Anda di halaman 1dari 7

UTS PSIKOLOGI ULAYAT

Disusun oleh:

Nama : Ika Wahyu Pratiwi


NIM : 2267290086
Kelas : Psikologi Ulayat
Dosen : Dr. Rudy Dwi Maryanto, MM, M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI


FAKULTAS PSIKOLOGI UPI Y.A.I JAKARTA
2022
JAWABAN UTS PSIKOLOGI ULAYAT

1. Psikologi indigenous keberadaannya diharapkan dapat mengurai permasalahan psikologi


budaya barat dan timur, khususnya dikaitkan dengan teori western psychology. Menurut
saudara jelaskan uraian diatas dengan pendekatan universal dan general!
Jawab:
Apabila mengulik dari awal berdirinya ilmu psikologi, yaitu pada tahun 1876 di mana
muncul laboratorium psikologi pertama oleh Wundt maka kemudian bermuncullah teori-teori
dan aspek-aspek psikologi dari Barat. Keberhasilan budaya barat membangun aspek-aspek
psikologi memang harus diakui, terlebih lagi situasi sosial berpihak pada mereka saat itu.
Sebagai perbandingan, negara-negara Eropa yang relatif “baru” yang mewakili peradaban
barat lebih menguasasi negara-negara Asia-Afrika yang justru dalam sejarah merupakan
peradaban yang sudah maju. Namun pada akhirnya, peneliti-peneliti Asia kesulitan dalam
mengaplikasikan ilmu psikologi yang telah mereka peroleh dari negara-negara barat kepada
masyarakatnya sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka muncullah pertanyaan-pertanyaan
terkait dengan validitas, universalitas, dan aplikabilitas dari teori-teori yang ada. Pada
akhirnya, peneliti-peneliti dalam bidang psikologi pada akhirnya menyadari bahwa dalam
memahami perilaku dan proses mental masyarakat dari budaya tertentu, perlu adanya
keilmuan baru dalam bidang psikologi yang dapat mempertimbangkan konteks yang bekerja
pada masyarakat tersebut, seperti ekologi, sejarah, filosofis, maupun agama.
Dalam menjembatani permasalahan ketidaksesuaian antara keilmuan psikologi barat
dan kondisi masyarakat di wilayah negara-negara bagian Timur, maka muncullah Psikologi
Indigenous. Kim, Yang, dan Hwang (2006) mengemukakan bahwa psikologi indigenous
mendorong kajian terhadap pengetahuan, skill, dan nilai yang dimiliki orang-orang mengenai
dirinya, dan bagaimana kesemua tersebut berfungsi dalam konteks keluarga, social, budaya,
dan ekologi. Secara lebih lanjut, Kim & Berry (Dalam Kim, 2006) merupakan kajian ilmiah
mengenai perilaku atau pikiran manusia yang native, dalam arti tidak dibawa dari wilayah
lain, dan terbentuk hanya untuk orang-orang daerah tersebut. Kemudian, Kim (2006)j uga
mengemukakan bahwa tujuan pokok dari psikologi indigenous adalah mengembangkan
sistem pengetahuan ilmiah yang secara efektif merefleksikan, mendeskripsikan, atau
memahami aktivitas psikologis dan perilaku dalam konteks native mereka dalam hal kerangka
budaya yang relevan, serta kategori dan teori yang didapat dari budaya. Secara lebih lanjut,
psikologi indigenous menciptakan universal science yang lebih teliti dan sistematis yang
dapat diverfikiasi baik secara teoritis dan empiris.
Psikologi indigenous saat ini telah menjadi gerakan yang kuat, bahkan dikemudian
hari dapat cukup kuat menjadi paradigma baru dalam keilmuan psikologi setelah paradigma
biologis, behaviours, kognitif, psikodinamika, dan humanitis. Psikologi indigenous telah
memiliki dasar ontologis, epistimologis, dan aksiologis yang kuat sehingga saat ini banyak
ilmuwan psikologi tertarik untuk mendalaminya (Hakim, 2014). Permsalahan yang terjadi
saat ini pada psikologi indigenous adalah di manakah posisi psikologi indigenous di antara
dua kutub, yaitu psikologi barat dan psikologi timur, apakah lebih ke arah empiris yang ketat
atau arahan pemahaman. Apabila psikologi indigenous mengarah pada empiris yang ketat,
maka penelitian-penelitian dalam bidang psikologi indigenous harus didukung dengan data-
data empiris secara ketat, sedangakan apabila psikologi indigenous mengarah pada
pemahaman maka akan memberikan peluang untuk melakukan kajian atas fenomena-fenoma
yang bersifat unobservable (Hakim, 2014). Psikologi barat menekankan pada aspek material,
pengalaman objektif, bersifat mekanistis, impersonal, dan observing from without. Psikologi
timur lebih menekankan pada aspek spiritual, pengalaman subjektif, dan observing from
within (Graham dalam Gross, 2009). Secara lebih lanjut, perbedaan antara psikologi
indigenous dengan psikologi barat adalah psikologi indigenous memberikan kesempatan yang
sangat luas kepada peneliti untuk mengeksplorasi tentang aspek “cover” dari mausia, sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Graham (dalam Gross, 2009), bahwa psikologi timur lebih
menekankan pada aspek spiritual, pengalaman subjektif, dan observing from within. Secara
lebih lanjut, Singh (2002) mengemukakan bahwa saat ini ilmuwan psikologi tidak harus
dipandu dengan teori-teori psikologi barat, justru para ilmuwan psikologi dapat
mengembangkan teori mereka sendiri dalam memberikan kontribusi yang signifikan pada
berbagai macam cabang ilmu psikologi, dan saat ini psikologi indigenous sedang bergerak
menuju era yang benar-benar internasional dan interkutural.

Sumber Referensi:

Gross, R. (2009). Themes, Issues & Debates in Psychology.3rd edition. London: Hodder
Education.
Hakim, L.N. (2014). Ulasan konsep: Pendekatan Psikologi Approach. Concept Review:
Indigenous Psychology Approach, 5(2), 165-171.
Singh, A.K.(2002). The comprehensive history of psychology. Delhi: Motial Banarsidas
Publisher Ltd.
Uchol, K., Yang, K.S., & Hwang, K.K.(2006). Indigenous and cultural psychology:
Understanding people in context. New York: Springer.

2. Sebutkan tugas kelompok saudara dan apa yang menjadi loyalty atau kebaruan dari tugas
saudara. Uraikan!
Jawab:
Loyality atau kebaruan, penulis mengkaitkan dengan pengertian psikologi indigenous menurut
pandangan Kim & Berry (dalam Faturochman, Minza, & Nurjaman, 2017) yaitu perilaku dan
proses berpikir manusia yang asli (indigenous) dari wilayah atau kultur budaya tertentu, yang
tidak diambil dari wilayah atau kultur dari budaya lain dan di desain untuk masyarakat dari
kultur budaya tersebut. Oleh karena itu, penulis berusaha mencari kebaruan dari perilaku dan
proses berpikir yang menjadi tugas kelompok penulis yang memang asli dari masyarakat
betawi dan Jepang tanpa ada campur tangan dari orang lain dan hanya mereka yang mampu
memahami secara lebih dalam, sedangkan pihak luar hanya terbatas pengetahuannya terkait
perilaku dan proses berpikir tersebut. Berikut adalah dua tugas kelompok penulis:
1. Suku Betawi
Suku betawi merupakan tugas kelompok pertama penulis. Kebaruan atau loyality dari
masyarakat betawi yang dapat penulis tangkap adalah silat Cingkrik yang merupakan
penca silat dari betawi asli dan berkembang hingga saat ini di kalangan masyarakat
betawi. Pencak silat Cingkrik perkembangannya terjadi secara turun temurun dan alamiah
serta tertutup hanya mempunyai garis keturunan betawi saja. Perbedaan silat cingkrik
dengan aliran silat lainnya adalah didirikan oleh tokoh betawi asli yaitu Ki Maing pada
abad ke 20 dan berkembang di kampung Rawa Belong, Jakarta Barat. Silat Cingkring
terinspirasi dari gearkaan monyet yang pada saat itu berusaha merebut tongkat ki Maing,
si monyet dengan gesitnya menghindar saat diserang, dan menyerang balik cepat.
Menyerang dengan cepat inilah pada akhirnya menjadi ciri khas silat Cingkrik, dan
Cingkrik sendiri memiliki arti gerakan yang lincah, gesit, dan lentur. Terdapat 12 jurus
silat Cingkrik sebagaimana tertulis dalam buku Main Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi
oleh Nawi (2016) antara lain keset bacok, keset gedor, cingkrik, langkah tiga, langkah
empat, buka satu, saup, macan, tiktuk, singa, lokbe, dan longok. Kedua belas jurus
tersebut dapat digabungkan menjadi satu dengan nama bongbang. Perkembangan silat
Cingkrik pada saat ini adalah telah terbagi menjadi dua aliran, namun aliran-aliran
tersebut tetap yang menciptakannya adalah orang dari masyarakat betawi asli. Aliran
tersebut adalah Cingkrik Sinan dan Cingkrik Goning.Perbedaannya adalah cingkrik Sinan
menggunakan ilmu kontak sedangkan Cingkrik Goning mengandalkan kelincahan fisik.
Cingkrik Sinan saat ini dipegang oleh engkong Engkong Sinan yang merupakan pewaris
generasi kedua saat ini. Sedangkan Cingkrak Goning dipegang oleh Engkong Goning
generai ke dua dari engkong Maing. Gerakan Silat Cingkrik dapat dilihat melalui film si
Pitung. Silat Cangkring pada masyarakat betawi pada zaman penjajahan pada awalnya
digunakan untuk penjagaan diri dari serangan penjajah namun saat ini fungsi silat
Cangkring bukan untuk main pukul-pukulan namun untuk menjaga kekokohan dan
kesehatan badan, dikarenakan di dalam badan yang kokoh dan kuat pasti terdapat akal
yang sehat, selain itu juga untuk pelestarian budaya Betawi sendiri, dengan banyaknya
kegiatan lomba silat serta pertunujukan, maka silat Cangkring dapat berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut dan memperkenalkan kepada masyarakat lain terkait dengan budaya
Betawi yang masih terjaga hingga saat ini.

2. Samurai
Samurai merupakan tugas kelompk kedua penulis. Kebaruan atau loyality dari Samurai
yang dapat penulis ambil adalah filosofi Bushido yang masyarakat pegang dari tahun
1333 (periode Kamakura) hingga zaman modern saat ini, meski samurai saat ini sudah
tergantikan namun etika Bushido tidak pernah bisa hilang dari masyarakat jepang, meski
Jepang saat sudah menjadi negara maju di dunia. Pada era Kamakura, etika Bushido
sangat kuat dipegang oleh Samurai saat itu, di mana seorang Samurai tidak hanya kuat
dalam peertempuran fisik atau perang namun juga dalam bentuk kerja keras dan disiplin
tinggi untuk menjalankan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Ketika Jepang kalah dalam
perang dunia dua, dan negaranya di jajah oleh Amerika, Samurai yang tadinya masuk
dalam strata sosial atas akhirnya berbaur dengan masyarakat umum, namun Samurai tidak
menjadikan hal tersebut melukai harga dirinya, dengan etika Bushido, Samurai dapat
berbaur dengan masyarakat umum, dan hal tersebut menjadi awal mula bagaimana
masyarakat jepang memaknai filosofi Bushido hingga saat ini meski Jepang sudah
merdeka dan menjadi negara yang maju dengan teknologinya, namun etika Bushido tetap
melekat. Etika bushido yang menjadi karakter bangsa Jepang secara menyeluruh
terakumulasi dengan:
1. Gi (Integras)
Gi merupakan etika Samurai yang berkaitan dengan kemampuan untuk memecahkan
masalah dan mengambil kuputusan yang tepat berdasarkan pada alasan-alasan yang
rasional. Ketika seseorang sudah memutuskan sesuatu tindakan, tentu sudah mellaui
proses kajian dan pertimbangan mendalam serta sudah dipertimbangkan pula akibat
yang akan timbul dari keputusan tersebut. Bagi masyarakat jepang, pengambilan
keputusan yang cepat dan tepat diperlukan untuk menghadapi segala situasi yang
kadang tidak terduga.
2. Yu (Keberanian)
Yu adalah ekspresi kejujuran dan keteguhan jiwa untuk mempertahankan kebenaran,
walaupun dalam menegakkan kebenaran penuh dengan tekanan dan hambatan. Di
dalam yu terkandung kesiapan menerima resiko dalam upaya mengatasi masalah atau
kesulitan. Setelah era samurai usa, masyarakat Jepang menerapkan nilai-nilai
keberanian dalam bersaing untuk mencapai kehidupan sebagai bangsa yang
terhormat.
3. Jin (Murah Hati)
Nilai Bushido yang terkait dengan Jin berasal dari etika Konfusius dan Tao yang
mengekspresikan aspek keseimbangan antara maskulin (yang) dan feminim (yin).
Samurai tidak hanya memiliki keahlian bertempur, namun juga harus memiliki sifat-
sifat penuh kasih, murah hati, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi kepada
sesama manusia,mau memaafkan orang lain. Masyarakat jepang saat ini menerapkan
nilai YIN dalam menjaga kelestarian lingkungan, serta kepedulian pada masalah-
masalah sosial masyarakat.
4. Rei (Hormat dan Santun Kepada Orang Lain). Rei adalah sikap hormat dan sopan
santun yang tulus yang ditujukan kepada semua orang, tidak hanya kepada atasan,
orang tua, dan pimpinan. Bahkan sikap hormat dan sopan santun serta hati-hati
ditujukan dalam penggunaan senjata dan benda-benda. Sikap hormat dan santun
ditujukan dalam sikap duduk, cara berbicara, cara menghormati, dan menundukkan
badan serta kepala.
5. Makoto-Shin (Kejujuran dan Ketulusan)
Nilai Bushido terkait dengan menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran . Samurai
selalu mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya dan melakukan apa yang
mereka katakan. Samurai sangat menjaga ucapannya, tidak berkata buruk tentang
keburukan orang lain atau situasi yang tidak menguntungkan sekalipun.
6. Meiya (Menjaga Nama Baik dan Kehormatan)
Merupakan etika samurai untuk menjaga kehormatan. Bagi samurai lebih utama
menghormati dan menerapkan etika secara benar dan konsisten dibandingkan dengan
penghormatan kepada kharisma dan talenta pribadi.Meiyo dalam keseharian
masyarakat jepang paling menonjol dalam kehidupan sehari-hari mereka, salah
satunya adalah tidak membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak penting dan
menghindari kegiatan yang tidak berguna.
7. Chugo (Kesetiaan)
Chugo merupakan etika Samurai yang berkaitan dengan kesetiaan pada pimpinan.
Kesetiaan tersebut dilakukan sepanjang hayat, dalam keadaan senang atau susah.
Bagi samurai, kematian yang terindah adalah ketika sedang menjalankan tugas dan
kewajibannya. Etika Chigo pada masyarakat jepang saat ini adalah kesetiaan kepada
pimpinan, guru, dan atasan salah satu bentuknya adalah kerja keras. Upaya kerja
keras selain untuk guru, pimpinan, maupun atasan adalah untuk dirinya sendiri.
8. Tei (Peduli)
Tei merupakan etika bushido yang berkaitan dengan kepedulian terhadap lingkunga,
baik lingkungan keluarga, masyarakat, negara, bangsa, maupun lingkungan keluarga,
masyarakat, negara, bangsa, dan lingkungan alam. Tei merupakan prinsip dasar
semua prinsip moral bushido, karena tanpa kepedulian yang nyata seseorang tidak
akan bisa diharapkan memiliki atau melaksanakan Gi, Yu, Jin, Rei, Makoto-Shin,
Meiyo dan Chugo.

Sumber Referensi:

Faturochman, Minza, W.M., & Nurjaman, T.A. (2017). Memahami dan


mengembangkan: Indigenious psychology. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Febrianty, F.(2016). Representasi samurai sebagai kelas atas dalam stratifikasi sosial
masyarakat jepang zaman edo dalam novel Tokaido innkaya Dorothy dan
Thomas Hobler. Majalah ilmiah UNIKOM, 14(1),29-40.
Nawi, G.J.(2016). Maen pukulan pencak silat Betawi. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Purbasari, M.(2010). Indahnya Betawi. Jurnal Humaniora, 1(1), 1-10.
Suliyati, T.(2013).Bushido pada masyarakat Jepang: Masa lalu dan masa kini. Jurnal
IZUMI.1(1).
3. Menurut saudara psikologi indigenous akan terkait mengenai perkembangan dalam ilmu
psikologi yang mengarah ke budaya serta perilaku orang setempat. Jelaskan dan uraikan
pandangan saudara!
Jawab:
Pandangan penulis terkait dengan psikologi indigenous adalah ilmu yang mempelajari
mengenai perilaku dan proses berpikir manusia yang asli dari wilayah tersebut atau kultur
tertentu dan tidak diambil dari kultur lain dan hanya masyarakat tersebut yang paham secara
lebih mendalam terkait kultur tersebut, sedangkan orang luar hanya mengetahui batasan
luarnya saja. Psikologi indigenous tidak terikat hanya pada sebuah budaya, namun juga dapat
dilihat dari sisi keluarga, sosial, politik, filosofis, dan ekologis beserta makna, nilai, dan
keyakinan yang masyarakat anut di wilayah tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa
psikologi indegenous merupakan keilmuan yang sangat luas tidak boleh dibatasi. Kim, Yang,
dan Hwang (dalam Faturochman, Minza, & Nurjaman, 2017) mengemukakan bahwa
psikologi indigenous bukanlah ilmu yang memepelajari orang pribumi, orang eksotik,
kelompok etnik, atau masyarakat dari dunia ketiga, namun sebuah ilmu yang mempelajari
orang asli yang tinggal dalam suatu masyarakat. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa kajian psikologi indigenous adalah perilaku dan pola pikir
manusia di wilayah tertentu dalam bingkai sesuai dengan konteksnya apakah dalam bidang
budaya, ekologi, filsafat, keluarga, politik, dll. Sebagai contoh seorang peneliti ingin
memahami pola asuh orang tua pada masyarakat Jawa Tengah yaitu asah, asih, dan asuh,
apabila peneliti tersebut ingin mengkaji dengan psikologi indigenous maka yang dilihat oleh
peneliti adalah bagaimana budaya ngemong asah, asih, asuh pada masyarakat Jawa
termanifestasikan dalam perilaku masyarakat tersebut, bukan bagaimana budaya Jawa
mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut, dikarenakan pada dasarnya budaya asah, asih,
dan asuh tersebut memang dibentuk oleh masyarakat tersebut, sehingga masyarakat bukan
dipengaruhi oleh budaya.

Sumber Referensi:

Faturochman, Minza, W.M., & Nurjaman, T.A. (2017). Memahami dan mengembangkan:
Indigenious psychology. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

4. Psikologi indigenous sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki
pemahaman mengenai fakta-fakta yang dihubungkan dengan karakteristik kebudayaan
setempat. Menurut saudara apa saja yang di perlu di perhatikan dalam mengidentiikasi
karakteristik psikologi indigenous!
Jawab:
Hal yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasi psikologi indigenous adalah:
a. Psikologi indigenous menekankan pada perilaku dan proses berpikir masyarakat yang
benar-benar asli mendiami suatu wilayah tertentu dan memang didesain untuk wilayah
tersebut.
b. Proses berpikir dan berperilaku suatu masyarakat di wilayah tertentu dapat ditinjau dari
sisi budaya, ekologis,politis, historis.
• Ditinjau dari sisi budaya, berkaitan dengan bagaimana perilaku dan proses berpikir
masyarakat di suatu wilayah menjadi khas, bisa dilihat dari prosesi atau upacara-
upcara adat yang dilakukan.
• Berkaitan dengan ekologis yaitu mengkaji mengapa pola perilaku dan pemikiran
masyarakat dapat terjadi ditinjau dengan kondisi lingkungan tempat mereka tinggal,
dapat dilihat dari sisi pekerjaan masyarakat tersebut atau aktivitas keseharian
masyarakat tersebut.
• Berkaitan dengan politik yaitu mengkaji mengapa pola perilaku dan pemikiran suatu
masyarakat wilayah tertentu terjadi karena kondisi politik yang sebelumnya pernah
terjadi di wilayah tersebut, contoh: Pada masyarakat bali terkenal dengan pembagian
kasta hingga saat ini, namun jika di lihat dari sejarahnya ternyata hal tersebut
merupakan politik dari VOC yang pada saat itu ingin memecah belah masyarakat
Indonesia.
• Berkaitan dengan history atau sejarah yaitu mengkaji mengapa pola perilaku dan
pemikiran suatu masyarakat wilayah tertentu terjadi dikarenakan kondisi sejarah yang
terjadi di masa lampau, contohnya: Kawasan Glodok di daerah Pancoran Jakarta
Barat, mayoritas banyak dihuni oleh orang keturunan thiong hoa dan menjadi salah
satu pusat perdagangan di bidang elektronik terbesar di Asia Tenggara, hal tersebut
dikarenakan salah satunya pada masa penjajahan, Belanda sengaja membagi-bagi
wilayah penempatan pada orang pribumi dan non pribumi, dan pendatang dari Cina
dilokasikan di daerah Glodok.
c. Di dalam Psikologi Indigenous hanya masyarakat asli pribumi yang dapat memahami
secara mendalam fenomena psikologis yang terjadi pada wilayah tersebut sedangkan
masyarakat luar hanya memiliki pemahaman terbatas.
d. Kajian psikologi indigenous tidak terbatas di karenakan kita mempelajari bagaimana pola
perilaku dan proses berpikir masyarakat yang mendiami wilayah tertentu, dan hal tersebut
sangat luas.
e. Psikologi indigenous bersifat universal dan general, karena pada akhirnya nanti akan
menciptakan banyak sekali teori terkait dengan pola perilaku dan proses berpikir manusia
pribumi di wilayah tertentu oleh karena itu ini menjadi lahan yang subur bagi para
ilmuwan psikologi dalam mengembangkan penelitian dalam bidang psikologi indigenous.

Sumber Referensi:
Faturochman, Minza, W.M., & Nurjaman, T.A. (2017). Memahami dan mengembangkan:
Indigenious psychology. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai