Disusun oleh:
Sumber Referensi:
Gross, R. (2009). Themes, Issues & Debates in Psychology.3rd edition. London: Hodder
Education.
Hakim, L.N. (2014). Ulasan konsep: Pendekatan Psikologi Approach. Concept Review:
Indigenous Psychology Approach, 5(2), 165-171.
Singh, A.K.(2002). The comprehensive history of psychology. Delhi: Motial Banarsidas
Publisher Ltd.
Uchol, K., Yang, K.S., & Hwang, K.K.(2006). Indigenous and cultural psychology:
Understanding people in context. New York: Springer.
2. Sebutkan tugas kelompok saudara dan apa yang menjadi loyalty atau kebaruan dari tugas
saudara. Uraikan!
Jawab:
Loyality atau kebaruan, penulis mengkaitkan dengan pengertian psikologi indigenous menurut
pandangan Kim & Berry (dalam Faturochman, Minza, & Nurjaman, 2017) yaitu perilaku dan
proses berpikir manusia yang asli (indigenous) dari wilayah atau kultur budaya tertentu, yang
tidak diambil dari wilayah atau kultur dari budaya lain dan di desain untuk masyarakat dari
kultur budaya tersebut. Oleh karena itu, penulis berusaha mencari kebaruan dari perilaku dan
proses berpikir yang menjadi tugas kelompok penulis yang memang asli dari masyarakat
betawi dan Jepang tanpa ada campur tangan dari orang lain dan hanya mereka yang mampu
memahami secara lebih dalam, sedangkan pihak luar hanya terbatas pengetahuannya terkait
perilaku dan proses berpikir tersebut. Berikut adalah dua tugas kelompok penulis:
1. Suku Betawi
Suku betawi merupakan tugas kelompok pertama penulis. Kebaruan atau loyality dari
masyarakat betawi yang dapat penulis tangkap adalah silat Cingkrik yang merupakan
penca silat dari betawi asli dan berkembang hingga saat ini di kalangan masyarakat
betawi. Pencak silat Cingkrik perkembangannya terjadi secara turun temurun dan alamiah
serta tertutup hanya mempunyai garis keturunan betawi saja. Perbedaan silat cingkrik
dengan aliran silat lainnya adalah didirikan oleh tokoh betawi asli yaitu Ki Maing pada
abad ke 20 dan berkembang di kampung Rawa Belong, Jakarta Barat. Silat Cingkring
terinspirasi dari gearkaan monyet yang pada saat itu berusaha merebut tongkat ki Maing,
si monyet dengan gesitnya menghindar saat diserang, dan menyerang balik cepat.
Menyerang dengan cepat inilah pada akhirnya menjadi ciri khas silat Cingkrik, dan
Cingkrik sendiri memiliki arti gerakan yang lincah, gesit, dan lentur. Terdapat 12 jurus
silat Cingkrik sebagaimana tertulis dalam buku Main Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi
oleh Nawi (2016) antara lain keset bacok, keset gedor, cingkrik, langkah tiga, langkah
empat, buka satu, saup, macan, tiktuk, singa, lokbe, dan longok. Kedua belas jurus
tersebut dapat digabungkan menjadi satu dengan nama bongbang. Perkembangan silat
Cingkrik pada saat ini adalah telah terbagi menjadi dua aliran, namun aliran-aliran
tersebut tetap yang menciptakannya adalah orang dari masyarakat betawi asli. Aliran
tersebut adalah Cingkrik Sinan dan Cingkrik Goning.Perbedaannya adalah cingkrik Sinan
menggunakan ilmu kontak sedangkan Cingkrik Goning mengandalkan kelincahan fisik.
Cingkrik Sinan saat ini dipegang oleh engkong Engkong Sinan yang merupakan pewaris
generasi kedua saat ini. Sedangkan Cingkrak Goning dipegang oleh Engkong Goning
generai ke dua dari engkong Maing. Gerakan Silat Cingkrik dapat dilihat melalui film si
Pitung. Silat Cangkring pada masyarakat betawi pada zaman penjajahan pada awalnya
digunakan untuk penjagaan diri dari serangan penjajah namun saat ini fungsi silat
Cangkring bukan untuk main pukul-pukulan namun untuk menjaga kekokohan dan
kesehatan badan, dikarenakan di dalam badan yang kokoh dan kuat pasti terdapat akal
yang sehat, selain itu juga untuk pelestarian budaya Betawi sendiri, dengan banyaknya
kegiatan lomba silat serta pertunujukan, maka silat Cangkring dapat berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut dan memperkenalkan kepada masyarakat lain terkait dengan budaya
Betawi yang masih terjaga hingga saat ini.
2. Samurai
Samurai merupakan tugas kelompk kedua penulis. Kebaruan atau loyality dari Samurai
yang dapat penulis ambil adalah filosofi Bushido yang masyarakat pegang dari tahun
1333 (periode Kamakura) hingga zaman modern saat ini, meski samurai saat ini sudah
tergantikan namun etika Bushido tidak pernah bisa hilang dari masyarakat jepang, meski
Jepang saat sudah menjadi negara maju di dunia. Pada era Kamakura, etika Bushido
sangat kuat dipegang oleh Samurai saat itu, di mana seorang Samurai tidak hanya kuat
dalam peertempuran fisik atau perang namun juga dalam bentuk kerja keras dan disiplin
tinggi untuk menjalankan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Ketika Jepang kalah dalam
perang dunia dua, dan negaranya di jajah oleh Amerika, Samurai yang tadinya masuk
dalam strata sosial atas akhirnya berbaur dengan masyarakat umum, namun Samurai tidak
menjadikan hal tersebut melukai harga dirinya, dengan etika Bushido, Samurai dapat
berbaur dengan masyarakat umum, dan hal tersebut menjadi awal mula bagaimana
masyarakat jepang memaknai filosofi Bushido hingga saat ini meski Jepang sudah
merdeka dan menjadi negara yang maju dengan teknologinya, namun etika Bushido tetap
melekat. Etika bushido yang menjadi karakter bangsa Jepang secara menyeluruh
terakumulasi dengan:
1. Gi (Integras)
Gi merupakan etika Samurai yang berkaitan dengan kemampuan untuk memecahkan
masalah dan mengambil kuputusan yang tepat berdasarkan pada alasan-alasan yang
rasional. Ketika seseorang sudah memutuskan sesuatu tindakan, tentu sudah mellaui
proses kajian dan pertimbangan mendalam serta sudah dipertimbangkan pula akibat
yang akan timbul dari keputusan tersebut. Bagi masyarakat jepang, pengambilan
keputusan yang cepat dan tepat diperlukan untuk menghadapi segala situasi yang
kadang tidak terduga.
2. Yu (Keberanian)
Yu adalah ekspresi kejujuran dan keteguhan jiwa untuk mempertahankan kebenaran,
walaupun dalam menegakkan kebenaran penuh dengan tekanan dan hambatan. Di
dalam yu terkandung kesiapan menerima resiko dalam upaya mengatasi masalah atau
kesulitan. Setelah era samurai usa, masyarakat Jepang menerapkan nilai-nilai
keberanian dalam bersaing untuk mencapai kehidupan sebagai bangsa yang
terhormat.
3. Jin (Murah Hati)
Nilai Bushido yang terkait dengan Jin berasal dari etika Konfusius dan Tao yang
mengekspresikan aspek keseimbangan antara maskulin (yang) dan feminim (yin).
Samurai tidak hanya memiliki keahlian bertempur, namun juga harus memiliki sifat-
sifat penuh kasih, murah hati, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi kepada
sesama manusia,mau memaafkan orang lain. Masyarakat jepang saat ini menerapkan
nilai YIN dalam menjaga kelestarian lingkungan, serta kepedulian pada masalah-
masalah sosial masyarakat.
4. Rei (Hormat dan Santun Kepada Orang Lain). Rei adalah sikap hormat dan sopan
santun yang tulus yang ditujukan kepada semua orang, tidak hanya kepada atasan,
orang tua, dan pimpinan. Bahkan sikap hormat dan sopan santun serta hati-hati
ditujukan dalam penggunaan senjata dan benda-benda. Sikap hormat dan santun
ditujukan dalam sikap duduk, cara berbicara, cara menghormati, dan menundukkan
badan serta kepala.
5. Makoto-Shin (Kejujuran dan Ketulusan)
Nilai Bushido terkait dengan menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran . Samurai
selalu mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya dan melakukan apa yang
mereka katakan. Samurai sangat menjaga ucapannya, tidak berkata buruk tentang
keburukan orang lain atau situasi yang tidak menguntungkan sekalipun.
6. Meiya (Menjaga Nama Baik dan Kehormatan)
Merupakan etika samurai untuk menjaga kehormatan. Bagi samurai lebih utama
menghormati dan menerapkan etika secara benar dan konsisten dibandingkan dengan
penghormatan kepada kharisma dan talenta pribadi.Meiyo dalam keseharian
masyarakat jepang paling menonjol dalam kehidupan sehari-hari mereka, salah
satunya adalah tidak membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak penting dan
menghindari kegiatan yang tidak berguna.
7. Chugo (Kesetiaan)
Chugo merupakan etika Samurai yang berkaitan dengan kesetiaan pada pimpinan.
Kesetiaan tersebut dilakukan sepanjang hayat, dalam keadaan senang atau susah.
Bagi samurai, kematian yang terindah adalah ketika sedang menjalankan tugas dan
kewajibannya. Etika Chigo pada masyarakat jepang saat ini adalah kesetiaan kepada
pimpinan, guru, dan atasan salah satu bentuknya adalah kerja keras. Upaya kerja
keras selain untuk guru, pimpinan, maupun atasan adalah untuk dirinya sendiri.
8. Tei (Peduli)
Tei merupakan etika bushido yang berkaitan dengan kepedulian terhadap lingkunga,
baik lingkungan keluarga, masyarakat, negara, bangsa, maupun lingkungan keluarga,
masyarakat, negara, bangsa, dan lingkungan alam. Tei merupakan prinsip dasar
semua prinsip moral bushido, karena tanpa kepedulian yang nyata seseorang tidak
akan bisa diharapkan memiliki atau melaksanakan Gi, Yu, Jin, Rei, Makoto-Shin,
Meiyo dan Chugo.
Sumber Referensi:
Sumber Referensi:
Faturochman, Minza, W.M., & Nurjaman, T.A. (2017). Memahami dan mengembangkan:
Indigenious psychology. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
4. Psikologi indigenous sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki
pemahaman mengenai fakta-fakta yang dihubungkan dengan karakteristik kebudayaan
setempat. Menurut saudara apa saja yang di perlu di perhatikan dalam mengidentiikasi
karakteristik psikologi indigenous!
Jawab:
Hal yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasi psikologi indigenous adalah:
a. Psikologi indigenous menekankan pada perilaku dan proses berpikir masyarakat yang
benar-benar asli mendiami suatu wilayah tertentu dan memang didesain untuk wilayah
tersebut.
b. Proses berpikir dan berperilaku suatu masyarakat di wilayah tertentu dapat ditinjau dari
sisi budaya, ekologis,politis, historis.
• Ditinjau dari sisi budaya, berkaitan dengan bagaimana perilaku dan proses berpikir
masyarakat di suatu wilayah menjadi khas, bisa dilihat dari prosesi atau upacara-
upcara adat yang dilakukan.
• Berkaitan dengan ekologis yaitu mengkaji mengapa pola perilaku dan pemikiran
masyarakat dapat terjadi ditinjau dengan kondisi lingkungan tempat mereka tinggal,
dapat dilihat dari sisi pekerjaan masyarakat tersebut atau aktivitas keseharian
masyarakat tersebut.
• Berkaitan dengan politik yaitu mengkaji mengapa pola perilaku dan pemikiran suatu
masyarakat wilayah tertentu terjadi karena kondisi politik yang sebelumnya pernah
terjadi di wilayah tersebut, contoh: Pada masyarakat bali terkenal dengan pembagian
kasta hingga saat ini, namun jika di lihat dari sejarahnya ternyata hal tersebut
merupakan politik dari VOC yang pada saat itu ingin memecah belah masyarakat
Indonesia.
• Berkaitan dengan history atau sejarah yaitu mengkaji mengapa pola perilaku dan
pemikiran suatu masyarakat wilayah tertentu terjadi dikarenakan kondisi sejarah yang
terjadi di masa lampau, contohnya: Kawasan Glodok di daerah Pancoran Jakarta
Barat, mayoritas banyak dihuni oleh orang keturunan thiong hoa dan menjadi salah
satu pusat perdagangan di bidang elektronik terbesar di Asia Tenggara, hal tersebut
dikarenakan salah satunya pada masa penjajahan, Belanda sengaja membagi-bagi
wilayah penempatan pada orang pribumi dan non pribumi, dan pendatang dari Cina
dilokasikan di daerah Glodok.
c. Di dalam Psikologi Indigenous hanya masyarakat asli pribumi yang dapat memahami
secara mendalam fenomena psikologis yang terjadi pada wilayah tersebut sedangkan
masyarakat luar hanya memiliki pemahaman terbatas.
d. Kajian psikologi indigenous tidak terbatas di karenakan kita mempelajari bagaimana pola
perilaku dan proses berpikir masyarakat yang mendiami wilayah tertentu, dan hal tersebut
sangat luas.
e. Psikologi indigenous bersifat universal dan general, karena pada akhirnya nanti akan
menciptakan banyak sekali teori terkait dengan pola perilaku dan proses berpikir manusia
pribumi di wilayah tertentu oleh karena itu ini menjadi lahan yang subur bagi para
ilmuwan psikologi dalam mengembangkan penelitian dalam bidang psikologi indigenous.
Sumber Referensi:
Faturochman, Minza, W.M., & Nurjaman, T.A. (2017). Memahami dan mengembangkan:
Indigenious psychology. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.