Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

Selasa, 25 November 2014


Laporan Pencahayaan Pemukiman

LAPORAN
HASIL PRAKTIKUM
SANITASI KAWASAN PEMUKIMAN
TENTANG
PENGUKURAN VENTILASI, LUAS RUANGAN DAN PENCAHAYAAN

OLEH:

SHINTANI WULAN ARUPERES


PO. 717133071012-056
SEMESTER V
TINGKAT III B

KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2014
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Hasil Praktikum Sanitasi Kawasan Permukiman tentang“Pengukuran Ventilasi, Luas


Ruangan Dan Pencahayaan (Di tempat Kost) ” telah diperiksa dan disetujui oleh dosen
pembimbing praktek:

Mengetahui:

      Dosen Pembimbing I                                                    DosenPembimbing II

                                                                                                     

       Suwarja, S.Pd, M.Kes                                           Yozua T. Kawatu S.Pd M.K.M

     Nip. 196304191988031001                                        Nip. 196505221987031002

Dosen Pembimbing III


Anselmus Kabuhung, SKM, M.Si
Nip : 196007091983031001

      Instruktur                                                                                      Instruktur

Nancy Lontoh, SST                                                               Junaidy Maase, AMKL

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menolong
hamba-Nya untuk menyelesaikan laporan ini . Laporan ini disusun agar pembaca dapat
mengetahui hasil pengukuran ventilasi, luas ruangan dan pencahayaan (di tempat kost), dengan
materi pembahasan mengenai pengertian ventilasi, pencahyaan dan lain-lain yag disajikan dalam
bab pembahasan.

Kami  juga menyadari  adanya kekurangan dalam penyusunan laporan ini, baik itu dalam
penulisan kata maupun dalam penyajian materinya. Namun kami mengharapkan agar laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan memberikan tambahan wawasan bagi para pembacanya.

Akhir kata, kiranya pembaca dapat memberikan kritik maupun saran untuk perbaikan
laporan berikutnya.  Lebih dan kurangnya kami mohon maaf. Terima kasih.
                                                                                                   Manado, 15 Oktober 2014
                                                                                                   Penyusun,

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

     A.    LATAR BELAKANG..........................................................................................1

     B.     MAKSUD DAN TUJUAN..................................................................................2

     C.     WAKTU DAN TEMPAT...................................................................................2

BAB II DASAR TEORI

   A.   VENTILASI.......................................................................................................3-6

   B.     PENCAHAYAAN .............................................................................................6-9

BAB III HASIL KEGIATAN PRAKTEK

     A.    ALAT DAN BAHAN........................................................................................10

     B.     PROSEDUR KERJA........................................................................................10

     C.     HASIL KEGIATAN PRAKTEK................................................................10-11


BAB IV PENUTUP

     A.    KESIMPULAN...................................................................................................12

     B.    SARAN.................................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang

Rumah yang sehat adalah idaman semua orang. Rumah tak cukup rapi dan bersih, tetapi bisa
memberi rasa nyaman. Hal itu antara lain dapat diperoleh dengan sirkulasi udara atau ventilasi dan
pencahayaan yang baik. Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga
agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya oksigen di dalam rumah yang berarti kadar karbondioksida yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat. Fungsi kedua adalah membebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri pathogen yang cenderung hidup dan berkembang dalam ruangan dengan
dengan tingkat kelembapan tinggi. Dengan sirkulasi yang baik, bakteri akan terbawa oleh udara akan
selalu mengalir.

Rumah yang sehat juga memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak.
Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang
nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit
penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya
dapat merusakkan mata.Cahaya yang terdapat dalam rumah sehat bisa digolongkan menjadi dua,
yaitu cahaya alami (cahaya matahari) dan cahaya buatan. Cahaya matahari bisa masuk ke dalam
rumah melalui jendela. Jadi jendela juga memegang peran penting dalam hal ini.

Dengan membuat jendela, sebaiknya memperhitungkan sinar matahari dapat langsung masuk ke
dalam ruangan. Fungsi jendela di dini di samping sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan
menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding. Selain kedua
hal dasar tadi, ada beberapa faktor pendukung lain yang juga penting untuk menunjang terciptanya
rumah sehat. Beberapa faktor tersebut antara lain, faktor lingkungan tempat tinggal yang juga sehat
dan kondusif dan faktor tersedianya system pembuangan kotoran, baik sampah, air kotor maupun
limbah kamar mandi, yang baik pula.

B.       Maksud dan tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan ini :

-     Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pengukuran ventilasi, luas ruangan dan pencahayaan di
ruangan.

-     Agar mahasiswa dapat mengetahui hasil pengukuran ventilasi, luas ruangan dan pencahayaan
di tempat tinggal masing-masing apakah memenuhi syarat atau tidak.

-     Untuk memenuhi tugas dari Dosen mata kuliah Sanitasi KawasanPermukiman sebagai salah satu nilai
kewajiban mahasiswa.

C.      Waktu dan Lokasi

Hari/tanggal         : Rabu 15 Oktober 2014

Waktu                  : 11.00 – Selesai

Tempat                 : Tempat Kost

BAB II
DASAR TEORI
A.      Ventilasi

Venti lasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran  udara
kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara segar
dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila  suatu ruangan
ti dak mempunyai sistem venti lasi yang baik dan overcrowded maka akan menimbulkan
keadaan yang dapat merugikan kesehatan (Gunawan et al., 1982).

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran
udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di
dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di
samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik
karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini  merupakan
media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri¬bakteri penyebab penyakit).

Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri,
terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang
terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah
selalu tetap di dalam kelembaban (humudity) yang optimum.

Ada 2 macam ventilasi, yakni: 

1.    Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui
jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi
alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga
lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari ganguan-
ganguan tersebut. usaha mendapatkan ventilasi alamiah bisa diperoleh. Oleh karena itu perlu
diketahui bahwa ventilasi mendasarkan diri pada dua prinsip, yaitu :

a.    Ventilasi Horisontal

Ventilasi horizontal timbul karena udara dari sumber yang datang secara horizontal. Kondisi ini
bisa terjadi bila ada satu sisi (bagian rumah) yang sengaja dibuat panas sementara di sisi lain
kondisinya lebih sejuk. Kondisi sejuk ini dapat diperoleh bila bagian tersebut kita tanami pohon yang
cukup rindang atau bagian tersebut sering terkena bayangan (ingat prinsip dasar udara yang
mengalir dari daerah bertekanan tinggi /dingin ke daerah bertekanan rendah/panas). 

b.    Ventilasi Vertikal

Prinsip dasar ventilasi vertikal adalah memanfaatkan perbedaan lapisan-lapisan udara, baik di
dalam maupun di luar yang memiliki perbedaan berat jenis. Ventilasi vertikal ini akan sangat
bermanfaat untuk bangunan rumah 2 lantai atau lebih.

2.    Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut,
misalnya mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga  agar udara tidak berhenti
atau membalik lagi, intinya harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk
dan keluarnya udara.
Ada beberapa indikator yang dapat menentukan satu rumah sudah memiliki tata udara yang
cukup bagus atau belum. Salah satunya dengan memerhatikan temperatur ruang yang dirasakan
penghuni. Aman biasanya memiliki temperatur udara berkisar 22–30 0C. Selain itu, kecepatan dan
volume angin yang masuk ke dalam rumah juga turut menentukan. Cara perhitungannya adalah
dengan menganalisis besaran inlet atau banyaknya ventilasi udara masuk, serta outlet yakni ventilasi
bukaan udara keluar. Indikator kedua yaitu lokasi rumah dan lingkungan. Dua indikator tersebut
merupakan faktor penentu untuk mengetahui letak ventilasi yang tepat pada sebuah rumah.

Lalu, untuk perhitungan tata udara secara buatan dilakukan dengan perhitungan volume ruang
dan konversi terhadap jenis kegiatan dalam ruangan tersebut. Tiap ruang memiliki karakter dan
kebutuhan masing-masing terhadap udara. Namun, yang paling penting diperhatikan dan menjadi
faktor utama adalah manusia atau penghuni itu sendiri. Statistik bisa menentukan standarisasi
kenyaman thermal dan kebutuhan intensitas cahaya dalam ruang. Namun, pengalaman ruang yang
dirasakan dan yang diinginkan penghuni adalah hal yang paling utama.

Prinsip membuat ventilasi rumah sehat adalah bagaimana membuat lebih mudah bergerak dari
luar ke dalam maupun sebaliknya. Oleh karenanya peletakan bukaan ventilasi menjadi faktor
penting. Agar angin yang masuk bisa mengalir dengan lancar maka penempatan bukaan ventilasi
dilakukan secara berhadapan (cross ventilation). Kondisi ini mempermudah aliran udara untuk saling
bertukar, satu bagian menjadi tempat masuknya udara bagian yang berhadapan menjadi tempat
pengeluarannya begitu pula sebaliknya. Namun yang perlu diingat agar aliran udara bisa mengalir
melintang di seluruh ruang maka ketinggian lubang ventilasi yang saling berhadapan sebaiknya
dibuat tidak sama.

Selain bergerak secara horizontal, aliran udara di dalam rumah juga bergerak secara vertikal. Hal
ini sesuai dengan prinsip dasar bahwa udara mengalir dari area bertekanan tinggi (dingin) ke area
bertekanan rendah (panas). Bagian atas rumah cenderung lebih panas dari bagian bawah hal ini
disebabkan karena adanya pemanasan bangunan oleh sinar matahari (pada bagian atap bangunan).
Kondisi ini menyebabkan udara bergerak dari area bawah ke atas. Agar udara panas ini dapat keluar,
dan terjadi aliran maka perlu ditempatkan lubang angin di bagian atas rumah. Dengan demikian,
udara panas bisa terbuang digantikan udara yang lebih dingin dari bagian bawah rumah.

Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, di antaranya:

      Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi
insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% dikali luas lantai
ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan
tidak terlalu sedikit. 

      Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari
knalpot kendaraan, debu dan lain-lain. 
      Aliran udara diusahakan ventilasi silang dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2
dinding ruangan.

      Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya almari, dinding sekat
dan lain-lain.

Rumah yang ideal/sehat juga memiliki prosentase ventilasi/bukaan total 15%-20% dari luas
keseluruhan tapak/lahan. Proporsi volume udara yang dibutuhkan dari masing-masing ruang
memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan fungsi ruang tersebut. Kamar mandi
yang memiliki kelembaban tinggi, maka membutuhkan pergantian udara sebanyak enam kali volume
ruangnya (volume dihitung dari luas ruang x tinggi ruang). Misal kamar mandi berukuran 3×3 m
dengan tinggi 3 m, membutuhkan pergantian udara sebanyak (3 x 3 x 3) x 6 = 162 m2/jam.
Sedangkan kamar tidur membutuhkan pergantian udara sebesar 2/3 volume ruang tiap jamnya.

Bagi ruangan yang didesain dan bisa dipadukan dengan ruang terbuka seperti taman, ventilasi
tentu bukan menjadi parmasalahan berarti. Namun bagaimana dengan ruang yang berada di tengah-
tengah ruang lain dan tidak dimungkinkan untuk membuat bukaan untuk ventilasi? Untuk ruangan
yang berada di tengah-tengah dan tidak terdapat area bukaan untuk mengalirkan udara, perlu
dilakukan pendekatan yang berbeda. Kita bisa menggunakan alat untuk membantu sirkulasi udara,
misal exhaust fan atau ventilating fan (penyedot udara). Di pasaran ada berbagai jenis exhaust fan,
diantaranya wall mount (dipasang di dinding), ceiling mount (dipasang di plafond/langit-langit) serta
window mount (dipasang di jendela). Prinsip peletakan exhaust fan adalah bersilangan dengan
bukaan depan. Hal ini bertujuan agar perputaran udara dapat berjalan secara maksimal.

Perencanaan sistem ventilasi yang baik banyak member keuntungan. Di tengah maraknya isu
penghematan energi, sebuah rumah yang didesain dengan sistem ventilasi yang baik, turut pula
mendukung program ini. Pengaturan sistem penghawaan yang baik akan menghemat penggunaan
pengkondisi ruang (AC). Di sisi lain, bukaan ventilasi berfungsi pula memasukkan terang langit
sekaligus mendukung sistem pencahayaan alami di dalam rumah. Sehingga pada waktu siang hari,
penggunaan lampu bisa diminimalkan sekaligus menghemat penggunaan listrik.

B.       Pencahayaan

Depkes RI (1992) dalam Santoso, A (2006) mendefinisikan sebagai jumlah penyinaranpada


suatu  bidang kerja yag diperlukan untuk melaksanakan kegiatan sevara efektif.

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman
dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik
memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi :
1.    Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami
mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman.
Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar
ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.

Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan
pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan
panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami
mendapat keuntungan, yaitu:

      Variasi intensitas cahaya matahari

      Distribusi dari terangnya cahaya

      Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan

      Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

2.    Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya
alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan
alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang
diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah
sebagai berikut:

a)    Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksananya
tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat

b)   Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman

c)    Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja

d)   Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip,
tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.

e)    Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.

Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk suatu
lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini
      Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan melengkapi
pencahayaan alami.

      Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang memerlukan tugas
visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum

      Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah menyebar atau
tefokus pada satu arah

      Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan yang
diterangi atau tidak

      Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya

      Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau rendah.

Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas 3
macam yakni:

1.    Sistem Pencahayaan Merata

Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan. Sistem pencahayaan ini
cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini
sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit.

2.    Sistem Pencahayaan Terarah

Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah tertentu. Sistem ini
cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu,
pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder
untuk ruangan sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga
digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek menjemukan
yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.

3.    Sistem Pencahayaan Setempat

Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang
memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk:

      memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti

      mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu.

      Melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus yang ingin diterangi

      Membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya penglihatannya.

      Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan tersebut.
Pencahayaan setempat diperoleh dengan memasang sumber pencahayaan di langit-langityang
spektrum cahaya terlokalisir (localized lighting) atau dengan memasang sumber cahaya langsung
ditempat kerja(local lighting).

Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem
pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan, termasuk di
tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:

a.    Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistm ini
dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat
menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun
karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang
ada didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.

b.    Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan
sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan
langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki
effiesiean pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%.

c.    Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangka sisanya
dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem  direct-
indirectyakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah
bayangan dan kesilauan masih ditemui.

d.   Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya
diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan
perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta
kesilauan dapat dikurangi.

e.    Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian
dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber
cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak
menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang
jatuh pada permukaan kerja.
BAB III
HASIL KEGIATAN PRAKTEK

A.      Alat yang digunakan

-       Meteran

-       Lux Meter

-       Alat tulis menulis

B.       Prosedur Kerja

1.         Pengukuran ventilasi dan luas ruangan

      Ukur panjang dan lebar Ventilasi (Ventilasi tetap dan tidak tetap)

      Catat dan hitung berapa luasnya.

2.         Pengukuran Pencahayaan

      Periksa dan pastikan alat ukur dalam keadaan baik.

      Lakukan kalibrasi dengan menutup foto cell dengan menggunakan kain hitam. Jika angka yang
terbaca pada display lebih dari 2 Lux maka Lux Meter tidak layak pakai (harus diganti).

      Tentukan titik pengukuran.

      Lakukan pengukuran sesuai dengan jenis intensitas penerangan yang akan diukurdengan jarak alat
80 cm dari lantai.

C.      Hasil kegiatan praktek

1.         Pengukuran ventilasi

Bagian yang Jumlah Ukuran Luas Ventilasi


diukur bagian Ventilasi Panjang (m) x (m2)
Lebar (m)

Pintu 1 1,79 x 0,70 1,253 m2


Ventilasi tetap 1 0,20 x 0,70 0,14 m2

Jendela  1 0,84 x 0,60 0,504 m2

Ventilasi tetap 1 0,22x 0,60 0,132 m2

Luas  Keseluruhan 2,029 m2

a.    Ventilasi Tetap                        = 1,253 m2+ 0,504 m2

                                                     =  1,757m2

Ventilasi tidak tetap                    = 0,14 m2+ 0,132 m2

                                                    =  0,272m2

Luas Ventilasi keseluruhan      = 2,029 m2

Luas Lantai                                =    2,8m x 2,9 m

                                                    =    8,12m2

b.   Luas ventilasi 10% dari Luas lantai : 10 %  x 8,12  m2 = 0,812m2

     Berdasarkan hasil pengukuran luas ventilasi dan luas lantai, maka luas ventilasi memenuhi syarat,
karena luas ventilasi lebih besar  dari 10% Luas lantai.

     (  2,029 m2  >  0,812 m2)

2.         Pengukuran Pencahayaan

Titik Pengukuran Hasil Pengukuran

Titik 1 18     Lux

Titik 2 44     Lux

Titik 3 1160 Lux

Titik 4 36     Lux

Titik 5 37     Lux

Titik 6 7       Lux
Jumlah 1302 Lux

  Rata-rata pencahayaan dalam ruangan :  1302  = 217 Lux

                                                                    6

BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan

       Berdasarkan hasil pengukuran luas ventilasi dan luas lantai, maka luas ventilasi memenuhi
syarat, karena luas ventilasi lebih besar  dari 10% Luas lantai. (2,029 m2 >  0,812 m2). Dan hasil rata-
data  pengukuran pencahayaan diTempat Kost adalah 217 Lux .

B.  Saran

Bagi pengukur konsentrasi, ketelitian dan kesungguhan dalam mengukur perlu ditingkatkan
agar hasil lebih akurat.Diharapkan kepada semua mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes
Manado Jurusan Kesehatan Lingkungan mengikuti praktek dengan baik. Apa yang dipraktekan
hendaknya dipelajari kembali. Dan kepada semua anggota kelompok hendaknya bekerja sama
dengan baik. Dan mohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

                                   
  

Unknown di 17.35
Berbagi

3 komentar:

1.

Angelina Widjaja7 September 2015 03.08

faktor apa min yang digunakan untuk menghitung jumlah banyaknya ventilasi?
Website Gratis
Balas

2.

seo mendem26 Oktober 2016 05.12

Kalo untuk ventilasi rumah minimalis yang baik apakah ada tata caranya?


Balas
3.

Anonim18 Maret 2017 21.59

sangat membantu infonyaa


Balas

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai