SKRIPSI
Oleh:
ADILA RAHANA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2017
SKRIPSI
Oleh:
ADILA RAHANA
101511123077
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2017
PENGESAHAN
Mengesahkan
Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Tim Penguji :
a) Dr. R. Azizah, S.H., M.Kes
b) Muji Sulistyowati, S.KM., M.Kes
c) drg. Chandra K., M.Kes
SKRIPSI
Oleh :
ADILA RAHANA
NIM 101511123077
Menyetujui,
Pembimbing,
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi dengan judul “KAJIAN
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH PADA SLBN PEMBINA
TINGKAT NASIONAL KEC. LAWANG, KAB. MALANG”, sebagai salah satu
persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga.
Pada skripsi ini dijabarkan tentang kajian strategi promosi kesehatan di
sekolah pada SLBN Pembina Tingkat Nasional Kec. Lawang, Kab. Malang.
Melalui penulisan skripsi ini, semoga promosi kesehatan khususnya untuk anak
berkebutuhan khusus semakin diperhatikan agar kelak mereka mampu secara
mandiri untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Muji Sulistyowati, S.KM., M.Kes, selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan pengarahan, koreksi, serta saran hingga
terwujudnya skripsi ini.
Terima kasih dan penghargaan juga disampaikan pula kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Tri Martiana, dr. M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
2. Corie Indria Prasasti, S.KM, M.Kes, selaku Koordinator Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
3. Pulung Siswantara, S.KM, M.Kes, selaku Ketua Departemen Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga
4. Pihak SLBN Pembina Tingkat Nasional Kec. Lawang, Kab. Malang, selaku
pihak yang telah memberikan ijin dan tempat penelitian
5. Orang Tua tercinta yang selalu memanjatkan do’a, memotivasi, memberikan
cinta dan kasih sayang serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan.
6. Orang-orang tercinta yang selalu memberikan dukungan dan taburan do’a,
Rizkiawan, Vina, Octa, Melly, Elly, dan seluruh Keluarga Pok Ame-Ame
tercinta.
7. Teman-teman AJ PKIP 2015 dan satu angkatan AJ 2015
8. Serta seluruh pihak yang turut membantu yang tidak bisa saya sebutkan satu-
satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga proposal skripsi ini berguna baik bagi peneliti sendiri
maupun pihal lain yang memanfaatkan.
ABSTRACT
Special School (SLB) is one of the health school program (UKS) targets.
Based on preliminary study at Departement of Education and Cultural in East Java
Level Provincial, it is found that no data have been reported about Health School
Program in Special School. SLB Pembina Tingkat Nasional is one of the SLB that
has UKS. Preliminary study in SLB area found that SLB Pembina is a winner of
healthy school environment contest in East Java province level. The purpose of this
research was to analyze the implementation of health promotion strategy in school.
This research was conducted in SLB Pembina Tingkat National at Malang
District. It was a qualitative case study with explanatory approach. Informant was
determined by purposive sampling technique. The data were collected through
observation and indepth interview to 18 informants.
The research result showed that for the healthy public policy aspect there was
no written regulation so that it could influence other aspects. Supportive
environment aspect was physically good. However, for nonphysical still affected
with previous aspects. Community action in SLB was realized through
extracurricular activities and other health activities. The personal skills aspect was
realized through the school's learning curriculum. Reorient health services aspect
had prioritized promotive and preventive efforts, without overriding curative and
rehabilitative efforts. Moreover, empowerment strategy was applied through
personal skill aspect. Social support strategy was done with various cross-sectoral.
Advocacy strategy through political lobbying and presentation at cross-sectoral
meetings. Partnership Strategy that existed in SLB majority was worked with
government.
In conclusion, majority of aspects and strategies were good. However, for the
healthy public policy aspect, it is necessary to make a written regulation so that the
implementation of the regulations in SLB can be followed up firmly. It could
consequently impact the improvement of the other aspects in Ottawa Charter.
ABSTRAK
Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan salah satu sasaran UKS. Berdasarkan
studi pendahuluan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur
didapatkan bahwa belum ada data yang dilaporakan mengenai jumlah SLB yang
memiliki UKS di Jawa Timur. SLB Pembina Tingkat Nasional merupakan salah
satu SLB yang memiliki UKS. Studi Pendahuluan di wilayah SLB tersebut
didapatkan bahwa SLB Pembina ini merupakan pemenang lomba lingkungan
sekolah sehat di tingkat provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis penerapan strategi promosi kesehatan di sekolah.
Penelitian ini dilakukan di SLB Pembina Tingkat Nasional Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif case
study dengan pendekatan eksplanatori. Penentuan informan menggunakan teknik
purposive sampling. Pengambilan data dilakukan melalui observasi dan wawancara
kepada 18 informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk aspek healthy public policy
belum adanya peraturan tertulis sehingga mempengaruhi aspek lainnya. Supportive
environment secara fisik sudah baik. Namun, untuk nonfisik masih terpengaruh
dengan aspek sebelumnya. Community action di SLB ini diwujudkan melalui
kegiatan ekstrakurikuler dan gerakan kesehatan lainnya. Aspek personal skill
diwujudkan melalui kurikulum pembelajaran di sekolah. Reorient health services
sudah mengutamakan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan
upaya kuratif dan rehabilitatif. Strategi Pemberdayaan diterapkan melalui aspek
personal skill. Strategi Bina Suasana dilakukan dengan berbagai lintas sektor.
Strategi Advokasi melalui lobi politik dan presentasi pada rapat lintas sektor.
Strategi Kemitraan yang ada di SLB mayoritas dijalin dengan pihak pemerintahan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah penerapan strategi
promosi kesehatan di SLB Pembina ini mayoritas sudah baik. Namun, untuk aspek
healthy public policy perlu dibuat peraturan tertulis agar penerapan peraturan di
SLB tersebut dapat ditindaklanjuti dengan tegas. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatan aspek Ottawa Charter yang lain.
Kata Kunci: strategi promosi kesehatan, ottawa charter, sekolah luar biasa
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 6
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 8
1.3.1 Pembatasan Masalah ........................................................ 8
1.3.2 Perumusan Masalah ......................................................... 9
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 9
1.4.1 Tujuan Umum.................................................................. 9
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................. 9
1.4.3 Manfaat Penelitian ........................................................... 10
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Healthy Public Policy ............................................................... 79
6.2 Supportive Environment ........................................................... 83
6.3 Community Action .................................................................... 84
6.4 Personal Skill ........................................................................... 85
6.5 Reorient Health Services .......................................................... 86
6.6 Strategi Pemberdayaan ............................................................. 88
6.7 Strategi Bina Suasana ............................................................... 89
6.8 Strategi Advokasi ..................................................................... 90
6.9 Strategi Kemitraan .................................................................... 92
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Singkatan
ABK = Anak Berkebutuhan Khusus
AKG = Angka Kecukupan Gizi
BNN = Badan Narkotika Nasional
BPS = Badan Pusat Statistik
Dr = Doktor
drg = Dokter Gigi
ICT = Information Communication and Technology
LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat
MA = Madrasah Aliyah
MI = Madrasah Ibtidaiyah
M.Kes = Magister Kesehatan
MTs = Madrasah Tsanawiyah
MoU = Memorandum of Understanding
NAPZA = Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif
NARKOBA = Narkotika dan Obat Berbahaya
NIM = Nomor Induk Mahasiswa
No. = Nomor
NIP = Nomor Induk Pegawai
NIS = Nomor Induk Sekolah
NPSN = Nomor Pokok Sekolah Nasional
NSPK = Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria
NSS = Nomor Statistik Sekolah
PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PK = Pendidikan Khusus
PKHS = Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat
PLK = Pendidikan Layanan Khusus
PMR = Palang Merah Remaja
P3K = Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
POLTEKKES = Politeknik Kesehatan
P3P = Pertolongan Pertama Pada Penyakit
PSN = Pemberantasan Sarang Nyamuk
RA = Raudhatul Atfal
RT = Rukun Tetangga
RW = Rukun Warga
SD = Sekolah Dasar
SDLB = Sekolah Dasar Luar Biasa
S.H = Sarjana Hukum
SKB = Surat Keputusan Bersama
S.KM = Sarjana Kesehatan Masyarakat
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
SLB = Sekolah Luar Biasa
SLBN = Sekolah Luar Biasa Negeri
SMA = Sekolah Menengah Atas
SMALB = Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
SMK = Sekolah Menengah Kejuruan
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMPLB = Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
UKS = Usaha Kesehatan Sekolah
UKGS = Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
WHO = World Health Organization
Daftar Istilah
Dapodik = Data Pokok Pendidikan
DinPendProv = Dinas Pendidikan Provinsi
Dinkes = Dinas Kesehatan
Dirjendikdas = Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
Dirjendikmen = Direktur Jenderal Pendidikan Menengah
HA = Hekto Are
Kab. = Kabupaten
Kec. = Kecamatan
Kemendikbud = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
m2 = Meter persegi
Menkes = Menteri Kesehatan
Pokja = Kelompok Kerja
Prov. = Provinsi
BAB I
PENDAHULUAN
promosi kesehatan. Kedudukan yang strategis ini dapat dilihat dari jumlah anak usia
pertama, atas, maupun kejuruan berjumlah 19.456.573 jiwa (Dapodik, 2017). Selain
itu, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisasi
dengan baik.
kesehatan. Peranan keluarga dari anak sekolah ini dapat dipandang sebagai dua
promosi kesehatan di sekolah dan sebagai pihak yang juga memperoleh manfaat
kesehatan ditujukan dan diarahkan pada anak usia sekolah, setiap anak mampu
2010).
Suasana dan 3)Advokasi serta dijiwai semangat 4)Kemitraan. Piagam Ottawa, 1986
sekolah yaitu melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). UKS ini
didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Sebagai salah satu program
yang berhubungan langsung dengan peserta didik, UKS ini memiliki sasaran primer
yaitu peserta didik dari sekolah itu sendiri. Sekolah yang dimaksud adalah sekolah
Biasa (TKLB), Raudhatul Atfal (RA), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar Luar
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Madrasah Aliyah (MA) termasuk Satuan
Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan salah satu sasaran UKS. Undang-
tetap hidup sehat dan produktif secara sosial, ekonomi, dan bermartabat.
memfasilitasi penyandang cacat untuk tetap hidup mandiri dan produktif secara
khusus di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2003 dan 2007. Menurut
WHO, jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sekitar 7% dari total
jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000 pada tahun 2007. Data Sensus
Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2003 menyebutkan bahwa jumlah penyandang
cacat di Indonesia sebesar 0,7% dari jumlah penduduk sebesar 211.428.572 atau
sebanyak 1.480.000 jiwa. Dari jumlah tersebut 24,45% atau 361.860 diantaranya
adalah anak-anak usia 0-18 tahun dan 21,42% atau 317.016 anak merupakan anak
cacat usia sekolah (5-18 tahun). Sekitar 66.610 anak usia sekolah penyandang cacat
(14,4% dari seluruh anak penyandang cacat) ini terdaftar di Sekolah Luar Biasa
(SLB). Ini berarti masih ada 295.250 anak penyandang cacat (85,6%) ada di
masyarakat di bawah pembinaan dan pengawasan orang tua dan keluarga dan pada
Tabel 1.2 Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia yang bersekolah di SLB
Pada tahun 2009 jumlah anak penyandang cacat yang ada di sekolah
meningkat menjadi 85.645 dengan rincian di SLB sebanyak 70.501 anak dan di
sekolah inklusif sebanyak 15.144 anak. Tahun 2017, jumlah siswa SLB juga
Tabel 1.3 Jumlah SLB dan Siswa SLB di Wilayah Jawa Timur
Menurut data Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, jumlah SLB yang
berada di wilayah Jawa Timur tahun 2011 adalah 637 SLB yang terdiri dari TKLB
hingga SMALB dengan jumlah peserta didik sebanyak 12.385 siswa. Didukung
data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur tahun 2015, anak dengan
kabupaten/kota.
tahun 2016, jumlah sekolah luar biasa negeri maupun swasta di Indonesia adalah
1.962 sekolah yang tersebar di 34 provinsi dengan jumlah siswa 114.085 dan siswa
jumlah SLB terbanyak yaitu 401 sekolah yang terdiri dari 65 SLB negeri dan
sisanya 336 SLB swasta. Namun, berdasarkan lampiran profil kesehatan Indonesia,
2014, disebutkan bahwa hanya satu Puskesmas yang membina kesehatan anak
penyandang cacat melalui program UKS di SLB Jawa Timur. Hal ini berarti bahwa
masih ada 400 SLB di Jawa Timur yang belum dibina oleh puskesmas dalam hal
Menurut Lee, et al. (2007) dari hasil penelitiannya tentang The Status of
sehingga pelayanan kesehatan sekolah sulit diakses oleh siswa maupun staf. Selain
itu, pelatihan staf dalam promosi kesehatan juga masih kurang sehingga
kebijakan kesehatan yang merupakan rencana aksi dari strategi promkes WHO
Data hasil penelitian Analisis Pelaksanaan Program Trias UKS dan PHBS di
tersebut termasuk kategori baik. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, masih terdapat
pelatihan guru dan sekolah, serta keterlibatan instansi terkait. Rahmah (2015)
menyimpulkan bahwa pelaksanaan UKS dan PHBS di SLB C Bantul ini dapat
ini menunjukkan bahwa strategi kemitraan dalam pelaksanaan program UKS ini
UKS dengan Upaya Promosi Kesehatan pada SDN di Sidoarjo menyatakan bahwa
salah satu faktor yang dapat mendorong pelaksanaan UKS dalam upaya promosi
kesehatan yaitu melalui kebijakan/ aturan tentang UKS dari Puskesmas dan Kepala
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga
peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-
melalui sekolah formal dan informal atau melalui lembaga pendidikan lain. Oleh
karena itu, pelayanan kesehatan terhadap anak penyandang cacat yang ada di SLB
harus dilaksanakan sama dan setara seperti yang diberikan pada anak-anak lainnya
Data terbaru tahun 2017 dari Kemendikbud didapatkan bahwa jumlah SLB
di Jawa Timur adalah 437 sekolah. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
pendidikan khusus didapatkan hasil bahwa dari sekian banyak SLB yang ada di
Jawa Timur, belum ada data yang dilaporakan mengenai jumlah SLB yang
berstatus Negeri di wilayah Jawa Timur. SLBN Pembina Tingkat Nasional ini
terletak di Kec. Lawang, Kab. Malang. Sekolah ini adalah satu-satunya sekolah
yang berstatus negeri dari 14 SLB yang ada di wilayah Kabupaten Malang. Studi
Kec.Lawang, Kab.Malang pada bulan Mei 2017 dengan narasumber yang bertindak
hasil bahwa SLBN Pembina Tingkat Nasional ini baru saja mendapatkan
pendidikan khusus tingkat Jawa Timur. Hal ini didukung juga dengan adanya
pemenang lomba lingkungan sekolah sehat tingkat TK/RA, SD, MI, SMP, MTs,
SLB Pembina Tingkat Nasional Kec. Lawang, Kab. Malang ini sebagai Juara 1
tingkat provinsi Jawa Timur tahun 2016. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
sudah adanya partisipasi dan keterlibatan UKS di SLB yang cukup baik. Namun,
survey sebelumnya di beberapa SLB wilayah Kota Surabaya pada bulan Maret,
2017 yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil bahawa masih ada beberapa
SLB yang belum mengoptimalkan fungsi UKS, bahkan masih ada SLB yang belum
memiliki UKS dan menjalankan programnya. Hal ini berarti ada penyimpangan
positif pada SLBN Pembina Tingkat Nasional tersebut karena di beberapa SLB
yang ada di Jawa Timur, partisipasi UKSnya belum optimal. Sedangkan di SLBN
dalam program UKS ini melibatkan peran berbagai sektor. Kerja sama yang baik
antarwarga sekolah dan guru serta staf di lingkungan SLB akan sangat
kemitraan dengan beberapa lintas sektor ini merupakan salah satu strategi dasar
pada promosi kesehatan. Guru UKS SLBN ini juga menyatakan bahwa kerja sama
yang dilakukan untuk mewujudkan prestasi ini memang bukan hanya kerja sama
antar warga sekolah, namun juga kerja sama dengan beberapa pihak seperti
pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi juga merupakan strategi utama yang ada
Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji strategi promosi kesehatan di
sekolah pada SLBN Tingkat Pembina Nasional Kec. Lawang, Kab. Malang.
Penelitian ini berfokus pada satu SLB yaitu SLBN Tingkat Pembina
1. Sekolah
Jawa Timur
2. Dinas Terkait
Jawa Timur.
3. Peneliti
4. Peneliti lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan mereka. Guna mencapai derajat kesehatan yang sempurna secara fisik,
karena itu, promosi kesehatan bukan hannya mengubah perilaku, tetapi juga
promosi kesehatan bukan hanya tanggung jawab dari sektor kesehatan tetapi juga
Guna mewujudkan visi promosi kesehatan, yaitu masyarakat yang mau dan
promosi kesehatan. Secara umum, misi promosi kesehatan tersebut, terwujud dalam
secara efektif dan efisien dapat dilakukan melalui strategi promosi kesehatan utama
12
yang menurut WHO (1994), terdiri dari (1)Pemberdayaan, (2)Social Support atau
1. Pemberdayaan
Strategi social support ini merupakan suatu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui beberapa tokoh masyarakat, baik formal maupun informal. Tujuan
utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat dapat menjembatani
sosial ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana. (Notoatmodjo,
2010). Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial
3. Advokasi
legislatif, di berbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan.
4. Kemitraan
terkait, seperti LSM, kelompok profesi, pemuka agama, dan sebagainya. Adapun
tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan dipraktikkan, terdiri
dari:
a. Kesetaraan
bersama.
b. Keterbukaan
Saran, usulan, ataupun komentar harus disertai itikad yang jujur sesuai fakta dan
c. Saling menguntungkan
didapatkan win-win solution. Ada tujuh landasan yang perlu diperhatikan dan
piagam ini dijelaskan bahwa strategi promosi kesehatan tersebut harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan kearifan lokal masing-masing daerah. Strategi yang juga
menjadi landasan dalam promosi kesehatan ini tidak terlepas dari lima rencana aksi
prioritas yang juga dijelaskan pada piagam Ottawa. Melalui lima rencana aksi
kesehatan yang ditujukan kepada para pembuat atau penentu kebijakan agar
perusahaan, dan rumah sakit. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat
masyarakat).
tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk seperti tersedianya air bersih, tempat
sampah, tempat buang air besar/kecil, dan sebagainya. Dengan perkataan lain,
Menata kembali arah pelayanan kesehatan berarti mengubah pola pikir dan
agar masyarakat tahu, mampu, dan mau membuat keputusan yang efektif dalam
dan sebagainya.
mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan ini maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan untui kesehatan. Oleh
kesehatan atau dengan kata lain masyarakat mau dan mampu memelihara dan
UKS.
1. Pengertian
a. Kesehatan Sekolah
hidup sehat sehingga peserta didik belajar, tumbuh dan berkembang secara
berkualitas.
b. Sekolah
Biasa (TKLB), Raudhatul Atfal (RA), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar
c. Peserta Didik
sesuai poin b
meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang
e. Warga Sekolah
Warga Sekolah ialah setiap orang yang berperan di dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
g. Sekolah Sehat
Sekolah Sehat adalah sekolah yang bersih, indah, nyaman, tertib, aman,
rapih dan kekeluargaan peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa
2. Tujuan
perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan
b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan; dan
lainnya.
3. Sasaran
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup UKS adalah ruang lingkup yang tercermin dalam Tiga
hidup sehat;
bentuk:
a) pelayanan kesehatan;
d) penyuluhan kesehatan;
h) UKGS;
i) Pemeriksaan berkala.
a) Pendidikan kesehatan;
b) Pelayanan kesehatan;
d) Ketenagaan;
e) Sarana prasarana;
g) Manajemen/organisasi;
5. Landasan Hukum
Nasional;
Penyelenggaraan Pendidikan.
Pengembangan UKS.
4415-404 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Tim Pembina UKS
Pusat.
waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan
dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara
yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau
dipopulerkan oleh beberapa aktivis penyandang cacat dengan istilah “difabel” yang
merupakan singkatan dari “different ability people”. Istilah tersebut secara bebas
didasarkan pada realita bahwa setiap manusia diciptakan berbeda. Sehingga yang
penyandang cacat sendiri istilah difabel belum seluruhnya setuju, karena istilah
Namun tanpa mengabaikan mereka yang berpendapat belum setuju atas istilah
Penyandang disabilitas memiliki hak untuk hidup, bebas dari stigma, privasi,
habilitasi dan rehabilitasi, konsesi, pendataan, hidup secara mandiri dan dilibatkan
Sekolah Luar Biasa merupakan sekolah khusus yang diperuntukkan bagi anak
penglihatan)
pendengaran)
mental)
7. SLB-G : Sekolah untuk Tunaganda (Anak yang mengalami lebih dari satu
hambatan).
dengan tujuan agar derajat kecacatan yang menyebabkan gangguan fungsi tidak
mengurangi ketergantungan terhadap orang lain. Selain itu juga meningkatkan daya
1. Pendidikan Kesehatan
a. Melakukan penyuluhan bagi siswa, guru dan orang tua tentang : Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain: pola hidup aktif, cara memilih makanan
anti kekerasan.
b. Melaksanakan pelatihan UKS bagi Tim Pelaksana UKS, guru pembina UKS dan
kader kesehatan.
kompetisi (lomba).
2. Pelayanan Kesehatan
b. Imunisasi.
kerapihan, kekeluargaan).
bersih dan sehat termasuk pengadaan air bersih, jamban dan peturasan.
BAB III
KERANGKA BERPIKIR
kunci dari keempat rencana aksi lainnya. Strategi utama ini dapat dikatakan
berjalan apabila peraturan yang sudah dibentuk dapat dijalankan dengan baik.
29
ini diterapkan dengan baik maka keempat sarana aksi lainnya juga akan
mengikuti dengan baik pula karena masing-masing dari rencana aksi tersebut
juga diatur dalam sebuah peraturan atau kebijakan tertentu, yaitu kebijakan
berwawasana kesehatan.
dapat dikatakan baik apabila setiap kelompok kerja (pokja) di lingkungan SLBN
yang ke-tiga yaitu community action. Rencana aksi ketiga ini dapat dikatakan
mereka.
Rencana aksi keempat ini yaitu Personal skill yang merupakan strategi
Reorient health services merupakan rencana aksi yang kelima. Pada rencana
aksi ini dapat dikatakan baik apabila pola pikir dari warga SLBN Pembina
perencanaan lima rencana aksi tersebut dibutuhkan suatu strategi, yaitu strategi
BAB IV
METODE PENELITIAN
yang digunakan untuk meneliti masalah secara lebih mendalam pada segala
menghasilkan penjelasan atas suatu kejadian yang diminati atau menjadi perhatian
peneliti. Explanatory case study bukan hanya sekedar narasi atau deskripsi, namun
32
penelitian diambil dari kelompok yang sudah ditentukan dengan kriteria yang
Kec. Lawang, Kab. Malang, Jawa Timur pada bulan April-September 2017
No Konsep Pengertian
Healthy Peraturan berwawasan kesehatan dari sekolah yang
1 Public mendukung pelaksanaan program UKS pada SLBN
Policy Pembina Tingkat Nasional
SupportiveFasilitas dari sekolah yang mendukung pelaksanaan
2
environmentprogram UKS pada SLBN Pembina Tingkat Nasional
Reorient Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sekolah
3 health untuk mendukung pelaksanaan program UKS pada
services SLBN Pembina Tingkat Nasional
Keterampilan individu yang diperoleh dari sekolah
Personal
4 untuk mendukung pelaksanaan program UKS pada
skill
SLBN Pembina Tingkat Nasional
Gerakan atau kegiatan kesehatan yang
Community diselenggarakan sekolah untuk mendukung
5
Action pelaksanaan program UKS pada SLBN Pembina
Tingkat Nasional
Strategi pemberdayaan untuk mendukung
Pemberdaya
6 terlaksananya program UKS pada SLBN Pembina
an
Tingkat Nasional.
Lanjutan
Tabel 4.1 Konsep dan Pengertian
No Konsep Pengertian
Strategi bina suasana yang dilakukan untuk
menciptakan suasana kondusif untuk mendukung
7 Bina Suasana
program UKS pada SLBN Pembina Tingkat
Nasional.
Strategi advokasi yang dilakukan untuk mendukung
8 Advokasi program UKS pada SLBN Pembina Tingkat
Nasional.
Strategi kemitraan yang melibatkan berbagai sektor
9 Kemitraan untuk mendukung program UKS pada SLBN
Pembina Tingkat Nasional.
a. Data Primer
Timur.
2. Observasi untuk mendapatkan data lebih rinci mengenai lima rencana aksi
Timur.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber tertulis berupa
sesuatu yang penting dan dapat dipelajari, serta memutuskan sesuatu yang
dicereitakan kepada orang lain. (Bogdan dan Biklen dalam Moleong 2004).
Beberapa langkah yang akan dilakukan pada waktu melakukan analisis data
pada penelitian kualitatif ini menurut (Prasetya Irawan, 2006) adalah sebagai
berikut:
2. Transkrip Data
Data yang diperoleh peneliti yang terdapat dalam catatan peneliti ataupun
adanya (verbatim).
3. Pembuatan Koding
4. Kategorisasi Data
5. Penyimpulan Sementara
data yang telah terkumpul. Apabila peneliti ingin memberi penafsiran dari
6. Triangulasi
Triangulasi adalah proses check dan recheck antara satu sumber data
tiwisada, wali murid, dan warga sekitar sekolah untuk mengecek kembali
7. Penyimpulan Akhir
(saturated)
BAB V
HASIL PENELITIAN
Biasa yang berstatus Negeri di Kabupaten Malang. SLB yang terdiri dari SDLB
hingga SMALB ini dipimpin oleh satu Kepala Sekolah. SLB ini adalah Unit
tanggung jawab Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur. SLBN Pembina ini juga
daerah strategis antara Surabaya – Malang dengan luas 45.300 m². Sekolah ini
www.sentrapklkmalang.sch.id.
38
Lanjutan
S1 S2 S3 JUMLAH
33 10 1 44
Sumber: Profil SLB Pembina Tingkat Nasional Bagian C (Sentra PK dan PLK Malang),
Jawa Timur, Tahun 2016
c. Jumlah siswa
Keterangan:
B : Tuna Rungu
C : Tuna Grahita Ringan/ Mampu Didik
C1 : Tuna Grahita Sedang/ Mampu Latih
Pada tahun 2017, kegiatan belajar mengajar di lingkungan SLBN Pembina ini
satu kegiatan yang ada di SLBN Pembina Tingkat Nasional. Adapun beberapa jenis
1. Kriya Keramik
2. Tata Boga
3. Tata Busana
4. Kriya Kayu
6. Keterampilan Otomotif
7. Seni Musik
8. Keterampilan SABLON
9. Perikanan
10. Pertanian
orang. Informan ini terbagi menjadi dua pihak, yaitu pihak internal dan pihak
Jenis Usia
Informan Inisial Pendidikan Keterangan
Kelamin (tahun)
Kepala
Informan 1 YA Perempuan 57 S2
Sekolah
Informan 2 KL Perempuan 46 S1 Guru UKS
Satpam
Informan 3 SO Laki-laki 47 SMA
Sekolah
Informan 4 MI Laki-laki 21 SMP Kader UKS
Informan 5 IL Perempuan 20 SMA Kader UKS
Informan 6 EM Laki-laki 17 SMA Kader UKS
Informan 7 TN Perempuan 13 SMP Kader UKS
Informan 8 YP Laki-laki 16 SMP Kader UKS
Kader
Informan 9 SC Perempuan 16 SD
Tiwisada
Sumber: Data Primer, 2017
Jenis Usia
Informan Inisial Pendidikan Keterangan
Kelamin (tahun)
Tim Pembina
Informan 10 MJ Laki-laki 29 D3
(Puskesmas)
Tim Pembina
Informan 11 SH Laki-Laki 57 S1
(Sekcam)
Tim Pembina
Informan 12 NY Perempuan 55 SMA
(Pendidikan)
Komite
Informan 13 SA Laki-laki 50 S1
Sekolah
Informan 14 SI Perempuan 37 SMA Wali Murid
Informan 15 HR Perempuan 37 SMA Wali Murid
Informan 16 AR Perempuan 32 SMA Wali Murid
Informan 17 WF Laki-Laki 54 SMP Wali Murid
Informan 18 MH Perempuan 42 SD Warga
Tim Pembina
Informan 10 MJ Laki-laki 29 D3
(Puskesmas)
Sumber: Data Primer, 2017
dari pihak internal sekolah dan pihak eksternal. Pihak internal sekolah meliputi
kepala sekolah, guru UKS, pihak keamanan sekolah, kader UKS, dan kader
tiwisada. Sedangkan pihak eksternal sekolah terdiri dari tim pembina UKS yang
Kecamatan Lawang. Selain itu ada komite sekolah, wali murid dan warga di sekitar
sekolah yang juga merupakan informan dari pihak eksnternal. Tabel 5.5 dan 5.6
menunjukkan bahwa seluruh subjek penelitian berada pada rentang usia 13-57
yang ditujukan kepada para penentu kebijakan agar kebijakan publik yang
Tingkat Nasional ini, aspek Healthy Public Policy diidentifikasi melalui wawancara
kepada informan dengan menanyakan beberapa hal mengenai peraturan tertulis dan
sanksi yang ada di sekolah, penerapan peraturan yang ada di sekolah terkait perilaku
sehat, perilaku jajan, perilaku mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya,
dan larangan merokok. Selain itu, juga terdapat ceklist terkait observasi aspek
sama. Mereka menyatakan bahwa belum ada peraturan secara tertulis mengenai
adanya sanksi bagi siswa yang melanggar juga belum ada. Apabila ada siswa yang
melanggar, teguran secara langsung lah yang diberikan kepada siswa oleh guru
“Selama ini secara tertulis untuk peraturan belum, cuma itu nanti di
waktu pembelajaran untuk guru kelasnya, mungkin di masing-masing
kelas beda untuk mengasih memberi sanksi untuk anak. Nah itu secara
tertulis memang belum ada mbak. Jadi masih lisan mbak.” (KL, 46
tahun)
“Emmmm... ndak, ndak bisa mbak diterapkan peraturan seperti itu kalo
di sini, ya cuma dikasih tau, suruh ambil, buang lagi ke tempatnya, sana
lho tempate.” (SI, 37 tahun)
tertulis mengenai perilaku sehat di sekolah. Penerapan sanksi juga belum bisa
yang selalu dilakukan selama ini. Namun, untuk peraturan lain selain perilaku sehat,
tertib yang ada di sekolah didapatkan jawaban yang relatif sama dari pihak internal
maupun eksternal. Guru dan kader UKS sebagai informan dari pihak internal
menyatakan bahwa terdapat peraturan mengenai cuci tangan sebelum dan sesudah
siswa beraktivitas. Begitu juga wali murid sebagai pihak eksternal juga mengetahui
bahwa anaknya diajari untuk cuci tangan. Berikut cuplikan kuotasi penelitian.
“Kalau yang saya tahu itu pas istirahat, diajari cuci tangan dulu, pas
dia keluar itu cuci tangan dulu, baru makan. Terus ya pokoknya
selesai main harus cuci tangan dulu.” ( HR, 37 tahun)
perilaku jajan. Larangan jajan sembarangan di luar area sekolah diterapkan di SLB
ini karena di sekolah sudah menyediakan kantin. Selain itu, salah satu informan dari
pihak sekolah juga menyatakan bahwa siswa di SLB merupakan siswa yang
memilih kebutuhan khusus sehingga dalam perihal pemilihan jajanan pun juga
harus dijaga. Kantin di SLB Pembina menyediakan makanan sehat. Makanan dan
minuman yang dijual di SLB ini sudah teruji laboratorium. Selain itu, terdapat
informasi nilai gizi yang tertempel di kantin. Namun, penerapan peraturan ini belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan secara disiplin oleh warga sekolah, hal ini diketahui
dari hasil observasi bahwa beberapa siswa masih didapati jajan di luar karena
gerbang sekolah yang harusnya selalu dikunci pada jam istirahat, ternyata masih
sering dibuka. Kepala Sekolah menyatakan bahwa koordinasi antara satpam dan
kepala sekolah sendiri dalam hal tata tertib selama ini masih belum dapat berjalan
“Nah ternyata koordinasi antara PolPP yang jaga pintu sana, dengan
kebijakan saya, itu gak begitu direken ambek PolPP, jadi saya
mengharapkan ketika istirahat, itu digembok, jadi arek-arek nggak
jajan di luar, lha bakul bakso yang dulunya ada di sini mangkalnya
di depan pager, dulu semua yang jualan di sini itu tak priksa mbak
makanannya, jadi kan ada yang mengandung borak, makanya saya
nggak boleh jualan di sini.”(YA, 57 tahun)
Jajanan yang dijual di kantin SLB merupakan hasil dari siswa tata boga. Hasil
observasi di kantin SLB ini diketahui bahwa makanan dan minuman yang
diproduksi oleh tata boga ini sudah ada informasi nilai gizi dan ijin dari Dinas
Kesehatan Provinsi. Makanan dan minuman ini adalah bakso dan sari apel yang
sudah sering dilombakan juga di luar sekolah. Makanan yang dijual di kantin SLB
memang sudah terdapat informasi nilai gizinya, tetapi belum semuanya informasi
nilai gizi ini terdapat di makanan yang dijual. Sebagian dari makanan yang ada di
SLB merupakan titipan dari wali murid yang ikut berjualan di sana. Jajanan yang
dijual adalah jajanan basah. Untuk beberapa kue basah ini, belum memiliki
Berikut tabel yang menjelaskan mengenai informasi nilai gizi dari hasil uji
Jawa Timur mengenai makanan dan minuman yang diproduksi oleh siswa yang
mengambil keterampilan tata boga. Adapun informasi nilai gizi yang tertempel di
kantin sekolah terdiri dari nilai gizi bakso dan sari apel. Selain itu terdapat juga
Tabel 5.7 Nilai Gizi Bakso Apel Per Porsi (4 bakso per porsi)
Keterangan:
Skor 5 : Sangat suka Skor 2 : Tidak suka
Skor 4 : Suka Skor 1 : Sangat tidak suka
Skor 3 : Kurang suka
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa sebagian besar panelis menilai suka
terhadap rasa, tekstur, warna, dan aroma. Hanya sebagian kecil yang menilai kurang
suka terhadap rasa dan warna, serta tidak ada yang menilai tidak suka sari masing-
Sari apel merupakan minuman yang dihasilkan oleh siswa yang mengambil
keterampilan tata boga. Hasil analisa vitamin C yang terkandung di dalam 100 ml
sari apel adalah 77,09 mg. Sedangkan angka kebutuhan vitamin C per hari sesuai
AKG (Angka Kecukupan Gizi) yang dianjurkan adalah 60 mg/hari. Hal itu berarti
kebutuhan vitamin C dalam sehari sudah terpenuhi jika mengonsumsi 100 ml sari
apel.
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa sebagian besar panelis menilai suka
terhadap rasa, warna, dan aroma. Peraturan yang berhubungan dengan perilaku
jajan sembarangan ini tidak hanya diterapkan untuk warga sekolah, tetapi juga
Sanksine yo akhire wong dodol gak oleh jualan di sini.” (YA, 57 tahun)
Keberadaan Keadaan
No. Substandar
Ada Tidak Baik Buruk
Terdapat kebijakan mengenai pemeliharaan
1. √
ruang dan bangunan sekolah
Terdapat peraturan dalam penggunaan
2. √ √
fasilitas di taman sekolah
Terdapat kebijakan dalam pemeliharaan
3. √ √
fasilitas yang ada di area taman
Terdapat SOP cara cuci tangan di setiap
4. √ √
wastafel yang ada di area sekolah
Terdapat kebijakan mengenai penggunaan
5. √ √
fasilitas toilet di sekolah
Terdapat kebijakan mengenai pemeliharaan
6. √
toilet di sekolah
Terdapat peraturan mengenai pengolahan
7. √ √
makanan di kantin sekolah
Terdapat peraturan mengenai penyajian
8. √
makanan di kantin sekolah
Terdapat peraturan mengenai penyimpanan
9. √
makanan di kantin sekolah
Terdapat kebijakan mengenai pengelola
10. √
atau pengurus kantin sekolah
Terdapat kebijakan larangan merokok di
11. √ √
sekolah
12. Terdapat peraturan larangan NAPZA √
Terdapat peraturan pembuangan sampah di
13. √ √
sekolah
14. Terdapat peraturan pemisahan sampah √ √
Terdapat kebijakan mengenai pengolahan
15. √
sampah di sekolah
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil observasi yang dapat dilihat pada tabel 5.10 mengenai
aspek healthy public policy, diketahui bahwa separuh dari seluruh komponen
substandar aspek tersebut tercentang, yaitu ada 8 dari 15 substandar yang sudah
berhubungan dengan sarana dan prasarana. Namun aspek ini tidak melulu mengenai
lingkungan fisik, tetapi juga lingkungan nonfisik, yaitu perilaku. Pada penelitian di
lingkungan dan sarana prasarana dari sekolah tersebut serta perilaku siswa di
sekolah. Selain itu, juga terdapat ceklist terkait observasi aspek supportive
environment.
bahwa lingkungan fisik yang ada di SLB Pembina ini sudah bagus. Fasilitas yang
ada di lingkungan sekolah juga sudah cukup lengkap. Berikut cuplikan kuotasi
penelitian.
“kalo menurut saya, sangat baik ndek sini kan ndek sini itu dijadikan
percontohan kayak penghijauan, nggak boleh merokok di sini, dan
disiapkan apa tempat sampah di setiap sudut kelaslah,........ lek menurut
saya kebersihan itu kalo di sini, nomer satu kayak e” (HR, 37 tahun)
Pembina. Hasil observasi menunjukkan bahwa di SLB Pembina ini tersedia toilet
sehat. Selain itu, sudah terdapat pemisahan toilet antara laki-laki dan perempuan.
Sarana cuci tangan yaitu wastafel di depan masing-masing kelas juga disediakan.
Sarana pembuangan sampah di sekolah ini juga sudah disediakan berupa tempat
SLB Pembina Tingkat Nasional ini memiliki Ruang UKS yang dikelilingi
kolam ikan. Selain itu, halaman sekolah dari SLB ini juga cukup luas. Terdapat juga
area penghijauan di lingkungan SLB yang disebut dengan hutan UKS. Selain di
hutan UKS, lingkungan SLB juga sangat rimbun dengan berbagai tanaman hijau
dan juga toga. Sekolah ini juga memiliki sarana ibadah bagi umat muslim yaitu
berupa musholla. Terdapat juga sarana olahraga, dan kolam renang. Berikut
Berdasarkan gambar 5.1 diketahui bahwa ruang UKS di SLB ini berada di
atas kolam ikan. Pada gambar tersebut tampak tangga yang disediakan untuk
Pada gambar 5.2 menunjukkan bagian dalam ruang UKS SLB Pembina.
Saat pertama masuk, kita dapat melihat struktur organisasi Tim Pelaksana UKS
SLB Pembina yang tertempel tepat di atas pintu kamar mandi yang berhadapan
dengan pintu masuk ruang UKS. Di dalam ruang UKS ini terdapat 2 tempat tidur
ruang UKS ini juga disediakan kotak P3K yang berisi obat-obat dasar. Tersedia alat
pengukur tinggi badan dan timbangan untuk berat badan. Buku tamu juga
disediakan bagi siapapun yang berkunjung ke UKS. Selain itu juga terdapat toilet
Gambar 5.3 ini merupakan gambar dari toilet yang disediakan di dalam
ruang UKS. Di dalam toilet ini terdapat himbauan/ slogan yang tertempel di tembok
Gambar 5.4 merupakan gambar dari salah satu toilet yang berada di
lingkungan SLB Pembina. Sama halnya dengan toilet yang ada di dalam ruang
UKS, toilet di sini selain terlihat bersih, juga terdapat media yang menghimbau
untuk menjaga kebersihan di dalam toilet dengan cari menyiramnya sebelum dan
sesudah buang air. Toilet yang berada di SLB ini sudah terdapat pemisahan antara
area lingkungan SLB terdiri dari tiga macam. Tempat sampah dengan warna hijau
merupakan tempat sampah yang digunakan untuk sampah kertas. Sedangkan untuk
tempat sampah dengan warna kuning disediakan untuk sampah jenis plastik dan
Gambar 5.6 Sarana Tempat Cuci Tangan di Depan Kelas SLB Pembina
menyediakan sarana untuk cuci tangan berupa wastafel yang disediakan di masing-
masing depan kelas. Gambar 5.6 menunjukkan salah satu wastafel yang terdapat di
depan ruang kelas. Pada gambar tersebut terlihat bahwa tembok dari wastafel sudah
mulai berlumut. Tempat sabun yang seharusnya tertempel di bagian tembok kanan
dari wastafel tersebut juga tidak ada. Selain itu, media berupa langkah cuci tangan
di bagian tembok kiri dari wastafel tersebut juga sudah memudar gambarnya
SLB, yaitu berupa musholla, kolam renang, dan hutan UKS. Musholla sebagai
sarana tempat ibadah bagi umat muslim ini terletak di salah satu ujung dari SLB.
Musholla ini bersebelahan dengan kolam renang sebagai salah satu sarana olahraga
yang berada di lingkungan SLB. Terdapat juga hutan UKS yang terletak di bagian
Fasilitas lain yang juga disediakan sekolah ini yaitu kantin sehat. Kantin ini
menjajakan makanan dan minuman sehat seperti jus, makanan yang dijual di sini
terbebas dari 6P, yaitu pengawet, pemanis, pewarna, penyedap, pengatur keasaman,
dan pengemulsi. Sebagian makanan yang dijual di kantin sekolah ini merupakan
hasil dari siswa yang mengambil keterampilan tata boga. Adapun hasil karya dari
siswa tata boga ini yaitu berupa bakso dan sari apel yang sudah memiliki ijin dari
Dinas Kesehatan. Namun, sebagian makanan tidak dari siswa, tetapi ada juga titipan
kue basah dari wali murid yang dijual di sana. Berikut gambar hasil observasi
penelitian.
Pada gambar 5.8, tampak area kantin yang berada di lingkungan SLB
Pembina. Beberapa informasi tentang nilai gizi dari makanan yang dijual tertempel
di salah satu kaca bagian depan tempat pemesanan makanan, terdapat informasi
nilai gizi dari beberapa makanan, antara lain soto ayam, jus tomat, jus alpukat, dan
jus melon.
lingkungan yang sehat. Pengadaan media berupa poster ataupun brosur ini
dilakukan secara swadaya oleh SLB. Ada beberapa media juga yang mendapat
kebijakan yang ada di SLB, salah satunya yaitu larangan merokok di area sekolah.
Namun walaupun sudah ada himbauan larangan merokok di area sekolah, masih
saja ditemukan putung rokok di sekolah. Kepala Sekolah SLB mengatakan bahwa
larangan merokok ini kadang masih dilanggar oleh guru sendiri, khusunya ketika
belum ada kegiatan lomba UKS dan tukang yang sedang bekerja di sana. Berikut
Selain guru dan tukang, pihak yang seharusnya turut menertibkan keamanan
serta membantu pimpinan dalam menjalankan tugasnya pun juga masih sering
“Nah kalo ini kan yang di dalem pos sini mbak, iya sih masih bandel
kadang mbak, sembunyi-sembunyi. Iya tau kalo dilarang merokok.”
(SO, 47 tahun)
mengenai larangan merokok ini. Informan yang satu ini mengatakan bahwa tidak
“Ndak ada kalo murid, memang ndak ada, wali murid ae juga ndak
berani ngrokok kalo di dalem sini.” (AR, 32 tahun)
nonfisik di SLB perihal merokok masih belum disiplin penerapannya karena masih
ditemukan putung rokok di area sekolah. Berikut gambar hasil observasi penelitian
merokok di area SLB. Gambar ini terletak di ruang tunggu SLB, di bagian depan.
Larangan merokok yang tertempel di area SLB ini masih terbatas di area tunggu
bagian depan sehingga tidak semua pengunjung bisa melihat media ini jika tidak
Keberadaan Keadaan
No. Substandar
Ada Tidak Baik Buruk
1. Tersedia toilet sehat di sekolah √ √
Tersedia pemisahan toilet laki-laki dan
2. √ √
perempuan
3. Tersedia sarana cuci tangan di toilet √ √
4. Tersedia sabun cuci tangan di toilet √ √
Tersedia sarana cuci tangan di area sekolah
5. √ √
selain di toilet
6. Tersedia tempat sampah di setiap ruangan √ √
Tersedia tempat pembuangan sampah
7. √ √
sementara
8. Tersedia tempat pembuangan sampah akhir √ √
9. Terdapat sarana pembuangan air limbah √ √
10. Tersedia kantin sekolah √ √
11. Tersedia air bersih √ √
Tersedia larangan untuk tidak merokok di
12. √ √
sekolah
Tersedia himbauan untuk membuang
13. √ √
sampah pada tempatnya
Terdapat kegiatan untuk pemberantasan
14. √
jentik nyamuk
15. Tersedia tempat ibadah di sekolah √ √
16. Tersedia area penghijauan di taman sekolah √ √
17. Tersedia halaman sekolah √ √
LINGKUNGAN NONFISIK
a. Membuang sampah pada tempatnya
√
b. Cuci tangan pakai sabun sebelum dan
18. √
setelah melakukan aktivitas
c. Memilih makanan dan minuman yang
√
sehat, dll.
Sumber: Data Primer, 2017
diketahui bahwa seluruh komponen dari substandar aspek tersebut sudah sesuai.
dapat diidentifikasi dari gerakan atau kegiatan kesehatan. Pada penelitian di SLB,
aspek ini diidentifikasi dari hasil wawancara mengenai kegiatan yang mendukung
kesehatan di SLB Pembina. Selain itu juga terdapat ceklist mengenai aspek
community action.
didapatkan jawaban yang relatif sama dari informan yang berasal dari pihak
internal, yaitu guru UKS dan maupun pihak eksternal yaitu wali murid. Mereka
tari, bela diri, dan sebagainya. Guru UKS juga menjelaskan bahwa masing-masing
siswa di SLB tergabung di salah satu dari tujuh pokja. Pokja atau kelompok kerja
“Ada PMR satu minggu satu kali setiap hari selasa. Kebetulan di sini
juga ada 7 pokja yang masing-masing guru dan karyawan masuk di 7
pokja, semua sudah terbagi sama siswanya..........mulai dari TK, SD,
SMA, masuk di semua pokja, jadi dibagi,.......... Pokja Kebun Toga,
Pokja Masjid, PMR, Radius 500 m, lingkungan, WC/kamar mandi,
kantin. Masing-masing pokja lebih kurang ada 20an siswa, sama
gurunya 7-10 sih per pokja.” (KL, 46 tahun)
Terdapat juga gerakan kesehatan berupa senam bersama dan pembagian gizi
yang dilaksanakan setiap hari jum’at. Adapun senam yang dilaksanakan setiap hari
jum’atnya ini adalah senam UKS, PRAMUKA, dan aerobic. Senam ini dilakukan
secara bergilir. Pada hari Jum’at di minggu pertama an minggu ketiga dilakukan
senam aerobik. Sedangkan minggu kedua dan keempat adalah senam UKS dan
senam Pramuka.
Selain senam, siswa di SLB ini juga menerima pembagian gizi. Pembagian
gizi ini dilakukan setelah senam. Program pembagian gizi ini juga disebut sebagai
dilakukan secara rutin setiap hari jum’at. Kegiatan ini merupakan kegiatan
membagikan makanan sehat kepada semua warga sekolah. Menu yang disajikan
bervariatif tiap Jum’atnya. Kadang susu, kacang hijau, nasi, buah, kue, dan
sebagainya. Sebelum dan sesudah pembagian gizi, kader UKS menyatakan bahwa
mereka juga tak lupa untuk melakukan cuci tangan. Kegiatan di hari Jum’at ini
diketahui tidak hanya dari pihak guru maupun siswanya, tetapi orang tua pun juga
mengetahui. Kegiatan senam pun juga tidak hanya diperuntukkan oleh siswa saja,
tetapi guru dan bahkan wali murid yang berminat juga dapat berpartisipasi menjadi
peserta senam di hari jum’at tersebut. Berikut cuplikan kuotasi penelitian dari salah
“Senam UKS setiap hari jum’at, orang tuanya juga boleh ikut senam
di situ, kalo hari jum’at. Ohya, ada pembagian gizi tiap jum’at. Ya
ganti-ganti menunya kadang kalo jum’at kemarin itu susu trus kadang
apa itu namanya, kacang ijo, trus kadang ya nasi sop, nasi itu ya ganti-
ganti lah kadang roti sama teh biasanya pokoknya tiap hari jum’at
ganti-ganti menunya.” (HR, 37 tahun)
Keberadaan
No. Substandar
Ada Tidak
1. Terdapat kerja bakti bersama di sekolah √
2. Terdapat kerja bakti bersama √
3. Terdapat lomba kebersihan kelas √
4. Pelaksanaan kegiatan majalah dinding √
5. Pelaksanaan piket kelas √
Terdapat organisasi bidang kesehatan di sekolah
6. √
seperti PMR
Sumber: Data Primer, 2017
diketahui bahwa hampir seluruh komponen dari substandar aspek tersebut sudah
sesuai. Hanya satu substandar saja yang belum sesuai, yaitu lomba kebersihan
kelas. Lomba kebesihan kelas selama ini belum pernah diadakan di SLB.
tersebut mampu dan mau membuat keputusan dalam upaya memelihara dan
penelitian di SLB Pembina Tingkat Nasional ini, aspek personal skill diidentifikasi
melalui wawancara mengenai keterampilan yang diberikan kepada siswa SLB serta
penyuluhan yang pernah dilakukan di SLB. Selain itu, observasi juga dilakukan
Keterampilan ini merupakan bagian dari kurikulum pelajaran yang ada di SLB.
Setiap jenjang, yaitu SDLB, SMPLB, dan juga SMALB memiliki kurikulum yang
tingkatannya.
kurikulum ini, siswa SDLB belajar tentang SBDP atau Seni Budaya dan Prakarya.
di SMA lebih besar daripada di SD. Keterampilan yang diajarkan di SLB ini ada
beberapa macam, di antaranya yaitu tata boga, tata kecantikan, dan tata busana.
Sedangkan untuk keterampilan yang sering diikuti siswa laki-laki yaitu ada
keramik, otomotif, kriya kayu, pertanian, dan lain sebagainya. Keterampilan ini
diajarkan sebagai bekal masa depan agar ketika mereka lulus dari SLB ini mampu
hidup secara mandiri dan lebih siap menghadapi masa depan serta dunia kerja.
Keterampilan yang ada di SLB ini tidak hanya diterapkan saat di sekolah saja,
tetapi kemampuan dari keterampilan siswa SLB ini sudah teruji melalui beberapa
Kabupaten/Kota. Hasil karya mereka pun juga tidak kalah rapi dengan tukang yang
ada selama ini, misalnya hasil karya dari kriya kayu ada bangku yang digunakan di
kantin dan di beberapa sudut sekolah lainnya. Siswa lulusan dari SLB ini juga
diketahui mampu bekerja di luar sana, contohnya ada yang punya mebel, bengkel,
kesehatan yang diajarkan selama ini selalu dihimbaukan ketika upacara ataupun
saat apel pagi. Data hasil penelitian mengenai pendidikan kesehatan di SLB
menunjukkan jawaban yang relatif sama antara guru UKS dan wali murid. Mereka
menyatakan bahwa pada saat upacara, pesan untuk kesehatan disampaikan oleh
pembina upacara yang saat itu sedang bertugas. Pesan ini meliputi larangan
kuotasi penelitian.
kepada siswanya untuk berperilaku sehat. Konseling juga salah satu cara
penyampaian pesan untuk hidup sehat di sekolah ini. Namun, selama ini masih
terbatas untuk penyuluhan yang memang difokuskan secara langsung kepada siswa
dan juga wali murid. Belum pernah ada undangan atau pemberitahuan khusus untuk
“Ya pernah tapi jarang, pernah tapi jarang sekali.” (WF, 54 tahun)
“Ya jarang, setahun kadang nggak ada yo, kadang ada, Emmm ya,
kayak opo se kemarin iku lho kayak narkoba, bahayanya narkoba, dari
kapolsek langsung datang ke sini, itu sudah setahun yang lalu
Insyaallah.” (AR, 32 tahun)
Salah satu informan dari pihak tim pembina UKS puskesmas menyatakan
bahwa sudah ada beberapa penyuluhan yang pernah dilakukan walaupun jadwalnya
kepada kader UKS dan kader tiwisada. Adanya kader UKS dan kader tiwisada
merupakan salah satu cara untuk penyampaian pesan kesehatan di sekolah. Kader
UKS dan kader tiwisada dipilih oleh guru UKS dari siswa yang dirasa mau dan
mampu untuk menyampaikan kepada siswa lainnya. Kader ini diberi pelatihan
Beberapa hal yang diajarkan saat pelatihan kader adalah tentang P3K, penyuluhan
PHBS, dan kesehatan reproduksi. Tim pembina dari puskesmas juga menyatakan
bahwa pernah ada pelatihan untuk pemadam kebakaran dari pihak Kabupaten
lama, kira-kira sudah satu tahun yang lalu ketika persiapan lomba UKS. Berikut
Namun untuk pelatihan kader UKS dan tiwisada tetap dilaksanakan rutin
walaupun tidak untuk persiapan lomba UKS. Berikut gambar pendukung hasil
observasi saat diadakannnya pelatihan kader UKS dan kader tiwisada bulan
Oktober 2017.
kader UKS dan kader tiwisada di lingkungan SLB Pembina. Pelatihan kader ini
berupa pemberian materi tentang kesehatan. Pada gambar tersebut, tampak tidak
hanya satu orang yang memberikan materi. Akan tetapi terdapat satu orang lagi
Keberadaan
No. Substandar
Ada Tidak
√
Setiap individu dapat mematuhi peraturan yang
1. (sebagian
ada di sekolah
besar)
Setiap individu melakukan cuci tangan sebelum
2. √
dan sesudah beraktivitas
Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui
3. kegiatan kurikuler (Pendidikan Jasmani, Olahraga, √
dan Kesehatan)
Memberikan pelatihan suatu keterampilan pada
4. √
siswa
Memberikan ceramah tentang kesehatan dan
5. √
kebersihan pribadi
Memberikan penyuluhan mengenai makanan dan
6. √
minuman sehat
Sumber: Data Primer, 2017
personal skill sudah tercentang semua. Namun untuk poin pertama yaitu setiap
individu dapat mematuhi peraturan yang ada di sekolah ini sebagian besar siswa
sudah mematuhi peraturan yang diterapkan di sana. Hanya mungkin beberapa saja
pengguna jasa dari pelayanan kesehatan tersebut. Pemahaman akan hal tersebut
perlu diorientasi lagi bahwa sebenarnya masyarakat bukan hanya penerima jasa
pelayanan kesehatan tersebut didapatkan 3 macam jawaban yang agak berbeda dari
pihak internal maupun eksternal. Guru UKS menjelaskan bahwa pengelolaan UKS
selama ini yaitu melalui kader UKS dan kader tiwisada yang sudah terbagi dalam
piket. Tugas bagi kader yang sedang piket saat itu ialah berjaga di ruang UKS.
Tugas ini dilakukan setiap hari secara bergilir di ruang UKS. Sedangkan salah
seorang dari wali murid mengatakan bahwa yang piket untuk menjaga UKS tidak
ada. Namun, ketika membutuhkan obat atau sesuatu yang berhubungan dengan
kesehatan, bisa langsung menghubungi guru UKS, maka nanti akan dibantu.
Sementara informan yang berbeda yang juga berasal dari wali murid mengatakan
bahwa mulai hari Jum’at pada minggu kemarin, UKS mulai difungsikan kembali
penelitian.
“...........ya cuman selama ada kegiatan, eh tapi mulai hari jum’at mulai
kemarin apa 2 minggu kemarin apa ya, itu udah mulai digalakkan lagi
UKSnya.” (HR, 37 tahun)
puskesmas, seperti dalam hal rujukan. Dari hasil wawancara diketahui bahwa
Keberadaan Keadaan
No. Substandar
Ada Tidak Baik Buruk
Tersedia fasilitas pelayanan kesehatan
1. √ √
di sekolah
Tersedia jadwal piket pelayanan √
2.
kesehatan di sekolah (lama)
Terdapat kegiatan pemeriksaan
kebersihan dan kesehatan secara rutin
√
a. kebersihan kuku
√
b. kebersihan rambut
√
c. kebersihan gigi
3. √
d. kebersihan telinga
√
e. pemberian vitamin A
√
f. pengukuran tinggi badan
√
g. penimbangan berat badan
√
h. pengobatan
Terdapat fasilitas pemutaran musik di
4. √
sekolah
Melakukan rujukan pada fasilitas
5. √
kesehatan jika diperlukan
Memberikan pembinaan dan konseling √
6.
kepada siswa dan orang tua siswa (jarang)
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan Tabel 5.10, diketahui bahwa seluruh aspek dari reorient health
services sudah tercentang. Namun untuk substandar yang kedua yaitu mengenai
jadwal piket pelayanan kesehatan di sekolah masih belum diperbarui sesuai dengan
nama kader yang baru. Kemudian untuk substandar keempat, yaitu tentang fasilitas
pemutaran musik. Fasilitas ini biasanya terdapat pada saat upacara dan pada saat
pagi hari. Musik yang diputar antara lain lagu-lagu kebangsaan dan lagu daerah.
kurikulum di mata pelajaran sesuai dengan minat siswa. Keterampilan ini bukan
hanya sebatas pelajaran biasa, tetapi juga sebagai bekal hidup siswa nantinya.
Kemampuan siswa dalam menerapkan keterampilan pun juga sudah banyak yang
teruji melalui prestasi yang didapatkan siswa dari beberapa lomba yang
Sidoarjo.
Gambar 5.11 ini merupakan salah satu wujud dari penghargaan yang
didapatkan oleh siswa SLB. Keberhasilannya dalam meraih juara harapan II lomba
kreasi jajanan kantin sekolah ini cukup memberikan kebanggan karena lomba ini
pesertanya pun juga berasal dari siswa umum yang tidak berkebutuhan khusus.
bekerja sebagai cleaning service dan tukang kebun di SLB Pembina ini. Terdapat
sekitar 28-30 orang cleaning service dan tukang kebun yang bekerja di SLB
Pembina. Mayoritas hampir secara keseluruhan dari mereka ini merupakan anak
berkebutuhan khusus. Dua di antara mereka yang juga berkebutuhan khusus sudah
“Dulu kan yang CS itu alumni sini juga ya, di sini kurang lebih ada 28
CS yang itu hampir 75-80% siswa ABK, alumni sini. Jadi ada yang tuna
rungu, ada yang retardasi mental, diberdayakan untuk turut andil
menjaga kebersihan sekolah sini. Tukang kebunnya di sini juga sudah
PNS mbak, 2 orang, siswa ABK juga dulunya.” (KL, 46 tahun)
dukungan sosial melalui tokoh masyarakat, baik formal maupun informal. Kegiatan
ini dapat diwujudkan melalui berbagai macam bentuk seperti pelatihan untuk para
sebagainya. Pada penelitian di SLB Pembina ini, strategi bina suasana diidentifikasi
melalui wawancara mengenai dukungan dari berbagai pihak atau sektor, partisipasi
khususnya pada saat persiapan lomba dan saat lomba UKS berlangsung. Mulai dari
warga sekitar SLB, RT, RW, perangkat desa, lurah, posyandu, karang taruna, dan
sekolah selama ini misalnya seperti kerja bakti dan gotong royong. Namun, kerja
bakti ini tidak hanya berlangsung saat lomba UKS saja. Di beberapa kegiatan yang
lainnya pun diketahui warga juga terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan di SLB.
Guru UKS memberikan keterangan juga bahwa siswa berpartisipasi untuk ikut
posyandu ini juga tidak hanya pada saat UKS. Walaupun tidak rutin satu bulan
sekali, tetapi dalam 6 bulan, kunjungan dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali.
“Kayak kerja bakti itu kan kalo kayak mau kemerdekaan itu biasanya
kita terlibat di gang yang sini, ikut membersihkan di kampung........ pas
hari H penilaian itu warga diminta jangan merokok di depan gang
masuk sini, alhamdulillah semua warga itu terlibat aktif, alhamdulillah
bagus kok kerjasamanya. Ada kegiatan di posyandu, karang taruna
juga. Tidak hanya saat lomba saja se mbak, ya paling satu semester
dua kali sampek tiga kali juga ke posyandu.” (KL, 46 tahun)
sekolah sendiri juga cukup baik kerja sama yang terjalin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kekeluargaan yang terjalin di antara warga sekolah cukup erat,
khususnya pihak kepala sekolah, guru, dan staf. Berikut cuplikan kuotasi penelitian.
Kerukunan dan keakraban yang ada di SLB ini diketahui juga terjalin antar
wali murid yang ada di SLB. Komite sekolah selaku perantara wali murid dengan
pihak sekolah selalu berusaha untuk mengajak wali murid yang lain untuk
berdiskusi dan sharing jika ada masalah ataupun keluhan yang dirasakan.
kegiatan individu dan sosial yang dirancanag untuk meyakinkan orang lain,
yang mendukung tujuan program kesehatan. Kegiatan dari advokasi ini memiliki
berbagai macam bentuk, baik secara formal ataupun informal. Presentasi dan
seminar merupakan contoh dari bentuk secara formal. Sementara sowan atau
berkunjung kepada para pejabat yang relevan dengan program kesehatan tersebut
untuk meminta dukungan merupakan salah satu bentuk dari kegiatan advokasi
dilakukan ke pihak yang lebih tinggi atau yang mempunyai wewenang serta rapat
Berdasarkan data hasil penelitian mengenai strategi advokasi yang selama ini
sudah pernah dilakukan atau diupayakan oleh berbagai pihak dari beberapa sektor,
didapatkan jawaban bahwa bentuk advokasi yang selama ini sudah dilakukan yaitu
rapat. Rapat yang dimaksud adalah rapat lintas sektor yang mengundang beberapa
pejabat lintas program. Selain rapat lintas sektor, rapat rutin untuk menindaklanjuti
program atau setiap kegiatan yang ada juga diadakan. Namun untuk rapat
pembentukan tim pelaksana UKS maupun pembina di sini diketahui belum ada,
selama ini tim langsung ditunjuk dan ditentukan oleh atasan dan kemudian SK
Selain dalam bentuk rapat, tim pembina dari pihak kecamatan juga
selama ini. Tim pembina kecamatan menyatakan bahwa kendala untuk program
UKS selama ini adalah dana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada dana
khusus yang dialokasikan untuk program UKS ini sehingga akhirnya dana swadaya
ini menurut tim pembina dari pihak kecamatan merupakan suatu kendala. Pihak
kecamatan pernah menanyakan mengenai hal tersebut agar didapatkan solusi yang
tepat, tetapi tidak ada hasil yang didapatkan. Berikut kuotasi penelitian.
“Ya pernah, pernah melalui Tim UKS nya Kabupaten kalo kita bicara
anggaran itu kan yang menetapkan Pemerintah Daerah, yang berhak
usul ke sana itu ya Tim UKS tingkat Kabupaten, yang bisa nanti
mendapat anu, program di sana, anggaran dari sana itu dari apa, Tim
UKS nya tingkat Kabupaten.” (SH, 57 tahun)
Kecamatan Lawang ini yaitu bina desa. Informan dari pihak tim pembina
menjelaskan bahwa kegiatan bina desa ini merupakan program dari pemerintah
Kabupaten. Selain wujud dari advokasi, program ini juga merupakan salah satu
Kegiatan bina desa yang tahun 2017 ini kebetulan berada di Kecamatan Lawang.
“Namanya juga bina desa, jadi e... desa itu dibina dari dinas-dinas
instansi yang ada di pemerintah daerah, trus kabupaten..........Kalo KB
ada badan pelayanan KB, ada penyuluhan, kegiatannya badan KB
dilaksanakan di situ. (SH, 57 tahun)
strategi promkes lainnya. Kemitraan merupakan sutau kerja sama yang formal
mengenai kerja sama yang dijalin oleh pihak SLB dengan pihak luar.
ini pernah atau pun sudah dijalan SLB Pembina Tingkat Nasional dengan berbagai
dengan pihak instansi pemerintahan dalam negeri maupun luar negeri. Untuk
dan lain sebagainya. Sedangkan untuk pemerintahan luar negeri, informan dari
mengenai beberapa kemitraan yang pernah dijalin oleh SLB Pembina ini.
“......ada bantuan dari Australia itu, banyak dari Australi, yang spon
setinggi ini, nggak ada di Indonesia.” (SA, 50 tahun)
Pernyataan untuk pemberian bantuan alat olahraga ini dibenarkan oleh pihak
Kepala Sekolah SLB Pembina. Bahkan bukan hanya alat olahraga, tetapi juga
pelatihan. Namun, pemberian bantuan ini sudah lama. Berikut cuplikan kuotasi
“Benar mbak, itu alat-alat yang berada di gymnasium, tapi sudah lama
itu waktu aku masih jadi guru kalo tidak salah, itu kerja sama direktorat
PSLB dengan Pemerintah Australia yang disebut dengan Proyek 108,
tapi tidak hanya alat olahraga, ada pelatihan juga untuk guru-guru
tentang asessment, dll.” (YA. 57 tahun)
BAB VI
PEMBAHASAN
Pilar utama kesehatan masyarakat adalah promosi kesehatan. Hal ini karena
yang dilakukan demi mewujudkan visi promosi kesehatan. Pendekatan yang harus
ditekankan agar perilaku dapat konsisten dijalankan yaitu melalui regulasi. Adanya
bertindak.
Notoadmodjo (2010) merupakan suatu aksi yang yang ditujukan kepada para
pembuat kebijakan publik, baik lintas sektor maupun lintas program agar kebijakan
kebijakan yang ada di sekolah selama ini. Kebijakan yang berhubungan dengan
79
selama ini masih diterapkan secara lisan, belum ada peraturan khusus yang tertulis
jika ada pelanggaran yang dilakukan bagi warga sekolah. Walaupun secara kasat
mata, peraturan tersebut sudah dipatuhi, tetapi sebenarnya masih ada yang
melanggar. Hal ini diketahui dari hasil observasi yang masih ditemukannya putung
Berdasarkan NSPK Satpam dan Buku Saku Satuan Pengamanan, 2011 yang
dimaksud satpam adalah satuan kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/
satpam dalam melaksanakan tugasnya, salah satunya yaitu sebagai unsur pembantu
dan ketertiban lingkungan/ kawasan kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa peran
pimpinan dari suatu instansi. Hal ini sedikit menyimpang dengan peranan satpam
yang bertugas di SLBN Pembina Tingkat Nasional. Hasil wawancara dari pimpinan
SLB menyatakan bahwa pihak keamanan atau satpam sekolah sudah seringkali
diingatkan pada saat upacara agar pintu gerbang yang ada di sekolah ditutup saat
istirahat agar siswa tidak jajan sembarangan. Namun, informan dari pihak
dijalankan sepenuhnya dengan alasan adanya tamu yang masuk atau wali murid
yang keluar masuk sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa peran satpam sebagai
pembantu pimpinan dalam tata tertib belum bisa terlaksana dengan baik. Peraturan
tersebut juga belum bisa dijalankan sepenuhnya karena belum ada sanksi yang tegas
secara tertulis bagi petugas maupun warga sekolah yang melanggar peraturan di
sekolah. Salah seorang informan menyatakan bahwa akhirnya sanksi otomatis yang
diterapkan di lingkungan sekitar sekolah bagi para pedagang makanan yaitu tidak
boleh berjualan di sekitar area sekolah. Namun berdasarkan hasil observasi masih
ditemukan pedagang makanan yang berjualan bebas di depan gerbang sekolah. Hal
tersebut juga disebabkan oleh tidak adanya peraturan tertulis yang jelas agar suatu
hal ketertiban. Namun petugas keamanan di SLB ini belum seluruhnya tertib dalam
mematuhi peraturan yang ada, seperti masih ditemukannya putung rokok di dalam
ruangan keamanan atau pos satpam itu sendiri. Hal ini didukung juga dengan hasil
wawancara kepada petugas keamanan yang saat itu sedang bertugas bahwa mereka
memang masih belum bisa sepenuhnya patuh sehingga terkadang masih merokok
di luar pos satpam merokoknya, hal itu masih tidak menjadi masalah. Pernyataan
memang belum ada, tetapi kebijakan di tingkat nasional sudah ada. Kebijakan
Lingkungan Sekolah. Pada Peraturan ini disebutkan dalam pasal 5 ayat 2 bahwa
tindakan terhadap guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik apabila melakukan
implementasi yang ada di lingkungan SLB Pembina ini. Kepala Sekolah selalu
menghimbau di saat upacara dan tidak bosan-bosannya menegur satpam untuk turut
membantu menegakkan tata tertib yang ada di sekolah. Pada ayat 3 di pasal yang
sama di peraturan ini juga menyebutkan bahwa kepala sekolah dapat memberikan
sanksi kepada guru, tenaga kependidikan, dan pihak lain yang terbukti melanggar
kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah. Namun, penerapan ayat ini belum
terlaksana di lingkungan SLB Pembina Tingkat Nasional. Belum ada sanksi yang
Selain peraturan yang tersebut di atas, sebenarnya sudah ada juga Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor Tahun 2016 tentang Upaya Kesehatan. Pada
Pasal 29 poin (e) disebutkan bahwa komitmen Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
merupakan salah satu dari tujuan yang dilakukan untuk meningkatkan upaya
kesehatan sekolah/ madrasah. Pada SLB Pembina ini sudah dilakukan upaya
Beberapa contoh dari peraturan tertulis yang sudah ada di atas merupakan
salah satu wujud dari kebijakan kesehatan di tingkat nasional dan tingkat daerah
yang seharusnya menjadi dasar dari penerapan peraturan yang ada di sekolah. Akan
tetapi, dari pihak sekolah sendiri memang belum menerapkannya secara utuh
perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Keempat faktor tersebut saling terkait
sosial, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya ini diintervesikan melalui berbagai
sudah bagus. Sarana dan prasarana yang menunjang dan mendukung kesehatan juga
(2010), media promosi kesehatan merupakan semua sarana sebagai upaya yang
sasaran yang ingin dituju dapat berubah ke arah positif. Hal ini sesuai dengan hasil
observasi yang telah dilakukan di SLB. Mayoritas dari perilaku siswa di sekolah
misalnya perilaku jajan, siswa SLB dapat memilih makanan dan minuman yang
sehat karena setiap hari mereka terpapar dengan minuman seperti jus dan jajanan
basah yang sudah disediakan di kantin walaupun ada sebagian kecil dari siswa yang
didapati jajan di depan pintu gerbang sekolah. Namun jika peraturan tertib
dijalankan, didukung dengan fasilitas yang sudah menunjang tersebut, mau tidak
kesehatannya seperti yang tersebut dalam visi promosi kesehatan. Penelitian di SLB
menunjukkan bahwa kegiatan atau gerakan kesehatan yang ada di SLB ini
diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti PMR. Selain itu, pada SLB ini
Penelitian oleh Fatmah (2015) tentang Gerakan Sarapan Sehat Anak Sekolah
menggunakan berbagai media seperti lembar balik dan film pendek. Inovasi pada
gerakan kesehatan di sekolah ini merupakan salah satu metode untuk mencapai
tujuan dari program kesehatan. Namun, gerakan kesehatan yang ada di SLB selama
ini belum banyak memberikan inovasi yang berbeda, gerakan kesehatan berupa
ekstrakurikuler PMR yang selama ini dijalankan di SLB juga kurang efektif
pelaksanaannya. Hal ini disebabkan oleh jadwal dari pelaksanaan kegiatan PMR
selama ini dilakukan pada siang hari setelah jam pulang sekolah sehingga ketika
siswa sudah ingin istirahat, harus dipaksakan untuk melanjutkan kegiatan. Beberapa
informan menyatakan bahwa siswa sering tidak ikut kegiatan tersebut walaupun
diwajibkan. Hal ini karena siswa sudah merasa capek mengikuti pelajaran di
Aspek develop personal skill di SLB Pembina selama ini diberikan melalui
Guidence for Mainstream and Special Schools dijelaskan bahwa promosi kesehatan
kesehatan tersebut. Strategi yang diterapkan pada aspek prsonal skill di SLB ini
yaitu strategi pemberdayaan. Selain itu, penerapan evaluasi untuk aspek ini salah
satunya yaitu siswa juga diikutsertakan pada beberapa lomba. Beberapa siswa
juga merupakan upaya yang dilakukan SLB. Namun, penyuluhan ini masih sebatas
pada saat pelatihan kader UKS dan kader tiwisada. Kemudian, belum ada juga
Penyuluhan kesehatan yang mengundang orang tua dan semua warga sekolah ini
diketahui belum ada sehingga masih banyak wali murid juga yang menyatakan
Develop personal skill merupakan salah satu aksi untuk mencapai health
health literacy yang menekankan pada pengetahuan dasar masyarakat tentang isu
kesehatan, interpretasi terhadap informasi kesehatan serta hal lain yang berkaitan
adalah adanya penyedia pelayanan kesehatan atau disebut juga dengan provider dan
pihak yang dapat menjadi provider selama ini adalah pemerintah dan swasta.
pola pikir dan sistem kesehatan masyarakat agar lebih mengutamakan aspek
promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif ini
Orientasi pelayanan kesehatan yang ada di SLB selama ini dilakukan dengan
maupun rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif ini dilaksanakan oleh Guru dan
siswa melalui beberapa kegiatan. Kegiatan UKS merupakan salah satu wadah yang
menjadi tempat siswa untuk belajar. Pada kegiatan ini, terdapat kader UKS atau ada
yang menyebut sebagai KKR yaitu kader kesehatan remaja yang berasal dari siswa
SMPLB dan SMALB. Terdapat juga kader tiwisada yang berasal dari siswa SDLB.
Pembentukan kader ini diharapkan dapat menjadi agent of change sehingga dengan
oleh Perdana, et all tentang Pengaruh Peer Group Terhadap Perilaku Jajan Sehat
yang menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
jajan sehat dengan menggunakan metode peer group. Pemberian informasi oleh
teman sebaya ini dianggap sebagai salah satu dukungan yang positif sehingga
penciptaan lingkungan sehat dapat meningkat. Peran aktif dari masyarakat juga
dan sebagainya.
sehingga siswa bisa memilih sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Prianti, Sudariyah, Mahmudah, dan Salimi
tersebut menghasilkan beberapa produk yang siap dipasarkan. Begitu pula output
dari keterampilan yang ada di SLB Pembina ini juga sudah menghasilkan beberapa
produk yang bahkan sudah mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan sehingga produk
Adanya pendidikan keterampilan yang ada di SLB ini juga merupakan salah
satu upaya untuk memandirikan siswa setelah mereka lulus nanti. Peluang
sekolah sehingga siswa berkebutuhan khusus ini memiliki bekal hidup di masa
mendatang. Hal ini didukung juga oleh penelitian Syamsi (2016) yang menyatakan
Strategi Bina Suasana atau disebut juga dengan dukungan sosial ini
merupakan strategi yang dilakukan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh
masyarakat, baik formal maupun informal. Pada penelitian di SLB Pembina ini,
strategi bina suasana dilaksanakan oleh beberapa pihak, mulai dari warga sekolah
sendiri, orang tua, warga sekitar, tokoh masyarakat sekitar dan beberapa kelompok
kegiatan yang ada di masyarakat seperti posyandu dan karang taruna. Keberhasilan
dari beberapa prestasi yang dicapai oleh SLB Pembina ini karena adanya kerja sama
yang baik antar warga sekolah. Akan tetapi, kerja sama dengan pihak orang tua
ditingkatkan lagi. Beberapa informan dari pihak wali murid mengeluhkan karena
masih kesulitan untuk memahami anaknya ketika di rumah sehingga wali murid
berharap agar informasi yang disampaikan ke siswa juga disampaikan ke orang tua
mempunyai pengaruh terhadap tingkat perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini
berarti bahwa pentingnya meningkatkan upaya dari semua unsur strategi promosi
kesehatan di dalam pencapaian visi dan misi kesehatan. Elok (2014) dalam
bina suasana dari beberapa kegiatan dikatakan belum efektif karena kemitraan yang
terjalin belum dapat dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya keterkaitan
antar strategi promosi kesehatan di dalam suatu kegiatan atau program kesehatan.
keberhasilan suatu program yang dilaksanakan, dalam hal ini yaitu program atau
kegiatan kesehatan. Metode dari kegiatan advokasi ini dapat dilakukan melalui
Lobi politik ini merupakan salah satu metode yang pernah dilakukan juga
untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan di SLB, yaitu terkait lomba UKS. Salah
satu informan saat itu menyatakan bahwa adanya himbauan dari pihak atas sehingga
merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar program dapat berjalan. Selain
lobi politik, seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program
dan lintas sektor juga merupakan wujud dari strategi advokasi. Kegiatan ini juga
dilaksanakan oleh pihak SLB yaitu rapat lintas program dan lintas sektor dengan
beberapa pihak, seperti pihak pendidikan dan kesehatan untuk membahas program
kesehatan di sekolah.
terhadap komunitas difabel merupakan sesuatu yang layak untuk didukung dan
anak berkebutuhan khusus perlu ditingkatkan lagi melalui strategi advokasi seperti
Strategi kemitraan yang dijalin oleh pihak SLB Pembina mayoritas adalah
dengan pihak pemerintahan, baik pemerintahan dalam negeri maupun luar negeri.
Kerja sama yang terjalin di SLB ini ditandai dengan adanya MoU, salah satunya
yaitu dengan pihak puskesmas. Melalui MoU atau nota kesepakatan ini kerja sama
terjalin untuk mewujudkan tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan dari kemitraan
itu sendiri, menurut Notoadmodjo (2010) ada beberapa langkah strategis yang
dan penilaian.
Adapun kemitraan yang sudah terjalin selama ini oleh SLB dan beberapa
pihak pemerintahan diketahui bahwa dari segi komunikasi intensif masih belum
terjalin cukup baik, dalam artian selama ini komunikasi antar mitra belum
dilakukan secara teratur dan terjadwal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jadwal
pembinaan yang dilakukan oleh puskesmas ke SLB sebenarnya adalah 4 kali dalam
sehingga pembinaan tersebut sifatnya masih flexible, belum ada jadwal tetap yang
teratur.
Mutu Pendidikan di salah satu sekolah oleh Kinanti (2016) menunjukkan hasil
bahwa manfaat kemitraan sekolah ini ialah menambah wawasan untuk guru
maupun siswa serta dapat meningkatkan kompetensi sekolah. Hal tersebut dapat
yang dijalankan oleh SLB dengan puskesmas selama ini masih perlu ditingkatkan
dalam hal komunikasi serta evaluasi kegiatan sehingga dampak ke depannya akan
BAB VII
7.1 Kesimpulan
2. Aspek supportive environment di SLB Pembina ini secara fisik sudah cukup
baik. Terdapat sarana dan prasarana yang menunjang yang disediakan sekolah
ekstrakurikuler PMR, adanya kegiatan senam rutin setiap hari Jum’at, serta
ditentukan.
94
sudah lulus.
sebagai wujud dari upaya promotif dan preventif dilakukan oleh siswa untuk
siswa dengan tetap didampingi oleh guru yang bertugas serta tetap
7. Strategi Bina Suasana di SLB Pembina ini terjalin dengan beberapa lintas
sektor kedinasan, antar warga sekolah, warga sekitar sekolah, dan juga wali
murid.
besar adalah dari pihak pemerintahan, baik dalam negeri maupun luar negeri.
7.2 Saran
perilaku sehat yang ada di sekolah disertai sanksi bagi warga sekolah yang
setiap sudut sekolah agar kebijakan yang selama ini sudah diterapkan dapat
meningkat.
2. Kepada Guru UKS sebaiknya kader UKS dan kader tiwisada dibuatkan
target/list pencapaian tugas agar keberadaan kader UKS dan kader tiwisada
3. Kepada pihak sekolah dan Tim Pembina UKS Tingkat Kecamatan Lawang
5. Kepada pihak sekolah sebaiknya menambah mitra untuk kerja sama dengan
kesehatan di sekolah.
sekolah khususnya pada SLB dengan melibatkan tim pembina dari pihak
DAFTAR PUSTAKA
Department for Children, Schools, and Families., ___. Designing for Disabled
Children and Children with Special Educational Needs Guidance for
Mainstream and Special Schools. Buiding Bulletin.
Dewi, L., Yani, A., Suhardini, A. D., 2015. Model Pendidikan Karakter dan
Kewirausahaan Berbasis Etnopedagogis di Sekolah Dasar Kampung
Cikondang. MIMBAR, [e-journal] 31(2): pp 399-408. Tersedia di
<http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/download/1480/pdf>
[24 November 2017
Irawan, P., 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif intuk Ilmu-Ilmu Sosial. DIA
FISIP UI: Jakarta.
Lee, A., Leger, L.ST., and Cheng, F.F.K., 2007. The Status of Health-Promoting
Schools in Hong Kong and Implications for Further Development. Health
Promotion International, [e-journal] 22(4):316-326. Tersedia di:<
https://oup.silverchair-cdn.com/oup/backfile/Content_public/Journal/heapro
/22/4/10.1093/heapro/dam029/2/dam029.pdf> [diakses tanggal 19 Agustus
2017]
98
SKRIPSI KAJIAN STRATEGI PROMOSI..... ADILA RAHANA
99
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Notoadmodjo, S., 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta
Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi Petugas
Kesehatan, 2010. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Upaya
Kesehatan. Jakarta: ?
Scott, Sara., McNeish, Di., 2013, Leadership of Special School: Issues and
Challenges. English: National Centre for Social Research for CUBeC
Department for Education.
Sudayat, A. T., Ulfatin, N., Sobri, A. Y., 2014. Pemberdayaan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia pada Sekolah Inklusi. Jurnal Ilmu Pendidikan, [e-
journal] 41(2): pp.109-115. Tersedia di <http://ap.fip.um.ac.id/wp-
content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli-2014.pdf> [24 November
2017]
Susilowati, D., 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Promosi Kesehatan.
[e-book] Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Tersedia di
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Promkes-Komprehensif.pdf [24 November 2017]
Widyaningrum, R., 2015. Analisis Pelaksanaan Program Trias UKS dan PHBS di
SLB C Bantul. Tesis. Universitas Gadjah Mada.
_______, 2012. Norma, Standart, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) Satpam. Jakarta:
Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI. Tersedia di https://www.paud-
dikmas.kemdikbud.go.id/files/ebook/20140207110945/NSPK.Satpam.pdf
[17 November 2017]
Lampiran 1
98
SKRIPSI KAJIAN STRATEGI PROMOSI..... ADILA RAHANA
99
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6. Kerahasiaan Data
Data yang diambil akan dipublikasikan secara terbatas tanpa menyebutkan
nama, alamat, nomor telepon, atau identitas penting lainnya yang dianggap
rahasia. Data yang diambil akan disimpan selama satu tahun, setelah itu data
akan dimusnahkan.
7. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2017.
8. Hak Undur Diri
Keikutsertaan Bapak/Ibu sebagai subjek penelitian ini bersifat sukarela dan
berhak untuk mengundurkan diri kapan pun, tanpa menimbulkan konsekuensi
merugikan.
9. Kontak Person Peneliti
Nama : Adila Rahana
Institusi : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Hp : 085645229180
Email : adila.rahana-2015@fkm.unair.ac.id
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
INFORMED CONSENT
(KESEDIAAN SETELAH PENJELASAN)
Surabaya,...Oktober 2017
Peneliti, Informan,
(Adila Rahana) (. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
Saksi,
(. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
Lampiran 6
IDENTITAS INFORMAN
Nama :.................................
Umur :.................................
Jabatan :.................................
Pendidikan :.................................
J. UMUM
1. Hambatan apa saja yang ditemui sejauh ini pada program UKS ini?
2. Bagaimana sekolah mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi
tersebut?
3. Apa harapan Anda untuk meningkatkan program UKS di SLB?
Lampiran 7
1. Menurut Adik-Adik, kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan oleh sekolah
untuk mendukung keberhasilan program UKS ?
2. Bagaimana penerapan peraturan yang sudah dibuat oleh sekolah selama ini?
3. Bagaimana peran Adik-Adik sebagai kader Tiwisada dalam program UKS ini?
4. Kegiatan apa saja yang sudah Adik laksanakan untuk mendukung keberhasilan
program UKS ini?
5. Apakah ada kegiatan pembinaan rutin yang diberikan sekolah atau puskesmas
kepada Adik-Adik selama ini? Kegiatan seperti apa?
6. Keterampilan seperti apa yang sudah diberikan oleh sekolah kepada Adik-Adik
untuk mendukung keberhasilan program UKS?
Lampiran 8
LINGKUNGAN NONFISIK
Perilaku warga sekolah dalam
menjaga kebersihan dan
kerapihan lingkungan
d. Membuang sampah pada
tempatnya
18.
e. Cuci tangan pakai sabun
sebelum dan setelah
melakukan aktivitas
f. Memilih makanan dan
minuman yang sehat, dll.
(.........................................)
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
LAMPIRAN 13
LAMPIRAN 14