Anda di halaman 1dari 5

JAWABAN SOAL

UTS GASAL TA.2022/2023


PSIKOLOGI ULAYAT

Disusun oleh:
Nama : Endah Setyaningsih
NIM : 2267290092
Jadwal Kuliah : Kelas Malam
Program : Magister Profesi Psikologi
Dosen : DR. Rudi Dwi Maryanto., M.Pd.I

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I


TAHUN 2022
SOAL UJIAN UTS PSIKOLOGI ULAYAT.

1. Psikologi indigenous keberadaannya diharapkan dapat mengurai permasalahan


psikologi budaya barat dan timur, khususnya dikaitkan dengan teori western
psychology. Menurut saudara jelaskan uraian diatas dengan pendekatan universal dan
general!
Jawab:
Indigenous psychology berbasis pada kajian terkait dengan perilaku dan proses
mental manusia yang bersifat indigenous, tidak diambil dari area lain, dan diperuntukkan
bagi masyarakat yang menjadi subjek penelitian tersebut (Kim & Berry, 1993)1.
Pemahaman terhadap pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan suatu masyarakat
harus dibingkai secara kontekstual. Maka dari itu, dalam pendekatan ini basis dan
perspektif konteks pada fenomena psikologis menjadi hal penting. Kesenjangan perspektif
kemudian muncul ketika mencoba menerapkan teori dan pendekatan psikologis ala/versi
barat ke dalam konteks asia, khususnya konteks negara Indonesia.

Pertanyaan-pertanyaan substantif akan validitas, universalitas, dan aplikabilitas


dari teori-teori psikologi barat sebagai “pisau analisis psikologis” dalam konteks asia
menjadi tidak efektif, karena variable-variabel akar budaya yang membentuk perilaku dan
proses mental sangat berbeda konteks. Maka dari itu, untuk memahami perilaku dan
proses mental masyarakat dari budaya tertentu, mereka juga harus mempertimbangkan
konteks yang bekerja pada masyarakat tersebut, baik secara ekologi, sejarah, filosofi,
maupun agama.

2. Sebutkan tugas kelompok saudara dan apa yang menjadi loyalty atau kebaruan dari
tugas saudara. Uraikan!
Jawab:
Tugas Kelompok Pertama judul: Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (pasal 1, UU Nomor 25 tahun 2009).
Penyelanggaran pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggaraan negara,
korporasi, lembaga independen yang terbentuk berdasarkan undang-undang untuk
kegiatan pelayanan publik dan badan hukum lainnya yang terbentuk untuk kegiatan
pelayanan publik.

1 Sumber: https://cicp.psikologi.ugm.ac.id/indigenous-psychology-in-brief/. (2014). Selayang Pandang


Indigenous Psychology. Fakultas Psikologi UGM.
Pada masa pandemi covid 19 menjadi masa pembaharuan budaya dan sistem kerja
baru dalam melaksanakan aktivitas pelayanannya untuk dapat beradaptasi dengan kondisi
pandemi covid 19. Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu pembaharuan system budaya
kerja melalui online dengan mengoptimalkan layanan aplikasi, daring/online, dan
optimalisasi pelayanan pengaduan masyarakat cepat, tanggap, dan solutif melalui
daring/online. Untuk tatap muka untuk menerapkan protokol Kesehatan dengan
mengguankan masker, jaga jarak, antrian online, skat/pembatas transparan saat bertatap
muka dalam memberikan layanan, menyiapkan hand saniter dan cuci tangan ketika berada
di area pelayanan. Contoh pembaharuan sistem pelayanan seperti di Bank, transporasi,
Mall, Rumah Sakit, dan layanaan umum lainnya.

Pembaharuan system tersebut dapat dilakukan melalui penetapan standar


pelayanan dan kontrol kualitas mutu pelayanan yang beradaptasi dengan kondisi pandemi
covid 19. Sehingga mampu memberikan kualitas layanan yang berorientasi terhadap
kepuasan konsumen dengan tetap mematuhi protokol Kesehatan. Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka secara pendekatan psikologi indigenous pada kontek pelayanan publik,
yaitu sistem budaya kerja dapat berubah dan proses mental pun terlibat dalam perubahan
pada kondisi tertentu yaitu beradaptasi dengan perubahan/kondisi pandemi covid 19 yang
melanda dunia.

Tugas Kelompok Kedua judul: Harakiri/Seppuku di Jepang


Secara kontekstual, sebetulnya bukan sesuatu yang baru, tetapi secara substantif
apa yang kami bahas merupakan kebaruan yang tidak pernah terselesaikan dan menjadi
sebuah perjalanan panjang dari kehidupan bernegara yang mencoba bertransisi dari
negara totalitarian menjadi negara yang baru bertumbuh kembali dan belajar tentang cara
berdemokrasi yang benar.

Pada kajian psikologi indigenous kelompok saya adalah terkait Budaya


Harakiri/Seppuku di Jepang yang lebih menekankan pada budaya malu2 dan harga diri
menjadi sangat relevan pada konteks kekinian. Di dalam dinamika kebangsaan
kita/Indonesia dimana ketika berbicara pada konteks perilaku dan mentalitas malu serta
rasa hormat dan harga diri terhadap sebuah tindakan yang salah sudah menjadi hal yang
tidak menjadi penting bahkan menjadi terminology dan wacana yang ditutup-tutupi dan
terasa aneh untuk diungkap kerena “dinamika realitas kontekstual budaya” yang
membentuk perilaku tersebut sangat sedikit mengalami dekontruksi, bahkan sangat minim
dan hanya menjadi sekedar slogan untuk menangkan psikologi massa.

2 Sumber: https://internasional.kompas.com/read/2021/08/13/131557370/seppuku-ritual-bunuh-diri-
para-samurai-jepang-dari-abad-ke-12?page=all. (2021). "Artikel: Seppuku, Ritual Bunuh Diri Para
Samurai Jepang dari Abad Ke-12". Kompas.
Berdasarkan penjelasan tersebut, untuk melihat akar permasalahan dari konteks
budaya dan nilai yang agung menjadi dasar dari upaya perbaikan perilaku dan mental yang
sudah terbentuk puluhan tahun melalui mekanisme parenting/pola asuh dan lingkungan
pembentuk yang kurang tepat. Upaya dari dekontruksi budaya menuju rekonstruksi
budaya baru menjadi pengingat kebaruan dari apa yang kelompok kami sampaikan.

3. Menurut saudara psikologi indigenous akan terkait mengenai perkembangan dalam


ilmu psikologi yang mengarah ke budaya serta perilaku orang setempat. Jelaskan dan
uraikan pandangan saudara!
Jawab:
Sejalan dengan uraian pada jawaban nomer 1 (satu) dan dalam konteks psikologi
indigenous di asia, khususnya Indonesia masing-masing daerah memiliki kontek budaya
masing-masing seperti budaya Jawa akan berbeda dengan budaya Aceh atau Maluku
dalam realitas perilaku dan mental individu sebagai “organic individual system” yang
didalamnya tertanam akar budaya yang muncul dalam pola asuh masa kecil lengkap
dengan dinamika psikologis (yang tertanam kemudian ke alam bawah sadar dan secara
tidak sadar membentuk pola perilaku dan mental). Dikarenakan ilmu pengetahuan
sifatnya dinamis (tesa, antitesa, dan sintesa), sehingga bagaimana menterjemahkan
konteks realitas akar budaya yang berpengaruh terhadap perilaku dan mental menjadi
basis atau konsiderasi yang tidak dapat dihindarkan dalam upaya mencapai analisis yang
tepat berdasarkan “mata pisau” realitas dan kontekstual dalam memahami secara
substantif subject/kelompok yang akan dianalisis menjadi tidak terbantahkan urgensinya.
Indigenous psychology atau psikologi budaya sebagai sebuah pendekatan psikologi dan
tools penting dalam Analisa psikologis termasuk dalam proses terapeutik (psikoterapi).

4. Psikologi indigenous sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki
pemahaman mengenai fakta-fakta yang dihubungkan dengan karakteristik kebudayaan
setempat. Menurut saudara apa saja yang di perlu diperhatikan dalam mengidentiikasi
karakteristik psikologi indigenous!
Jawab:
Psikologi indigenous mempertanyakan konsep universalitas pada teori psikologi saat ini
dan berusaha untuk membangun keilmuan psikologi yang universal dalam konteks sosial,
budaya, dan ekologi. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi
karakteristik psikologi indigenous:
a. Pemahaman dan pengetahuan terkait psikologi tidak dapat dipaksakan dari luar,
melainkan dimunculkan harus berangkat dari realitas konteksttual dimana kita berada,
jika akan diaplikasikan pada konteks Indonesia harus memahami konteks realitas akar
budaya yang ada di Indonesia dalam melakukan rantai analisa psikologisnya.
b. Psikologi yang sebenarnya adalah originalitas dimana kita berada dalam konteks
keseharian yang diwarnai dengan corak kultur yang sangat kompleks variabel
pembentuknya, bukan berupa tingkah laku artifisial (buatan) yang diciptakan (hasil studi
eksperimental).
c. Penting untuk memahami perilaku beserta interpretasi di dalamnya dengan tidak
menggunakan adopsi totalitas perspektif dari luar (khususnya barat sebagai sumber
ilmu kelembagaan psikologi), melainkan dalam kerangka pemahaman yang berasal dari
budaya setempat.
d. Selalu berangkat dari pengetahuan psikologi yang relevan yang di desain untuk orang-
orang setempat berbasis pada kontekstual realitas budaya dimana person/klien itu
berasal.

Anda mungkin juga menyukai