasi Kemitraan dan Jejaring Pelaksanaan PKPR

Konsolidasi yang dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai

situasi masing Kabupaten/Kota. Apabila kemitraan dibangun

berbasiskan Nota kesepahaman (Memorandum of


35

Understanding [MoU]) antar mitra/pemangku kepentingan,

maka MoU dimaksud harus menjadi acuan dalam pelaksanaan

di lapangan. Konsolidasi dapat dilakukan dengan melaksanakan

pertemuan bilateral secara berkala.

3. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan oleh Rumah Sakit dan FKRTL lainnya,

Puskesmas dan FKTP lainnya, dilakukan sesuai dengan ketentuan

yang ada, mengacu pada Sistem Informasi Kesehatan yang berlaku

(Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit [SIM RS], Sistem

Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas [SP2TP]). Hasilnya

di kompilasi dan dilaporkan ke unit yang lebih atas, yaitu Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan atau Dinas Kesehatan Provinsi,

sesuai alur pelaporan yang ada.

Pelaporan merupakan serangkaian proses yang dimulai dari

pencatatan tentang kegiatan dan hasilnya kemudian dilaporkan

kepada institusi yang lebih tinggi. Pelaksanaan PKPR ini wajib

dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan atau Dinas

Kesehatan Provinsi, menggunakan format pencatatan dan

pelaporan yang ada. Bila mana diperlukan format pelaporan khusus

PKPR, sebaiknya diupayakan untuk meminimalisasi variabel yang

harus dilaporkan.

4. Pembinaan dan Pengawasan

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 25 Tahun 2014, tentang Upaya Kesehatan Anak, pasal 54,


36

pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Upaya

Kesehatan Anak di fasilitas pelayanan kesehatan di wilayahnya

dilakukan oleh pemerintah (Kemenkes), pemerintah daerah

provinsi (Dinas Kesehatan), dan pemerintah daerah kabupaten/kota

(Dinas Kesehatan), melalui monitoring dan evaluasi. Selain itu

pembinaan dan pengawasan juga dapat dilakukan melalui

peningkatan pengetahuan tenaga kesehatan melalui pendidikan dan

pelatihan. Pembinaan dan pengawasan ini dilakukan paling sedikit

dua kali dalam setahun.

Kegiatan pemantauan dilakukan dalam rangka pelaksanaan

pembinaan pengawasan, pengontrolan, dan pengendalian terhadap

pelaksanaan suatu kegiatan atau program melalui proses

pengumpulan dan analisis data secara teratur, dan hasilnya dapat

digunakan untuk mengetahui apakah program berjalan sesuai

rencana, sejauh mana kemajuannya, apakah ada perbaikan atau

penyimpangan, apakah ada umpan balik terkait input dan proses,

serta apakah ada faktor eksternal yang berpengaruh.

Untuk Puskesmas dan FKTP PKPR lainnya, penilaian dilakukan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, menggunakan instrumen

pemantauan terbatas Standar Nasional PKPR yang terdiri dari

kuesioner untuk Pimpinan Puskesmas, kuesioner untuk petugas

PKPR, kuesioner untuk remaja, kuesioner untuk petugas

pendukung, kuesioner pengamatan, dan matriks rekapitulasi

pemantauan terbatas Standar Nasional PKPR. Sedangkan penilaian


37

untuk RS dan FKRTL lainnya, dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota atau Dinas Kesehatan Provinsi tergantung status

RS atau FKRTL. Format khusus untuk dan FKRTL lainnya ini

perlu dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dimasa yang

akan datang.

2.3 Teori Pendekatan Sistem


2.3.1 Definisi Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh, terpadu yang terdiri dari

berbagai elemen (subsistem) yang saling berhubungan dalam suatu

proses atau struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau mencapai

suatu tujuan tertentu (Notoatmodjo, 2011). Sistem adalah suatu

kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu

sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan

kompleks. Hal ini mencerminkan adanya beberapa bagian dan

hubungan antar bagian, menunjukkan kompleksitas dari sistem yang

meliputi kerja sama antar bagian yang interdependen satu sama lain

(Tanjung, et al., 2006).

Sistem menurut Murdick, R.G (1991) adalah seperangkat elemen

yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedu/bagan-bagan

pengolahan yang mencari suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut

Davis G.B (1991), sistem secara fisik adalah kumpulan dari elemen-

elemen yang beroperasi bersama-sama untuk menyelesaikan suatu

sasaran (Hutahaean, 2012).


38

Sistem menurut Indrajit (2001) mengemukakan bahwa sistem

mengandung arti kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang

dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya. Sistem yaitu

suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan

satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu

lingkungan kompleks (Marimin, 2004).

John McManama mendefinisikan sistem sebagai suatu struktur

konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan

yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang

diinginkan secara efektif dan efisien (Azwar, 2010).

Azrul Azwar (1996) dalam bukunya membagi definisi sistem

menjadi dua macam:

1. Sistem sebagai suatu wujud

Suatu sistem disebut sebagai suatu wujud (entity), apabila

elemen-elemen yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk

suatu wujud yang ciri-cirinya dapat didiskripsikan dengan jelas.

Terdapat dua macam wujud untuk hal ini:

a. Sistem sebagai suatu wujud yang kongkret

b. Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak

2. Sistem sebagai suatu metoda

Suatu sistem disebut sebagai suatu metoda (method),

apabila elemen-elemen yang terhimpun dalam sistem tersebut

membentuk suatu metoda yang dapat dipakai sebagai alat dalam

melakukan pekerjaan administrasi. Pemahaman sistem sebagai


39

suatu metoda berperanan besar dalam membantu menyelesaikan

masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu sistem. Hal ini biasa

disebut dengan pendekatan sistem (system approach).

2.3.2 Konsep Pendekatan Sistem


Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis

organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak

analisis yang diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada

berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan gerakannya akan

memengaruhi keberhasilan suatu sistem. Pendekatan sistem dapat

memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar

untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka

sistem (Tanjung, et al., 2006).

Menurut Azhar dalam Djahir (Djahir & Pratita, 2014),

pendekatan sistem adalah sebuah teknik dalam menerapkan pendekatan

ilmiah untuk pemecahan masalah-masalah yang kompleks. Pendekatan

sistem merupakan suatu sistem yang digunakan sebagai metoda yang

dapat dipakai sebagai alat dalam melakukan pekerjaan administrasi

(Azwar, 2010).

Harvey menyebutkan bahwa pendekatan sistem adalah

penerapan suatu prosedur yang logis dan rasinal dalam merancang

suatu rangkaian komponen-komponen yang berhubungan sehingga

dapat berfungsi sebagai satu kesatuan mencapai tujuan yang telah

ditetapkan (Azwar, 2010).


40

Azrul Azwar (1996) dalam bukunya menjelaskan bahwa jika

pendekatan sistem dapat dilaksanakan, akan diperoleh beberapa

keuntungan, antara lain (Azwar, 2010):

1. Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan

kebutuhan, dengan demikian penghamburan sumber, tata cara dan

kesanggupan yang sifatnya selalu terbatas, akan dapat dihindari;

2. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran

sehingga dapat dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak

diperlukan;

3. Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur

secara lebih tepat dan obyektif; dan

4. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan

program.

Sedangkan, salah satu kelemahan ialah dapat terjebak ke dalam

perhitungan yang terlalu rinci, sehingga menyulitkan pengambilan

keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan

terselesaikan (Azwar, 2010).

Menurut W.K. Kellogg, teori pendekatan sistem adalah teori

sistematis dan memiliki gambaran yang digunakan untuk menampilkan

dan menyampaikan pandangan yang sama antara SDM yang bekerja di

lingkup yang sama, serta melakukan kegiatan sesuai rencana kegiatan,

dan perubahan atau hasil yang dicapai sesuai yang diharapkan. Berikut

adalah model kerangka berpikir (Kellogg, 2004) :


41

Aktifitas/
Input Output Outcomes Impact
Proses

Bagan 2.1 Teori Sistem Kellogg

a. Masukan (Input)

Yang dimaksud masukan adalah kumpulan bagian atau

elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk

dapat berfungsinya sistem tersebut (Azwar, 2010). Input merupakan

bagian awal dari sistem yang menyediakan kebutuhan operasi bagi

sistem. Input ini akan berbeda-beda sesuai dengan sasaran operasi

dari suatu sistem (Herujito, 2001). Adapun masukan (input) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan Standar

Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (SN-PKPR) yang

sebagai berikut :

1) Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

Sumber daya manusia merupakan unsur yang penting

karena manajemen dibuat oleh orang-orang yang bekerja sama

untuk mencapai tujuan. Manusia sebagai pembuat tujuan dan

juga yang melakukan proses untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan tersebut.

Sumber daya manusia yang terstandarisasi merupakan

kompenen yang sangat diperlukan untuk menghadapi

persaingan dan menumbuhkan jasa pelayanan kesehatan di

ruamah sakit yang berkualitas sehingga meningkat citra dan


42

profit rumah sakit (Hafizurrachman, 2009). Sumber daya

manusia yang diperulakan yaitu yang memiliki kompetensi atau

pengetahuan dan keterampiran yang sesuai, sehingga sumber

daya manusia tersebut menghasilkan kinerja yang maksimal.

Adapun SDM Kesehatan yang dimaksudkan adalah

tersedianya tim PKPR yang kompeten (mempunyai

pengetahuan, sikap dan keterampilan) untuk melaksanakan

PKPR sesuai dengan standar dan pedoman yang berlaku

(Kemenkes, 2014).

2) Fasilitas Kesehatan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.46 tahun

2014, fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau

tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

pelayanan kesehatan, bik promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, dan/atau masyarakat.

Adapun fasilitas kesehatan yang dimasudkan adalah

tersedianya dan berfungsinya fasilitas kesehatan mampu

laksana PKPR dengan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan

remaja, prosedur dan tata laksana yang ramah remaja, serta

didukung sarana, prasarana, termasuk peralatan dan obat-

obatan yang memadai (Kemenkes, 2014).

3) Remaja
43

Menurut World Health Organization (WHO), yang

termasuk ke dalam kelompok remaja adalah mereka yang

berusia 10-19 tahun, dan secara demografis kelompk remaja

dibagi menjadi kelompok usia 10-14 tahun dan kelompok usia

15-19 tahun.

Adapun yang dimaksudkan adalah remaja memperoleh

informasi yang dibutuhkan sehingga memahami kebutuhan

untuk hidup sehat dan produktif, dan memanfaatkan jenis dan

tempat berbagai layanan kesehatan yang tersedia sesuai

kebutuhan (Kemenkes, 2014).

4) Jejaring

Lazimnya pada setiap program kesehatan ditemukan

adanya kelompok sasaran (target group), yaitu kepada siapa

program kesehatan tersebut ditujukan. Terdapat dua macam

kelompok sasaran (Azwar, 2010):

 Kelompok sasaran langsung

Sasaran ini adalah masyarakat yang memanfaatkan

langsung program kesehatan yang ada.

 Kelompok sasaran tidak langsung

Sasaran ini adalah kelompok sasaran antara. Dalam

program kesehatan, peranan kelompok ini banyak

ditemukan.

Pada SN-PKPR, yang dimaksudkan jejaring adalah

terbangunnya jejaring PKPR antar para remaja, kelompok-


44

kelompok masyarakat, lintas program, lintas sektor terkait,

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam pembinaan

kesehatan remaja (Kemenkes, 2014).

5) Manajemen Kesehatan

Menurut Robert D. Terry, manajemen adalah

pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan dengan

menggunakan orang lain. Dan menurut Evancevich (1989),

manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu

oarang atau lebih untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan

orang lain guna mencapai hasil tujuan yang tidak dapat dicapai

oleh hanya satu orang saja (Notoatmodjo, 2011).

Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu

seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non petugas

kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui

program kesehatan (Notoatmodjo, 2011).

Adapun yang dimaksudkan pada SN-PKPR adalah

adanya kebijakan dan sistem manajemen yang mampu

menjamin dan meningkatkan cakupan dan kualitas PKPR

(Kemenkes, 2014).

Hill. M (1997) memaknai kebijakan sebagai disiplin

ilmu sosial terapan yang menggunakan pelbagai metode

penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan

informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat


45

dimanfaatkan di tingkat pengambil keputusan dalam rangka

menyelesaikan masalah (Siyoto & Supriyanto, 2015).

Menurut Robert Eyestone (1971) bahwa kebijakan

publik meruakan hubungan pemerintah dengan lingkungannya.

Sedangkan, menurut Thomas R. Dye (1975) kebijakan adalah

apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak

dilakukan (Winarno, 2016). Seorang ahli lainnya, Crinson

(2009) menyatakan bahwa kebijakan merupakan sebuah

konsep, bukan fenomena spesifik maupun kongkrit, sehingga

pendefinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau

dengan kata lain tidak mudah (Ayuningtyas, 2014).

b. Proses

Berupa kegiatan proses, alat, tindakan, teknologi, dan

kegiatan yang bertujuan sebagai implementasi program. Intervensi

ini biasanya digunakan untuk melihat hasil atau perubahan program

yang direncanakan.

Yang dimaksudkan pada proses ini adalah proses

implementasi program PKPR berupa aksi pemenuhan Standar

Nasional PKPR (SN-PKPR) pada tingkat kabupaten/kota. Adapun

matrik aksi untuk pemenuhan standar adalah sebagai berikut

(Kemenkes, 2014):

1) Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

- Melakukan pelatihan PKPR bagi SDM kesehatan

puskesmas; melakukan evaluasi pasca pelatihan PKPR;


46

mendistribusikan pedoman-pedoman tentang pelaksanaan

PKPR ke Puskesmas.

- Menyelenggarakan pelatihan teknik konseling sebagai

bagian dari pelatihan PKPR dan memastikan ketersediaan

dan pemanfaatan pedoman teknik konseling di Puskesmas.

2) Fasilitas Kesehatan

- Mendistribusikan dan mensosialisasikan standar dan

pedoman paket pelayanan kesehatan komperhensif sesuai

dengan kebutuhan remaja, baik di dalam mauun di luar

gedung; melakukan bimbingan teknis terhadap Puskesmas

terkait pelaksanaan kesehatan komperhensif.

- Menyediakan prasarana dan sarana yang diperlukan sesuai

pedoman untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan

komperhensif yang memenuhi selera remaja, baik di dalam

maupun di luar gedung.

- Mendistribusikan dan mensosialisasikan serta memfasilitasi

pelaksanaan prosedur, tata laksana dan alur pelayanan yang

mampu mencegah terjadinya missed opportunity dan

menjamin kerahasiaan, privasi, kenyamanan, dan kecepatan

penyelenggaraan kesehatan komperhensif bagi remaja, baik

di dalam maupun di luar gedung.

3) Remaja

- Mendistribusikan, mensosialisasikan, dan memfasilitasi

penggunaan pedoman tentang mekanisme, prosedur dan


47

kebutuhan sumber daya penyelenggaraan kegiatan

pemberian informasi/pelayanan KIE yang memenuhi selera

dan kebutuhan berbagai kelompok remaja oleh berbagai

pihak terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing

berdasarkan Standar pedoman yang berlaku.

- Mencetak, mendistribusikan dan mensosialisasikan

berbagai alat bantu audio-visual untuk kegiatan pemberian

informasi/ pelayanan KIE, , yang memenuhi selera dan

kebutuhan berbagai kelompok remaja dan masyarakat

terkait, baik melalui media cetak maupun elektronik.

- Mencetak dan mendistribusikan serta mensosialisasikan

juknis tentang peran, hak, tanggung jawab, dan ruang

lingkup kegiatan konselor sebaya dan pendamping konselor

sebaya .

4) Jejaring

- Mensosialisasikan metode dan instrumen kepada

Puskesmas; Melaksanakan pemetaan dengan

memanfaatkan metode dan instrumen yang telah

dikembangkan; Memastikan bahwa Puskesmas

melaksanakan pemetaan; Menggunakan hasil pemetaan

dalam perencanaan program kesehatan remaja.

- Melakukan orientasi kepada tokoh kunci organisasi

masyarakat dan remaja mengenai pelayanan dan manfaat

program kesehatan remaja, peran dan tanggung jawab


48

pemangku kepentingan; Memfasilitasi puskesmas untuk

mengembangkan jejaring antar kelompok masyarakat dan

remaja potensial yang bisa berperan dalam mendukung

pemanfaatan PKPR; Memfasillitasi pembentukan

sekretariat forum pembinaan kesehatan remaja dengan SK

sendiri atau berafisiliasi pada kelompok kerja yang sudah

ada.

- Memfasilitasi puskesmas untuk melakukan pembinaan

terhadap berbagai kelompok masyarakat untuk mendukung

pemanfaatan pelayanan PKPR; Memfasilitasi pertemuan

berkala antar pemangku kepentingan dalam rangka

menggalang keterlibatan berbagai kelompok masyarakat

untuk mendukung pemanfaatan pelayanan kesehatan

remaja di tingkat kab/ kota.

- Melakukan pembentukan, pembinaan, penguatan peran dan

tanggung jawab organisasi remaja yang memperjuangkan

kepentingan remaja di tingkat kabupaten/kota;

memfasilitasi kegi atan forum untuk mempresentasikan/

menyampaikan aspirasi/ keinginan remaja; Mengadakan

pertemuan tahunan organisasi remaja tingkat

kabupaten/kota.

- Mendorong dan memberikan bimbingan kepada puskesmas

agar mendukung partisipasi remaja dalam kegiatan PKPR;

Mengikutsertakan remaja dalam kegiatan perencanaan,


49

pelaksanaan, pemantauan dan penilaian kegiatan

pembinaan kesehatan remaja di tingkat kab/ kota.

5) Manajemen Kesehatan

- Sosialisasi Undang Undang dan kebijakan serta Strategi

Nasional kepada Petugas Pusk esmas; Distribusi dokumen

advokasi di fasilitas kesehatan; Melakukan orientasi pada

petugas kesehatan tentang pedoman strategi.

- Memfasilitasi Puskesmas dalam menerapkan Standar dan

pedoman penyelenggraan PKPR.

- Merangkum dan mengolah hasil laporan puskesmas PKPR

dan RS dan memberikan umpan balik tentang tren

pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan; Memantau

apakah kepala puskesmas dan pengelola program PKPR

mengetahui cara mengumpulkan data.

- Melakukan orientasi untuk puskesmas tentang tentang

evaluasi diri, supervisi fasilitatif, dan pemantauan

penyelenggaraan PKPR; Memberikan umpan balik tertulis

ke puskesmas tentang hasil supervisi dan pemantauan.

- Sosialisasi pedoman sistem rujukan; Melaksanakan

bimbingan teknis kepada puskesmas dan rumah sakit untuk

menerapkan pedoman sistem rujukan; Memfasilitasi agar

staf puskesmas mengetahui dan memanfaatkan pedoman

sistem rujukan.

c. Keluaran
50

Berupa produk langsung dari kegiatan program, dan juga

termasuk tipe, level, dan target pelayanan yang diinginkan oleh

program.

Adapun keluaran (output) pada hal ini adalah hasil

implementasi program PKPR di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2017

berdasarkan pedoman Standar Nasional PKPR (SN-PKPR), yaitu Hasil

Penilaian Pemenuhan Standar Nasional PKPR (SN-PKPR) di Dinas

Kesehatan Kota Tangerag Selatan dan Dinas Kesehatan Kab.

Tangerang Tahun 2017.

2.4 Penelitian Terdahulu


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Mestri Agustini

dan Ni Lu Kadek Alit Arsani (2013) yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Buleleng, Kecamatan Buleleng menggunakan metode penelitian kualitatif,

disebutkan bahwa PKPR dirasakan memiliki peranan yang sangat penting bagi

remaja. Melalui PKPR di tingkat Puskesmas, remaja dapat memperleh

pengetahuan mengenai kesehatan, tempat bersosialisasi, hingga mendapatkan

pelayanan kesehatan yang memperhatikan kebutuhan remaja. Sedangkan, dalam

pelaksanaannya masih terdapat 1 (satu) sasaran yang belum tercapai yaitu

pembentukan konselor sebaya serta belum maksimalnya sosialisasi kepada

remaja secara luas (Agustini & Arsani, 2013). Selain itu, peranan Puskesmas

dalam program PKPR adalah sebagai ujung tombak pemberi pelayanan

kesehatan di masyarakat termasuk remaja (Arsani, et al., 2013).

Penelitian lain dilakukan di Puskesmas Alun Alun, Kabupaten Gresik

untuk melihat implementasi program PKPR menggunakan model implementasi


51

George C Edward III. Pada indikator komunikasi didapatkan bahwa penyuluhan

yang dilakukan belum optimal dikarenakan hanya ada satu Karang Taruna saja

yang mendapatkan penyuluhan dari total sebelas desa yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Alun Alun. Kejelasan informasi terkait pelaksanaan program PKPR

telah berjalan dengan cukup baik dikarenakan bahwa para petugas telah

memahami program, remaja yang mendapatkan penyuluhan dan pelatihan telah

memahami materi dari PKPR tersebut. Kejelasan informasi juga diterima oleh

pasien terkait alur pelayanan program. Namun, tidak semua pasien memahami

dengan jelas alur pelayanan di Puskesmas, terlebih pada pasien yang baru

mendatangi Puskesmas Alun Alun. Pedoman yang digunakan dalam

melaksanakan kebijakan juga konsisten. Dalam melakukan penyuluhan, materi

yang diberikan di sekolahsekolah di wilayah kerja Puskesmas Alun Alun juga

konsisten, Namun dalam pelatihan konselor sebaya, terdapat tambahan materi

karena peran mereka sebagai konselor atau kader remaja.

Sumber Daya Manusia yang bertanggung jawab dalam program PKPR

di Puskesmas Alun Alun memang telah terbentuk, namun masih belum ada surat

keputusan resmi mengenai struktur organisasinya. Mengenai sumber daya

anggaran, terdapat empat kegiatan yang akan direncanakan di Tahun 2016,

namun yang disetujui oleh pihak Puskesmas hanya dua kegiatan saja yakni

penyuluhan dan pelatihan Konselor Remaja saja. Mengenai Sumber Daya

Peralatan yang ada di Puskemas Alun Alun memang cukup memadai, diketahui

Ruangan Poli PKPR cukup dengan ventilasi, namun ruangan tersebut kurang

semarak karena tidak ada suasana anak muda dan ruangan dijadikan satu dengan

Poli Dewasa dan UKK. Selain itu, fasilitas lain seperti pengadaan brosur telah
52

dilaksanakan oleh petugas Puskesmas Alun Alun, namun brosur hanya

diletakkan di Poli PKPR saja.

Dalam pelaksanaan program Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Alun

Alun, diketahui bahwa Puskesmastersebut telah memiliki SOP terkait program

PKPR, dan petugas telah melaksanakan SOP tersebut. Pertanggungjawaban

petugas di Puskesmas Alun Alun dilakukan dengan melaporkan Kegiatan

Kesehatan Remaja setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik, juga

terdapat Buku Laporan PKPR yang dipertanggungjawabkan kepada Kepala

Puskesmas Alun Alun (Rohmah & Tauran, 2016).

Sedangkan, penelitian lain mengungkapkan bahwa pelaksanaan program

pelayanan kesehatan reproduksi remaja berbeda-beda di setiap Puskesmas,

termasuk antara Puskesmas Lebdosari dan Puskesmas Manyaran yang sangat

dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di masing-masing

Puskesmas. Mengacu pada 6 kegiatan dalam pelayanan kesehatan remaja yang

ada dalam buku pedoman PKPR di Puskesmas, maka Puskesmas Lebdosari

lebih optimal dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja dengan

program-programnya yang lebih lengkap dan adanya kerjasama dengan

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Griya Asa dalam upaya penjaringan

remaja, sedangkan Puskesmas Manyaran kurang maksimal dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan reproduksi remajanya karena meskipun banyak layanan

yang diprogramkan namun dalam pelaksanaannya hanya layanan untuk remaja

di sekolah saja yang menjadi perhatian utama, dan itupun tidak optimal. Tidak

ada perbedaan tanggung jawab antara Puskesmas yang di wilayah kerjanya

terdapat lokalisasi dan Puskesmas yang di wilayah kerjanya tidak terdapat


53

lokalisasi dalam hal pemberian layanan kesehatan reproduksi untuk para remaja,

artinya tanggung jawabnya adalah sama dalam memberikan layanan kesehatan

reproduksi remaja (Falatansah & Indarjo, 2016).

Belum optimalnya program PKPR juga disebutkan oleh peneliti yang

meneliti terkait evaluasi pelaksanaan program PKPR di Puskesmas Andalas dan

SMAN 10 Kota Padang tahun 2015. Belum optimalnya pelaksanaan terlihat dari

sarana dan prasarana, yaitu ketersediaan ruangan yang belum memadai. Selain

itu, tenaga yang terlatih yang ada di Puskesmas Andalas hanya satu orang dan

pada SMAN 10 Padang, pelatihan yang dilakukan kepada guru Pembina PKPR

masih sangat kurang. Meskipun kurang optimal bila dilihat dari SDM, sarana

serta prasarana yang ada, sumber dana kegiatan PKPR di Puskesmas yang

bersumber dari BOK sudah mencukupi untuk pelaksanaan program. Pedoman

pelaksanaannya pun sudah berdasarkan modul dan buku yang dikeluarkan oleh

Kementerian Kesehatan RI.

Ditinjau dari komponen proses, perencanaan yang dilakukan terkait

program PKPR belum berjalan dengan baik karena tidak ada koordinasi antara

Puskesmas dengan sekolah dan juga belum disesuaikan dengan kebutuhan

remaja di wilayah kerja Puskesmas. Pengorganisasian yang ada belum berjalan

dengan baik dikarenakan belum adanya pembagian tugas yang jelas untuk setiap

anggota. Pelaksanaannya pun belum semua kegiatan berjalan dengan baik, untuk

kegiatan pelayanan di Puskesmas sudah berjalan dengan cukup baik, namun

untuk pelaksanaan program di sekolah masih belum berjalan dengan lancar. Dan

pengawasan yang dilakukan tidak berjalan optimal, sekolah tidak memberikan

laporan kegiatan pelayanan kesehatan kepada Puskesmas. Dan secara luaran,


54

program PKPR di wilayah kerja puskesmas Andalas masih belum terlaksana

dengan baik, dimana masih ada program yang belum terlaksana, dan juga masih

banyak sekolah yang belum mengetahui dan juga mendapatkan pembinaan

PKPR, serta masih ditemukannya kekurangan baik itu dari segi tenaga, dan

ketersediaan sarana dan prasarana (Silvia, 2016).

Pelaksanaan atau implementasi program PKPR yang belum maksimal

pun terjadi di Jakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terkait

implementasi program PKPR di tingkat Puskesmas DKI Jakarta dihasilkan

bahwa implementasi tersebut belum memenuhi kriteria pelayanan remaja seperti

yang ditetapkan karena belum cukupnya dukungan dana, sarana prasarana,

tenaga. Juga sosialisasi terkait program PKPR pun belum maksimal dilakukan

kepada remaja (Friskarini & Manalu, 2016).

2.5 Kerangka Teori


Merujuk pada tinjauan pustaka, penelitian ini akan menggunakan teori

pendekatan sistem untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. Penelitian yang

diharapkan menghasilkan gambaran perbedaan implementasi program

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) menggunakan teori pendekatan

sistem adalah agar dihasilkan gambaran antar komponen-komponen yang ada

pada penelitian ini. Adapun merujuk pada pendekatan sistem menurut Kellog,

yaitu masukan (input), proses, dan luaran (output) yang dipadukan dengan

Standar Nasional PKPR (SN-PKPR). Berikut teori pendekatan sistem yang

digunakan dalam penelitian ini:


Output:
Hasil Penilaian
Input: Pemenuhan Standar
 SDM Kesehatan Nasional PKPR (SN-
 Fasilitas Kesehatan PKPR) di Dinas
Proses:
 Remaja Kesehatan Kota
 Aksi Pemenuhan
 Jejaring Tangerag Selatan dan
Standar Nasioanal
 Manajemen Kesehatan Dinas Kesehatan Kab.
PKPR (SN-PKPR)
Tangerang Tahun 2017

Bagan 2.3 Kerangka Teori

Bagan 2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka


Input: 55 Output:
Konsep (Kellogg,
 SDM Kesehatan Hasil Penilaian
2004)Proses:
 Fasilitas Kesehatan Pemenuhan Standar
 Aksi Pemenuhan
3 BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir


Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu didapatkannya gambaran

implementasi program PKPR di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka

peneliti membuat alur pikir yang digambarkan pada kerangka pikir dalam

gambar 3.1.. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan sistem

dengan teori yang dibawa oleh Kellogg (2004) yang mana peneliti melihat

komponen masukan (input), proses, dan luaran (output) dan memadankan

dengan Standar Nasioanal PKPR (SN-PKPR).

Pada komponen masukan (input), peneliti melihat unsur Sumber Daya

Manusia (SDM) kesehatan, fasilitas kesehatan, remaja, jejaring, dan manajemen

kesehatan yang berkaitan dengan program PKPR. Dan pada komponen proses,

peneliti melihat implementasi program PKPR berupa aksi pemenuhan Standar

Nasional PKPR (SN-PKPR). Sedangkan pada komponen luaran (output),

peneliti melihat dari hasil gambaran program PKPR di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2017

berdasarkan hasil penilaian Standar Nasioanal PKPR (SN-PKPR).

Berikut adalah gambar kerangka pikir yang digunakan peneliti dalam

penelitian kali ini: Output:


Hasil Penilaian
Input: Proses: Pemenuhan Standar
 SDM Kesehatan  Aksi Nasional PKPR (SN-
 Fasilitas Kesehatan Pemenuhan PKPR) di Dinas
 Remaja Standar Kesehatan Kota
 Jejaring Nasioanal Tangerag Selatan dan
 Manajemen Kesehatan PKPR (SN- Dinas Kesehatan Kab.
PKPR) Tangerang Tahun 2017

Bagan 3.2 Kerangka Pikir

56
Gambar 3.3 Kerangka PikirBagan 3.3 Kerangka Pikir
3.2 Definisi Istilah
Tabel 3.1 Definisi Istilah

No. Istilah Definisi Cara Ukur Alat Ukur Sumber Informasi


Wawancara Pedoman Kesga-Kemenkes;
Sediaan yang digunakan oleh Dinas
Mendalam, Telaah Wawancara, Daftar PJ Program PKPR Dinkes
Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan
Dokumen, dan Dokumen, dan Kab. Tangerang dan Dinkes
1. Masukan (input) Dinas Kesehatan Kabupaten
Observasi Pedoman Observasi Kota Tangerang Selatan;
Tangerang dalam implementasi
Pemegang Program PKPR
program PKPR di wilayah kerjanya.
Puskesmas.
SDM Kesehatan Sumber Daya Manusia atau tenaga Wawancara Pedoman Kesga-Kemenkes;
kerja yang ada di Dinas Kesehatan Mendalam dan Wawancara dan PJ Program PKPR Dinkes
Kota Tangerang Selatan dan Dinas Telaah Dokumen Daftar Dokumen Kab. Tangerang dan Dinkes
Kesehatan Kabupaten Tangerang yang Kota Tangerang Selatan;
menangani terkait Program PKPR. Pemegang Program PKPR
Puskesmas.
Fasilitas Kesehatan Sarana prasarana yang tersedia dan Wawancara Pedoman Kesga-Kemenkes;
disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Mendalam, Telaah Wawancara, Daftar PJ Program PKPR Dinkes
Tangerang Selatan dan Dinas Dokumen, dan Dokumen, dan Kab. Tangerang dan Dinkes
Kesehatan Kabupaten Tangerang untuk Observasi Pedoman Observasi Kota Tangerang Selatan;

57
menunjang implementasi Program Pemegang Program PKPR
PKPR di wilayah kerjanya Puskesmas.
Remaja Mereka yang berusia 10-19 tahun yang Wawancara Pedoman Kesga-Kemenkes;
mendapatkan pelayanan dan terlibat Mendalam dan Wawancara dan PJ Program PKPR Dinkes
dalam program PKPR di Dinas Telaah Dokumen Daftar Dokumen Kab. Tangerang dan Dinkes
Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang Selatan;
Dinas Kesehatan Kabupaten Pemegang Program PKPR
Tangerang. Puskesmas.
Jejaring Para remaja, kelompok-kelompok Wawancara Pedoman Kesga-Kemenkes;
masyarakat, lintas program, lintas Mendalam dan Wawancara dan PJ Program PKPR Dinkes
sektor terkait, Lembaga Swadaya Telaah Dokumen Daftar Dokumen Kab. Tangerang dan Dinkes
Masyarakat (LSM) yang terlibat dalam Kota Tangerang Selatan;
program PKPR di Dinas Kesehatan Pemegang Program PKPR
Kota Tangerang Selatan dan Dinas Puskesmas.
Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Manajemen Kebijakan dan sistem manajemen yang Wawancara Pedoman Kesga-Kemenkes;
Kesehatan ada di Dinas Kesehatan Kota Mendalam dan Wawancara dan PJ Program PKPR Dinkes
Tangerang Selatan dan Dinas Telaah Dokumen Daftar Dokumen Kab. Tangerang dan Dinkes
Kesehatan Kabupaten Tangerang guna Kota Tangerang Selatan;

58
mendukung implementasi program Pemegang Program PKPR
PKPR di wilayah kerjanya. Puskesmas.
2. Aksi Pemenuhan Kegiatan yang dilakukan Dinas Wawancara Pedoman Kesga-Kemenkes;
SN-PKPR Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Mendalam dan Wawancara dan PJ Program PKPR Dinkes
Dinas Kesehatan Kabupaten Telaah Dokumen Daftar Dokumen Kab. Tangerang dan Dinkes
Tangerang dalam implementasi Kota Tangerang Selatan;
program PKPR di wilayah kerjanya Pemegang Program PKPR
berdasarkan SN-PKPR. Puskesmas.
3. Hasil Penilaian Hasil Penilaian Pemenuhan Standar Telaah Dokumen Daftar Dokumen Dokumen Laporan Program
Pemenuhan Standar Nasional PKPR (SN-PKPR) di Dinas PKPR
Nasional PKPR Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan
(SN-PKPR) di Dinas Kesehatan Kab. Tangerang
Dinas Kesehatan Tahun 2017 yang didapatkan dari hasil
Kota Tangerag pemantauan oleh Dinas Kesehatan di
Selatan dan Dinas wilayah kerjanya, baik Kota Tangerang
Kesehatan Kab. Selatan maupun Kabuaten Tangerang.
Tangerang Tahun
2017

59
4 BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif kualitatif dengan

pendekatan studi kasus dan menggunakan metode pengumpulan data berupa

wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi. Adapun penelitian ini

bertujuan agar diketahui gambaran implementasi program Pelayanan Kesehatan

Peduli Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang yang meliputi

Dinas Kesehatan Kab/Kota, Puskesmas PKPR dan Sekolah PKPR. Adapun

rentang waktu penelitian adalah bulan Juni sampai Agustus tahun 2017.

4.3 Informan Penelitian


Pada penelitian ini, informan dibagi menjadi tiga, yaitu informan ahli,

informan kunci dan informan pendukung. Adapun informan ditentukan dengan

teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011). Pemilihan Puskesmas PKPR

berdasarkan:

1. Puskesmas sudah terstandar PKPR.

2. Memiliki SDM yang berpengalaman terkait PKPR.

Berikut informan pada penelitian ini:

60
61

Tabel 4.1 Informan Penelitian

No. Jenis Informan Informan


Staf Seksi Kesehatan Usia Sekolah dan
1. Informan Ahli Remaja Luar Sekolah – Dir. Kesehatan
Keluarga Kementerian Kesehatan RI
Pengelola Program Kesehatan Remaja Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan
2. Informan Kunci
Pengelola Program Kesehatan Remaja Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang
Penanggung Jawab Program Kesehatan
Remaja Puskesmas di Kota Tangerang Selatan
Penanggung Jawab Program Kesehatan
3. Informan Pendukung
Remaja Puskesmas di Kabupaten Tangerang
Guru Pendamping PKPR/Konselor Sebaya di
Sekolah PKPR.

4.4 Sumber Data Penelitian


1. Data Primer

Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara mendalam

dengan informan yang telah ditentukan, juga diperoleh dari hasil observasi

yang dilakukan. Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh

informasi dari informan terkait komponen masukan (input), yang terdiri dari

SDM kesehatan, fasilitas kesehatan, remaja, jejaring, dan manajemen

kesehatan yang berkaitan dengan program PKPR, juga komponen proses,

yaitu implementasi program PKPR yang ada di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Wawancara

mendalam akan dilakukan kepada Penanggung Jawab Program PKPR di

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dan Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, juga dengan Pemegang Program PKPR yang ada di

Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.


62

Adapun kegiatan observasi dilakukan untuk memastikan fasilitas yang

tersedia sebagai komponen masukan (input) pada implementasi program

PKPR di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang.

2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang

akan ditelaah, yaitu:

- SK untuk Pemegang Program PKPR di Puskesmas wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang;

- Hasil Penilaian SN PKPR

- Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Profil Kesehatan

Kabupaten Tangerang.

4.5 Metode Pengumpulan Data


1. Alat Pengumpulan Data

a. Alat Pengumpulan Data dalam Wawancara

Pada teknik ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai alat

pengumpulan data. Pedoman wawancara tersebut sebagai acuan untuk

menggali informasi terkait masukan (input) yang ada untuk program

PKPR, yang terdiri dari SDM kesehatan, fasilitas kesehatan, remaja,

jejaring, dan manajemen kesehatan. Juga acuan untuk menggali

informasi terkait proses implementasi program PKPR, yang terdiri dari

perencanaan program, pengorganisasian program, pelaksanaan program,

dan pengawasan program. Selain itu, digunakan juga alat tulis sebagai
63

media dokumentasi tertulis juga alat perekam sebagai media

dokumentasi audio.

b. Alat Pengumpulan Data dalam Observasi

Pengumpulan data dengan teknik observasi dilakukan untuk memastikan

data dan informasi terkait masukan (input) pada implementasi program

PKPR. Yang dibutuhkan adalah lembar observasi dan alat tulis.

c. Alat Pengumpulan Data dalam Telaah Dokumen

Peneliti menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan data dan

indormasi yang dibutuhkan peneliti dalam memperoleh jawaban atas

tujuan dan pertanyaan penelitian. Dokumen tersebut sebagai data

sekunder. Selain dibutuhkan dokumen, peneliti membutuhkan alat tulis

sebagai media dokumentasi tertulis.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Wawancara Mendalam

Wawancara (interview) merupakan alat pengumpulan data yang sangat

penting dalam penelitian kualitatif yang melibatkan manusia sebagai

subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang

dipilih untuk diteliti (Pawito, 2007). Bentuk wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview)

atau wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview

guide). Pada umumnya wawancara dengan menggunakan pedoman

dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalam

dengan lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang menjadi

pokok dari minat penelitian (Pawito, 2007).


64

b. Observasi

Observasi adalah bagian dari pengumpulan data. Observasi berarti

mengumpulkan data langsung dari lapangan. Data observasi dapat

berupa interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota

dalam berorganisasi (Raco, 2010).

c. Telaah Dokumen

Telaah dokumen yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui

data sekunder yang berhubungan dengan penelitian. Studi dokumen atau

telaah dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi

dan wawancara dalam melakuan penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011).

4.6 Manajemen dan Analisis Data


Analisis Kualitatif menurut Morse (1995) adalah proses tentang
pencocokan data bersama-sama, bagaimana membuat yang samar menjadi
nyata, menghubungkan akibat dengan sebab. Proses analisis sistematis
Kreugeur (1954) dimulai dari awal pengambilan data sampai pembuatan
laporan. Green dan Thorogood dalam Goody (2013) mengungkapkan
bahwa pelaksanaan sebagaian besar peneliti menggunakan kombinasi dari
beberapa pendekatan. Langkah-langkah analisis data antara lain (Pawito,
2007):
a) Generating Rich Data
Mengumpulkan data penting yang dilengkapi catatan observasi dan
membuat ranskrip dari rekaman penelitian .
b) Familiarising Oneself with The Data
Memahami data dengan mendengarkan rekaman, membaca transkrip,
dan membaca catatan pengamatan selama wawancara serta catatan
kesimpulan. Hal ini digunakan untuk menangkap detail-detail dan
memahami wawancara sebagai suatu gambaran yang utuh sebelum
dibagi menjadi bagian kecil.
c) Writing Memos
65

Catat ide maupun gagasan yang timbul selama mempelajari data unutk
dapat digunakan sebagai dasar untuk pengkategorian.
d) Indexing
Kalimat deskriptif yang telah ditulis kemudian diatur, dengan menandai
dan menyusun pertanyaan-pertanyaan.
e) Formation on Themes
Petakan pertanyaan dari konteks aslinya kemudian menyusun kembali
dalam konteks tematis yang baru. Aspek yang paling penting dalam hal
ini adalah mereduksi data dengan membandingkan dan menyamakan
data serta memotong dan menggabungkan beberapa pernyataan
menjadi satu.
f) Mapping and Interpretation
Imajinasi dan kemampuan dibutuhkan dalam analisis untuk melihat
hubungan diantara pernyataan dan hubungan data-data keseluruhan.
Adapun di dalamnya menggunakan komparasi dengan cara
mengidentifikasi kecenderungan-kecenderungan yang ada pada
masing-masing persoalan yang dilacak dan kemudian mebandingkan
kecenderungan-kecenderungan tersebut antara yang terdapat pada
suatu kasus dan kasus yang lain.

4.7 Keabsahan Data


Untuk mendapatkan data yang valid maka dilakukan pengecekan

keabsahan data yang menjadi tahapan dalam penelitian.

1. Triangulasi sumber yaitu melakukan wawancara mendalam dengan

informan yang berbeda yaitu Subdit Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja

Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI, Penanggung

Jawab Program PKPR Dinas Kesehatan, dan Pemegang Program PKPR

Puskesmas.
66

2. Triangulasi metode yaitu melakukan pengecekan dengan beberapa metode

antara lain adalah wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen

untuk mempertajam analisis dan memvalidasi data hasil wawancara.


Tabel 4.2 Triangulasi Data Penelitian

Triangulasi Data
Triangulasi Metode Triangulasi Sumber
Variebel
Wawancara Telaah Informan Informan Informan
Observasi
Mendalam Dokumen Ahli Kunci Pendukung
Sumber Daya Manusia √ √ √ √ √ √
Fasilitas Kesehatan √ √ - √ √ √
Remaja √ √ √ √ √ √
Jejaring √ - - √ √ √
Manajemen Kesehatan √ √ √ √ √ √
Aksi Pemenuhan SN PKPR √ √ √ - √ √
Hasil Penilaian SN PKPR √ - √ - √ √

67
68

5 BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum


5.1.1 Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan merupakan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Provinsi Banten.

Berdasarkan Peraturan Walikota Tangerang Selatan No. 51 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas

Kesehatan, berikut Struktur Ornganisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan tahun 2017:

Bagan 5.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang


Selatan Tahun 2017

Dan berikut merupakan visi dan misi yang dimiliki Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan:


69

Visi: “Terwudunya Pelayanan Dasar Kesehatan Masyarakat yang Berkualitas,

Modern, dan Terjangkau bagi Masyarakat Kota Tangerang Selatan.”

Misi:

1. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan yang Merata, Berkualitas

dan Terjangkau bagi Masyarakat.

2. Mengembangkan Sumber Daya Kesehatan yang Profesional dan

Berkesinambungan.

3. Mendorong Kemandirian Masyarakat Melalui Peningkatan

Pemberdayaan Kesehatan Individu, Keluarga, Masyarakat Beserta

Lingkungannya.

4. Mempererat Kemitraan dengan Seluruh Pelaku di Bidang Kesehatan.

Dan berikut daftar Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan:

Bagan 5.2 Daftar Puskesmas di Kota Tangerang Selatan

No. Nama Puskesmas Kecamatan


1. Puskesmas Rengas
2. Puskesmas Pamulang Pamulang
3. Puskesmas Benda Baru
4. Puskesmas Ciputat
5. Puskesmas Jombang
6. Puskesmas Kampung Sawah Ciputat
7. Puskesmas Sawah Baru
8. Puskesmas Situ Gintung
9. Puskesmas Ciputat Timur
10. Puskesmas Pisangan Ciputat Timur
11. Puskesmas Pondok Ranji
12. Puskesmas Rawa Buntu
13. Puskesmas Paku Alam Serpong Utara
14. Puskesmas Pondok Jagung
15. Puskesmas Pondok Benda
16. Puskesmas Pondok Aren
Pondok Aren
17. Puskesmas Jurang Mangu
18. Puskesmas Parigi
70

19. Puskesmas Pondok Pucung


20. Puskesmas Pondok Betung
21. Puskesmas Pondok Kacang Timur
22. Puskesmas Serpong 1 Serpong
23. Puskesmas Serpong 2
24. Puskesmas Setu
25. Puskesmas Bhakti Jaya Setu
26. Puskesmas Kranggan
Sumber: Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

5.1.2 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang


Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang merupakan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Provinsi Banten.

Berikut Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2017

(Dinkes Kab. Tangerang, 2017):

Bagan 5.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang


Tahun 2017

Dan berikut merupakan visi dan misi yang dimiliki Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang:
71

Visi: “Terwudunya Masyarakat Kabuaten Tangerang yang Sehat secara

Mandiri dan Berkeadilan.”

Misi: “Meningkatkan Aksesibilitas dan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar dan

Rujukan bagi Seluruh Masyarakat di Semua Wilayah Kabupaten

Tangerang.”

Dan berikut daftar Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang:

Tabel 5.1 Daftar Puskesmas di Kabupaten Tangerang


No. Nama Puskesmas Kecamatan No. Nama Puskesmas Kecamatan
1 Puskesmas Balaraja 23 Puskesmas Sepatan Sepatan
Balaraja
2 Puskesmas Gembong 24 Puskesmas Curug
Curug
3 Puskesmas Jayanti Jayanti 25 Puskesmas Binong
4 Puskesmas Tigaraksa 26 Puskesmas Cikupa
Tigaraksa Cikupa
5 Puskesmas Pasir Nangka 27 Puskesmas Pasirjaya
6 Puskesmas Jambe Jambe 28 Puskesmas Panongan Panongan
7 Puskesmas Cisoka Cisoka 29 Puskesmas Legok
8 Puskesmas Kresek Kresek 30 Puskesmas Bojong Kamal Legok
9 Puskesmas Kronjo Kronjo 31 Puskesmas Caringin
10 Puskesmas Mauk Mauk 32 Puskesmas Pagedangan Pagedangan
11 Puskesmas Kemeri Kemeri 33 Puskesmas Cisauk
Cisauk
12 Puskesmas Sukadiri Sukadiri 34 Puskesmas Suradita
13 Puskesmas Rajeg 35 Puskesmas Sukamulya Sukamulya
Rajeg
14 Puskesmas Sukatani 36 Puskesmas Kelapa Dua
15 Puskesmas Kutabumi Pasar 37 Puskesmas Jl. Emas
Kelapa Dua
16 Puskesmas Pasar Kemis Kemis 38 Puskesmas Jl. Kutai
17 Puskesmas Teluk Naga 39 Puskesmas Bojong Nangka
Teluknaga Sindang
18 Puskesmas Tegal Angus 40 Puskesmas Sindang Jaya
Jaya
Sepatan
19 Puskesmas Kosambi 41 Puskesmas Kedaung Barat
Kosambi Timur
20 Puskesmas Salembaran Jaya 42 Puskesmas Cikuya Solear
Gunung
21 Puskesmas Pakuhaji 43 Puskesmas Gunung Kaler
Pakuhaji Kaler
22 Puskesmas Sukawali 44 Puskesmas Mekar Baru Mekar Baru
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2015
72

5.2 Karakteristik Informan

Pada penelitian yang dilakukan ini, terdapat 8 informan yang terdiri dari: dua

informan dari Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI; satu

informan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan; satu informan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang; dua informan dari Puskesmas di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan; dan dua informan dari Puskesmas di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

Tabel 5.2 Karakteristik Informan Penelitian


No. Informan Pendidikan Jenis Kode
Terakhir Informan
1. Staf Seksi Usia Sekolah dan Remaja Luar Profesi Informan IA
Sekolah – Direktorat Kesehatan Keluarga Dokter Ahli
Kementerian Kesehatan RI
2. Pengelola Program Kesehatan Remaja S.KM Informan IK1
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Kunci
3. Pengelola Program Kesehatan Remaja S.KM, M.Si Informan IK2
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Kunci
4. Penanggung Jawab Program Kesehatan DI Informan IP1
Remaja Puskesmas Kampung Sawah Kesehatan Pendukung
5. Penanggung Jawab Program Kesehatan DIII Informan IP2
Remaja Puskesmas Pondok Ranji Kebidanan Pendukung
6. Penanggung Jawab Program Kesehatan DIV Informan IP3
Remaja Puskesmas Pasirjaya Kebidanan Pendukung
7. Penanggung Jawab Program Kesehatan DIV Informan IP4
Remaja Puskesmas Cisoka Kebidanan Pendukung
8. Guru Pendamping PKPR SMP X Guru Informan IS1
Pendukung
9. Ketua Tim Konselor Sebaya SMP X Siswi SMP Informan IS2
Pendukung
10. Konselor Sebaya SMP X Siswa SMP Informan IS3
Pendukung
11. Guru Pendamping PKPR SMP X Guru Informan IS4
Pendukung
12. Guru Pendamping PKPR SMP X Guru Informan IS5
Pendukung
73

5.3 Gambaran Sumber Daya Manusia Program Pelayanann Kesehatan Peduli


Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu domain yang ada di

variabel masukan (input). Adapun sumber daya manusia (SDM) yang

dimaksudkan dalam Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

adalah tenaga kerja yang ada di Dinas Kesehatan yang menangani Program

PKPR.

Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) merupakan salah

satu kegiatan yang ada di Program Kesehatan Remaja yang menjadi salah satu

tugas dari Seksi Kesehatan Keluarga. Adapun Seksi Kesehatan Keluarga

merupakan bagian dari Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan

Kab/Kota berdasarkan struktur organisasi yang ada.

Dan berikut adalah informasi yang didapatkan mengenai sumber daya

manusia (SDM) yang ada di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2017:

Tabel 5.3 Gambaran SDM PKPR di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang Tahun 2017

Indikator Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang


Terdapat SDM PKPR di
√ √
Dinas Kesehatan
Terdapat Tim PKPR di
√ √
Puskesmas
Tim PKPR Puskesmas
√ √
sudah terlatih/terorientasi
Sumber: wawancara dan telaah dokumen

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sudah terdapat SDM PKPR di

kedua Dinas Kesehatan Kab/Kota. Namun, keadaan SDM di keduanya berbeda,

yaitu untuk Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan terdapat dua orang yang
74

menjadi PIC (Person in Charge) atau pemegang program yang bertanggung

jawab atas penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang

ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017.

Keduanya fokus pada Program Kesehatan Remaja dan tidak memiliki tugas

untuk menangani program lain yang menjadi tugas Seksi Kesehatan Keluarga

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan juga berlatar belakang pendidikan

kesehatan. Berikut kutipan pernyataan yang diberikan oleh informan IA1:

“Iya, jadi memang dibagi-bagi, kalau saya sama Ratna PIC (Person in
Charge/PJ) nya remaja. ...saya kesmas, promkes..., saya penyuluh...”

Sedangkan hanya ada satu orang yang bertanggung jawab atas

penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2017 dengan berlatar belakang

pendidikan kesehatan. Selain menjadi Penanggung Jawab Program Kesehatan

Remaja, yang didalamnya terdapat kegiatan penyelenggaraan PKPR, SDM

tersebut juga menjadi Penanggung Jawab Program Kesehatan Lanjut Usial

(Lansia). Sehingga fokus kerja SDM tersebut tidak hanya untuk satu program,

melainkan dua program, yaitu Kesehatan Remaja dan Kesehatan Lanjut Usia.

Berikut kutipan pernyataan informan IA2 mengenai hal tersebut:

“Iya saya SKM..., Job-descnya dua, pengelola program lansia sama


remaja.”

Untuk SDM PKPR di Puskesmas, sudah terdapat Tim PKPR Puskesmas

di kedua wilayah kerja, baik di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Di masing-masing

Puskesmas PKPR yang ada di kedua wilayah kerja, sudah terdapat Tim PKPR

yang dibuktikan dengan Surat Keputusan (SK) yang ada di Puskesmasnya.


75

Adapun SK tersebut diperbarui setiap tahun. Dalam satu Tim PKPR terdiri dari

enam orang, yaitu satu Penanggung Jawab Program Remaja, yang berlatar

belakang pendidikan kesehatan, dan lima lainnya adalah anggota yang terdiri

dari Penanggung Jawab Program Promosi Kesehatan, Penanggung Jawab

Program Kesehatan Anak, Penanggung Jawab Program Gizi, Penanggung Jawab

Program P2P, dan Penanggung Jawab Program UKS.

Adanya Tim PKPR merupakan keharusan dalam menajalankan Program

PKPR karena Program PKPR tidak bisa berjalan sendiri dan dilakukan oleh

Penanggung Jawab Remaja sendiri di Puskesmas, oleh sebab itu butuh

kerjasama tim. Berikut pernyataan informan IK1 mengenai hal tersebut:

“...karena kalau PKPR tidak bisa berjalan kalau tidak ada tim, jadi di
puskesmas sendiri seperti misalnya tentang gizi remaja, sedangkan
orang yang si remaja itu tidak mungkin menghafalkan lima-limanya,
minimal setidaknya dia bisa tentang pkprnya sendiri satu, kedua tentang
kesehatan reproduksi remaja, selebihnya sudah punya petugas masing-
masing. Itu harus tahu pentingnya kerjasama dan itu yang harus
ditingkatkan.”
Informasi tersebut juga dikonfirmasi oleh Petugas Puskesmas.

Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen SK Tim PKPR, didapatkan

hasil bahwa SDM yang menjadi petugas PKPR mempunyai latar belakang

pendidikan kesehatan. Adapun yang menjadi Penanggung Jawab Program

Kesehatan Remaja untuk wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan di Puskesmas Kampung Sawah merupakan lulusan D1 Kesehatan,

sedangkan di Puskesmas Pondok Ranji merupakan Bidan. Dan untuk wilayah

kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, yang menjadi PJ Kesehatan

Remaja sekaligus pemegang PKPR di Puskesmas Pasirjaya adalah Bidan, pun di

Puskesmas Cisoka juga seorang Bidan.


76

Namun, selain menjadi PJ Kesehatan Remaja yang mengelola PKPR di

Puskesmas, SDM yang ada juga merangkap untuk program lainnya yang ada di

Puskesmas. Berikut tabel mengenai tugas masing-masing SDM di Puskesmas:

Tabel 5.4 Tugas SDM PKPR Puskesmas di Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Dinas Kesehatan Puskesmas Tugas Lainnya
Kampung Sawah Program Kesehatan Lansia
Kota Tangerang
Program Kesehatan Lansia
Selatan Pondok Ranji
Bidan Pelaksana
Program KB
Pasirjaya
Program Kesehatan Lansia
Kabuaten Tangerang
Program Kesehatan Lansia
Cisoka
Tim VCT
Sumber: Wawancara

Selain itu, pada tahun 2017 terjadi pergantian Tim PKPR di Puskesmas

Kampung Sawah, sehingga saat penelitian ini dilakukan yang menjadi pemegang

PKPR adalah PJ Kesehatan Remaja periode 2016-2017 karena SK untuk

pemegang yang baru belum diterbitkan.

Dan berdasarkan wawancara dengan IK2, di Puskesmas Kelapa Dua pada

tahun 2017 Pemegang Program PKPR sedang hamil dan diharuskan untuk

istirahat selama masa kehamilan sampai persalinan. Dengan adanya

permasalahan tersebut, akhirnya pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

meminta agar Kepala Puskesmas Kelapa Dua sesegera mungkin untuk mencari

penggantinya agar tidak terjadi kekosongan di Program PKPR. Berikut kutipan

pernyataan informan IK2 terkait informasi tersebut:

“...Seperti sekarang di Kelapa Dua, petugasnya lagi bed-rest karena


kondisi kehamilannya sampai persalinan harus bed-rest, berarti
kendalanya petugasnya tidak bisa membinakan, mau tidak mau saya
harus mencari solusi. Saya menyampaikan dulu ke Kepala Puskesmas,
bahwa pelayanan ini harus tetap ada, jadi dokter harus bisa mencari
penggantinya untuk back-up. Jadi harus dapat diputuskan, dan tadi
diputuskan dokter Evi yang akan menggantikannya sementara.”
77

Dan untuk pelatihan PKPR, kedua Dinas Kesehatan sudah memberikan

pelatihan PKPR kepada Tim PKPR Puskesmas, artinya Tim PKPR Puskesmas

sudah terlatih atau terorientasi terkait PKPR.

Berdasarkan pada hasil wawancara, Petugas PKPR Puskesmas di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sudah terlatih atau

terorientasi terkait PKPR sebelumnya karena Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan sudah melakukan pelatihan dan bimbingan kepada petugas PKPR di

Puskesmas yang ada di wilayah kerjanya. Pelatihan PKPR dan bimbingan sudah

dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dari tahun 2015 dan pada

tahun 2017 juga akan dilakukan pelatihan dan bimbingan. Hal tersebut juga

dikonfirmasi oleh Puskesmas bahwa Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

rutin memberikan pelatihan dan bimbingan kepada Petugas PKPR Puskesmas.

Berikut kutipan wawancara mengenai informasi tersebut:

IK1:
“....kita sudah mengadakan pelatihan. Di 2015 ada peningkatan
wawasan SN PKPR ke... sepuluh Puskesmas. ...nanti di 2017 bulan
depan ada bimbingan teknis...”

IP1:
“...pelatihannya setiap tahun juga ada. Hari ini juga PKPR 2 hari, hari
ini sama besok. Kalau hari ini lagi dilatih konselornya, besok
petugasnya, petugas promkes, petugas UKS.”

IP2:
“...ada pelatihan dari Dinkes. ”

Sedangkan untuk Kabupaten Tangerang, berdasarkan wawancaran

dengan informan dihasilkan bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang pada

tahun 2017 tidak menyelenggarakan pelatihan untuk SDM PKPR Puskesmas

yang ada di wilayah kerjanya, adapun pelatihan sudah diselenggarakan terakhir


78

kali pada tahun 2014. Tidak diselenggarakannya lagi pelatihan karena terbatas

dengan anggaran. Berikut kutipan informan IK2 mengenai informasi tersebut:

“...pelatihannya hanya sekali saja, dua hari waktu itu pelatihannya...


2014. Kita terbatasi untuk pelatihan itu karena anggaran yang ada
terbatasi.”

Hal tersebut juga dipertegas dengan hasil wawancara yang dilakukan

terhadap informan pendukung, yaitu IP3 dan IP4. Berikut kutipan wawancara

dengan informan IP3 dan IP4:

IP3:
“...yang pemegang program pernah, sudah lama, empat atau lima tahun
yang lalu...”
IP4:
“...sekali, kalau pelatihan yang sampai menginap. ...cuma aku lupa
tahunnya, tidak tahun kemarin (2016), mungkin tiga tahunan.”

Sedangkan, untuk pembinaan terhadap Puskesmas PKPR dilakukan

setiap tahun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang bersamaan dengan

monitoring dan evaluasi terkait pelaksanaan PKPR di Puskesmas. Adapun

pembinaan tersebut dilakukan dengan cara pihak Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang mendatangi Puskesmas PKPR satu per satu di wilayahnya dan

mengumpulkan Tim PKPR di Puskesmas beserta SDM lainnya yang terkait

seperti Petugas Loket dan Petugas Laboratorium. Berikut kutipan wawancara

dengan informan IK2 mengenai informasi tersebut:

“Iya itu pembinaan seklian sama monevnya. Saya yang ke puskesmasnya,


lima puskesmas, ...iya satu-satu. Nanti kita kumpulkan timnya sama
orang loket juga, lab juga.”

Hal tersebut juga dipertegas oleh hasil wawancara dengan informan

pendukung. Berikut kutipan infomasi yang didapatkan dari informan IP4:

“...dinas juga suka ada pembinaan ke puskesmas, terkadang suka tiga


bulan melihat ke sini, saat di situnya itu, seperti kita ada pertemuan,
pembinaan, kalau tidak salah ada sepuluh atau lima belas orang yang
79

ada di sini termasuk dari loket juga karena bukan hanya tim ini saja.
Orang-orang yang sepuluh atau lima belas itu ada semua tidak hanya
ini.”
Pernyataan Informan Ahli

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan IA didapatkan hasil

bahwa pelatihan petugas kesehatan untuk PKPR di tingkat Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan Puskesmas lebih disebut orientasi PKPR, karena kegiatan

tersebut lebih ringkas dari pelatihan yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI

kepada Dinas Kesehatan Provinsi yang ada di Indonesia. Dan berikut kutipan

pernyataan mengenai informasi tersebut:

“Pusat melakukan pelatihan ke dinkes provinsi, nanti dinkes provinsi


memberikan pelatihan ke dinkes kab/kota, skema acaranya mengikuti
yang mereka dapat dari pusat, mungkin di pusat pelatihan 11 hari, tidak
mungkin provinsi 11 hari, biasanya lima hari atau tiga hari. Kalau tiga
hari tidak bisa disebut pelatihan, oleh karena itu kita tahu di bawah
seperti apa jadi kita menyebutnya terorientasi”

5.4 Gambaran Fasilitas Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang

Fasilitas yang dimaksudkan dalam Program Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) adalah sarana prasarana yang tersedia dan disediakan oleh

Dinas Kesehatan untuk menunjang implementasi Program PKPR di wilayah

kerja Dinas Kesehatan, baik di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2017. Dan berikut hasil

yang didapatkan selama penelitian berlangsung.

Tabel 5.5 Gambaran Fasilitas PKPR di Kota Tangerang Selatan dan


Kabupaten Tangerang Tahun 2017

Indikator Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang


Puskesmas PKPR 26 Puksesmas 8 Puskesmas
Pedoman PKPR √ √
Fasilitas Penunjang Lainnya √ √
Sumber: Wawancara dan Observasi
80

Namun, dari 26 Puskesmas yang sudah melaksanakan PKPR di Kota

Tangerang Selatan, belum semunya terstandar, artinya belum semua Puskesmas

PKPR yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

memenuhi kriteria Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (SN

PKPR) pada tahun 2017. Berikut kutipan hasil wawancara dengan IK1:

“...dari 26 itu belum semuanya berstandar nasional, maksudnya


berstandar, kitanya (dinkes) sudah melakukan penilaian, monitoring dan
evaluasi di puskesmas-puskesmas... kalau dari 26 ini sekarang sudah
ada 20 walaupun ini diulang ini diulang...,”

Dan berikut tebel daftar Puskesmas PKPR yang sudah ada di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2017:
Tabel 5.6 Daftar Puskesmas PKPR di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

No. Nama Puskesmas Tingkat SN PKPR


1. Puskesmas Pamulang Paripurna (Tahun 2016)
2. Puskesmas Ciputat Paripurna (Tahun 2016)
3. Puskesmas Kampung Sawah Paripurna (Tahun 2016)
4. Puskesmas Jombang Optimal (Tahun 2016)
5. Puskesmas Jurang Mangu Optimal (Tahun 2016)
6. Puskesmas Setu Optimal (Tahun 2016)
7. Puskesmas Pondok Betung Optimal (Tahun 2016)
8. Puskesmas Benda Baru Optimal (Tahun 2016)
9. Puskesmas Rawa Buntu Optimal (Tahun 2016)
10. Puskesmas Pondok Jagung Optimal (Tahun 2016)
11. Puskesmas Parigi Optimal (Tahun 2017)
12. Puskesmas Pondok Ranji Optimal (Tahun 2017)
13. Puskesmas Situ Gintung Optimal (Tahun 2017)
14. Puskesmas Pondok Kacang Timur Minimal (Tahun 2017)
15. Puskesmas Pondok Aren Minimal (Tahun 2017)
16. Puskesmas Serpong 1 Minimal (Tahun 2017)
17. Puskesmas Ciputat Timur Minimal (Tahun 2017)
18. Puskesmas Paku Alam Minimal (Tahun 2017)
19. Puskesmas Serpong 2 Minimal (Tahun 2017)
20. Puskesmas Pondok Benda Minimal (Tahun 2017)
21. Puskesmas Keranggan Belum Terstandar
22. Puskesmas Pisangan Belum Terstandar
23. Puskesmas Rengas Belum Terstandar
24. Puskesmas Pondok Pucung Belum Terstandar
25. Puskesmas Baktijaya Belum Terstandar
26. Puskesmas Sawah Baru Belum Terstandar
Sumber: Wawancara dan Telaah Dokumen
81

Sedangkan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang pada

tahun 2017 terdapat delapan Puskesmas PKPR dari total 44 Puskesmas yang ada

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Adapun tiga dari

delapan Puskesmas PKPR tersebut merupakan Puskesmas yang di tahun

sebelumnya belum dikembangkan menjadi Puskesmas PKPR. Berikut kutipan

hasil wawancara dengan informan IK2:

“...iya delapan sekarang. Kita sedang menambah tiga... tahun kemarin


lima Puskesmasnya.”
Dan berikut tabel 5.5, daftar Puskesmas PKPR yang ada di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2017:

Tabel 5.7 Daftar Puskesmas PKPR di Kabupaten Tangerang Tahun 2017

No. Nama Puskesmas Tingkat SN PKPR


1. Puskesmas Kelapa Dua Optimal (Tahun 2015)
2. Puskesmas Cisoka Minimal (Tahun 2015)
3. Puskesmas Kutabumi Minimal (Tahun 2015)
4. Puskesmas Balaraja Minimal (Tahun 2015)
5. Puskesmas Pasir Jaya Optimal (Tahun 2017)
6. Puskesmas Tigaraksa Belum Terstandar
7. Puskesmas Jambe Belum Terstandar
8. Puskesmas Jayanti Belum Terstandar
Sumber: Wawancara dan Telaah Dokumen

Namun, ruang pelayanan konseling di Puskesmas yang ada di kedua

wilayh kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota masih tergabung dengan ruang

pelayanan kesehatan yang lain. Berikut tabel perihal ruang pelayanan yang ada

di Puskesmas PKPR di kedua wilayah kerj Dinas Kesehatan Kab/Kota:

Tabel 5.8 Kondisi Ruang Pelayanan Remaja di Puskesmas di Kota Tagerang


Selatan dan Kota Tangerang Tahun 2017

Dinas Kesehatan Puskesmas Ruang Pelayanan


Kota Tangerang Kampung Sawah Tergabung dengan Ruang Lansia
Selatan Pondok Ranji Tergabung dengan Ruang Gizi
Tergabung dengan Ruang Gizi
Kabuaten Tangerang Pasirjaya
dan Ruang Lansia
82

Cisoka Tergabung dengan Ruang Lansia


Sumber: Wawancara

Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan informan IK2, terdapat

salah satu Puskesmas di Kabupaten Tangerang yang ruangan konseling

remajanya (klinik remaja) tidak ada, yaitu Puskesmas Kutabumi, dikarenakan

renovasi bangunan. Berikut kutipan wawancara dengan informan IK2:

“Seperti sekarang, di Kutabumi, Kepala Puskesmasnya baru dan akan


akreditasi. Ruangannya direnovasi, jadinya tidak ada ruangan untuk
klinik remajanya, pelayananannya juga tidak bisa jalan, itu kendala
juga.”

Untuk pedoman PKPR, berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan telah mendistribusikan pedoman-

pedoman yang sebelumnya telah diterima dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten.

Adapun pedoman tersebut merupakan turunan dari Kementerian Kesehatan RI,

meskipun ada beberapa Puskesmas yang mencetak sendiri sebagai penunjang

kegiatan. Dan berikut kutipan wawancara dengan informan IK1 perihal

informasi tersebut:

“Jadi kalau dari Dinkes ke Puskesmas kita hanya menunjang pedoman,


buku pedoman, handout, iya yang apa diberi sama provinsi. Kemenkes
drop ke provinsi, provinsi drop ke kita, kita pasti drop ke Puskesmas.
...tapi juga banyak yang cetak sendiri, yang cetak sendiri tetap dari
mereka, selama mereka punya contoh, terus kita punya anggaran, kita
buat.”

Begitu pula di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang,

masing-masing sudah mendapatkan pedoman yang didapatkan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang. Adapun kutipan informasi dari informan IK2

tersebut adalah sebagai berikut:

“Buku pedoman ada, sudah diberikan ke Puskesmas.”


83

Dan berikut hasil observasi perihal pedoman PKPR yang ada di kedua

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota:

Tabel 5.9 Daftar Pedoman PKPR di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang Tahun 2017

No. Pedoman Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang


Teknik Konseling Kesehatan
1. Remaja bagi Tenaga √ √
Kesehatan
Teknik Konseling Kesehatan
2. Remaja bagi Konselor √ √
Sebaya
Modul Pelatihan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja
3. √ √
(PKPR) bagi Tenaga
Kesehatan
Modul Pelatihan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja
4. √ √
(PKPR) bagi Konselor
Sebaya
Kurikulum Pelatihan
5. Pelayanan Kesehatan Peduli √ √
Remaja (PKPR)
Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan Pelayanan
6. √ √
Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR)
Pedoman Standar Nasional
7. Pelayanan Kesehatan Peduli √ √
Remaja (PKPR)
Pedoman Penanggulagan
8. Masalah Kesehatan pada √ √
Remaja
Sumber: Observasi

Selain menyediakan fasilitas berupa pedoman, berdasarkan hasil

wawancara dan observasi yang dilakukan, kedua Dinas Kesehatan Kab/Kota

juga menyediakan sarana dan prasarana lainnya yang kepada Puskesmas PKPR

di wilayah kerjanya. Berikut fasilitas penunjang lainnya yang diberikan oleh

kepada Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya:


84

Tabel 5.10 Daftar Sarana Prasarana Puskesmas PKPR di Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang Tahun 2017

Nama Sarana Kota Tangerang


No. Kabupaten Tangerang
Prasarana Selatan
Panthom Anatomi
1. √ √
Reproduksi Manusia
2. Papan Data Remaja √ √
3. Lemari Data √ √
4. P3K Kit √ √
Media KIE (Poster,
5. √ √
Leaflet, Lembar Balik)
6. Celemek √ √
DVD Materi Kesehatan
7. √ √
Remaja
Papan Nama “Puskesmas
8. √ √
PKPR”
Papan Nama “Sekolah
9. √ √
PKPR”
Sumber: Observasi dan Wawancara

Selain disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan,

terdapat Puskesmas PKPR yang menyediakan sarana prasarana lainnya secara

mandiri untuk menunjukkan adanya Pelayanan Kesehatan Remaja di Puskesmas

tersebut, yaitu Puskesmas Kampung Sawah. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara, sarana prasarana tersebut adalah papan nama (plang) “Klinik

Remaja” yang dibuat dan dianggarkan oleh Puskesmas Kampung Sawah dan

bukan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Berikut kutipan

pernyataan dari informan IP1:

“oh itu.., itu plang kita buat sendiri. Anggaran Puskesmas, Dinkes tidak
ada, tidak memberikannya, belum mungkin.”

Juga termasuk tidak semua Puskesmas PKPR yang ada di wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang langsung diberikan sarana prasarana

tersebut. Seperti papan nama “Puskesmas PKPR”, belum semua Puskesmas

PKPR yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang


85

mendapatkannya. Hal tersebut dibuktikan saat melakukan observasi di

Puskesmas Cisoka, dimana tidak ditemukan papan nama “Puskesmas PKPR” di

lokasi Puskesmas tersebut. Begitu pula dengan papan nama “Sekolah PKPR”,

tidak ditemukan di sekolah binaan PKPR Puskesmas Cisoka berdasarkan hasil

observasi. Tidak diberikannya sarana prasarana secara langsung dalam satu

waktu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang merupakan fakta yang

dibenarkan oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Informasi

tersebut didapatkan dari hasil wawancara dengan informan IK2. Berikut kutipan

wawancara dengan informan IK2:

“Tinggal melengkapi, kita tambahkan lagi. Contoh, dulu kita pernah...


mereka sudah punya leflet misalnya, ternyata sekarang sudah tidak ada
saat kita tengok lagi, berarti itu harus bisa difasilitasi oleh Dinkes untuk
menyetakkan media untuk KIE”

Pernyataan Informan Ahli

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan IA, didapatkan hasil

bahwa Puskesmas PKPR tidak harus memiliki semua pedoman yang ada

ataupun pedoman yang dibuat Kementerian Kesehatan, namun yang terpenting

adalah Puskesmas PKPR tersebut memiliki pedoman untuk menyelenggarakan

PKPR di wilayah kerjanya. Dan berikut kutipan hasil wawancara dengan

informan IA mengenai informasi tersebut:

“...untuk pedoman PKPR, Puskesmas tidak harus punya semua, yang


dari pusat, ada satu tidak apa-apa, yang penting pedomannya bisa untuk
melaksanakan PKPR di tempatnya... nanti mereka menyesuaikan bisa
yang mana dulu, tapi nilai SN PKPRnya tidak maksimal”
5.5 Gambaran Remaja Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang

Remaja dalam penelitian ini adalah mereka yang berusia 10-19 tahun

yang mendapatkan pelayanan dan terlibat dalam Program Pelayanan Kesehatan


86

Peduli Remaja (PKPR) di wilayah kerja Dinas Kesehatan, baik Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Dan

berikut hasil yang didapatkan dari penelitian ini mengenai remaja.

Tabel 5.11 Gambaran Remaja di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten


Tangerang Tahun 2017

Indikator Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang


Terget Kunjungan Remaja 80% 60%
Sekolah PKPR 92 Sekolah 10 Sekolah
Konselor Sebaya √ √
KIE √ √
Sumber: wawancara dan telaah dokumen

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan menetapkan target pelayanan

PKPR di wilayah kerjanya sebesar 80% setiap tahun, yang artinya minimal

terdapat 80% remaja di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

yang berkunjung ke pelayanan PKPR setiap tahunnya. Sedangkan, Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang menetapkan target kunjungan remaja ke

Puskesmas sebesar 60% dan 18% nya berkunjung ke pelayanan konseling (klinik

PKPR) di Puskesmas PKPR yang ada di wilayah kerjanya.

Berdasarkan wawancara dan telaah dokumen, di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan sudah terdapat 92 Sekolah PKPR, yang

terdiri dari SMP dan SMA sederajat dari total 293 sekolah (SMP dan SMA) yang

ada di Kota Tangerang Selatan. Berikut daftar Sekolah PKPR yang ada di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2017 beserta

Puskesmas PKPR yang membinanya:

6 Tabel 5.12 Daftar Sekolah PKPR di Kota Tangerang Selatan Tahun 2017
NO. PUSKESMAS SEKOLAH PKPR NAMA PKPR
SMP Al-Zahra Indonesia ALZINERS
1 Benda Baru SMA Taruna Mandiri STMJ
SMK Islam Al-Fajar AFIC
2 Bhakti Jaya SMPN 20 TWENTY
87

SMP Al-Amanah ALZHER


SMK Al-Amanah POCIS BASTEC
SMP PGRI 1 Ciputat SMAIL CLUB
SMP Islamiyah YIC CLUB
MTS Muhammadiyah 8 MATSAMUH
3 Ciputat SMAN 1 Ciputat PUSPA RAJA
SMA PGRI 56 Ciputat PLAKURA SMARI 56
SMK Muhamadiyah 1 FTAM 01
SMK Islamiyah BLUETOTH 78 CENTRE
SMP Mabad Mabad Healthy School
4 Ciputat Timur SMPN 3 Tangsel TITAN
SMK Triguna AKSIS TRIG CENTER
MA Madinatunajah MA Madinatunnajah
MA Soebono SMARTION
5 Jombang SMA Darutauhid SMA ADZKIA I S
SMK Kes Letris Kesri Nurva Sebaya PKPR Center
SMKN 4 TANGSEL PKPR NVS Health Center
SMPN 12 CERIA
6 Jurang Mangu SMK YAPIA YAPIA
SMK Al Ikhwaniyyah ECHO
SMP PGRI 2 Citra Husada PGRI 2
MTS. Miftahulhuda MITRA SEHATI
7 Kampung Sawah
SMP Bintang Kejora Bintang Kejora JHS
SMP PARAMARTHA SEHAT COMMUNITY
SMP IT Inhar Inhealteen
8 Kranggan MTS Annasihin Gemilang
MAN 1 Kota TangSel MANITS
SMPN 15 HELLO 15
9 Paku Alam
SMPN 16 SIXTEEN HEALTHY CENTER
SMPN 4 PKPR SMPN
SMPN 17 PKPR SMPN 17
SMPS Dharma Karya UT PKPR DK UT
SMPS Muhammadiyah 44 PKPR Muhamadiyah 44
SMPS Djojorejo PKPR Djojorejo
MTSS Daarul Hikmah PKPR Darul Hikmah
10 Pamulang MTSS Saadatul mahabbah PKPR Saadatul mahabbah
MTSS Ummul Qura PKPR Ummul Qura
SMP Mujahidin PKPR Mujahidin
SMP N 21 Tangsel PKPR SMPN 21 Tangsel
SMAN 6 Tangsel DUKES
SMK Sasmita Jaya I PKPR JAYA
SMA Khasanah Kebajikan PKPR Khasanah Kebajikan
SMA Pembangunan Jaya SMA Pembangunan Jaya
11 Parigi SMK Fadilah SMK Fadilah
SMA Arif Rahma Hakim DISSING JAMLI
SMP Islam Ruhama Islam Ruhama
SMUN 8 Tangsel DPK 16
12 Pisangan
SMK Islam Ruhama RHM 712
SMK Nusantara PARPAN FORTIUS
13 Pd. Kacang Timur SMPN 05 SENILITAS
SMP Amalina SMP Amalina
SMAN 5 SMAN 5
14 Pd. Aren
SMK Kebangsaan SMK Kebangsaan
SMU Kebangsaan SMU Kebangsaan
15 Pondok Benda SMP 18 Tangsel DELLAS
88

MTS Nurul Huda IBNU SINA


16 Pondok Betung SMP Cenderawasih Cenderawasih Health Care
SMA Cenderawasih HEALTY MIND AND LIFE
SMAN 7 Tangsel SMAN 7 Tangsel
17 Pondok Jagung SMA YASPITA YASPITA HEALTH
SMK PUSTEK PUSTEK
18 Pondok Pucung MTs Unwanunnazah Unwanunnazah
SMPN 13 ATLAS
19 Pondok Ranji SMPN 10 PHBS
SMAN 4 NEIVKES
SMP Insan Rabbani IRHACT
SMP Kristen Ora et Labora PENI 5237
SMP Cikal Harapan CYBER
20 Rawa Buntu
SMK N 1 Tangsel HETEENES
SMK Kesehatan Riksa Indria POOKER
MAN Insan Cendikia PROKER
MTS Al Kautsar LASERKA
SMP Islam Al Falah GEMBIRA CENTER
21 Sawah Baru
SMAN 10 STAR OF SMANIO
SMK Bina Informatiika REKOR BI
MTS Serpong MTS Serpong
22 Serpong 1
SMA PGRI 22 Serpong SMA PGRI 22 Serpong
SMP BLM Twenty Nine BLM Center
23 Serpong 2 SMK Falatehan Rehat Falatehan
SMA BLM Twenty Nine BLM Center
MTS Pembangunan Nurul Islam YANZER
SMP Muhammadiyah HEALTHY CARE
24 Setu
SMKN 3 Tangsel TULANG BAWANG
SMAN 2 Tangsel MOONZHER
SMP Nusa Indah NUSA INDAH
SMP ERENOS ERENOS
25 Situ Gintung
SMAN 9 Tansel SKOTLAN
SMK Al-Falah ALFALAH
Sumber: Wawancara dan Telaah Dokumen

7 Dari 26 Puskesmas PKPR yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan, terdapat satu Puskesmas PKPR yang tidak memiliki

Sekolah PKPR, dikarenakan di wilayah kerja Puskesmas tersebut tidak terdapat

SMP dan SMA sederajat. Adapun Puskesmas tersebut adalah Puskesmas

Rengas. Dan berikut pernyataan informan IK1 mengenai hal tersebut:

“...Kita punya satu puskesmas, namanya Rengas, tidak punya SMP dan
SMA sederajat, jadi tidak punya sekolah binaan PKPR. Nah yang 25
puskesmas sudah punya sekolah binaan PKPR, walaupun jumlahnya
beda setiap Puskesmas...”
Sedangkan untuk wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang,

terdapat 10 Sekolah PKPR di tahun 2017. Dan berikut daftar Sekolah PKPR
89

beserta Puskesmas PKPR yang membinanya di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang tahun 2017:

Tabel 5.13 Daftar Sekolah PKPR di Kabupaten Tangerang Tahun


2017
NO. PUSKESMAS NAMA SEKOLAH
SMP N 3 Cikupa
1. PASIR JAYA
SMK Al-Khoirot
SMP N 1 Cisoka
2, CISOKA
SMA N 8 Kab. Tangerang
SMP N 1 Balaraja
3. BALARAJA
SMA N 1 Kab. Tangerang
SMK Kusuma Bangsa
4. KUTABUMI
SMA N 24 Kab. Tangerang
SMP N Kelapa Dua
5. KELAPA DUA
SMA N 23 Kab. Tangerang
Sumber: Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan IK2, masing-masing

Puskesmas PKPR di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang harus

minimal memiliki dua Sekolah PKPR, satu di tingkat SMP sederajat, dan satu di

tingkat SMA sederajat. Adapun 10% dari jumlah siswa yang ada di masing-

masing sekolah akan menjadi Kader Kesehatan Remaja (KKR) yang kemudian

beberapa akan dilatih untuk menjadi Peer Conselor atau Konselor Sebaya di

sekolahnya. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan IK2 mengenai

informasi tersebut:

“Jadi Puskesmas PKPR itu dia selain pelayanannya sudah peduli


remaja, dia juga harus punya sekolah binaan, sekolah binaan itu dua,
minimal dia harus punya dua, dari SMP satu dari SMA satu. ... Jumlah
kadernya itu 10% dari jumlah murid itu menjadi kader. Siapa yang mau
jadi peer conselor itu dilatih jadi peer conselor.”

Sekolah PKPR di kedua wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota sudah

memiliki Konselor Sebaya. Baik di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan maupun Kabupaten Tangerang, keduanya masih fokus untuk

mengembangkan Konselor Sebaya di sekolah. Berikut kutipan pernyataan IK1:


90

“...kita fokus ke SMP dan SMA, karena memang tidak ada, belum ada
kegiatan, belum ada kadernya. ...kader di PKPR Dinkes Kota Tangsel
namanya Konselor Sebaya PKPR. ...kita belum ada luar sekolah, iya
seperti karangtaruna, anak jalanan.”

Dalam mengembangkan Konselor Sebaya, Dinas Kesehatan Kab/Kota

bersama dengan Puskesmas PKPR memeberikan pelatihan dan

pembinaan/bimbingan kepada Konselor Sebaya yang ada di wilayah kerjanya.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mengikutkan guru pendamping dalam

melakukan pembinaan kepada Konselor Sebaya yang ada di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Pembinaan Konselor Sebaya dilakukan

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan rutin setiap tahunnya, seperti pada

tahun 2017, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mengadakan pembinaan

kepada Konselor Sebaya mengenai teknik konseling untuk remaja, dan dalam

kegiatan tersebut Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mendatangkan pakar

Kesehatan Jiwa sebagai pemateri dalam kegiatan tersebut. Berikut kutipan hasil

wawancara dengan informan IK1:

“Di 2016,...bimbingan teknis pelayanan kesehatan peduli remaja, ini ke


sekolah-sekolah, konselor sebaya tingkat SMP dan SMA, itu ada 10
sekolah, ...di 2017, peningkatan kemampuan teknik konseling bagi
Konselor Sebaya PKPR di sekolah, itu kita undang 35 sekolah, kemudian
ada orientasi PKPR guru sekolah, 20 sekolah.”
“Kemarin kita adakan dengan, kita adakan teknik konseling untuk
remaja, konselor sebaya, bukan remaja biasa, tapi konselor sebaya itu
dengan spesialis kesehatan jiwa, dengan pakarnya...”

Untuk Kabupaten Tangerang, berdasarkan hasil wawancara dan telaah

dokumen, pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang kepada Sekolah PKPR dilakukan setiap tahun, sedangkan untuk

Puskesmas dilakukan minimal dua tahun sekali. Selain melakukan pembinaan,


91

Puskesmas juga membantu dalam regenerasi Konselor Sebaya di Sekolah PKPR.

dan berikut pernyataan dari informan mengenai informasi tersebut:

IK2:
“Ada, pembinaan ke sekolah ada. Tahun ini ada pembinaan, sepuluh
sekolah binaan. Di binaan Puskesmas PKPR.”

IP3:
“Tapi kalo pure dari program dari dinasnya untuk pembinaan Sekolah
PKPR itu setahun sekali ada, pembinaan ke sekolahnya, kedua sekolah
itu, sama Puskesmasnya. Kebetulan nanti, bulan Agustus kita mau ini,
pembinaan Sekolah PKPR, dikoordinir dinas, sama Puskesmas PKPR.”

“Kalau pelatihan kita ke sekolah, kita jadikan kerjasama dengan guru


BK, Kepala Sekolah, pokoknya dengan guru BK, guru UKS nya, ataupun
Kepala Sekolahya, jadi suruh milih anak-anaknya, mereka ada beberapa
kriteria, dan mereka juga dengan kesadaran sendiri bukan karena
paksaan, ...kalau di sana udah siap baru kita ini, kita hanya memberikan
bekal, memberikan materi, membina, sama terus untuk kegiatan untuk
follow upnya dan sebagainya, tapi awalnya dari sekolah dulu.”

IP4:
“...saya pembinaan sekolah, sebulan itu ada jadwalnya, satu sekolah
sehari dalam sebulan itu dua. SMA 1 SMP 1. SMA sama SMP.”
“Saya ikut membantu pembentukan Konselor Sebaya... anak-anaknya
sudah mengerti. ...nanti kalau misalnya mau senang ikut kegiatan ini.
Yang lama siswa membantu yang baru. Kebetulan kalau sekolah yang
ini anak-anaknya aktif banget.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di dua sekolah PKPR di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, informan memberikan

konfirmasi perihal ketersediaan Konselor Sebaya di sekolahnya, selain itu juga

mengonfirmasi bahwa Pelatihan dan Pembinaan Konselor Sebaya diberikan oleh

Puskesmas PKPR yang membinanya dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan, meskipun salah satu sekolah belum mendapatkan Pelatihan dan

Pembinaan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, juga meskipun

Pelatihan dan Pembinaan yang diberikan oleh Puskesmas belum maksimal. Dan

salah satu Sekolah PKPR mengonfirmasi bahwa selain mendapatkan pelatihan,


92

juga diberikan buku terkait kesehatan remaja oleh Puskesmas yang membinanya.

Berikut kutipan wawancara terkait informasi tersebut:

IS1&IS2:
“Ada iya konseling sama temannya. ...adanya kemarin itu ke puskesmas,
saya sama ada 10 perwakilan murid dari sini, ke puskesmas. Ada
pengarahan tentang konseling, nanti konseling sesama temannya, curhat
sama temannya, kalau ada yang sakit bisa ke puskesmas, sama nanti
kalau ada yang sakit obat bisa minta sama puskesmasnya... Jadi kemarin
itu dua kali, dua bulan yang lalu kalau tidak salah, itu yang konseling
remaja itu, terus yang baru itu yang kesehatan mulut dan gigi, kita ke
puskesmas juga, karena puskesmas mengundang kita, ...tidak ada kalau
dari dinkes, puskesmas itu saja.”

“Iya kemarin di puskesmas. Ada buku materi kesehatan.... Materi tentang


kesehatan, masalah-masalah kesehatan yang ada pada remaja.”

IS3:
“Iya. PKPR, waktu itu, ...sekitar 50 atau 60. Pelatihan waktu itu pernah
ada, terkait misalnya seperti susah bagaimana berhenti merokok. Dinas
Kesehatan? waktu itu pernah. Kalau tidak salah kumpul juga terus
dikasih materi kalau ini begini, begini... Itu dinasnya yang ke sekolah,
langsung ke sini.”

Meskipun sudah mendapatkan pelatihan, peran Konselor Sebaya di dua

sekolah tersebut belum maksimal, hal tersebut dikarenakan tidak ada

kesungguhan dari Konselor Sebaya itu sendiri seperti tidak ada komunikasi antar

Konselor Sebaya dan perencanaan kegiatan konseling di sekolah, tidak ada Guru

Pendamping, dan ruang konseling yang belum ada. Berikut hasili wawancara

dengan informan dari Sekolah PKPR perihal informasi tersebut:

IS1:
“...di ruang kelas, ini masuk ke kelas, yang mau curhat, biasanya duduk
bareng, empat orang cerita. Ya karena kita fasilitasnya juga kurang. Ya
ada yang konseling, tapi jarang.”

IS3:
“Jarang ini, tidak ada ini, jarang kumpul, tidak ada seperti kerjasama
antar anaknya. Seperti tidak ada niat untuk ikut, ya seperti terpaksa.
...Biasanya lewat curhat di kelas, mengobrol... belum ada tempatnya.
...PKPR....guru, tidak ada sepertinya.”
93

Sedangkan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang,

berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan dua Sekolah PKPR di wilayah

kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, didapatkan informasi bahwa

Konselor Sebaya di kedua sekolah tersebut sudah terbentuk dan sudah

mendapatkan pelatihan serta pembinaan dari Puskesmas PKPR yang membina,

juga dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Pembinaan yang dilakukan

oleh Puskesmas diberikan secara rutin kepada Konselor Sebaya yang ada di

wilayah kerjanya. Berikut kutipan hasil wawancara perihal informasi tersebut:

IS4:
“Iya puskesmas biasanya mengadakan pelatihan sama pembinaan ke
anak KKRnya. ...Rutin. Iya ada ...Dinkes juga terkadang ikut.”

IS5:
“...kalau dari Bu Yuni dan Bu Fitri juga sering. Kadang tiga bulan kalau
ada kegiatannya pada bisa sebulan dua kali.”

Selain itu, Konselor Sebaya yang ada di kedua sekolah tersebut aktif

dalam melakukan kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan dan membantu

Puskesmas dalam melakukan penjaringan di sekolahnya. Hal itu dikarenakan,

kegiatan PKPR di sekolah sudah menjadi ekstrakulikuler di sekolahan tersebut.

Selain itu, Sekolah PKPR pun sudah memiliki ruang konseling yang tergabung

dengan ruang UKS. Juga terdapat salah satu sekolah yang mendapatkan fasilitas

sarana prasarana dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang berupa Papan

Nama (Plang) “Sekolah PKPR”. Berikut hasil wawancara perihal informasi

tersebut:

IS4:
“Konselor sebaya kita sudah berjalan penyuluhan ke anak-anak setiap
hari Senin dan Jumat, di SMP juga ada ruangannya juga.”

IS5:
“...Ruangannya gabung sama UKS, iya, itu ada di kasih sama dinas... itu
baru juga dikasih plangnya sama dinas. ...Iya biasanya anak-anaknya
94

bantu, Iya seperti besok membantu penjaringan sama puskesmas untuk


anak-anak baru. ...jadi eksrakulikuler kalau di sini.”

Berikut gambaran Konselor Sebaya yang ada di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

tahun 2017:

Tabel 5.14 Konselor Sebaya di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten


Tangerang Tahun 2017

Konselor Sebaya Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang


Sekolah √ √
Luar Sekolah X X
Sumber: Wawancara

Dari tabel 5.14 dapat diketahui bahwa di kedua wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kab/Kota tidak terdapat Konselor Sebaya di luar sekolah. Hal

tersebut dikarenakan terkendala dengan kerjasama untuk mengembangkan

Konselor Sebaya di luar sekolah, seperti di panti asuhan, karang taruna, dan anak

jalanan. Berikut pernyataan dari informan IK1 perihal informasi tersebut:

“Iya betul, kita belum ada luar sekolah, iya seperti karangtaruna, anak
jalanan. Ya ampun, anak sekolah saja susah. Soalnya memang
kerjasama itu susah, belum ada... kecuali ada kerjasama dengan Dinas
Pendidikan...”

Namun, terdapat Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang yang sudah melakukan pembinaan di salah satu Pondok

Pesantren yang ada di wilayah kerjanya. Berdasarkan pada hasil wawancara,

pembinaan yang dilakukan oleh Puskesmas Pasirjaya kepada remaja yang ada di

Pondok Pesantren melalui pembinaan di sekolah, karena sekolah tersebut

merupakan sekolah yang dinaungi Yayasan Pondok Pesantren, sehingga

beberapa remaja sekolah juga menjadi peer conselor di Pondok Pesantrennya.

Sedangkan, pembinaan yang dilakukan oleh Puskesmas Cisoka kepada remaja

yang ada di Pondok Pesantren tidak maksimal dan tidak bisa berlanjut di tahun
95

2017 karena terkendala dengan anggaran dana yang terbatas. Hal tersebut

ditegaskan oleh pernyataan dari informan dari Puskesmas. Berikut kutipan

wawancaranya:

IP3:
“Apalagi kita ada poskestren, kerjasama juga kita. Apalagi yang Al-
khoirot itu, santrinya ada juga yang jadi KKR di pesantrennya...”

IP4:
“...kalau untuk di luar itu sudah tidak tercover, ...saya sudah jalan juga
tapi bukan ke karang taruna, itu ke pondok pesantren yang usianya usia
remaja, itu tahun kemarin saya dapat dari mengajukan dana, itu... tahun
kemarin saja. Tahun sekarang saya belum sempat untuk ke luar sekolah”

Selain membentuk Sekolah PKPR dan Konselor Sebaya, dalam

menyelenggarakan PKPR harus terdapat kegiatan KIE kepada remaja yang ada

di wilayah kerja masing-masing Puskesmas PKPR. Dalam kegiatan KIE, seperti

Penyuluhan Kesehatan. Kedua Dinas Kesehatan Kab/Kota di wilayah kerjanya

sudah terdapat kegiatan KIE. Berikut kegiatan KIE yang ada di kedua wilayah

kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota tahun 2017:

Tabel 5.15 Kegiatan KIE di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten


Tangerang Tahun 2017

Kegiatan Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang


Penyuluhan Kesehatan √ √
Penjaringan Kesehatan √ √
KIE Luar Sekolah √ √
Sumber: Wawancara

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan berdasarkan hasil wawancara

membantu memfasilitasi Puskesmas PKPR dalam bentuk media KIE selain itu,

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pun ikut andil dalam penjaringan di

sekolah-sekolah. Berikut kutipan wawancara dengan informan IK1 perihal

informasi tersebut:

“...kita kasih media untuk KIE, leaflet, lembar balik, materi dasar kita
juga punya, kesehatan reproduksi remaja, NAPZA, IMS-ISR, HIV/AIDS,
96

satu lagi gizi remaja, lima ya. ...kita juga pernah peningkatan kesehatan
remaja melalui penjaringan, 25 Puskesmas, satu, Rengas tidak masuk...”

Berdasarkan hasil wawancara, kegiatan KIE juga dilakukan oleh

Puskesmas PKPR di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan,

seperti penyuluhan dan penjaringan kesehatan. Kegiatan tersebut tidak hanya

dilakukan di sekolah, melainkan luar sekolah juga. Berikut kutipan hasil

wawancara perihal informasi tersebut:

IP1:
“...kita ada penyuluhan. Ke luar sekolah juga, ada.”

Sedangkan, kegiatan KIE yang ada di wilayah kerja Dinas Kabupaten

Tangerang berdasarkan hasil wawancara adalah penyuluhan kesehatan remaja

dan penjaringan kesehatan remaja. Kedua kegiatan tersebut merupakan kegiatan

rutin yang diselenggarakan oleh seluruh Puskesmas yang ada, termasuk

Puskesmas, dan Dinas Kesehatan akan membantu jika memang diperlukan

dalam kegiatan tersebut. Berikut kutipan wawancara mengenai informasi

tersebut:

IP3:
“...baru kita undang, tapi ada juga kalau mereka ada membuat kegiatan,
ada juga setiap tahun ada, kalau kita memang punya jadwal, dalam
setahun ini kita penyuluhan kemana-kemana-kemana, kita tembuskan
suratnya itu ke dinas, mungkin sewaktu-waktu dinas ada keperluan ingin
ikut, datang. Gimana kondisi dari dinasnya.”

IP4:
“...dinkes tidak selalu, tapi pernah ikut.”

Untuk kegiatan penyuluhan, Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan

di sekolah-sekolah saja, namun Puskesmas juga menyelenggarakannya di luar

sekolah seperti, di remaja desa (karang taruna) dan Pondok Pesantren.

Sedangkan untuk kegiatan penjaringan kesehatan, Puskesmas

menyelenggarakannya di sekolah-sekolah yang ada di wilayah kerjanya saja.


97

Dan berikut hasil wawancara dengan informan Puskesmas mengenai informasi

tersebut:

IP3:
“Tapi kalau untuk kegiatan itu fokusnya tidak hanya di sekolah saja, di
lapangan, di desa kita melakukan. Jadi kita pkpr tidak saja sekolah, tapi
luar sekolah, itu pesantren salafi kita penyuluhan, yang tidak formal, tapi
informal juga. Remaja luar sekolah jadi sasaran juga.”

“Ini sekarang lagi siap-siap, besok ada penjaring, siswa baru sudah
mulai ini. Jadi dari puskesmas sama kkr nya nanti ke sekolah...”

IP4:
“...kalau penyuluhan ke desa, mereka welcome saja. ...itu baru
penyuluhan saja, tidak bisa pembinaan seperti di sekolah”

Pada tahun 2017, Dinas Kesehatan pun juga menyelenggarakan kegiatan

KIE kepada remaja, yaitu Roadshow Kesehatan Reproduksi Remaja yang akan

diselenggarakan di sekolah-sekolah yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang secara bergantian. Dan berikut hasil wawancara dengan

informan IK2 mengenai hal tersebut:

“Iya itu nanti kita roadshownya ke sekolah-sekolah, kespro remaja.”

Pernyataan Informan Ahli

8 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan IA, didapatkan hasil

bahwa PKPR tidak hanya dilakukan di sekolah, namun juga dapat dilakukan di

panti, lembaga pemasyarakatan (lapas), rumah singgah, dan kelompok remaja

lainnya. Namun, pihak Kemenkes sendiri mengakui bahwa PKPR di sekolah

sejauh ini yang paling bisa dijalankan. Dan berikut kutipan hasil wawancara

dengan informan IA mengenai informasi tersebut:

9 “...pelayanan PKPR ada di dalam gedung Puskesmas dan luar. Yang


dalam gedung puskesmas poli PKPR, kalau yang luar gedung misalnya
KIE, konselor sebaya, ke panti, lapas, segala macam, rumah singgah,
sekolah. Tapi yang sudah seatle itu di sekolah dengan pembinaan UKS.”
98

5.6 Gambaran Jejaring Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang

Jejring yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kelompok-

kelompok masyarakat, lintas program, lintas sektor terkait, Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) yang terlibat dalam Program Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan, baik Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang pada tahun 2017. Dan

berikut hasil dari penelitian mengenai jejaring Program PKPR.

Tabel 5.16 Gambaran Jejaring PKPR di Kota Tangerang Selatan dan


Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Jejaring Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang
LSM X X
Lintas Sektoral √ √
Lintas Program √ √
Sumber: Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara, di kedua wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kab/Kota tidak memiliki kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) pada tahun 2017 untuk mendukung implementasi PKPR di wilayah

kerjanya. Namun, pada awal pembentukan Program PKPR di Kota Tangerang

Selatan, pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pernah bekerjasama

dengan LSM, meskipun hanya beberapa tahun saja kerjasama tersebut berjalan.

Di tingkat Puskesmas PKPR di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan juga tidak terdapat kerjasama dengan LSM. Berikut kutipan wawancara

mengenai pernyataan tersebut:

IK1:
“...kita pernah kerjasama sama yayasan, pernah kita kerjasama sama
orang LSM. Kalau sekarang tidak ada, pure dinkes.”

IP1:
“...masih lingkup sekolah. Sebenarnya memang harus sampai lingkup
LSM, tapi saya belum sampai ke LSM, baru sampai ke sekolah.”
99

IP2:
“...kita tidak ada kerjasama dengan LSM...”

Sedangkan di Kabupaten Tangerang, beberapa tahun yang lalu pernah

ada kerjamasa yang terjalin antara Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

dengan salah satu LSM anak yang ada di Tangerang dalam mengatasi

permasalahan Kesehatan Remaja yang salah satunya adalah penyelenggaraan

PKPR, tetapi kerjasama tersebut tidak berlangsung lama dikarenakan ada

beberapa target yang tidak dapat dicapai dengan baik. Berikut kutipan hasil

wawancara dengan informan IK2 mengenai informasi tersebut:

“Tadinya kita kerjasama dengan LSM, tadinya Dinkes kerjasama.


....sekarang sudah tidak. Jadi awalnya LSM ini menginformasikan
tentang PKPR di daerah lain setelah itu langsung ke Kepala Dinas. Coba
dengan dia, kerjasama. Setelah kerjasama, ada target-target tertentu
dari dia yang itu tidak bisa kita fasilitasi, jadi mau tidak mau tetap kita
berjalan saja sebisa kita, gitu.”

Namun, terdapat salah satu Puskesmas PKPR yang bermitra dengan

BPPKB Kabupaten Tangerang dalam mendukung implementasi PKPR di

wilayah kerja Puskesmas tersebut, yaitu Puskesmas Pasirjaya. Meskipun

legalitas dokumen tertulis untuk kegiatan bermitra tersebut tidak ada, kemitraan

antara keduanya tetap berjalan. Kemitraan yang terjalin di keduanya dapat

dilihat dalam hal bantuan pihak BPPKB Kabupaten Tangerang yang ikut

memberikan media penyuluhan KIE juga buku pedoman terkait penanggulangan

permasalahan kesehatan remaja. Selain itu, keduanya saling membantu dalam

melaksanakan kegiatan penyuluhan KIE di sekolah binaan, karena sekolah

binaan keduanya sama. Dan berikut kutipan hasil wawancara dengan informan

IP3 mengenai informasi tersebut:

“Ini saya memegang KB juga, BKKBN, BKKBN ada kegiatan remajanya,


akhirnya saya suka bermitra, bermitra dengan PIK-R BKKBNnya,
100

dengan bidang PIK remajanya, di BPPKB, kebetulan kenal, akhirnya


sering saya link, terus akhirnya mereka ambil binaan ini juga, di sekolah
ini mereka juga ambil, jadi ada kegiatan dari BKKBN sering dilibatkan.
...orang dinas tahu, cuma secara legalnya tidak.”
“Awalnya kita berbicang, bidang PIK-R nya, berbincangl terus akhirnya
kita punya sekolah ini ini ini, diminta sudah kita ikut membina juga. Jadi
disupport seperti tas-tas kit PIKR, dari bkkbn, vitamin c dikasih.”

Berdasarkan pada hasil wawancara, kerjasama yang dilakukan oleh

kedua Dinas Kesehatan Kab/Kota lebih ke arah lintas sektoral dan lintas

program, baik di tingkat Dinas Kesehatan Kab/Kota maupun di tingkat

Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya. Berdasarkan hasil wawancara, kerjasama

lintas sektoral yang terjalin adalah dengan Dinas Pendidikan Kab/Kota,

Kecamatan dan Kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas PKPR.

Sedangkan untuk lintas program berdasarkan hasil telaah dokumen dan

wawancara, yang terjalin adalah dengan Administrasi & Loket, Program Gizi,

Program Promosi Kesehatan, Program Kesehatan Anak, Program P2P, dan

Program UKS.

Kerjasama lintas sektoral yang dilakukan adalah untuk implementasi

kegiatan PKPR bagi remaja di sekolah maupun luar sekolah. Meskipun dalam

pelaksanaannya mitra tersebut belum menjalankan sesuai dengan yang

diinginkan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Berikut kutipan

wawancara perihal informasi tersebut:

IK1:
“Kalau kita kerjasama sama Kemenkes berupa narasumber, kita
kerjasama sama Kota Tangerang juga karena kita meminta narasumber
kalau ketentuan kalau misalnya audiensnya petugas puskesmas. Soalnya
memang kerjasama itu susah, kecuali ada kerjasama dengan dindik ya.
Sebenernya kita sudah coba, sebenarnya seharusnya dindik juga punya
peranan tapi kenyataannya sampai sekarang kita belum lihat ke dalam
situ, mungkin mereka masih fokus ke akademis kali ya. ... kalau dinsos
belum, dinsos biasanya yang lansia. ...BKKBN belum.”
101

IK2:
“Lintas sektoral?... kalau lintas sektornya di Puskesmas, mereka ke
Kelurahan, Kecamatan, dan itu pasti kan ada remaja luar sekolah. Lebih
banyak sih lintas sektornya ke pendidikan, karena terkait sekolah ya, jadi
Dinas Pendidikan. Kalau dinas pendidikan sudah terjalin.”

Sedangkan, kegiatan lintas program bertujuan untuk mendukung

kegiatan dan kebutuhan remaja terkait program PKPR di Dinas Kesehatan

Kab/Kota ataupun di Puskesmas PKPR yang sifatnya lebih internal. Berikut

kutipan wawancara perihal informasi tersebut:

IK1:
“Jadi kita suka kerjasama, kalau misalnya tentang gizi remaja, kita
kerjasama ama orang gizi, sudah bilang, karena kalau PKPR tidak bisa
berjalan kalau tidak ada tim, jadi di Puskesmas sendiri seperti misalnya
tentang gizi remaja... lintas program ini petugas puskesmas yang
menangani remaja juga penanggungjawab UKS ataupun promkes,
makanya dibilang lintas program.”

IP1:
“Karena promkes itu sebagai motornya untuk penyuluhannya. UKS
sendiri itu kita memang ada di bawah lingkupnya dari UKS. Jadi
datangnya ada di UKS, kalau dengan gizi masuk, gizi remaja masuk.”

IP3:
“...ini termasuk yang lintas program yang terkait terus juga kita jejaring
untuk rujukan. Misalkan ada program gizi, ada remaja yang
diketemukan anemia, dikonsultasikan ke program gizi, ataukah mungkin
gizi menemukan kasus anemia perlu konseling kita...”

IP4:
“...diterimanya anak yang mau konsultasi dateng ke sini, loket yang
menerima dan kalau misalnya dia butuh pemeriksaan yang lain,
laboratorium, lab yang menerima...”
Pernyataan Informan Ahli
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan IA, didapatkan hasil

bahwa kerjasama dalam menyelenggarakan PKPR dapat dijalin dengan Dinas

Sosial, Kemenhan Kanwil Kemenhumham, Dinas Pendidikan, ataupun

kelompok remaja seperi Saka Bhakti Husada (Pramuka). Berikut kutipan hasil

wawancara dengan informan IA mengenai informasi tersebut:


102

“...kerjasama itu kalau panti dengan Dinas Sosial, lapas dengan


Kemenhan Kanwil Kemehumham, terus kelompok lain nanti bicara SBH,
Saka Bhakti Husada, pramuka ya nanti ada karangtaruna, posyandu
remaja kedepannya...”

5.7 Gambaran Manajemen Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja


(PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang

Manajemen kesehatan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah

kebijakan dan sistem manajemen yang ada juga digunakan oleh Dinas

Kesehatan, baik Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan maupun Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang, dalam mendukung implementasi program

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di wilayah kerjanya pada tahun

2017. Dan berikut merupakan hasil penelitian mengenai manajemen kesehatan

di kedua Dinas Kesehatan.

Tabel 5.17 Gambaran Manajemen PKPR di Kota Tangerang Selatn dan


Kabupaten Tangerang Tahun 2017

Indikator Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang


SOP X X
Alur Pelayanan √ √
Monitoring dan evaluasi √ √
Pencatatan dan Pelaporan √ √
Sistem Rujukan √ √
Sumber: Wawancara, Observasi, dan Telaah Dokumen

Berdasarkan hasil observasi, belum semua Puskesmas PKPR di wilayah

kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan memiliki prosedur pelayanan

tetap dan baku. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan IK1

perihal informasi tersebut:

“...prosedurnya belum ada, bagaimana Puskesmasnya, karrena ada juga


yang lagi akreditasi...”

Dan berikut kutipan informan IP2 perihal SOP di Puskesmas:


103

“...disini baru, sedang, lagi akreditasi, jadi SOP untuk remaja sedang
disusun.”

Di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang belum semua

Puskesmas PKPR memiliki prosedur pelayanan tetap dan baku. Hanya

Puskesmas yang sudah terakreditasi dikarenakan Puskesmas yang sudah

terakreditasi memiliki kelengkapan dokumen yang lebih detail dan lebih rapi.

Adapun prosedur yang ada merupakan prosedur turunan dari Kementerian

Kesehatan yang didapatkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dan

diberikan ke Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya. Dokumen prosedur tersebut

masih dalam kondisi yang baku dan belum direvisi atau diperbarui oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang. Berikut hasil wawancara dengan informan

IK2 mengenai informasi tersebut:

“Kalau prosedur sudah baku, tidak ada pembaruan, ...apalagi untuk


Puskesmas yang akreditasi, itu sudah lebih terarah dokumennya,
kelengkapan dokumen pasti lebih terarah kalau Puskesmas yang sudah
terakreditasi. Seperti Kelapa Dua ini.”
Fakta tersebut juga dikonfirmasi oleh Puskesmas. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan dengan pihak Puskesmas, alasan belum adanya

prosedur pelayanan dikarenakan belum akreditasi sehingga dokumen yang ada

belum dibuat secara mendetail. Berikut kutipan wawancara dengan informan IP3

mengenai informasi tersebut:

“...karena kita belum akreditasi, jadi belum, tupoksinya saja. Karena kita
belum akreditasi jadi belum secara mendetail...”

Sedangkan untuk alur pelayanan remaja, berdasarkan hasil wawancara,

masing-masing Puskesmas di kedua wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota

memiliki alur pelayanan. Seperti di Puskesmas Kampung Sawah, remaja yang

berkunjung dan membutuhka pelayanan konseling dapat langsung ke ruang


104

Klinik Remaja. Begitu pula dengan Puskesmas Pondok Ranji di Kota Tangerang

Selatan dan Puskesmas Pasirjaya juga Cisoka di Kabupaten Tangerang, terdapat

dua alur untuk mendapatkan pelayanan konseling, yaitu remaja melakuka

registrasi di loket kemudian ke BP Umum dan dari BP Umum dirujuk ke Ruang

Pelayanan Remaja apabila dibutuhkan pelayanan lanjutan, atau remaja dapat

langsung berkunjung ke Ruang Pelayanan Remaja bilamana sudah menghubungi

Petugas PKPR Puskesmas.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, didapatkan

hasil bahwa untuk pelayanan konseling remaja (klinik PKPR) yang ada di

Puskesmas PKPR berbeda-beda, hal tersebut menyesuaikan dengan jadwal dari

SDM dan ruangan yang ada, karena SDM yang ada tidak hanya bertanggung

jawab memegang Program PKPR saja, begitu juga halnya dengan ruangan yang

ada, tidak semua Puskesmas PKPR mengkhususkan ruangan konseling remaja

(klinik PKPR). Berikut jadwal Pelayanan Klinik PKPR di Puskesmas Kampung

Sawah, Puskesmas Pondok Ranji, Puskesmas Pasirjaya, dan Puskesmas Cisoka

berdasarkan hasil wawancara dan oservasi:

Tabel 5.18 Jadwal Pelayanan Konseling Remaja di Puskesmas Wilayah Kota


Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang Tahun 2017

Wilayah Puskesmas Hari Pelayanan


Kampung Sawah Setiap Hari Kerja
Kota Tangerang Selatan
Pondok Ranji Selasa dan Jumat
Pasirjaya Senin dan Kamis
Kabupaten Tangerang
Cisoka Kamis
Sumber: Wawancara dan Observasi

Selain itu, untuk Puskesmas di wilayah kerja Kota Tangerang Selatan,

konseling PKPR dapat dilakukan di luar Puskesmas karena Petugas Puskesmas

sudah memberikan nomor yang dapat dihubungi oleh para remaja guna dapat
105

digunakan remaja untuk menghubungi petugas bilamana ingin melakukan

konseling di luar Puskesmas. Sedangkan untuk Puskesmas di wilayah kerja

Kabupaten Tangerang, Petugas PKPR Puskesmas juga menyediakan konsultasi

melalui media internet, seperti aplikasi WhatsApp, BBM, ataupun website yang

telah dibuat. Namun, untuk tahun 2017 website yang sebelumnya sudah dibuat

tidak bisa digunakan dikarenakan sistem kontrak internetnya belum

diperpanjang oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Remaja juga

dapat membuat janji dengan Petugas PKPR yang ada di Puskesmas untuk

melakukan konsultasi, baik di luar gedung (Klinik PKPR atau UKS) maupun di

dalam gedung (Klinik PKPR atau UKS).

Kedua Dinas Kesehatan Kab/Kota juga melakukan monitoring dan

evaluasi terkait implementasi PKPR di wilayah kerjanya. Berdasarkan hasil

wawancara, moitoring dan evaluasi dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan dengan dua jenis, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung yaitu Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan langsung berkunjung

ke Puskesmas PKPR, sedangkan secara tidak langsung yaitu Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan mengundang Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya

dalam satu forum tertentu guna membahas Program PKPR. Berikut kutipan hasil

wawancara yang dilakukan dengan informan IK1:

“...kita ada juga berkunjung ke Puskesmas-puskesmas, kita ada monev,


kita suka mengumpulkan dan mengundang mereka”

Sedangkan ntuk monitoing dan evaluasi di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang, berdasarkan hasil wawancara, Penanggung

Jawab Program PKPR mendatangi Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya untuk


106

melakukan monitoring dan evaluasi terkait Program PKPR di Puskesmas

tersebut. Kegiatan terebut dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembinaan

(bimbingan) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Dan

berdasarkan telaah dokumen, pada tauhn 2017 dilakukan satu kali. Berikut hasil

wawancara dengan informan IK2 mengenai informasi tersebut:

“Iya itu pembinaan seklian sama monevnya. Saya yang ke puskesmasnya,


lima puskesmas, iya satu-satu.”

Selain terdapat monitoring dan evaluasi, juga terdapat pencatatan dan

pelaporan. Berdasarkan hasil wawancara, kedua Dinas Kesehatan Kab/Kota

memberikan format pencatatan dan pelaporan ke Puskesmas PKPR di wilayah

kerjanya masing-masing untuk dilakukan pelaporan setiap bulannya. Berikut

kutipan hasil wawancara perihal informasi tersebut:

IK1:
“...laporan ada setiap bulannya, dari kita terus nanti mereka kasih ke
kita hasilnya, setiap bulannya ya...”
IK2:
“Ada. Itu rutin, setiap bulan dilaporkan ke kita, ada laporan kunjungan
kasus, ada laporan PKPR.”

Sedangkan untuk sistem rujukan yang ada di pelayanan PKPR di kedua

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota, berdasarkan hasil wawancara

didapatkan informasi bahwa rujukan yang ada adalah rujukan antar-poli di

Puskesmas PKPR itu sediri dan rujukan dari sekolah PKPR ke Puskesmas

PKPR, belum terdapat rujukan hukum dan/atau rujukan sosial dalam pelayanan

PKPR di Puskesmas PKPR di kedua wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota.

Pernyataan Informan Ahli

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan IA, didapatkan hasil

bahwa Puskesmas PKPR tidak harus memiliki semua prosedur yang sama
107

dengan yang dicontohkan oleh Kementerian Kesehatan, begitu pula dengan alur

pelayanan. Alur pelayanan di dalam gedung (Klinik PKPR) terdapat dua macam

yaitu, satu pintu dan dua pintu. Kementerian Kesehatan mengembalikan ke

kebijakan masing-masing Puskesmas terkait prosedur dan alur pelayanan di

tempatnya. Berikut kutipan wawancara dengan informan IA yang berkaitan

dengan informasi tersebut:

“...kadang jam pulang sekolah siang, sore, jadi kita mendorong petugas
membuka pelayanan di luar jam puskesmas, kalau tidak petugas
puskesmasnya menempelkan nomor WAnya di dinding, di pintu, remaja
bisa konsultasi lewat WA, tidak perlu ketemu. Prosedurnya
menyesuaikan. Prosedur kita kasih gambarannya, nanti teknis di
lapangannya kita serahkan ke masing-masing. Setiap puskesmas punya
kelebihan dan kekurangan jadi kita tidak bisa memaksakan harus begini.
Ini alurnya ada satu pintu dua pintu, nanti mereka menyesuaikan.”

5.8 Gambaran Proses Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Peduli


Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang

Di dalam penelitian ini, proses yang dimasudkan adalah aksi pemenuhan

Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (SN PKPR). Adapun

yang dimaksud aksi pemenuhan SN PKPR adalah kegiatan yang dilakukan oleh

Dinas Kesehatan, baik Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan maupun Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang, dalam implementasi program PKPR

berdasarkan kriteri dan matriks yang ada di SN PKPR pada tahun 2017. Berikut

hasil dari penelitian mengenai proses implementasi program PKPR di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

tahun 2017.
108

Tabel 5.19 Pelaksanaan Matriks Aksi PKPR di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang

Matriks Aksi Pelaksanaan Dinas Kesehatan Pelaksanaan Dinas Kesehatan


No
Kementerian Kesehatan RI Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang
Pelaksanaan Skor Pelaksanaan Skor
1. Melakukan pelatihan PKPR bagi SDM Kesehatan Puskesmas. √ 1 √ 1
2. Melakukan evaluasi pelatihan PKPR. √ 1 √ 1
3. Mendistribusikan pedoman-pedoman tentang pelaksanaan PKPR ke Puskesmas. √ 1 √ 1
4. Menyelenggarakan pelatihan teknik konseling sebagai bagian dari pelatihan PKPR. √ 1 X 0
5. Memastikan ketersediaan dan pemanfaatan pedoman teknik konseling di Puskesmas. √ 1 √ 1
Mendistribusikan dan mensosilisasikan standar dan pedoman paket pelayanan
6. kesehatan komperhensif sesuai dengan kebutuhan remaja, baik di dalam maupun di √ 1 √ 1
luar gedung.
7. Melakukan bimbingan teknis pelaksanaan kesehatan komperhensif. √ 1 √ 1
Menyediakan prasarana dan sarana yang diperlukan sesuai pedoman untuk
8. menyelenggarakan pelayanan kesehatan komperhesif yang memenuhi selera remaja, √ 1 √ 1
baik di dalam maupun di luar gedung.
Mendistribusikan dan mensosialisasikan serta memfasilitasi pelaksanaan prosedur,
tata laksana dan alur pelayanan mencegah terjadinya missed opportunity dan
9. √ 1 √ 1
menjamin kerahasiaan, privasi, kenyamanan, dan kecepatan penyelenggaraan
kesehatan komperhensif bagi remaja, baik di dalam maupun di luar gedung.
Mendistribusikan, mensosialisasikan, dan memfasilitasi penggunaan pedoman
tentang mekanisme, prosedur, dan kebutuhan sumber daya penyelenggaraan kegiatan
10. informasi/pelayanan KIE yang memenuhi selera kebutuhan berbagai kelompok √ 1 √ 1
remaja oleh berbagai pihak terkait dengan kewenangan masing-masing berdasarkan
standar pedoman yang berlaku.
109

Mencetak, mendistribusikan dan mensosialisasikan berbagai alat bantu audio-visual


untuk kegiatan pemberian informasi/pelayanan KIE, yang memenuhi selera dan
11. √ 1 √ 1
kebutuhan berbagai kelompok remaja dan masyarakat terkait, baik melalui media
cetak maupun elektronik.
Mencetak dan mendistribusikan serta mensosialisasikan juknis tentang peran, hak,
12. tanggung jawab, dan ruang lingkup kegiatan konselor sebaya dan pendamping X 0 X 0
konselor sebaya.
13. Mensosialisasikan metode dan instrumen kepada Puskesmas. √ 1 √ 1
Melaksanakan pemetaan dengan memanfaatkan metode dan instrumen yang telah
14. X 0 X 0
dikembangkan.
15. Memastikan bahwa Puskesmas melaksanakan pemetaan; √ 1 √ 1
16. Menggunakan hasil pemetaan dalam perencanaan program kesehatan remaja. X 0 X 0
Melaksanakan orientasi kepada tokoh kunci organisasi masyarakat dan remaja
17. mengenai pelayaan dan manfaat program kesehatan remaja, peran dan tanggung X 0 X 0
jawab pemangku kepentingan.
Memfasilitasi puskesmas untuk mengembangkan jejaring antar kelompok
18. masyarakat dan remaja potensial yang bisa berperan dalam mendukung pemanfaatan X 0 X 0
PKPR.
Memfasilitasi pembentukan sekretariat forum pembinaan kesehatan remaja dengan
19. X 0 X 0
SK sendiri atau berafisiliasi pada kelompok kerja yang sudah ada.
Memfasilitasi puskesmas untuk melakukan pembinaan terhadap berbagai kelompok
20. X 0 X 0
masyarakat untuk mendukung pemanfaatan pelayanan PKPR.
Memfasilitasi pertemuan berkala antar pemangku kepentingan dalam rangka
21. menggalang keterlibatan berbagai kelompok masyarakat untuk mendukung X 0 X 0
pemanfaatan pelayanan kesehatan remaja di tingkat kab/ kota.
110

Melakukan pembentukan, pembinaan, penguatan peran dan tanggung jawab


22. organisasi remaja yang memperjuangkan kepentingan remaja di tingkat X 0 X 0
kabupaten/kota;
Memfasilitasi kegiatan forum untuk mempresentasikan/menyampaikan aspirasi/
23. X 0 X 0
keinginan remaja.
24. Mengadakan pertemuan tahunan organisasi remaja tingkat kabupaten/kota. X 0 X 0
Mendorong dan memberikan bimbingan kepada puskesmas agar mendukung
25. √ 1 X 0
partisipasi remaja dalam kegiatan PKPR.
Mengikutsertakan remaja dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
26. X 0 X 0
dan penilaian kegiatan pembinaan kesehatan remaja di tingkat kab/ kota.
Sosialisasi Undang Undang dan kebijakan serta Strategi Nasional kepada Petugas
27. √ 1 √ 1
Puskesmas.
28. Distribusi dokumen advokasi di fasilitas kesehatan. √ 1 √ 1
29. Melakukan orientasi pada petugas kesehatan tentang pedoman strategi. √ 1 √ 1
Memfasilitasi Puskesmas dalam menerapkan Standar dan pedoman penyelenggaraan
30. √ 1 √ 1
PKPR.
Merangkum dan mengolah hasil laporan puskesmas PKPR dan memberikan umpan
31. √ 1 X 0
balik tentang tren pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.
Memantau apakah kepala puskesmas dan pengelola program PKPR mengetahui cara
32. √ 1 √ 1
mengumpulkan data.
Melakukan orientasi untuk puskesmas tentang tentang evaluasi diri, supervisi
33. √ 1 √ 1
fasilitatif, dan pemantauan penyelenggaraan PKPR.
Memberikan umpan balik tertulis ke puskesmas tentang hasil supervisi dan
34. √ 1 X 0
pemantauan.
111

35. Sosialisasi pedoman sistem rujukan. X 0 X 0


Melaksanakan bimbingan teknis kepada puskesmas dan rumah sakit untuk
36. X 0 X 0
menerapkan pedoman sistem rujukan.
Memfasilitasi agar staf puskesmas mengetahui dan memanfaatkan pedoman sistem
37. X 0 X 0
rujukan.
Total Skor 22 Total Skor 18
112

Berdasarkan tabel 5.19 dapat diketahui bahwa skor pelaksanaan matriks

asksi pemenuhan SN PKPR di kedua Dinas Kesehatan Kab/Kota berbeda, yaitu

22 untuk Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan 18 untuk Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang, dari total indikator sebanyak 38. Artinya,

pemenuhan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan lebih besar

dibandingkan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

Dalam proses implementasi PKPR di wilayah kejanya, Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan sudah menyelenggarakan berbagai macam upaya untuk

mendukung implementasi PKPR itu sendiri. Berdasarkan wawancara yang

dilakukan dengan informan IK1 didapatkan informasi berikut:

Tabel 5.20 Daftar Kegiatan Program Kesehatan Remaja Dinas Kesehatan


Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2016

Tahun Kegiatan Keterangan


(1) Kompetisi Konselor Sebaya PKPR SMP dan SMA
160 siswa
Tingkat Kota Tangerang Selatan
2014 (2) Bimbingan Teknis untuk Konselor Sebaya SMP dan
20 sekolah
SMA di sekolah
(3) Pembentukan Konselor Sebaya SMP dan SMA 15 sekolah
(1) Pembentukan Konselor Sebaya PKPR SMP dan SMA
2015 14 sekolah
Tingkat Kota Tangerang Selatan
(2) Peningkatan Wawasan Standar Nasional PKPR bagi
10 Puskesmas
petugas dan Kepala Puskesmas
(3) Penjaringan Kesehatan Remaja 25 Puskesmas
(4) Kompetisi Konselor Sebaya 70 sekolah
(5) Pertemuan dan Pembinaan Puskesmas Standar
5 Puskesmas
Nasional
(6) Bimbingan Teknis Konselor Sebaya SMP dan SMA 10 sekolah
(7) Orientasi PKPR Guru Sekolah (Guru Pendamping dan
10 sekolah
Kepala Sekolah)
2016 (1) Pemantauan Pencapaian Puskesmas PKPR 10 Puskesmas
(2) Kapasitas Peningkatan Lintas Program dalam PKPR 10 Puskesmas
(3) Peningkatan Teknik Konseling bagi Petugas PKPR
26 Puskesmas
Puskesmas
(4) Peningkatan Kesehatan Remaja Melalui Penjaringan 25 Puskesmas
(5) Bimbingan Teknis Pelayanan Kesehatan Peduli
10 sekolah
Remaja (ke sekolah-sekolah) bagi Konselor Sebaya
113

(6) Pertemuan dan Evaluasi Pelaksanaan Program


26 Puskesmas
Pelayanan Kesehatan Remaja
(7) Orientasi PKPR Petugas Puskesmas 16 Puskesmas
Sumber: Wawancara

Untuk tahun 2017, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan membuat

perencanaan perihal penyelenggaraan kegiatan PKPR di wilayah kerjanya,

beberapa dari perencanaan tersebut sudah terselenggara. Berikut agenda Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan mengenai program PKPR untuk Kota

Tangerang Selatan tahun 2017:

Tabel 5.21 Daftar Agenda dan Realisasi Kegiatan Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan dalam Program PKPR Tahun 2017

No. Nama Kegiatan Keterangan Realisasi


Kompetisi Konselor Sebaya Tingkat Kota Belum
1. 84 Sekolah
Tangerang Selatan Terlaksana
Pemantauan Pencapaian Standar Nasional PKPR Terealisasi 10
2. 10 Puskesmas
(SN PKPR) Puskesmas
Peningkatan Kemampuan Teknik Konseling bagi Terealisasi 35
3. 35 Sekolah
Koselor Sebaya PKPR di Sekolah Sekolah
Peningkatan Kapasitas Lintas Program dalam Terealisasi 19
4. 19 Puskesmas
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Puskesmas
Belum
5. Orientasi PKPR Guru Sekolah 20 Sekolah
Terlaksana
Sumber: Wawancara

Dapat diketahui bahwa kegiatan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan berlanjut dari kegiatan di tahun-tahun sebelumnya. Seperti

kegiatan Kompetisi Konselor Sebaya yang rutin diselenggrakan dari tahun 2014-

2017, juga pelatihan kepada Petugas Puskesmas dan Konselor Sebaya. Selain

itu, juga melakukan pemantauan SN PKPR di Puskesmas PKRP wilayah

kerjanya. Pada realisasinya, untuk tahun 2017 Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan melakukan pemantauan SN PKPR di 10 Puskesmas, juga melakukan

pelatihan yang bertuan untuk peningkatan kemampuan teknik konseling bagi

Konselor Sebaya PKPR di 35 sekolah, juga pelatihan kepada Tim PKPR yang
114

bertujuan untuk peningkatan kapasitas lintas program dalam pelayanan PKPR di

Puskesmas yang diikuti sebanyak 19 Puskesmas.

Dan berikut daftar agenda kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang dalam implementasi Program PKPR di Kabupaten Tangerang Tahun

2017:

Tabel 5.22 Daftar Agenda Kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang


dalam Program PKPR Tahun 2017

No. Nama Kegiatan Pelaksanaan


1. Pembentukan Tiga Puskesmas PKPR April
2. Pembinaan Puskesmas PKPR Juni
3. Pembinaan Sekolah PKPR Juli
4. Roadshow Kesehatan Reproduksi Remaja Oktober
Sumber: Wawancara dan Telaah Dokumen

Dapat diketahui bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang lebih

mengagendakan kegiatan pembinaan, baik untuk Puskesmas PKPR maupun

Sekolah PKPR. Sedangkan untuk agenda pelatihan tidak diagendakan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Pada realisasinya, Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang berhasil menambah tiga Puskesmas PKPR di wilayah

kerjanya, yaitu Puskesmas Jayanti, Puskesmas Jambe, dan Puskesmas Tigaraksa.

5.9 Gambaran Output Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang

Output atau keluaran dari penelitian ini adalah hasil penilaian

pemenuhan Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (SN PKPR)

di Dinas Kesehatan yang didapatkan dari hasil pemantauan oleh Dinas

Kesehatan, baik Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan maupun Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang, di wilayah kerjanya pada tahun 2017. Dan

berikut hasil dari penelitian mengenai output program PKPR tahun 2017.
115

Tabel 5.23 Pencapaian Puskesmas PKPR Terstandar di Kota Tangerang Selatan


dan Kabupaten Tangerang Tahun 2017

SN PKPR Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang


Puskesmas Terstandar di 2017 10 Puskesmas Satu Puskesmas
Total Puskesmas Terstandar 20 Puskesmas Lima Puskesmas
Sumber: Wawancara dan Telaah Dokumen

Berdasarkan hasil wawancara, pada tahun 2017, Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan sudah melakukan penilaian SN PKPR di 10 Puskesmas

PKPR dari total 26 Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya. Adapun Puskesmas

tersebut adalah Puskesmas Parigi, Puskesmas Pondok Ranji, Puskesmas Situ

Gintung, Puskesmas Pondok Kacang Timur, Puskesmas Pondok Aren,

Puskesmas Serpong 1, Puskesmas Ciputat Timur, Puskesmas Paku Alam,

Puskesmas Serpong 2, dan Puskesmas Pondok Benda. Sedangkan di tahun 2017,

di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang hanya terdapat satu

Puskesmas PKPR yang dilakukan penilaian SN PKPR, yaitu Puskesmas

Pasirjaya.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan melakukan penilaian SN

PKPR secara bertahap dari tahun ke tahun. Selama tahun 2015, 2016, dan 2017,

Puskesmas yang dinilai oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan selalu

berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan ingin melihat standar Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya secara

bertahap, karena anggaran yang ada tidak hanya untuk melakukan penilaian SN

PKPR. Berikut kutipan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan IK1:

“Karena memang untuk PKPRnya sendiri... harus step by step lah, ...tapi
semua ada anggaran. Karena memang bukan esensial, sementara kita
PKPRnya harus berjalan dulu nih. kalau misalnya semuanya sudah
berjalan, baru kita standarisasi. Sekarang 26nya sudah berjalan tapi
belum punya standar karena memang bukan pelayanan esensial tapi kita
tetep ada program-program setiap tahun gitu.”
116

Di tahun 2015, terdapat empat Puskesmas PKPR yang sudah dinilai oleh

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, yaitu Puskesmas Ciputat, Puskesmas

Setu, Puskesmas Kampung Sawah, dan Puskesmas Pamulang. Adapun hasilnya

adalah sebagai berikut:

1. Puskesmas Ciputat dengan hasil 87% (Paripurna)

2. Puskesmas Setu dengan hasil 83% (Paripurna)

3. Puskesmas Kampung Sawah dengan hasil 75% (Optimal)

4. Puskesmas Pamulang dengan hasil 73% (Optimal)

Sedangkan, Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen, Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang mulai melakukan penilaian SN PKPR terhadap

Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya pada tahun 2015, dengan hasil sebagai

berikut:

1. Puskesmas Kelapa Dua dengan hasil Paripurna

2. Puskesmas Pasirjaya dengan hasil Paripurna

3. Puskesmas Kutabumi dengan hasil Minimal

4. Puskesmas Cisoka dengan hasil Minimal

5. Puskesmas Balaraja dengan hasil Minimal

Untuk tahun 2016, penilaian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan adalah kepada 10 Puskesmas, empat Puskesmas adalah

Puksesmas yang sudah dinilai pada tahun 2015 dan enam Puskesmas lainnya

merupakan Puskesmas yang baru dinilai. Adapun hasilnya adalah sebagai

berikut:

1. Puskesmas Pamulang dengan hasil 88% (Paripurna)

2. Puskesmas Ciputat dengan hasil 85% (Paripurna)


117

3. Puskesmas Kampung Sawah dengan hasil 80% (Paripurna)

4. Puskesmas Jombang dengan hasil 79% (Optimal)

5. Puskesmas Jurang Mangu dengan hasil 77% (Optimal)

6. Puskesmas Setu dengan hasil 77% (Optimal)

7. Puskesmas Pondok Betung dengan hasil 75% (Optimal)

8. Puskesmas Benda Baru dengan hasil 73% (Optimal)

9. Puskesmas Rawa Buntu dengan hasil 69% (Optimal)

10. Puskesmas Pondok Jagung dengan hasil 65% (Optimal)

Sedangkan, untuk tahun 2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

tidak melakukan penilaian SN PKPR dikarenakan tidak masuk dalam

perencanaan tahunan Program Kesehatan Remaja.

Pada tahun 2017 terdapat 10 Puskesmas yang dinilai oleh Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, dimana 10 Puskesmas tersebut belum dinilai

pada tahun-tahun sebelumnya, berbeda dari tahun 2016 yang terdapat empat

Puskesmas dengan pengulangan penilaian. Dan berikut hasil penilaian SN PKPR

Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun

2017 yang dilakukan di 10 Puskesmas PKPR:

Tabel 5.24 Hasil Penilaian SN PKPR Puskesmas di Kota Tangerang Selatan


Tahun 2017
Standar Nasional PKPR
Total
No. Puskesmas SDM Fasilitas Manajemen Kategori
Remaja Jejaring Nilai
Kesehatan Kesehatan Kesehatan
1. Parigi 70% 81% 79% 56% 31% 67% Optimal
2. Pd. Ranji 78% 84% 51% 22% 34% 63% Optimal
Situ
3. 70% 73% 71% 22% 34% 62% Optimal
Gintung
Pd.
4. Kacang 55% 81% 31% 33% 33% 33% Minimal
Timur
5. Pd. Aren 43% 65% 56% 17% 36% 51% Minimal
118

6. Serpong 1 38% 72% 41% 0% 31% 48% Minimal


Ciputat
7. 30% 69% 43% 11% 36% 47% Minimal
Timur
Paku
8. 57% 77% 19% 0% 21% 46% Minimal
Alam
9. Serpong 2 32% 44% 63% 17% 31% 42% Minimal
10. Pd. Benda 52% 42% 49% 17% 29% 41% Minimal
Sumber: Dokumen Penilian SN PKPR Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

Dari hasil penilaian SN PKPR terhadap 10 Puskesmas di tahun 2017

dapat terlihat bahwa tidak terdapat satupun Puskesmas yang mendapat predikat

Paripurna, sedangkan hanya tiga Puskesmas yang Optimal, sisanya masuk dalam

kategori Minimal. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, hal tersebut terjadi

karena 10 Puskesmas tersebut belum mengetahui dan memahami terkait

Pedoman SN PKPR sedangkan, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ingin

mengetahui bagaimana implementasi yang ada di Puskesmas tersebut dan

ternyata hasilnya seperti yang ada pada tabel 5.14 . Berikut kutipan hasil

wawancara dengan informan IK1 mengenai informasi tersebut:

“...ibaratnya ini pra, jadi sebelum dia mengetahui tentang standar


nasional PKPR, jadi bukan pasca jadi dia belum tahu standar
nasionalnya kita langsung buat kuesionernya, kita pantau seperti apa
standarnya di sana, kenyataannya dari 10 itu hanya ini yang bagus,
optimal...”

Sedangkan untuk tahun 2018, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

belum merencanakan agenda penilaian terhadap Puskesmas PKPR yang belum

dinilai ataupun mengulang penilaian. Hal tersebut dikarenakan Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan ingin merencanakan agenda yang lain yang

berhubungan dengan Konselor Sebaya, agar Konselor Sebaya yang ada di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan berkembang lebih baik.

Berikut kutipan wawancara dengan informan IK1 mengenai hal tersebut:


119

“...dan kalau tahun depan penilaian SN tidak ada untuk standarnya


karena kita mau meningkatkan kualitas si konselor sebayanya, karena
kita lihat kita masih sedikit sekali program untuk siswa...”
Sedangkan di Kabupaten Tangerang pada tahun 2017, Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang hanya menilai satu puskesmas, yaitu Puskesmas

Pasirjaya. Sedangkan, empat Puskesmas PKPR lainnya yang sudah menjadi

Puskesmas PKPR dari tahun sebelumnya tidak didapatkan nilai SN PKPR,

begitu pula dengan tiga Puskesmas PKPR yang baru dikembangkan pada awal

tahun 2017.

Berikut hasil penilaian SN PKPR Puskesmas di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun 2017:

Tabel 5.25 Hasil Penilaian SN PKPR Puskesmas di Kabupaten Tangerang


Tahun 2017

Standar Nasional PKPR


Total
No. Puskesmas SDM Fasilitas Manajemen Kategori
Remaja Jejaring Nilai
Kesehatan Kesehatan Kesehatan
1. Pasirjaya 97% 88% 91% 89% 70% 87% Paripurna
Sumber: Dokumen Penilaian SN PKPR Puskesmas Pasirjaya Tahun 2017

Berdasarkan hasil wawancara, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

sebenarnya sudah mengintruksikan kepada seluruh Puskesmas PKPR di wilayah

kerjanya untuk melakukan penilaian SN PKPR untuk kemudian dinilai kembali

oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, namun dari lima Puskesmas

PKPR yang diminta, hanya satu Puskesmas yang sudah melakukan penilaian dan

hasilnya sebagaimana pada tabel 15. Berikut kutipan wawancara dengan

informan IK2 mengenai informasi tersebut:

“...ini lihat. Saya sudah mengintruksikan Puskesmas-Puskesmas untuk


mengisi SNnya dari bulan kapan ini, tapi sampai sekarang belum ada
yang merespon, baru Pasirjaya saja yang sudah menilai.”
120

6 BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian

Berikut keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan tentang gambaran

implementasi program Pelayanana Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

pada tahun 2017:

1. Wawancara dengan informan ahli, Kepala Subdit Kesehatan Usia

Sekolah dan Remaja Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian

Kesehatan RI, tidak dapat terlaksana sehingga digantikan dengan

Staf Seksi Usia Sekolah dan Remaja Luar Sekolah Direktorat

Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI.

2. Peneliti tidak dapat melakukan wawancara dengan SDM PKPR yang

baru di Puskesmas Kampung Sawah, Kota Tangerang Selatan,

dikarenakan beliau belum memiliki SK sehingga menolak untuk

diwawancarai. Namun demikian, peneliti melakukan wawancara

dengan SDM PKPR periode sebelumnya, 2016-2017.

6.2 Gambaran Sumber Daya Manusia Program Pelayanan Kesehatan Peduli


Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang

Berdasarkan pada hasil yang telah didapatkan, dapat diketahui bahwa

terdapat SDM yang mengelola program PKPR di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, meskipun

jumlahnya berbeda, dimana terdapat dua SDM di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan satu SDM di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.


121

Dan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, SDM yang ada merangkap

mengelola program kesehatan lainnya selain kesehatan remaja, yaitu Program

Kesehatan Lanjut Usia (Lansia).

Sedangkan untuk SDM di Puskesmas sudah terdapat Tim PKPR di

masing-masing Puskesmas, baik di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang maupun di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

Selain sudah terdapat Tim PKPR, petugas yang ada merupakan tenaga

kesehatan yang sudah terlatih, hal tersebut dibuktikan dengan adanya Surat

Keputusan (SK) yang dikeluarkan oleh masing-masing Puskesmas. Pelatihan

yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang hanya sekali, berbeda

dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang melakukan pelatihan setiap

tahun.

SDM PKPR di Puskesmas berdasarkan Pedoman SN PKPR merupakan

Tim PKPR yang terdiri dari tenaga kesehatan yang mengelola program terkait

remaja (UKS, gizi, IMS dan HIV, NAPZA, promkes, program lainnya yang

dibutuhkan), disertai adanya SK Pembentukan Tim PKPR oleh Kepala

Puskesmas atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selain itu, tenaga

kesehatan yang ada sudah mendapatkan pelatihan PKPR yang dilaksanakan

oleh Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota. Merujuk dari pernyataan

tersebut, Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang sudah sesuai, meskipun terdapat kasus penggantian sementara SDM

di salah satu Puskesmas, baik di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan


122

maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dikarenakan petugas tersebut

sedang cuti.

6.3 Gambaran Fasilitas Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang

Berdasarkan pada hasil yang telah didapatkan, sudah terdapat

Puskesmas PKPR di masing-masing wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

Yaitu sebanyak 26 Puskesmas PKPR dari 29 Puskesmas (89,65%) yang ada di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2017.

Sedangkan, di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang pada

tahun 2017 terdapat delapan (8) Puskesmas PKPR dari 44 Puskesmas

(18,18%). Merujuk pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI tahun

2015-2019 dan Rencana Aksi Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA tahun

2015-2019, diketahui bahwa target Puskesmas PKPR yang ditetapkan pada

tahun 2017 adalah 35% dari jumlah Puskesmas yang ada di suatu wilayah

kerja. Artinya, untuk wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

pada tahun sudah memenuhi target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan

RI, sedangkan untuk wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

pada tahun 2017 belum memenuhi target yang ditetapkan Kementerian

Kesehatan RI.

Ruangan konseling yang berada di Puskesmas PKPR harus dapat

menjadi tempat yang menjaga kerahasiaan remaja ketika sedang melakukan

konseling dengan petugas, hal tersebut ditegaskan di Pedoman SN PKPR. Dan

pada Puskesmas PKPR di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang


123

Selatan dan wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sudah

mempunyai ruangan konseling tersebut, meskipun ruangan yang tersedia tidak

bisa digunakan secara maksimal untuk pelayanan konseling remaja karena

harus bergantian dengan pelayanan kesehatan lainnya di Puskesmas yang

bersangkutan.

Sedangkan pedoman, baik Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sudah menyediakan pedoman

sesuai dengan yang ada pada Pedoman SN PKPR dan Pedoman Manajemen

PKPR. Karena memang pedoman yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang merupakan

turunan dari Kementerian Kesehatan RI yang didistribusikan melalui Dinas

Kesehatan Provinsi Banten. Pedoman tersebut adalah pedoman dalam

memberikan paket pelayanan kesehatan remaja dan pedoman terkait

penyelenggaraan PKPR di Puskesmas.

Untuk sarana dan prasarana, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sudah menyediakan sarana dan

prasarana pendukung pelaksanaan kegiatan PKPR di antaranya adalah media

KIE, papan data, dan panthom. Kebutuhan sarana prasarana Puskesmas PKPR

bisa dibantu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota karena berdasarkan

Pedoman Manajemen PKPR, Puskesmas bisa meminta Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota untuk melengkapi fasilitas kesehatan untuk menunjang

kegiatan PKPR di Puskesmas.


124

6.4 Gambaran Remaja Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang

Baik Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan maupun Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang, sudah terdapat Sekolah PKPR di masing-

masing wilayah kerja Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya, meskipun

terdapat satu Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan yang tidak memiliki sekolah binaan. Merujuk pada Pedoman SN

PKPR, sekolah binaan di wilayah kerja Puskesmas PKPR minimal satu sekolah

dalam satu tahun, artinya Puskesmas PKPR di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas PKPR di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang sudah melakukan yang sesuai, kecuali

Puskesmas Rengas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

yang memang tidak ada sekolah tingkat SMP dan SMA sederajat di wilayah

kerjanya untuk kemudian dijadikan sebagai sekolah binaan.

Dari masing-masing Sekolah PKPR sudah memiliki Konselor Sebaya

yang sebelumnya sudah dilatih oleh Puskesmas PKPR yang membina. Untuk

Konselor Sebaya di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan,

selain mendapatkan pelatihan dari Puskesmas, juga mendapatkan pelatihan

yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Sedangkan, untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang belum melakukan

hal tersebut. Namun demikian, Konselor Sebaya di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang sudah terlatih. Merujuk pada Pedoman SN PKPR,

pelatihan Konselor Sebaya bisa dilakukan oleh Puskesmas yang membina

dan/atau dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.


125

Baik di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

maupun wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, sudah terdapat

pelayanan KIE, baik yang dilakukan di Puskesmas PKPR, di sekolah, maupun

di luar gedung. Kegiatan KIE dilakukan setiap bulan oleh Puskesmas. Merujuk

pada Pedoman SN PKPR, pelayanan dilakukan oleh tenaga kesehatan

Puskesmas kepada kelompok-kelompok remaja dan dilaksanakan di luar

gedung (sekolah, pesantren, rumah singgah, dan sebagainya) dan

pelaksanaannya minimal 2 kali dalam setahun untuk kegiatan KIE di sekolah

binaan. Artinya, pelayanan/kegiatan KIE yang ada di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang sudah sesuai dengan Pedoman SN PKPR.

6.5 Gambaran Jejaring Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang

Berdasarkan pada hasil yang sudah didapatkan, baik Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang,

keduanya tidak memiliki kerjasama dengan LSM ataupun kelompok

masyarakat dalam penyelenggaraan PKPR di wilayah kerjanya. Kerjasama

yang ada hanya dengan lintas sektoral, yaitu Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota, dan kerjasama lintas program, yaitu dengan pengelola

program kesehatan yang berkaitan dengan PKPR di masing-masing Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan untuk di tingkat Puskesmas, kerjasama

yang terjalin adalah dengan sekolah, Camat, dan Lurah, meskipun di dukungan

yang diberikan oleh Camat dan Lurah masih kurang.


126

Merujuk pada Pedoman SN PKPR dan Pedoman Manajemen PKPR,

dalam menyelenggarakan PKPR, baik Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

maupun Puskesmas, selain bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, Camat,

Sekolah, dan Lurah, pun dapat bekerjasama dengan Tokoh Masyarakat, LSM,

perusahaan swasta, kelompok masyarakat, dan kelompok remaja. Karena

dengan adanya kerjasama dan dukungan, diharapkan dalam penyelenggaraan

PKPR didapatkan:

a. Dukungan dari Pemda setempat melalui penyediaan anggaran

untuk pelaksanaan PKPR, termasuk penyediaan sarana

prasarana.

b. Pembebasan retribusi atau pelayanan gratis untuk remaja.

c. Dukungan dan dorongan politis untuk membentuk jejaring

dalam memperkuat sistem rujukan, berupa rujukan medis,

rujukan sosial, dan rujukan hukum.


127

6.6 Gambaran Manajemen Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja


(PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten
Tangerang

Alur yang terdapat di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang terdapat dua jenis, yaitu

satu pintu dan dua pintu. Kedua jenis alur pelayanan sudah sesuai dengan

Pedoman Manajemen PKPR yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI.

Berikut salah satu gambar alur pelayanan satu pintu dari Kementerian

Kesehatan RI:

Gambar 6.1 Alur Pelayanan Satu Pintu PKPR

Sumber: Pedoman Manajmen PKPR, Kemenkes

Gambar 6.2 Alur Pelayanan Satu Pintu PKPR

Sumber: Pedoman Manajmen PKPR, Kemenkes

Sistem pencatatan dan pelaporan di masing-masing wilayah kerja, baik

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan maupun Dinas Kesehatan Kabupaten


128

Tangerang, sudah dimiliki dan diterapkan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

memberikan format pencatatan dan pelaporan ke Puskesmas PKPR untuk

kemudian hasilnya dilaporakan kembali ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setiap bulannya untuk kemudian direkap oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan dilaporkan berjenjang ke Dinas Kesehatan Provinsi.

Merujuk pada Pedoman SN PKPR dan Pedoman Manajemen PKPR,

pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh masing-masing Puskesmas PKPR

dengan menggunakan format bulanan yang telah diberikan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Kemudian, hasil pencatatannya dilaporakan

sesuai format yang ada ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setiap bulannya

yang selanjutnya akan direkap oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan

dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi. Artinya, pencatatan dan pelaporan

yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan di

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sudah sesuai dengan apa

yang dimaksudkan di Pedoman SN PKPR dan Pedoman Manajemen PKPR.

Sedangkan berdasarkan dari hasil yang telah didapatkan, baik Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan maupun Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang belum memiliki sistem rujukan yang bersifat eksternal, rujuk ke

pelayanan di luar Puskesmas, artinya masih bersifat internal, yaitu antar-poli

yang ada di Puskesmas itu sendiri, ataupun dari sekolah binaan ke Puskesmas

yang membina. Padahal, merujuk pada Pedoman SN PKPR, rujukan yang ada

untuk PKPR bisa berupa rujukan medis, antar-poli atau ke fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya, rujukan sosial, dan rujukan hukum. Artinya, sistem rujukan

PKPR yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan juga
129

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang belum maksimal, karena sistem

rujukannya masih bersifat rujukan medis internal.

6.7 Gambaran Proses Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Peduli


Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan
Kabupaten Tangerang

Selama menyelenggarakan PKPR di wilayah kerjanya, baik Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan maupun Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang, sudah ada beberapa kegiatan yang telah diselenggarakan untuk

mengembangkan PKPR di wilayah kerjanya. Merujuk pada Pedoman SN

PKPR, terdapat matriks aksi yang seharusnya dilakukan di tingkat

Kabupaten/Kota guna memaksimalkan program PKPR di wilayah kerjanya.

Dan berikut matriks aksi SN PKPR tingkat Kabupaten Kota beserta

pelaksanaannya di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan juga Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang:


130

Tabel 6.6.1 Pelaksanaan Matriks Aksi SN PKPR di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang

Matriks Aksi Pelaksanaan Dinas Kesehatan Pelaksanaan Dinas Kesehatan


No.
Kementerian Kesehatan RI Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang
Melakukan pelatihan PKPR bagi SDM

Kesehatan Puskesmas; melakukan Pelatihan sudah dilaksanakan kepada Pelatihan sudah dilaksanakan kepada

evaluasi pelatihan PKPR; SDM Puskesmas PKPR beserta SDM Puskesmas PKPR beserta
1.
mendistribusikan pedoman-pedoman memberikan pedoman-pedoman tentang memberikan pedoman-pedoman tentang

tentang pelaksanaan PKPR ke pelaksanaan PKPR ke Puskesmas. pelaksanaan PKPR ke Puskesmas.

Puskesmas.

Tidak didapatkan hasil wawancara dan


Pelatihan teknik konseling dilaksanakan
Menyelenggarakan pelatihan teknik telaah dokumen mengenai adanya
setiap tahun kepada petugas PKPR yang
konseling sebagai bagian dari pelatihan pelatihan teknik konseling bagi petugas
ada di Puskesmas. Ketersediaan dan
2. PKPR dan memastikan ketersediaan dan PKPR yang ada di Puskesmas. Tapi Dinas
pemanfaatan pedoman teknik konseling
pemanfaatan pedoman teknik konseling Kesehatan Kabupaten Tangerang
juga dilakukan pengecekan oleh Dinas
di Puskesmas. memberikan pedoman teknik konseling
Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
bagi petugas Puskesmas.
131

Mendistribusikan dan mensosilisasikan


Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
standar dan pedoman paket pelayanan
telah mendistribusikan dan telah mendistribusikan dan
kesehatan komperhensif sesuai dengan
mensosialisasika standar dan pedoman mensosialisasika standar dan pedoman
3. kebutuhan remaja, baik di dalam maupun
paket pelayanan kesehatan komperhensif paket pelayanan kesehatan komperhensif
di luar gedung; melakukan bimbingan
kepada Puskesmas PKPR di wilayah kepada Puskesmas PKPR di wilayah
teknis pelaksanaan kesehatan
kerjanya. kerjanya.
komperhensif.

Menyediakan prasarana dan sarana yang Menyediakan prasarana dan sarana

diperlukan sesuai pedoman untuk Menyediakan prasarana dan sarana sebagai penunjang kegiatan PKPR di

menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagai penunjang kegiatan PKPR di Puskesmas. Seperti papan data, papan
4.
komperhesif yang memenuhi selera Puskesmas. Seperti papan data, alat nama PKPR, lemari, alat peraga,

remaja, baik di dalam maupun di luar peraga, celemek, dan media KIE. celemek, dan media KIE. Meskipun

gedung. penyediaannya secara bertahap.

Mendistribusikan dan mensosialisasikan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
5.
serta memfasilitasi pelaksanaan prosedur, mendistribusikan pedoman dan prosedur mendistribusikan pedoman dan prosedur
132

tata laksana dan alur pelayanan mencegah baku turunan dari Kementerian baku turunan dari Kementerian

terjadinya missed opportunity dan Kesehatan. Selebihnya diserahkan ke Kesehatan. Selebihnya diserahkan ke

menjamin kerahasiaan, privasi, kebijakan masing-masing Puskesmas. kebijakan masing-masing Puskesmas.

kenyamanan, dan kecepatan

penyelenggaraan kesehatan

komperhensif bagi remaja, baik di dalam

maupun di luar gedung.

Mendistribusikan, mensosialisasikan, dan

memfasilitasi penggunaan pedoman


Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
tentang mekanisme, prosedur, dan
mendistribusikan pedoman dan prosedur mendistribusikan pedoman dan prosedur
kebutuhan sumber daya penyelenggaraan
6. baku turunan dari Kementerian baku turunan dari Kementerian
kegiatan informasi/pelayanan KIE yang
Kesehatan. Selebihnya diserahkan ke Kesehatan. Selebihnya diserahkan ke
memenuhi selera kebutuhan berbagai
kebijakan masing-masing Puskesmas. kebijakan masing-masing Puskesmas.
kelompok remaja oleh berbagai pihak

terkait dengan kewenangan masing-


133

masing berdasarkan standar pedoman

yang berlaku.

Mencetak, mendistribusikan dan

mensosialisasikan berbagai alat bantu


Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
audio-visual untuk kegiatan pemberian
memberikan DVD kepada Puskesmas memberikan DVD kepada Puskesmas
informasi/pelayanan KIE, yang
7. untuk kemudian dapat digunakan untuk kemudian dapat digunakan
memenuhi selera dan kebutuhan berbagai
Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan
kelompok remaja dan masyarakat terkait,
PKPR di wilayah kerjanya. PKPR di wilayah kerjanya.
baik melalui media cetak maupun

elektronik.

Mencetak dan mendistribusikan serta

mensosialisasikan juknis tentang peran,

8. hak, tanggung jawab, dan ruang lingkup Tidak ada pelaksanaan Tidak ada pelaksanaan

kegiatan konselor sebaya dan

pendamping konselor sebaya.


134

Mensosialisasikan metode dan instrumen

kepada Puskesmas; Melaksanakan


Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
pemetaan dengan memanfaatkan metode
memberikan format pencatatan dan memberikan format pencatatan dan
dan instrumen yang telah dikembangkan;
9. pelaporan kepada Puskesmas kemudian pelaporan kepada Puskesmas kemudian
Memastikan bahwa Puskesmas
hasilnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan hasilnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan
melaksanakan pemetaan; Menggunakan
Kota Tangerang Selatan setiap bulan. Kota Tangerang Selatan setiap bulan.
hasil pemetaan dalam perencanaan

program kesehatan remaja.

Melaksanakan orientasi kepada tokoh

kunci organisasi masyarakat dan remaja

mengenai pelayaan dan manfaat program

10. kesehatan remaja, peran dan tanggung Tidak ada pelaksanaan Tidak ada pelaksanaan

jawab pemangku kepentingan;

Memfasilitasi puskesmas untuk

mengembangkan jejaring antar kelompok


135

masyarakat dan remaja potensial yang

bisa berperan dalam mendukung

pemanfaatan PKPR; Memfasilitasi

pembentukan sekretariat forum

pembinaan kesehatan remaja dengan SK

sendiri atau berafisiliasi pada kelompok

kerja yang sudah ada.

Memfasilitasi puskesmas untuk

melakukan pembinaan terhadap berbagai

kelompok masyarakat untuk mendukung

pemanfaatan pelayanan PKPR;


11. Tidak ada pelaksanaan Tidak ada pelaksanaan
Memfasilitasi pertemuan berkala antar

pemangku kepentingan dalam rangka

menggalang keterlibatan berbagai

kelompok masyarakat untuk mendukung


136

pemanfaatan pelayanan kesehatan remaja

di tingkat kab/ kota.

Melakukan pembentukan, pembinaan,

penguatan peran dan tanggung jawab

organisasi remaja yang memperjuangkan

kepentingan remaja di tingkat

kabupaten/kota; memfasilitasi kegiatan


12. Tidak ada pelaksanaan Tidak ada pelaksanaan
forum untuk

mempresentasikan/menyampaikan

aspirasi/ keinginan remaja; Mengadakan

pertemuan tahunan organisasi remaja

tingkat kabupaten/kota.

Mendorong dan memberikan bimbingan

13. kepada puskesmas agar mendukung Tidak ada pelaksanaan Tidak ada pelaksanaan

partisipasi remaja dalam kegiatan PKPR;


137

Mengikutsertakan remaja dalam kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan

dan penilaian kegiatan pembinaan

kesehatan remaja di tingkat kab/ kota.

Sosialisasi Undang Undang dan

kebijakan serta Strategi Nasional kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

Petugas Puskesmas; Distribusi dokumen telah mensosialisasikan terkait kebijakan telah mensosialisasikan terkait kebijakan
14.
advokasi di fasilitas kesehatan; pelayanan PKPR kepada petugas PKPR pelayanan PKPR kepada petugas PKPR

Melakukan orientasi pada petugas Puskesmas. Puskesmas.

kesehatan tentang pedoman strategi.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang


Memfasilitasi Puskesmas dalam
membantu dan mefasilitasi Puskesmas membantu dan mefasilitasi Puskesmas
15. menerapkan Standar dan pedoman
PKPR dalam menerapkan standar dan PKPR dalam menerapkan standar dan
penyelenggaraan PKPR.
pedoman penyelenggaraan PKPR. pedoman penyelenggaraan PKPR.
138

Merangkum dan mengolah hasil laporan

puskesmas PKPR dan RS dan


Laporan PKPR diberikan Puskesmas Laporan PKPR diberikan Puskesmas
memberikan umpan balik tentang tren
setiap bulan kepada Dinas Kesehatan. setiap bulan kepada Dinas Kesehatan.
16. pemanfaatan fasilitas pelayanan
Tidak ada laporan dari RS karena belum Tidak ada laporan dari RS karena belum
kesehatan; Memantau apakah kepala
ada RS yang menyelenggarakan PKPR. ada RS yang menyelenggarakan PKPR.
puskesmas dan pengelola program PKPR

mengetahui cara mengumpulkan data.

Laporan yang diberikan Puskesmas Laporan yang diberikan Puskesmas


Melakukan orientasi untuk puskesmas
diolah oleh Dinas Kesehatan sebagai hasil diolah oleh Dinas Kesehatan sebagai hasil
tentang tentang evaluasi diri, supervisi
monitoring dan evaluasi yang kemudian monitoring dan evaluasi yang kemudian
fasilitatif, dan pemantauan
17. diberikan umpan balik ke Puskesmas diberikan umpan balik ke Puskesmas
penyelenggaraan PKPR; Memberikan
tersebut. Begitu pula dengan hasil SN tersebut. Begitu pula dengan hasil SN
umpan balik tertulis ke puskesmas
PKPR, meskipun tidak semua Puskesmas PKPR, meskipun tidak semua Puskesmas
tentang hasil supervisi dan pemantauan.
PKPR mendapatkan nilai SN PKPR. PKPR mendapatkan nilai SN PKPR.
139

Sosialisasi pedoman sistem rujukan;

Melaksanakan bimbingan teknis kepada

puskesmas dan rumah sakit untuk

18. menerapkan pedoman sistem rujukan; Tidak ada pelaksanaan Tidak ada pelaksanaan.

Memfasilitasi agar staf puskesmas

mengetahui dan memanfaatkan pedoman

sistem rujukan.

Sumber: Pedoman SN PKPR Kementerian Kesehatan RI, Wawancara, Observasi, dan Telaah Dokumen
140

Dari tabel 6.1, dapat diketahui bahwa masih terdapat beberapa matriks

aksi SN PKPR yang dibuat Kementerian Kesehatan RI untuk tingkat

Kabupaten/Kota yang masih belum dilaksanakan sampai tahun 2017 oleh

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan juga Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang.

6.8 Gambaran Output Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang

Berdasarkan pada hasil output, dapat diketahui bahwa Dinas Kesehatan

Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang belum

melakukan pemantauan SN PKPR sesuai dengan pedoman yang ada di SN

PKPR. Dimana pada Pedoman SN PKPR disebutkan bahwa pemantauan SN

PKPR dilaksanakan dua kali dalam setahun, dengan demikian diperoleh dua

laporan hasil evaluasi tingkat pemenuhan standar. Dalam satu kali hasil

pemantauan pemenuhan SN PKPR, Puskesmas dengan bimbingan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota membuat rencana aksi upaya perbaikan terhadap

komponen-komponen yang tidak memenuhi standar, dengan menggunakan

Matriks Rencana Aksi Pemenuhan Standar Nasional PKPR. Enam bulan

kemudian, dilakukan evaluasi dengan menggunakan instrumen yang sama,

untuk menilai kembali tingkat pemenuhan standar setelah dilakukan upaya

perbaikan.

Namun, yang terjadi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan,

pemantauan dilakukan satu kali dalam satu tahun, bukan dua kali. Adapun yang

dipantau setiap tahunnya berbeda-beda Puskesmasnya, hanya ada empat

Puskesmas yang dipantau dua kali meskipun dalam rentang waktu satu tahun,
141

yaitu Puskesmas Ciputat, Puskesmas Pamulang, Puskesmas Setu, dan

Puskesmas Kampung Sawah pada tahun 2015 dan 2016. Sedangkan, sisa

Puskesmas yang telah dipantau pada tahun 2016 tidak dipantau lagi pada tahun

2017. Adapun pada tahun 2017 yang mendapatkan pemantauan merupakan

Puskesmas yang memang baru dipantau pada tahun ini dan juga belum

mendapatkan pemahaman secara detail mengenai SN PKPR itu sendiri.

Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, juga tidak melakukan

pemantauan dua kali dalam satu tahun. Pemantauan yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Tangerang tidak sistematis karena menunggu hasil

penilaian dari Puskesmas PKPR itu sendiri, padahal pemantauan juga bisa

langsung dilakuakn oleh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten tanpa harus

menunggu Puskesmas yang melakukannya.


7 BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 SIMPULAN

Berikut simpulan dari penelitian ini:

1. Sumber Daya Manusia:

- Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang

sudah memiliki Penanggung Jawab PKPR dan Petugas PKPR di

Puskesmas yang ada di wilayah kerja masing-masing Dinas Kesehatan

Kab/Kota sudah memiliki SK dan terlatih atau terorientasi PKPR. Hal

tersebut sudah sesuai dengan SN PKPR.

2. Fasilitas Kesehatan

- Terdapat 26 Puskesmas PKPR di Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan dan 8 Puskesmas PKPR di Dinas Kesehatan Kabupaten

Tangerang pada tahun 2017.

- Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang sudah membantu menyediakan fasilitas seperti

pedoman dan media KIE ke Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya.

3. Remaja

- Sudah terdapat Konselor Sebaya di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang,

meskipun Konselor Sebaya yang terbentuk hanya di tingkat sekolah.

- Puskesmas PKPR di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sudah melakukan

kegiatan KIE kepada remaja di wilayah kerjanya, meskipun belum

maksimal untuk remaja luar sekolah.

142
143

4. Jejaring

- Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang serta Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya tidak

bermitra dengan LSM, hanya dengan lintas sektoral seperti DInas

Pendidikan, Camat, dan Lurah.

- Puskesmas PKPR menjalankan lintas program dalam menyelenggarakan

pelayanan PKPR.

5. Manajemen Kesehatan

- Belum terdapat SOP di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Namun, untuk alur,

Puskesmas sudah memiliki alur pelayanan PKPR.

- Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang melalukan monitoring dan evaluasi kepada

Puskesmas juga terdapat pencatatan dan pelaporan dari Puskesmas setiap

bulannya yang diberikan ke masing-masng Dinas Kesehatan Kab/Kota.

- Belum ada rujukan medis, sosial, dan hukum ke luar Puskesmas.

6. Proses Implementasi

- Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang belum melaksanakan semua kegiatan yang

terdapat di Matriks Aksi SN PKPR tingak Kab/Kota, tapi kedua Dinas

Kesehatan sudah mengupayakan kegiatan agar hasil SN PKPR di

wilayah kerjanya maksimal.

7. Output
144

- Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang sudah memiliki hasil penilaian SN PKPR tahun

2017, meskipun hasilnya berbeda yaitu:

a. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan menilai 10 Puskesmas

PKPR dengan hasil tiga Optimal dan tujuh Minimal.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang menilai satu Puskesmas

PKPR dengan hasil Minimal.

7.2 SARAN

7.2.1 Untuk Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

Berikut saran untuk Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan:

1. Membantu Puskesmas di wilayah kerjanya mengembangkan dan

membina Konselor Sebaya di luar sekolah, seperti Pondok

Pesantren, Karang Taruna, Forum Agama Remaja (Remaja Masjid

dan/atau Remaja Gereja), ataupun yang berpotensial dalam

membantu meningkatkan perilaku dan keterampilan sehat pada

remaja.

2. Membantu Puskesmas mengembangkan kerjasama dan dukungan

dalam penyelenggaraan PKPR di wilayah kerjanya, seperti dengan

LSM, Tokoh Masyarakat, kelompok masyarakat, dan kelompok

remaja.

3. Memantau dan menilai kembali Puskesmas PKPR yang

sebelumnya sudah dinilai dan dipantau. Juga memantau dan menilai

Puskesmas PKPR yang belum dipantau dan dinilai.


145

7.2.2 Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

Berikut saran untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang:

1. Memberikan pelatihan kepada Petugas PKPR di Puskesmas,

terkhusus bagi petugas baru.

2. Menambah Puskesmas PKPR di wilayah kerjanya agar pelayanan

kesehatan remaja di Kabupaten Tangerang meningkat, terutama di

Puskesmas yang memiliki potensi bagus dan mendukung, baik dari

segi SDM maupun fasilitasnya.

3. Membantu Puskesmas di wilayah kerjanya mengembangkan dan

membina Konselor Sebaya di luar sekolah, seperti Pondok

Pesantren, Karang Taruna, Forum Agama Remaja (Remaja Masjid

dan/atau Remaja Gereja), ataupun yang berpotensial dalam

membantu meningkatkan perilaku dan keterampilan sehat pada

remaja.

4. Membantu Puskesmas mengembangkan kerjasama dan dukungan

dalam penyelenggaraan PKPR di wilayah kerjanya, seperti dengan

LSM, Tokoh Masyarakat, kelompok masyarakat, dan kelompok

remaja.

5. Memantau pencapaian SN PKPR Puskesmas di wilayah kerjanya

secara sistematis dan berkala, meskipun tidak bisa dilakukan dua

kali dalam setahun, setidaknya satu kali dalam setahun. Dan

memberikan ketegasan kepada Puskesmas yang tidak memberikan

hasil penialaiannya sesuai dengan batas waktu yang telah

ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.


6 Daftar Pustaka
Agustini, N. N. M. & Arsani, N. L. K. A., 2013. Remaja Sehat Melalui Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja di Tingkat Puskesmas. Jurnal Kesehata
Masyarakat, Volume 9, pp. 66-73.
Anggela, D., 2013. Evaluasi Kinerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang dalam
Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR),
Padang: Universitas Andalas.
Arsani, N. L. K. A., Agustini, N. N. M. & Purnomo, I. K. I., 2013. Peranan Program
PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) Terhadap Kesehatan
Reproduksi Remaja di Kecamatan Buleleng. Jurnal Ilmu Sosial dan
Humaniora, Volume 2, pp. 129-137.
Ayuningtyas, D., 2014. Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Azwar, A., 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Ketiga penyunt. Jakarta:
Binarupa Aksara Publisher.
BPS, 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, Jakarta: Badan Pusat Statistik.
BPS, 2015. Penduduk Indonesia: Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015, Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Bustami, 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. Jakarta:
Erlangga.
Depkes RI, 2008. Pedoman Perencanaan Pembentukan dan Pengembangan
Puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Kabupaten/Kota. Jakarta:
Depkes.
Dinkes Kab. Tangerang, 2017. Struktur Organisasi. [Online]
Available at: http://dinkes.tangerangkab.go.id/struktur-organisasi/
[Diakses 01 08 2017].
Dinkes, 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang 2014, Tangerang: Dinas
Kesehatan Kab. Tagerang.
Dinkes, 2015. Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2014, Kota Tangerang
Selatan: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
Dinkes, 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang 2015, Tangerang: Dinas
Kesehatan Kab. Tangerang.
Dinkes, 2016. Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2015, Kota Tangerang
Selatan: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
Ditjen P2P, 2015. Perkembangan HIV&AIDS di Indonesia Tahun 2015, s.l.:
Kementerian Kesehatan RI.

146
147

Djahir, D. H. Y. & Pratita, D., 2014. Bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen.
Yogyakarta: Deepublish.
Falatansah, L. & Indarjo, S., 2016. Perbandingan Program Pelayanan KRR oleh
Puskesmas yang di Wilayah Kerjanya Terdapat Lokalisasi dan yang Tidak
Terdapat Lokalisasi. Public Health Prespective Journal, Volume 1, pp. 68-
77.
Friskarini, K. & Manalu, H. S. P., 2016. Implementasi Program Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR) di Tingkat Puskesmas DKI Jakarta, s.l.: s.n.
Hafizurrachman, 2009. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit di Q-Hospital. Majalah
Kedokteran Indonesia, Volume 59, p. 344.
Herujito, Y. M., 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.
Hutahaean, J., 2012. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Kellogg, W. K., 2004. Logic Model Development Guide. Michigan: W. K. Kellogg
Foundation.
Kemenkes, 2014. Infodatin: Pusat Informasi dan Data Kementerian Kesehatan RI -
Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia, s.l.: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes, 2014. Infodatin: Pusat Informasi dan Data Kementerian Kesehatan RI -
Situasi dan Analisis Penyalahgunaan Narkoba, s.l.: Kementerian Kesehatan
RI.
Kemenkes, 2014. Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes, 2015. Infodatin: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI -
Kesehatan Reproduksi Remaja, s.l.: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes, 2015. Pedoman Manajemen Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Jakarta:
Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes, 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019,
s.l.: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes, 2016. Infodatin: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI -
Situasi Penyakit HIV AIDS di Indonesia, s.l.: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes, 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [Online]
Available at: http://www.depkes.go.id/article/print/16060300002/htts-2016-
suarakan-kebenaran-jangan-bunuh-dirimu-dengan-candu-rokok.html
[Diakses 02 March 2017].
Kemenkes, 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015, s.l.: Kementerian Kesehatan.
148

Kemenkes, 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Lisa, R., Maschandra & Iskandar, R., 2010. Analisis Data Kualitatif Model Miles dan
Huberman (Sebuah Rangkuman dari Buku Analisis Data Qualitatif, Mathew
B. Miles dan A. Michael Huberman), Padang: Universitas Negeri Padang.
Marimin, 2004. Teknik Dan Aplikasi Pengambilan Keputusan. s.l.:Grasindo.
Mildiana, Y. E., 2017. Evaluasi Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) di Puskesmas Wilayah Kabupaten Jombang, Semarang:
Universitas Diponegoro.
Muninjaya, A. G., 2004. Manajemen Kesehatan. 2 penyunt. Jakarta: EGC.
NAC, 2014. Global AIDS Response Progress Reporting: Indonesia Country Progress
Report 2014 Reporting Periode 2012-2013, s.l.: Indonesian National AIDS
Commision.
Notoatmodjo, S., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Pawito, 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi
Aksara.
PMK No. 49 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten/Kota
PP No. 46 Tahun 2016 tentang Sistem Informasi Kesehatan
P. M., Tanjung, I. H. & Prabowo , H., 2006. Sistem Informasi Manajemen Sumber
Daya Manusia. Bogor: Grasindo.
Raco, D. J., 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.
Rohmah, I. N. & Tauran, 2016. Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) di Puskesmas Alun Alun Kabupaten Gresik, s.l.: s.n.
Sardjo, S., Darmajanti, L. & Boediono, K. C., 2016. Implementasi Model Evaluasi
Formatif Program Pembangunan Sosial (EFPPS): Partisipasi Multipihak
dalam Evaluasi Program. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Silvia, D. R., 2016. Evaluasi Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) di Puskesmas Andalas dan SMA N 10 Kota Padang Tahun
2015, Padang: Universitas Andalas.
Siyoto, S. & Supriyanto, S., 2015. Kebijakan & Manajemen Kesehatan. I penyunt.
Yogyakarta: ANDI.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
UN, 2015. Population Facts. May.
149

WHO, 2016. World Health Statistics 2016: Monitoring Health for the SDGs, s.l.:
World Health Organization.
Winarno, B., 2016. Kebijakan Publik Era Globalisasi. Yogyakarta: CAPS (Center of
Academic Publishing Service).
LAMPIRAN

150
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DINAS KESEHATAN
Jl. Raya Rawabuntu Rt.02l01, Kelurahan ciater, Kecamatan serpong
Telepon : (021) 29307897 Fax: (021) 29307989

Tangerang Selatan, 7 Juni 2017


Nomor : 07010.72 /SDMK Kepada
Sifat : Biasa Yth, Dekan FKIK,
Hal : Pembeian lzin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
di -
TEMPAT

Menindaklanjuti surat dari Dekan Fakultas Kedokteran dan llmu


Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nomor :

Un.01/F.10/KM.01.31231912017, tanggal 31 Mei 2017 tentang permohonan


lzin Penelitian dan Pengambilan Data atas nama :
Nama : Sofiyulloh
NIM :1113101000048
HP : 0821 122442368 / 08561 930761
Data/Judul : Gambaran lmplementasi Program Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2017

Pada dasarnya kami Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tidak


keberatan untuk memberikan izin, adapun dalam pelaksanaan agar
berkoordinasi dengan Kepala Bidang/Seksi terkait yang akan dikunjungi dan
membeikan laporan atau hasil kegiatan tersebut ke pada Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan.
Demikian atas perhatian dan kerjasama saudara, kami mengucapkan
terima kasih.

PIt. KE DINAS KESEHATAN


KOTA NG SELATAN,

N1P.1960010219800
Tembusan :
1. Yth, Walikota Tangerang Selatan;
2. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga
3. Yang Bersangkutan.
PEM ERI NTAH KABU PATEN TANGERANG

DINAS KESEHATAN
KOMPLEK PERKANTORAN TIGARAKSA
JL. H. ABDUL HAMTD TTGARAKSA TANGERANG TELe. (021) 5990s3s, FAX. lozi; soooss+

Tangerang, Juli 2017


4
Nomor :423.61 41ot
., rl - Dinkes Kepada Yth :

Lampiran Dekan Fak. Kedokteran dan


Perihal ; {zin Penelitian Ilmu Kesehatan
UIN Jakarta
di
Tempat

l4snindakl anjuti surat Saudara nomor Un.0 1 lF 1 0 |TL.OO 123 19 120 17 tanggal
31 Mei 2Ol7 perihal izin penelitian , Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang dengan ini memberikan izin kepada nama dibawah ini:
Nama : Sofiyullah
NPM : 1113101000048

Judul : Gambaran Implementasi Prograrn Pelayanan Kesehatan


Peduli Remaja (PKPR) di Dinas Kesehatan Kab. Tangerang
Tahun 2017

untuk melakukan sebagaimana tersebut dalam perihal di Dinas Kesehatan pada


Bidang Kesehatan Masyarakat . Adapun hasilnya dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang melalui Bidang Sumber Daya Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat (SDKPM).
Demikian, agar digunakan sebagaimana mestinya .

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN TANGERANG

dT.HJ. DESIRIANA DINARDIANTI. MARS


Pembina Utama Muda
NIP. 19621201 199001 200 1

Tembusan:

Ka.Bidang Kesmas
PEDOMAN WAWANCARA
Assalamu’allaiku.Wr.Wb.
Saya, Sofiyulloh , Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan

Manajemen Pelayanan Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran

Perbedaan Implementasi Program Pelayanan Keehatan Peduli Remaja (PKPR) antara

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan Tahun 2017”.

Kerahasiaan dan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian. Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk

menjawab pertanyaan wawancara dengan objektif sesuai fakta yang ada, peneliti juga

memohon untuk diperkenenkan merekam pembicaraan selama proses wawancara berlangsung.

Bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i akan sangat membantu dan besar manfaatnya dalam

penelitian ini. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i dalam menjawab pertanyaan wawancara,

saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
INFORM CONCENT

No :
Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Umur :
Jabatan/Pekerjaan :

Hari/Tanggal Wawancaran :

Dengan ini saya bersedia menjadi informan dalam penelitian mengenai Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran
Perbedaan Implementasi Program Pelayanan Keehatan Peduli Remaja (PKPR) antara
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan Tahun 2017”.

Tangerang/Tangerang Selatan, 2017

(...........................................)
PEDOMAN WAWANCARA

Tata Cara Wawancara:


1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan kesediaan menjadi informan (inform consent)
4. Menanyakan nama dan jabatan informan
5. Meminta izin untuk merekan pembicaraan selama wawancara berlangsung
6. Memberikan pertanyaan pembuka (seperti: bagaimana kabar?)
7. Memberikan pertanyaan isi
8. Menutup sesi wawancara
9. Mengucapkan terima kasih
10. Selesai
Pertanyaan untuk Subdit Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja Dir.Kesga-Kemenkes RI
1. SDM Kesehatan seperti apa yang seharusnya menjadi PJ/Pemegang program PKPR,
baik di Dinas Kesehatan Kab/Kota maupun di Puskesmas? (Probling: Kompetensi,
Pengetahuan, Pengalaman, Tugas lain, dan Peran Kemenkes dalam pemenuhan hal
tersebut)
2. Fasilitas kesehatan seperti apa yang seharusnya ada dalam penyelenggaraan program
PKPR, baik untuk Dinas Kesehatan Kab/Kota maupun Puskesmas? (Probling: Paket
Pelayanan, Sarana Prasarana, dan Prosedur, Tata Laksana, serta Alur Pelayanan.
Peran Kemenkes dalam pemenuhan hal tersebut)
3. Apa yang seharusnya remaja peroleh ketika memanfaatkan pelayanan PKPR?
4. Apa peran remaja yang seharusnya dalam penyelenggaraan PKPR?
5. Jejaring yang seperti apa yang seharusnya terlibat dalam penyelenggaraan PKPR, baik
jejaring untuk Dinas Kesehatan Kab/Kota mapun untuk Puskesmas? (Probling: Peran
Kemenkes dalam pemenuhan hal tersebut)
6. Manajemen Kesehatan yang seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas dalam menyelenggarakan PKPK di wilayah
kerjanya? (Probling: Advokasi, Ketersediaan Standar, Pedoman, dan Rencana Aksi,
Sistem Pencatatan dan Pelaporan, Metode dan Instrumen Evaluasi diri, dan Sistem
Rujukan. Peran Kemenkes dalam pemenuhan hal tersebut).
7. Bagaimana secara nasional hasil nilai pemenuhan SN-PKPR Indonesia?
Pertanyaan untuk Penanggung Jawab Program PKPR di Dinas Kesehatan
1. Bagaimana SDM yang ada di Dinas Kesehatan Kab/Kota? (Jumlah, jobdesc lain)
2. Bagaimana SDM di masing-masing Puskesmas? (Berapa jumlah petugas pelaksana?
Apakah hanya menjadi petugas pelaksana PKPR atau yang lain juga?)
3. Apakah Dinas Kesehatan menyeleggarakan pelatihan untuk SDM terkait program
PKPR? (Pelatihan apa saja yang diberikan? Apakah termasuk bimbingan dan
pendampingan? Kapan dilakukan pelatihan? Adakah pelatihan rutin (bulanan atau
tahunan)?)
4. Apa saja fasilitas yang dibutuhkan dalam mejalankan program PKPR?
5. Sudahkah Puskesmas menyediakan fasilitas tersebut? (Probling: Kalau belum,
mengapa?Puskesmas mana yang sudah dan belum?)
6. Sudahkah Puskesmas memiliki prosedur, tata laksana, dan alur pelayanan PKPR?
(Probling: Kalau belum, mengapa?Puskesmas mana yang sudah dan belum?)
7. Bagaimana Dinas Kesehatan membantu Puskesmas dalam memenuhi fasilitas
kesehatan untuk program PKPR? (Probling: Apakah termasuk dalam membimbing
pembuatan prosedur, tata laksana, dan alur pelayanan? Apakah termasuk dalam
mendistribusikan dan mensosialisasikan pedoman pelayanan komperhensif?)
8. Berapa target Dinas Kesehatan terkait remaja yang memanfaatkan pelayanan PKPR di
seluruh puskesmas? (Probling: Dasar penetapan? Apakah sudah terealisasi? Jika
belum, mengapa?)
9. Apakah masing-masing Puskesmas sudah memberikan pelayanan KIE kepada remaja?
(Probling: Jika belum, megapa? Puskesmas mana saja yang sudah dan belum?)
10. Bagaimana Dinas Kesehatan membantu Puskesmas dalam pelayanan KIE kepada
remaja? (Probling: Apakah membantu menyediakan pedoman? Apakah membantu
menyediakan kebutuhan lainnya, apa itu? Apakah membantu sosialisasi? Apakah
membatu menyediakan alat bantu audio-visual?)
11. Apakah masing-masing Puskesmas sudah terdapat konselor sebaya? (Probling: Jika
belum, megapa? Puskesmas mana saja yang sudah dan belum)
12. Bagaimana Dinas Kesehatan membantu Puskesmas dalam membentuk konselor
sebaya? (Probling: Apakah membantu memberikan pelatihan? Apakah membantu
menyediakan pedoman? Apakah membantu menyediakan juknis konselor sebaya?)
13. Sudah adakah jejaring yang tergabung di masing-masing Puskesmas terkait PKPR?
(Probling: Jika tidak/belum, mengapa? Puskesmas mana saja? Jejaring yang seperti
apa? LSM? Stakeholder? Lintas sektor?)
14. Bagaimana Dinas Kesehatan membantu membangun jejaring terkait Program PKPR?
(Probling: Apakah melakukan orientasi ke stakeholder, LSM, dan tomas? Apakah
memfasilitasi puskesmas dalam membangun jejaring? Apakah memfasilitasi
pembentukan sekretariat forum pembinaan kesehatan remaja?)
15. Bagaimana Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam menyediakan mekanisme
pembinaan jejaring dalam melakukan pembinaan kesehatan remaja? (Probling:
Mekanisme yang seperti apa yang dibutuhkan dan dilakukan?)
16. Apakah masing-masing Puskesmas telah melakukan kegiatan advokasi? (Probling:
dokumen apa yang dibutuhkan? Kepada siapa advokasi dilakukan? Bagaimana hasil
advokasi?)
17. Bagaimana peran Dinas Kesehatan dalam kegiatan advokasi? (Probling: Apakah
sebagai fasilitator? Apakah membantu penyediaan dokumen?)
18. Apakah masing-masing Puskesmas telah memiliki dan membuat standar, pedoman, dan
rencana aksi untuk penyelenggaraan PKPR? (Probling: Jikat tidak/belum, mengapa?
Puskesmas mana saja?)
19. Bagaimana peran Dinas Kesehatan dalam hal Puskesmas memiliki dan membuat
standar, pedoman, dan matrik rencana aksi PKPR?
20. Apakah masing-masing Puskesmas sudah memiliki sistem pencatatan dan pelaporan
Program PKPR? (Probling: Jikat tidak/belum, mengapa? Puskesmas mana saja?)
21. Bagaimana peran Dinas Kesehatan dalam pembuatan sistem pencatatan dan pelaporan
di puskesmas terkait program PKPR?
22. Apakah masing-masing Puskesmas sudah memiliki metode dan instrumen evaluasi diri,
supervisi, dan pemantauan terkait penyelenggaraan PKPR? (Probling: Jikat
tidak/belum, mengapa? Puskesmas mana saja?)
23. Bagaimana peran Dinas Kesehatan dalam pembuatan metode dan instrumen evaluasi
diri, supervisi, dan pemantauan terkait penyelenggaraan PKPR di Puskesmas?
24. Adakah sistem rujukan untuk pelayanan kesehatan remaja di masing-masing
Puskesmas, baik rujukan medik, rujukan sosial, maupun rujukan hukum? (Probling:
Jikat tidak/belum, mengapa? Puskesmas mana saja?)
25. Bagaimana peran Dinas Kesehatan dalam penyediaan sistem rujukan di Puskesmas
terkait kesehatan remaja?
26. Apakah seluruh puskesmas PKPR si wilayah kerja Dinas Kesehatan sudah
menyelenggarakan secara maksimal program PKPR dan mendapatkan nilai pemenuhan
SN-PKPR sesuai harapan Dinas Kesehatan?
Pertanyaan untuk Penanggung Jawab Program PKPR di Puskemas
1. Apakah ada SK yang menyatakan bahwa Ibu/Bapak adalah Penanggung Jawab
Program PKPR?
2. Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas lain selain PJ PKPR di Puskesmas?
3. Adakah SDM yang khusus menjadi petugas pelaksana untuk program PKPR)?
(Probling: Berapa jumlah petugas pelaksana? Apakah hanya menjadi petugas
pelaksana PKPR atau yang lain juga?)
4. Apakah Dinas Kesehatan menyeleggarakan pelatihan untuk SDM terkait program
PKPR? (Probling: Pelatihan apa saja yang diberikan? Apakah termasuk bimbingan
dan pendampingan? Kapan dilakukan pelatihan? Adakah pelatihan rutin (bulanan
atau tahunan)?)
5. Apa saja fasilitas yang dibutuhkan dalam mejalankan program PKPR?
6. Sudahkah Puskesmas menyediakan fasilitas tersebut? (Probling: Kalau belum,
mengapa?
7. Sudahkah Puskesmas memiliki prosedur, tata laksana, dan alur pelayanan PKPR?
(Probling: Kalau belum, mengapa??)
8. Bagaimana Dinas Kesehatan membantu Puskesmas dalam memenuhi fasilitas
kesehatan untuk program PKPR? (Probling: Apakah termasuk dalam membimbing
pembuatan prosedur, tata laksana, dan alur pelayanan? Apakah termasuk dalam
mendistribusikan dan mensosialisasikan pedoman pelayanan komperhensif?)
9. Apakah Puskesmas sudah memberikan pelayanan KIE kepada remaja? (Probling: Jika
belum, megapa?)
10. Bagaimana Dinas Kesehatan membantu Puskesmas dalam pelayanan KIE kepada
remaja? (Probling: Apakah membantu menyediakan pedoman? Apakah membantu
menyediakan kebutuhan lainnya, apa itu? Apakah membantu sosialisasi? Apakah
membatu menyediakan alat bantu audio-visual?)
11. Apakah di Puskesmas sudah terdapat konselor sebaya? (Probling: Jika belum,
megapa?)
12. Bagaimana Dinas Kesehatan membantu Puskesmas dalam membentuk konselor
sebaya? (Probling: Apakah membantu memberikan pelatihan? Apakah membantu
menyediakan pedoman? Apakah membantu menyediakan juknis konselor sebaya?)
13. Sudah adakah jejaring yang tergabung di Puskesmas terkait PKPR? (Probling: Jika
tidak/belum, mengapa? Puskesmas mana saja? Jejaring yang seperti apa? LSM?
Stakeholder? Lintas sektor?)
14. Bagaimana Dinas Kesehatan membantu membangun jejaring terkait Program PKPR?
(Probling: Apakah melakukan orientasi ke stakeholder, LSM, dan tomas? Apakah
memfasilitasi puskesmas dalam membangun jejaring? Apakah memfasilitasi
pembentukan sekretariat forum pembinaan kesehatan remaja?)
15. Apakah Puskesmas telah melakukan kegiatan advokasi? (Probling: dokumen apa yang
dibutuhkan? Kepada siapa advokasi dilakukan? Bagaimana hasil advokasi?)
16. Bagaimana peran Dinas Kesehatan dalam kegiatan advokasi? (Probling: Apakah
sebagai fasilitator? Apakah membantu penyediaan dokumen?)
17. Apakah Puskesmas telah memiliki dan membuat standar, pedoman, dan rencana aksi
untuk penyelenggaraan PKPR? (Probling: Jikat tidak/belum, mengapa?)
18. Bagaimana peran Dinas Kesehatan dalam hal Puskesmas memiliki dan membuat
standar, pedoman, dan matrik rencana aksi PKPR?
19. Apakah Puskesmas sudah memiliki sistem pencatatan dan pelaporan Program PKPR?
(Probling: Jikat tidak/belum, mengapa?)
20. Bagaimana peran Dinas Kesehatan dalam pembuatan sistem pencatatan dan pelaporan
di puskesmas terkait program PKPR?
21. Apakah Puskesmas sudah memiliki metode dan instrumen evaluasi diri, supervisi, dan
pemantauan terkait penyelenggaraan PKPR? (Probling: Jikat tidak/belum, mengapa?)
22. Bagaimana peran Dinas Kesehatan dalam pembuatan metode dan instrumen evaluasi
diri, supervisi, dan pemantauan terkait penyelenggaraan PKPR di Puskesmas?
23. Adakah sistem rujukan untuk pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas, baik rujukan
medik, rujukan sosial, maupun rujukan hukum? (Probling: Jikat tidak/belum,
mengapa?)
24. Bagaimana peran Dinas Kesehatan dalam penyediaan sistem rujukan di Puskesmas
terkait kesehatan remaja?

Pertanyaan untuk Guru Pendamping/Konselor Sebaya di Sekolah PKPR


1. Bagaimana kondisi Konselor Sebaya yang ada di sekolah? (kegiatan konseling, ruang
konseling)
2. Bagaimana peran Puskesmas dalam mengembangkan Konselor Sebaya? (pelatihan
dan pembinaannya, awal mula terbentuk)
3. Bagaimana peran Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam mengembangkan Konselor
Sebaya? (pelatihan dan pembinaannya, awal mula terbentuk)
LEMBAR OBSERVASI

No. Nama Ketersediaan Keterangan

1. SK Tim PKPR Puskesmas

2. Ruang Pelayanan PKPR

3. Pedoman Paket Pelayanan PKPR

4. Sarana Prasarana Lainnya

5. SOP Pelayanan PKPR

6. Alur Pelayanan PKPR

7. Alat dan Bahan KIE


Matriks Wawancara Kota Tangerang Selatan

No. Varia Sub-


IA IK1 IP1 IP2 IS1 IS2 IS3
bel Variabel
1. INPUT
a. SDM SDM Pelatihan petugas Di Seksi Kesehatan
Dinas kesehatan untuk Keluarga, terdapat dua
Kesehatan PKPR di tingkat orang yang menjadi
Dinas Kesehatan PIC (Person in
Kabupaten/Kota Charge) atau
dan Puskesmas Penanggung Jawab
lebih disebut Program Kesehatan
orientasi PKPR, Remaja, termasuk
karena kegiatan PKPR untuk Dinas
tersebut lebih Kesehatan Kota
ringkas dari Tangerang Selatan.
pelatihan yang Adapun kedua staf
dilakukan tersebut memegang
Kementerian program tersebut sejak
Kesehatan RI tahun 2011 dan 2014.
SDM kepada Dinas Di masing-masing Penanggung Penggung Jawab
Puskesma Kesehatan Puskesmas PKPR Jawab PKPR PKPR adalah
s Provinsi yang ada sudah terdapat Tim yang ada seorang Bidan.
di Indonesia. PKPR di 26 mempunyai latar Sudah terdapat
Puskesmas yang ada belakang SK Tim PKPR
di Dinas Kesehatan pendidikan di Puskesmas.
Kota Tangerang kesehatan. Sudah Selain
Selatan, meskipun ada terdpat SK Tim bertanggung
beberapa yang baru PKPR di jawab pada
diganti, juga Puskesmas. program PKPR,
memegang program Namun, untuk SDM juga
lain yang ada di periode yang sebagai bidan
Puskesmas yang baru, 2017-2018 pelaksana di
sedang dalam Puskesmas.
menjadi tempat masa pergantian
kerjanya. sehingga SK
terbaru belum
ada.
Untuk SDM
periode
2016/2018, juga
merangkap
sebagai PJ
Program
kesehatan lansia
Pelatihan Selama tahun 2015- Sudah pernah Sudah pernah
dan 2017, Dinas mendapatkan mendapatkan
bimbinga Kesehatan Kota pelatihan dari pelatihan dari
n untuk Tangerang Selatan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan
Petugas mengagendakan Kota Tangerang Kota Tangerang
Puskesma pelatihan dan Selatan. Selatan.
s bimbingan/pembinaan Pelatihannya Pelatihannya
terkait PKPR kepada sudah lebih dari sudah lebih dari
Petugas Puskesmas. satu kali. satu kali.
Selain pelatihan Selain pelatihan
juga ada juga ada
pembinaan/bimbi pembinaan/bimb
ngan mengenai ingan mengenai
penyelenggaraan penyelenggaraa
PKPR di n PKPR di
Puskesmas. Puskesmas.
b. Fasilit Puskesma Puskesmas PKPR Terdapat 26
as s PKPR tidak harus Puskesmas PKPR di
memiliki semua wilayah kerja Dinas
pedoman yang Kesehatan Kota
ada ataupun Tangerang pada tahun
pedoman yang 2017 dan akan
dibuat dikembangkan
Kementerian menjadi 29 Puskesmas
Kesehatan, namun karena terdapat 3
yang terpenting Puskesmas baru di
adalah Puskesmas wilayah kerja Dinas
PKPR tersebut Kesehatan Kota
memiliki Tangerang Selatan.
pedoman untuk Dan beberapa
menyelenggaraka Puskesmas sudah
n PKPR di memiliki ruang
wilayah kerjanya. konseling PKPR
tersendiri demi
menjamin
kerahasiaan.
Pedoman Dinas Kesehatan Kota Puskesmas Puskesmas
PKPR Tangerang Selatan medapatkan buku medapatkan
menyalurkan kepada pedoman dari buku pedoman
Puskesmas PKPR Dinas Kesehatan. dari Dinas
yang ada di wilayah Kesehatan.
kerjanya. Adapun
pedoman tersebut
diperoleh dari Dinas
Kesehatan Provinsi
Banten.
Sarana Selain buku pedoman, Puskesmas Puskesmas
Prasarana Dinas Kesehatan Kota mendapatkan alat mendapatkan
lainnya Tangerang Selata juga peraga, celemek, alat peraga,
memberikan papan media penyuluhan celemek, media
data remaja, media KIE. penyuluhan
penyuluhan, dan KIE.
perlatan penunjang
pelayanan PKPR. Juga
memberikan plang
“Sekolah PKPR” di
beberapa sekolah
PKPR di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan.
c. Remaj Target PKPR tidak hanya Terget kunjungan
a Kunjunga dilakukan di adalah 80% per tahun
n Remaja sekolah, namun
Konselor juga dapat Sudah terdapat 92 Sudah terdapat Sudah terdapat Sudah terdapat Konselor Terdapat
Sebaya dilakukan di sekolah (SMP dan sekolah binaan sekolah binaan Konselor Sebaya sekitar 50
panti, lembaga SMA sederajat) yang yang menjadi yang menjadi Sebaya di SMP mendapatkan Konselor
pemasyarakatan menjadi sekolah sekolah PKPR di sekolah PKPR yang pelatihan dari Sebaya di SMP
(lapas), rumah PKPR di wilayah kerja wilayah kerja di wilayah kerja pemilihannya Puskesmas yang yang ditunjuk
singgah, dan Dinas Kesehatan Kota Puskesmas. Dan Puskesmas. Dan ditunjuk oleh dilakukan di oleh PJ PKPR
kelompok remaja Tangerang Selatan dan masing-masing masing-masing Guru Puskesmas. Puskesmas
lainnya. Namun, masing-masing sekolah sudah sekolah sudah Pendamping. Konselor Pondok Ranji,
pihak Kemenkes sekolah tersebut sudah terdapat konselor terdapat Konselor Sebaya yang terdiri
sendiri mengakui mempunyai konselor sebaya. konselor sebaya. Sebaya yang ada diberikan buku dari pengurus
bahwa PKPR di sebaya. Sekolah PKPR Untuk di luar Untuk di luar sudah materi OSIS dan
sekolah sejauh ini tersebut tersebar di 25 sekolah belum sekolah belum mendapatkan kesehatan oleh Ketua Kelas di
yang paling bisa Puskesmas PKPR ada pembinaan ada pembinaan pelatihan dalam Puskesmas yaitu SMP tersebut.
dijalankan. yang ada di Kota untuk konselor untuk konselor bentuk tentang Dari awal
Tangerang Selatan, sebaya. Hanya sebaya. Hanya pengarahan dari kesehatan pada pembentukan
hanya ada satu kegiatan kegiatan Puskesmas, remaja. sudah ada
Puskesmas PKPR penyuluhan. penyuluhan. meskipun hanya pelatihan dan
yang tidak memiliki Dalam pembinaan Dalam baru sekali dan pembinaan dari
sekolah binaan PKPR, dan pelatihan pembinaan dan dilakukan di Puskesmas dan
yaitu Puskesmas konselor sebaya, pelatihan Puskesmas Kp. dari Dinkes
Rengas dikarenakan selain Puskesmas konselor sebaya, Sawah, karena Tangsel,
tidak ada SMP dan yang selain Konselor meskipun
SMA sederajat di melaksanakan, Puskesmas yang Sebaya yang ada belum rutin
wilayah kerja Dinas Kesehatan melaksanakan, di sekolah baru dan maksimal.
Puskesmas Rengas. juga ikut andil Dinas Kesehatan dibentuk. Pun Pelaksanaan
Adapun Dinas dalam juga ikut andil belum konseling di
Kesehatan membantu menyelenggaraka dalam mendapatkan sekolah pun
membina para n pelatihan dan menyelenggarak pelatihan dari belum
Konselor Sebaya, juga pembinaan an pelatihan dan Dinkes Tangsel. maksimal,
kepada guru kepada konselor pembinaan Konseling pun karena para
pendamping PKPR di sebaya yang ada kepada konselor belum maksimal Konselor
sekolah. di wilayah sebaya yang ada dan Sebaya sendiri
kerjanya. dilakukannya di tidak ada
di wilayah ruang kelas pembahasan
kerjanya. karena belum dan pertemuan
ada ruang secara khusus
konseling untuk
khusus, UKS membahas
yang ada di konseling di
sekolah belum sekolahnya,
memadai untuk hanya saat ada
dijadikan ruang orang
konseling juga. Puskesmas
baru
mengumpul.
Meskipun
begitu masih
ada yang
konseling tapi
tidak ada
pencatatan dan
pelaporannya,
seperti masalah
merokok dan
pacaran.
Konseling
dilakukan di
ruang kelas,
meskipun
sebenarnya
sudah ada
ruang
konseling di
UKS.
KIE Dinas Kesehatan Kota Puskesmas uskesmas
Tangerang Selatan melakukan melakukan
membantu penyuluhan penyuluhan
memfasilitasi kepada remaja kepada remaja
Puskesmas PKPR yang ada di yang ada di
dalam memberikan sekolah dan luar sekolah dan luar
KIE kepada remaja. sekolah. sekolah.
Selain itu, Dinas Adapapun di Adapapun di
Kesehatan Kota sekolah adalah sekolah adalah
Tangerang Selatan seluruh sekolah seluruh sekolah
pun mengadakan yang ada di yang ada di
penjaringan secara wilayah kerjanya. wilayah
langsung ke beberapa Sedangkan di luar kerjanya.
sekolah PKPR di sekolah adalah Sedangkan di
wilayah kerjanya, remaja luar sekolah
meskipun kegiatan desa/kelurahan adalah remaja
penjaringan tersebut seperti desa/kelurahan
merupakan kegiatan Karangtaruna. seperti
rutin Puskesmas Selain Karangtaruna.
PKPR setiap penyuluhan, Selain
tahunnya. Puskesmas juga penyuluhan,
melakukan Puskesmas juga
penjaringan di melakukan
sekolah-sekolah penjaringan di
yang rutin sekolah-sekolah
dilakukan setiap yang rutin
tahun. dilakukan setiap
tahun
d. Jejari Jejaring Kerjasama dalam Di tahun 2017, Dinas
ng Dinas menyelenggaraka Kesehatan Kota
Kesehatan n PKPR dapat Tangerang Selatan
dijalin dengan tidak menjalin
Dinas Sosial, hubungan kerjasama
Kemenhan dengan LSM/NGO,
Kanwil namun menjalin
Kemenhumham, kerjasama dengan
Dinas Pendidikan, Dinas Pendidikan
ataupun Kota Tangerang
kelompok remaja Selatan dalam
seperi Saka menjalankan sekolah
PKPR yang ada di
Bhakti Husada Kota Tagerang
(Pramuka). Selatan.
Jejaring Puskesmas PKPR Puskesmas tidak Puskesmas tidak
Puskesma bekerjasama dengan bekerjasama bekerjasama
s pihak sekolah dalam dengan LSM. dengan LSM.
menjalankan Adapun Adapun
pelayanan PKPR. kerjasama dengan kerjasama
Selain itu, beberpa pihak sekolah dengan pihak
bekerjasama dengan untuk sekolah untuk
pihak Kecamatan dan menjalankan menjalankan
Kelurahan dalam Sekolah PKPR. Sekolah PKPR.
kegiatan Kesehatan Dalam Dalam
Remaja. pembentukan pembentukan
Sekolah PKPR, Sekolah PKPR,
Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan
membantu dalam membantu
mengadvokasi dalam
kepada pihak mengadvokasi
sekolah. Selain kepada pihak
itu, pihak sekolah. Selain
kelurahan dan itu, pihak
kecamatan kelurahan dan
mendukung kecamatan
kegiatan mendukung
penyuluhan kegiatan
kesehatan remaja penyuluhan
yang ada di kesehatan
wilayah kerja remaja yang ada
Puskesmas, di wilayah kerja
meskipun belum Puskesmas,
sampai tahap meskipun belum
pembinaan. sampai tahap
pembinaan.
e. Manaj Kebijakan Puskesmas PKPR Dinas Kesehatan Sudah terdapat Sudah memiliki
emen Pelayanan tidak harus Kabupaten Tangerang alur pelayanan. alur pelayanan.
memiliki semua memberikan contoh
prosedur yang alur dan prosedur dari
sama dengan yang Kementerian
dicontohkan oleh Kesehatan RI,
Kementerian kemudian selanjutnya
Kesehatan, begitu kembali ke kebijakan
pula dengan alur Kepala Puskesmas.
Monitorin pelayanan. Alur Monitoring dan Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan
g dan pelayanan di evaluasi yang Kota Tangerang Kota Tangerang
Evaluasi dalam gedung dilakukan Dinas Selatan Selatan
(Klinik PKPR) Kesehatan Kota berkunjung ke berkunjung ke
terdapat dua Tangerang Selatan Puskesmas dan Puskesmas dan
macam yaitu, satu berupa langsung dan mengundang mengundang
pintu dan dua tidak langsung. Puskesmas dalam Puskesmas
pintu. Adapun langsung evaluasi PKPR. dalam evaluasi
Kementerian yaitu langsung Dinas Kesehatan PKPR. Dinas
Kesehatan mendatangi Kota Tangerang Kesehatan Kota
mengembalikan Puskesmas PKPR, Selatan juga Tangerang
ke kebijakan sedangkan tidak memantau dari Selatan juga
masing-masing langsung berarti pihak SN PKPR dan memantau dari
Puskesmas terkait Penanggung Jawab laporan bulanan. SN PKPR dan
prosedur dan alur Program PKPR Dinas laporan bulanan.
pelayanan di Kesehatan Kota
tempatnya. Tangerang Selatan
mengundang dan
mengumpulkan
seluruh petugas PKPR
dan Kepala Puskesmas
PKPR yang ada di
wilayah kerjanya pada
satu momen tertentu
guna membahas
Program PKPR.
Pencatata Dinas Kesehatan Kota Pencatatan dan Pencatatan dan
n dan Tangerang Selatan pelaporan oleh pelaporan oleh
Pelaporan meberikan format Puskesmas Puskesmas
pencatatan dan dilakukan sesuai dilakukan sesuai
pelaporan kepada dengan format dengan format
Puskesmas PKPR yang diberikan yang diberikan
untuk kemudian oleh Dinas oleh Dinas
dicatat dan dilaporkan Kesehatan. Kesehatan.
kepada Dinas Pelaporan oleh Pelaporan oleh
Kesehatan Kota Puskesmas Puskesmas
Tangerang Selatan di dilakukan rutin dilakukan rutin
setiap bulannya. setiap bulan. setiap bulan.
Sistem Rujukan yang ada Rujukan dari Rujukan yang
Rujukan adalah rujukan di sekolah ke ada di
antar-poli di Puskesmas. Puskesmas
Puskesmas PKPR itu merupakan
sediri dan rujukan dari lintas antar-poli
sekolah PKPR ke yang ada di
Puskesmas PKPR. Puskesmas
tersebut. Dan
dari sekolah ke
Puskesmas
Kompetisi Konselor
Sebaya Tingkat Kota
Tangerang Selatan
Pemantauan
Pencapaian Standar
Nasional PKPR (SN
PKPR)
Peningkatan
2. Proses Kemampuan Teknik
Konseling bagi
Koselor Sebaya PKPR
di Sekolah
Peningkatan Kapasitas
Lintas Program dalam
Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja
(PKPR)
Orientasi PKPR Guru
Sekolah
Terdapat 10
Puskesmas PKPR
3. Output
yang dipantau dan
dinilai
Matriks Wawancara Kabupaten Tangerang

No. Varia Sub-


IA IK2 IP3 IP4 IS4 IS5
bel Variabel
1. INPUT
a. SDM SDM Pelatihan petugas Hanya terdapat satu
Dinas kesehatan untuk Penanggung Jawab
Kesehatan PKPR di tingkat Program Kesehatan
Dinas Kesehatan Remaja, termasuk PKPR
Kabupaten/Kota di Dinas Kesehatan
dan Puskesmas Kabupaten Tangerang.
lebih disebut Adapun memegang
orientasi PKPR, program tersebut dari
karena kegiatan awal tahun 2017,
tersebut lebih meskipun sebelumnya
ringkas dari pernah memegang
pelatihan yang program yang sama di
dilakukan tahun 2015, namun
Kementerian kemudian digantikan oleh
Kesehatan RI yang lain. Selain
kepada Dinas bertanggung jawab terkait
Kesehatan Program Kesehatan
Provinsi yang ada Remaja, staf tersebut juga
di Indonesia. bertanggung jawab
terhadap Program
Kesehatan Lanjut Usia
(Lansia)
SDM Di masing-masing Penggung Jawab Penggung Jawab
Puskesmas Puskesmas PKPR sudah PKPR adalah seorang PKPR adalah
terdapat Tim PKPR, yaitu Bidan. seorang Bidan.
terdapat lima Puskesmas Sudah terdapat SK Sudah terdapat SK
yang sudah PKPR, Tim PKPR di Tim PKPR di
meskipun dari awal Puskesmas. Selain Puskesmas.
sampai sekarang terdapat menjadi Penanggung Penanggung Jawab
beberapa pemegang Jawab PKPR, PJ PKPR juga sebagai
program yang diganti PKPR juga memegang Penanggung Jawab
ataupun sedang cuti, juga Program Keluarga Program Kesehatan
menjadi pemegang Berencana (KB) di Lanjut Usia (Lansia),
program lainnya yang ada Puskesmas. serta tim dari
di Puskesmas tempat Program VCT di
kerjanya. Puskesmas.
Pelatihan Tidak ada rencana Pelatihan PKPR untuk Pelatihan PKPR
dan pelatihan yang dilakukan petugas sudah lama dilakukan 3 tahun
bimbingan oleh Dinas Kesehatan dilakukan. Untuk yang lalu dari 2017.
untuk Kabupaten Tangerang di tahun 2017 tidak ada, Adapun workshop
Petugas tahun 2017. Pelatihan hanya pembinaan yang dilakukan 6 bulan
Puskesmas PKPR terakhir dilakukan dilakukan oleh Dinas sekali pada tahun-
tahun 2014. Adapun Kesehatan setiap tahun sebelumnya
pembinaan dilakukan tahunnya. dan juga pembinaan
secara mouth to mouth yang dilakukan
oleh PJ Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang kepada Puskesmas
kepada Petugas saat mereka
Puskesmas, baik Tim berkunjung ke
PKPR maupun petugas Puskesmas.
lainnya yang berkaitan
dengan PKPR, di saat
melakukan kunjungan
pembinaan dan
monitoring evaluation
(monev).
b. Fasilit Puskesmas Puskesmas PKPR Terdapat lima Puskesmas
as PKPR tidak harus PKPR di wilayah kerja
memiliki semua Dinas Kesehatan
pedoman yang Kabupaten Tangerang,
ada ataupun dan pada pertengahan
pedoman yang tahun 2017 akan
dibuat dikembangkan ke tiga
Kementerian Puskesmas lainnya di
Kesehatan, namun wilayah kerja Dinas
yang terpenting Kesehatan Kabupaten
adalah Puskesmas Tangerang. Dan beberapa
PKPR tersebut Puskesmas sudah
memiliki memiliki ruang konseling
pedoman untuk tersendiri demi menjamin
menyelenggaraka kerahasiaan.
Pedoman n PKPR di Dinas Kesehatan Puskesmas Puskesmas
PKPR wilayah kerjanya. Kabupaten Tangerang medapatkan buku mendapatkan buku
menyalurkan pedoman pedoman dari Dinas pedoman dari Dinas
yang ada ke Puskesmas Kesehatan. Kesehatan, beberapa
PKPR yang ada di diberikan ke sekolah
wilayah kerjanya. sebagai pegangan
konselor sebaya.
Sarana Selain memberikan buku Puskesmas Puskesmas
Prasarana pedoman, Dinas mendapatkan kit uks mendapatkan alat
lainnya Kesehatan Kabupaten dari Dinas Kesehatan, peraga, celemek,
Tangerang juga papan data, plang media penyuluhan
memberikan plang “Puskesmas PKPR” KIE.
“Puskesmas PKPR” dan dan “Sekolah PKPR”, Adapun ruangan
“Sekolah PKPR” di juga media konseling gabung
beberapa Puskesmas di penyuluhan KIE dan dengan ruangan
wilayah kerjanya. Juga patung alat peraga. lansia.
memberikan papan data, Selain itu Puskesmas
media penyuluhan, alat mendapatkan media
peraga (manekin) sistem KIE dari pihak lain
reproduksi manusia, dan yang menjadi
P3K Kit,. mitranya.
Ruangan konseling
remaja gabung dengan
poli yang lain, yaitu
gizi dan lansia, namun
penggunaan ruangan
tersebut dibagi-bagi
sesuai hari
operasionalnya.
c. Remaj Target PKPR tidak hanya Terget remaja yang
a Kunjungan dilakukan di memanfaatkan pelayanan
Remaja sekolah, namun PKPR adalah 10%
Konselor juga dapat Dinas Kesehatan Sudah terdapat satu Terdapat satu SMP Konselor Sebaya Konselor Sebaya
Sebaya dilakukan di Kabupaten Tangerang SMP dan satu SMA dan satu SMA yang sudah terbentuk sudah terbentuk
panti, lembaga mewajibkan masing- Pesantren yang menjadi sekolah dan sudah dan sudah
pemasyarakatan masing Puskesmas PKPR menjadi sekolah binaan PKPR di mendapatkan mendapatkan
(lapas), rumah yang ada di wilayah binaan PKPR. Di Puskesmas. Di dua pelatihan dan pelatihan dan
singgah, dan kerjanya memiliki kedua sekolah tersebut sekolah tersebut pembinaan dari pembinaan dari
kelompok remaja minimal 2 sekolah (SMP sudah terdapat Kader sudah terdapat Puskesmas oleh Puskesmas oleh
lainnya. Namun, dan SMA sederajat) Kesehatan Remaja Konselor Sebaya. Tim PKPR yang Tim PKPR yang
pihak Kemenkes binaan PKPR. Adapun (KKR) dan Konselor Puskesmas belum ada di Puskesmas ada di Puskesmas
sendiri mengakui masing-masing Sebaya. Adapun KKR mengembangkan di PKPR. Konselor PKPR. Pelatihan
bahwa PKPR di Puskesmas PKPR tersebut yang ada di SMA juga luar sekolah karena Sebaya pun dan pembinaan
sekolah sejauh ini sudah memiliki 2 sekolah. menjadi KKR di kesibukan di melakukan dilakukan rutin
yang paling bisa Dan dari setiap sekolah Pesantrennya, karena Puskesmas. Dalam penyuluhan oleh Puskesmas
dijalankan. sudah memiliki konselor beberapa dari siswa membentuk Konselor kesehatan di dan juga terkadang
sebaya. Adapun Dinas SMA tinggal di Sebaya, Puskesmas sekolah setiap didampingi oleh
Kesehatan ikut melakukan Pesantren yang membantu melatih hari Senin dan orang Dinkes Kab.
Pembinaan kepada tersedia. dan membina Jumat, dan sudah Tangerang dalam
Sekolah PKPR, dan pada Puskesmas membantu mereka, dan terdapat ruangan memberikan
tahun 2017 dilakukan satu membina dan pembinaan dilakukan konseling di pembinaan
kali. regenerasi di kedua satu bulan sekali. sekolah tersebut. terhadap Konselor
sekolah tersebut, Dalam proses Sebaya. Konselor
adapun Dinas recruitment pun Sebaya pun aktif
Kesehatan pun Puskesmas ikut seperti ikut andil
melakukan pembinaan membantu. dalam membantu
kepada Konselor Puskesmas
Sebaya yang ada di melakukan
sekolah. Dan belum penjaringan di
ada Konselor Sebaya sekolahnya. Dan
di luar sekolah karena Konselor Sebaya
masih kurangnya telah menjadi
dukungan dari aparat ekstrakulikuler di
lain. sekolah tersebut
dan menempati
ruangan bersama
ruang UKS.
KIE Dinas Kesehatan Puskesmas melakukan Penyuluhan
Kabupaten Tangerang penyuluhan kepada dilakukan oleh
membantu memfasilitasi remaja yang ada di Puskesmas ke semua
Puskesmas PKPR dalam sekolah dan luar sekolah yang ada di
memberikan KIE kepada sekolah. Adapapun di wilayah kerjanya,
remaja. Kegiatan KIE sekolah adalah seluruh bukan hanya Sekolah
sepenuhnya diserahkan sekolah yang ada di PKPR. Selain itu,
kepada Puskesmas, wilayah kerjanya. pada tahun
termasuk penjaringan. Sedangkan di luar sebelumnya
Dinas Kesehatan sekolah adalah Pondok Puskesmas juga
Kabupaten Tangerang Pesantren dan remaja melakukan
akan membantu ketika desa/kelurahan seperti penyuluhan ke
mereka diudang dalam Karangtaruna. Selain Pondok Pesantren
kegiatan KIE kepada penyuluhan, dan remaja di
remaja. Puskesmas juga kelurahan-kelurahan,
Pada tahun 2017, Dinas melakukan meskipun mereka
Kesehatan Kabupaten penjaringan di belum dibina untuk
Tangerang merencanakan sekolah-sekolah yang jadi Konselor
Roadshow Kesehatan rutin dilakukan setiap Sebaya.
Reproduksi Remaja di tahun di masa
sekolah-sekolah. penerimaan siswa
baru.
d. Jejari Jejaring Kerjasama dalam Pada tahun 2017, Dinas
ng Dinas menyelenggaraka Kesehatan Kabupaten
Kesehatan n PKPR dapat Tangerang sedang tidak
dijalin dengan menjalin hubungan
Dinas Sosial, kerjasama dengan
Kemenhan LSM/NGO, namun
Kanwil menjalin kerjasama
Kemenhumham, dengan Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan, Kota Tangerang Selatan
ataupun dalam menjalankan
kelompok remaja sekolah PKPR di
seperi Saka Kabupaten Tangerang.
Jejaring Bhakti Husada Puskesmas PKPR Puskesmas tidak Puskesmas tidak
Puskesmas (Pramuka). bekerjasama dengan pihak bekerjasama dengan bekerjasama dengan
sekolah dalam LSM, namun bermitra LSM. Adapun
menjalankan pelayanan dengan BPPKB kerjasama dengan
PKPR. Juga beberapa Kabupaten Tangerang pihak sekolah untuk
dengan pihak Kecamatan dalam menjalankan menjalankan Sekolah
dan Kelurahan. Kegiatan Kesehatan PKPR. Dalam
Terdapat salah satu Remaja, meskipun pembentukan
Puskesmas PKPR yang pihak Dinas Kesehatan Sekolah PKPR,
menjalin hubungan belum tahu mengenai Dinas Kesehatan
dengan BPPKB legalitasnya. Selain membantu dalam
Kabupaten, meskipun itu, Puskesmas mengadvokasi
tidak ada dokumen bekerjasama dengan kepada pihak
tertulis. pihak sekolah guna sekolah. Selain itu,
menjalankan Program pihak kelurahan dan
PKPR di sekolah kecamatan
binaannya. Sedangkan, mendukung kegiatan
dari pihak desa dan penyuluhan
kelurahan tidak ada kesehatan remaja
kerjasama karena yang ada di wilayah
dukungan dari mereka kerja Puskesmas,
masih kurang terhadap meskipun belum
kegiatan yang sampai tahap
dilakukan oleh pembinaan.
Puskesmas.
e. Manaj Kebijakan Puskesmas PKPR Dinas Kesehatan Belum semua Belum semua
emen Pelayanan tidak harus Kabupaten Tangerang Puskesmas PKPR Puskesmas PKPR
memiliki semua memberikan contoh alur memiliki Standart memiliki Standart
prosedur yang dan prosedur dari Operasional Operasional
sama dengan yang Kementerian Kesehatan Procedure (SOP), Procedure (SOP),
dicontohkan oleh RI, kemudian selanjutnya namun sudah memiliki namun sudah
Kementerian kembali ke kebijakan alur pelayanan. memiliki alur
Kesehatan, begitu Kepala Puskesmas. Adapun pelayanan pelayanan.
pula dengan alur Puskesmas yang konseling remaja di Adapun pelayanan
pelayanan. Alur terakreditasi sudah Puskesmas dibuka konseling remaja di
pelayanan di pada hari Senin dan Puskesmas dibuka
dalam gedung memiliki dokumen yang Kamis, di luar hari dan pada hari Kamis, di
(Klinik PKPR) lebih detail. jam kerja bisa melalui luar hari dan jam
terdapat dua chating ke PJ PKPR kerja bisa melalui
macam yaitu, satu Puskesmas. chating ke PJ PKPR
pintu dan dua Puskesmas.
Monitoring pintu. Penanggung Jawab Puskesmas membuat Puskesmas
dan Kementerian Program PKPR Plan of Action (PoA) melakukan
Evaluasi Kesehatan mendatangi Puskesmas tahunan yang monitoring dan
mengembalikan PKPR di wilayah kemudian evaluasi terhadap
ke kebijakan kerjanya untuk melakukan diaplikasikan menjadi sekolah PKPR.
masing-masing monitoring dan evaluasi PoA bulanan. PoA Adapun Dinas
Puskesmas terkait terkait Program PKPR di bulanan tersebut Kesehatan
prosedur dan alur Puskesmas tersebut. dilakuakn monitoring melakukan
pelayanan di dan evaluasi setiap monitoring dan
tempatnya. bulannya untuk evaluasi kepada
kemudian didapatkan Puskesmas satu kali
rencana tindak lanjut. dalam setahun, yaitu
Selain itu, Puskesmas bersamaan dengan
juga melakukan dilakukannya
monitoring dan Pembinaan
evaluasi terhadap Puskesmas PKPR.
sekolah binaan PKPR.
Adapun Dinas
Kesehatan melakukan
monitoring dan
evaluasi kepada
Puskesmas satu kali
dalam setahun, yaitu
bersamaan dengan
dilakukannya
Pembinaan Puskesmas
PKPR.
Pencatatan Dinas Kesehatan Pencatatan dan Puskesmas
dan Kabupaten Tangerang pelaporan oleh melakukan
Pelaporan memberikan format Puskesmas dilakukan pencatatan dan
pecatatan dan pelaporan sesuai dengan format pelaporan
kepada Puskesmas PKPR yang diberikan oleh berdasarkan format
untuk kemudian mereka Dinas Kesehatan. yang diberikan oleh
catat dan laporkan setiap Pelaporan oleh Dinas Kesehatan dan
bulannya kepada Dinas Puskesmas dilakukan kemudian dilaporkan
Kesehatan Kabupaten rutin setiap bulan. kepada Dinas
Tangerang. Kesehatan setiap
bulan.
Sistem Rujukan yang ada adalah Rujukan yang ada di Rujukan yang ada di
Rujukan rujukan di antar-poli di Puskesmas merupakan Puskesmas hanyalah
Puskesmas PKPR itu lintas antar-poli yang internal di
sediri dan rujukan dari ada di Puskesmas Puskesmas, yaitu
sekolah PKPR ke tersebut. antar-poli yang ada
Puskesmas PKPR. di Puskesmas.
Seperti rujukan ke
laboratorium, gizi,
ataupun BP umum
dan/atau gigi.
Tahu 2017:
Pembentukan Tiga
Puskesmas PKPR
Pembinaan Puskesmas
2. Proses PKPR
Pembinaan Sekolah
PKPR
Roadshow Kesehatan
Reproduksi Remaja
Hanya ada satu
3. Output Puskesmas PKPR yang
dipantau dan dinilai
Lembar Observasi

Ketersediaan
No. Nama Keterangan
Puskesmas 1 Puskesmas 2 Puskesmas 3 Puskesmas 4
Terdapat salah satu
Puskesmas yang SK nya
1. SK Tim PKPR Puskesmas √ √ √ √
belum diperbarui karena
masa transisi
Beberapa Puskesmas ruang
pelayanan tergabung
2. Ruang Pelayanan PKPR √ √ √ √
dengan pelayanan yang
lainnya.
Pedoman disediakan Dinas
Kesehatan Kab/Kota
3. Pedoman Pelayanan PKPR √ √ √ √
turunan dari Kementerian
Kesehatan RI
Berupa papan data, salah
satu Puskesmas memiliki
plang Puskesmas PKPR
dari Dinas Kesehatan
4. Sarana Prasarana Lainnya √ √ √ √
Kab/Kota, dan satu lagi
memiliki plang Klinik
PKPR namun dari anggaran
Puskesmas sendiri
5. SOP Pelayanan PKPR - - - - Belum terdapat SOP
6. Alur Pelayanan PKPR √ √ √ √ Alur tersedia
Berupa leflet, poster, buku
7. Alat dan Bahan KIE √ √ √ √ pegangan, DVD, panthom
anatomi reproduksi

Anda mungkin juga menyukai