Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sanitasi menurut WHO adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa


faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap
hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan
kelangsungan hidup(Rakhmawati, 2015). Sanitasi lingkungan adalah status
kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran,
penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmodjo, 2007).
Beragam aktifitas manusia seperti kegiatan industri, transportasi, dan
kegiatan lainnya memiliki peranan yang signifikan dalam mendorongnya
terjadi pencemaran udara. Kualitas udara di dalam ruangan juga dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang, karena dimana orang tersebut
berada setiap harinya juga merupakan penggambaran dari kualitas
lingkungannya. Suhu, kelembapan, kebisingan, pencahayaan, dan debu
merupakan komponen yang ada di dalam suatu ruangan(Nirmala, 2013).
Ruangan yang memiliki kelembaban cukup, tingkat kebisingan yang tidak
melebihi ambang batas normal, pencahayaan yang sesuai, serta suhu yang
optimal berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang dalam ruangan tersebut.
Sehingga diperlukan parameter lingkungan fisik untuk mengukur kualitas
lingkungan dalam ruangan agar tidak mengganggu aktifitas serta tidak
menurunkan produktifitas kerja manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengukur kebisingan, pencahayaan, suhu dan


kelembaban di dalam ruangan lingkungan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

1
C. Tujuan

1. Mengukur kebisingan, pencahayaan, suhu dan kelembaban di gedung


kerja Rektorat Poltekkes Kemenkes Bengkulu
2. Mengukur kebisingan, pencahayaan, suhu dan kelembaban di gedung
belajar bersama Poltekkes Kemenkes Bengkulu
3. Mengukur kebisingan, pencahayaan, suhu dan kelembaban di gedung
belajar Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
4. Mengukur kebisingan, pencahayaan, suhu dan kelembaban di gedung
belajar Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
5. Mengukur kebisingan, pencahayaan, suhu dan kelembaban di gedung
belajar Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
6. Mengukur kebisingan, pencahayaan, suhu dan kelembaban di gedung
belajar Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
7. Mengukur kebisingan, pencahayaan, suhu dan kelembaban di gedung
belajar Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu

D. Manfaat

1. Untuk mengetahui tingkat kebisingan, pencahayaan, suhu dan kelembaban


di dalam ruangan di lingkungan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
2. Untuk pembelajaran kepada mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Kemenkes Bengkulu tentang tata cara pengukuran
kebisingan, pencahayaan, suhu dan kelembaban.

E. Ruang Lingkup

Pengukuran dilakukan di area kampus Poltekkes Kemenkes Bengkulu


diambil 5 zona pengukuran yaitu, Gedung Rektorat, Gedung Perawat, Gedung
Kuliah Bersama, Gedung Gizi dan Gedung Analis. Dari masing-masing
gedung di bagi menjadi3 ruangan yang di ukur kemudian di bagi lagi menjadi
5 titik pengukuran.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan, tidak disukai, dan


mengganggu (Bashiruddin, 2009) maka dari itu kebisingan sebisa mungkin
harus diminimalisir. Kebisingan juga dapat mengganggu aktivitas sehari-
hari. Berdasarkan KepMenKes No. 1405 Tahun 2002, kebisingan diartikan
sebagai terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau
membahayakan kesehatan. Kebisingan merupakan faktor fisika di tempat
kerja dimana pemajanan faktor fisika ini dapat mempengaruhi dan atau
membahayakan kesehatan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987,
kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga
mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan
kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang tidak diingini
sehingga mengganggu ketentraman orang terutama pendengaran. Menurut SK
Dirjen P2M dan PLP, penjelasan terkait tingkat kebisingan sebagai berikut :
1. Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise
Level = Leq) adalah tingkat kebisingan terus menerus (steady noise)
dalam ukuran dBA, berisi energi yang sama dengan energi kebisingan
terputus-putus dalam satu periode atau interval waktu pengukuran.
2. Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang diperbolehkan
adalah rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang, petang
dan malam hari.
3. Tingkat ambien kebisingan (Background noise level) atau tingkat latar
belakang kebisingan adalah rata-rata tingkat suara minimum dalam
keadaan tanpa gangguan kebisingan pada tempat dan saat pengukuran
dilakukan, jika diambil nilainya dari distribusi statistik adalah 95% atau
L-95.

3
B. Pencahayaan

Cahaya merupakan suatu bentuk energi yang diradiasikan atau


dipancarkan dari sebuah sumber dalam bentuk gelombang dan merupakan
bagian dari keseluruhan kelompok gelombang-gelombang elektro-magnet,
yang diubah menjadi cahaya tampak (Janis, 2009). Menurut Kepmenkes No.
1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada
suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif.
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas
manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-
objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Kebutuhan pencahayaan
setiap ruangan terkadang berbeda, dimana semuanya bergantung kepada
kegiatan yang dilakukan. Pencahayaan yang baik yaitu pencahayaan yang
memungkinkan kita dapat melihat obyek yang dikerjakan secara jelas.
Besarnya intensitas cahaya perlu diketahui karena pada dasarnya manusia
memerlukan pencahayaan yang cukup. Intensitas cahaya sangat
mempengaruhi kondisi suatu tempat misalnya kelembapan, suhu dan lain –
lain (Pamungkas, 2015).
Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang memenuhi
persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika pencahayaan
terlalu besar atau pun lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan
cahaya yang diterima oleh mata. Akibatnya mata harus memicing silau atau
berkontraksi secara berlebihan, karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih
kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima
oleh mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya yang besar. Hal ini
merupakan salah satu penyebab mata cepat lelah (Departemen Kesehatan,
2008).

C. Suhu

Suhu udara adalah derajat panas dari aktifitas molekul dalam atmosfer.
Suhu adalah suatu sifat fisika dari suatu benda yang menggambarkan energi

4
Kinetik rata-rata pergerakan molekul suatu benda. Suhu dinyatakan dalam
satuan derajat Celcius (oC), Fahreinheit (oF), Reamur (oR), Kelvin (oK).
Pengukuran suhu menggunakan termometer (Laboratorium Teknik
Sumber Daya Alam dan Lingkungan, 2014). Suhu menunjukkan derajat panas
benda. Dimana semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda
tersebut. Secara mikroskopis suhu menunjukkan energy yang dimiliki oleh
suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak baik
dalam bentuk perpindahan maupun gerakkan di tempat berupa getaran. Makin
tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda
tersebut (Santoso, 2007).
Suhu dan kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena jika
kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim
penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan tumbuhnya
jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya
suhu udara.Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara.
Semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban udaranya semakin kecil.

D. Kelembaban

Kelembaban udara yaitu salah satu faktor lingkungan abiotik yang


berpengaruh terhadap aktivitas organism di alam. Tinggi rendahnya
kelembaban udara di suatu tempat bergantung pada beberapa faktor, seperti
ketersediaan air di suatu tempat, kuantitas dan kualitas penyinaran, suhu,
pergerakan angin dan vegetasi (Umar, 2012). Besaran yang sering dipakai
untuk menyatakan kelembaban udara adalah kelembaban nisbi yang diukur
dengan psikrometer atau higrometer. Kelembaban nisbi berubah sesuai tempat
dan waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur-angsur turun
kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar.
Kelembaban udara disuatu tempat berbeda-beda, tergantung pada
tempatnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya: Jumlah radiasi yang dipancatkan matahari yang diterima bumi,
pengaruh daratan atau lautan, pengaruh ketinggian (altitude) dan pengaruh
angin (Handoko, 2002).

5
BAB III
METODE PENGUKURAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum pengukuran kualitas pencahayaan, suhu, dan kelembaban di


Lingkungan Kampus Poltekkes Kemenkes Bengkulu 2017
1. Waktu : 11-13 September 2017
2. Pukul : 09.00-10.00 WIB
3. Tempat : - Gedung Kuliah Bersama
- Gedung Rektorat
- Gedung Kuliah Keperawatan
- Gedung Kuliah Gizi
- Gedung Kuliah Promkes
- Gedung Kuliah Analis

B. Alat dan Bahan

1. Pengukuran Pencahayaan
a. Alat :
1) Lux meter
2) Alat tulis
3) Kalkulator
4) Kamera
5) Stopwatch
b. Bahan : Intensitas cahaya

2. Pengukuran Suhu udara


a. Alat :
1) Thermohygrometer
2) Alat tulis
3) Kalkulator
4) Kamera
5) Stopwatch

6
b. Bahan : Udara di sekitar lingkungan kampus Poltekkes Kemenkes
Bengkulu

3. Pengukuran Kelembaban Udara


a. Alat dan Bahan :
2) Humidity-Anemometer
3) Thermohygrometer
4) Alat tulis,
5) Kalkulator,
6) Kamera
7) Stopwatch
Bahan : udara di sekitar lingkungan kampus Poltekkes Kemenkes.

4. Pengukuran kebisingan
a. Alat :
1) Sound Level Meter
2) Stopwatch
3) Alat tulis
4) Kamera
b. Bahan : Kondisi ruangan di sekitar kampus Poltekkes Kemenkes
Bengkulu.

C. Teknik pengukuran

1. Pencahayaan
a. Bidang kerja dibagi menjadi 5 (lima) zona kemudian pada masing-
masing zona diukur intensitas cahayanya.
b. Intensitas pencahayaan lokal diperoleh dari rata-rata hasil
pengukuran di beberapa zona.
 Cara pengukurannya :
1) Posisikan range pengukuran pada skala tertinggi dengan cara
menggeserswitch range ke bagian paling kanan (x100).

7
2) Menghidupkan lux meter dengan menggeser tombol ”off/on”
kearah On.
3) Mengecek daya baterai dengan memastikan tidak ada tulisan
“lowbatt” pada layar. Ukur dalam waktu 5 menit lakukan
pengulangan sebanyak 5x pengukuran pada zona yang sudah di
tentukan.
4) Mengarahkan sensor cahaya di daerah yang akan diukur
iluminasinya. Untuk penerangan umum, posisikan sensor sejauh
jangkauan lengan menghadap sumber cahaya.
5) Membaca hasil pengukuran pada layar panel.
6) Mencatat hasil pengukuran.

 Mengukur penerangan lokal (meja)


1) Mengukur pencahayaan pada obyek (meja).
2) Kemudian membagi obyek menjadi beberapa titik ukur.
3) Lakukan pengukuran dengan meletakkan Lux meter pada obyek.
4) Lalu baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu
beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
5) Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan.

D. Hasil Pengukuran

1. Pencahayaan

Tabel 1.1 Pengukuran Pencahayaan Umum


NO NAMA T1 T2 T3 T4 T5 WAKTU
GEDUNG
1 Gedung Kesling 283 122 184 158 89 10.00-11.00 WIB
2 Gedung Gizi 48 431 282 177 183 10.00-11.00 WIB
3 Gedung Analis 101 202 186 224 113 10.00-11.00 WIB
4 Gedung 129 62 292 490 599 10.00-11.00 WIB
Rektorat
5 Gedung Perawat 89 424 59 182 508 10.00-11.0 IB

8
2. Kebisingan

Tabel 1.2 Pengukuran Kebisingan


NO NAMA T1 T2 T3 WAKTU KET
GEDUNG
1 Gedung 59,0 45,6 55,8 10.00- Pengukuran Menit 1
Kesling 64,1 49,2 51,3 11.00 Pengukuran Menit 2
71,7 48,1 54,7 WIB Pengukuran Menit 3
72,9 60,3 58,5 Pengukuran Menit 4
68,0 47,2 55,2 Pengukuran Menit 5
2 Gedung Gizi 66,1 49,2 50,1 10.00- Pengukuran Menit 1
61,0 48,2 48,5 11.00 Pengukuran Menit 2
53,3 56,6 62,8 WIB Pengukuran Menit 3
63,5 56,0 56,0 Pengukuran Menit 4
53,6 45,8 65,5 Pengukuran Menit 5
3 Gedung 58,6 49,7 65,7 10.00- Pengukuran Menit 1
Analis 47,2 49,0 60,2 11.00 Pengukuran Menit 2
45,6 49,3 54,7 WIB Pengukuran Menit 3
49,5 47,6 52,0 Pengukuran Menit 4
58,9 47,0 69,2 Pengukuran Menit 5
4 Gedung 48,9 50,0 59,2 10.00- Pengukuran Menit 1
Rektorat 49,8 54,0 54,0 11.00 Pengukuran Menit 2
59,9 72,7 55,3 WIB Pengukuran Menit 3
61,4 46,7 59,0 Pengukuran Menit 4
53,2 51,4 49,8 Pengukuran Menit 5
5 Gedung 56,2 58,6 61,5 10.00- Pengukuran Menit 1
Perawat 67,1 57,6 66,7 11.00 Pengukuran Menit 2
58,2 58,6 66,7 WIB Pengukuran Menit 3
59,0 51,4 66,9 Pengukuran Menit 4
61,0 56,3 67,4 Pengukuran Menit 5

9
3. Pengukuran Suhu dan Kelembaban

Tabel 1.3 Pengukuran Suhu


NO NAMA T1 T2 T3 T4 T5 WAKTU
GEDUNG
1 Gedung Kesling 29,2°C 29,4°C 28,2°C 28,5°C 29,1°C
2 Gedung Gizi 29,7°C 29,1°C 28,8°C 28,7°C 29,3°C
3 Gedung Analis 30,1°C 29,7°C 29,3°C 28,8°C 28,8°C 10.00-
4 Gedung 29,6°C 28,7°C 27,4°C 25,7°C 25,1°C 11.00
Rektorat WIB
5 Gedung 28,6°C 28,4°C 27,9°C 27,9°C 28,0°C
Perawat

Tabel 1.4 Pengukuran Kelembaban


NO NAMA T1 T2 T3 T4 T5 WAKTU
GEDUNG
1 Gedung Kesling 58,5% 57,7% 53,8% 53,5% 52,6%
2 Gedung Gizi 62,9% 58,6% 61,0% 61,5% 59,0%
3 Gedung Analis 60,2% 67,3% 71,4% 55,4% 67,7% 10.00-
4 Gedung 66% 58,1% 60% 60,9% 62,0% 11.00
Rektorat WIB
5 Gedung 55,2% 59,6% 60,5% 58,3% 61,5%
Perawat

10
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengukuran Kebisingan, Pencahayaan, Suhu dan Kelembaban

Pengukuran dilakukan pada wilayah kerja tertutup (Ruangan) di


lingkungan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.pengukuran dilakukan pada jam
sibuk kerja yaitu, pukul 10.00 s.d 11.00 WIB dilakukan tiga hari pengukuran
dari tanggal .......... Di ambil 5 (lima) zona pengukuran dan pada masing-
masing zona di ambil 3 (tiga) titik pengukuran, yaitu :
1. Gedung Rektorat di lobi, ruang ADAK dan ruang Mutu.
2. Gedung Kuliah bersama (Gedung U) pada ruang dosen jurusan
Kesehatan Lingkungan, ruang Kebidanan 1 dan ruang Kebidanan 2
3. Gedung Analis pada ruang Dosen Analis 1, Ruang Kelas 1 dan Ruang
Kelas 2.
4. Gedung Gizi pada Ruang Dosen 1, Ruang Dosen 2 dan Ruang Kelas
1.
5. Gedung Perawat D4 pada Ruang Dosen 1, Ruang Dosen 2 dan 1
Ruang Kelas.

B. Kebisingan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987,


kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga
mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan.

C. Pencahayaan

Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan


adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif.

11
D. Suhu

Suhu udara adalah derajat panas dari aktifitas molekul dalam atmosfer.
Suhu adalah suatu sifat fisika dari suatu benda yang menggambarkan energi
Kinetik rata-rata pergerakan molekul suatu benda. Suhu dinyatakan dalam
satuan derajat Celcius (oC), Fahreinheit (oF), Reamur (oR), Kelvin (oK).

E. Kelembaban

Kelembaban udara yaitu salah satu faktor lingkungan abiotik yang


berpengaruh terhadap aktivitas organism di alam. Tinggi rendahnya
kelembaban udara di suatu tempat bergantung pada beberapa faktor, seperti
ketersediaan air di suatu tempat, kuantitas dan kualitas penyinaran, suhu,
pergerakan angin dan vegetasi (Umar, 2012).

12
BAB V

PENUTUP

F. Kesimpulan

Ruangan yang memiliki kelembaban cukup, tingkat kebisingan yang tidak


melebihi ambang batas normal, pencahayaan yang sesuai, serta suhu yang
optimal berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang dalam ruangan tersebut.
Sehingga diperlukan parameter lingkungan fisik untuk mengukur kualitas
lingkungan dalam ruangan agar tidak mengganggu aktifitas serta tidak
menurunkan produktifitas kerja manusia.

G. Saran
Penulis mengharapkan agar laporan ini dapat menjadi pemahaman bagi
pembaca. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
laporan ini, maka kritik dan saran sangan diharapkan.

13

Anda mungkin juga menyukai